Anda di halaman 1dari 19

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI,

DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838
e-mail : fk2unand@pdg.vision



PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK

BLOK 2.1

TOPIK: PENULISAN RESEP I















Edisi Revisi 2015

Tim Penyusun Penuntun Keterampilan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2015

I. PRASYARAT
Sudah pernah mengikuti pembelajaran pada Blok 1.6.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui kaidah dasar penulisan resep dan memiliki
keterampilan menuliskan resep yang benar.

B. Tujuan khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian resep, tujuan penulisan resep,
dan jenis-jenis resep.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ketentuan dan kaidah dalam penulisan
resep (yang berhak menulis, kejelasan, cara penulisan, dll).
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi komponen resep dan penulisan resep
pada keadaan tertentu (resep mengandung narkotika, resep segera, resep
ulangan).
4. Mahasiswa dapat mengaplikasikan istilah yang berkaitan dengan
penulisan resep.
5. Mahasiswa dapat menuliskan contoh resep yang lengkap.

III. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa wajib mengikuti jadwal pembelajaran keterampilan klinik
yang telah ditetapkan bersama instruktur.
2. Mahasiswa belajar mandiri untuk kompetensi penulisan resep.
3. Mahasiswa meninjau ulang dan mengintegrasikan kuliah dan praktikum
farmakologi yang telah diberikan pada blok sebelumnya (Blok 1.6).
4. Mahasiswa belajar mandiri dengan membaca kepustakaan terkait, seperti
Panduan Penulisan Resep Rasional (WHO), buku ajar Farmakologi, buku
Ars Prescribendi (Airlangga Univ. Press).


1
IV. TEORI
A. Pendahuluan
Enam langkah rutin terapi:
1. Tentukan masalah pasien
2. Tentukan tujuan pengobatan
3. Memilih obat dan menentukan kecocokan obat untuk pasien
4. Tulis resep yang benar
5. Beri informasi obat dan instruksi pemakaian obat pada pasien
6. Monitor dan / atau hentikan pengobatan
Pada keterampilan klinik ini kita akan langsung menuju langkah 4 yakni
menuliskan resep yang benar. Langkah 1-3 dipelajari mahasiswa pada
metode pembelajaran tutorial maupun mandiri.
Filosofi dasar peresepan menurut Bernhard Fantus menyatakan
bahwa resep adalah kunci dari seluruh upaya terapi seorang dokter
kepada pasiennya. Resep dibuat berdasarkan pada diagnosis (yang
didasarkan pada patofisiologi) dan prognosis kasus di satu sisi, serta
pengetahuan Farmakologi dan Terapi seorang dokter di sisi lainnya.
Kelemahan pada salah satu sisi tersebut akan tercermin pada resep yang
ditulis.
Penulisan resep adalah langkah yang dilakukan dokter untuk
penderitanya setelah melakukan anamnesis, menegakkan diagnosis dan
prognosis serta memutuskan bahwa diperlukan terapi farmakologis.
Terapi farmakologis dapat bersifat profilaktik, simtomatik, atau kausal
dan diwujudkan dalam bentuk resep. Penulisan resep yang tepat dan
rasional merupakan penerapan berbagai ilmu karena banyak variabel
yang harus diperhatikan, termasuk variabel unsur obat, kemungkinan
kombinasi obat, maupun variabel individu penderita.
Motto yang harus diingat dalam farmakoterapi adalah 4T1W:
Tepat obat
Tepat dosis
Tepat bentuk sediaan obat (disingkat: BSO)
Tepat signatura/cara pakai
Waspada efek samping

2
Untuk dapat menuliskan resep yang tepat dan rasional seperti di atas,
seorang dokter harus memiliki cukup pengetahuan dasar mengenai
Farmakologi, Farmakodinamik, Farmakokinetik, Farmakoterapi,
disamping pengetahuan mengenai sifat fisiko-kimia obat.

B. Pengertian, tujuan, dan jenis resep
Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi,
atau dokter hewan yang diberi ijin berdasarkan peraturan
perundang-udangan yang berlaku kepada apoteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi penderita. Menurut
undang-undang, yang dibolehkan menulis resep adalah dokter umum,
dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Bagi dokter umum dan
dokter spesialis, tidak ada pembatasan mengenai jenis obat yang boleh
diberikan kepada penderita. Dokter gigi hanya boleh menuliskan resep
berupa jenis obat yang berhubungan dengan penyakit gigi. Sedangkan
dokter hewan pembatasan bukan pada jenis obatnya melainkan pada
penderitanya; dokter hewan hanya boleh menuliskan untuk keperluan
hewan semata-mata.
Pada prinsipnya resep adalah bentuk komunikasi antara dokter
dan apoteker, maka prinsip dasar komunikasi berlaku dalam penulisan
resep yaitu kejelasan informasi dari dokter sehingga dapat dipahami oleh
apoteker.
Menurut cara peracikan obat maka resep dibagi atas formula
magistralis dan officinalis. Pada resep formula magistralis atau
dikenal juga sebagai resep racikan, resep disusun sendiri oleh dokter.
Untuk dapat meracik obat, dokter perlu memahami pedoman penulisan
formula magistralis, memahami bahan obat yang digunakan, menentukan
sediaan (BSO) yang tepat, dan menentukan bahan tambahan yang
diperlukan. Pada formula magistralis, terapi bersifat spesifik untuk
individu penderita dalam hal obat yang diperlukan serta dosisnya.
Penderita juga lebih mudah untuk meminum obat jika obat lebih dari satu
macam, dengan syarat dokter perlu memperhatikan kemungkinan
interaksi obat dan kesesuaian jadwal pemberian obat. Selain itu, dokter
juga harus paham mengenai bahan-bahan tambahan obat. Pada resep

3
dengan formula officinalis dokter meresepkan obat standar sesuai buku
pedoman obat, macam obat terbatas dengan BSO sederhana.

C. Kriteria resep yang rasional menurut WHO/INRUD
1. Jumlah obat setiap datang maksimal 2.
2. Nama generik digunakan pada semua obat (100%).
3. Peresepan antibiotika <30% dari semua peresepan.
4. Peresepan obat injeksi <20% dari semua peresepan.
5. Peresepan obat esensial/formularium pada semua obat (100%).

D. Ketentuan dan kaidah penulisan resep yang benar
Beberapa ketentuan tentang menulis resep:
1. Secara hukum dokter yang menandatangani suatu resep
bertanggungjawab sepenuhnya tentang resep yang ditulisnya untuk
penderita.
2. Resep ditulis sedemikian rupa sehingga dapat dibaca oleh
apoteker tanpa keraguan.
3. Resep ditulis dengan tinta sehingga tidak mudah terhapus.
4. Tanggal resep dituliskan harus tertera dengan jelas.
5. Umur penderita harus dicantumkan dengan jelas, terutama pada
anak. Ini penting bagi apoteker untuk mengkalkulasi apakah dosis
obat yang ditulis pada resep sudah cocok dengan umur si anak.
6. Di bawah nama penderita hendaknya dicantumkan alamatnya. Hal
ini penting dalam keadaan darurat (misalnya salah obat) sehingga
penderita dapat langsung dihubungi. Alamat penderita pada resep
juga akan mengurangi kesalahan/tertukarnya pemberian obat bila
penderita dengan nama yang kebetulan sama.
7. Untuk jumlah obat yang diberikan dalam resep, hindarilah
menggunakan angka desimal untuk menghindari kemungkinan
kesalahan. Contoh: Untuk obat yang diberikan dalam jumlah kurang
dari satu gram maka ditulis dalam miligram; misalnya jika obat
diberikan setengah gram maka ditulis 500 mg (bukan 0,5 gram).
8. Untuk obat yang dinyatakan dengan satuan Unit jangan disingkat
menjadi U.

4
9. Untuk obat atau jumlah obat berupa cairan, dinyatakan dengan
satuan ml, hindari menulis satuan cc atau cm3.

E. Komponen resep dan penulisan resep pada keadaan tertentu
Resep yang lengkap mengandung informasi berikut ini :

I. INSCRIPTIO
1. Identitas dokter: Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter. Dapat
dilengkapi dengan nomor telepon, jam praktek serta hari praktek.
2. Nama kota & tanggal penulisan resep.
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Tanda ini adalah
singkatan dari recipe yang berarti harap diambil.

Ctt: Sebagian literatur menggolongkan tanda R/ sebagai superscriptio (terpisah dari inscriptio).

II. PRAESCRIPTIO
4. Inti resep dokter atau komposisi berisi: Nama setiap jenis/bahan obat,
dan jumlah bahan obat (mg, g, ml, l) dengan angka Arab. Untuk
penulisan jumlah obat dalam satuan biji (tablet, kapsul, botol) dalam
angka Romawi.
Jenis/bahan obat dalam resep terdiri dari:
a. Remedium cardinale: obat pokok yang mutlak harus ada, dapat
berupa bahan tunggal atau beberapa bahan.
b. Remedium adjuvans: bahan yang membantu kerja obat pokok,
tidak mutlak ada dalam tiap resep.
c. Corrigens: bahan untuk memperbaiki rasa (corrigens saporis),
warna (corrigens coloris) atau bau obat (corrigens odoris).
d. Konstituens atau vehikulum: bahan pembawa, seringkali perlu
terutama pada formula magistralis. Misalnya konstituens obat
minum umumnya air.

5. Perintah pembuatan bentuk sediaan obat yang dikehendaki, misalnya
f.l.a. pulv = fac lege artis pulveres = buatlah sesuai aturan, obat
berupa puyer.

5

III. SIGNATURA
6. Aturan pemakaian obat (frekuensi, jumlah obat dan saat obat
diminum, informasi lain), umumnya ditulis dengan singkatan dalam
bahasa Latin. Aturan pakai ditandai dengan signa yang disingkat
dengan S.
7. Identitas pasien di belakang kata Pro: Nama pasien, umur, alamat
lengkap. Bila penderita seorang anak harus ditulis umurnya. Bila
resep untuk orang dewasa dicantumkan Tuan/Nyonya/Bapak/Ibu
diikuti nama penderita dan umurnya.



IV. SUBSCRIPTIO
8. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep untuk menjadikan suatu
resep otentik. Resep obat dari golongan narkotika harus dibubuhi
tandatangan dokter, tidak cukup dengan paraf saja.



Resep yang mengandung obat golongan narkotika:
Tidak boleh ada tanda iter (iterasi), m.i (mihi ipsi), dan u.c (usus
cognitus). Mihi ipsi artinya untuk pemakaian sendiri.
Resep tidak boleh diulang, harus dengan resep asli, resep baru.

Resep yang perlu penanganan segera:
CITO (segera)
STATIM (penting)
URGENT (sangat penting)
PIM (periculum in mora = berbahaya bila ditunda)
Urutan yang didahulukan: PIM, Urgent, Statim, dan Cito
Penulisan tanda segera di atas digarisbawahi dan diberi tanda seru,
kemudian diparaf/tandatangan di belakang Cito (CITO! p araf ).

6
Resep yang dapat/tidak dapat diulang:
ITER Boleh diulang
NI (ne iteratur) Tidak boleh diulang
Resep mengandung narkotika tidak boleh diulang



Contoh resep formula magistralis

dr. Aliya Mustika
SIP No. 228/DKK/2002
inscriptio
Jl. Perintis Kemerdekaan 19, Padang, Telp. 714656
Praktek tiap hari kerja (Jam 16.00-20.00)




inscriptio Padang, 5 Agustus 2015

R/ Asetosal 500 mg

Codein 20 mg
CTM 4 mg praescriptio
S.L. q.s.
m.f. pulv. dtd. No. XV da in cap
S.t.d.d. cap1 p.c.

subscriptio



Pro
: Tn. Marzuki
Umur : 30 tahun
Alamat : Jl. Abdul Muis 23 Jati, Padang

signatura







7
Contoh resep formula officinalis

dr. Aliya Mustika
SIP No. 228/DKK/2002

Jl. Perintis Kemerdekaan 19, Padang, Telp. 714656
Praktek tiap hari kerja (Jam 16.00-20.00)



Padang, 5 Agustus 2015


R/ Tetracyclin cap 250 mg No. XX
S.q.d.d. cap.1 p.c.


R/ Paracetamol tab 500 mg No. X
S.p.r.n. tab.1 max.t.d.d






Pro : Tn. Marzuki
Umur : 30 tahun
Alamat : Jl. Abdul Muis 23 Jati, Padang


F. Pedoman penulisan resep dokter
1. Ukuran blangko resep (lebar 10-12 cm, panjang 15-18cm).
2. Penulisan nama obat:
a. Dimulai huruf besar.
b. Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (menurut
Farmakope Indonesia atau nomenklatur Internasional), misal
Asetosal atau disingkat Ac.salic.
3. Penulisan jumlah obat:
a. Satuan berat : mg, g
b. Satuan volume/ unit : ml, l, UI
c. Penulisan jumlah obat dlm satuan biji : Romawi
d. Penulisan alat penakar : C = sendok makan (15 ml)
Cth = sendok teh (5 ml)
4. Penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian:
a. Ditulis secara benar.

8
b. Pemakaian yang rumit ditulis dengan S.U.C (signa usus cognitus =
pemakaian diketahui).
5. Setiap selesai penulisan resep diberi tanda penutup berupa garis
penutup atau tanda pemisah diantara dua R/ dan paraf atau tanda
tangan.
6. Penulisan tanda iter (iteretur) dan N.I (Ne Iteretur) disebelah kiri
atas dari resep apabila diulang/tidak diulang seluruhnya. Bila tidak
semua resep diulang, maka ditulis dibawah setiap resep. Demikian
juga untuk N.I.
7. Tanda Cito atau PIM (resep segera dilayani) dituliskan disebelah
kanan atas.

G. Istilah-istilah dan singkatan Latin yang berkaitan dengan penulisan
resep
a.c. = ante coenam = sebelum makan
a.n. = ante noctem = malam sebelum tidur
ad us. ext. = ad usum externum = untuk obat luar
ad. us. int = ad usum internum = untuk obat dalam
agit. = agitation = kocok
alt. hor. = alternis horis = tiap jam
aq.dest. = aqua destilata = air suling
c. = cohlear = sendok makan =15 ml
c.th. = cochlear theae = sendok the = 5 ml
caps. = capsulae = kapsul
collut.or. = collutio oris = obat kumur (cuci mulut)
collyr. = collyrium = obat cuci mata
da.in.dim = da in dimidio = berilah separuhnya
d.in 2plo = da in duplo = berilah dua kali banyaknya
d.c. = durante coenam = sedang makan
d.d. = de die = sehari
1.d.d.=s.d.d. = semel de die = sekali sehari
2.d.d.=b.d.d.=b.i.d.=bis de/in die = dua kali sehari
3.d.d.=t.d.d.=t.i.d.= ter de/in die = tiga kali sehari

9
4.d.d.=q.d.d.=q.i.d.=quarter de/in die = empat kali sehari
d.t.d = da tales doses = berilah sekian takaran
dext. = dexter = kanan
dext.et sin. = dexter et sinister = kanan dan kiri
o.d./o.s. = oculus dexter et oculus sinister=mata kanan dan mata kiri
f. = fac = buat, harap dibuatkan
f.l.a = fac lege artis = buat menurut semestinya
fls. =fles = botol
g. = gramma = gram
gr. = granum = 65 mg, grain
garg. = gargarisma = obat kumur
gtt. = guttae = tetes
gtt.ad aur = guttae ad aures = tetes telinga
gtt.auric = guttae auriculares = tetes telinga
gtt.nasal = guttae nasals = tetes hidung
gtt.ophth. = guttae ophthalmicae= tetes mata
h. = hora = jam
h.s. = hora somni = jam sebelum tidur
i.m.m. = in manum medici = berikan ke tangan dokter
inj. = injectio = obat suntik
iter. = iteratur = harap diulang
iter. 1x = iteretur 1 x = harap diulang satu kali
ne iter. = ne iteratur = tidak diulang
lin. = linimentum = obat gosok
lot. = lotio = obat cair untuk pakai luar
m. = misce = campurlah
m.f. = misce fac = campurlah dan buatlah
m.f.l.a. = misce fac lege artis= campur&buat menurut semestinya
man. = mane = pagi
m.et .v. = mane et vespere = pagi dan sore
mg. = milligramma = miligram
o.h. = omni hora = tiap jam
o.b.h. = omni bihorio = tiap 2 jam

10
o.t.h. = omni trihorio = tiap 3 jam
o.4.h. = omni quaterhorio = tiap 4 jam
o.m. = omni mane = tiap pagi
o.n. = omni nocte = tiap malam
o.h.c. = omni hora cochlear= tiap jam 1 sendok makan
p.c. = post coenam = sesudah makan
p.r.n. = pro re nata = kalau perlu
pulv. = pulvis = serbuk (tunggal)
pulv. = pulveres = serbuk terbagi (puyer)
pulv. adsp. = pulvis adspersorius= serbuk tabur (bedak)
R/ = recipe = ambillah
S = signa = tanda
S.L. = saccharum lactis = gula susu (bahan pemanis obat)
s.q. = sufficiante quantitate = dengan jumlah yang cukup
q.s. = quantum satis = secukupnya
si op. sit = si opus sit = bila perlu
sol. = solutio = larutan
u.c. = usus cognitus = aturan pakai diketahui
u.n. = usus notus = aturan pakai diketahui
ung. = unguentum = salep
u.e. = usum externum = dipakai untuk luar
u.i. = usum internum = dipakai untuk dalam
S.s.d.d.c = semel de die cochlear= 1 kali sehari sekali sendok
makan
t.d.d.c. = ter de die cochlear = 3 kali sehari sekali sendok
makan






11

H. Contoh resep yang lengkap
Skenario 1
Ny. Nensi, berusia 50 tahun, memeriksakan diri ke sebuah Puskesmas di
kota Padang dengan keluhan sakit kepala sejak beberapa hari yang lalu.
Dokter Puskesmas melakukan pemeriksaan dan menegakkan diagnosis
hipertensi esensial derajat I. Setelah memberikan informasi dan edukasi
diet serta anjuran kegiatan fisik kepada pasien, dokter akan memberikan
obat diuretik oral hydrochlorothiazide dalam bentuk sediaan tablet
12,5 mg. Obat ini diberikan sebanyak satu tablet, satu kali sehari di
pagi hari, dan harus diminum setiap hari untuk pengendalian tekanan
darah. Pada pengobatan pertama ini dokter berencana memberikan obat
untuk sepuluh hari. Setelah tiga hari pengobatan pasien diminta datang
kembali untuk monitor keberhasilan terapi.
Jika anda adalah dokter di atas, bagaimana anda menuliskan resep untuk
Ny. Nensi?

Jawab:

DINAS KESEHATAN KOTA PADANG
PUSKESMAS ALAI
Jl. Gajah Mada 167 Padang


Dokter : Andi Budiman
Tanggal : 6 Agustus 2015


R/ Hydrochlorothiazide tab 12,5 mg No.X
S.s.d.d.tab.1 mane




Pro : Ny. Nensi
Umur : 50 tahun
Alamat : Jl. Bahagia 12, Siteba, Padang



12
Skenario 2
Qonita, 10 tahun, dibawa ibunya berobat ke dokter praktek umum karena
matanya tampak merah sejak satu hari yang lalu. Pada anamnesis diketahui
bahwa kedua mata terasa gatal dan lengket namun penglihatan tidak terganggu.
Pada pemeriksaan tampak konjungtiva merah dan banyak sekret kental
kekuningan pada kelopak mata. Dokter menegakkan diagnosis konjungtivitis
bakterialis dan meresepkan antibiotik topikal dalam bentuk tetes mata. Tetes
mata ini mengandung bahan aktif Chloramphenicol dengan konsentrasi 0.5%
dan diberikan sebanyak 2 tetes pada tiap mata dengan frekuensi pemberian
setiap 4 jam.
Jika anda adalah dokter di atas, bagaimana anda menuliskan resep untuk Qonita?

Jawab:

dr. Firman Abdiansyah


SIP No. 337/DKK/2010
Jl. Situjuh 28, Jati, Padang, HP:081378632020
Praktek tiap hari kerja jam 16.00-21.00

Padang, 6 Agustus 2015

R/ Chloramphenicol 0.5% gtt. ophth. fls. No.I
S.o.4.h.gtt.2 o.d./o.s.






Pro : Qonita
Umur : 10 tahun
Alamat: Jl. Tan Malaka 11, Padang

Skenario 3
Tito, 22 tahun, datang ke instalasi gawat darurat (IGD) sebuah rumah sakit
dengan keluhan tertusuk paku pada telapak kaki kanannya satu hari yang lalu
ketika sedang bekerja memperbaiki dinding rumahnya. Pada pemeriksaan
tampak luka tusuk yang kecil namun cukup dalam. Dokter jaga IGD berencana
memberikan terapi profilaksis tetanus dengan memberi injeksi serum anti
tetanus (anti tetanus serum/ATS) pada Tito sebanyak 250 IU immunoglobulin

13
tetanus manusia. Dokter menuliskan resep untuk satu ampul ATS dan sebuah
spuit 1 ml kemudian meminta keluarga Tito untuk segera menebusnya di
apotik rumah sakit kemudian menyerahkan ATS dan spuit kepada dokter
jaga.
a. Jika anda adalah dokter jaga tersebut, bagaimana anda menuliskan resep di
atas?
b. Sebelum Tito pulang, dokter jaga meresepkan obat antibiotik amoxycillin
tablet 500 mg yang diminum 3 kali satu tablet sehari, metronidazole tablet
500 mg yang diminum 3 kali satu tablet sehari, dan antinyeri mefenamic
acid tablet 500 mg yang diminum bila kaki terasa nyeri dengan pemberian
maksimal 4 kali satu tablet sehari setelah makan. Jika anda dokter tersebut,
bagaimana anda menuliskan resepnya? Jumlah obat yang diberikan adalah untuk
lima hari, kecuali untuk mefenamic acid yang diberikan untuk tiga hari, dan
resep tidak boleh diulang.

Jawab:
a.

INSTALASI GAWAT DARURAT Cito!


RUMAH SAKIT DR. M. RASYIDIN PADANG

Dokter : Meisya Nurrahmah
Tanggal : 6 Agustus 2015


R/ ATS amp. No.I
S.i.m.m

R/ Spuit 1 ml No. I
S.i.m.m





Pro : Tito
Umur : 22 tahun
Alamat: Jl. Tan Malaka 11, Padang

14
b.

N.I. INSTALASI GAWAT DARURAT


RUMAH SAKIT DR. M. RASYIDIN PADANG

Dokter : Meisya Nurrahmah
Tanggal : 6 Agustus 2015


R/ Amoxycillin tab 500 mg No. XV
S.t.d.d.tab.1


R/ Metronidazole tab 500 mg No. XV
S.t.d.d.tab.1


R/ Mefenamic acid tab 500 mg No. XII
S.p.r.n.max.q.d.d.tab.1 p.c.




Pro : Tito
Umur : 22 tahun
Alamat: Jl. Tan Malaka 11, Padang


I. Contoh resep yang dapat dibaca dan sulit dibaca (identitas dokter
sengaja dihilangkan)



15

V. PELAKSANAAN KETERAMPILAN KLINIK

Minggu Pertemuan Kegiatan

5 I Instruktur menjelaskan materi dalam penuntun
keterampilan klinik.
Mahasiswa ditugaskan membaca tentang
komponen resep, jenis resep, dan istilah-istilah
yang berkaitan dengan penulisan resep.
5 II Instruktur mencontohkan penulisan resep yang
benar menggunakan skenario (diagnosis penyakit
sesuai kompentensi 4 SKDI).
Instruktur memberi tugas pada mahasiswa untuk
menulis beberapa jenis resep sesuai skenario yang
diberikan.
Instruktur dan mahasiswa mendiskusikan tugas
yang diberikan.
6 III Instruktur dan mahasiswa melanjutkan diskusi
pada pertemuan II.
6 IV Ujian tulis penulisan resep berdasarkan skenario
yang dibuat oleh instruktur.











16
VI. LEMBAR PENILAIAN
Skor
Skor
No Aspek yang dinilai x
0 1 Bobot
Bobot
I Inscriptio
1. Nama dokter 1
2. Alamat dokter 1
3. SIP 1
4. Hari praktek 1
5. Jam praktek 1
6. No. telepon 1
7. Nama kota 1
8. Tanggal resep ditulis 1
9. Tanda R/ 5
II Praescriptio
10. Tepat penulisan obat 10
11. Tepat penulisan dosis 10
12. Tepat penulisan jumlah 10
13. Tepat penulisan BSO 12
III Signatura
14. Tepat penulisan signa 20
15. Nama penderita 5
15. Umur penderita 5
16. Alamat penderita 5
IV Subscriptio
17. Tandatangan/paraf dokter 5
V Tulisan dapat dibaca tanpa keraguan 5
TOTAL NILAI

Keterangan:
Skor 0 = Tidak ditulis sama sekali/ditulis tapi salah
Skor 1 = Ditulis dengan benar

NILAI = Total nilai = . Padang, .2015

Instruktur,


..

17
VII. KEPUSTAKAAN

1. De Vries TPGM, Henning RH, Hogerzeil HV, Fresle DF. Guide to good
prescribing. World Health Organization, Geneva; 1994. WHO/DAP/94.11.
Diakses dari: http://www.med.rug.nl/pharma/who-
cc/ggp/homepage.htm.
2. Nanizar Zaman-Joenoes. Ars Prescribendi Resep yang Rasional Edisi 2.
Airlangga University Press, Surabaya; 2001.
3. Buku Ajar Farmakologi Universitas Indonesia.
4. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2008.

18

Anda mungkin juga menyukai