Anda di halaman 1dari 3

Cara Penanggulangan atau Pengendalian Merkuri

Pencemaran air oleh Merkuri tidak bisa diatasi hanya dengan cara penyaringan, koagulasi
kopulasi, pengendapan, atau pemberian tawas. Hal ini karena Merkuri di air berbentuk ion. Cara
terbaik untuk menghilangkan Merkuri dalam air ini adalah dengan pertukaran ion. Yaitu
mempergunakan suatu resin yang mampu mengikat ion Merkuri hingga menjadi jenuh,
kemudian diregenerasi kembali dengan penambahan suatu asam, sehingga Merkuri bisa
dinetralisir. Namun karena biaya ionisasi ini sangat mahal, maka biaya termurah dan terbaik
adalah dengan mencegah Merkuri tidak masuk perairan. Cara lain, yaitu penyulingan. Tapi setali
tiga uang, biaya yang akan dikeluarkan untuk penyulingan pun sangat mahal.
Penelitian tentang pengobatan keracunan merkuri sangat terbatas. Akhir- akhir ini dapat
digunakan chelators N-acetyl-D,L-penicillamine (NAP), British Anti-Lewisite (BAL), 2,3-
dimercapto-1-propanesulfonic acid (DMPS), and dimercaptosuccinic acid (DMSA). Pada
penelitian dengan sampel kecil dilakukan pada pekerja tambang yang ter ekpos air raksa
diberikan DMSA dan NAP. Obat ini bekerja dengan cara memperkecil partikel air raksa,sehingga
pengeluaran ke ginjal bisa di tingkatkan.
Akan tetapi Pencegahan adalah lebih baik dari pengobatan. Artinya, ini kembali pada soal
koordinasi unsur-unsur masyarakat terkait. Khususnya untuk kasus PETI (Penambangan Emas
Tanpa Izin), kebijakan publik, Gubernur, Bupati, dan Departemen Pertambangan sangat
menentukan dalam mengurangi pencemaran sungai. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan
penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat penambang. Tentu saja bukan perkara yang mudah,
sebab penggunaan Merkuri berkait dengan mata pencaharian serta juga pendapatan daerah. Tidak
selalu pengobatan dapat berhasil dan kecacadan yang terjadi sudah permanen, oleh karena itu
peran pemerintah untuk melakukan AMDAL terhadap suatu perusahaan yang menggunakan air
raksa harus dilakukan dengan benar dan sanksi yang tegas apabila
AMDALnya membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran
Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah
satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah
melalui Program Kali Bersih (PROKASIH).
Program ini merupakan upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal
dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap untuk
mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Program ini juga berusaha untuk
menata pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH, 2004).
Ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu penanggulangan secara non-
teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi
pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat
merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi
sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan
gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi
AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan
penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan
buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu
yang dapat mengurangi pencemaran.
Selain itu juga, suatu laporan yang dibuat oleh Enviromental Protection Agency (EPA)
memuat beberpa rekomedasi untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri di lingkungan.
Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pestisida alkil merkuri tidak boleh digunakan lagi.
2. Penggunaan pestisida yang menggunakan komponen merkuri lainnya dibatasi untuk
daerah-daerah tertentu.
3. Semua industri yang menggunkan merkuri harus membuang limbah industri dengan
terlebih dahulu mengurangi jumlah merkurinya sampai batas normal.
Pelaksanaan rekomendasi tersebut tidak seluruhnya dapat memecahkan masalah pencemaran
merkuri di lingkungan. Pencemaran tetap terjadinya pada lumpur di dasar sungai atau danau dan
menghasilkan CH3Hg+ yang dilepaskan ke badan air sekililingnya (Lina, 2004).
Daftar pustaka :

Warlina., Lina. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak Dan Penanggulangannya


(http://rudyct.com /PPS702-pb/08234/ lina_warlina.pdf (01/06/2010))

Anda mungkin juga menyukai