S = Strength (kekuatan).
W = Weaknesses (kelemahan).
O = Opportunities (Peluang).
T = Threats (hambatan).
Apa itu analisis SWOT?
Penjelasan mengenai 4 (empat) komponen analisis
SWOT, yaitu :
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang
penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah
diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan
dan Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Salah satu bentuk fasilitas
pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah
puskesmas. Fasilitas pelayanan kesehatan ini merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat dalam membina peran serta masyarakat juga memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Dengan kata lain
puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung awab atas pemeliharaan kesehatan
masyarakat dalam wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas
adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan: kuratif
(pengobatan), preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan
rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua
penduduk, tidak membedaan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan
dalam kandungan sampai tutup usia.
Dalam hal ini Puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan
keprofesionalan dari para pegawainya serta meningkatkan fasilitas atau
sarana kesehatannya untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat
pengguna jasa layanan kesehatan. Semakin ketatnya persaingan serta
pelanggan yang semakin selektif dan berpengetahuan mengharuskan
Puskesmas selaku salah satu penyedia jasa pelayanan kesehatan untuk
selalu meningkatkan kualitas pelayanannya. Untuk dapat meningkatkan
kualitas pelayanan, terlebih dahulu harus diketahui apakah pelayanan yang
telah diberikan kepada pasien atau pelanggan selama ini telah sesuai dengan
harapan atau belum.
Dinas Kesehatan Kabupaten merupakan Penanggunng jawab salah
satupenyedia pelayanan kesehatan juga berkewajiban dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya ditingkat Puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan di tingkat kecamatan. Oleh karena itu Puskesmas di bawah
naungan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota perlu adanya evaluasi atau
penilaian untuk meningkatkan mutu kualitas pelayanannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas maka diambil sebuah rumusan
masalah bagaimanakah mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengevaluasi pelayanan kesehatan khususnya di Puskesmas
2. Untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas
3. Untuk mengetahui factor factor yang menjadi kekuatan, kelemahan,
peluang dan hambatan dari pelayanan kesehatan di Puskesmas melalui
pendekatan analisis SWOT
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PUSKESMAS
Menurut DepKes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kesehatan.
a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten / kota (UPTD), Puskesmas
berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan
kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di
wilayah kabupaten / kota adalah dinas kesehatan kabupaten / kota, sedangkan
puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan
yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten / kota sesuai dengan
kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
Secara Nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu Kecamatan, tetapi
apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab
wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep
wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara
operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas K esehatan kabupaten/kota.
B. FUNGSI PUSKESMAS
Puskemas sebagai penyedia pelayanan kesehatan ditingkat Kecamatan
mempunyai 3 ( tiga )fungsi yaitu :
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di dilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di
samping itu aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan,
upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga
dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam
memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menetap, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social budaya masyarakat setempat.
c. Pusat strata pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:
a) Pelayan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk
puskesmas tertentu di tambahkan dengan rawat inap.
b) Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
c. Program Pengobatan :
Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan), Apotek,,
Unit Gawat Darurat (UGD), Perawatan Penyakit (Rawat Inap), Pertolongan
Persalinan (Kebidanan). Pengobatan Luar Gedung : Rujukan Kasus,
Pelayanan Puskesmas Keliling (Puskel)
d. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) :
ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), Pertolongan Persalinan,
Rujukan Ibu Hamil Risiko Tinggi, Pelayanan Neonatus, KemitraanDukun
Bersalin, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
e. Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB) :
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Imunisasi Calon Pengantin (TT
Catin), Pelayanan KB Pasangan Usia Subur (PUS), Penyuluhan KB
f. Program Upaya Peningkatan Gizi Masyrakat :
Penimbangan Bayi Balita, Pelacakan dan Perawatan Gizi Buruk, Stimulasi
dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak, Penyuluhan Gizi
g. Program Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan :
Pengawasan Kesehatan Lingkungan : SPAL (saluran pembuangan air
limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban keluarga), Pemeriksaan
Sanitasi : TTU (tempat-tempat umum), Institusi Perkantoran, Survey Jentik
Nyamuk (SJN)
h. Program Pelayanan Kesehatan Komunitas :
Kesehatan Mata, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Lansia, Kesehatan Olahraga,
Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), Upaya Kesehatan Sekolah
(UKS)
i. Program Pencatatan dan Pelaporan :
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) disebut juga
Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
b) Weakness (kelemahan):
Visi, misi, dan tujuan Puskesmas belum dipahami sepenuhnya oleh pimpinan dan staf
Puskesmas. Hal ini dapat melemahkan komitmen, dukungan, dan keikutsertaan
mereka dalam mengembangkan fungsi Puskesmas. Mereka terperangkap oleh tugas-
tugas rutin yang bersifat kuratif yang kebanyakan dilakukan di dalam gedung
Puskesmas. Akibatnya, kegiatan Puskesmas di luar gedung yang bersifat promotif dan
preventif kurang mendapatkan perhatian.
Upaya kesehatan masih menitikberatkan pada upaya kuratif dan belum
menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif. Dengan kata lain belum
berlandaskan pada paradigma sehat;
Beban kerja Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) kesehatan
kabupaten/kota terlalu berat. Pertama, karena rujukan kesehatan ke dan dari Dinas
kesehatan kabupaten/kota kurang berjalan. Kedua, karena Dinas kesehatan
kabupaten/kota yang sebenarnya bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh di wilayah kabupaten/kota lebih banyak
melaksanakan tugas-tugas administratif;
Sistem manajemen Puskesmas yakni perencanaan (P1) yang diselenggarakan melalui
mekanisme Perencanaan Mikro (microplanning) yang kemudian menjadi Perencanaan
Tingkat Puskesmas, penggerakan pelaksanaan (P2) yang diselengarakan melalui
mekanisme Lokakarya Mini (mini workshop) serta pengawasan, pengendalian, dan
penilaian (P3) yang diselenggarakan melalui Stratifikasi Puskesmas yang kemudian
menjadi Penilaian Kinerja Puskesmas, dengan berlakuknya otonomi daerah belum
ditindak lanjuti oleh beberapa kabupaten/kota;
Pengelolaan Puskesmas, meskipun telah ditetapkan merupakan aparat daerah tetapi
masih masih terlalu bersifat sentralistis. Puskesmas dan daerah belum memiliki
keleluasaan menetapkan kebijakan program yang sesuai dg kebutuhan masy setempat,
yang tentu saja tidak sesuai lagi dengan era desentralisasi;
Kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas kurang berorientasi pada masalah dan
kebutuhan kesehatan masyarakat setempat. Setiap Puskesmas dimanapun berada
menyelenggarakan upaya kesehatan ang sama;
Waktu kerja efektif pegawai Puskesmas di beberapa Puskesmas berlangsung antara
jam 08.00 sampai dengan 11.00. Selama waktu tersebut, kegiatan mereka hanya
melayani masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas. Waktu antara jam 11.00 sampai
dengan jam 14.00 belum dimanfaatkan secara optimal untuk mengembangkan peran
mereka sebagai petugas kesehatan masyarakat;
Ketidakefisienan Puskesmas juga tampak dari pemanfaatan ruang rawat inap di
beberapa Puskesmas dengan tempat perawatan. Kurang tegasnya pemisahan antara
tugas pokok untuk melakukan perawatan pasien rawat inap dengan pelayanan
kesehatan masyarakat merupakan salah satu kendala pengembangan upaya kesehatan
promotif dan preventif di Pukesmas dengan tempat perawatan;
Citra Puskesmas masih kurang baik, utamanya yang berkaitan mutu,penampilan fisik
Puskesmas kurang bersih dan nyaman, disiplin, profesionalisme, dan keramahan
petugas dalam pelayanan kesehatan yang masih lemah;
Belum tersedianya sumber daya Puskesmas yang memadai seperti ketersediaan
tenaga belum sesuai standar ketenagaan Puskesmas dan penyebaran tidak merata,
kemampuan dan kemauan petugas belum memadai, penanggung jawab program
Puskesmas belum memiliki kemampuan manajerial program, pengembangan sumber
daya tenaga kesehatan tidak berorientasi pada kebutuhan Puskesmas atau program,
namun seringkali merupakan keinginan dari pegawai yang bersangkutan; kurangnya
tanggung jawab, motivasi, dedikasi, loyalitas dan kinerja petugas Puskesmas;
Ketersediaan obat-obatan baik jenis maupun jumlahnya terbatas, alat kesehatan juga
kurang memadai, dana operasional maupun program sangat kurang dan hanya
bersumber dari persentase pengembalian retribusi Puskesmas dengan besaran yang
bervariasi di setiap kabupaten/kota;
Belum tersedianya data dan informasi registrasi vital tentang kependudukan dan
program kesehatan yang saheh dan akurat;
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan Puskesmas, belum ditunjang oleh rencana
operasional yang baik dan mengikut sertakan pegawai sertastakeholder Puskesmas,
sehingga pelaksanaan program dan upaya Puskesmas kurang berhasil dan
berdayaguna;
Manajemen Program Puskesmas belum dirumuskan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebagai pedoman dan panduan Puskesmas;
Kurangnya pembinaan dan bimbingan program dari Dinas kesehatan
kabupaten/kota ;
Kurangnya komitmen, dukungan, dan keikutsertaan lintas sektoral dalam program
kesehatan;
Kurangnya komitmen dan dukungan stakeholders Puskesmas terhadap program
Puskesmas;
Jumlah kader kesehatan masih kurang, tingginya drop out kader, adanya kejenuhan
dari kader, sulitnya mencari kader baru, kurangnya dana stimulasi kader, kurangnya
sarana kegiatan kader seperti buku pegangan kader, sarana pencatatan dan pelaporan
kegiatan kader dan sebaginya;
Keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tingkat pertama belum dikembangkan secara optimal. Sampai saat ini
Puskesmas kurang berhasil menumbuhkan inisiatif dan rasa memiliki serta belum
mampu mendorong kontribusi sumber daya dari masyarakat dalam penyelenggaraan
upaya Puskesmas;
Sistem pembiayaan Puskesmas belum mengantisipasi arah perkembangan masa
depan, yakni sistem pembiayaan pra-upaya untuk pelayanan kesehatan perorangan;
Puskesmas masih belum berhasil dalam menggali, menghimpun dan mengorganisasi
partisipasi masyarakat serta membina kemitraan dengan sektor lain yang terkait.
b. Analisis Lingkungan Luar Puskesmas
a) Opportunity (kesempatan/peluang)
Amandemen UUD 1945 Pasal 28 H yang menyatakan, bahwa setiap warga negara
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal merupakan dukungan
landasan hukum untuk menciptakan peluang pemerintah dan masyarakat dalam
mempercepat upaya pemerataan pelayanan dan peningkatan mutu;
Reformasi yang menuntut adanya transparansi, akuntabilitas, good government, dan
lain-lain dalam segala bidang yang merupakan tuntutan rakyat membuka peluang
yang besar bagi perbaikan system dan tata nilai di pelbagai bidang, termasuk bidang
kesehatan;
Kebijakan desentralisasi sebagaimana diberlakukannya Undang - undang RI No. 22
Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan Undang-undang RI No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang yang besar bagi Puskesmas
untuk memperbaiki sistem, rencana strategik, dan rencana operasional,
mengembangkan program dan kegiatan Puskesmas secara mandiri sesuai kebutuhan
masyarakat dan potensi yang tersedia;
Kesepakatan para Bupati/Walikota tanggal 28 Juli 2000 untuk menyediakan alokasi
dana kesehatan minimal 15% dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau
5% dari Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan peluang yang
besar bagi Puskesmas untuk mengembangkan program-program kesehatan di wilayah
kerjanya dengan dukungan anggaran yang memadai;
Secara politis program kesehatan termasuk dalam 3 (tiga) besar prioritas
pembangunan, yakni pendidikan, kesehatan, dan ekonomi;
Adanya komitmen dan dukungan politis dari Pemerintah Daerah dan DPRD
Kabupaten/Kota untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
Adanya Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) bidang kesehatan seperti Pokjanal
Posyandu diberbagai tingkatan administrasi pemerintahan yang merupakan forum
kerjasama lintas sektoral untuk membina, membimbing, memantau, menilai dan
mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti
Posyandu, Desa Siaga, dan sebagainya;
Kemajuan pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan memberi peluang
untuk mempercerat peningkatan pemerataan pelayanan serta kualitas pelayanan
Puskesmas;
Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat merupakan peluang meningkatnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan;
Adanya budaya masyarakat yang mendukung kegiatan pembangunan kesehatan serta
menerima perubahan dan perbaikan mutu hidup;
Kehidupan masyarakat yang agamis merupakan peluang dilakukannya pendekatan
keagamaan dalam pembangunan kesehatan;
Adanya peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan berupa UKBM antara lain
Posyandu, Polindes, Poskesdes, Posbindu, dan lain-lain;
Adanya kerjasama dan kemitraan lintas sektoral di tingkat kecamatan;
Adanya sumber dana untuk pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat
melalui program JPKM, Dana Sehat Masyarakat, Dana Sehat Sekolah, Dana Sosial
Ibu Bersalin (Dasolin), jimpitan, dana kematian, dan sebagainya;
Adanya dana stimulasi dari Pemerintah daerah untuk Dana Sosial Ibu Bersalin
(Dasolin) yang dapat dikembangkan menjadi Dana Sehat berpola JPKM;
Adanya komitmen dan dukungan dari stakeholder serta tokoh masyarakat terhadap
program Puskesmas;
Kegotongroyongan masyarakat dalam pembangunan masih cukup tinggi;
Adanya pertemuan rutin di desa seperti pertemuan mingguan di desa,
pengajian/majlis talim;
Adanya kader kesehatan, dokter kecil, Palang Merah Remaja, Paraji dan sebagainya;
Adanya momentum program kesehatan yang strategis seperti Gerakan Sayang Ibu,
Desa Siaga, Gerakan Terpadu Nasional, dan lain-lain;
Adanya lomba-lomba seperti Lomba Puskesmas Berprestasi, Lomba Dokter dan
Paramedis Teladan, Lomba Kader Teladan, Lomba Balita, Lomba UKS, Lomba
Dokter Kecil dan lain-lain;
Keadaan geografis yang dapat dijangkau oleh kendaraan, serta tersedianya sarana
transportasi dan komuniksi yang sudah menjangkau seluruh wilayah kerja Puskesmas.
b) Threat (ancaman/rintangan/tantangan)
o Ketidakmampuan Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
untuk memanfaatkan era desentralisasi sebagai peluang dan kesempatan untuk
melakukan reformasi Sistem Pembangunan Kesehatan Daerah dapat menjadi
ancaman dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas;
o Terjadinya transisi epidemiologi baik oleh pengaruh perubahan struktur
penduduk dan perubahan gaya hidup masyarakat menyebabkan beban ganda
(double burden) pelayanan kesehatan, yaitu tidak saja pada masalah penyakit
infeksi tetapi juga penyakit degeneratif. Selain itu pelayanan kesehatan juga
menghadapi masalah penyakit yang pada akhir ini cenderung meningkat seperti
TBC, demam berdarah dengue. Fenomena-fenomena tersebut di atas merupakan
tantangan sekaligus ancaman pengembangan Puskesmas;
o Terjadinya krisis ekonomi yang belum sepenuhnya pulih tidak saja menambah
jumlah penduduk miskin, tetapi juga menurunkan kemampuan pemerintah dalam
menyediakan alokasi anggaran untuk pembangunan kesehatan. Kedua hal tersebut
di atas merupakan ancaman Puskesmas baik dalam meningkatkan
kebutuhan (demand) pelayanan kesehatan masyarakat serta meningkatkan pasokan
(supply) pelayanan kesehatan yang memadai;
o Masih adanya anggapan bahwa pembangunan bidang kesehatan bersifat
konsumtif dan belum dipandang sebagai investasi pada peningkatan mutu Sumber
Daya Manusia (SDM), sehingga anggaran yang dialokasikan kurang memadai;
o Peran serta dan kemitraan masyarakat belum berkembang dan
berkesinambungan seperti yang diharapkan, hal ini antara lain karena kurangnya
kemampuan dan kemauan/motivasi dan adanya keterpaksaan dari masyarakat,
adanay kejenuhan kader kesehatan sebagai mitra dan motor penggerak partisipasi
masyarakat, hal ini bias mengancam terjadinya drop outkader, sulitnya mencari
kader baru, kurangnya dana stimulan kader, kurangnya sarana kegiatan kader
seperti buku pegangan kader, sarana pencatatan dan pelaporan kegiatan kader dan
sebagianya;
o Berkembangnya pelayanan kesehatan swasta yang lebih profesional, bermutu,
dan bernuansa profit merupakan ancaman terhadap pelayanan kesehatan
pemerintah termasuk Puskesmas;
o Jumlah tenaga kesehatan (terutama perawat dan bidan) yang melakukan
praktik swasta di wilayah kerja Puskesmas semakin bertambah. Situasi ini
merupakan persaingan terselubung karena mereka juga menjual jasa pelayanan
kesehatan. Menghadapi persaingan ini, mengharuskan Puskesmas untuk
meningkatkan mutu Pelayanannya;
o Kurangnya penggunaan obat generik karena banyaknya pasokan obat patent
menyebabkan tingginya harga obat-obatan dan merupakan ancaman pelayanan
kesehatan terutama untuk masyarakat miskin;
o Mobilisasi penduduk yang tinggi menyebabkan penularan penyakit yang cepat
serta perubahan lingkungan dan perilaku sosial budaya masyarakat merupakan
ancaman terhadap semakin meningkatnya masalah kesehatan;
o Kebijakan pemerintah tentang pengangkatan pegawai zero growthmerupakan
ancaman terhadap ketersediaan pegawai termasuk pegawai yang bertugas di
Puskesmas;
o Puskesmas dijadikan revenue center (pusat pendapatan) untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Darah (PAD) yang mengakibatkan upaya kesehatan
terkonsentrasi pada upaya kuratif dan rehabilitative serta mengesampingkan upaya
promotif dan preventif;
o Pemanfaatan tenaga dan sarana kesehatan Puskesmas masih kurang, termasuk
pemanfaatan Bidan Desa, dimana Bidan Desa lebih banyak dimanfaatkan sebagai
tenaga kuratif dan kurang dimanfaatkan dalam upaya promotif dan preventif;
o Masih adanya persalinan oleh dukun paraji dan belum terjalin kemitraan
antara Bidan Desa dengan dukun paraji;
o Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih belum memasyarakat dan
membudaya baik PHBS rumah tangga, sarana kesehatan, institusi pendidikan,
tempat kerja, maupun tempat-tempat umum.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
com/~donclark/leader/leadcon.html (01/04/2013).
Departemen Kesehatan RI. Sekretaris Jenderal. 2002. Paradigma Sehat Menuju Indonesia
Departemen Kesehatan RI. 2004. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Pelayanan Minimal
B. LATAR BELAKANG
Pengadaan obat dan distribusi obat merupakan salah satu bentuk pelayanan
kesehatan yang penting karena obat merupakan faktor penting pendukung kesehatan.
Oleh kerena itu, apotik menjadi salah satu pendistribusi obat keberadaannya diatur
oleh pemerintah.
Apotek memiliki dua fungsi yaitu sebagian bentuk unit pelayanan kesehatan
apotek yang menyediakan baik obat obatan maupun alat kesehatan yang dibutuhkan
oleh masyarakat.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/ Menkes/ Per/ X/ 1993
tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin Apotek, memberikan batasan tentang
Apotek yaitu suatu tempat penyaluran pembekalan farmasi kepada masyarakat. Dalam
hal ini pembekalan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli
indonesia
( Obat tradisional ), alat kesehatan dan kosmetika.
Pelayanan kesehatan adalah setiap usaha yang diselenggarakan secara sendiri
atau bersama sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat. Pelayanan kesehatan dapat
dilakukan oleh pemerintah atau swasta, dalam bentuk pelayanan perorangan atau
pelayanan kesehatan masyarakat. Berbagai bentuk pelayanan kesehatan berhubungan
satu sama lain membentuk suatu jaringan yang saling terkait menjadi satu kesatuan
yang utuh dan terpadu yang disebut sistem pelayanan kesehatan.
Suatu sistem pelayanan kesehatan dikatakan baik, bila struktur dan fungsi
pelayanan kesehatan dapat dihasilkan pelayanan kesehatan yang memenuhui
persyaratan, yaitu : tersedia, adil dan merata, tercapai, terjangkau, dapat diterima,
wajar, efektif, efesien, menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, bermutu, dan
berkesinambungan.
Manajemen strategi (strategic management) menurut Hunger J David &
Thomas L Wheelen dalam bukunya berjudul Manajemen Strategis hasil alih bahasa
oleh Julianto Agung (2003.4) dari judul aslinya: Strategic Management adalah
serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan
dalam jangka panjang.Sedangkan menurut Fred R David dalam bukunya berjudul
Strategic Management Concepts diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ahmad
Lukman & Melvi (2003.5) dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan,
pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan
organisasi mencapai tujuannya.
Formulasi strategi melibatkan penetapan serangkaian tindakan yang tepat guna
mencapai tujuan perusahaan. Formulasi strategi ini meliputi pengembangan misi
bisnis, analisa SWOT: mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal serta
mengukur dan menetapkan kelemahan dan kekuatan internal dan menetapkan tujuan
jangka panjang.
SWOT merupakan singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan),
opportunity (peluang) dan threats (ancaman). Pendekatan ini mencoba
menyeimbangkan kekutaan dan kelemahan internal organisasi dengan peluang dan
ancaman lingkungan eksternal organisasi.
Kekuatan (strength): merupakan suatu kondisi, perusahaan mampu melakukan
semua tugasnya sangat baik (diatas rata-rata industri). Kelemahan (weakness):
merupakan suatu kondisi, perusahaan kurang mampu melaksanakan tugasnya secara
baik di karenakan sarana dan prasarananya kurang mencukupi. Peluang (opportunity):
merupakan suatu potensi bisnis atau setiap peluang dan kesempatan menguntungkan
yang dapat diraih oleh perusahaan yang masih belum di kuasai oleh pihak pesaing dan
masih belum tersentuh oleh pihak manapun. Ancaman (threats): merupakan suatu
keadaan, perusahaan mengalami kesulitan yang disebabkan persaingan yang jika
dibiarkan maka perusahaan akan mengalami kesulitan dikemudiaan hari.
C. RUMUSAN MASALAH
Penulisan bertujuan untuk penelitian usaha apotek zahra yaitu:
1. Bagaimanakah administarasi management farmasi di apotek.
2. Bagaimanakah pengadaan / inventori, penyimpanan, distribusi, dan penyerahan
perbekalan farmasi di apotek.
3. Strategi apa yang dapat digunakan dalam bisnis Apotek berdasarkan faktor-
faktorstrengths/weaknesses dan opportunities/treaths perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.SEJARAH APOTEK
Apotek Zahra merupakan suatu badan usaha swasta milik perseorangan yang
didirikan pada tanggal 1 April 2009, dengan surat izin apotek Nomor
440/09/Apt.III/2009. Apotek Zahra berlokasi di jalan Adiwerna No.692, Tegal.
Apotek Zahra didirikan oleh Meikha Nurliani,S.Farm.Apt bersama suaminya
Novian Ardhiansyah Yusuf, ST.MBA.
Kata Zahra berasal dari bahasa arab yaitu Zahro yang artinya bunga,
dimaksudkan agar Apotek Zahra dapat memberikan harum dihati para konsumenya
dan juga supaya menjadi usaha berkembang seperti arti itu sendiri, maksudnya dengan
adanya apotek ini diharapkan bisa menjadi sesuatu yang dapat memberikan warna
baru kepada para pasien ataupun pembeli untuk mendapatkan obat obatan dengan
harga yang terjangkau, berkualitas dan bermanfaat.
Dalam pengoperasianya, Apotek Zahra mempunyai visi dan misi, yaitu:
Visi Apotek Zahra
Menjadi Apotek Mitra terpercaya bagi kalangan Medis dan Non Medis Di Kabupaten
Tegal
Misi Apotek Zahra
- Menyediakan obat dan alkes yang terjamin kualitasnya dengan harga kompetitif
- Memberikan pelayanan yang cepat, tepat, & selamat
- Memberikan informasi yang benar & terkini pada pelanggan
Moto Apotek Zahra Terpercaya dan menentramkan. Dalam hal ini
D. ANALISA SWOT.
1. Situasi dan Kondisi Apotek Zahra (Analisis SWOT)
Untuk mengetahui situasi dan kondisi apotek Zahra dilakukan dengan analisis
SWOT dengan mengidentifikasi faktor-faktor Internal
yaitu Strength dan Weakness, dan juga faktor Eksternal yaitu Opportunity dan Threat.
2. Weakness (kelemahan).
Masih kurangnya sediaan obat obatan pada resep yang sering dibutuhkan oleh
pasien.
Waktu tutupnya apotek terlalu cepat sehingga mempengaruhi penghasilan apotek.
Seringnya keteteran dalam pekerjaan karena masih kurangnya tenaga kerja sehingga
pelanggan harus seringkali menunggu cukup lama.
2. Threath (ancaman).
Banyak bisnis sejenis disekitar Apotek Zahra. Apotek lama dan baru yang dilengkapi
dengan Praktik Dokter yang mengakibatkan meningkatnya persaingan bagi Apotek
Zahra.
Perkembangan Teknologi. Terdapat banyak Situs internet Apotek online sehingga
promosi yang mudah di akses melihat daftar barang dan harganya.
Sosial Budaya. Dengan adanya Puskesmas gratis, merubah pemikiran masyarakat
bila merasakan sakit ringan untuk langsung periksa ke puskesmas dari pada membeli
obat di apotek sebagai penggobatan pertama.
Berikut dibawah ini adalah Matrik Internal Factor Analysis Sumamry (IFAS)
yang dirangkum dari Faktor Strength dan Weakness diatas :
STRENGTH
WEAKNESS
Dari hasil analisis pada Tabel Matrik IFAS. Faktor Strength mempunyai
total nilai skor 2.70 sementara itu Weakness mempunyai total nilai skor 2.30. Seperti
halnya Matrik IFAS, maka matrik EFAS pun juga harus dilakukan identifikasi yang
hasilnya dapat dilihat dibawah ini :
THREATS
Opportunity (+ 0.825)
IFAS
EFAS
= 4.40 = 4.00
= 4.40 = 4.00
Dari analisa Matrik IFAS dan EFAS pada tabel, juga telah disusun Matrik
SWOT untuk menganalisis rumusan alternative Strategi SO, WO, ST, dan WT yang
hasil analisisnya dapat dilihat :
Strength (S) Weakness (W)
Menyediakan pembayaran
kredit.
Memiliki kontak.
Faktor Internal
Memiliki selesmen.
Faktor Eksternal.
Memperbanyak barang
dan tenaga kerja.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data yang dilakukan maka dapat dikesimpulkan
1. strategi yang mempunyai nilai skor tertinggi yaitu trategi SO dan ST dengan
nilai= 4.40, selanjutnya diikuti strategi WO dan WT dengan nilai= 4.00.
2. Keempat strategi tersebut di katakan termasuk strategi yang baik karena mempunyai
nilai yang tinggi, bila keempat strategi tersebut dijalankan maka akan berpotensi
membesarkan usaha dan menaikan penghasilan apotik.
B. SARAN
Dalam mengoptimalkan pelayanan terhadap konsumen, pengelola harus
mempertimbangkan segi menagemen keuangan. Karena dengan enambah fasilitas itu
berarti pengelola harus menginvestasikan keuangannya. Ini agar menjadi
pertimbangan, apakah menambah fasilitas berarti signifikan dapat menaikkan
penghasilan Apotek.
DAFTAR PUSTAKA
David. Fred R. 2002. Manajemen Strategi Konsep. PT. Prenhallindo, Jakarta.
Fachkurniawan. 2002. Analisis Strategi bisnis Perusahaan Jasa Instalatir di
Kabupaten Gresik. Skripsi tidak diterbitkan, Universitas Gresik.
Kotler, Philip. 1998. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi
dankontral. Jilid 2. PT. Prenhallindo, Jakarta.
Munawar. 2005. Pemodelan Visual dengan UML. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Porter, Michael. 1997. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan
Pesaing.Erlangga, Jakarta.
Prawirokusumo, Soeharto. 2000. Manajemen Strategik. Andi, Yogyakarta.
Rangkuti, F. 2001. Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.
GramediaPustaka Utama, Jakarta.
Tunggal, Amin, Widjaja. 1994. Pengantar Manajemen Strategi. Harvarindo, Jakarta.
RELATED ARTICLES:
MAKALAH PEMAKAIAN ANTIBIOTIK PADA I...
0 Comments
0 Comments
Search
126889
TRANSLATE
Pilih Bahasa
BUKU TAMU / KRITIK / SARAN
JANGAN DICOBA
Pasti anda merasakan kalau anda sudah masuk farmasi.. heeeeeeeeeee
ARSIP BLOG
2015 (3)
2014 (9)
o Juni (2)
PEMBUATAN SEDIAAN TABLET VITAMIN C DENGAN
METODE ...
MANAJEMEN FARMASI, ANALISA SWOT APOTEK
o April (5)
o Maret (1)
o Februari (1)
2013 (42)
GABUNG
LABEL
Antibiotika Poltek
FOLLOW US ON FACEBOOK