Penuntun Keterampilan Klinik 2.1 PDF
Penuntun Keterampilan Klinik 2.1 PDF
PENUNTUN
KETERAMPILAN
KLINIK
BLOK
2.1
TOPIK:
PENULISAN
RESEP
I
Edisi
Revisi
2015
Tim
Penyusun
Penuntun
Keterampilan
Klinik
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Andalas
2015
I.
PRASYARAT
Sudah
pernah
mengikuti
pembelajaran
pada
Blok
1.6.
II.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
A.
Tujuan
umum
Mahasiswa
mengetahui
kaidah
dasar
penulisan
resep
dan
memiliki
keterampilan
menuliskan
resep
yang
benar.
B.
Tujuan
khusus
1. Mahasiswa
dapat
menjelaskan
pengertian
resep,
tujuan
penulisan
resep,
dan
jenis-jenis
resep.
2. Mahasiswa
dapat
mengidentifikasi
ketentuan
dan
kaidah
dalam
penulisan
resep
(yang
berhak
menulis,
kejelasan,
cara
penulisan,
dll).
3. Mahasiswa
dapat
mengidentifikasi
komponen
resep
dan
penulisan
resep
pada
keadaan
tertentu
(resep
mengandung
narkotika,
resep
segera,
resep
ulangan).
4. Mahasiswa
dapat
mengaplikasikan
istilah
yang
berkaitan
dengan
penulisan
resep.
5. Mahasiswa
dapat
menuliskan
contoh
resep
yang
lengkap.
III.
STRATEGI
PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa
wajib
mengikuti
jadwal
pembelajaran
keterampilan
klinik
yang
telah
ditetapkan
bersama
instruktur.
2. Mahasiswa
belajar
mandiri
untuk
kompetensi
penulisan
resep.
3. Mahasiswa
meninjau
ulang
dan
mengintegrasikan
kuliah
dan
praktikum
farmakologi
yang
telah
diberikan
pada
blok
sebelumnya
(Blok
1.6).
4. Mahasiswa
belajar
mandiri
dengan
membaca
kepustakaan
terkait,
seperti
Panduan
Penulisan
Resep
Rasional
(WHO),
buku
ajar
Farmakologi,
buku
Ars
Prescribendi
(Airlangga
Univ.
Press).
1
IV.
TEORI
A. Pendahuluan
Enam
langkah
rutin
terapi:
1. Tentukan
masalah
pasien
2. Tentukan
tujuan
pengobatan
3. Memilih
obat
dan
menentukan
kecocokan
obat
untuk
pasien
4. Tulis
resep
yang
benar
5. Beri
informasi
obat
dan
instruksi
pemakaian
obat
pada
pasien
6. Monitor
dan
/
atau
hentikan
pengobatan
Pada
keterampilan
klinik
ini
kita
akan
langsung
menuju
langkah
4
yakni
menuliskan
resep
yang
benar.
Langkah
1-3
dipelajari
mahasiswa
pada
metode
pembelajaran
tutorial
maupun
mandiri.
Filosofi
dasar
peresepan
menurut
Bernhard
Fantus
menyatakan
bahwa
resep
adalah
kunci
dari
seluruh
upaya
terapi
seorang
dokter
kepada
pasiennya.
Resep
dibuat
berdasarkan
pada
diagnosis
(yang
didasarkan
pada
patofisiologi)
dan
prognosis
kasus
di
satu
sisi,
serta
pengetahuan
Farmakologi
dan
Terapi
seorang
dokter
di
sisi
lainnya.
Kelemahan
pada
salah
satu
sisi
tersebut
akan
tercermin
pada
resep
yang
ditulis.
Penulisan
resep
adalah
langkah
yang
dilakukan
dokter
untuk
penderitanya
setelah
melakukan
anamnesis,
menegakkan
diagnosis
dan
prognosis
serta
memutuskan
bahwa
diperlukan
terapi
farmakologis.
Terapi
farmakologis
dapat
bersifat
profilaktik,
simtomatik,
atau
kausal
dan
diwujudkan
dalam
bentuk
resep.
Penulisan
resep
yang
tepat
dan
rasional
merupakan
penerapan
berbagai
ilmu
karena
banyak
variabel
yang
harus
diperhatikan,
termasuk
variabel
unsur
obat,
kemungkinan
kombinasi
obat,
maupun
variabel
individu
penderita.
Motto
yang
harus
diingat
dalam
farmakoterapi
adalah
4T1W:
Tepat
obat
Tepat
dosis
Tepat
bentuk
sediaan
obat
(disingkat:
BSO)
Tepat
signatura/cara
pakai
Waspada
efek
samping
2
Untuk
dapat
menuliskan
resep
yang
tepat
dan
rasional
seperti
di
atas,
seorang
dokter
harus
memiliki
cukup
pengetahuan
dasar
mengenai
Farmakologi,
Farmakodinamik,
Farmakokinetik,
Farmakoterapi,
disamping
pengetahuan
mengenai
sifat
fisiko-kimia
obat.
B. Pengertian,
tujuan,
dan
jenis
resep
Resep
adalah
suatu
permintaan
tertulis
dari
dokter,
dokter
gigi,
atau
dokter
hewan
yang
diberi
ijin
berdasarkan
peraturan
perundang-udangan
yang
berlaku
kepada
apoteker
untuk
menyediakan
dan
menyerahkan
obat-obatan
bagi
penderita.
Menurut
undang-undang,
yang
dibolehkan
menulis
resep
adalah
dokter
umum,
dokter
spesialis,
dokter
gigi,
dan
dokter
hewan.
Bagi
dokter
umum
dan
dokter
spesialis,
tidak
ada
pembatasan
mengenai
jenis
obat
yang
boleh
diberikan
kepada
penderita.
Dokter
gigi
hanya
boleh
menuliskan
resep
berupa
jenis
obat
yang
berhubungan
dengan
penyakit
gigi.
Sedangkan
dokter
hewan
pembatasan
bukan
pada
jenis
obatnya
melainkan
pada
penderitanya;
dokter
hewan
hanya
boleh
menuliskan
untuk
keperluan
hewan
semata-mata.
Pada
prinsipnya
resep
adalah
bentuk
komunikasi
antara
dokter
dan
apoteker,
maka
prinsip
dasar
komunikasi
berlaku
dalam
penulisan
resep
yaitu
kejelasan
informasi
dari
dokter
sehingga
dapat
dipahami
oleh
apoteker.
Menurut
cara
peracikan
obat
maka
resep
dibagi
atas
formula
magistralis
dan
officinalis.
Pada
resep
formula
magistralis
atau
dikenal
juga
sebagai
resep
racikan,
resep
disusun
sendiri
oleh
dokter.
Untuk
dapat
meracik
obat,
dokter
perlu
memahami
pedoman
penulisan
formula
magistralis,
memahami
bahan
obat
yang
digunakan,
menentukan
sediaan
(BSO)
yang
tepat,
dan
menentukan
bahan
tambahan
yang
diperlukan.
Pada
formula
magistralis,
terapi
bersifat
spesifik
untuk
individu
penderita
dalam
hal
obat
yang
diperlukan
serta
dosisnya.
Penderita
juga
lebih
mudah
untuk
meminum
obat
jika
obat
lebih
dari
satu
macam,
dengan
syarat
dokter
perlu
memperhatikan
kemungkinan
interaksi
obat
dan
kesesuaian
jadwal
pemberian
obat.
Selain
itu,
dokter
juga
harus
paham
mengenai
bahan-bahan
tambahan
obat.
Pada
resep
3
dengan
formula
officinalis
dokter
meresepkan
obat
standar
sesuai
buku
pedoman
obat,
macam
obat
terbatas
dengan
BSO
sederhana.
C. Kriteria
resep
yang
rasional
menurut
WHO/INRUD
1. Jumlah
obat
setiap
datang
maksimal
2.
2. Nama
generik
digunakan
pada
semua
obat
(100%).
3. Peresepan
antibiotika
<30%
dari
semua
peresepan.
4. Peresepan
obat
injeksi
<20%
dari
semua
peresepan.
5. Peresepan
obat
esensial/formularium
pada
semua
obat
(100%).
D. Ketentuan
dan
kaidah
penulisan
resep
yang
benar
Beberapa
ketentuan
tentang
menulis
resep:
1. Secara
hukum
dokter
yang
menandatangani
suatu
resep
bertanggungjawab
sepenuhnya
tentang
resep
yang
ditulisnya
untuk
penderita.
2. Resep
ditulis
sedemikian
rupa
sehingga
dapat
dibaca
oleh
apoteker
tanpa
keraguan.
3. Resep
ditulis
dengan
tinta
sehingga
tidak
mudah
terhapus.
4. Tanggal
resep
dituliskan
harus
tertera
dengan
jelas.
5. Umur
penderita
harus
dicantumkan
dengan
jelas,
terutama
pada
anak.
Ini
penting
bagi
apoteker
untuk
mengkalkulasi
apakah
dosis
obat
yang
ditulis
pada
resep
sudah
cocok
dengan
umur
si
anak.
6. Di
bawah
nama
penderita
hendaknya
dicantumkan
alamatnya.
Hal
ini
penting
dalam
keadaan
darurat
(misalnya
salah
obat)
sehingga
penderita
dapat
langsung
dihubungi.
Alamat
penderita
pada
resep
juga
akan
mengurangi
kesalahan/tertukarnya
pemberian
obat
bila
penderita
dengan
nama
yang
kebetulan
sama.
7. Untuk
jumlah
obat
yang
diberikan
dalam
resep,
hindarilah
menggunakan
angka
desimal
untuk
menghindari
kemungkinan
kesalahan.
Contoh:
Untuk
obat
yang
diberikan
dalam
jumlah
kurang
dari
satu
gram
maka
ditulis
dalam
miligram;
misalnya
jika
obat
diberikan
setengah
gram
maka
ditulis
500
mg
(bukan
0,5
gram).
8. Untuk
obat
yang
dinyatakan
dengan
satuan
Unit
jangan
disingkat
menjadi
U.
4
9. Untuk
obat
atau
jumlah
obat
berupa
cairan,
dinyatakan
dengan
satuan
ml,
hindari
menulis
satuan
cc
atau
cm3.
E. Komponen
resep
dan
penulisan
resep
pada
keadaan
tertentu
Resep
yang
lengkap
mengandung
informasi
berikut
ini
:
I.
INSCRIPTIO
1. Identitas
dokter:
Nama,
alamat
dan
nomor
izin
praktek
dokter.
Dapat
dilengkapi
dengan
nomor
telepon,
jam
praktek
serta
hari
praktek.
2. Nama
kota
&
tanggal
penulisan
resep.
3. Tanda
R/
pada
bagian
kiri
setiap
penulisan
resep.
Tanda
ini
adalah
singkatan
dari
recipe
yang
berarti
harap
diambil.
Ctt:
Sebagian
literatur
menggolongkan
tanda
R/
sebagai
superscriptio
(terpisah
dari
inscriptio).
II.
PRAESCRIPTIO
4. Inti
resep
dokter
atau
komposisi
berisi:
Nama
setiap
jenis/bahan
obat,
dan
jumlah
bahan
obat
(mg,
g,
ml,
l)
dengan
angka
Arab.
Untuk
penulisan
jumlah
obat
dalam
satuan
biji
(tablet,
kapsul,
botol)
dalam
angka
Romawi.
Jenis/bahan
obat
dalam
resep
terdiri
dari:
a.
Remedium
cardinale:
obat
pokok
yang
mutlak
harus
ada,
dapat
berupa
bahan
tunggal
atau
beberapa
bahan.
b.
Remedium
adjuvans:
bahan
yang
membantu
kerja
obat
pokok,
tidak
mutlak
ada
dalam
tiap
resep.
c.
Corrigens:
bahan
untuk
memperbaiki
rasa
(corrigens
saporis),
warna
(corrigens
coloris)
atau
bau
obat
(corrigens
odoris).
d.
Konstituens
atau
vehikulum:
bahan
pembawa,
seringkali
perlu
terutama
pada
formula
magistralis.
Misalnya
konstituens
obat
minum
umumnya
air.
5. Perintah
pembuatan
bentuk
sediaan
obat
yang
dikehendaki,
misalnya
f.l.a.
pulv
=
fac
lege
artis
pulveres
=
buatlah
sesuai
aturan,
obat
berupa
puyer.
5
III.
SIGNATURA
6. Aturan
pemakaian
obat
(frekuensi,
jumlah
obat
dan
saat
obat
diminum,
informasi
lain),
umumnya
ditulis
dengan
singkatan
dalam
bahasa
Latin.
Aturan
pakai
ditandai
dengan
signa
yang
disingkat
dengan
S.
7. Identitas
pasien
di
belakang
kata
Pro:
Nama
pasien,
umur,
alamat
lengkap.
Bila
penderita
seorang
anak
harus
ditulis
umurnya.
Bila
resep
untuk
orang
dewasa
dicantumkan
Tuan/Nyonya/Bapak/Ibu
diikuti
nama
penderita
dan
umurnya.
IV.
SUBSCRIPTIO
8. Tanda
tangan
atau
paraf
dokter
penulis
resep
untuk
menjadikan
suatu
resep
otentik.
Resep
obat
dari
golongan
narkotika
harus
dibubuhi
tandatangan
dokter,
tidak
cukup
dengan
paraf
saja.
Resep
yang
mengandung
obat
golongan
narkotika:
Tidak
boleh
ada
tanda
iter
(iterasi),
m.i
(mihi
ipsi),
dan
u.c
(usus
cognitus).
Mihi
ipsi
artinya
untuk
pemakaian
sendiri.
Resep
tidak
boleh
diulang,
harus
dengan
resep
asli,
resep
baru.
Resep
yang
perlu
penanganan
segera:
CITO
(segera)
STATIM
(penting)
URGENT
(sangat
penting)
PIM
(periculum
in
mora
=
berbahaya
bila
ditunda)
Urutan
yang
didahulukan:
PIM,
Urgent,
Statim,
dan
Cito
Penulisan
tanda
segera
di
atas
digarisbawahi
dan
diberi
tanda
seru,
kemudian
diparaf/tandatangan
di
belakang
Cito
(CITO!
p araf ).
6
Resep
yang
dapat/tidak
dapat
diulang:
ITER
Boleh
diulang
NI
(ne
iteratur)
Tidak
boleh
diulang
Resep
mengandung
narkotika
tidak
boleh
diulang
Contoh
resep
formula
magistralis
dr.
Aliya
Mustika
SIP
No.
228/DKK/2002
inscriptio
Jl.
Perintis
Kemerdekaan
19,
Padang,
Telp.
714656
Praktek
tiap
hari
kerja
(Jam
16.00-20.00)
inscriptio
Padang,
5
Agustus
2015
R/
Asetosal
500
mg
Codein
20
mg
CTM
4
mg
praescriptio
S.L.
q.s.
m.f.
pulv.
dtd.
No.
XV
da
in
cap
S.t.d.d.
cap1
p.c.
subscriptio
Pro
:
Tn.
Marzuki
Umur
:
30
tahun
Alamat
:
Jl.
Abdul
Muis
23
Jati,
Padang
signatura
7
Contoh
resep
formula
officinalis
dr.
Aliya
Mustika
SIP
No.
228/DKK/2002
Jl.
Perintis
Kemerdekaan
19,
Padang,
Telp.
714656
Praktek
tiap
hari
kerja
(Jam
16.00-20.00)
Padang,
5
Agustus
2015
R/
Tetracyclin
cap
250
mg
No.
XX
S.q.d.d.
cap.1
p.c.
R/
Paracetamol
tab
500
mg
No.
X
S.p.r.n.
tab.1
max.t.d.d
Pro
:
Tn.
Marzuki
Umur
:
30
tahun
Alamat
:
Jl.
Abdul
Muis
23
Jati,
Padang
F. Pedoman
penulisan
resep
dokter
1.
Ukuran
blangko
resep
(lebar
10-12
cm,
panjang
15-18cm).
2.
Penulisan
nama
obat:
a. Dimulai
huruf
besar.
b. Ditulis
secara
lengkap
atau
dengan
singkatan
resmi
(menurut
Farmakope
Indonesia
atau
nomenklatur
Internasional),
misal
Asetosal
atau
disingkat
Ac.salic.
3.
Penulisan
jumlah
obat:
a.
Satuan
berat
:
mg,
g
b.
Satuan
volume/
unit
:
ml,
l,
UI
c.
Penulisan
jumlah
obat
dlm
satuan
biji
:
Romawi
d.
Penulisan
alat
penakar
:
C
=
sendok
makan
(15
ml)
Cth
=
sendok
teh
(5
ml)
4.
Penulisan
jadwal
dosis/aturan
pemakaian:
a.
Ditulis
secara
benar.
8
b.
Pemakaian
yang
rumit
ditulis
dengan
S.U.C
(signa
usus
cognitus
=
pemakaian
diketahui).
5.
Setiap
selesai
penulisan
resep
diberi
tanda
penutup
berupa
garis
penutup
atau
tanda
pemisah
diantara
dua
R/
dan
paraf
atau
tanda
tangan.
6. Penulisan
tanda
iter
(iteretur)
dan
N.I
(Ne
Iteretur)
disebelah
kiri
atas
dari
resep
apabila
diulang/tidak
diulang
seluruhnya.
Bila
tidak
semua
resep
diulang,
maka
ditulis
dibawah
setiap
resep.
Demikian
juga
untuk
N.I.
7.
Tanda
Cito
atau
PIM
(resep
segera
dilayani)
dituliskan
disebelah
kanan
atas.
G. Istilah-istilah
dan
singkatan
Latin
yang
berkaitan
dengan
penulisan
resep
a.c.
=
ante
coenam
=
sebelum
makan
a.n.
=
ante
noctem
=
malam
sebelum
tidur
ad
us.
ext.
=
ad
usum
externum
=
untuk
obat
luar
ad.
us.
int
=
ad
usum
internum
=
untuk
obat
dalam
agit.
=
agitation
=
kocok
alt.
hor.
=
alternis
horis
=
tiap
jam
aq.dest.
=
aqua
destilata
=
air
suling
c.
=
cohlear
=
sendok
makan
=15
ml
c.th.
=
cochlear
theae
=
sendok
the
=
5
ml
caps.
=
capsulae
=
kapsul
collut.or.
=
collutio
oris
=
obat
kumur
(cuci
mulut)
collyr.
=
collyrium
=
obat
cuci
mata
da.in.dim
=
da
in
dimidio
=
berilah
separuhnya
d.in
2plo
=
da
in
duplo
=
berilah
dua
kali
banyaknya
d.c.
=
durante
coenam
=
sedang
makan
d.d.
=
de
die
=
sehari
1.d.d.=s.d.d.
=
semel
de
die
=
sekali
sehari
2.d.d.=b.d.d.=b.i.d.=bis
de/in
die
=
dua
kali
sehari
3.d.d.=t.d.d.=t.i.d.=
ter
de/in
die
=
tiga
kali
sehari
9
4.d.d.=q.d.d.=q.i.d.=quarter
de/in
die
=
empat
kali
sehari
d.t.d
=
da
tales
doses
=
berilah
sekian
takaran
dext.
=
dexter
=
kanan
dext.et
sin.
=
dexter
et
sinister
=
kanan
dan
kiri
o.d./o.s.
=
oculus
dexter
et
oculus
sinister=mata
kanan
dan
mata
kiri
f.
=
fac
=
buat,
harap
dibuatkan
f.l.a
=
fac
lege
artis
=
buat
menurut
semestinya
fls.
=fles
=
botol
g.
=
gramma
=
gram
gr.
=
granum
=
65
mg,
grain
garg.
=
gargarisma
=
obat
kumur
gtt.
=
guttae
=
tetes
gtt.ad
aur
=
guttae
ad
aures
=
tetes
telinga
gtt.auric
=
guttae
auriculares
=
tetes
telinga
gtt.nasal
=
guttae
nasals
=
tetes
hidung
gtt.ophth.
=
guttae
ophthalmicae=
tetes
mata
h.
=
hora
=
jam
h.s.
=
hora
somni
=
jam
sebelum
tidur
i.m.m.
=
in
manum
medici
=
berikan
ke
tangan
dokter
inj.
=
injectio
=
obat
suntik
iter.
=
iteratur
=
harap
diulang
iter.
1x
=
iteretur
1
x
=
harap
diulang
satu
kali
ne
iter.
=
ne
iteratur
=
tidak
diulang
lin.
=
linimentum
=
obat
gosok
lot.
=
lotio
=
obat
cair
untuk
pakai
luar
m.
=
misce
=
campurlah
m.f.
=
misce
fac
=
campurlah
dan
buatlah
m.f.l.a.
=
misce
fac
lege
artis=
campur&buat
menurut
semestinya
man.
=
mane
=
pagi
m.et
.v.
=
mane
et
vespere
=
pagi
dan
sore
mg.
=
milligramma
=
miligram
o.h.
=
omni
hora
=
tiap
jam
o.b.h.
=
omni
bihorio
=
tiap
2
jam
10
o.t.h.
=
omni
trihorio
=
tiap
3
jam
o.4.h.
=
omni
quaterhorio
=
tiap
4
jam
o.m.
=
omni
mane
=
tiap
pagi
o.n.
=
omni
nocte
=
tiap
malam
o.h.c.
=
omni
hora
cochlear=
tiap
jam
1
sendok
makan
p.c.
=
post
coenam
=
sesudah
makan
p.r.n.
=
pro
re
nata
=
kalau
perlu
pulv.
=
pulvis
=
serbuk
(tunggal)
pulv.
=
pulveres
=
serbuk
terbagi
(puyer)
pulv.
adsp.
=
pulvis
adspersorius=
serbuk
tabur
(bedak)
R/
=
recipe
=
ambillah
S
=
signa
=
tanda
S.L.
=
saccharum
lactis
=
gula
susu
(bahan
pemanis
obat)
s.q.
=
sufficiante
quantitate
=
dengan
jumlah
yang
cukup
q.s.
=
quantum
satis
=
secukupnya
si
op.
sit
=
si
opus
sit
=
bila
perlu
sol.
=
solutio
=
larutan
u.c.
=
usus
cognitus
=
aturan
pakai
diketahui
u.n.
=
usus
notus
=
aturan
pakai
diketahui
ung.
=
unguentum
=
salep
u.e.
=
usum
externum
=
dipakai
untuk
luar
u.i.
=
usum
internum
=
dipakai
untuk
dalam
S.s.d.d.c
=
semel
de
die
cochlear=
1
kali
sehari
sekali
sendok
makan
t.d.d.c.
=
ter
de
die
cochlear
=
3
kali
sehari
sekali
sendok
makan
11
H. Contoh
resep
yang
lengkap
Skenario
1
Ny.
Nensi,
berusia
50
tahun,
memeriksakan
diri
ke
sebuah
Puskesmas
di
kota
Padang
dengan
keluhan
sakit
kepala
sejak
beberapa
hari
yang
lalu.
Dokter
Puskesmas
melakukan
pemeriksaan
dan
menegakkan
diagnosis
hipertensi
esensial
derajat
I.
Setelah
memberikan
informasi
dan
edukasi
diet
serta
anjuran
kegiatan
fisik
kepada
pasien,
dokter
akan
memberikan
obat
diuretik
oral
hydrochlorothiazide
dalam
bentuk
sediaan
tablet
12,5
mg.
Obat
ini
diberikan
sebanyak
satu
tablet,
satu
kali
sehari
di
pagi
hari,
dan
harus
diminum
setiap
hari
untuk
pengendalian
tekanan
darah.
Pada
pengobatan
pertama
ini
dokter
berencana
memberikan
obat
untuk
sepuluh
hari.
Setelah
tiga
hari
pengobatan
pasien
diminta
datang
kembali
untuk
monitor
keberhasilan
terapi.
Jika
anda
adalah
dokter
di
atas,
bagaimana
anda
menuliskan
resep
untuk
Ny.
Nensi?
Jawab:
DINAS
KESEHATAN
KOTA
PADANG
PUSKESMAS
ALAI
Jl.
Gajah
Mada
167
Padang
Dokter
:
Andi
Budiman
Tanggal
:
6
Agustus
2015
R/
Hydrochlorothiazide
tab
12,5
mg
No.X
S.s.d.d.tab.1
mane
Pro
:
Ny.
Nensi
Umur
:
50
tahun
Alamat
:
Jl.
Bahagia
12,
Siteba,
Padang
12
Skenario
2
Qonita,
10
tahun,
dibawa
ibunya
berobat
ke
dokter
praktek
umum
karena
matanya
tampak
merah
sejak
satu
hari
yang
lalu.
Pada
anamnesis
diketahui
bahwa
kedua
mata
terasa
gatal
dan
lengket
namun
penglihatan
tidak
terganggu.
Pada
pemeriksaan
tampak
konjungtiva
merah
dan
banyak
sekret
kental
kekuningan
pada
kelopak
mata.
Dokter
menegakkan
diagnosis
konjungtivitis
bakterialis
dan
meresepkan
antibiotik
topikal
dalam
bentuk
tetes
mata.
Tetes
mata
ini
mengandung
bahan
aktif
Chloramphenicol
dengan
konsentrasi
0.5%
dan
diberikan
sebanyak
2
tetes
pada
tiap
mata
dengan
frekuensi
pemberian
setiap
4
jam.
Jika
anda
adalah
dokter
di
atas,
bagaimana
anda
menuliskan
resep
untuk
Qonita?
Jawab:
13
tetanus
manusia.
Dokter
menuliskan
resep
untuk
satu
ampul
ATS
dan
sebuah
spuit
1
ml
kemudian
meminta
keluarga
Tito
untuk
segera
menebusnya
di
apotik
rumah
sakit
kemudian
menyerahkan
ATS
dan
spuit
kepada
dokter
jaga.
a.
Jika
anda
adalah
dokter
jaga
tersebut,
bagaimana
anda
menuliskan
resep
di
atas?
b.
Sebelum
Tito
pulang,
dokter
jaga
meresepkan
obat
antibiotik
amoxycillin
tablet
500
mg
yang
diminum
3
kali
satu
tablet
sehari,
metronidazole
tablet
500
mg
yang
diminum
3
kali
satu
tablet
sehari,
dan
antinyeri
mefenamic
acid
tablet
500
mg
yang
diminum
bila
kaki
terasa
nyeri
dengan
pemberian
maksimal
4
kali
satu
tablet
sehari
setelah
makan.
Jika
anda
dokter
tersebut,
bagaimana
anda
menuliskan
resepnya?
Jumlah
obat
yang
diberikan
adalah
untuk
lima
hari,
kecuali
untuk
mefenamic
acid
yang
diberikan
untuk
tiga
hari,
dan
resep
tidak
boleh
diulang.
Jawab:
a.
14
b.
R/
Metronidazole
tab
500
mg
No.
XV
S.t.d.d.tab.1
R/
Mefenamic
acid
tab
500
mg
No.
XII
S.p.r.n.max.q.d.d.tab.1
p.c.
Pro
:
Tito
Umur
:
22
tahun
Alamat:
Jl.
Tan
Malaka
11,
Padang
I.
Contoh
resep
yang
dapat
dibaca
dan
sulit
dibaca
(identitas
dokter
sengaja
dihilangkan)
15
V.
PELAKSANAAN
KETERAMPILAN
KLINIK
Minggu
Pertemuan
Kegiatan
5
I
Instruktur
menjelaskan
materi
dalam
penuntun
keterampilan
klinik.
Mahasiswa
ditugaskan
membaca
tentang
komponen
resep,
jenis
resep,
dan
istilah-istilah
yang
berkaitan
dengan
penulisan
resep.
5
II
Instruktur
mencontohkan
penulisan
resep
yang
benar
menggunakan
skenario
(diagnosis
penyakit
sesuai
kompentensi
4
SKDI).
Instruktur
memberi
tugas
pada
mahasiswa
untuk
menulis
beberapa
jenis
resep
sesuai
skenario
yang
diberikan.
Instruktur
dan
mahasiswa
mendiskusikan
tugas
yang
diberikan.
6
III
Instruktur
dan
mahasiswa
melanjutkan
diskusi
pada
pertemuan
II.
6
IV
Ujian
tulis
penulisan
resep
berdasarkan
skenario
yang
dibuat
oleh
instruktur.
16
VI.
LEMBAR
PENILAIAN
Skor
Skor
No
Aspek
yang
dinilai
x
0
1
Bobot
Bobot
I
Inscriptio
1.
Nama
dokter
1
2.
Alamat
dokter
1
3.
SIP
1
4.
Hari
praktek
1
5.
Jam
praktek
1
6.
No.
telepon
1
7.
Nama
kota
1
8.
Tanggal
resep
ditulis
1
9.
Tanda
R/
5
II
Praescriptio
10.
Tepat
penulisan
obat
10
11.
Tepat
penulisan
dosis
10
12.
Tepat
penulisan
jumlah
10
13.
Tepat
penulisan
BSO
12
III
Signatura
14.
Tepat
penulisan
signa
20
15.
Nama
penderita
5
15.
Umur
penderita
5
16.
Alamat
penderita
5
IV
Subscriptio
17.
Tandatangan/paraf
dokter
5
V
Tulisan
dapat
dibaca
tanpa
keraguan
5
TOTAL
NILAI
Keterangan:
Skor
0
=
Tidak
ditulis
sama
sekali/ditulis
tapi
salah
Skor
1
=
Ditulis
dengan
benar
NILAI
=
Total
nilai
=
.
Padang,
.2015
Instruktur,
..
17
VII.
KEPUSTAKAAN
1. De
Vries
TPGM,
Henning
RH,
Hogerzeil
HV,
Fresle
DF.
Guide
to
good
prescribing.
World
Health
Organization,
Geneva;
1994.
WHO/DAP/94.11.
Diakses
dari:
http://www.med.rug.nl/pharma/who-
cc/ggp/homepage.htm.
2. Nanizar
Zaman-Joenoes.
Ars
Prescribendi
Resep
yang
Rasional
Edisi
2.
Airlangga
University
Press,
Surabaya;
2001.
3. Buku
Ajar
Farmakologi
Universitas
Indonesia.
4. Daftar
Obat
Esensial
Nasional
(DOEN),
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia;
2008.
18