Radio Farmasi
Radio Farmasi
KELOMPOK 10
FARMASI 7-BD
Athiyah 1111102000031
Elsa Elfrida 1111102000032
Rosita Pracima 1111102000041
Inten Novita Sari 1111102000087
Ichsana Eskha W.1111102000092
Aditya Ramadhan 1111102000093
Ahmad Rifqi 1111102000118
JAKARTA
2014
1. Carilah informasi mengenai radioisotop!
Radionuklida atau radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif. radionuklida mampu
memancarkan radiasi. Radionuklida dapat terjadi secara alamiah atau sengaja dibuat oleh
manusia dalam reaktor penelitian. Produksi radionuklida dengan proses aktivasi
dilakukan dengan cara menembaki isotop stabil dengan neutron di dalam teras reaktor.
Proses ini lazim disebut irradiasi neutron, sedangkan bahan yang disinari disebut target
atau sasaran. Neutron yang ditembakkan akan masuk ke dalam inti atom target sehingga
jumlah neutron dalam inti target tersebut bertambah. Peristiwa ini dapat mengakibatkan
ketidakstabilan inti atom sehingga berubah sifat menjadi radioaktif. Banyak isotop buatan
yang dapat dimanfaatkan antara lain Na-24, P-32, Cr-51, Tc-99, dan I-131.
Sifat-Sifat Radioisotop
Peran radioisotop sebagai pencari jejak tidak terlepas dari sifat-sifat khas yang
dimilikinya, antara lain:
1. Radioisotop memancarkan radiasi manapun dia berada dan mudah dideteksi.
Radioisotop ibarat lampu yang tidak pernah padam senantiasa memancarkan
cahayanya. Radioisotop dalam jumlah sedikit sekali pun dapat dengan mudah
diketahui keberadaannya. Dengan teknologi pendeteksian radiasi saat ini, radioisotop
dalam kisaran pikogram (satu per satu trilyun gram) pun dapat dikenali dengan
mudah. Sebagai ilustrasi, jika radioisotop dalam bentuk carrier free (murni tidak
mengandung isotop lain) sebanyak 0,1 gram saja dibagi rata ke seluruh penduduk
bumi yang jumlahnya lebih dari 5 milyar, jumlah yang diterima oleh masing-masing
orang dapat diukur secara tepat.
2. Laju peluruhan tiap satuan waktu (radioaktivitas) hanya merupakan fungsi jumlah
atom radioisotop yang ada, tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik
temperatur, tekanan, pH dan sebagainya. Penurunan radioaktivitas ditentukan oleh
waktu paro, waktu yang diperlukan agar intensitas radiasi menjadi setengahnya.
Waktu paro ini merupakan bilangan khas untuk tiap-tiap radioisotop. Misalnya
karbon-14 memiliki waktu paro 5.730 tahun, sehingga radioaktivitasnya berkurang
menjadi separonya setelah 5.730 tahun berlalu. Seluruh radioisotop yang telah
berhasil ditemukan telah diketahui pula waktu paronya. Waktu paro radioisotop
bervariasi dari kisaran milidetik sampai ribuan tahun. Waktu paro ini merupakan
faktor penting dalam pemilihan jenis radioisotop yang tepat untuk keperluan tertentu.
3. Intensitas radiasi ini tidak bergantung pada bentuk kimia atau senyawa yang
disusunnya. Hal ini dikarenakan pada reaksi kimia atau ikatan kimia yang berperan
adalah elektron, utamanya elektron pada kulit atom terluar, sedangkan peluruhan
radioisotop merupakan hasil dari perubahan pada inti atom.
4. Radioisotop memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan isotop lain sehingga
sifat kimia yang dimiliki radioisotop sama dengan isotop-isotop lain dari unsur yang
sama. Radioisotop karbon-14, misalnya, memiliki karakteristik kimia yang sama
dengan karbon-12.
5. Radiasi yang dipancarkan, utamanya radiasi gamma, memiliki daya tembus yang
besar. Lempengan logam setebal beberapa sentimeter pun dapat ditembus oleh radiasi
gamma, utamanya gamma dengan energi tinggi. Sifat ini mempermudah dalam
pendeteksian.
b. Iodin-131 (I-131)
Diserap trutama oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-bagian tertentu dari otak. Oleh
karena itu, I-131 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok,
hati dan untuk mendeteksi tumor otak.
c. Iodin-123 (I-123)
Merupakan radioisotop dari Iodin. I-123 yang memancarkan sinar gamma
yang digunakan untuk mendeteksi penyakit otak.
d. Natrium-24 (Na-24)
Digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan peredaran darah. Larutan NaCl
yang tersusun atas Na-24 dan Cl yang stabil disuntikkan ke dalam darah dan aliran
darah dapat diikuti dengan mendeteksi sinar yang dipancarkan, sehingga dapat
diketahui jika terjadi penyumbatan aliran darah.
e. Xenon-133 (Xe-133)
Digunakan untuk mendeteksi penyakit paru-paru.
f. Phospor-32 (P-32)
Digunakan untuk mendeteksi penyakit mata, tumor, dan lain-lain. Serta dapat
pula mengobati penyakit polycythemia rubavera, yaitu pembentukan sel darah
merah yang berlebihan. Dalam penggunaanya isotop P-32 disuntikkan ke
dalam tubuh sehingga radiasinya yang memancarkan sinar beta dapat
menghambat pembentujan sel darah merah pada sum-sum tulang belakang.
g. Sr-85
Untuk mendeteksi penyakit pada tulang.
h. Se-75
Untuk mendeteksi penyakit pankreas.
i. Kobalt-60 (Co-60)
Sumber radiasi gamma untuk terapi tumor dan kanker. Karena sel kanker lebih
sensitif (lebih mudah rusak) terhadap radiasi radioisotop daripada sel normal,
maka penggunakan radioisotop untuk membunuh sel kanker dengan mengatur
arah dan dosis radiasi.
j. Kobalt-60 (Co-60) dan Skandium-137 (Cs-137)
Radiasinya digunakan untuk sterilisasi alat-alat medis.
5. Apa saja alat untuk mengukur radioisotop dan teknik pengukuran yang
digunakan?
Alat ukur radiasi terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Aktif, dapat dibaca secara langsung.
Contoh : survey meter dan dosimeter saku
2. Pasif, tidak dapat dibaca secara langsung.
Contoh : film badge dan TLD badge.
Jenis detektor
1. Detektor isian gas
- Radiasi mengionisasi gas akan menghasilkan elektron yang terkumpul di sumbu dan
membentuk pulsa listrik.
- Banyaknya muatan listrik yang dihasilkan menunjukkan banyaknya radiasi.
- Detektor isian gas terdiri atas:
a. Kamar ionisasi
- Dapat membedakan energi
- Tegangan kerja rendah
- Pengukuran model arus (perlu penguat pulsa)
- Gas isian : udara, hidrogen, boron trifluorida
b. Proporsional
- Dapat membedakan energi
- Pengukuran model pulsa
- Tegangan harus stabil
- Gas isian : argon atau methane
c. Geiger Muller
- Tidak dapat membedakan energi
- Mudah dibaca
- Gas isian : helium, argon, neon
- Gas quenching : etil alkohol, brom, klor, dll
2. Detektor sintilasi
- Bahan sintilator yaitu bahan yang dapat memercikan cahaya tampak jika dikenai
radiasi nuklir.
- Cahaya tampak dari hasil perpindahan elektron pada atom dari tingkat energi tinggi
ke tingkat energi rendah (eksitasi).
- Keunggulan : daya serap/efisiensi sangat baik dibanding detektor lain.
- Contoh : kristal NaI (TI) untuk radiasi gamma/X, kristal ZnS (Ag) untuk radiasi /
3. Detektor semikonduktor
- Radiasi yang mengenai depletion layer, maka timbul pasangan lobang (hole) elektron
pada lapisan tersebut.
- Karena ada medan listrik karena diberi tegangan, hole dan elektron bergerak
menimbulkan pulsa listrik.
- Jumlah muatan yang dibebaskan sebanding dengan energi radiasi.
- Prinsip kerja sama dengan detektor isian gas.
- Contoh : HPGe, SiLi, LEGe
- Keunggulan :
a. Resolusi sangat tajam
b. Sangat teliti membedakan energi
c. Efisiensi tinggi untuk radiasi
- Kelemahan :
a. Memerlukan sistem elektronik (alat penunjang) sangat rumit.
b. HPGe dan SiLi perlu pendingin.
4. Detektor emulsi foto
Dosimeter Personal
Survey Meter