Anda di halaman 1dari 2

Patofisiologi Coronary Artery Disease

Coronary Artery Disease (CAD) yang dalam bahasa Indonesia adalah kelainan arteri koronaria
seringkali dikenal dengan istilah awamnya penyakit jantung koroner.

Coronary Artery Disease adalah kelainan penyempitan pada arteri koronaria akibat proses
aterosklerotik. Atherosklosrosis sebagai bentuk ter-umum dari proses arteriosklerosis, adalah
proses yang terdiri dari terakumulasinya lipid, karbohidrat kompleks, sel-sel darah, jaringan
ikat, dan endapan kalsium, di lapisan intima; serta perubahan-perubahan yang menyertainya
di lapisan media. Plaque-plaque atherosklerosis biasanya berasal akumulasi lipoid di atas,
walaupun kadangkala dapat berasal dari trombus yang terorganisasi.

Sejalan dengan waktu, plaque fibrolipoid tersebut akan menebal, dan kemudian menonjol ke
dalam lumen arteri, yang kemudian disebut sebagai lesi stenotik. Tumpukan lapisan baru
intima akan menutupi plaque tersebut. Proses pembentukan plaque lipoid dan lapisan intima
tersebut dapat berulang-ulang terjadi dan akhirnya dapat menutup total (oklusi) pembuluh
darah.

Hemoragi dapat terjadi tiba-tiba di dalam plaque, dan kadangkala hal ini yang menyebabkan
pertambahan stenosis koroner secara mendadak, dan memicu kejadian infark miokardium.

Trombosis dapat pula mengkomplikasi proses atherosklerosis, terutama bila lumen telah
sempit. Kadangkala terjadi obstruksi total pada proses trombosis ini; dan dipercaya bahwa
kejadian ini merupakan kausa utama dari infark miokardium. Obstruksi akut pada plaque
atherosklerosis dimulai dari agregasi trombosit pada lumen yang disertai proses vasokonstriksi
akibat pelepasan tromboksan A2 dari trombosit.

Proses atherosklerotik pada pembuluh koroner biasanya bersifat multipel, dan umumnya
mengenai bagian awal dari pembuluh-pembuluh koroner utama.

INFARK MIOKARDIUM

Jika aliran darah miokardium terganggu secara nyata maka akan terjadi kematian (infark)
pada miokardium. Infark miokardium dapat berupa:

Infark subendokardial. Adalah infark yang tidak meliputi seluruh lapisan dinding
jantung.
Infark transmural. Adalah infark miokardium yang meliputi seluruh ketebalan
dinding ventrikel. Infark transmural lebih berat dibanding infark subendokardial. Infark
transmural selalu berasala dari adanya peningkatan penyempitan atau oklusi total pembuluh
arteri yang memperdarahi area tersebut atau peningkatan tiba-tiba kebutuhan oksigen
miokardium pada arteri yang sebelumnya sangat stenostik. Sebagian besar infark miokardium
transmural bersifat tidak homogen; tidak seluruh otot di area tersebut mati, tetapi masih
terdapat pulau-pulau otot hidup dalam beberapa ukuran dan jumlah.

Proses sebenarnya dari infark miokard tidak sederhana. Dari percobaan dengan binatang;
diketahui bahwa sel otot jantung akan mati dalam waktu 20-60 menit setelah oklusi total
arteri koroner. Akan tetapi terdapat proses reperfusi yang segera terjadi 3-4 menit pasca
oklusi total arteri terutama pada perbatasan daerah iskemik dan non-iskemik. Proses reperfusi
ini menguntungkan oleh karena segera mengurangi dan melokalisasi area infark, serta
menurunkan angka kematian. Di samping itu, reperfusi juga berdampak instabilitas elektrik,
edema, atau hemorrahage, yang justru memperburuk keadaan secara umum.

Proses penyembuhan jaringan nekrotik dari area miokardium akan menimbulkan jaringan
parut. Sebagian besar jaringan parut ini terdiri dari jaringan fibrotik dan sel-sel miokardium
yang viabel dalam komposisi berbeda-beda. Hal ini terbukti dari adanya perubahan
kontraktilitas area tersebut setelah dilakukan tindakan revaskularisasi (PCI atau CABG). Bila
area jaringan parut hanya terdiri dari jaringan ikat saja, maka daerah tersebut akan menipis,
akinetik, dan aneurismatik.

Faktor yang mempengaruhi infark miokardium: adanya oklusi total atau subtotal, dan ada
tidaknya peredaran kolateral ke daerah iskemia.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi kematian (mortalitas) pasca infark:

Luas dan beratnya infark.


Makin banyaknya sistem koroner yang terlibat (1/2/3 vessels)
Riwayat infark sebelumnya.

Penyebab kematian pasca infark terutama oleh karena gagal jantung akut atau sub-
akut, yang seringkali diinduksi oleh adanya aritmia ventrikel. Gagal jantung kronik merupakan
penyebab kematian lain dalam frekuensi yang jauh lebih sedikit yang terutama disebabkan
oleh luasnya jaringan parut pada jantung. Sekitar 20% pasien CAD mengalami sudden death
yang kemungkinan besar disebabkan oleh infark akut yang diikuti oleh fibrilasi atau asistole.

http://www.bedahtkv.com/index.php?/e-Education/Fisiologi-Anatomi/Patofisiologi-
Coronary-Artery-Disease.html

Anda mungkin juga menyukai