Anda di halaman 1dari 5

KEULETAN

Keuletan bahan logam adalah sifat yang menunjukkan


kemampuan bahan logam untuk bertambah panjang ketika diberi
beban atau gaya tarik. Besaran ini biasa disebut juga sebagai
elongasi.
Kurva tegangan regangan hasil uji tarik dapat dilihat pada
gambar di bawah. Regangan dinotasikan dengan ef. Notasi ef
adalah regangan total bahan atau logam sampai terjadi putus.
Regangan atau Elongasi total merupakan gabungan antara
elongasi uniform dan elongasi yang terjadi setelah bahan
mengalami penciutan sampai putus.
Nilai Regangan ini menunjukkan keuletan atau ductility bahan
dan biasanya dinyatakan dalam persentase perpanjangan. Data
ini menunjukkan besarnya pertambahan panjang yang dapat
diberikan oleh bahan sampai terjadinya putus.

Posisi Regangan ef Pada Kurva Tegangan Regangan Rekayasa


Hasil Pengujian Tarik.
Regangan atau elongasi diperoleh dengan cara membagi
perubahan panjang terhadap panjang ukur atau gauge length
awal dari sampel uji. Nilainya dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
e = regangan, elongasi
e = (l1 l0)/l0 x 100%
e = l/l0 x 100%
l1 = panjang ukur, gauge length sampale uji setelah perpanjangan
l0 = panjang ukur, gauge length awal sampel uji.

Pengaruh karbon terhadap sifat logam

Dapat digolongkan sebagai berikut : 1.

Besi yang mengandung kadar C = 0%-0,5%, mempunyai sifat


mudah ditempa dan tidak dapat disepuh atau dikeraskan. Besi ini
dinamakan besi tempa. 2.

Besi yang mengandung kadar C = 0,5%-1,7%, mempunyai sifat


dapat ditempa dan dapat disepuh. Besi ini dinamakan baja. 3.

Besi yang mengandung kadar C = 2,5%-6,67%, mempunyai


sifat mudah dituang (dicor) dan besi ini dinamakan besi tuang.

Pengertian Definisi Kekerasan Bahan Logam


Kekerasan adalah ketahanan bahan atau logam terhadap
deformasi yaitu deformasi tekan atau indentasi. Pada umumnya
pengujian kekerasan bertujuan untuk mengukur tahanan dari
bahan atau logam terhadap deformasi plastis. Prinsip
pengukurannya adalah dengan memberi gaya tekan melalui
sebuah indentor pada permukaan bahan atau logam. Kemudian
luas atau dimensi atau diameter dari jejak penekanan/indentasi
diukur.
Biasanya indentor atau alat tekan yang digunakan pada uji
kekerasan adalah berbentuk bola, piramida atau konis, kerucut.,
Nilai kekerasannya dihitung dari jejak indentasinya dengan
menggunakan formula tertentu sesuai metoda ujinya.
Metoda pengukuran kekerasan yang umum digunakan untuk
mengetahui ketahanan dari logam adalah metoda Rockwell,
Vickers, dan Brinell.

Elastisitas
Suatu benda dikatakan memiliki sifat elastisitas jika benda itu
diberi gaya kemudian gaya itu dihilangkan, benda akan kembali
ke bentuk semula. Jika suatu benda tidak dapat kembali lagi ke
bentuk semula setelah gaya yang bekerja padanya dihilangkan,
benda itu dikatakan plastis.
Contoh perbandingan antara baja dan besi :

1.Dari segi kandungan karbon

Baik besi dan baja, keduanya mengandung unsur karbon yang


membuatnya memiliki struktur kokoh. Bedanya, prosentasi
kandungan karbon pada besi lebih tinggi daripada baja, yaitu 2-4
persen. Sedangkan baja mengandung unsur karbon sebanyak
0,04-2 persen.

2. Dari segi tingkat kekerasan

Kandungan unsur karbon berpengaruh besar terhadap tingkat


kekerasan yang dimiliki besi dan baja. Pada dasarnya, besi lebih
keras dibandingkan dengan baja. Oleh karena itulah,
kebanyakan alat-alat pertukangan dibuat dari material besi.

3. Dari segi sifat elastisitas bahan

Perbedaan ketiga antara baja dan besi terletak pada tingkat


kelenturan kedua material ini. Secara umum, bahan besi lebih
elastis daripada baja. Anda bisa mengujicobanya sendiri dengan
membengkokkan paku besi dan paku baja. Paku yang terbuat
dari besi akan bengkok, sebaliknya paku baja justru patah
apabila dipaksakan bengkok.

4. Dari segi kekuatan dan kekokohan

Perlu diketahui, tingkat kekuatan dan kekokohan yang dimiliki


baja lebih besar ketimbang besi. Hal ini tidak terlepas dari
adanya penambahan unsur-unsur penguat (karbida) pada saat
proses pembuatan baja. Itu sebabnya, kerangka baja lebih
banyak dipilih karena terbukti lebih tangguh

Pustaka:

1. Hosford, W. F., 1993, Metal Forming, Mechanics &


Metallurgy, Second edition, Printice-Hill, Inc., New
Jersey.
2. Dieter, G.E., 1986,Mechanical Metallurgy, Mc. Graw-
Hill, New Jersey.
3. Backofen, W. A., 1972, Deformation Processing,
Addison-Willey Publishing Company, Massachusett.

Anda mungkin juga menyukai