KIMIA FARMASI
Disusun oleh :
Kelompok 2
Bimo Rizky Nanda Hermanto (P17434113043)
Desta Sukma Arsono (P17434113044)
Devinda Zallifunnas Az Zahra (P17434113045)
Diana Haryani (P17434113046)
Uswatun Hasanah Priyanti (P17434113075)
SEMESTER 2 / REGULER B
I. MATERI PRAKTIKUM
A. Identifikasi Na2B4O7.10H20
B. Penetapan Kadar Na2B4O7.10H20
II. TUJUAN
A. Untuk Mengidentifikasi Na2B4O7.10H20
B. Untuk Menetapkan Kadar Na2B4O7.10H20
III. METODE
A. Analisa Kualitatif dan Organoleptis
B. Asidimetri
IV. PRINSIP
A. Larutan sampel + pereaksi perubahan warna , pengendapan , bau , nyala api
B. Penetralan Asam Basa
V. DASAR TEORI
Natrium Tetraborat (Na2B4O7.10H2O) adalah campuran garam mineral dengan
konsentrasi yang cukup tinggi, yang merupakan bentuk tidak murni dari boraks. Boraks
berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq. Merupakan kristal lunak yang mengandung unsur
boron, berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks berbentuk serbuk kristal putih, tidak
berbau, tidak larut dalam alkohol, PH : 9,5.
Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso, kerupuk bahkan mie basah yang berada
di pasaran. Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan
empuk, teksturnya bagus dan renyah. Asal tahu saja, gelas pyrex yang terkenal kuat bisa
memiliki performa seperti itu karena dibuat dengan campuran boraks. Kemungkinan
besar daya pengawet boraks disebabkan oleh senyawa aktif asam borat.
Borat-borat diturunkan dari ketiga asam borat yaitu asam ortoborat
(H3BO3), asam piroborat (H2B4O7), dan asam metaborat (HBO2). Asam ortoborat adalah
zat padat kristalin putih, yang sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam air
panas. Garam-garam dari asam ini sangat sedikit yang diketahui dengan pasti. Asam
ortoborat yang dipanaskan pada 1000C, akan diubah menjadi asam metaborat. Pada
1400C dihasilkan asam piroborat. Kebanyakan garam ini diturunkan dari asam meta dan
piro. Disebabkan oleh lemahnya asam borat, garam-garam yang larut terhidrolisis dalam
larutan, dan karenanya bereaksi basa.
B + 3 H2O H3BO3 + 3 OH-
B4 + 7 H2O 4 H3BO3 + 2 OH-
B + 2 H2O H3BO3 + OH-
Kelarutan Borat dari logam-logam alkali mudah larut dalam air. Borat dari logam-
logam lainnya umumnya sangat sedikit larut dalam air, tetapi cukup larut dalam asam-
asam dan dalam larutan ammonium klorida. Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, kita
memakai larutan natrium tetraborat (natrium piroroborat/boraks) Na2B4O7.10H2O.
1. Asam Sulfat Pekat
Tak terjadi sesuatu kerja yang dapat dilihat dalam keadaan dingin,
meskipun asam ortoborat (H3BO3) dibebaskan. Namun, ketika dipanaskan, asap
putih asam borat dilepaskan. Jika asam klorida pekat ditambahkan kepada
larutan boraks yang pekat, asam borat mengendap.
VI. ALAT
No Identifikasi Natrium Tetraborat Penetapan Kadar Natrium Tetraborat
1. Cawan porselen Buret
2. Tabung Reaksi Statif
3. Rak Tabung Reaksi Erlenmeyer
4. Korek Api Gelas Ukur
5. Bunsen Pipet Tetes
6. Pipet Tetes
7. Mortar
8. Lumpang Alu
VII. BAHAN
No Identifikasi Natrium Tetraborat Penetapan Kadar Natrium Tetraborat
1. Na2B4O7 Larutan Asam Klorida 0,1 N
2. AgNO3 Indicator Methil Red
3. H2SO4 Pekat Aquades
4. Etanol
5. BaCl2
( )
= x 100 %
= 24,14 %
b. Titrasi Kedua
( )
Kadar Natrium Tetraborat = x 100 %
( )
= x 100 %
= 22,11 %
c. Titrasi Ketiga
( )
Kadar Natrium Tetraborat = x 100 %
( )
= x 100 %
= 24,57 %
Rata-Rata =
= 23,60 %
IX. PEMBAHASAN :
A. Identifikasi Natrium Tetraborak
Dalam praktikum identifikasi natrium tetraborat ini menggunakan tiga percobaan
atau tiga metode untuk menentukan kandungan boraks dalam sampel. Hasil dari
praktikum yang kami lakukan, Pada percobaan pertama, penambahan perak nitrat
(AgNO3) pada sampel yang kemudian dipanaskan, sampel membentuk endapan putih,
hal ini menunjukkan terbentuknya perak metaborat (AgBO2).
XI. KESIMPULAN
Dari praktikum identifikasi natrium tetraborat (boraks) pada sampel yang di uji,
kesimpulannya bahwa sampel positif mengandung borak. Dan dapat diketahui kadar
rata-rata natrium borak adalah 23,60 % dari tiga kali titrasi.
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR
TABLET ASETOSAL SECARA ALKALIMETRI
I. TUJUAN
1. Mengidentifikasi tablet asetosal
2. Menentukan kadar tablet asetosal dengan metode alkalimetri
II. METODE
1. Analisa Kualitatif
2. Alkalimetri
III. PRINSIP
1. - Asetosal + FeCl3 dipanaskan, didinginkan warna ungu
- Asetosal + etanol + H2SO4 pekat dipanaskan, didinginkan + aquades bau
gandapura
2. Netralisasi asam basa
b. Bahan
Identifikasi Tablet Asetosal Penetapan Kadar Tablet Asetosal secara
alkalimetri
1. Larutan FeCl3 1. Aquades
2. Larutan etanol 2. Serbuk asetosal
3. H2SO4 pekat 3. Etanol netral
4. Aquades 4. Indikator PP 1%
5. Larutan NaOH
( )
=
= 25, 6527 %
VIII. PEMBAHASAN
1. Identifikasi Tablet Asetosal
Pada praktikum kali ini adalah untuk mengidentifikasi tablet asetosal. Aspirin
atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang
sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit), antipiretik, dan
anti-inflamasi. Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam
dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Secara
organoleptis asetosal berupa tablet berwarna putih, berasa pahit dan memiliki bau
yang khas. Untuk mengidentifikasi tablet asetosal digunakan metode organoleptis.
Ketika larutan asetosal ditambah FeCl3 maka larutan akan berubah warna menjadi
kuning, kemudian dipanaskan dan warnanya akan berubah menjadi ungu. Asetosal
akan berbau gandapura bila larutan asetosal ditambah etanol, H2SO4 dan dipanaskan,
setelah dingin maka akan tercium bau seperti bau gandapura. Bau ini disebabkan
karena reaksi antara asetosal dengan etanol.
2. Identifikasi Tablet Asetosal
Dalam praktikum kali ini, sampel yang akan ditetapkan kadarnya adalah
asetosal. Penetapan kadar inidilakukan titrasi dengan metode alkalimetri. Asetosal
dilarutkan dengan etanol kemudian ditambahkan dengan aquades dan ditambahkan
lagi dengan indikator PP 1%. Asetosal dilarutkan terlebih dahulu menggunakan
etanol karena sifat asetosal yang susah larut dalam air. Kemudian dilakukan titrasi
menggunaka NaOH hingga mencapai TAT warna pink muda.
IX. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar asetosal yang
sebenarnya sebesar 26,5618% dengan mg zat aktif sebesar 26,614 mg dan mg/tablet zat
aktif sebesar 159,344 mg.
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR MgSO4.7H2O
SECARA KOMPLEKSOMETRI
I. TUJUAN
1. Mengidentifikasi MgSO4.7H2O dengan melihat pengamatan pada yang terbentuk,
apakah terjadi atau tidak.
2. Menentukan kadar MgSO4.7H2O dengan menggunakan metode kompleksometri.
II. METODE
1. Analisa Kualitatif
2. Kompleksometri
III. PRINSIP
1. Larutan MgSO4.7H2O direksikan dengan larutan NaOH menyebabkan endapan
putih
2. Pembentukan Senyawa Kompleks
b. Bahan
Identifikasi MgSO4.7H2O Penetapan Kadar MgSO4.7H2O
Perhitungan:
Kadar MgSO4.7H2O
()
VIII. HASIL
a. Identifikasi MgSO4.7H2O
No Perlakuan Hasil yang diperoleh
1 Uji Organoleptis Serbuk putih, tidak
berbau, rasa pahit
2 lar. MgSO4 + lar. NaOH Endapan putih
1,247 %
IX. PEMBAHASAN
a. Identifikasi MgSO4.7H2O
Praktikum kali ini bertujuan untuk melakukan identifikasi senyawa
MgSO4.7H2O dalam sampel menggunakan metode analisis kualitatif atau
identifikasi digunakan uji organolepti dan reaksi warna. Uji organoleptis
merupakan suatu uji pendahuluan yang sering sekali dilakukan karena prosedurnya
sederhana. Uji organoleptis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu zat
terutama senyawa yang memiliki ciri khas dalam bentuk, warna, bau, dan rasa. Uji
organoleptis ini dilakukan dengan cara mengamatai bentuk dan warna sampel
secara visual, mencium baunya dan megecap rasanya. Berdasarkan uji
organoleptis, MgSO4.7H2O memiliki bentuk serbuk halus, berwarna putih, tidak
berbau, dan memiiki rasa pahit. Hal itu sesuai dengan ketentuan parasetamol
dalam Farmakope Indonesia.
Uji kualitatif selanjutnya yaitu reaksi warna. Sampel ditambahkan NaOH
menghasilkan endapan putih.
I. MATERI PRAKTIKUM
A. Identifikasi Tablet Calsium Laktat
B. Penetapan Kadar Calsium Laktat
II. TUJUAN
A. Untuk Mengidentifikasi Tablet Calsium Laktat
B. Untuk Menetapan Kadar Calcium Laktat
III. METODE
A. Analisa Kualitatif dan Organoleptis
B. Iodimetri
IV. PRINSIP
A. Sampel + Pereaksi perubahan warna , pengendapan , bau , nyala api
B. Reaksi Oksidasi Reduksi
V. DASAR TEORI
Ca laktat
Nama generic : Kalsium laktat
Nama kimia : Kalsium laktat: 2-hydroxypropanoic acid.
Sifat fisikokimia : Kalsium laktat (USP 29): granul atau serbuk berwarna putih,
tak berbau. Kalsium laktat pentahidrat bersifat efflorescent dan
menjadi anhidrat pada suhu 1200C; larut dalam air dengan
rasio 1:20, dan praktis tidak larut dalam alkohol. Simpan dalam
kemasan yang tertutup rapat/kedap udara. Ekivalensi: setiap
gram kalsium laktat (trihidrat) setara dengan 3.7mmol kalsium,
dan setiap gram kalsium laktat pentahidrat setara dengan 3.2
mmol; 7,7g kalsium laktat (pentahidrat) dan 6,8g kalsium
laktat (trihidrat) setara dengan 1 g kalsium.
Kelas terapi : Vitamin dan mineral
Farmakologi : Absorpsi: sekitar sepertiga dari kalsium yang diberikan per
oral akan di absorpsi di usus halus. Absorpsi kalsium
meningkat dengan adanya makanan. Distribusi: segera
terdistribusi ke dalam jaringan skeletal. Konsentrasi serum
kalsium yang normal adalah 9 - 10.4mg/dL (4.5 - 5.2 mEq/L).
Kalsium dapat melewati plasenta, dan juga terdistribusi dalam
air susu ibu. Ekskresi: terutama di ekskresikan ke dalam
feses.1, 5
Stabilitas penyimpanan : Simpan di tempat sejuk dan kering.5
Efek samping : Gangguan saluran cerna (iritasi, konstipasi). Hiperkalsemia
dapat terjadi. 3, 4
Bentuk sediaan : Tablet 500mg.
VI. ALAT
No Identifikasi Tablet Calsium laktat Penetapan Kadar Calsium Laktat
1. Cawan porselen Buret
2. Tabung Reaksi Statif
3. Rak Tabung Reaksi Erlenmeyer
4. Korek Api Pipet Tetes
5. Bunsen Corong
6. Pipet Tetes Gelas Ukur
7. Mortar
8. Lumpang Alu
VII. BAHAN
No Identifikasi Tablet Calsium Laktat Penetapan Kadar Calsium laktat
1. Tablet Calsium laktat Buffer Amoniak
2. Larutan Asam Sulfat Encer Larutan Na2EDTA
3. Larutan Asam Oksalat Indikator EBT
4. Larutan kalium Kromat Tablet Calsium Laktat
5. Larutan Ammonium Chlorida Aquades
6. Larutan Kalium Ferrocyanida
Mg/Tablet = x 100 %
= x 635,5
= 495,59 mg/tablet
= x 100 %
= 99,1 %
X. PEMBAHASAN
A. Identifikasi Tablet Calsium Laktat
Dalam praktikum identifikasi antalgin ini menggunakan lima percobaan untuk
menentukan kandungan calcium laktat dalam sampel. Hasil dari praktikum yang
kami lakukan, Pada percobaan pertama, penambahan Asam sulfat encer pada sampel
membentuk endapan putih kemudian ditambahkan aquaregia menjadi larut.
Pada percobaan kedua, larutan sampel yang ditambah larutan asam oksalat
menghasilkan terjadi endapan kemudian ditambahkan asam asetat encer tetap tidak
ada perubahan.
Kemudian pada percobaan ketiga, dimana larutan sampel ditambahkan dengan
larutan kalium kromat tidak terjadi endapan. Kemudian ditambahkan alcohol akan
terbentuk endapan kuning diatas permukaan larutan.
Kemudian larutan sampel ditambahkan larutan ammonium chlorida dan larutan
kalium ferrocyanida berlebih akan terjadi endapan putih. Percobaan diperkuat
dengan reaksi nyala dengan mengeringkan larutan sampel kemudian dibakar
sehingga menimbulkan nyala merah bata. Dari reaksi diatas kita bisa melihat bahwa
sampel positif mengandung calcium laktat.
B. Penetapan Kadar Tablet Calsium Laktat
Pada praktikum ini, kami melakukan proses titrasi kompleksometri. Titrasi
kompleksometri adalah titrasi yang melibatkan reaksi ion logam dengan zat
pengompleks/zat ligand. Dimana zat pengompleks yang digunakan pada praktikum
ini yaitu Na2EDTA (Dinatrium Ethylene Diamine Tetra Acetate. Dilakukanlah
proses pembakuan larutan Na2EDTA. Dari proses titrasi tersebut, didapatkan
konsentrasi Na2EDTA sebesar 0,095 M.
Langkah selanjutnya adalah menentukan kadar Ca-laktat dengan cara
melakukan titrasi terhadap Ca-laktat. Praktikum kali ini 200,0 mg calcium laktat
ditambahkan 10 ml aquades , 2 ml larutan buffer pH 10 dan indicator EBT sepucuk
spatula Warna larutan sebelum dititrasi adalah merah anggur karena terjadi reaksi
berikut :
Ca2+ + EBT CaEBT (merah anggur)
Kemudian dititrasi dengan NaEDTA secara perlahan. Pada volume NaEDTA
sebesar 5,1 ml warna larutan pada erlenmeyer berubah menjadi biru tua yang
konstan yang menandakan TAT. Warna biru tua ini berasal dari reaksi berikut :
CaEBT + EDTA CaEDTA (biru) + EBT
Warna biru yang konstan menandakan Ca sepenuhnya berikatan dengan EDTA
dan menghilangkan warna merah anggur dari EBT.
Kadar yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah 77,98 %. Dan mg/tablet
adalah 495,59 mg/tablet. Kadar tersebut tidak sesuai karena tidak masuk dalam
range persyaratan kadar bahan baku Ca Laktatyaitu 95-110%. Kemungkinan
kesalahan dalam penetapan kadar adalah waktu yang terlalu lama sebelum dititrasi
yaitu penimbangan dan mengantri menggunakan buret. Terutama saat
penimbangan,jika Ca Laktat dibiarkan terbuka terlalu lama akan mengikat air di
udara sehingga akan menempel di botol timbang dan mengurangi konsentrasi.
XI. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini sampel dinyatakan positif mengandung calcium laktat.
Dengan kadar 77,98 % dan 495,59 mg/Tablet. Kadar tidak memenuhi normal.
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR INFUS NaCL
SECARA ARGENTOMETRI
VII. HASIL
A. Identifikasi Infus NaCl
1. Kation Na+
Infus NaCl di bakar + etanol + H2SO4 di bakar nyala api coklat
2. Anion Cl-
Infus NaCl + H2SO4 di panaskan bau amoniak
B. Penetapan kadar Infus NaCl
Kadar = ( V x N ) AgNO3 x kesetaraan
X 100%
N Kesetaraan x V sampel x 1000
Persyaratan Kadar =
1,226 %
x 100 % = 136,22 %
0,9
VIII. PEMBAHASAN
A. Identifikasi Infus NaCl
Pada praktikum ini sampel yang digunakan adalah infus NaCl. Ada dua tahap
identifikasi yaitu identifikasi kation Na+ dan Anion Cl-.
a. Kation Na+
Pada praktikum ini yang dilihat adalah Na. Jika kandungan logam Na dan
sampel banyak, nyala api akan berwarna hijau, tapi pada praktikum ini akan
berwarna coklat.
b. Anion Cl-
Larutan sampel ditambahkan H2SO4 (p) lalu dipanaskan di atas bunsen tercium
bau seperti amoniak.
B. Penetepan Kadar Infus NaCl
Argentometri merupakan analisis volumetri berdasarkan atas reaksi
pengendapan dengan menggunakan larutan standar argentum. Atau dapat juga
diartikan sebagai cara pengendapan atau pengendapan kadar ion halida atau kadar
Ag+ itu sendiri dari reaksi terbentuknya endapan dan zat uji dengan titran AgNO3.
Tujuan dari percobaan kita kali ini adalah dapat melakukan standarisasi AgNO3
dengan NaCl.
Standarisasi AgNO3 dengan NaCl (dengan indikator K2CrO4 ) Metode yang
digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode Mohr dengan
indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan
menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik
ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan
munculnya endapan putih secara permanen. Pada praktikum ini, infus NaCl
dilarutkan dengan aquades ditambahkan indikator K2CrO4 sebanyak 2 tetes lalu
dititrasi dengan AgNO3 sampai TAT warna orange dengan endapan merah bata.
Volume titrasi yang di dapat adalah 1,226 % sedangkan kadar normal untuk infus
NaCl adalah 0,85%-0,95%. Hal ini dikarenakan larutan infus tidak boleh
tercampur dengan udara, karena banyak garam di udara sehingga akan
menambahka konsentrasi.
IX. KESIMPULAN
A. Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa infus NaCl berhasil
teridentifikasi.
B. Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar infus NaCl sebesar
1,226%, % persyaratan kadar sebesar 136,22 % dan TAT nya adalah endapan merah
bata.
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR
TABLET PAPAVERIN HCl
SECARA ALKALIMETRI
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengidentifikasi dan menetapkan kadar tablet papaverin HCl
III. PRINSIP
Identifikasi :
Sampel + pereaksi meyer endapan putih
Sampel + H2SO4 pekat ungu (kadang-kadang hijau)
Sampel + HNO3 pekat kuning
Sampel + K3Fe(CN)6 + FeCl3 biru tua
Penetapan Kadar
Standarisasi NaOH : 0,057 N
Volume titrasi : 1,8 ml
1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 37,59 Papaverin HCl
Persyaratan persen kadar bahan baku : 85% - 90%
Etiket : 40 mg
(N x V) Na2EDTA x kesetaraan
Kadar Papaverin HCl = x 100%
N kesetaraan x berat timbang
(0,057 x 1,8) x 37,59
= x 100%
0,1 x 200,7
= 19,216 %
mg/tab
% kadar bahan baku = x 100%
etiket
34,14267
= x 100%
40
= 85,367%
VIII. PEMBAHASAN
Pada identifikasi tablet Papaverin HCl ini terdapat 4 analisa kualitatif, yaitu :
Sampel ditambahkan pereaksi Meyer menimbulkan endapan putih. Hal ini
merupakan ciri khas semua alkaloid
Sampel ditambahkan Asam Sulfat pekat larutan menjadi berwarna merah
anggur lama kelamaan menjadi ungu. Ini merupakan ciri khas dari
Papaverin HCl
Sampel ditambahkan Asam Nitrat pekat warna larutan menjadi oranye
kekuningan
Sampel ditambahkan larutan K3Fe(CN)6 warna larutan menjadi kuning
kemudian ditambahkan larutan FeCl3 larutan menjadi berwarna hijau dengan
endapan hijau.
Ada analisa kualitatif yang dilakukan tidak sesuai dengan teori, karena Papaverin
HCl memiliki sifat yang mudah terurai.
Kemudian pada penetapan kadar Papaverin HCl dilakukan secara
alkalimetri dengan prinsip netralisasi asam basa. Sebelum titrasi dilakukan, 200,7
gram serbuk Papaverin HCl dilarutkan dengan 20 ml aquadest yang telah dipanaskan
dan 10 ml etanol netral. Hal ini bertujuan untuk melarutkan sampel yang bersifat non
polar. Kemudian larutan ditambahkan 2 tetes indikator PP 1%, warna tetap bening.
Lalu dilakukan titrasi dengan NaOH 0,057 N hingga titik akhir titrasi berwarna
merah muda konstan. Volume titrasi yang dicapai sebesar 1,8 ml.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, sampel teridentifikasi sebagai
Papaverin HCl dengan kadar mg/tab ditemukan sebesar 34,14267 mg dengan volume
titrasi sebesar 1,8 dan titik akhir titrasi warna merah muda konstan.
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR
VITAMIN B1 (THIAMIN HCl)
SECARA ALKALIMETRI
I. TUJUAN
1. Untuk mengidentifikasi tablet vitamin B1
2. Untuk menetapkan kadar vitamin B1 secara alkalimetri
II. METODE
Organoleptis dan Alkalimetri
III. PRINSIP
1. Reaksi dan organoleptis
2. Penetralan asam basa
VI. HASIL
Identifikasi : a) Pemijaran pada kawat ose bau kacang
b) Larutan sampel dipanaskan + cuprifil hijau
c) Larutan sampel + NaOH kuning + KMnO4 endapan coklat
Penetapan Kadar
Kadar
( )
x 100 %
( )
x 100 %
= 22,046 %
C mg = a% x B. penimbangan = x 200,4 = 44,2 mg
VIII. KESIMPULAN
1. Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa vitamin B1 dapat
teridentifikasi dan yang paling khas adalah saat pemijaran pada kawat ose.
2. Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar vitamin B 1 sebesar
22,046 % dan TAT yang dihasilkan adalah warna biru terang.
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR ANTALGIN
SECARA IODIMETRI
I. MATERI PRAKTIKUM
A. Identifikasi Tablet Antalgin
B. Penetapan kadar Antalgin
II. TUJUAN
A. Untuk Mengidentifikasi Tablet Antalgin
B. Untuk Menetapan Kadar Antalgin
III. METODE
A. Analisa Kualitatif dan Organoleptis
B. Iodimetri
IV. PRINSIP
A. Sampel + Pereaksi perubahan warna , pengendapan , bau , nyala api
B. Reaksi Oksidasi Reduksi
V. DASAR TEORI
Menurut Anief (1984), tablet adalah sediaan padat yang berbentuk rata atau
cembung rangkap umumnya bulat, dibuat dengan mengempa atau mencetak obat atau
campuran obat dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat
berfungsi sebagai :
1. Pengisi
Bahan ini dimaksudkan agar memperbesar volume tablet. Zat-zat yang dipakai
ialah : Sakarum Laktis, Amilum, Kalsium Posfat, Kalsium Karbonat dan lain-lain.
2. Pengikat
Agar tablet tidak pecah, dapat merekat. Zat-zat yang dapat dipakai: Larutan Gelatin
dan Larutan Metil Selulosa.
3. Penghancur
Agar tablet dapat hancur dalam perut, digunakan Amilum kering, Gelatin, Agar-
agar, Natrium Alginat.
4. Zat pelican
Agar tablet tidak lekat pada cetakan digunakan zat seperti: Talkum, Magnesium
Stearat dan Asam Stearat.
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan
tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dibuat dalam berbagai
ukuran. Bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet
berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet (Ditjen POM, 1995).
Titrasi iodimetri adalah metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan
metode titrasi yaitu suatu penambahan indicator warna pada larutan yang di uji, kemudian
ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan sifat larutan yang diuji (Pratama,
2004).
Titrasi iodimetri harus dilakukan dengan lambat agar I2 sempurna bereaksi dengan
antalgin, jika titrasi cepat maka I2 tidak bereaksi sempurna dengan antalgin sehingga titik
akhir lebih cepat tercapai dan hasilnya kurang akurat. Deteksi titik akhir pada iodimetri
ini dilakukan dengan menggunakan indikator kanji atau amilum yang memberikan warna
biru pada saat terjadinya titik akhir (Sudjadi, 2007).
Dalam titrasi dikenal dua cara yaitu cara langsung (iodimetri) dan cara tidak
lanngsung (iodometri). Cara langsung atau iodimetri, larutan iodium digunakan untuk
mengoksidasi reduktor secara kuantitatif pada titik ekuivalennya. Namun cara pertama ini
jarang digunakan atau diterapkan karena iodium merupakan oksidator lemeh. Dan adanya
oksidator kuat akan memberi reaksi samping dengan reduktor tadi. Adanya
reaksi samping ini mengakibatkan penyimpangan hasil penetapan (Mulyono, 2006).
VI. ALAT
No Identifikasi Antalgin Penetapan Kadar Antalgin
1. Cawan porselen Buret
2. Tabung Reaksi Statif
3. Rak Tabung Reaksi Erlenmeyer
4. Korek Api Pipet Tetes
5. Bunsen Corong
6. Pipet Tetes Gelas Ukur
7. Mortar
8. Lumpang Alu
VII. BAHAN
No Identifikasi Antalgin Penetapan Kadar Antalgin
1. Na2B4O7 Larutan Iodium 0,1 N
2. AgNO3 Larutan HCL 0,05 N
3. H2SO4 Pekat Indikator Amylum 1%
4. Etanol
5. BaCl2
( )
= x 100 %
= 77,98 %
C mg = Kadar Antalgin x Berat Penimbangan
= 77,98 % x 100,3
= 0,7798 x 100,3
= 78,2 mg
Mg/Tablet = x 100 %
= x 635,5
= 495,59 mg/tablet
= x 100 %
= 99,1 %
X. PEMBAHASAN
A. Identifikasi Antalgin
Dalam praktikum identifikasi antalgin ini menggunakan tiga percobaan atau tiga
metode untuk menentukan kandungan antalgin dalam sampel. Hasil dari praktikum
yang kami lakukan, Pada percobaan pertama, penambahan FeCl3 pada sampel
membentuk warna biru kemudian dengan cepat berubah menjadi hijau dan kuning.
Dan lama kelamaan hilang.
Pada percobaan kedua, sampel yang ditambah AgNO3 menghasilkan warna
ungu gemerlap dan setelah didiamkan berubah menjadi kuning.
Kemudian pada percobaan ketiga, dimana sampel ditambahkan dengan larutan
HNO3 pekat menjadi warna biru dan berubah cepat menjadi hijau kemudian kuning.
Dari reaksi diatas kita bisa melihat bahwa asam borat telah terbentuk
menandakan sampel positif mengandung antalgin.
XI. KESIMPULAN
Dapat didiumpulkan bahwa sampel yang digunakan positif mengandung antalgin
dan mempunyai kadar 77,98 %
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR VITAMIN C
SECARA IODIMETRI
I. TUJUAN
Untuk mengidentifikasi dan menentukan kadar vitamin C
II. PRINSIP
1. Mengidentifikasi tablet vitamin C dengan mereaksikannya dengan berbagai
pereaksi tertentu yang nantinya akan memberikan tanda spesifik yang berupa
terbentuknya endapan, rasa, dan perubahan warna
2. Oksidasi reduksi
III. METODE
1. Organoleptis dan analisa kualitatif
2. Iodimetri
FeCL3 2 tetes
2. Identifikasi Vitamin C
1. Melakukan keragaman bobot 10 tablet ,catat kemudian diserbukkan dalam
erlenmeyer
2. Menimbang seksama 200 mg serbuk tablet vitamin C, masukkan ke dalam
erlenmeyer
3. Menambahkan 25 ml aquadest bebas CO2
4. Menambahkan 6,5 ml larutan H2SO4 0,1 N
5. Menambahkan 1 ml indikator amylum 1%
6. Mentitrasi dengan larutan iodium sampai warna biru
VII. HASIL
1. Identifikasi Tablet vitamin C
No Perlakuan Hasil yang diperoleh
1 Uji Organoleptis Serbuk kuning, rasa asam manis
2 Larutan sampel + FeCl3 Ungu segera hilang
3 Larutan sampel + cuprifil Endapan kuning coklat ada hijaunya
4 Larutan sampel + larutan Iod Warna hilang
5 Larutan sampel + KMnO4 Warna hilang
VIII. PEMBAHASAN
1. Identifikasi Tablet vitamin C
Organoleptis tablet vitamin C : berwarna kuning, rasa asam manis
Pada praktikum ini dapat diketahui bahwa Larutan tersebut teridentifikasi
larutan vitamin c karena sample yang ditambahkan FeCl3 warna ungu segera
hilang.lalu sampel ditambah larytan cuprifil endapan kuning coklat ada hijuanya.
Sampel ditambah larutan iod warna menjadi hilang. Sampel ditambah KMnO4
Sampel tersebut teridentifikasi sebagai golongan vitamin C dengan menunjukkan
organoleptisnya.
I. TUJUAN
1. Untuk mengidentifikasi INH
2. Untuk Mengidentifikasi ampisilin
II. METODE
1. Organoleptis dan Mikroskopis
2. Analisa Kualitatif
III. PRINSIP
1. Mengidentifikasi tablet INH dengan mereaksikannya dengan berbagai pereaksi
tertentu yang nantinya akan memberikan tanda spesifik yang berupa terbentuknya
endapan,rasa, perubahan warna, dan bau khas
2. Mengidentifikasi ampisilin dengan mereaksikannya dengan berbagai pereaksi
tertentu yang nantinya akan memberikan tanda spesifik yang berupa terbentuknya
endapan, perubahan warna, dan bau khas.
b. Bahan
Identifikasi Tablet INH Identifikasi Ampisilin
1. Tablet INH 1. Tablet ampisilin
2. Aquades 2. H2SO4 pekat
3. NaOH 3. Fehling A dan B
4. FeCl3
5. Larutan iodium
6. KMnO4
VI. LANGKAH KERJA
1. Identifikasi INH
NaOH
FeCl3 2 tetes
KMnO4
Larutan iodium
H2SO4 pekat
6 ml aquadest
VII. HASIL
a. Identifikasi Tablet CTM
No Perlakuan Hasil yang diperoleh
1 Uji Organoleptis Serbuk putih, tidak berbau,
rasa agak pahit terurai
perlahanoleh udara dan
cahaya
2 Larutan sampel + NaOH lalu dipanaskan Keluar gas amoniak
3 Laruan sampel + FeCl3 Coklat merah, larutan kuning
jingga
4 Larutan sampel + KMnO4 Warna luntur
5 Larutan + larutan iodium Warna hilang
b. Identifikasi Ampisilin
No Perlakuan Hasil yang diperoleh
1 Uji Organoleptis Serbuk hablur putih,
bau khas dan rasa pahit
2 Larutan sampel+ +H2SO4 pekat lalu dipanasi Warna orange, coklat
atau kuning
3 Suspensikan 10 % zat dalam air + fehling A+B violet.
dan 6 ml air
VIII. PEMBAHASAN
a. Identifikasi Tablet INH
Organoleptis tablet INH : serbuk putih, bau khas, rasa pahit
Pada identifikasi kali ini didapati bahwa sampel adalah tablet INH. Hal ini
dibuktikan dengan kecocokan organoleptis dan dari reaksi-reaksi berikut
menunjukkan hasil yang sesuai : larutan sampel + NaOH lalu dipanaskan maka
akan timbul gas amoniak, lalu larutan sampel + FeCl3 akan menjadi coklat merah,
larutan kuning jingga. Larutan sampel ditambah KMnO4 maka warna akan luntur.
Kemudian larutan sampel ditambah larutan iodium maka warna akan hilang.
b. Identifikasi ampisilin
Organoleptis : serbuk hablur putih, bau khas dan rasa pahit
Pada identifikasi kali ini didapati bahwa sampel adalah tablet ampisilin. Hal ini
dibuktikan dengan kecocokan organoleptis dan dari reaksi-reaksi berikut
menunjukkan hasil yang sesuai : larutan sampel + H2SO4 pekat lalu dipanaskan
maka akan timbul warna orange,coklat atau kuning. lalu 10 % zat disuspensikan
dalam air + 2 ml fehling A dan B + 6 ml air maka akan terbentuk warna violet.
IX. KESIMPULAN
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa Larutan tersebut teridentifikasi
sebagai :
1. Tablet INH
2. Tablet ampisilin
IDENTIFIKASI TABLET CTM DAN ALKOHOL
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengidentifikasi tablet CTM dan alkohol
III. PRINSIP
1. Identifikasi tablet CTM
Organoleptis
Larutan sampel + Cuprifil Biru, hijau
2. Identifikasi Alkohol
Organoleptis
Sampel + asam asetat + H2SO4 pekat bau harum etil asetat
Sampel + larutan iodium endapan kuning
VIII. PEMBAHASAN
a. Identifikas CTM
1. Organoleptis merupakan cara penguji menggunakan alat indera manusia.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, organoleptis CTM adalah
warna kuning, rasa pahit, berbau khas (khas obat).
2. Dengan menambahkan cuprifil (HCl + NaOH + CuSO4) ke dalam
larutan CTM akan menghasilkan warnah hijau (seperti jus alpukat)
b. Identifikasi Alkohol
1. Organoleptis merupakan cara penguji menggunakan alat indera manusia.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, organoleptis alhohol adalah
cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan terbakar, bau harum.
2. Dengan menambahkan asam asetat dan asam sulfat ke dalam alkohol
menghasilkan bau harum etil asetat (seperti balon)
3. Alkohol yang ditambahkan dengan larutan I2 akan menghasilkan endapan
kuning kecoklatan dengan kadar I2 yang digunakan minimal 2N / 2M.
IX. KESIMPULAN
a. Identifikasi tablet CTM
Dari praktikum yang dilakukan, tablet CTM dapat diidentifikasi dengan
memperhatikan ciri-ciri khas yang terbetuk akibat penambahan zat-zat tertentu.
b. Identifikasi Alkohol
Dari praktikum yang dilakukan, alcohol dapat diidentifikasi dengan
memperhatikan ciri-ciri khas yang terbentuk akibat penambahan zat-zat
tertentu.
IDENTIFIKASI TABLET ASAM MEFENAMAT DAN
PARASETAMOL
I. TUJUAN
1. Untuk mengidentifikasi tablet Asam Mefenamat
2. Untuk mengidentifikasi tablet Parasetamol
II. METODE
Organoleptis dan Analisis Kimia Kualitatif
III. PRINSIP
1. - Sampel + Na2CO3 gas CO2 + Ca(OH)2 putih
- Sampel + asam asetat anhidrid + H2SO4 biru
- Sampel + H2SO4 pekat + asam kromat biru hijau kecoklatan
2. - Sampel + FeCl3 hijau kotor, lama-lama coklat
- Sampel + HNO3 pekat jingga
- Reaksi Kristal : sampel + aseton + air
ALAT BAHAN
Pipet tetes Tablet Asam Mefenamat
Spatula Kalium kromat + HCl pekat
Mortar + penumbuk Aquades
Tabung reaksi Na2CO3
Deck glass Asam asetat anhidrid
Asam sulfat pekat
Tablet Paracetamol
FeCl3
HNO3 pekat
Aseton
Aquades
V. CARA KERJA
1. Identifikasi tablet asam mefenamat :
a. Organoleptis : pengamatan menggunakan panca indera.
b. Analisa kimia kualitatif
- Larutan asam mefenamat + Na2CO3 keluar gas CO2, ditangkap
dengan Ca(OH)2 timbul endapan putih
- Larutan asam mefenamat + liberman reagen (asam asetat unhidrit + H2SO4
pekat lewat dinding tabung) menghasilkan warna biru
- Larutan asam mefenamat ditambah H2SO4 pekat ditambah asam kromat
menghasilkan warna biru hijau kecoklatan
2. Identifikasi tablet parasetamol
a. Organoleptis : pengamatan menggunakan panca indera.
b. Analisa kimia kualitatif :
- Larutan sampel + FeCl3 hijau biru, hijau kotor lama-lama coklat.
- Larutan sampel + HNO3 pekat jingga
Reaksi Kristal : sampel + aseton + air diamati menggunakan mikroskop
VI. HASIL
1. a) Sampel + Na2CO3 timbul gas
b) Sampel + Reagen Liberman biru
c) Sampel + H2SO4 pekat + asam kromat hijau tosca / kebiruan
2. a) Sampel + FeCl3 hijau kotor seperti alpukat busuk
b) Sampel + HNO3 pekat jingga tua
c) Reaksi Kristal : sampel + aseton + air tampak seperti kristal pecahan kaca
VII. PEMBAHASAN
1. Dalam praktikum kali ini, sampel yang diidentifikasi adalah tablet asam mefenamat.
Sampel tersebut diidentifikasi dengan NaCO3 timbul gas, dengan reagen Liberman
menghasilkan warna biru, dengan H2SO4 dan asam kromat menghasilkan warna hijau
tosca / kebiruan.
2. Dalam praktikum kali ini, sampel yang diidentifikasi adalah tablet paracetamol.
Sampel tersebut diidentifikasi dengan FeCl3 menghasilkan warna hijau kotor seperti
alpukat busuk, dengan HNO3 pekat menghasilkan warna jingga tua. Diidentifikasi
juga dengan reaksi kristal yaitu sampel + aseton + air akan tampak seperti kristal
pecahan kaca dibawah mikroskop.
VIII. KESIMPULAN
1. Dari praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa asam mefenamat dapat
teridentifikasi dan muncul ciri khasnya.
2. Dari praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa parasetamol berhasil
diidentifikasi.
IDENTIFIKASI KAPSUL KLORAMFENIKOL DAN
TETRASIKLIN HCL
I. TUJUAN
1. Mengidentifikasi kapsul Kloramfenikol
2. Mengidentifikasi kapsul Tetrasiklin HCL
II. METODE
Analisa Kualitatif
III. PRINSIP
Kloramfenikol + NaOH orange merah
Kloramfenikol + cuprifil (NaOH + HCl + CuSO4 ) biru tua + dipanaskan
endapan merah bata
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi kapsul kloramfenikol. Secara
organoleptis kloramfenikol berupa serbuk hablur halus berbentuk jarum atau lempeng
memanjang, berwarna putih sampai kelabu, berasa pahit, dan memiliki bau yang khas.
Dalam mengidentifikasi kloramfenikol digunakan metode organoleptis yang akan
menunjukkan ciri khas dari kloramfenikol berdasarkan perubahan warna, dan timbul
endapan. Perubahan warna terjadi apabila kloramfenikol ditambahkan NaOH yang
berlebih maka larutan akan berubah warna menjadi orange merah. Apabila NaOH yang
digunakan tidak berlebih maka agar dapat berubah warna dapat dilakukan dengan cara
memanaskannya diatas bunsen. Endapan merah akan timbul apabila kloramfenikol
ditambah cuprifil dan dipanaskan. Apabila tidak dipanaskan maka hanya akan berubah
warna menjadi biru tua.
IX. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel teridentifikasi
sebagai kloramfenikol.