Anda di halaman 1dari 42

Pengertian analisis SWOT dan manfaatnya Analisis

SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen


perusahaan atau di dalam organisasi yang secara sistematis
dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana
yang matang untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka
pendek maupun tujuan jangkan panjang.

Atau definisi analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah


bentuk analisa situasi dan juga kondisi yang bersifat
deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini
menempatkan situasi dan juga kondisi sebagai sebagai
faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut
kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat
baik-baik oleh para pengguna analisa ini, bahwa analisa
SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisa yang
ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang
dihadapi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu
memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang
sedang dihadapi.

SWOT adalah singkatan dari:

S = Strength (kekuatan).
W = Weaknesses (kelemahan).
O = Opportunities (Peluang).
T = Threats (hambatan).
Apa itu analisis SWOT?
Penjelasan mengenai 4 (empat) komponen analisis
SWOT, yaitu :

1. Strenght (S) yaitu analisis kekuatan, situasi ataupun


kondisi yang merupakan kekuatan dari suatu organisasi
atau perusahaan pada saat ini. Yang perlu di lakukan
di dalam analisis ini adalah setiap perusahaan atau
organisasi perlu menilai kekuatan-kekuatan dan
kelemahan di bandingkan dengan para pesaingnya.
Misalnya jika kekuatan perusahaan tersebut unggul di
dalam teknologinya, maka keunggulan itu dapat di
manfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang
membutuhkan tingkat teknologi dan juga kualitas yang
lebih maju.
2. Weaknesses (W) yaitu analisi kelemahan, situasi
ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu
organisasi atau perusahaan pada saat ini. Merupakan
cara menganalisis kelemahan di dalam sebuah
perusahaan ataupun organisasi yang menjadi kendala
yang serius dalam kemajuan suatu perusahaan atau
organisasi.
3. Opportunity (O) yaitu analisis peluang, situasi atau
kondisi yang merupakan peluang diluar suatu
organisasi atau perusahaan dan memberikan peluang
berkembang bagi organisasi dimasa depan. Cara ini
adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang
memungkinkan suatu perusahaan ataupun organisasi
bisa berkembang di masa yang akan depan atau masa
yang akan datang.
4. Threats (T) yaitu analisis ancaman, cara menganalisis
tantangan atau ancaman yang harus dihadapi oleh
suatu perusahaan ataupun organisasi untuk
menghadapi berbagai macam faktor lingkungan yang
tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau
organisasi yang menyebabkan kemunduran. Jika tidak
segera di atasi, ancaman tersebut akan menjadi
penghalang bagi suatu usaha yang bersangkutan baik
di masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Manfaat analsis SWOT

Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode


analisis yangg paling dasar, yang bermanfaat untuk melihat
suatu topik ataupun suatu permasalahan dari 4 empat sisi
yang berbeda. Hasil dari analisa biasanya berupa arahan
ataupun rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan
untuk menambah keuntungan dari segi peluang yang ada,
sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari
ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis ini akan
membantu untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak
terlihat selama ini. Dari pembahasan diatas tadi, analisis
SWOT merupakan instrumen yang bermanfaat dalam
melakukan analisis strategi. Analisis ini berperan sebagai
alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam
suatu perusahaan atau organisasi serta menekan dampak
ancaman yang timbul dan harus dihadapi.

Itulah diatas mengenai pengertian analisis SWOT dan


manfaatnya, terimakasih telah membaca dan semoga
artikel ini dapat bermanfaat

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang
penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah
diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan
dan Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Salah satu bentuk fasilitas
pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah
puskesmas. Fasilitas pelayanan kesehatan ini merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat dalam membina peran serta masyarakat juga memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Dengan kata lain
puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung awab atas pemeliharaan kesehatan
masyarakat dalam wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas
adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan: kuratif
(pengobatan), preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan
rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua
penduduk, tidak membedaan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan
dalam kandungan sampai tutup usia.
Dalam hal ini Puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan
keprofesionalan dari para pegawainya serta meningkatkan fasilitas atau
sarana kesehatannya untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat
pengguna jasa layanan kesehatan. Semakin ketatnya persaingan serta
pelanggan yang semakin selektif dan berpengetahuan mengharuskan
Puskesmas selaku salah satu penyedia jasa pelayanan kesehatan untuk
selalu meningkatkan kualitas pelayanannya. Untuk dapat meningkatkan
kualitas pelayanan, terlebih dahulu harus diketahui apakah pelayanan yang
telah diberikan kepada pasien atau pelanggan selama ini telah sesuai dengan
harapan atau belum.
Dinas Kesehatan Kabupaten merupakan Penanggunng jawab salah
satupenyedia pelayanan kesehatan juga berkewajiban dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya ditingkat Puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan di tingkat kecamatan. Oleh karena itu Puskesmas di bawah
naungan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota perlu adanya evaluasi atau
penilaian untuk meningkatkan mutu kualitas pelayanannya.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas maka diambil sebuah rumusan
masalah bagaimanakah mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengevaluasi pelayanan kesehatan khususnya di Puskesmas
2. Untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas
3. Untuk mengetahui factor factor yang menjadi kekuatan, kelemahan,
peluang dan hambatan dari pelayanan kesehatan di Puskesmas melalui
pendekatan analisis SWOT
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP PUSKESMAS
Menurut DepKes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kesehatan.
a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten / kota (UPTD), Puskesmas
berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan
kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di
wilayah kabupaten / kota adalah dinas kesehatan kabupaten / kota, sedangkan
puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan
yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten / kota sesuai dengan
kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
Secara Nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu Kecamatan, tetapi
apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab
wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep
wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara
operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas K esehatan kabupaten/kota.

B. FUNGSI PUSKESMAS
Puskemas sebagai penyedia pelayanan kesehatan ditingkat Kecamatan
mempunyai 3 ( tiga )fungsi yaitu :
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di dilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di
samping itu aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan,
upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga
dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam
memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menetap, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social budaya masyarakat setempat.
c. Pusat strata pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:
a) Pelayan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk
puskesmas tertentu di tambahkan dengan rawat inap.
b) Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

C. PROGRAM POKOK PELAYANAN PUSKESMAS


Setiap Puskesmas mempunyai pelayanan didalam gedung atau diluar
gedung, menurut jumlah sasaran dan wilayah kerjanya. Sesuai status
puskesmas, perawatan atau non perawatan, bisa melaksanakan kegiatan
pokok, maupun pengembangan, tergantung kemampuan sumber daya
manusia dan sumber daya material. Adapun 9 (sembilan) program pokok
tersebut meliputi :
a. Program Promosi Kesehatan (Promkes) :
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM), Sosialisasi Program Kesehatan,
Survey Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Penilaian Strata Posyandu
b. Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :
Surveilens Terpadu Penyakit (STP), Pelacakan Kasus: TBC, Kusta, DBD,
Malari, Flu Burung, Infeksi Saluran Peranafasan Akut (ISPA), Diare, Infeksi
Menular Seksual (IMS), Penyuluhan Penyakit Menular

c. Program Pengobatan :
Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan), Apotek,,
Unit Gawat Darurat (UGD), Perawatan Penyakit (Rawat Inap), Pertolongan
Persalinan (Kebidanan). Pengobatan Luar Gedung : Rujukan Kasus,
Pelayanan Puskesmas Keliling (Puskel)
d. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) :
ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), Pertolongan Persalinan,
Rujukan Ibu Hamil Risiko Tinggi, Pelayanan Neonatus, KemitraanDukun
Bersalin, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
e. Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB) :
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Imunisasi Calon Pengantin (TT
Catin), Pelayanan KB Pasangan Usia Subur (PUS), Penyuluhan KB
f. Program Upaya Peningkatan Gizi Masyrakat :
Penimbangan Bayi Balita, Pelacakan dan Perawatan Gizi Buruk, Stimulasi
dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak, Penyuluhan Gizi
g. Program Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan :
Pengawasan Kesehatan Lingkungan : SPAL (saluran pembuangan air
limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban keluarga), Pemeriksaan
Sanitasi : TTU (tempat-tempat umum), Institusi Perkantoran, Survey Jentik
Nyamuk (SJN)
h. Program Pelayanan Kesehatan Komunitas :
Kesehatan Mata, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Lansia, Kesehatan Olahraga,
Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), Upaya Kesehatan Sekolah
(UKS)
i. Program Pencatatan dan Pelaporan :
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) disebut juga
Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS)

D. STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS


Menurut keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor
128/MenKes/RI/SK/II/2004, struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan
dan beban tugas masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi
puskesmas di satu kabupaten / kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota,
sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat
dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut :
a. Kepala puskesmas
b. Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala puskesmas
dalam pengelolaan:
a) Data dan informasi
b) Perencanaan dan penilaian
c) Keuangan
d) Umum dan kepegawaian
c. Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas
Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM, dan
Upaya kesehatan perorangan.
d. Jaringan pelayanan puskesmas
Unit puskesmas pembantu, Unit puskesmas keliling, dan Unit bidan di
desa/komunitas

E. PERAN POKOK PETUGAS PELAYANAN PUSKESMAS


Dalam menjalankan peranyaa sebagai penyedia pelayanan kesehatan
Puskesmas didukung oleh beberapa petugas yang mempunyai fungsi masing
masing antara lain :
a. Petugas Medis
a) Dokter Umum : melakukan pelayanan medis di poli umum, puskel, pustu,
posyandu.
b) Dokter Gigi : melaksanakan pelayanan medis di poli gigi, puskel.
c) Dokter Spesialis : khusus untuk puskesmas rawat inap bagus juga
adakunjungan dokter spesialis sebagai dokter konsultan, misalnya : dokter
ahli anak, kandungan dan penyakit dalam.

b. Petugas Para Medis


a) Bidan : pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), pelaksana asuhan
kebidanan.
b) Perawat Umum : pendamping tugas dokter umum, pelaksana asuhan
keperawatan umum.
c) Perawat Gigi : pendamping tugas dokter gigi, pelaksana asuhan
keperawatan gigi.
d) Perawat Gizi : pelayanan penimbangan dan pelacakan masalah
gizimasyarakat.
e) Sanitarian : pelayanan kesehatan lingkungan pemukiman dan institusi
lainnya.
f) Sarjana Farmasi : pelayanan kesehatan obat dan perlengkapan kesehatan.
g) Sarjana Kesehatan Masyrakat : pelayanan administrasi, penyuluhan,
pencegahan dan pelacakan masalah kesehatan masyarakat.

c. Petugas Non Medis


a) Administrasi : pelayanan administrasi pencatatan dan pelaporan kegiatan
puskesmas.
b) Petugas Dapur : menyiapkan menu masakan dan makanan
pasienpuskesmas perawatan.
c) Petugas Kebersihan : melakukan kegiatan kebersihan ruangan dan
lingkungan puskesmas.
d) Petugas Keamanan : menjaga keamanan pelayanan khususnya ruangan
rawat inap.
e) Sopir : mengantar, membantu seluruh kegiatan pelayanan puskel di luar
gedung puskesmas.

F. EVALUASI PELAYANAN PUSKESMAS


Dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas evaluasi lebih dikenal dengan
Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3).Fungsi P3 Puskesmas bertujuan untuk:
a. Mencegah penyimpangan (protektif),
b. Meluruskan penyimpangan (kuratif), dan
c. Membimbing pegawai Puskesmas agar tidak menyimpang (preventif).
Jika terjadi kesenjangan atau penyimpangan harus segera diatasi. Setiap
penyimpangan harus dapat dideteksi sedini mungkin, dicegah, dikendalikan, atau
dikurangi. Melalui pelaksanaan fungsi P3 Puskesmas, hasil pelaksanan kegiatan dan
program Puskesmas yang telah dicapai dibandingkan dengan standar kinerja program
Puskesmas yang tertuang dalam tujuan, target, standar mutu pelayanan,standard
operating procedure Puskesmas. Masalah yang banyak terjadi dalam organisasi
pelayanan sektor publik termasuk Puskesmas adalah masih lemahnya fungsi P3,
sehingga terjadi peyimpangan atau kesenjangan antara yang direncanakan dengan
yang dilaksanakan. Pengawasan, pengendalian, dan penilaian mempunyai makna dan
esensi yang sama yaitu proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan keberhasilan
suatu kegiatan dan program dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, adanya
penetapan standar, tolok ukur dan kriteria, adanya pengukuran hasil kegiatan dan
program, adanya pembandingan hasil kinerja pegawai dan organisasi dengan standar,
dan adanya pengambilan tindakan korektif bila diperlukan.

G. OBYEK DAN METODE P3 PUSKESMAS


Untuk dapat melakukan P3 Puskesmas dengan baik ada 2 ( dua ) hal yang
perlu diperhatikan, yaitu:
a. Obyek P3 Puskesmas
Yang dimaksud dengan obyek P3 Puskesmas adalah hal-hal yang harus diawasi,
dikendalikan dan dievaluasi. P3 Puskesmas sebaiknya mencakup 10 jenis objek yang
perlu dijadikan sasaran P3 Puskesmas, yaitu:
a) Hasil cakupan kegiatan dan program Puskesmas baik upaya kesehatan wajib, upaya
kesehatan pengembangan, maupun upaya kesehatan inovatif: Dilakukan dengan
membandingkan pencapaian hasil kegiatan dengan arget yang telah ditetapkan dalam
Rencana Operasional Puskesmas;
b) Pelaksanaan Manajemen Puskesmas: Meliputi Perencanaan (P1) yakni penyusunan
Rencana Strategik dan Rencana Operasional Puskesmas, Penggerakan Pelaksanaan
(P2) yakni pelaksanaan Lokakarya Mini Puskesmas baik bulanan maupun triwulanan,
dan Pelaksanaan P3 Puskesmas yakni Stratifikasi Puskesmas atau Penilaian Kinerja
Puskesmas;
c) Mutu Pelayanan Puskesmas: Dilakukan dengan membandingkan pencapaian kinerja
Puskesmas dengan standar mutu pelayanan dan standard operating procedure(SOP)
Puskesmas;
d) Manajemen Obat dan Alat kesehatan (Pengelolaan obat dan alat kesehatan di gudang
dan pelayanan obat alat kesehatan di Puskesmas) : Permintaan dan penerimaan obat
alat kesehatan, pemeriksaan obat alat kesehatan yang diragukan kualitasnya, lokasi
dan kelengkapan penyimpanan obat alat kesehatan di gudang, sarana gudang obat alat
kesehatan Puskesmas, fasilitas penyimpanan, proses distribusi, kegiatan dan proses
pelayanan obat dan alat kesehatan, cara penyerahan dan pemberian informasi,
membuat indikator peresepan;
e) Manajemen Keuangan yaitu pengelolaan pemasukan dan penggunaan keuangan
kegiatan rutin dan program Puskesmas serta keuangan program Jamkesmas:
Puskesmas mempunyai buku adminisrasi keuangan/buku kas berisi uang masuk dan
uang keluar berdasarkan kegiatan dan sumber anggaran setiap bulan, laporan
pertanggungjawaban keuangan program Jamkesmas tahunan. Pimpinan Puskesmas
seyogyanya melakukan pemeriksaan keuangan secara berkala;
f) Manajemen Ketenagaan: Puskesmas membuat Daftar Urutan Kepangkatan (DUK),
struktur organisasi serta uraian tugas dan tanggung jawab setiap petugas, rencana
kerja bulanan dan tahunan untuk setiap petugas sesuai dengan tugas, wewenang, dan
tanggung jawab, melakukan pembinaan kepada petugas dengan cara penilaian DP3,
pemberian penghargaan, kesejahteraan, dan pemberian sanksi, mempunyai data
keadaan, kebutuhan ketenagaan termasuk bidan desa, mempunyai daftar pejabat
fungsional Puskesmas;
g) Program Pengamatan dan Pencegahan Penyakit: Puskesmas membuat Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) per desa serta hasil analisis dan rencana tindak lanjutnya
disampaikan dalam Lokakarya Mini Puskesmas baik bulanan maupun triwulanan dan
rapat koordinasi tingkat kecamatan, kewaspadaan dini KLB penyakit potensial wabah
dengan membuat grafik mingguan serta analisis dan rencana tindak lanjutnya,
menjalankan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) faktor risiko dengan memilih penyakit
potensial KLB di wilayah kerja Puskesmas;
h) Program JPKM atau Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas): Mempunyai
dokumentasi program Jamkesmas, meliputi: pengorganisasian, data kepesertaan dan
distribusi kartu peserta, data keuangan, rencana dan laporan bulanan, pelayanan
kesehatan di Puskesmas dan rujukan, pembinaan dan pengawasan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota;
i) Program penggerakan dan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat
kecamatan dan desa/kelurahan seperti program Desa Siaga;
j) Objek yang bersifat strategis: Misalnya pengawasan tentang penggunaan jarum
suntik untuk mencegah penyakit menular melalui suntikan (Hepatitis C, HIV/AIDS,
dan sebagainya), jenis, jumlah dan kualitas vaksin yang tersedia, dan sebagainya.
b. Sasaran P3 Puskesmas
Adapun sasaran P3 meliputi :
a) kinerja pegawai dan organisasi baik kuantitas maupun kualitas layanan kesehatan,
b) ketenagaan yakni kegiatan pegawai sesuai dengan perencanaan dan instruksi,
c) sumber daya manajemen lainnya mencakup kuantitas dan kualitas,
d) keuangan yakni biaya, penghasilan, dan likuiditas,
e) waktu yakni kesesuaian dengan perencanaan.
H. EVALUASI PELAYANAN PUSKESMAS DENGAN ANALISIS SWOT
Evaluasi pelayanan kesehatan di Puskesmas sangat diperlukan untuk
mengukur keberhasilan dari sebuah tujuan yang ingin dicapai oleh Puskesmas.
Selaian itu evaluasi puskesmas juga merupakan salah satu upaya untuk menilai
kinerja dari sebuah pelayanan kesehatan. Salah satu cara yag dipakai untuk
mengevaluasi pelayanan kesehatan yaitu dengan analisis SWOT. SWOT merupakan
akronim dari Strength (kekuatan) dan Weakness (kelemahan) dalam organisasi
Puskesmas, serta Opportunity (kesempatan/peluang) dan Threat (ancaman /
tantangan) dari lingkungan eksternal yang dihadapi organisasi Puskesmas. Analisis
SWOT dapat merupakan alat yang ampuh dalam melakukan analisis strategik.
Keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi organisasi untuk
memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan memanfaatkan peluang serta berperan
untuk meminimalisasi kelemahan organisasi dan menekan dampak ancaman yang
timbul dan harus dihadapi.
a. Analisis Lingkungan Dalam Puskesmas
a) Strength (kekuatan) :
Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau
seluruh wilayah kerja, Puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu serta
Puskesmas Keliling. Kecuali itu untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan
rujukan, Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. Juga ditunjang oleh Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) berupa Posyandu, Pondok Bersalin
Desa (Polindes)-Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)-Desa Siaga, dan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) Usia Lanjut, dan lain-lain;
Pemerintah daerah telah menyediakan dana dari pengembalian retribusi pendapatan
Puskesmas dengan besaran yang bervariasi di setiap Kabupaten/Kota, pengadaan
tenaga, obat-obatan, alat kesehatan, dan sebagainya;
Telah dikembangkan berbagai buku pedoman seperti Pedoman Kerja Puskesmas,
Kebijakan Dasar Puskesmas, Pedoman tentang program - program Puskesmas,
Standar Pelayanan Minimal di Bidang Kesehatan dan Petunjuk Teknisnya, dan lain-
lain;
Adanya wilayah kerja tertentu yang menjadi tugas tanggung jawab dan pangsa pasar
Puskesmas;
Adanya tenaga kesehatan Puskesmas yang telah ditempatkan di sarana kesehatan
baik di Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu, BalaiPengobatan Desa, Pos
Kesehatan Desa, dan Bidan Desa di wilayah kerja Puskesmas;
Adanya pola struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) Puskesmas yang merujuk
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No.23 Tahun 1994 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas dan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas yang ditetapkan oleh
Peraturan Daerah;
Adanya standard operating procedure (SOP)/Prosedur tetap (Protap), seperti Protap
pelayanan kesehatan di dalam gedung Puskesmas, Protap Posyandu, dan sebagainya;
Adanya dukungan dan kerjasama serta kemitraan lintas program di Puskesmas dan
lintas sektoral tingkat kecamatan;
Adanya sistem informasi manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang bersumber dari
sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas (SP3), sistem informasi posyandu (SIP),
laporan sarana kesehatan swasta, laporan lintas sektor, dan lain-lain;
Adanya Sistem Kesehatan Nasional dan Undang-undang tentang Kesehatan serta
peraturan perundang-undangan lainnya sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.

b) Weakness (kelemahan):
Visi, misi, dan tujuan Puskesmas belum dipahami sepenuhnya oleh pimpinan dan staf
Puskesmas. Hal ini dapat melemahkan komitmen, dukungan, dan keikutsertaan
mereka dalam mengembangkan fungsi Puskesmas. Mereka terperangkap oleh tugas-
tugas rutin yang bersifat kuratif yang kebanyakan dilakukan di dalam gedung
Puskesmas. Akibatnya, kegiatan Puskesmas di luar gedung yang bersifat promotif dan
preventif kurang mendapatkan perhatian.
Upaya kesehatan masih menitikberatkan pada upaya kuratif dan belum
menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif. Dengan kata lain belum
berlandaskan pada paradigma sehat;
Beban kerja Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) kesehatan
kabupaten/kota terlalu berat. Pertama, karena rujukan kesehatan ke dan dari Dinas
kesehatan kabupaten/kota kurang berjalan. Kedua, karena Dinas kesehatan
kabupaten/kota yang sebenarnya bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh di wilayah kabupaten/kota lebih banyak
melaksanakan tugas-tugas administratif;
Sistem manajemen Puskesmas yakni perencanaan (P1) yang diselenggarakan melalui
mekanisme Perencanaan Mikro (microplanning) yang kemudian menjadi Perencanaan
Tingkat Puskesmas, penggerakan pelaksanaan (P2) yang diselengarakan melalui
mekanisme Lokakarya Mini (mini workshop) serta pengawasan, pengendalian, dan
penilaian (P3) yang diselenggarakan melalui Stratifikasi Puskesmas yang kemudian
menjadi Penilaian Kinerja Puskesmas, dengan berlakuknya otonomi daerah belum
ditindak lanjuti oleh beberapa kabupaten/kota;
Pengelolaan Puskesmas, meskipun telah ditetapkan merupakan aparat daerah tetapi
masih masih terlalu bersifat sentralistis. Puskesmas dan daerah belum memiliki
keleluasaan menetapkan kebijakan program yang sesuai dg kebutuhan masy setempat,
yang tentu saja tidak sesuai lagi dengan era desentralisasi;
Kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas kurang berorientasi pada masalah dan
kebutuhan kesehatan masyarakat setempat. Setiap Puskesmas dimanapun berada
menyelenggarakan upaya kesehatan ang sama;
Waktu kerja efektif pegawai Puskesmas di beberapa Puskesmas berlangsung antara
jam 08.00 sampai dengan 11.00. Selama waktu tersebut, kegiatan mereka hanya
melayani masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas. Waktu antara jam 11.00 sampai
dengan jam 14.00 belum dimanfaatkan secara optimal untuk mengembangkan peran
mereka sebagai petugas kesehatan masyarakat;
Ketidakefisienan Puskesmas juga tampak dari pemanfaatan ruang rawat inap di
beberapa Puskesmas dengan tempat perawatan. Kurang tegasnya pemisahan antara
tugas pokok untuk melakukan perawatan pasien rawat inap dengan pelayanan
kesehatan masyarakat merupakan salah satu kendala pengembangan upaya kesehatan
promotif dan preventif di Pukesmas dengan tempat perawatan;
Citra Puskesmas masih kurang baik, utamanya yang berkaitan mutu,penampilan fisik
Puskesmas kurang bersih dan nyaman, disiplin, profesionalisme, dan keramahan
petugas dalam pelayanan kesehatan yang masih lemah;
Belum tersedianya sumber daya Puskesmas yang memadai seperti ketersediaan
tenaga belum sesuai standar ketenagaan Puskesmas dan penyebaran tidak merata,
kemampuan dan kemauan petugas belum memadai, penanggung jawab program
Puskesmas belum memiliki kemampuan manajerial program, pengembangan sumber
daya tenaga kesehatan tidak berorientasi pada kebutuhan Puskesmas atau program,
namun seringkali merupakan keinginan dari pegawai yang bersangkutan; kurangnya
tanggung jawab, motivasi, dedikasi, loyalitas dan kinerja petugas Puskesmas;
Ketersediaan obat-obatan baik jenis maupun jumlahnya terbatas, alat kesehatan juga
kurang memadai, dana operasional maupun program sangat kurang dan hanya
bersumber dari persentase pengembalian retribusi Puskesmas dengan besaran yang
bervariasi di setiap kabupaten/kota;
Belum tersedianya data dan informasi registrasi vital tentang kependudukan dan
program kesehatan yang saheh dan akurat;
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan Puskesmas, belum ditunjang oleh rencana
operasional yang baik dan mengikut sertakan pegawai sertastakeholder Puskesmas,
sehingga pelaksanaan program dan upaya Puskesmas kurang berhasil dan
berdayaguna;
Manajemen Program Puskesmas belum dirumuskan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebagai pedoman dan panduan Puskesmas;
Kurangnya pembinaan dan bimbingan program dari Dinas kesehatan
kabupaten/kota ;
Kurangnya komitmen, dukungan, dan keikutsertaan lintas sektoral dalam program
kesehatan;
Kurangnya komitmen dan dukungan stakeholders Puskesmas terhadap program
Puskesmas;
Jumlah kader kesehatan masih kurang, tingginya drop out kader, adanya kejenuhan
dari kader, sulitnya mencari kader baru, kurangnya dana stimulasi kader, kurangnya
sarana kegiatan kader seperti buku pegangan kader, sarana pencatatan dan pelaporan
kegiatan kader dan sebaginya;
Keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tingkat pertama belum dikembangkan secara optimal. Sampai saat ini
Puskesmas kurang berhasil menumbuhkan inisiatif dan rasa memiliki serta belum
mampu mendorong kontribusi sumber daya dari masyarakat dalam penyelenggaraan
upaya Puskesmas;
Sistem pembiayaan Puskesmas belum mengantisipasi arah perkembangan masa
depan, yakni sistem pembiayaan pra-upaya untuk pelayanan kesehatan perorangan;
Puskesmas masih belum berhasil dalam menggali, menghimpun dan mengorganisasi
partisipasi masyarakat serta membina kemitraan dengan sektor lain yang terkait.
b. Analisis Lingkungan Luar Puskesmas
a) Opportunity (kesempatan/peluang)
Amandemen UUD 1945 Pasal 28 H yang menyatakan, bahwa setiap warga negara
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal merupakan dukungan
landasan hukum untuk menciptakan peluang pemerintah dan masyarakat dalam
mempercepat upaya pemerataan pelayanan dan peningkatan mutu;
Reformasi yang menuntut adanya transparansi, akuntabilitas, good government, dan
lain-lain dalam segala bidang yang merupakan tuntutan rakyat membuka peluang
yang besar bagi perbaikan system dan tata nilai di pelbagai bidang, termasuk bidang
kesehatan;
Kebijakan desentralisasi sebagaimana diberlakukannya Undang - undang RI No. 22
Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan Undang-undang RI No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang yang besar bagi Puskesmas
untuk memperbaiki sistem, rencana strategik, dan rencana operasional,
mengembangkan program dan kegiatan Puskesmas secara mandiri sesuai kebutuhan
masyarakat dan potensi yang tersedia;
Kesepakatan para Bupati/Walikota tanggal 28 Juli 2000 untuk menyediakan alokasi
dana kesehatan minimal 15% dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau
5% dari Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan peluang yang
besar bagi Puskesmas untuk mengembangkan program-program kesehatan di wilayah
kerjanya dengan dukungan anggaran yang memadai;
Secara politis program kesehatan termasuk dalam 3 (tiga) besar prioritas
pembangunan, yakni pendidikan, kesehatan, dan ekonomi;
Adanya komitmen dan dukungan politis dari Pemerintah Daerah dan DPRD
Kabupaten/Kota untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
Adanya Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) bidang kesehatan seperti Pokjanal
Posyandu diberbagai tingkatan administrasi pemerintahan yang merupakan forum
kerjasama lintas sektoral untuk membina, membimbing, memantau, menilai dan
mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti
Posyandu, Desa Siaga, dan sebagainya;
Kemajuan pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan memberi peluang
untuk mempercerat peningkatan pemerataan pelayanan serta kualitas pelayanan
Puskesmas;
Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat merupakan peluang meningkatnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan;
Adanya budaya masyarakat yang mendukung kegiatan pembangunan kesehatan serta
menerima perubahan dan perbaikan mutu hidup;
Kehidupan masyarakat yang agamis merupakan peluang dilakukannya pendekatan
keagamaan dalam pembangunan kesehatan;
Adanya peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan berupa UKBM antara lain
Posyandu, Polindes, Poskesdes, Posbindu, dan lain-lain;
Adanya kerjasama dan kemitraan lintas sektoral di tingkat kecamatan;
Adanya sumber dana untuk pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat
melalui program JPKM, Dana Sehat Masyarakat, Dana Sehat Sekolah, Dana Sosial
Ibu Bersalin (Dasolin), jimpitan, dana kematian, dan sebagainya;
Adanya dana stimulasi dari Pemerintah daerah untuk Dana Sosial Ibu Bersalin
(Dasolin) yang dapat dikembangkan menjadi Dana Sehat berpola JPKM;
Adanya komitmen dan dukungan dari stakeholder serta tokoh masyarakat terhadap
program Puskesmas;
Kegotongroyongan masyarakat dalam pembangunan masih cukup tinggi;
Adanya pertemuan rutin di desa seperti pertemuan mingguan di desa,
pengajian/majlis talim;
Adanya kader kesehatan, dokter kecil, Palang Merah Remaja, Paraji dan sebagainya;
Adanya momentum program kesehatan yang strategis seperti Gerakan Sayang Ibu,
Desa Siaga, Gerakan Terpadu Nasional, dan lain-lain;
Adanya lomba-lomba seperti Lomba Puskesmas Berprestasi, Lomba Dokter dan
Paramedis Teladan, Lomba Kader Teladan, Lomba Balita, Lomba UKS, Lomba
Dokter Kecil dan lain-lain;
Keadaan geografis yang dapat dijangkau oleh kendaraan, serta tersedianya sarana
transportasi dan komuniksi yang sudah menjangkau seluruh wilayah kerja Puskesmas.
b) Threat (ancaman/rintangan/tantangan)
o Ketidakmampuan Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
untuk memanfaatkan era desentralisasi sebagai peluang dan kesempatan untuk
melakukan reformasi Sistem Pembangunan Kesehatan Daerah dapat menjadi
ancaman dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas;
o Terjadinya transisi epidemiologi baik oleh pengaruh perubahan struktur
penduduk dan perubahan gaya hidup masyarakat menyebabkan beban ganda
(double burden) pelayanan kesehatan, yaitu tidak saja pada masalah penyakit
infeksi tetapi juga penyakit degeneratif. Selain itu pelayanan kesehatan juga
menghadapi masalah penyakit yang pada akhir ini cenderung meningkat seperti
TBC, demam berdarah dengue. Fenomena-fenomena tersebut di atas merupakan
tantangan sekaligus ancaman pengembangan Puskesmas;
o Terjadinya krisis ekonomi yang belum sepenuhnya pulih tidak saja menambah
jumlah penduduk miskin, tetapi juga menurunkan kemampuan pemerintah dalam
menyediakan alokasi anggaran untuk pembangunan kesehatan. Kedua hal tersebut
di atas merupakan ancaman Puskesmas baik dalam meningkatkan
kebutuhan (demand) pelayanan kesehatan masyarakat serta meningkatkan pasokan
(supply) pelayanan kesehatan yang memadai;
o Masih adanya anggapan bahwa pembangunan bidang kesehatan bersifat
konsumtif dan belum dipandang sebagai investasi pada peningkatan mutu Sumber
Daya Manusia (SDM), sehingga anggaran yang dialokasikan kurang memadai;
o Peran serta dan kemitraan masyarakat belum berkembang dan
berkesinambungan seperti yang diharapkan, hal ini antara lain karena kurangnya
kemampuan dan kemauan/motivasi dan adanya keterpaksaan dari masyarakat,
adanay kejenuhan kader kesehatan sebagai mitra dan motor penggerak partisipasi
masyarakat, hal ini bias mengancam terjadinya drop outkader, sulitnya mencari
kader baru, kurangnya dana stimulan kader, kurangnya sarana kegiatan kader
seperti buku pegangan kader, sarana pencatatan dan pelaporan kegiatan kader dan
sebagianya;
o Berkembangnya pelayanan kesehatan swasta yang lebih profesional, bermutu,
dan bernuansa profit merupakan ancaman terhadap pelayanan kesehatan
pemerintah termasuk Puskesmas;
o Jumlah tenaga kesehatan (terutama perawat dan bidan) yang melakukan
praktik swasta di wilayah kerja Puskesmas semakin bertambah. Situasi ini
merupakan persaingan terselubung karena mereka juga menjual jasa pelayanan
kesehatan. Menghadapi persaingan ini, mengharuskan Puskesmas untuk
meningkatkan mutu Pelayanannya;
o Kurangnya penggunaan obat generik karena banyaknya pasokan obat patent
menyebabkan tingginya harga obat-obatan dan merupakan ancaman pelayanan
kesehatan terutama untuk masyarakat miskin;
o Mobilisasi penduduk yang tinggi menyebabkan penularan penyakit yang cepat
serta perubahan lingkungan dan perilaku sosial budaya masyarakat merupakan
ancaman terhadap semakin meningkatnya masalah kesehatan;
o Kebijakan pemerintah tentang pengangkatan pegawai zero growthmerupakan
ancaman terhadap ketersediaan pegawai termasuk pegawai yang bertugas di
Puskesmas;
o Puskesmas dijadikan revenue center (pusat pendapatan) untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Darah (PAD) yang mengakibatkan upaya kesehatan
terkonsentrasi pada upaya kuratif dan rehabilitative serta mengesampingkan upaya
promotif dan preventif;
o Pemanfaatan tenaga dan sarana kesehatan Puskesmas masih kurang, termasuk
pemanfaatan Bidan Desa, dimana Bidan Desa lebih banyak dimanfaatkan sebagai
tenaga kuratif dan kurang dimanfaatkan dalam upaya promotif dan preventif;
o Masih adanya persalinan oleh dukun paraji dan belum terjalin kemitraan
antara Bidan Desa dengan dukun paraji;
o Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih belum memasyarakat dan
membudaya baik PHBS rumah tangga, sarana kesehatan, institusi pendidikan,
tempat kerja, maupun tempat-tempat umum.
BAB III
KESIMPULAN

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi


fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat,
dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul
oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tesebut diselenggarakan
dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna
mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu
pelayanan kepada perorangan. Sebagai ujung tombak pelayanan dan
pembangunan kesehatan di Indonesia maka Puskesmas perlu mendapatkan
perhatian terutama berkaitan dengan mutu pelayanan kesehatan.
Berdasarkan evaluasi pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan analisis
SWOT , dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan di Puskesmas saat ini
menghadapi kondisi yang paling buruk karena harus menghadapi
ancaman/rintangan/tantangan (threat) besar yang bersumber pada lingkungan luar,
dan pada saat yang bersamaan dilanda berbagai kelemahan internal (weakness).
Strategi yang tepat pada keadaan demikian ialah strategi defensif dalam arti
mengurangi atau merubah bentuk pelayanan kesehatan yakni :
a) merubah paradigma berupa paradigma sehat yakni upaya kesehatan menitikberatkan
pada upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan
rehabilitatif,
b) upaya kesehatan Puskesmas lebih menitikberatkan pada upaya kesehatan yang
c) mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan AKI dan AKB seperti program
d) keterpaduan KB-kesehatan di Posyandu,
e) upaya kesehatan Puskesmas memfokuskan pada program pokok utama (Basic six.).

DAFTAR PUSTAKA

Clark, Concept of Leadershi., donclark@nwlink.com http:// www.nwlink.

com/~donclark/leader/leadcon.html (01/04/2013).

Departemen Kesehatan RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. Sekretaris Jenderal. 2002. Paradigma Sehat Menuju Indonesia

Sehat 2010. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan(Keputusan

Menteri Kesehatan RI No.1457Menkes/SK/X/ 2003). Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Pelayanan Minimal

Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota (Keputusan Menteri

Kesehatan RI No.1091/Menkes/SK/X/2004). Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas. Jakarta.


Departemen Kesehatan RI. 2007. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan SistemInformasi

Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota (Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 932 tahun 2002). Cetakan Kedua. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Direktorat Jenderal Bina Kesehtan Masyarakat.

Pedoman Dasar Penyeliaan Jaminan Mutu Di Puskesmas. Jakarta

Muninjaya G. 2004. Manajemen Kesehatan. Edisi Kedua, Jakarta: ECG.


BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN PENULISAN
Penulisan bertujuan untuk penelitian usaha apotek zahra yaitu:
1. Memahami administarasi management farmasi di apotek.
2. Memahami setiap pengadaan / inventori, penyimpanan, distribusi, dan penyerahan
perbekalan farmasi di apotek.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang
menjadi strengths/weaknesses danopportunities/treaths perusahaan apotek.
4. Menganalisa strategi apa yang dapat digunakan dalam bisnis Apotek berdasarkan
faktor-faktor strengths/weaknesses dan opportunities/treaths perusahaan yang didapat.

B. LATAR BELAKANG

Pengadaan obat dan distribusi obat merupakan salah satu bentuk pelayanan
kesehatan yang penting karena obat merupakan faktor penting pendukung kesehatan.
Oleh kerena itu, apotik menjadi salah satu pendistribusi obat keberadaannya diatur
oleh pemerintah.
Apotek memiliki dua fungsi yaitu sebagian bentuk unit pelayanan kesehatan
apotek yang menyediakan baik obat obatan maupun alat kesehatan yang dibutuhkan
oleh masyarakat.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/ Menkes/ Per/ X/ 1993
tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin Apotek, memberikan batasan tentang
Apotek yaitu suatu tempat penyaluran pembekalan farmasi kepada masyarakat. Dalam
hal ini pembekalan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli
indonesia
( Obat tradisional ), alat kesehatan dan kosmetika.
Pelayanan kesehatan adalah setiap usaha yang diselenggarakan secara sendiri
atau bersama sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat. Pelayanan kesehatan dapat
dilakukan oleh pemerintah atau swasta, dalam bentuk pelayanan perorangan atau
pelayanan kesehatan masyarakat. Berbagai bentuk pelayanan kesehatan berhubungan
satu sama lain membentuk suatu jaringan yang saling terkait menjadi satu kesatuan
yang utuh dan terpadu yang disebut sistem pelayanan kesehatan.
Suatu sistem pelayanan kesehatan dikatakan baik, bila struktur dan fungsi
pelayanan kesehatan dapat dihasilkan pelayanan kesehatan yang memenuhui
persyaratan, yaitu : tersedia, adil dan merata, tercapai, terjangkau, dapat diterima,
wajar, efektif, efesien, menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, bermutu, dan
berkesinambungan.
Manajemen strategi (strategic management) menurut Hunger J David &
Thomas L Wheelen dalam bukunya berjudul Manajemen Strategis hasil alih bahasa
oleh Julianto Agung (2003.4) dari judul aslinya: Strategic Management adalah
serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan
dalam jangka panjang.Sedangkan menurut Fred R David dalam bukunya berjudul
Strategic Management Concepts diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ahmad
Lukman & Melvi (2003.5) dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan,
pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan
organisasi mencapai tujuannya.
Formulasi strategi melibatkan penetapan serangkaian tindakan yang tepat guna
mencapai tujuan perusahaan. Formulasi strategi ini meliputi pengembangan misi
bisnis, analisa SWOT: mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal serta
mengukur dan menetapkan kelemahan dan kekuatan internal dan menetapkan tujuan
jangka panjang.
SWOT merupakan singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan),
opportunity (peluang) dan threats (ancaman). Pendekatan ini mencoba
menyeimbangkan kekutaan dan kelemahan internal organisasi dengan peluang dan
ancaman lingkungan eksternal organisasi.
Kekuatan (strength): merupakan suatu kondisi, perusahaan mampu melakukan
semua tugasnya sangat baik (diatas rata-rata industri). Kelemahan (weakness):
merupakan suatu kondisi, perusahaan kurang mampu melaksanakan tugasnya secara
baik di karenakan sarana dan prasarananya kurang mencukupi. Peluang (opportunity):
merupakan suatu potensi bisnis atau setiap peluang dan kesempatan menguntungkan
yang dapat diraih oleh perusahaan yang masih belum di kuasai oleh pihak pesaing dan
masih belum tersentuh oleh pihak manapun. Ancaman (threats): merupakan suatu
keadaan, perusahaan mengalami kesulitan yang disebabkan persaingan yang jika
dibiarkan maka perusahaan akan mengalami kesulitan dikemudiaan hari.

C. RUMUSAN MASALAH
Penulisan bertujuan untuk penelitian usaha apotek zahra yaitu:
1. Bagaimanakah administarasi management farmasi di apotek.
2. Bagaimanakah pengadaan / inventori, penyimpanan, distribusi, dan penyerahan
perbekalan farmasi di apotek.
3. Strategi apa yang dapat digunakan dalam bisnis Apotek berdasarkan faktor-
faktorstrengths/weaknesses dan opportunities/treaths perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.SEJARAH APOTEK
Apotek Zahra merupakan suatu badan usaha swasta milik perseorangan yang
didirikan pada tanggal 1 April 2009, dengan surat izin apotek Nomor
440/09/Apt.III/2009. Apotek Zahra berlokasi di jalan Adiwerna No.692, Tegal.
Apotek Zahra didirikan oleh Meikha Nurliani,S.Farm.Apt bersama suaminya
Novian Ardhiansyah Yusuf, ST.MBA.
Kata Zahra berasal dari bahasa arab yaitu Zahro yang artinya bunga,
dimaksudkan agar Apotek Zahra dapat memberikan harum dihati para konsumenya
dan juga supaya menjadi usaha berkembang seperti arti itu sendiri, maksudnya dengan
adanya apotek ini diharapkan bisa menjadi sesuatu yang dapat memberikan warna
baru kepada para pasien ataupun pembeli untuk mendapatkan obat obatan dengan
harga yang terjangkau, berkualitas dan bermanfaat.
Dalam pengoperasianya, Apotek Zahra mempunyai visi dan misi, yaitu:
Visi Apotek Zahra
Menjadi Apotek Mitra terpercaya bagi kalangan Medis dan Non Medis Di Kabupaten
Tegal
Misi Apotek Zahra
- Menyediakan obat dan alkes yang terjamin kualitasnya dengan harga kompetitif
- Memberikan pelayanan yang cepat, tepat, & selamat
- Memberikan informasi yang benar & terkini pada pelanggan
Moto Apotek Zahra Terpercaya dan menentramkan. Dalam hal ini

B. STRUKTUR ORGANISASI APOTEK ZAHRA


Struktur Organisasi Apotek Zahra.

C. KEGIATAN PENGADAAN / INVENTORI, PENYIMPANAN, DISTRIBUSI,


DAN PENYERAHAN PERBEKALAN FARMASI
1. SOP Stock Opname
Stock opname merupakan perencanaan untuk melakukan pengadaan obat
di Apotek Zahra. Pelaksanaanya yaitu dengan memeriksa stok persediaan barang yang
berada di etalase dan gudang. Setelah memeriksa, mencatat jumlah barang di daftar
atau lembar produk dari setiap etalase dan gudang. Kemudian barang-barang yang
stoknya kurang dari stok minimal direkap setiap etalase dan gudang. Selain itu, fungsi
stok opname adalah untuk mencatat ED masing masing obat. Jika ada barang-
barang dengan Exp. Date kurang dari 6 bulan maka dipisahkan untuk diretur.
2. SOP Pengadaan Barang ( Order )
Rekap terlebih dahulu barang yang kritis atau sudah habis dari stock opname
Buat rencana untuk order ke PBF
Periksa rencana untuk ordener ke PBF
Tulis pesan order ( SMS ) ; tanggal order ditulis dilembar rekap order dan diberi
tanda V dikanan atas
Periksa pesan ( SMS ) order dan SP
Jika ada PBF yang kosong, buat rencana perubahan order
Dan setelah barang sudah datang, pada bagian bawah rekap order diberi tanda SK
(sudah dikirim) dan jika barang tidak terkirim ditandai X ( silang ).
3. SOP Penjualan Langsung ( Tunai )
Senyum, salam dan sapa itulah yang harus dilakukan pertama kali pada saat
konsumen (pembeli) masuk ke Apotek Zahra. Mencatat permintaan maupun
menyiapkan permintaan dari konsumen tersebut dengan senang hati, kemudian
memeriksa ketersediaan barang tersebut. Memberikan obat pesanan pelanggan dengan
memberikan informasi tentang harga, indikasi, aturan minum, dsb. Sebelum
menghitung total harga yang harus dibayarkan oleh pihak konsumen, sebaiknya
menawarkan dahulu obat obat yang mungkin akan dibeli oleh pelanggan tersebut.
Konsumen membayar sejumlah total harga obet tersebut, kemudian menginput ke
computer pada file penjualan. Tidak lupa untuk selalu memberikan senyum dan
ucapan terima kasih kepada pelanggan tersebut.
4. SOP Penerimaan Barang Penyimpanan
Penerimaan barang di Apotek Zahra dilakukan dengan :
Barang dari PBF
Priksa kesesuaian faktur dengan fisik barang
Jika faktur tidak termasuk fisik barang maka retur ke PBF
Jika faktur sudah termasuk fisik barang maka TTD faktur dan stempel ( tanggal dan
nama )
Jika jenis faktur kredit atau konsinasinya maka faktur asli ke PBF copy faktur yang
( 1 lembar ) untuk Apotek Zahra kemudian di input ke sistem dalam komputer.
Faktur (nota pembelian) adalah bukti pembelian yang telah dilakukan oleh Apotek
Zahra kepada PBF. Faktur ini terdiri dari beberapa lembar. Lembar pertama adalah
lembar ( halaman ) asli, lembar faktur pertama ini diberikan kepada Apotek jika
Apotek sudah membayar/melunasi total seperti yang tercantum di dalam faktur
tersebut. Lembar kedua dan ketiga digunakan untuk pengarsipan PBF tersebut,
sedangkan lembar ke 4 diberikan kepada Apotek sebagai bukti pembelian
(penerimaan) barang yang dilakukan oleh pihak Apotek.
Jika jenis faktur tunai maka bayar kemudian faktur asli di TTD dan tanda lunas oleh
PBF lalu faktur asli untuk Apotek Zahra, kemudian di input ke sistem dalam
komputer.
Hasil input faktur pembelian kemudian dicetak sebagai Bukti Penerimaan Barang
(BPB).
Bukti Penerimaan Barang (BPB) kemudian di cek, jika sesuai copy faktur dan BPB
di arsipkan pertanggal terima.
Hal hal yang termuat dalam Bukti Penerimaan Barang (BPB) yaitu:
a. Nama PBF
b. Tanggal terima
c. Tanggal faktur
d. Nama barang
e. Jumlah barang
f. Harga barang
g. ED barang
h. Admin yang menginput
5. SOP Mutasi Barang
Mutasi barang yang ada pada gudang untuk diletakkan pada etalase, yaitu
dengan cara:
- Buatlah daftar barang yang akan dimutasi
- Siapkan barang yang akan di mutasi dari gudang
- Kemudian barang di mutasi ke etalse
6. Pengarsipan Faktur
Dalam pengarsipan faktur perlu deperhatikan langkah-langkah yang baik dan
teliti, agar tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan dalam memasukkan faktur.langkah
yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut :
1. Faktur dan BPB yang sudah dicek dan sesuai masuk dalam kotak faktur ok.
2. Faktur ok di pisahkan berdasarkan tanggal dan bulannya, kemudian dimasukan ke
kotak sesuai dengan tanggal terimanya .
7. SOP Pembayaran Hutang ( Ke PBF )
Pembayaran faktur pembelian dilakukan setelah jatuh
tempo pembayaran tersebutterlewati. Jatuh tempo pembayaran faktur tersebut ada
berbagai macam yaitu 7 hari, 14 hari, dan jug aada yang 30 hari tergantung PBF
masing masing.
Pada saat pembayaran tersebut, PBF akan menunjukan faktur asli yang
kemudian akan di cek dengan copy faktur oleh petugas
Apotek. Petugas Apotek ini mengambil copy faktur pada kotak tanggal masing
masing.
Pengecekan dilakukan antara faktur asli dan copy faktur PBF,
jika tidak sesuaimaka akan ada pemberitahuan kepada sales PBF
tersebut. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya adanya
retur barang, ketidaksesuaian harga maupun diskon obat tersebut.
Setelah pengecekan ternyata tidak ada masalah ( sesuai ) maka PSA akan
membayar sejumlah yang ada pada faktur tersebut. Sales PBF akan menghitung uang
yang diberikan oleh pihak apotek untuk selanjutnya sales PBF tersebut akan
memberitanda pelunasan dan tanggal pelunasan pada faktur tersebut. Faktur asli akan
diserahkan kepada pihak apotek sebagai bukti bahwa faktur pembelian tersebut telah
dibayarkan oleh pihak apotek.
Faktur yang sudah dibayar ini akan diletakkan pada kotak faktur lunas untuk
selanjutnya akan di input pelunasanya pada computer. Petugas apotek mengecek
kelengkapan faktur tersebut (faktur asli dan copian faktur) sebelum melunasi
penginputan dikomputer. Setelah faktur diinput pelunasan pada computer, faktur akan
disimpan pada kotak lunas bulan tersebut.
8. Retur Obat Ke PBF
Apabila ada barang rusak,tidak sesuai pesanan dan mendekati exp date maka hal
yang harus dilakukan menghubungi sales PBF, mengambil kopian faktur, membuat
bukti retur, dan barang diserahkan ke sales PBF.

D. ANALISA SWOT.
1. Situasi dan Kondisi Apotek Zahra (Analisis SWOT)
Untuk mengetahui situasi dan kondisi apotek Zahra dilakukan dengan analisis
SWOT dengan mengidentifikasi faktor-faktor Internal
yaitu Strength dan Weakness, dan juga faktor Eksternal yaitu Opportunity dan Threat.

Faktor Internal Apotek Zahra


1. Strength (kekuatan).
Apotek Zahra telah memiliki perizinan, kewajiban pajak serta retribusiusaha sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, sehingga bila ada pemeriksaan dari petugas maka
Apotek Zahra telah mengantongi izin usaha.
Tempat/Ruang tempat tunggu pasien nyaman, ruangan tertutup dilengkapi Air
Condisioner, Televisi dan dilengkapi dengan tempat parkir kendaraan roda dua.
Mempunyai karyawan yang ramah dan memiliki pengetahuan umun di bidang obat -
obatan.
Menyediakan pembayaran kredit bagi pelanggan yang telah memenuhi persyaratan.
Memiliki kontak nomor telepon untuk pemesanan sehingga pelanggan tidak harus
datang ke apotek.
Memiliki selesmen yang bertugas promosi dan mengantar pesanan sehingga
pelanggan tidak harus datang ke apotek.

2. Weakness (kelemahan).
Masih kurangnya sediaan obat obatan pada resep yang sering dibutuhkan oleh
pasien.
Waktu tutupnya apotek terlalu cepat sehingga mempengaruhi penghasilan apotek.
Seringnya keteteran dalam pekerjaan karena masih kurangnya tenaga kerja sehingga
pelanggan harus seringkali menunggu cukup lama.

Faktor Eksternal Apotek Zahra.


1. Opportunity (peluang).
Apotek Zahra mempunyai tempat usaha yang cukup strategis diantara dipinggir jalan
raya,dan di dekat Rumah Sakit Islam Muhamadiah Adiwerna.
Penawaran pembayaran kredit dati PBF ( Produsen Besar Farmasi ) dengan bunga
bersaing dan juga diskon.

2. Threath (ancaman).
Banyak bisnis sejenis disekitar Apotek Zahra. Apotek lama dan baru yang dilengkapi
dengan Praktik Dokter yang mengakibatkan meningkatnya persaingan bagi Apotek
Zahra.
Perkembangan Teknologi. Terdapat banyak Situs internet Apotek online sehingga
promosi yang mudah di akses melihat daftar barang dan harganya.
Sosial Budaya. Dengan adanya Puskesmas gratis, merubah pemikiran masyarakat
bila merasakan sakit ringan untuk langsung periksa ke puskesmas dari pada membeli
obat di apotek sebagai penggobatan pertama.

2. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Menggunakan IFAS dan EFAS


Tahap-tahap dalam menyusun tabel Internal Factor Analysis
Summary (IFAS) dan Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) dengan
menentukan faktor-faktor yang menjadi Strength serta Weakness Global Internet,
selanjutnya memberikan bobot masing-masing faktor dari skala mulai dari 0,0 (tidak
penting) sampai dengan 1,0 (sangaat penting) dimana semua bobot tersebut
jumlahnya tidak melebihi skor total 1,00. Menghitung ranting untuk masing-masing
faktor dengan memberikan skala mulai dari 1 (dibawah rata-rata) sampai dengan 4
(sangat baik). Nilai ranting Strength dan Weaknessselalu bertolak belakang, begitu
juga dengan Opportunity dan Threat. Hasilanalisis dari IFAS dan EFAS dapat dilihat
yaitu :

Berikut dibawah ini adalah Matrik Internal Factor Analysis Sumamry (IFAS)
yang dirangkum dari Faktor Strength dan Weakness diatas :
STRENGTH

No. URAIAN Bobot Ranking Nilai


Skor

1. Apotek Zahra telah memiliki perizinan, kewajiban


pajak serta retribusiusaha sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, sehingga bila ada pemeriksaan dari0.05 2 0.10
petugas maka Apotek Zahra telah mengantongi
izin usaha.

2. Tempat/Ruang tempat tunggu pasien nyaman,0.20 3 0.60


ruangan tertutup dilengkapi Air Condisioner,
Televisi dan dilengkapi dengan tempat parkir
kendaraan roda dua.

3. Menyediakan pembayaran kredit bagi pelanggan0.15 4 0.60


yang telah memenuhi persyaratan.

4. Memiliki kontak nomor telepon untuk pemesanan0.15 4 0.60


sehingga pelanggan tidak harus datang ke apotek.

5. Memiliki selesmen yang bertugas promosi dan0.20 4 0,80


mengantar pesanan sehingga pelanggan tidak
harus datang ke apotek.

Sub Total 0.75 2.70

WEAKNESS

1. Masih kurangnya sediaan obat obatan pada resep0.50 4 2.0


yang sering dibutuhkan oleh pasien.

2. Waktu tutupnya apotek terlalu cepat sehingga0.05 2 0.10


mempengaruhi penghasilan apotek.

3. Seringnya keteteran dalam pekerjaan karena masih0.10 2 0.20


kurangnya tenaga kerja sehingga pelanggan harus
seringkali menunggu cukup lama.

Sub Total 0.65 2.30

Total 1.40 5.00

Dari hasil analisis pada Tabel Matrik IFAS. Faktor Strength mempunyai
total nilai skor 2.70 sementara itu Weakness mempunyai total nilai skor 2.30. Seperti
halnya Matrik IFAS, maka matrik EFAS pun juga harus dilakukan identifikasi yang
hasilnya dapat dilihat dibawah ini :

Matrik Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) yang dirangkum dari


Faktor Opportunity dan Threats diatas:
OPPORTUNITY

No. URAIAN Bobot Ranking Nilai


Skor

1. Apotek Zahra mempunyai tempat usaha yang0.30 3 0.90


cukup strategis diantara dipinggir jalan
raya,dan di dekat Rumah Sakit Islam
Muhamadiah Adiwerna.

2. Penawaran pembayaran kredit dati PBF0.20 4 0.80


( Produsen Besar Farmasi ) dengan bunga
bersaing dan juga diskon.

Sub Total 0.50 1.70

THREATS

1. Banyak bisnis sejenis disekitar Apotek Zahra.0.20 4 0.80


Apotek lama dan baru yang dilengkapi dengan
Praktik Dokter yang mengakibatkan
meningkatnya persaingan bagi Apotek Zahra.

2. Perkembangan Teknologi. Terdapat banyak Situs0.05 2 0.10


internet Apotek online sehingga promosi yang
mudah di akses melihat daftar barang dan
harganya.

3. Sosial Budaya. Dengan adanya Puskesmas gratis, 0.20 4 0.80


merubah pemikiran masyarakat bila merasakan
sakit ringan untuk langsung periksa ke puskesmas
dari pada membeli obat di apotek sebagai
penggobatan pertama.

Sub Total 0.45 1.70

Total 0.95 3.40


Analisis yang didapat pada Tabel 2 Matrik EFAS menunjukkan bahwa untuk
faktor Opportunity nilai skornya 1.70 dan faktor Threat 1.70.

Maka diketahui nilai Strength diatas nilai Weakness, dengan selisih


(+) 0.40 dan nilai Opportunitydibawah nilai Threats dengan selisih (-) 0.0. Dari hasil
identifikasi faktor-faktor tersebut maka dapat digambarkan dalam
Diagram Cartesius SWOT yang dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini :

Opportunity (+ 0.825)

II. Stabilitas I. Growth

(-) 0.00 (+) 0.40

Weakness (-0.825) Strength (+1.975)

III. Defence IV. Difersifikasi


Threat (-1.05)

Dari nilai total masing-masing faktor selain digambarkan ke dalam


diagram Cartesius SWOT, tetapi juga digambarkan dalam rumusan Matrik SWOT
yang dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini :
Strength (S) Weakness (W)

IFAS

EFAS

Strategi (SO) : Strategi (WO) :

Opportunity (O) = 2.70 + 1.70 = 2.30 + 1.70

= 4.40 = 4.00

Strategi (ST) Strategi (WT) :

Threats (T) = 2.70 + 1.70 = 2.30 + 1.70

= 4.40 = 4.00

Dari analisa Matrik IFAS dan EFAS pada tabel, juga telah disusun Matrik
SWOT untuk menganalisis rumusan alternative Strategi SO, WO, ST, dan WT yang
hasil analisisnya dapat dilihat :
Strength (S) Weakness (W)

Apotek Zahra Kurangnya sediaan obat


telah
memiliki perizinan. obatan.

Tempat/Ruang. Waktu tutupnya apotek.

karyawan. Kurangnya tenaga kerja.

Menyediakan pembayaran
kredit.

Memiliki kontak.
Faktor Internal
Memiliki selesmen.

Faktor Eksternal.

Opportunity (O) Strategi (SO) : Strategi (WO) :

Tempat usaha yang cukup Memperbanyak stok barang.


Memperbanyak Sediaan
strategis. obat obatan yang sering
Memperluas jangkauandi resepkan Dokter.
PBF dengan bunga bersaing pemasaran.
dan juga diskon. Memperpanjang waktu
kerja.

Memperbanyak barang
dan tenaga kerja.

Threats (T) Strategi (ST) Strategi (WT) :

Banyak bisnis sejenis. Membuka praktek dokter / Meningkatkan mutu


bekerja sama dengan dokterSDM.
Perkembangan Teknologi. praktik.
Meningkatkan promosi.
Sosial Budaya. Memperluas promosi
dengan Internet /website.

Menyediakan obat murah


bagi kalangan menengah
kebawah.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data yang dilakukan maka dapat dikesimpulkan
1. strategi yang mempunyai nilai skor tertinggi yaitu trategi SO dan ST dengan
nilai= 4.40, selanjutnya diikuti strategi WO dan WT dengan nilai= 4.00.
2. Keempat strategi tersebut di katakan termasuk strategi yang baik karena mempunyai
nilai yang tinggi, bila keempat strategi tersebut dijalankan maka akan berpotensi
membesarkan usaha dan menaikan penghasilan apotik.

B. SARAN
Dalam mengoptimalkan pelayanan terhadap konsumen, pengelola harus
mempertimbangkan segi menagemen keuangan. Karena dengan enambah fasilitas itu
berarti pengelola harus menginvestasikan keuangannya. Ini agar menjadi
pertimbangan, apakah menambah fasilitas berarti signifikan dapat menaikkan
penghasilan Apotek.

DAFTAR PUSTAKA
David. Fred R. 2002. Manajemen Strategi Konsep. PT. Prenhallindo, Jakarta.
Fachkurniawan. 2002. Analisis Strategi bisnis Perusahaan Jasa Instalatir di
Kabupaten Gresik. Skripsi tidak diterbitkan, Universitas Gresik.
Kotler, Philip. 1998. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi
dankontral. Jilid 2. PT. Prenhallindo, Jakarta.
Munawar. 2005. Pemodelan Visual dengan UML. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Porter, Michael. 1997. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan
Pesaing.Erlangga, Jakarta.
Prawirokusumo, Soeharto. 2000. Manajemen Strategik. Andi, Yogyakarta.
Rangkuti, F. 2001. Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.
GramediaPustaka Utama, Jakarta.
Tunggal, Amin, Widjaja. 1994. Pengantar Manajemen Strategi. Harvarindo, Jakarta.

Whiteley, David. 2000. e-Commerce: Strategy, Technologies and Applications;


Information Systems Series. McGraw-Hill, Columbus, OH.

RELATED ARTICLES:
MAKALAH PEMAKAIAN ANTIBIOTIK PADA I...

PENGOBATAN DISPEPSIA DI RSUD SURADA...

PEMBUATAN SEDIAAN TABLET VITAMIN C ...

POSTING LEBIH BARUPOSTING LAMA

0 Comments

0 Comments
Search

ANDA ADALAH PENGUNJUNG KE:

126889
TRANSLATE

Pilih Bahasa
BUKU TAMU / KRITIK / SARAN

JANGAN DICOBA
Pasti anda merasakan kalau anda sudah masuk farmasi.. heeeeeeeeeee
ARSIP BLOG

2015 (3)
2014 (9)
o Juni (2)
PEMBUATAN SEDIAAN TABLET VITAMIN C DENGAN
METODE ...
MANAJEMEN FARMASI, ANALISA SWOT APOTEK
o April (5)
o Maret (1)
o Februari (1)
2013 (42)
GABUNG

LABEL

Farmakognosi Farmasi Fisika IKM IPNUKesehatan Kimia TOB


POPULAR POSTS

PEMBUATAN SEDIAAN TABLET VITAMIN C DENGAN METODE KEMPA


LANGSUNG

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN SOLID PEMBUATAN SEDIAAN TABLET VITAMIN C


DENGAN METODE KEMPA LANGSUNG DISUSUN OLEH: 1. ...
Uraian Glikosida

GLIKOSIDA Definisi Glikosida merupakan kandungan aktif tanaman yang


termasuk kelompok metabolit sekunder Glikosida adalah gabu...

PEMBUATAN ALKOHOL DENGAN METODE FERMENTASI TAPE KETAN

KIMIA ORGANIK KELOMPOK 1


1.MOH.AMINUDIN 12080122 2.NISA...

MANAJEMEN FARMASI, ANALISA SWOT APOTEK

BAB I PENDAHULUAN A. TUJUAN PENULISAN Penulisan bertujuan untuk penelitian


usaha apotek zahra yaitu: 1. Memahami administ...

Antibiotika Poltek

ANTIBIOTIKA HARBER DEFINISI Kemoterapi : terapi


mengunakan obat obat kimiawi untuk memberanta...

FOLLOW US ON FACEBOOK

IPO_ Mahasiswa Farmasi Tegal

Promosikan Halaman Anda Juga


ABOUT
Cweh Imitasi

Buat Lencana Anda

Anda mungkin juga menyukai