Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam dunia usaha, setiap perusahaan selalu memperhitungkan setiap biaya
yang dikeluarkan. Biaya merupakan hal yang sangat sensitif bagi perusahaan,
sehingga perusahaan berusaha mengendalikan biaya pengeluaran seminimum
mungkin supaya perusahaan semakin mendapatkan banyak keuntungan. Biaya
merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang
telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam
perusahaan manufaktur, biaya yang banyak dikeluarkan biaya produksi.
Setiap proses produksi untuk membuat barang jadi jumlah dan biayanya
sudah ditentukan dari bahan baku hingga barang jadi siap jual. Namun, ada
kemungkinan dalam proses produksi terjadi produk rusak yang disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu kondisi eksternal, misalnya karena spesifikasi pengerjaan
yang ditetapkan oleh pemesan sangat sulit (disebabkan hal luar biasa) dan kondisi
internal seperti keteledoran pekerja, keterbatasan peralatan, atau kerusakan fasilitas
(disebabkan hal biasa). Akuntansi produk rusak bergantung pada penyebab adanya
produk rusak tersebut. Jika produk rusak disebabkan hal luar biasa, maka kemudian
adanya produk rusak diperlakukan sebagai penambah harga pokok produk yang
baik dan apabila produk rusak tersebut diperkirakan masih laku dijual. Maka
taksiran nilai pasarnya diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.
Pengaruh produk cacat pada perusahaan berdampak pada biaya kualitas,
image perusahaan, dan kepuasan konsumen. Semakin banyak produk cacat yang
dihasilkan maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan. Begitu juga semakin
tinggi produk cacat maka image perusahaan akan semakin turun, hal ini
dikarenakan konsumen menilai suatu perusahaan dikatakan baik apabila
menghasilkan produk yang berkualitas serta memberikan kepuasan terhadap
konsumen dan jika koonsumen menilai produk yang dihasilkan kurang memuaskan,

I-1
I-2

maka perusahaan akan dinilai kurang baik oleh konsumen dan berdampak pada
kepercayaan konsumen terhadap kualitas dari produk yang dihasilkan.
IKR T-Shirt merupakan perusahaan yang memproduksi pakaian jadi dan
hanya memfokuskan pesanan kaos himpunan mahasiswa. Perusahaan ini masih
mempunyai permasalahan pada banyaknya jenis dan jumlah produk cacat yang
disebabkan oleh berbagai macam faktor, data yang saya dapat dari hasil wawancara
dengan Bapak H. Iwa pemilik perusahaan terdapat mesin pemotong kain yang
disetiap proses produksi tidak selalu mesin tersebut memotong dengan baik, dan
faktor lainnya yaitu pegawai yang tidak tentu ditempatkan di bagian pemotongan
selalu ada rotasi pergantian pembagian tugas, maka dari itu setiap pegawai tidak
semuanya mahir dalam pemotongan kain menggunakan mesin pemotong tersebut,
maka kaos himpunan mahasiswa yang dihasilkan tidak memenuhi yang diinginkan
pesanan atau menyebabkan cacat sehingga penurunan kualitas yang berakibat pada
menurunnya keuntungan yang didapatkan pada perusahaan. Adapula faktor yang
disebabkan oleh pelanggan pada setiap pesanan pelanggan selalu ada tambahan
desain sehingga produk yang tadinya sudah selesai menjadi produk cacat dan harus
dikerjakan kembali sehingga menyebabkan tidak efisien dalam pengerjaan produk
kaos himpunan mahasiswa tersebut. Berikut ini data produk cacat dari tahun 2012
sampai 2014:
Tabel I.1 Persentase Produk Cacat Konveksi IKR T-Shirt dari
Tahun 2013 dan 2014
Tahun
No Keterangan
2013 2014
1 Unit Produk 3,800 4,100
2 Unit Produk Cacat 68 85
3 Persentase Produk Cacat 1.82% 2.12%
Sumber: Konveksi IKR T-Shirt
Berdasarkan tabel persentase diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Konveksi IKR T-Shirt dalam masa produksi dari tahun 2013 ke tahun 2014
mengalami peningkatan persentase produk cacat dari 1.82% menjadi 2.12%. Untuk
tahun 2013 masih dibawah batas kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu
I-3

2% dan untuk tahun 2014 melebihi batas kebijakan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka merasa tertarik untuk membahas produk
cacat, sehingga memilih judul ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI
PRODUK CACAT PADA KONVEKSI IKR T-SHIRT

I.2 Rumusan Masalah


Rumusan dan Batasan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
maka rumusan masalah yang akan penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi pada Konveksi IKR T-
Shirt?
2. Bagaimana perlakuan akuntansi produk cacat pada Konveksi IKR T-
Shirt?
3. Bagaimana usulan perbaikan yang dilakukan untuk mengurangi tingkat
kecacatan produk?

I.3 Tujuan Penelitian


Tujuan Penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui perhitungan harga pokok produksi pada Konveksi IKR T-
Shirt.
2. Mengetahui perlakuan akuntansi produk cacat pada Konveksi IKR T-
Shirt.
3. Memberikan usulan perbaikan dengan tujuan mengurangi jumlah prduk
cacat pada IKR T-Shirt.

I.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah


Ruang lingkup masalah merupakan hal yang sangat penting untuk
ditentukan terlebih dahulu sebelum sampai pada tahap pembahasan selanjutnya.
Agar pembahasan masalah lebih terarah maka penulis memberikan batasan
permasalahan pada penelitian ini. Adapun batasan masalah penelitian
memfokuskan pada perlakuan akuntansi produk cacat dalam perhitungan harga
pokok produksi. Periode yang dianalisis tahun 2015.
I-4

I.5 Sistematika Pelaporan


Sistematika pelaporan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan yang
berhubungan dengan barang cacat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan tinjauan pustaka dan landasan teori yang menjadi pedoman dari
penelitian dan berkaitan dengan permasalahan barang cacat. Landasan teori yang
digunakan bertujuan untuk menguatkan permasalahan di perusahaan.
BAB III METODE DAN PROSES PENYELESAIAN
Bab ini menguraikan tentang langkah-langkah dan metodologi penyelesaian
masalah, bahan atau materi penelitian, alat yang dipergunakan, metode
pengambilan data atau metode analisis hasil, proses pengerjaan dan masalah yang
dihadapi disertai dengan cara penyelesaiannya guna menjawab masalah yang
ditimbulkan pada Bab I dan didukung oleh landasan teori Bab II.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan hasil serta pembahasan penelitian yang dilaksanakan oleh penulis.
Hasil tugas akhir hendaknya dalam bentuk tabel, grafik atau bentuk lain dan
ditempatkan sedekat mungkin dengan pembahasan agar pembaca dapat lebih
mudah mengikuti uraian pembahasan. Pembahasan tentang hasil yang diperoleh
dibuat berupa penjelasan teoritis, baik secara kualitatif, kuantitatif atau statistik.
Hasil hendaknya juga dibandingkan dengan hasil tugas akhir atau penelitian
terdahulu yang sejenis.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis dan penyampaian usulan serta saran
bagi perusahaan dalam mengatasi masalah yang dibahas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

II.1 Akuntansi Biaya


Akuntansi biaya dapat digunakan untuk tujuan pelaporan kepada pihak
internal dan tujuan eksternal perusahaan. Untuk tujuan internal perusahaan dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan oleh manajemen dan mengevaluasi
kinerja masing-masing divisi dalam perusahaan, sedangkan untuk tujuan kepada
pihak eksternal perusahaan dapat digunakan untuk pelaporan hasil usaha kepada
pihak investor dan menyusun surat pemberitahuan pajak.
Akuntansi biaya menyediakan informasi mengenai biaya secara terperinci
dan dapat dipergunakan sebagai alat kontrol manajerial informasi biaya yang
disediakan tersebutr bemanfaat bagi manajemen dalam mengelola perusahaan
untuk menentukan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan serta
mengambil keputusan yang terbaik bagi perusahaan.
Dalam menghitung harga pokok sebuah produk, akuntansi biaya harus
menelusuri proses produksi dari bahan baku sampai produk jadi. Akuntansi biaya
mencatat setiap pemakaian yang digunakan setiap tahap pengolahan dan akan
menghasilkan informasi biaya produksi yang digunakan untuk menghasilkan
produk tersebut. Untuk lebih jelasnya maka berikut ini disajikan definisi akuntansi
biaya.

II.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya


Menurut Mulyadi (2008:7) [1] Akuntansi biaya adalah proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk
atau jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya.
Menurut Carter yang diterjemahkan oleh Krista (2009:11) [2]
Akuntansi biaya memperlengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan
untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian. Perbaikan kualitas dan
efisiensi serta pengambilan keputusan baik yang bersifat rutin maupun yang
bersifat strategik.

II-1
II-2

Sedangkan pengertian Akuntansi Biaya menurut Bastian Bustami dan


Nurlela (2009:2) [3], Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang
mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur dan melaporkan tentang
informasi biaya yang digunakan.
Dari berbagai definisi akuntansi biaya diatas, dapat diartikan bahwa
akuntansi biaya merupakan alat bantu manajemen dari suatu sistem dalam bentuk
metode dan prosedur mengenai pencatatan, pengukuran, penggolongan,
peringkasan dan penyajian laporan-laporan biaya yang dapat berguna untuk
kepentingan manajemen.

II.1.2 Manfaat Akuntansi Biaya


Armanto Witjaksono (2006:4) [4] mengemukakan bahwa, manfaat terbesar
mempelajari akuntansi biaya adalah timbulnya sikap sadar akan biaya (cost
awareness). Tidak banyak orang memahami bahwa harga pokok produk dan jasa
merupakan refleksi kemampuan suatu organisasi dalam memproduksi barang dan
jasa. Semakin tinggi kemampuan mengelola cost, maka akan semakin baik produk
dan jasa yang ditawarkan pada pelanggan baik dari sisi harga maupun kualitas.
Tolak ukur kemampuan pengelolaan cost dapat direpresentasikan dengan
keberadaan sistem akuntansi biaya yang mampu mengukur biaya cukup akurat serta
didukung kemampuan manajemen untuk memanfaatkan informasi yang dihasilkan
dengan sistem tersebut. Dalam konteks ini perlu disadari bahwa sistem akuntansi
biaya adalah alat (tool) atau sarana (infra structure), namun kemampuan untuk
memanfaatkan informasi jauh lebih menentukan.
Manfaat lainnnya antara lain :
a. Sebagai pemasok informasi dasar untuk menentukan harga jual produk
barang dan jasa.
b. Sebagai bagian dari alat pengendalian manajemen, terutama yang
berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban.
c. Sebagai pemasok informasi pada pihak eksternal berkenaan dengan
seluruh aspek biaya operasi, misalnya saja untuk kepentingan pajak.
II-3

II.1.3 Peranan Akuntansi Biaya


Menurut William K. Carter (2009:11) [2], mengemukakan bahwa dalam
akuntansi biaya memperlengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk
aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikan kualitas dan efesiensi, serta
pengambilan keputusan baik yang bersifat rutin maupun yang bersifat strategik.
Pengumpulan, penyajian, dan analisi dari informasi mengenai biaya dan manfaat
membantu manajemen untuk menyelesaikan tugas-tugas berikut:
1. Membuat dan melaksanankan rencana gan anggaran untuk beroprasi dalam
kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya. Suatu
aspek penting dari rencana adalah potensinya untuk memotivasi orang agar
berkinerja dengan cara yang konsisten dengan tujuan perusahaan.
2. Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian
aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas.
3. Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menentukan biaya dari
setiap produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan penetapan harga dan untuk
evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen, atau divisi.
4. Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi satu tahun atau
untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan nilai
persediaan dan harga pokok penjualan sesuai dengan aturan pelaporan
eksternal.
5. Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang,
yang dapat mengubah pendapatan atau biaya.

II.2 Biaya
II.2.1 Pengertian Biaya
Menurut Mursyidi (2008:14) [5] Biaya merupakan suatu pengorbanan
yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan baik yang
dapat dibebabnkan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang.
Carter (2009:30) [2] yang diterjemahkan oleh Krista mengatakan bahwa
menurut akuntan, akuntansi biaya didefinisikan sebagai suatu nilai tukar,
pengeluaran atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat.
II-4

Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2009:47) [6] yang diterjemahkan


oleh Deny Arnos Kwary mendefinisikan biaya adalah sebagai berikut:
Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini
atau dimasa depan bagi organisasi, biaya dikatakan sebagai setara kas
karena sumber nonkas dapat ditukar dengan barag atau jasa yang
diinginkan.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui biaya adalah suatu
pengorbanan sumber daya yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa
yang diharapkan memberi manfaat saat sekarang atau dimasa yang akan datang.

II.2.2 Klasifikasi Biaya


Definisi klasifikasi biaya atau penggolongan biaya menurut Bastian dan
Nurlela (2009:12) [3] adalah:
Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses
pengelompokan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang
ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat
memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting.
Menurut Bastian dan Nurlela (2009:12) [3] biaya dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Biaya dalam Hubungan dengan Produk
Biaya dalam hubungan dengan produk dapat dikelompokkan menjadi biaya
produksi dan biaya non produksi.
a. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang
terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik. Biaya produksi ini disebut juga dengan biaya produk yaitu biaya-
biaya yang dapat dihubungkan dengan suatu produk, dimana biaya ini
merupakan bagian dari persediaan.
1. Biaya bahan baku langsung
Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri
langsung kepada produk selesai.
2. Tenaga kerja langsung
II-5

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam


merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk selesai dan
dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai.
3. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan langsung dan tenaga
kerja langsung tetapi membantu dalam merubah bahan menjadi produk
selesai. Biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk
selesai. Biaya overhead dapat dikelompokkan menjadi elemen:
a. Bahan tidak langsung (bahan pembantu atau penolong)
Bahan tidak langsung adalah bahan yang digunakan dalam
penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan
biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk
selesai.
b. Tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang membantu
dalam pengolahan produk selesai, tetapi dapat ditelusuri kepada
produk selesai.
c. Biaya tidak langsung lainnya.
Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya selain bahan tidak
langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam
pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada
produk selesai.
b. Biaya Non Produksi
Biaya non produksi adalah biaya yang tidak berhubungan dengan proses
produksi. Biaya non produksi ini disebut dengan biaya komersial atau biaya
operasi dan digolongkan sebagai biaya periode (biaya yang dihubungkan
dengan interval waktu).
Biaya ini dapat dikelompokkan menjadi elemen :
1. Beban pemasaran
Beban pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan apabila produk selesai
dan siap dipasarkan ke tangan konsumen.
2. Beban administrasi
II-6

Beban Administrasi adalah biaya yang dikeluarkan dalam hubungan


dengan kegiatan penentu kebijakan, pengarahan, pengawasan kegiatan
perusahaan secara keseluruhan agar dapat berjalan dengan efektif dan
efisien.
3. Beban Keuangan
Beban keuangan adalah biaya muncul dalam melaksanakan fungsi-
fungsi keuangan.
2. Biaya dalam Hubungan dengan Volume Produksi
Biaya dalam hubungan dengan volume produksi atau perilaku biaya dapat
dikelompokkan menjadi elemen:
1. Biaya Variabel
Biaya variabel yaitu biaya yang berubah sebanding dengan perubahan
volume produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per unit tetap.
2. Biaya Tetap
Biaya tetap yaitu biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis
meningkat atau menurun. Jika aktivitas diharapkan untuk meningkat di atas
kapasitas yang sekarang, biaya tetap harus dinaikkan untuk menangani
peningkatan volume yang diperkirakan.
3. Biaya Semi
Biaya semi adalah biaya yang di dalamnya mengandung unsur tetap dan
mengandung unsur variabel.
Biaya semi ini dapat dikelompokkan dalam dua elemen biaya yaitu:
a. Biaya semi variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang di dalamnya mengandung unsur
tetap dan memperlihatkan karakter tetap dan variabel.
b. Biaya semi tetap
Biaya semi tetap adalah biaya yang berubah dan volume secara
bertahap
3. Biaya dalam Hubungan dengan Departemen Produksi
Perusahaan pabrik dapat dikelompokkan menjadi segmen-segmen dengan
berbagai nama seperti: departemen, kelompok biaya, pusat biaya, unit kerja,
II-7

atau kerja yang dapat digunakan dalam pengelompokkan biaya menjadi dua
yaitu:
1. Biaya langsung departemen
Biaya langsung departemen adalah biaya yang dapat ditelusuri secara
langsung ke departemen bersangkutan.
2. Biaya tidak langsung departemen
Biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri
secara langsung ke departemen bersangkutan.
4. Biaya dalam Hubungan dengan Periode Waktu
Dalam hubungannya dengan periode waktu biaya dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
1. Biaya pengeluaran modal
Biaya pengeluaran modal adalah biaya yang dikeluarkan untuk
memberikan manfaat di masa depan dan dalam jangka waktu yang panjang
dan dilaporkan sebagai aktiva.
2. Biaya pengeluaran pendapatan
Biaya pengeluaran pendapatan adalah biaya memberikan manfaat untuk
periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban.
5. Biaya dalan Hubungan dengan Pengambilan Keputusan
Biaya dalam rangka pengambilan keputusan dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu biaya relevan dan biaya tidak relevan.
1. Biaya Relevan
Biaya relevan adalah biaya masa akan datang yang berbeda dalam beberapa
alternatif yang berbeda. Biaya relevan terdiri dari:
a. Biaya diferensial adalah selisish biaya atau biaya yang berbeda
dalam beberapa alternatif pilihan.
b. Biaya kesempatan adalah kesempatan yang dikorbankan dalam
memilih suatu alternatif.
c. Biaya tersamar adalah biaya yang tidak kelihatan dalam catatan
akuntansi tetapi mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
d. Biaya nyata adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan akibat
memilih suatu alternatif.
II-8

e. Biaya yang dapat dilacak adalah biaya yang dapat dilacak kepada
produk selesai.
2. Biaya tidak relevan
Biaya tidak relevan adalah biaya yang dikeluarkan tetapi tidak
mempengaruhi keputusan apapun. Biaya relevan dapat dikelompokkan
menjadi elemen:
a. Biaya masa lalu atau histori adalah biaya yang sudah dikeluarkan
tetapi tidak mempengaruhi keputusan apapun.
b. Biaya terbenam adalah biaya yang tidak dapat kembali.

II.3 Harga Pokok Produksi


Harga pokok produksi merupakan perhitungan biaya yang berhubungan
dengan produksi. Menurut Supriyono (2000:288) [7] Harga Pokok Produksi
adalah semua elemen biaya yang diproduksi baik tetap maupun variabel.
Sedangkan harga pokok produksi menurut Bustami dan Nurlela (2009:40)
[3] adalah
Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada
suatu produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara
memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya
produksi variabel saja.
Dapat disimpulkan harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli
untuk diproses sampai selesai, dapat dilakukan dengan memasukkan seluruh biaya
yang diproduksi baik tetap maupun variabel.
Menurut Hansen dan Mowen (2009:42) [6], dapat diklasifikasikan dalam
tiga jenis yaitu:
1. Biaya Bahan Baku
Bahanbakumerupakan dasar yang akan digunakan untuk membentuk bagian
yang menyeluruh menjadi produk jadi. Bahanbakuyang digunakan untuk
memproduksi dapat diperoleh melalui pembelian lokal, impor atau dari
pengolahan sendiri. Biaya bahan baku meliputi harga pokok semua bahan
yang dapat diidentifikasi dengan pembuatan suatu jenis produk, dengan
mudah dapat ditelusuri atau dilihat perwujudannya di dalam produk selesai.
Biaya bahan baku memiliki bagian yang signifikan dari total biaya suatu
produk.
II-9

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung


Tenaga kerja merupakan kegiatan fisik yang dilakukan oleh karyawan untuk
mengolah suatu produk. Biaya tenaga kerja langsung meliputi biaya-biaya
yang berkaitan dengan penghargaan dalam bentuk upah yang diberikan
kepada semua tenaga kerja yang secara langsung ikut serta dalam
pengerjaan produk yang hasilnya kerjanya dapat ditelusuri secara langsung
pada produk dan upah yang diberikan merupakan bagian yang besar dalam
memproduksi produk.
3. Biaya Overhead
Pada umumnya dalam suatu perusahaan biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung merupakan biaya produksi langsung. Semua biaya selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang berhubungan
dengan produksi adalah biaya produksi tidak langsung. Istilah ini sesuai
dengan sifat biaya overhead yang tidak dapat atau sulit untuk ditelusuri
secara langsung kepada produk atau aktivitas-aktivitas pekerjaan. Biaya
tidak langsung ini terkumpul dalam suatu kategori yang disebut biaya
overhead pabrik (BOP) dan membutuhkan suatu proses alokasi yang adil
untuk tujuan perhitungan harga pokok produksi atau jasa.
Berdasarkan uraian mengenai unsur-unsur harga pokok produksi tersebut,
dapat kita ketahui bahwa unsur-unsur harga pokok produksi adalah biaya bahan
baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead.

II.3.1 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi


Pada umumnya sifat pengolahan produk dapat dibedakan ke dalam dua
golongan, yaitu golongan produk yang didasarkan atas pesanan dan pengolahan
produk proses (massa). Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan,
mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga
pokok pesanan (job order cost method). Sedangkan perusahaan yang berproduksi
massa, mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode
harga pokok proses (process cost method).
II-10

Menurut Carter & Usry (2004:109) [8] perhitungan biaya berdasarkan


pesanan (job order costing) dan perhitungan biaya berdasarkan proses (process
costing) adalah dua metode akumulasi biaya yang paling banyak digunakan.
Menurut Mulyadi (2008:17) [1] metode pengumpulan harga pokok
produksi dibagi menjadi dua, yaitu metode harga pokok pesanan (Job order cost
method), dan metode harga pokok proses (Process cost method).
1. Metode Harga Pokok Pesanan
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan
pengolahan produknya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Contoh
perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan antara lain adalah perusahaan
percetakan, perusahaan mebel, dan perusahaan dok kapal.
Menurut Mulyadi (2008:17) [1], pengertian metode harga pokok pesanan
adalah sebagai berikut :
Metode harga pokok pesanan adalah biaya-biaya produksi dikumpulkan
untuk pesanan tertentu dan harga pokok per satuan produk yang dihasilkan
untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total
biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam
pesanan yang bersangkutan.

Karakteristik dari metode harga pokok pesanan menurut Mulyadi (2008:38)


[1] adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan
spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok
produksinya secara individual.
b. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungan dengan produk
menjadi dua kelompok berikut ini : biaya produksi langsung dan biaya
produksi tidak langsung.
c. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan
istilah overhead pabrik
d. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi
pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan
biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan
berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka.
II-11

e. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan
untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam
pesanan yang bersangkutan.
Manfaat Informasi harga pokok produksi setiap pesanan bagi manajemen
menurut Mulyadi (2008:71) [1] sebagai berikut:
1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
2. Memantau realisasi biaya produksi.
3. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca.
Berdasarkan pengertian dan karakteristik metode harga pokok pesanan yang
dikemukakan, penulis dapat membuat kesimpulan mengenai harga pokok pesanan.
Kegiatan produksi berdasarkan pesanan dimulai dengan adanya pesanan dari
konsumen kemudian dibuat perintah produksi (Production Order) untuk
melaksanakan kegiatan produksi tersebut sesuai dengan keinginan konsumen.
2. Metode Harga Pokok Proses
Proses merupakan suatu sistem pengumpulan biaya produksi yang
dilakukan untuk setiap departemen atau pusat biaya, Sistem harga pokok proses ini
digunakan pada industri industri yang berproses secara massa.
Menurut Bustami dan Nurlela (2009: 91) [2] metode harga pokok proses
adalah sebagai berikut :
Metode harga pokok proses adalah suatu metode dimana bahan baku,tenaga
kerja, dan overhead pabrik dibebankan kepusat biaya atau departemen.
Biaya yang dibebankan ke setiap unit produk yang dihasilkan ditentukan
dengan membagi total biaya yang dibebankan kepusat biaya atau
departemen tersebut dengan jumlah unit yang diproduksi pada pusat biaya
yang bersangkutan.

Karakteristik dari metode harga pokok proses menurut Bustami dan Nurlela
(2009: 91) [3] adalah sebagai berikut :
1. Proses produksi bersifat kontinyu
2. Produksi bersifat massa, tujuannya mengisi persediaan yang siap dijual.
II-12

3. Produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya


bersifat homogen.
4. Biaya dibebankan ke setiap unit dengan membagi total biaya yang
dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi.
5. Akumulasi biaya dilakukan berdasarkan periode tertentu.
Perusahaan yang menggunakan metode harga pokok produksi proses
menghasilkan produk homogen (sejenis), bersifat standar dan tidak tergantung pada
spesifikasi yang diminta konsumen. Sedangkan biaya-biaya produksi dikumpulkan
untuk periode tertentu dan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan
dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk
periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang
bersangkutan.

II.3.2 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi


Informasi biaya sangat bermanfaat untuk menentukan harga pokok
produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Ada dua metode pendekatan didalam
menentukan harga pokok produksi, yaitu :
1. Metode Full Costing
Pengertian full costing menurut Mulyadi (2008:17) [1] adalah sebagai
berikut:
Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok
produksi, yang terdiri dari : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik ysng bersifat variabel maupun tetap.
Dengan demikian, unsur unsur biaya produksi menurut metode full costing
adalah sebagi berikut:
Biaya Bahan Baku xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel xxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap xxx
Harga Pokok Produksi xxx
II-13

Jika perusahaan menggunakan full costing di dalam akuntansi biaya


produksinya, pada akhir periode akuntansi biaya overhead pabrik akan dilakukan
perhitungan selisih biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk.
2. Metode Variable Costing
Menurut Mulyadi (2009:18) pengertian dari variable costing adalah sebagai
berikut:
Variable Costing adalah penentuan harga pokok yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam harga
pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Dengan demikian unsur unsur harga pokok produksi menurut metode
variable costing adalah sebagai berikut:
Biaya Bahan Baku xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Biaya Overhead Pabrik Variable xxx
Harga pokok Produksi xxx
Biaya Variabel xxx
Biaya Administrasi dan Umum xxx
Biaya Pemasaran Variabel xxx
Biaya Tetap xxx
Biaya Administrasi dan Umum Tetap xxx
Biaya Pemasaran Tetap xxx
Harga Pokok produk xxx
Jika perusahaan menggunakan variable costing di dalam akuntansi biaya
produksinya, pada akhir periode akuntansi biaya overhead pabrik akan dianalisis
untuk dipisahkan ke dalam biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik
variable. Dengan begitu, manfaat bagi pihak manajemen untuk perencanaan laba
jangka pendek, pengendalian biaya, dan pembuatan keputusan.

II.4 Produk Cacat


II.4.1 Pengertian Produk Cacat
Dalam suatu proses produksi, hampir dapat dipastikan akan selalu terdapat
sisa bahan baku yang tidak dapat dipergunakan lagi dan tidak mempunyai nilai atau
II-14

harga atau sisa bahan yang masih dapat dipergunakan untuk proses produksi antara
lain, sehingga mempunyai nilai atau harga. Disamping itu, didalam proses produksi
sangat mungkin terdapat produk yang rusak dan produk yang cacat.
Dalam penelitian Tugas Akhir ini penulis membatasi pembahasan penelitian
hanya pada produk cacat yang dapat terjadi dalam proses produksi saja.
Menurut Bastian dan Nurlela (2009:68) [3] menyatakan bahwa pengertian
produk cacat sebagai berikut:
Produk cacat adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi,
dimana produk yang dihasilkan tersebut tidak sesuai dengan standar mutu
yang telah ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan
kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat
disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik.
Sedangkan Firdaus dan Wasilah (2012:9) [9] mejelaskan bahwa:
Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar produksi karena
kesalahan dalam bahan, tenaga kerja, atau mesin dan harus diproses lebih
lanjut agar memenuhi standar mutu yang ditentukan, sehingga produk
tersebut dapat dijual.
Dari definisi diatas yang dikemukakakn dapat disimpulkan produk cacat
adalah produk yang mengalami kegagalan dalam proses produksi sehingga produk
yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan, dan
sebagai akibatnya perusahaan perlu mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk
memperbaiki produk cacat. Dalam proses produksi, produk cacat ini kemungkinan
timbul karena kesalahan bahan, pekerjaan, maupun kesalahan yang disebabkan oleh
mesin.

II.4.2 Perlakuan Akuntansi dan Perhitungan Produk Cacat


Menurut Carter & Ursy (2009:227) [8] perlakuan akuntansi untuk barang
cacat bergantung pada jenis penyebabnya:
1. Produk Cacat yang disebabkan oleh Pelanggan
Jika barang cacat terjadi karena tindakan tertentu yang dilakukan oleh
pelanggan, maka hal tersebut tidak boleh dianggap sebagai biaya mutu.
Pelanggan sebaiknya membayar jenis barang cacat seperti ini. Biaya yang
tidak tertutup oleh penjualan barang cacat sebaiknya dibebankan ke pesanan
tersebut.
2. Produk Cacat yang Disebabkan Oleh Kegagalan Internal
II-15

Jika barang cacat terjadi karena kegagalan internal seperti kecerobohan


karyawan atau usangnya mesin, biaya yang tidak tertutup dari penjualan
barang cacat sebaiknya dibebankan ke pengendali overhead pabrik dan
dilaporkan secara periodik kepada manajemen.
Perlakuan akuntansi untuk produk cacat menurut Firdaus dan Wasillah
(2012:69) [9] yaitu:
1. Biaya tambahan untuk menyempurnakan unit-unit cacat dibebankan ke akun
biaya overhead pabrik (factory overhead control) jika sifat cacat barang
adalah normal, tetapi tidak terjadi pada tingkat yang sama antara pekerjaan
yang satu dengan yang lainnya atau kecacatan ini dikarenakan oleh suatu
kejadian luar biasa yang tidak diharapkan akan terjadi lagi. Jika cacatnya
bersifat normal maka berdasarkan pengalaman yang lalu jumlah biaya
tambahan tersebut dapat diperhitungkan dalam tarif biaya overhead pabrik.
Pencacatan dalam jurnal untuk produk cacat adalah sebagai berikut:
a. Untuk biaya produksi dari pekerjaan pesanan
Dr. Barang dalam Proses xxx
Cr. Persediaan Bahan xxx
Cr. Gaji dan Upah xxx
Cr. Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xxx
b. Untuk biaya tambahan atas unit-unit cacat
Dr. Barang dalam Proses xxx
Cr. Persediaan Bahan xxx
Cr. Gaji dan Upah xxx
Cr. Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xxx
c. Untuk pekerjaan yang selesai
Dr. Barang Jadi xxx
Cr. Barang dalam Proses xxx
2. Biaya tambahan untuk menyempurnakan unit-unit yang cacat dibebankan ke
pekerjaan yang bersangkutan. Hal ini diperlakukan jika sifat cacat barang
adalah normal dan terjadi pada tingkat yang sama antara masing-masing
pekerjaan, atau jika sifat cacat barang ini juga disebabkan oleh persyaratan
khusus yang diinginkan oleh pelanggan.
II-16

Pencacatan dalam jurnal untuk produk cacat adalah sebagai berikut:


a. Untuk biaya produksi dari pekerjaan pesanan khusus
Dr. Barang dalam Proses xxx
Cr. Persediaan Bahan xxx
Cr. Gaji dan Upah xxx
Cr. Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xxx
b. Untuk biaya tambahan atas unit-unit yang cacat
Dr. Barang dalam Proses xxx
Cr. Persediaan Bahan xxx
Cr. Gaji dan Upah xxx
Cr. Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xxx
c. Untuk pekerjaan atas pesanan khusus yang selesai
Dr. Barang Jadi xxx
Cr. Barang dalam Proses xxx

II.5 Penelitian Terdahulu


Tabel II.1 Daftar penelitian terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun)
1. Fanny Regina Tinjauan Atas Penerapan harga pokok produksi
(2014) Perlakuan Untuk yang digunakan oleh perusahaan
Produk Cacat Pada metode job order costing dan jumlah
Divisi Tempa dan persentase kecacatannya dibawah
Cor PT. PINDAD kebijakan batas toleransi
(PERSERO)
BAB III
METODA DAN PROSES PENYELESAIAN

III.1 Langkah-Langkah dan Metodologi Penyelesaian Masalah


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perlakuan akuntansi dalam
menangani produk cacat dengan cakupan pengaruh laba serta pencatatan yang
dilakukan oleh perusahaan IKR T-Shirt, jika dihadapkan perusahaan dengan adanya
produk cacat maka perlakuan akuntansi ini sebagai pertimbangan untuk menilai
sejauh mana perlakuan akuntansi yang tepat dapat membantu perusahaan dalam
menekan tingkat kerusakan dan kecatatan produk yang dihasilkan dalam proses
produksi.
Secara garis besar, pada penelitian ini akan dilakukan beberapa langkah
penelitian dalam penyelesaian masalah, yaitu:
1. Studi Pendahuluan
Pada tahap ini dilakukan studi literatur dan studi lapangan. Studi literature
dilakukan untuk mengetahui dan mengkaji secara teoritis sebagai dasar
dalam melakukan analisis perlakuan akuntansi untuk produk cacat.
Sedangkan studi lapangan digunakan untuk merumuskan masalah serta
mengumpulkan data-data yang diperlukan sebagai alat pendukung yang
akurat.
2. Perumusan Masalah
Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah dalam perlakuan akuntansi
untuk produk cacat pada Ikr T-Shirt, serta merumuskan tujuan dilakukannya
penelitian ini. Perumusan masalah didapat dari hasil analisis saat melakukan
studi lapangan serta hasil wawancara dengan pihak yang bersangkutan.
3. Penetapan Tujuan Masalah
Tahap ini yaitu penetapan tujuan masalah berdasarkan masalah yang telah
ditentukan. Hal tersebut dilakukan agar tujuan penelitian yang ingin dicapai
menjadi terarah dan jelas.

III-1
III-2

4. Pengumpulan dan Pengolahan Data


Pada proses ini penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan yang akan
digunakan dalam memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Setelah
data terkumpul dan dapat mendukung proses penelitian, dilakukan
pengolahan data yang akan di analisis sebagai suatu sumber akurat yang
akan mendukung jalannya proses penelitian.
5. Analisis
Pada tahap ini akan dilakukan pembahasan dan pengolahan data secara
lebih mendalam. Setiap data yang ada akan dianalisis dan dikaji guna
mendapatkan pemecahan masalah. Hasil dari pemecahan masalah ini
diharapkan akan dapat memberikan dukungan dan dijadikan alat bantu yang
berguna untuk kepentingan bagian yang terkait.
6. Kesimpulan
Pada tahap ini dilakukan penyimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilaksanakan. Kesimpulan ini berupa pernyataan-pernyataan yang
menggambarkan permasalahan serta jawaban dari permasalahan
perusahaan.
7. Saran
Pada tahap ini diajukan beberapa usulan yang kiranya dapat diterima
sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan dari permasalahan
yang ada. Tahapan ini merupakan tindak lanjut dari pernyataan-pernyataan
yang berasal dari kesimpulan.
Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode
analisis deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada IKR T-Shirt. Metode
analisis deskriftif, yaitu metode penelitian yang membandingkan dan
mengungkapkan masalah yang ada di perusahaan, mengolah data, menganalisis,
meneliti dan menginterpretasikan serta membuat kesimpulan dan memberi saran
yang kemudian disusun pembahasannya secara sistematis sehingga masalah yang
ada diperusahaan dapat dipahami.
Berikut ini diagram alur yang menggambarkan langkah-langkah penelitian
dalam penyelesaian masalah:
III-3

Mulai

Survey Pendahuluan

Studi Literatur Studi Lapangan


ljhgLiterLapan

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Pengumpulan data :
1. Sejarah dan Informasi Perusahaan
2. Struktur Organisasi dan Deskripsi Jabatan
3. Kebijakan perusahaan dalam penetapan harga pokok produksi
4. Data pengeluaran biaya produksi

Analisis
Data

Kesimpulan
& Saran

Selesai

Gambar III.1 Diagram Alir Penyelesaian Masalah

III.2 Bahan atau Materi Tugas Akhir


Bahan atau materi yang akan digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan
penelitian yang berkaitan dengan analisis perlakuan akuntansi produk cacat adalah
teori-teori yang berasal dari akuntansi biaya, dan penelitian yang sudah dilakukan
bersumber pada buku, internet dan penelitian yang sudah dilakukan. Untuk
mendukung penelitian tugas akhir ini, penulis membutuhkan data yang bersumber
dari IKR T-Shirt yaitu:
III-4

1. Sejarah dan informasi IKR T-Shirt.


2. Laporan biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik.
3. Kebijakan perusahaan mengenai produk cacat.

III.3 Alat Analisis Data


Alat analisis data yang digunakan oleh penulis yaitu dimulai dengan
mencari data yang diperlukan berkaitan dengan kajian yang penulis ambil mengenai
analisis perlakuan akuntansi untuk produk cacat kemudian penulis menelaah
seluruh data yang diperoleh melalui wawancara, observasi atau pengamatan,
catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan lain
sebagainya. Selanjutnya data tersebut digunakan dan diolah sebagai bahan untuk
tugas akhir.

III.4 Metoda Pengambilan Data


Metode pengumpulan data dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
jenis data yang dibutuhkan, sumber data, dan teknik pengumpulan data.
III.4.1 Jenis Data
Jenis data penelitian yang digunakan penulis adalah data yang bersifat
kuantitatif. Data kuantitatif yang akan menjadi sumber penelitian oleh penulis yaitu,
laporan biaya produksi. Namun tidak menutup kemungkinan penulis akan
menambahkan data kualitatif untuk tujuan efisiensi. Data-data kualitatif dapat
digambarkan dalam data fisik yang didapat dengan cara melakukan wawancara ke
lapangan dan studi dokumen. Data yang digunakan peneliti juga dibagi menjadi
berikut :
1. Data Subjek
Data subjek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap,
pengalaman, atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang
menjadi subjek penelitian (responden). Jenis data subyek dalam penelitian
ini adalah berupa wawancara langsung kepada pemilik perusahaan yang
berkaitan langsung dalam aktivitas perusahaan.
III-5

2. Data dokumenter
Data Dokumenter adalah jenis data penelitian yang antara lain berupa
dokumen-dokumen atau catatan-catatan. Dalam penelitian ini, data
dokumenter adalah data mengenai sejarah perusahaan, struktur organisasi,
dan deskripsi jabatan.

III.4.2 Sumber Data


Sumber data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan kedua jenis sumber data tersebut.
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli tidak melalui media perantara. Data primer dapat
berupa opini subyek (orang) secara individual atau kelompok, hasil
observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil
pengujian. Dalam penelitian ini, sumber data berasal dari wawancara
seputar produk cacat, selanjutnya penulis juga mencatat informasi yang
dianggap dapat mendukung penelitian ini.
2. Data Sekunder
Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
atau melalui media perantara. Data ini diperoleh dan dicatat oleh pihak lain
melalui studi kepustakaan yang bersumber dari buku-buku literatur maupun
internet. Data sekunder terbagi menjadi dua yaitu, data yang diperoleh dari
internal dan eksternal. Sumber data sekunder didapat dari dalam perusahaan
atau internal seperti berupa Company Profil, dan laporan biaya produksi.

III.4.3 Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu pengumpulan data-data dengan mengadakan peninjauan langsung ke
perusahaan yang dipilih sebagai objek penelitian. Penelitian lapangan ini
merupakan teknik pengumpulan data cara terjun langsung ke lapangan.
III-6

Mengamati objek penelitian dan mengumpulkan data yang cukup. Teknik


yang dilakukan penulis di lapangan antara lain sebagai berikut :
a. Wawancara
Yaitu memperoleh data dengan melakukan wawancara dengan pihak
yang terkaitmemberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak
yang terkait seperti pemilik perusahaan, bagian produksi dan pihak
manajemen yang terkait dalam proses peroduksi.
b. Pengumpulan Dokumen
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan menghimpun dokumen-
dokumen yang terkait dengan biaya produksi. Dokumen tersebut biaya
produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik, serta dokumen-dokumen perusahaan lain yang
terkait dengan produ cacat.

III.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di IKR T-Shirt yang berlokasi di Jl.
Cikutra Gg. Sekepondok Indah Gg. II RT. 02 RW.09 Bandung Jawa Barat. Waktu
penelitian ini dilakukan pada 1 Maret 2016 sampai dengan selesainya tugas akhir
ini.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Gambaran Umum Perusahaan


IKR T-Shirt adalah perusahaan manufaktur yang beroprasi memproduksi
pakaian seperti jaket dan kaos, yang beralamatkan di Jalan Cikutra Gg. Sekepondok
Indah Gg. II RT 02 / RW 09, Cikutra, Kota Bandung.

IV.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan


IKR T-Shirt didirikan pada tahun 1981 oleh Bapak H. Iwa yang merupakan
perusahaan home industry. Pada awalnya Nama Perusahaan Bapak H. Iwa adalah
Iwa Sentosa, beliau memulai usahanya hanya bermodalkan 1 mesin jahit butter fly.
Setelah beberapa tahun berjalan beliau sempat memiliki 75 pegawai dan 100 mesin,
sebelum akhirnya Konveksi Iwa Sentosa sempat tidak berproduksi atau berhenti
pada tahun 2004 selama satu tahun, karena keterbatasan modal untuk melanjutkan
usahanya. Setelah Bapak H. Iwa memiliki modal lagi, beliau meneruskan usaha
konveksi yang sempat berhenti selama satu tahun dan merubah nama Konveksi Iwa
Sentosa menjadi IKR T-Shirt. IKR T-Shirt sendiri diambil dari nama istri dan
anaknya yaitu Ika dan Rizky. Niatan beliau ingin menciptakan lapangan pekerjaan
di tengah ketatnya persaingan untuk mencari pekerjaan, berbekal keterampilan
menjahit yang dimilikinya akhirnya Bapak H. Iwa memulai usahanya kembali
dengan mendirikan sebuah Konveksi yang beroperasi dibidang pembuatan pakaian.
Pada saat awal berproduksi Konveksi IKR T-Shirt memproduksi pakaian berupa
jaket biasa dengan berbagai ukuran yang dipasarkan serta dijual ke beberapa toko
pakaian yang berada di daerah Kota Bandung.
Pada tahun 2007, terdapat permintaan dari salah satu konsumen Konveksi
IKR T-Shirt yang ingin membuat kaos dalam jumlah yang banyak, seiring dengan
berjalannya waktu jumlah permintaan untuk membuat kaos di Konveksi IKR T-
Shirt terus meningkat, konsumen dari Konveksi IKR T-Shirt pun terus bertambah
yang sebagian besar merupakan organisasi mahasiswa di perguruan tinggi yang
berada di daerah Kota Bandung dan sekitarnya. Karena banyaknya permintaan

IV-1
IV-2

untuk membuat kaos himpunan dari konsumennya, maka Konveksi IKR T-Shirt
memutuskan untuk memproduksi kaos himpunan secara tetap. Saat ini selain
memproduksi kaos himpunan, Konveksi IKR T-Shirt juga menerima pesanan untuk
memproduksi jaket himpunan, namun yang paling diprioritaskan adalah produksi
pembuatan kaos himpunan karena kaos himpunan Konveksi IKR T-Shirt
merupakan produk utama yang sudah terkenal dikalangan konsumennya.

IV.1.2 Aktivitas Utama Perusahaan


Aktivitas utama Konveksi IKR T-Shirt adalah melakukan proses produksi
pembuatan pakaian berupa kaos dan jaket untuk memenuhi pesanan reguler dari
konsumennya. Produk kaos dan jaket Konveksi IKR T-Shirt ini diproduksi dalam
berbagai jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan. Konsumen dari
Konveksi IKR T-Shirt sebagian besar merupakan organisai mahasiswa dari
perguruan tinggi, mulai dari perguruan tinggi yang berada di dalam Kota Bandung,
hingga perguruan tinggi yang berada di luar wilayah Kota Bandung. Dalam satu
tahun Konveksi IKR T-Shirt dapat memproduksi kaos himpunan untuk sepuluh
perguruan tinggi bahkan lebih.
Saat ini Konveksi IKR T-Shirt memiliki konsumen yang telah menjadi
pelanggan tetap yang setiap tahunnya selalu melakukan pemesanan untuk membuat
kaos himpunan di Konveksi IKR T-Shirt, kebanyakan pelanggan tetap dan setia
Konveksi IKR T-Shirt ini merupakan perguruan tinggi yang berada di pulau Jawa,
namun tidak hanya di pulau Jawa saja Konveksi IKR T-Shirt juga telah memasarkan
produknya ke beberapa perguruan tinggi yang berada di luar pulau Jawa seperti
perguruan tinggi yang berada di pulau Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

IV.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu wadah dimana seluruh
personil terintegrasi dan terkoordinasi dalam menjalankan aktivitas perusahaan.
Struktur organisasi pula dapat menggambarkan dengan jelas mengenai tugas,
wewenang, serta tanggung jawab setiap anggota perusahaan, sehingga perusahaan
dapat komunikasi dan kordinasi dengan jelas. Dalam rangka melaksanakan
IV-3

kegiatan operasional yang terkait pencapaian tujuan perusahaan, maka diperlukan


adanya struktur organisasi. Berikut ini merupakan struktur organisasi IKR T-Shirt :

Direktur
(Pemilik)

Bagian Bagian Bagian Bagian


Pembelian Produksi Pemasaran Administrasi

Gambar IV.1 Struktur organisasi konveksi IKR T-Shirt


Sumber : Konveksi IKR T-Shirt, Bandung. 2016
Adapun uraian tugas dan wewenang untuk bagian produksi :
a. Direktur (Pemilik)
Direktur sebagai pemilik IKR T-Shirt bertugas untuk memimpin seluruh
aktivitas perusahaan. Direktur merupakan pemegang kendali dan penanggung
jawab perusahaan sehingga setiap pengambilan keputusan harus disetujui oleh
Direktur. Tugas pokok dan wewenang Direktur adalah:
1) Bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan perusahaan serta mengontrol
pelaksanaan kerja setiap pegawai dalam melaksanakan kegiatan usaha.
2) Mengangkat atau memberhentikan pegawai sesuai prosedur yang berlaku.
3) Menentukan pemasok bahan baku.
4) Menentukan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan demi kemajuan
perusahaan.
5) Bertanggung jawab atas jalannya perusahaan secara keseluruhan dengan
koordinasi, pengarahan, kegiatan yang dilakukan dengan tujuan dan
kebijakan perusahaan, seperti yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
6) Mengkoordinir dan mengawasi seluruh aktivitas yang dilaksanakan dalam
perusahaan.
7) Membimbing bawahan dan mendelegasikan tugas-tugas yang dapat
dikerjakan oleh bawahan secara jelas.
8) Mengelola keuangan perusahaan dengan baik agar dapat memperluas usaha.
b. Bagian Pembelian
IV-4

Bagian pembelian memiliki tanggung jawab untuk mengelola masukan


perusahaan pada pengiriman, kualitas dan harga yang tepat, yang meliputi
bahan baku untuk keperluan perusahaan. Adapun tugas bagian pembelian :
1) Melakukan pembelian bahan baku atas dasar nilai atau harga yang telah
ditentukan
2) Membantu melakukan pemilihan bahan baku.
3) Menjaga hubungan dengan suplier yang baik.
c. Bagian produksi
Bagian produksi memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
kegiatan produksi mulai dari mengolah bahan baku hingga menjadi produk jadi,
diantaranya sebagai berikut:
1) Membuat pola dan melakukan pemotongan kain.
2) Melakukan penjahitan dengan mesin jahit.
3) Melakukan penjahitan dengan mesin obras.
4) Melakukan proses steaming atau penyetrikaaan dengan menggunakan
setrika uap.
5) Melakukan proses finishing yang terdiri dari pembersihan benang,
pelipatan, serta pengepakan produk.
6) Melakukan quality control atau pemeriksaan terhadap produk yang telah
jadi.
d. Bagian Pemasaran
Kepala Bagian Pemasaran bertanggung jawab atas segala yang berhubungan
dengan pemasaran produk dalam perusahaan sampai ke konsumen. Adapun
tugas Kepala Bagian Pemasaran adalah sebagai berikut:
1) Bertugas untuk melakukan analisis pasar, meneliti persaingan dan
kemungkinan perubahan permintaan serta mengatur distribusi produksi.
2) Menentukan kebijaksanaan dan strategi pemasaran perusahaan yang
mencakup jenis produk yang akan dipasarkan, harga pendistribusian dan
promosi.
3) Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen dan tingkat persaingan sehingga
dapat ditentukan rencana volume (jumlah) penjualan.
e. Bagian Administrasi
IV-5

Pada perusahaan jenis ini kerja bagian administrasi menjadi sangat penting
karena semua data harus dilakukan pencatatan dengan rapi, dan semua aktifitas
harus dilakukan secara
1) Bertugas untuk menginput (memasukkan) data penjualan
2) Menerima dan membalas telepon/email yang masuk
3) Membuat laporan persedian barang
4) Melakukan order(pesanan) ke pabrik
5) Membuat laporan penjualan yang diminta oleh pimpinan perusahaan

IV.1.4 Proses Produksi


Tahapan produksi yang dilakukan oleh IKR T-Shirt dimulai dari membuat
atau menerima pola desain yang diinginkan oleh konsumen. Berikut adalah proses
produksi kaos himpunan yang dilakukan oleh IKR T-Shirt:
a. Tahap Pembuatan Desain
Tahap pertama ini dilakukan pembuatan desain yang diinginkan oleh
konsumen. Permintaan konsumen akan diterjemahkan ke dalam suatu desain
yang digambarkan oleh pihak Konveksi IKR T-Shirt, jika pembuatan desain
telah selesai maka akan dilakukan tahap selanjutnya yaitu tahap penyiapan
bahan baku dan bahan penolong.
b. Tahap Penyiapan Bahan Baku dan Bahan Penolong
Pada tahap ini, bagian pembelian membeli bahan baku yaitu berupa kain yang
jenisnya sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen dan ukuran pembelian
kainnya pun disesuaikan dengan jumlah unit yang diproduksi. Selain pembelian
bahan baku, bagian pembelian pun membeli bahan penolong agar produksi
pembuatan kaos himpunan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
c. Tahap Pembuatan Pola
Pembuatan pola sangat penting dalam pembuatan kaos himpunan. Baik
tidaknya kaos himpunan yang dikenakan dibadan seseorang sangat dipengaruhi
oleh kebenaran pola itu sendiri. Diperlukan ketepatan dan ketelitian dalam
menentukan kebenaran garis-garis pola, seperti garis lingkar lengan, garis lekuk
leher, bahu, sisi badan, bentuk lengan, dan lain sebagainya. Kaos himpunan
yang dibuat menggunakan standar ukuran nasional yaitu ukuran S, M, L, XL,
IV-6

dan XXL, oleh karena itu pola kaos himpunan dapat digunakan berulang-ulang
untuk membuat kaos himpunan dari konsumen yang berbeda.
d. Tahap Pemotongan (Cutting)
Setelah pembuatan pola, maka tahap berikutnya adalah pemotongan kain, baik
kain yang menjadi bahan baku maupun kain yang menjadi bahan penolong.
Pada tahap ini dilakukan pembentangan kain, kemudian kain digelar beberapa
lapis disesuaikan dengan kebutuhan. Kain kemudian diratakan dan diatasnya
diletakkan pola yang telah dibuat. Pola akan dilepas dari bahan apabila garis-
garis dan tanda-tanda pada pola telah dijiplak ke atas kain dengan bantuan kapur
jahit, setelah itu barulah proses pemotongan kain dilakukan dengan
menggunakan mesin potong.
e. Tahap Penjahitan (Sewing)
Tahap penjahitan merupakan proses utama dari pekerjaan konveksi serta
merupakan tahapan yang memakan waktu paling lama. Proses penjahitan ini
sendiri dilakukan melalui beberapa tahapan jenis pekerjaan yaitu penjahitan
dengan menggunakan mesin jahit yang dilakukan pada masing - masing
komponen, kemudian menyatukan komponen-komponen tersebut menjadi
sebuah produk kaos himpunan. Pakaian yang telah selesai dijahit dengan
menggunakan mesin jahit akan melalui tahapan selanjutnya yaitu penjahitan
dengan menggunakan mesin obras, pada tahap ini bagian tepi kampuh yang
bertiras dirapikan dengan mesin obras agar benang-benang kain tidak terlepas.
f. Tahap Quality Control
Pada tahap ini dilakukan beberapa proses tahapan, tahap yang pertama
dilakukan adalah pencocokan serta penghitungan produk apakah telah sesuai
atau belum dengan pesanan konsumen, kemudian dilakukan pemeriksaan
ukuran dari produk apakah telah sesuai dengan size yang terpasang. Size beserta
ukuran bagian-bagiannya dapat dilihat pada size spesifikasi yang telah
ditentukan sebelumnya. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara size dengan
ukurannya maka produk harus direparasi atau diperbaiki. Tahap selanjutnya
adalah pemeriksaan produk cacat, pemeriksaan dilakukan dengan melihat
apakah kaos himpunan memiliki jahitan yang tidak sempurna, terdapat
perbedaan warna, terdapat noda pada kain, serta terdapat cacat pada bahan.
IV-7

Tahap terkahir dari quality control ini adalah pemeriksaan untuk terakhir
kalinya sebelum masuk ke tahap finishing.
g. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini terdapat beberapa proses tahapan, yang pertama adalah proses
trimming yaitu pembersihan benang-benang sisa dari penjahitan, pembersihan
dan penghilangan sisa-sisa benang yang terdapat pada kaos himpunan dilakukan
secara manual dengan menggunakan gunting. Tahap yang kedua adalah
steaming yaitu penyetrikaan dengan setrika uap, kaos himpunan disetrika
dengan setrika uap untuk mematikan benang serta agar kain menjadi rapih.
Setelah penyetrikaan selesai dilakukan, tahap yang ketiga adalah pelipatan,
proses pelipatan dilakukan untuk merapihkan pakaian sebelum dimasukkan ke
dalam kemasan, dan tahap yang terakhir dari finishing adalah packaging yaitu
pengemasan kaos himpunan ke dalam sebuah plastik yang dilakukan dengan
cara manual.

IV.1.5 Kebijakan Perusahaan Terhadap Perlakuan Akuntansi Produk Cacat


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada pemilik
perusahaan dapat diketahui bahwa perusahaan memiliki beberapa kebijakan teekait
produk cacat. Produk cacat dapat terjadi pada berbagai macam produk. Hal ini
diketahui saat quality control, setelah selesai pengolahan barang setengah jadi
menjadi pakaian jadi. Kebanyakan cacat yang terjadi diakibatkan oleh berbagai hal,
seperti cacat kain, cacat sablon, dan kesalahan karyawan baik itu kurang teliti dalam
memeriksa atau pada saat proses produksi, sehingga pakaian cacat tersebut
dinyatakan tidak sesuai standar kualitas barang yang dipesan. Jika ingin
memproduksi sesuai dengan yang dipesan, maka perusahaan harus melakukan
pengerjaan pakaian kembali (rework). maka perusahaan menentukan kebijakan
untuk produk cacat sebagai berikut:
a. IKR T-Shirt menetapkan batas toleransi produk cacat maksimal 2%.
b. IKR T-Shirt menetapkan tarif estimasi harga pokok produksi 30% dari jumlah
biaya bahan baku dengan biaya tenaga kerja langsung.
IV-8

c. Biaya pengerjaan kembali produk cacat yang disebabkan oleh pelanggan


perusahaan menetapkan alokasi biaya bahan baku 10%, biaya tenaga kerja
langsung 30%, dan biaya overhead pabrik 60%.
d. Biaya pengerjaan kembali produk cacat yang disebabkan oleh internal
perusahaan menetapkan alokasi biaya bahan baku 40%, biaya tenaga kerja
langsung 30%, dan biaya overhead pabrik 30%.

IV.2 Hasil
IV.2.1 Perhitungan Biaya Produksi pada IKR T-Shirt
Pada tahun 2015 Konveksi IKR T-Shirt memproduksi sebanyak 4.500 unit
kaos himpunan. Berikut penulis sajikan terlebih dahulu jumlah produksi di
Konveksi IKR T-Shirt pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :
Tabel IV.1 Produksi kaos himpunan di Konveksi IKR T-Shirt
pada tahun 2015
No Jenis Jumlah
1 Kain Cotton Combad 4.500
2 Kain PE 0
3 Kain Cardet 0
4 Kain Katun 0
Jumlah 4.500
Sumber : Konveksi IKR T-Shirt, Bandung. (Data Diolah), 2016
Konveksi IKR T-Shirt memproduksi kaos himpunan dengan empat jenis
kain. Pada tahun 2015 produksi kaos himpunan seluruhnya menggunakan jenis kain
cotton combad sesuai permintaan pelanggan, sehingga peneliti hanya
memfokuskan pada jenis kain cotton combad. Konveksi IKR T-Shirt
mengelompokkan biaya-biaya ke dalam 2 golongan yaitu biaya produksi dan biaya
non produksi yang masing-masing golongan memiliki klasifikasi biaya tersendiri.
Berikut adalah perhitungan biaya produksi pada Konveksi IKR T-Shirt :
a. Biaya Bahan Baku Langsung
Pada proses produksi pembuatan kaos himpunan yang dilakukan Konveksi IKR
T-Shirt menggunakan bahan baku berupa kain cotton combad untuk 4.500 unit
kaos himpunan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Konveksi IKR T-Shirt,
untuk memproduksi 1 unit kaos himpunan dibutuhkan bahan baku kain dengan
IV-9

ukuran panjang dan lebar 1.20 x 1.50 meter. Semua jenis kain yang digunakan
sebagai bahan baku dalam memproduksi kaos himpunan memiliki lebar yang
sama yaitu 1.50 meter karena merupakan ukuran yang baku. Oleh karena itu,
perhitungan kain yang digunakan adalah berdasarkan pada ukuran panjangnya,
sehingga untuk memproduksi 4,500 unit kaos himpunan dibutuhkan kain cotton
combad dengan ukuran panjang 5,400 meter (4,500 unit x 1.20 meter) dan
harga kain cotton combad per meter adalah Rp 18,000. Dengan demikian maka
besarnya pembelian bahan baku berupa kain cotton combad untuk produk kaos
himpunan adalah Rp 97.200.000 (5,400 meter x Rp 18,000) atau Rp 21,600 per
unit.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka berikut ini akan disajikan biaya
bahan baku untuk produk kaos himpunan yang dapat dilihat melalui tabel di
bawah ini :
Tabel IV.2 Perhitungan biaya bahan baku langsung
Kebutuhan/ Harga/ Jumlah
No Deskripsi Satuan Jumlah Biaya
Produk Satuan Produksi
Kain
1 Cotton 1,2 Meter Rp 18,000 4,500 Rp 97,200,000
Combad
JUMLAH BIAYA BAHAN BAKU LANGSUNG Rp 97,200,000
Sumber : Konveksi IKR T-Shirt, Bandung. (Data Diolah), 2016
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dibayarkan kepada tenaga kerja
yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi melalui proses produksi. Biaya
tenaga kerja langsung yang terdapat di Konveksi IKR T-Shirt adalah biaya
tenaga kerja bagian pola dan pemotongan, biaya tenaga kerja bagian penjahitan
dengan mesin jahit, biaya tenaga kerja bagian penjahitan dengan mesin obras,
biaya tenaga kerja bagian steaming (setrika uap), dan biaya tenaga kerja bagian
finishing. Berikut merupakan perhitungan biaya tenaga kerja langsung yang
terdapat pada Konveksi IKR T-Shirt:
IV-10

Tabel IV.3 Perhitungan biaya tenaga kerja langsung


No Jenis Tenaga Kerja Tarif/Unit Jumlah Total
(Unit)
1 Bagian Pola dan Rp 1,500 4,500 Rp 6,750,000
Pemotongan
2 Bagian Penjahit dengan Rp 6,500 4,500 Rp 29,250.000
Mesin Jahit
3 Bagian Penjahitan Rp 1,500 4,500 Rp 6,750,000
dengan Mesin Obras
4 Bagian Steaming Rp 1,000 4,500 Rp 4,500,000
(Setrika uap)
5 Bagian Finishing Rp 1,000 4,500 Rp 4,500,000
JUMLAH BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG Rp 51,750,000
Sumber : Konveksi IKR T-Shirt, Bandung. (Data Diolah), 2016

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa total biaya tenaga kerja
langsung yang dikeluarkan oleh Konveksi IKR T-Shirt untuk memproduksi
kaos himpunan adalah sebesar Rp 51,750,000. Dengan demikian total biaya
tenaga kerja langsung untuk setiap unit produk kaos himpunan sebesar Rp
11,500 per unit ( Rp 51,750,000 : 4,500 unit ).
c. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung yang dikeluarkan perusahaan untuk proses produksi. Biaya
overhead pabrik dalam perusahaan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu biaya
bahan penolong dan biaya overhead lainnya.
1) Biaya Bahan Penolong
Berdasarkan data yang diperoleh dari Konveksi IKR T-Shirt, bahan
penolong yang digunakan dalam memproduksi pembuatan kaos himpunan
adalah sebagai berikut:
a) Badge Himpunan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Konveksi IKR T-Shirt, badge
himpunan yang digunakan untuk memproduksi 1 kaos himpunan
memiliki harga yaitu Rp 1,500 karena variasi warna pada badge
IV-11

himpunan tidak terlalu banyak. Dengan demikian maka besarnya


pembelian badge himpunan untuk produk kaos himpunan adalah Rp
6,750,000 (1 buah x 4,500 unit x Rp 1,500).
b) Benang Jahit
Berdasarkan data yang diperoleh dari Konveksi IKR T-Shirt, 1 buah
benang jahit dapat digunakan untuk menjahit 5 unit kaos himpunan
sehingga untuk menjahit 4,500 unit kaos himpunan dibutuhkan benang
jahit sebanyak 900 buah (1 buah : 5 unit x 4,500 unit). Benang jahit yang
digunakan untuk memproduksi kaos himpunan memiliki harga yaitu Rp
1,200 per buah. Dengan demikian maka besarnya biaya pembelian
benang jahit untuk produk kaos himpunan adalah Rp 1,080,000 (900
buah x Rp 1,200).
c) Benang Obras
Berdasarkan data yang diperoleh dari Konveksi IKR T-Shirt, 3 buah
benang obras dengan berat masing - masing 1 kg dapat digunakan untuk
menjahit 500 unit kaos himpunan, sehingga untuk menjahit 4,500 unit
kaos himpunan dibutuhkan benang obras sebanyak 27 kg (3 kg : 500
unit x 4,500 unit). Benang obras yang digunakan untuk produk kaos
memiliki harga yaitu Rp 10,000/ buah. Dengan demikian maka besarnya
biaya pembelian benang obras untuk produk kaos himpunan adalah Rp
270,000 (27 kg x Rp 10,000).
Tabel IV.4 Perhitungan biaya penolong

Kebutuhan Harga/ Jumlah


No Deskripsi Satuan Jumlah Biaya
/ Produk Satuan Produksi
Badge
1 1 Buah Rp 1,500 4,500 Rp 6,750,000
Himpunan
Benang
2 0.2 Buah Rp 1,200 4,500 Rp 1,080,000
Jahit
Benang
3 0.006 Kg Rp 10,000 4,500 Rp 270,000
Obras
JUMLAH BIAYA BAHAN PENOLONG Rp 8,100,000
Sumber : Konveksi IKR T-Shirt, Bandung. (Data Diolah), 2016

Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa biaya bahan


penolong yang harus dikeluarkan oleh Konveksi IKR T-Shirt untuk
IV-12

memproduksi kaos himpunan adalah sebesar Rp 8,100,000 atau Rp 1,800


per unit ( Rp 8,100,000 : 4,500 unit ).
2) Biaya overhead lainnya
a) Biaya Kemasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Konveksi IKR T-Shirt biaya
kemasan yaitu berupa biaya pembelian plastik yang digunakan untuk
pengemasan produk kaos himpunan yang telah jadi yaitu sebesar Rp 600
per pcs plastik. Dengan demikian maka besarnya biaya kemasan untuk
memproduksi kaos himpunan adalah Rp 2,700,000 (4,500 unit x Rp
600).
b) Biaya Gas
Proses produksi pembuatan kaos himpunan yang dilakukan oleh
Konveksi IKR T-Shirt menggunakan gas. Gas tersebut digunakan
sebagai bahan bakar untuk setrika uap yang digunakan pada tahap
finishing. Berdasarkan data yang diperoleh dari Konveksi IKR T-Shirt,
1 tabung gas LPG dengan berat 3 kg dapat dijadikan bahan bakar untuk
menyetrika kaos himpunan sebanyak 50 unit, sehingga untuk
penyetrikaan 4,500 unit kaos himpunan dibutuhkan bahan bakar gas
LPG 3 kg sebanyak 90 tabung (1 tabung : 50 unit x 4,500 unit). Dengan
demikian maka besarnya biaya gas untuk produk kaos himpunan adalah
Rp 1,800,000 (90 tabung x Rp 20,000). Jadi besarnya biaya gas untuk
setiap unit kaos himpunan sebesar Rp 400 per unit (Rp 1,800,000 : 4,500
unit ).
c) Biaya Listrik
Berdasarkan data yang diperoleh dari pemilik perusahaan. Biaya listrik
pada tahun 2015 sebesar Rp 5,940,000. Dengan demikian biaya yang
dibebankan pada setiap produk apabila memproduksi 4,500 unit kaos
himpunan adalah sebesar Rp 1,320 (Rp 5,940.000 : 4,500 unit).
d) Biaya Penyusutan Mesin
Berdasarkan data yang diperoleh dari Konveksi IKR T-Shirt, biaya
penyusutan mesin yang terdapat pada Konveksi IKR T-Shirt terdiri dari
biaya penyusutan mesin jahit, biaya penyusutan mesin obras, biaya
IV-13

penyusutan mesin potong, dan biaya penyusutan setrika uap. Berikut ini
merupakan perhitungan biaya penyusutan mesin yang terdapat pada
Konveksi IKR T-Shirt:
Tabel IV.5 Perhitungan Biaya Penyusutan Mesin
Harga Total Biaya Penyusutan/
No Mesin Jml UE
Perolehan Perolehan Tahun
1 Mesin Jahit 10 Rp 10,000,000 Rp 100,000,000 10 Rp 10,000,000
Mesin
2 1 Rp 14,000,000 Rp 14,000,000 10 Rp 1,400,000
Obras
Mesin
3 1 Rp 9,000,000 Rp 9,000,000 10 Rp 900,000
Potong
4 Setrika Uap 1 Rp 6,000,000 Rp 6,000,000 5 Rp 1,200,000
JUMLAH BIAYA PENYUSUTAN MESIN Rp 13,500,000
Keterangan :
Jml : Jumlah
UE : Umur Ekonomis
Sumber : Konveksi IKR T-Shirt, Bandung. (Data Diolah), 2016
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa total biaya
penyusutan mesin yang dikeluarkan oleh Konveksi IKR T-Shirt pada
tahun 2015 adalah sebesar Rp 13,500,000. Dengan demikian biaya yang
dibebankan pada setiap produk apabila memproduksi 4,500 unit kaos
himpunan adalah sebesar Rp 3,000 (Rp 13,500,000 : 4,500 unit).
e) Biaya Pemeliharaan dan Reparasi Mesin
Berdasarkan data yang diperoleh dari Konveksi IKR T-Shirt, biaya
pemeliharaan dan reparasi mesin yang terdapat pada Konveksi IKR T-
Shirt terdiri dari biaya pemeliharaan dan reparasi mesin jahit, biaya
pemeliharaan dan reparasi mesin obras, biaya pemeliharaan dan reparasi
mesin potong, serta biaya pemeliharaan dan reparasi setrika uap. Biaya
pemeliharaan dan reparasi mesin Konveksi IKR T-Shirt yang besar
biayanya adalah Rp 550,000 untuk setiap mesin jahit dan mesin obras,
serta masing-masing Rp 350,000 untuk mesin potong dan setrika uap.
IV-14

Berikut ini merupakan perhitungan biaya pemeliharaan dan reparasi


mesin yang terdapat pada Konveksi IKR T-Shirt:
Tabel IV.6 Perhitungan Biaya Pemeliharaan dan Reparasi Mesin
No Mesin Jumlah Biaya Pemeliharaan Total Biaya
Unit dan Reparasi Mesin
1 Mesin Jahit 10 Rp 550,000 Rp 5,500,000
2 Mesin Obras 1 Rp 550,000 Rp 550,000
3 Mesin Potong 1 Rp 350,000 Rp 350,000
4 Setrika Uap 1 Rp 350,000 Rp 350,000
Total Biaya Pemeliharaan dan Reparasi Mesin Rp 6,750,000
Sumber : Konveksi IKR T-Shirt, Bandung. (Data Diolah), 2016
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa total biaya
pemeliharaan dan reparasi mesin yang dikeluarkan oleh Konveksi
IKR T-Shirt pada tahun 2015 adalah sebesar Rp 6,750,000. Dengan
demikian biaya yang dibebankan pada setiap produk apabila
memproduksi 4,500 unit kaos himpunan adalah sebesar Rp 1,500
(Rp 6,750,000 : 4,500 unit).
f) Biaya Peralatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Konveksi IKR T-Shirt, biaya
peralatan yang terdapat pada Konveksi IKR T-Shirt terdiri dari
biaya untuk alat gunting jahit, gunting biasa dan penggaris. Berikut
ini merupakan rincian biaya peralatan yang terdapat pada Konveksi
IKR T-Shirt:
Tabel IV.7 Perhitungan Biaya Peralatan
Harga Total Biaya Penyusutan/
No Peralatan JU UE
Perolehan Perolehan Tahun
Gunting
1 11 Rp 220,000 Rp 2,420,000 8 Rp 302,500
Jahit
Gunting
2 5 Rp 22,300 Rp 111,500 1 Rp 11,500
Biasa
3 Penggaris 3 Rp 60,000 Rp 180,000 5 Rp 36,000
JUMLAH BIAYA PENYUSUTAN MESIN Rp 450,000
IV-15

Sumber : Konveksi IKR T-Shirt, Bandung. (Data Diolah), 2016


Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa total biaya
peralatan yang dikeluarkan oleh Konveksi IKR T-Shirt pada tahun
2015 adalah sebesar Rp 450,000. Dengan demikian biaya yang
dibebankan pada setiap produk apabila memproduksi 4,500 buah
kaos himpunan adalah sebesar Rp 100 (Rp 450,000 : 4,500 unit).
g) Biaya Penyusutan Gedung Produksi
Berdasarkan data yang diperoleh dari pemilik Konveksi IKR T-
Shirt, biaya penyusutan gedung produksi setiap tahunnya sebesar
5% dari harga gedung produksi yaitu Rp 300,000,000, sehingga
biaya penyusutan bangunan keseluruhan adalah sebesar Rp
15,000,000. Luas bangunan perusahaan Konveksi IKR T-Shirt
keseluruhan adalah 195 m2, sedangkan luas bangunan yang dipakai
untuk proses produksi adalah 30 m2 sehingga biaya penyusutan
gedung produksi adalah sebesar Rp 2,307,692 (30 m2 : 195 m2 x Rp
15,000,000). Dengan demikian biaya yang dibebankan pada setiap
produk apabila memproduksi 4,000 unit kaos himpunan adalah
sebesar Rp 513 (Rp 2,307,692 : 4,500 unit).
Berdasarkan perhitungan tersebut maka selanjutnya dapat disajikan biaya
overhead pabrik yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi kaos
himpunan yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
Tabel IV.8 Perhitungan biaya overhead pabrik
Keterangan Total Biaya
Biaya Penolong Rp 8,100,000
Biaya Kemasan Rp 2,700,000
Biaya Gas Rp 1,800,000
Biaya Listrik Rp 5,940,000
Biaya Penyusutan Mesin Rp 13,500,000
Biaya Pemeliharaan dan Reparasi Mesin Rp 6,750,000
Biaya Peralatan Rp 450,000
Biaya Penyusutan Gedung Produksi Rp 2,307,692
Unit Yang Diproduksi 4500
IV-16

BOP Per Unit Rp 9,233


Sumber : Konveksi IKR T-Shirt, Bandung. (Data Diolah), 2016
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka untuk mengetahui biaya
produksi per unit akan disajikan perhitungan biaya produksi kaos himpunan.
Berikut adalah perhitungan biaya produksi pada Konveksi IKR T-Shirt:
Tabel IV.9 Perhitungan biaya produksi
Biaya Produksi
Jenis Biaya
Total Biaya Total Biaya/Unit
Biaya Bahan Baku Rp 97,200,000 Rp 21,600
Biaya Tenaga Kerja Rp 51,750,000 Rp 11,500
Biaya Bahan Penolong Rp 8,100,000 Rp 1,800
Biaya Kemasan Rp 2,700,000 Rp 600
Biaya Gas Rp 1,800,000 Rp 400
Biaya Listrik Rp 5,940,000 Rp 1,320
Biaya Penyusutan Mesin Rp 13,500,000 Rp 3,000
Biaya Pemeliharaan dan Rp 6,750,000 Rp 1,500
Reparasi Mesin
Biaya Peralatan Rp 450,000 Rp 100
Biaya Penyusutan Gedung Rp 2,307,692 Rp 513
Produksi
Total Biaya Produksi Rp 190,497,692 Rp 42,333
Sumber : Konveksi IKR T-Shirt, Bandung. (Data Diolah), 2016

IV.3 Pembahasan
IV.3.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi
Berdasarkan hasil perhitungan biaya, maka dapat diketahui harga pokok
produksi per unit akan disajikan perhitungan sebagai berikut:
Tabel IV.10 Perhitungan Harga Pokok Produksi 4500 unit
Biaya Produksi
Jenis Biaya
Total Biaya Total Biaya/Unit
Biaya Bahan Baku Rp 97,200,000 Rp 21,600
IV-17

Biaya Tenaga Kerja Rp 51,750,000 Rp 11,500


Biaya overhead pabrik
Biaya Bahan Penolong Rp 8,100,000 Rp 1,800
Biaya Kemasan Rp 2,700,000 Rp 600
Biaya Gas Rp 1,800,000 Rp 400
Biaya Listrik Rp 5,940,000 Rp 1,320
Biaya Penyusutan Mesin Rp 13,500,000 Rp 3,000
Biaya Pemeliharaan dan Rp 6,750,000 Rp 1,500
Reparasi Mesin
Biaya Peralatan Rp 450,000 Rp 100
Biaya Penyusutan Gedung Rp 2,307,692 Rp 513
Produksi
Total Biaya Produksi Rp 190,497,692 Rp 42,333
Sumber : Konveksi IKR T-Shirt, Bandung. (Data Diolah), 2016

IV.3.2 Perhitungan Persentase dan Biaya Perbaikan Produk cacat


Dari 4,500 unit produk yang dihasilkan, ternyata berdasarkan wawancara
115 unit diantaranya mengalami cacat, yaitu 50 unit yang disebabkan oleh
pelanggan dan 65 barang cacat yang disebabkan oleh kegagalan karyawan yang
kurang teliti ataupun mesin yang sudah usang (Internal). Dapat dihitung persentase
kerusakan yang terjadi yaitu sebesar 2.62% [(115 unit : 4,385 unit) x 100%].
Dari hasil produksi produksi diatas dapat dilihat bahwa produksi kaos
himpunan sebanyak 4,500 unit, mengklasifikasikan produk yang termasuk dalam
produk baik sebanyak 4,385 unit dan terdapat produk cacat sebanyak 115 unit.
Persentase produk cacat adalah 2.62%. persentase tersebut melewati batas toleransi
kebijakan perusahaan terhadap jumlah produk yang cacat.
Konveksi IKR T-Shirt merupakan perusahaan yang menghasilkan kaos
himpunan. Dalam setiap proses produksi. Dalam setiap proses produksi yang
dilaksanakan oleh IKR T-Shirt tidak dapat terhindar dari terjadinya produk cacat
karena setiap pengerjaan produk memiliki kesulitan tersendiri. Maka untuk
menentukan biaya produk cacat yang disebabkan oleh pelanggan dan oleh internal
sebagai berikut :
IV-18

a. Barang cacat yang disebabkan oleh pelanggan yaitu sebanyak 50 unit. Barang
cacat tersebut memerlukan pengerjaan kembali dengan menghabiskan biaya
keseluruhan sebesar Rp 750,000 informasi biaya tersebut berdasarkan hasil
wawancara dengan alokasi biaya bahan baku 10%, biaya tenaga kerja langsung
30%, dan biaya overhead pabrik 60%. Berdasarkan informasi maka dapat
dihitung biaya pengerjaan kembali produk cacat sebagai berikut:
Biaya bahan baku Rp 75,000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 225,000
Biaya overhead pabrik Rp 450,000
Total pengerjaan kembali Rp 750,000
b. Barang cacat yang disebabkan oleh kegagalan internal yaitu 65 unit. Barang
cacat tersebut memerlukan pengerjaan kembali dengan menghabiskan seluruh
biaya sebesar Rp 1,170,000 dengan alokasi biaya bahan baku 40%, biaya tenaga
kerja langsung 30%, dan biaya overhead pabrik 30%. Berdasarkan informasi
maka dapat dihitung biaya pengerjaan kembali produk cacat sebagai berikut:
Biaya bahan baku Rp 468,000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 351,000
Biaya overhead pabrik Rp 351,000
Total pengerjaan kembali Rp 1,170,000

IV.3.3 Pencacatan Produk Cacat


a. Perusahaan melakukan pencatatan jurnal produksi untuk jurnal produk cacat
yang disebabkan oleh pelanggan sebagai berikut:
1. Jurnal pencatatan biaya produksi
Tabel IV.11 Jurnal Pencatatan Biaya Produksi
Keterangan Dr Cr
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Rp 97,200,000
Baku
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Rp 51,750,000
Kerja Langsung
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Rp 44,685,000
Pabrik
IV-19

Persediaan Bahan Baku Rp 97,200,000


Gaji dan Upah Rp 51,750,000
Biaya Overhead Pabrik yang Rp 44,685,000
dibebankan
2. Jurnal Pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat yang disebabkan
oleh pelanggan (50 unit)
Tabel IV.12 Jurnal Pencatatan Biaya Pengerjaan Kembali yang
Disebabkan oleh Pelanggan
Keterangan Dr Cr
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Rp 75,000
Baku
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Rp 225,000
Kerja Langsung
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Rp 450,000
Pabrik
Persediaan Bahan Baku Rp 75,000
Gaji dan Upah Rp 225,000
Biaya Overhead Pabrik yang Rp 450,000
dibebankan
3. Jurnal Pencatatan harga pokok selesai
Tabel IV.13 Jurnal Pencatatan Harga Pokok Produk Selesai
Keterangan Dr Cr
Persediaan Produk Jadi Rp 194,385,000
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Rp 97,275,000
Baku
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Rp 51,975,000
kerja Langsung
Barang Dalam Proses-Biaya Rp 45,135,000
Overhead Pabrik
IV-20

b. Jurnal pencatatan produk cacat yang disebabkan oleh internal sebagai berikut:
1. Jurnal Pencatatan Biaya Produksi
Tabel IV.14 Jurnal Pencatatan Biaya Produksi
Keterangan Dr Cr
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Rp 97,200,000
Baku
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Rp 51,750,000
Kerja Langsung
Barang Dalam Proses-Biaya Rp 44,685,000
Overhead Pabrik
Persediaan Bahan Baku Rp 97,200,000
Gaji dan Upah Rp 51,750,000
Biaya Overhead Pabrik yang Rp 44,685,000
dibebankan
2. Jurnal Pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat yang
disebabkan oleh internal (65 unit)
Tabel IV.15 Jurnal Pencatatan Biaya Pengerjaan Kembali Produk
Cacat yang Disebabkan oleh Internal
Keterangan Dr Cr
Biaya Overhead sesungguhnya Rp 1,170,000
Persediaan Bahan Baku Rp 468,000
Gaji dan Upah Rp 351,000
Biaya Overhead Pabrik yang Rp 351,000
dibebankan
3. Jurnal Pencatatan harga pokok selesai
Tabel IV.16 Jurnal Pencatatan Harga Pokok Produk Selesai
Keterangan Dr Cr
Persediaan Produk Jadi Rp 193,635,000
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Rp 97,200,000
Baku
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Rp 51,750,000
IV-21

kerja Langsung
Barang Dalam Proses-Biaya Rp 44,685,000
Overhead Pabrik
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

V.1 Simpulan
Dari hasil pembahasan dan penelitian yang telah peneliti lakukan tentang
perlakuan biaya produk cacat kaos himpunan pada IKR T-shirt tahun 2015, dapat
ditarik kesimpulan:
1. Metode pengumpulan harga pokok produksi yang digunakan IKR T-Shirt
adalah metode job order costing, hal ini sesuai sifat produk IKR T-Shirt dimana
produksi dilaksanakan berdasarkan perintah pengerjaan yang berdasarkan
pesanan atau kontrak. Metode perhitungan harga pokok produksi yang
digunakan oleh IKR T-Shirt adalah metode full costing, karena perhitungan
harga pokok produksinya membebankan seluruh biaya produksi yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Perhitungan dengan metode full costing dapat dilihat dalam perhitungan harga
pokok produksi untuk tiap-tiap produk.
2. Dapat dilihat kebijakan persentase produk cacat pada IKR T-Shirt yaitu 2%
tetapi pada tahun 2015 IKR T-Shirt untuk produk cacat melebihi persentase
yang telah ditetapkan yaitu sebesar 2.62%. Untuk pari 4,500 unit ternyata
terdapat produk rusak 115 unit diantaranya disebabkan oleh pelanggan
sebanyak 50 unit dan adanya pengerjaan kembali dengan biaya keseluruhan
sebesar Rp 750,000 yang dibebankan dengan alokasi biaya bahan baku 10%,
biaya tenaga kerja langsung 30%, dan biaya overhead pabrik 60%. Untuk
jurnal pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat :
Keterangan Dr Cr
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Rp 75,000
Baku

V-1
V-2

Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Rp 225,000


Kerja Langsung
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Rp 450,000
Pabrik
Persediaan Bahan Baku Rp 75,000
Gaji dan Upah Rp 225,000
Biaya Overhead Pabrik yang Rp 450,000
dibebankan
Dan untuk produk cacat yang disebabkan oleh internal sebanyak 65 unit,
produk cacat tersebut memerlukan pengerjaan kembali dengan menghabiskan
seluruh biaya sebesar Rp 1,170,000 dengan alokasi biaya bahan baku 40%,
biaya tenaga kerja langsung 30%, dan biaya overhead pabrik 30%. Jurnal
pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat:
Keterangan Dr Cr
Biaya Overhead sesungguhnya Rp 1,170,000
Persediaan Bahan Baku Rp 468,000
Gaji dan Upah Rp 351,000
Biaya Overhead Pabrik yang Rp 351,000
dibebankan
3. Usulan untuk perlakuan akuntansi produk cacat maka sebaiknya perusahaan
harus melakukan pencatatan produk cacat dan melakukan perawatan secara
rutin terhadap mesin pemotong kain ataupun bila memungkinkan mengganti
mesin dengan yang baru dan menetapkan pembagian tugas setiap pegawai
sesuai kemampuan yang dimiliki sehingga dapat meminimalkan terjadinya
produk cacat.

V.2 Saran
Setelah melakukan penelitian pembahasan dan penarikan simpulan, maka
penulis memberikan saran kepada IKR T-Shirt adalah sebagai berikut:
1. Untuk menanggulangi terjadinya produk cacat lagi dikemudian hari, maka
sebaiknya perusahaan harus melakukan perawatan secara rutin terhadap mesin
V-3

pemotong kain ataupun bila memungkinkan mengganti mesin dengan yang


baru.
2. Untuk meminimalisir terjadinya produk cacat pemilik perushaan harus
menetapkan pembagian tugas setiap pegawai sesuai kemampuan yang dimiliki
sehingga dapat meminimalkan terjadinya produk cacat.
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PRODUK
CACAT PADA KONVEKSI IKR T-SHIRT

An Analysis of Accounting Treatment for Defective Goods


at Convection IKR T-Shirt

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat


menyelesaikan pendidikan
DIPLOMA III PROGRAM STUDI AKUNTANSI
Di Jurusan Akuntansi

Oleh
Mochamad Okvan Syahputra
135111080

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2016
i
ii
iii
ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada IKR T-Shirt di dalam proses pengolahan produk
yang dilakukan secara berkesinambungan, seringkali tidak bisa dihindari
terjadinya produk yang kurang sempurna atau produk cacat. Produk cacat adalah
produk yang tidak memenuhi standar yang telah ditentukan, tetapi dengan
mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut
secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik. Tujuan
Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui perhitungan harga pokok
produksi dan perlakuan akuntansi untuk produk cacat. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah metode analisis deskriptif
dengan teknik pengumpulan data berupa studi lapangan wawancara dan
pengumpulan data yang kemudian disajikan dalam laporan tugas akhir. Hasil dari
penelitian ini bahwa produk cacat dibedakan oleh penyebabnya yaitu yang
disebabkan oleh pelanggan dan disebabkan oleh internal dan menunjukkan bahwa
tingkat persentase kecacatan produk di Konveksi IKR T-Shirt melewati batas
toleransi kecacatan produk yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 2%
dengan tingkat kecacatan produk sebesar 2.62%.

Kata Kunci: Harga pokok produksi, produk cacat

iv
ABSTRACT

The research conducted at The IKR T-Shirt Convection, especially in the


processing products on an ongoing basis. However defective products was
unavoidably in this process. Defective products is products that were not meet the
standards determined, but can be solved by launched rework cost to fix defective
products. Moreover, those products could be economically enhanced to be better
products. The purpose of this final report was to determine the production cost
price calculation and accounting treatment for defective products. The method
used in this research was descriptived analysis method. The data in this research
was descriptived analysis method. The data in this study collected by interview
and collecting documents. The result of this study showed that defective products
distinguised into 2 causes the customer problem and the internal problem. The
percentase of defective products crossed the tolerance of defective products,
which were about 2% with the level of defective products amounted to 2.62%.

Keywords: Cost of goods manufacture, product defects

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan judul Analisis
Perlakuan Akuntansi Produk Cacat Pada Konveksi IKR T-Shirt tepat pada
waktunya. Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma III Program Studi Akuntansi Jurusan
Akuntansi pada Politeknik Negeri Bandung.
Selama penyusunan tugas akhir ini, banyak sekali pihak-pihak yang
memberikan bantuan,bimbingan,dukungan serta doa kepada penulis. Pertama-
tama saya ucapkan terimaksih kepada kedua orang tua yang tidak henti-hentinya
memberikan dukungan baik materil, non materil, dan juga doa untuk kelancaran
dalam penyusunan laporan tugas akhir. Penulis juga mengucapkan terimaksih
kepada:
1. Ibu Etti Ernita Sembiring, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar telah membimbing, memberikan saran dan perbaikan selama proses
penelitian dan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
2. Bapak H. Iwa selaku pemilik Konveksi IKR T-Shirt atas izin yang telah
diberikan untuk melaksanakan penelitian.
3. Bapak Dr. Ruhadi, SE., ME. selaku ketua Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Bandung.
4. Bapak Drs. Sudjana, M.Si, Ak., selaku Ketua Program Studi Diploma III
Akuntansi Politeknik Negeri Bandung.
5. Kakak dan adik tercinta Yuki Vegarini, Nonik Ifanovia, Rizka Siti Khairunisa
yang selalu memberikan dukungan kepada peneliti.
6. Seluruh staff dosen dan admin Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung
yang telah membantu peneliti dalam petunjuk prosedur yng harus dilakukan
selama mengerjakan Tugas Akhir ini.

vi
7. Teman-teman seperjuangan Akuntansi C 2013 yang saling membantu,
mengingatkan, memberikan semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan
laporan ini.
8. Rekan-rekan HMAK POLBAN 2013 yang telah menjadi sarana
pengembangan diri sehingga bisa membantu dalam mengerjakan laporan ini.
9. Seluruh pihak, sahabat maupun rekan-rekan yang tidak bisa penulis sebutkan
satu per satu, terima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama proses
penelitian dan penyusunan Tugas Akhir ini.
Peneliti menyadari bahwa Laporan tugas Akhir ini belum sempurna,
dikarenakan keterbatasan peneliti. Oleh karena itu, peneliti berharap terdapat
kritik dan saran yang memberikan kontribusi dari semua pihak. Harapan dari
Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Bandung, 28 Juli 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN PENULIS ........................................................ iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ............................................................................. I-1
I.2 Rumusan Masalah........................................................................ I-3
I.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... I-3
I.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ........................................ I-3
I.5 Sistematika Pelaporan.................................................................. I-4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


II.1 Akuntansi Biaya ......................................................................... II-1
II.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya .......................................... II-1
II.1.2 Manfaat Akuntansi Biaya .............................................. II-2
II.1.3 Peranan Akuntansi Biaya .............................................. II-3
II.2 Biaya ........................................................................................ II-3
II.2.1 Pengertian Biaya ............................................................ II-3
II.2.2 Klasifikasi Biaya ........................................................... II-4
II.3 Harga Pokok Produksi ............................................................ II-8
II.3.1 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi ............... II-9
viii
II.3.2 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi ................. II-12
II.4 Produk Cacat ............................................................................ II-14
II.4.1 Pengertian Produk Cacat ............................................... II-13
II.4.1 Perlakuan Akuntansi dan Perhitungan Produk Cacat ..... II-14
II.5 Penelitian Terdahulu ............................................................... II-16

BAB III METODA DAN PROSES PENYELESAIAN


III.1 Langkah-langkah dan Metodologi Penyelesaian Masalah ....... III-1
III.2 Bahan atau Materi Tugas Akhir ............................................... III-3
III.3 Alat Analisis Data ................................................................... III-4
III.4 Metoda Pengambilan Data ...................................................... III-4
III.4.1 Jenis Data ...................................................................... III-4
III.4.2 Sumber Data ................................................................. III-5
III.4.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................... III-5
III.5 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. III-6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Gambaran Umum Perusahaan .................................................. IV-1
IV.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan .......................................... IV-1
IV.1.2 Aktivitas Utama Perusahaan ........................................ IV-2
IV.1.3 Struktur Organisasi ...................................................... IV-2
IV.1.4 Proses Produksi ............................................................ IV-5
IV.1.5 Kebijakan Perusahaan Terhadap Perlakuan Produk
Cacat ............................................................................. IV-7
IV.2 Hasil ....................................................................................... IV-8
IV.2.1 Perhitungan Biaya Produksi pada IKR T-Shirt ............ IV-8
IV.3 Pembahasan ............................................................................ IV-16
IV.3.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi ........................... IV-16
IV.3.2 Perhitungan Persentase dan Biaya Perbaikan Produk
Cacat ........................................................................... IV-17
IV.3.3 Pencatatan Produk Cacat ............................................ IV-18
BAB V PENUTUP
V.1 Simpulan .................................................................................. V-1
V.2 Saran ......................................................................................... V-2

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xiv


LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel I.1 Persentase Produk Cacat IKR T-Shirt dari Tahun 2012-2014......... I-2
Tabel II.1 Tabel Penelitian Terdahulu ........................................................... II-16
Tabel IV.1 Produksi kaos himpunan di Konveksi IKR T-Shirt pada
tahun 2015 .................................................................................... IV-8
Tabel IV.2 Perhitungan biaya bahan baku langsung ...................................... IV-9
Tabel IV.3 Perhitungan biaya tenaga kerja langsung...................................... IV-10
Tabel IV.4 Perhitungan biaya penolong.......................................................... IV-11
Tabel IV.5 Perhitungan Biaya Penyusutan Mesin .......................................... IV-13
Tabel IV.6 Perhitungan Biaya Pemeliharaan dan Reparasi Mesin ................ IV-14
Tabel IV.7 Perhitungan Biaya Peralatan ........................................................ IV-14
Tabel IV.8 Perhitungan biaya overhead pabrik ............................................. IV-15
Tabel IV.9 Perhitungan biaya produksi ......................................................... IV-16
Tabel IV.10 Perhitungan Harga Pokok Produksi 4500 unit ........................... IV-16
Tabel IV.11 Jurnal Pencatatan Biaya Produksi .............................................. IV-18
Tabel IV.12 Jurnal Pencatatan Biaya Pengerjaan Kembali yang Disebabkan oleh
Pelanggan .................................................................................. IV-19
Tabel IV.13 Jurnal Pencatatan Harga Pokok Produk Selesai ........................ IV-19
Tabel IV.14 Jurnal Pencatatan Biaya Produksi .............................................. IV-19
Tabel IV.15 Jurnal Pencatatan Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat yang
Disebabkan oleh Internal ........................................................... IV-20
Tabel IV.16 Jurnal Pencatatan Harga Pokok Produk Selesai ........................ IV-20

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar III.1 Diagram Alir Penyelesaian Masalah .......................................... III-3
Gambar IV.1 Struktur Organisasi Konveksi IKR T-Shirt ............................... IV-3

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran 1 Curiculum Vitae .......................................................................... L1-1
Lampiran 2 Permohonan Izin Riset Data ........................................................ L2-2
Lampiran 3 Surat Balasan ............................................................................... L3-1
Lampiran 4 Gambar Produk ........................................................................... L4-1
Lampiran 5 Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Langsung ............... L5-1
Lampiran 6 Biaya Overhead Pabrik ................................................................ L6-1
Lampiran 7 Surat Permohonan Riset Data ..................................................... L7-1
Lampiran 8 Lembar Kegiatan Bimbingan TA ................................................ L8-1
Lampiran 9 Daftar Pertanyaan Wawancara .................................................... L9-1

xiii
DAFTAR PUSTAKA

1. Mulyadi. Akuntansi Biaya, Edisi Kelima. Yogyakarta : Unit Penerbit dan


Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2008
2. Carter, William K. Akuntansi Biaya, Edisi 14 Buku 1. Diterjemahkan oleh
Krista. Jakarta : Salemba Empat, 2009.
3. Bustami, Bastian dan Nurlela. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama. Jakarta :
Mitra Wacana Media, 2009.
4. Witjaksono, Armanto. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006.
5. Mursyidi. Akuntansi Biaya. Bandung: Refika Aditama, 2008
6. Hansen dan Women. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat, 2009
7. Supriyono. Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga
Pokok. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2011
8. Carter dan Usry. Akuntansi Biaya, Edisi 13. Jakarta: Salemba Empat, 2004
9. Firdaus A. Dunia, Wasilah Abdullah. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba
Empat, 2012

xiv
Lampiran. 1
Curriculum Vitae

CURRICULUM VITAE

( Daftar Riwayat Hidup )

DATA DIRI

Nama : Mochamad Okvan Syahputra


Tempat, Tanggal Lahir : Kuningan, 16 Oktober 1995
Alamat : Jl. Melati II No.142 RT 39 RW
06 Perum Ciporang Kab.
Kuningan
Nomor Telpon : +6287744384524
Email : okvansyahputra@gmail.com
Pendidikan Terakhir : Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Bandung
Status Perkawinan : Belum Kawin
Golongan Darah :A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
PENDIDIKAN

2000 2001 TK Aisyiyah Kuningan


2001 2007 SDN 7 Kuningan
2007 2010 SMPN 1 Kuningan
2010 2013 SMAN 1 Kuningan
2013 Sekarang Politeknik Negeri Bandung

KEMAMPUAN
IT : - Microsoft Office (Acces, Excel, Word, Power Point)
o Internet

Akuntansi : - Mengelola transaksi keuangan dan menyiapkan laporan


keuangan

L1-1
o Sistem Informasi Akuntansi
PENGALAMAN KERJA PRAKTEK

Pengalaman Praktik Kerja Lapangan Bagian Akuntansi di Pelabuhan


Indonesia II (Persero) Cab. Cirebon

PRESTASI

Kompeten dalam bidang Teknisi Akuntansi Pelaksana dari Badan


Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) (2016)

PENGALAMAN ORGANISASI

Anggota OSIS SMA Negeri 1 Kuningan


Anggota Pecinta Alam Eka Satria Buana SMA Negeri 1 Kuningan
Anggota Divisi Sosial Mahasiswa Akuntansi Politeknik Negeri Bandung
Periode 2014 s.d 2015
Anggota Himpunan Mahasiswa Akuntansi
Menjadi Kepanitiaan di Beberapa Acara

KETERAMPILAN KHUSUS

Siklus akuntansi (Jurnal, Buku Besar, Laporan Keuangan), Akuntansi


Keuangan, Akuntansi

L1-2
Lampiran 2
Permohonan Izin Riset Data

L2-1
Lampiran 3
Surat Balas

L3-1
Lampiran 4
Gambar Produk

Gambar Produk Gambar Produk

Gambar Produk Gambar Produk

Gambar Produk Gambar Produk

L4-1
Lampiran 5
Biaya Bahan Baku dan
Biaya Tenaga Kerja Langsung

L5-1
Lampiran 6
Biaya Overhead Pabrik

L6-1
Lampiran 7
Surat Permohonan Riset Data

L7-1
Lampiran 8
Lembar Kegiatan Bimbingan TA

L8-1
L8-2
L9-1

Anda mungkin juga menyukai