BAB I
PENYELIDIKAN GEOLOGI TEKNIK
1.1 UMUM
Setelah survei pendahuluan selesai maka dapat dibuat rencana penelitian lapangan
yang seksama. Penelitian di lapangan merupakan penunjang dasar bagi perencana dalam
merancang bangunan yang stabil, aman dan ekonomis.
Untuk merencanakan hal tersebut si perencana harus mengerti bagaimana reaksi
tanah terhadap rencana bangunannya dan bagaimana bangunannya kelak akan
dipengaruhi oleh keadaan tanah tersebut.
Penelitian lapangan di sini adalah penelitian terhadap lingkungan dan tanah pada
lokasi rencana bangunan, jadi yang dimaksud dangan penelitian lapangan bukan hanya
penyelidikan tanah tetapi juga termasuk penelitian-penelitian lain yang bisa memberikan
keterangan tambahan yang berguna bagi si perencana, misalnya bangunan tidak boleh
runtuh akibat gaya geser atau penurunan tanah, bendung tidak boleh bocor atau bergerak
dan lain-lain.
Yang akan dibicarakan dalam buku ini adalah penyelidikan tanah baik lapangan
maupun laboratorium dimana dalam bab ini akan dibahas tentang penyelidikan tanah di
lapangan.
Kegunaan
- Untuk mengetahui morfologi daerah penelitian
- Untuk mengetahui luas daerah telitian
Prosedur pelaksanaannya
Tahap pelaksanaan pemetaan geologi dapat dibagi dalam 3 tahap utama yaitu :
1. Tahapan perencanaan
Perencanaan ini meliputi kegiatan diruang kerja dan perencanaan kerja dilapangan.
Perencanaan kerja antara lain :
a. Pengumpulan data mengenai keadaan daerah (medan)
b. Membuat rencana, tenaga, perlengkapan, biaya.
c. Penyusunan jadwal
Setelah dilapangan melakukan penyelidikan untuk dapat mengenali medan, jalan,
sungai, nama kampung, mengetahui secara sepintas jenis-jenis litologi dan membuat
perencanaan mengenai lintasan-lintasan yang akan ditempuh.
2. Tahapan pemetaan dilapangan
Terlebih dulu menyiapkan secara umum seperti :
a. Membiasakan mulai bekerja dilapangan pagi-pagi dan kembali tidak terlalu sore. Ini
sarankan supaya pengambilan data lebih akurat karena keadaan personilnya masih
segar dan kalibrasi akibat sinar matahari yang berlebihan bisa terhindarkan.
b. Persoalan geologi yang tidak bisa dibawa kebasecamp selalu dipecahkan dilapangan.
Pengamatan dilapangan
Semua yang dapat dilihat, bagi pemeta mempunyai arti tertentu yang berfungsi untuk
memberikan informasi yang lebih kepadanya, adalah kewajiban bagi para pemeta untuk
mencatat segala yang diamati, walaupun yang ada pada saat itu mungkin tampaknya tidak
ada gunanya, sebab data tersebut mungkin akan diperlukan saat mendatang.
Ada 3 hal pokok yang harus direkam di dalam suatu buku lapangan, yaitu :
- Unsur struktur
Jurus dan kemiringan untuk struktur bidang (misalnya bidang perlapisan, kekar, sesar,
foliasi dan lain-lain), serta arah dan penunjaman struktur gawir (misalnya sumbu
microfold, goresgaris, liniasi mineral).
- Deskripsi litologi
Dilapangan harus di usahakan pada singkapan yang baik serta dapat diharapkan
mewakili satu satuan.
- Membuat sketsa atau potret
Mungkin tujuannya perlu dilakukan sebab dengan foto ada saja kemungkinan gagal dan
pada sketsa dapat memperjelas hal-hal yang ingin ditonjolkan.
2. Probing
Dalam bentuk yang paling sederhana adalah dengan cara memukul batang baja
yang tajam atau berbentuk peluru ke dalam tanah. Jumlah pukulan yang dibutuhkan
untuk memasukkan batang dapat dikorelasikan dengan kekuatan tanah yang
bersangkutan
Penggunaan umum
Percobaan ini adalah percobaan yang mudah, sederhana dan murah dalam
menentukan kedalaman lapisan tanah lepas.
Pengambilan contoh dan percobaan ditempat
Dalam hal ini tidak dapat diambil contoh tanah dan juga tidak dapat dilaksanakan
percobaan ditempat.
Batasan
Alat ini hanya dapat digunakan pada lapisan tanah mengandung kerikil/kerakal
dapat memberikan indikasi lapisan tanah keras yang salah. Hal ini hanya dapat
dilakukan sebagai petunjuk awal lubang bor.
3. Bor Tangan
Metode ini dijalankan dengan tangan untuk membedakan lapisan tanah yang ada.
Hasil yang didapat adalah lubang bor dengan kedalaman maksimum 6,00 10,00
meter dengan dimeter 50- 200 mm
Penggunaan umum
Pemboran tangan adalah metode yang cepat dan murah untuk tanah yang lunak
percobaan ini dapat dilaksanakan pada daerah yang terpencil dan sulit untuk
transportasi alat besar.
Percobaan ini berguna sebagai perencana awal dan dapat digunakan untuk
pencarian muka air tanah dan untuk memasang peralatan-peralatan.
Pengambilan contoh dan percobaan ditempat
Pengambilan contoh dapat dilaksanakan baik asli maupun terganggu. Percobaan
ditempat yang dapat dilaksanakan adalah percobaan kipas geser dan penetrometer.
Batasan
Biasanya jarang digunakan pipa pelindung dan kadang-kadang tanah berguna dan
air dapat menghambat penetrasi, juga batuan atau lempung yang sangat kenyal.
Peralatan yang digunakan dipilih sesuai dengan keadaan lapisan tanah dan muka
air tanah yang akan ditembus. Sering dikenal sebagai pemboran dengan tumbukan
ringan.
Kadang-kadang dibutuhkan pipa pelindung menjaga tanah untuh atau mencegah
meresapnya air tanah.
Penggunaan umum
Metode ini paling umum digunakan di Inggris. Dapat digunakan untuk segala
macam jenis tanah dan dapat mencapai kedalaman 60,00 m.
Batuan dapat dipahat atau batuan yang sangat keras dapat dibor dengan bor
putar. Alat ini cukup ringan sehingga dapat diletakkan pada permukaan tanah yang
lunak.
Pengambilan contoh dan percobaan ditempat
Dapat diambil contoh tanah terganggu menerus atau contoh tanah asli dengan
diameter 100 mm.
Juga percobaan penetrasi standar (SPT) dapat dilaksanakan dengan
menggunakan palu seberat 63,5 kg.
Batasan
Pengoperasiannya membutuhkan keahlian tersendiri dan dalam pengambilan
contoh asli dan mewakili perlu kecermatan. Butiran halus akan hilang dalam pemboran
dibawah permukaan air tanah.
5. Pemboran putar
Dengan sistem ini batang bor diputar secara mekanis dan putaran ini diteruskan
kemata bor pada dasar mata lubang bor. Anjungan juga memberikan tekanan pada
mata bor. Batangnya bisa dipasang pada pahat mekanis yang berputar atau diputar
dari atas oleh motor hidrolis.
Mata bor dilumasi dan hasil potongannya diangkat kepermukaan dengan bantuan
pelumas (Lumpur, air, udara atau busa). Inti batuan yang terpotong akan tertinggal
dalam tabung inti dan diangkat kepermukaan untuk diuji.
Penggunaan umum
Ini adalah metode umum dalam penyelidikan tanah dan anjungan yang berbeda-
beda mulai dari yang ringan sampai yang berat sehingga memerlukan kran untuk
pemasangan. Mata bornya pun bermacam-macam tergantung dari jenis tanah atau
batuan, alat bor dan kapasitas pemboran yang dikehendaki.
7. Pemboran Mekanis
Dalam proses ini anjungan yang berputar secara mekanis menekan bor yang bisa
yang berbentuk pipa penuh atau berlubang ditengah. Batang yang penuh hanya bisa
1. Sumur Uji
a. Kegunaan
- Penelitian visual tentang keadaan tanah setempat
- Pengujian detail tentang perbedaan tanah, sruktur dan profil akibat perubahan
cuaca
- Observasi aliran air dan pengukurannya
- Pengujian rendaman
- Pencarian benda-benda geologi dan arkeologi atau detail fondasi yang ada
- Penetapan model kelongsoran dari lereng galian, fundasi atau timbunan dengan
melokasikan daerah longsor
- Mencari kelongsoran geologis dengan membuat/memperluas sumur uji menjadi
paritan untuk mendapatkan kedalaman lapisan tanah/batuan
- Mendapatkan cara yang mudah untuk penggalian ditinjau dari segi biaya dan
untuk menetapkan kedalaman lapisan batuan
- Mengadakan percobaan ditempat dalam skala besar termasuk percobaan daya
dukung pelat dan percobaan pembebanan horizontal
- Menenentukan lokasi titik bor
- Mendapatkan contoh-contoh tanah
- Menetapkan kestabilan galian
Selain untuk keperluan di atas biasanya sumur uji juga dilaksanakan untuk daerah
yang terpencil dimana peralatan sukar mencapai lokasi.
b. Pelaksanaan
Bagian ini mengungkapkan kebutuhan peralatan untuk percobaan sumur uji
dan prosedur lapangan yang disarankan.
Peralatan yang dibutuhkan antara lain :
- Skop
- Palu biasa
- Cangkul
- Kompas
- Tali
Tidak semua peralatan ini dibutuhkan untuk dan kadang dibutuhkan tambahan.
Sebelum pekerjaan dimulai semua peralatan yang dibutuhkan harus dipersiapkan.
Salah satu langkah pertama adalah pemilihan lokasi yang tepat sehingga data
yang diharapkan bisa diperoleh. Kadang-kadang perlu diperhatikan kerusakan yang
timbul pada lengkungan baik akibat sumur uji itu sendiri maupun akibat peralatan
yang dibawa. Setelah lokasi ditemukan, rencana sumur uji ditandai dengan patok.
Lapisan humus dibuang terlebih dahulu. Setiap penggalian dilakukan lapis demi
lapis setebal kurang lebih 30 cm untuk memungkinkan pengujian setempat. Untuk
sumur uji dengan kedalaman lebih dari 1,50 m harus diberi kemiringan atau diberi
turak pelindung tetapi untuk tanah lumpur yang sangat lunak kadang-kadang
diperlukan turak meskipun kedalaman kurang dari 1,50 m. Untuk tanah lempung
2. Pemboran Tangan
Pemboran tangan bisa digunakan untuk pengambilan contoh tanah dalam lapisan
dangkal (<10,00 m).
a. Kegunaan
Untuk mendapatkan keterangan tanah, jenisnya, sifat-sifat fisis dan keadaan tanah
itu sendiri.
b. Pelaksanaan
d. Prosedur pelaksanaan
Setelah lubang untuk pemeriksa dibuat dan bersih, kemudian bor dimasukkan
kedalam tanah dengan memutar stang bor hingga bor penuh terisi tanah dan kemudian
stang ditarik ke atas. Tanah dalam mata bor dibersihkan dan dimasukkan kedalam
kantong plastik.
- Pengambilan contoh tidak asli
Untuk contoh ini dapat diambil dari contoh tanah dengan bor. Tanah yang diambil
adalah contah dari setiap lapisan yang ditentukan dengan pemeriksaan visual.
Contoh kemudian dimasukkan dalam kantung plastik dan diberi label.
- Pengambilan contoh asli (undistrubed samples)
Untuk cara ini diperlukan tabung contoh dengan ukuran 6,8 cm dan panjang
40 cm
Tabung contoh dimasukkan kedalam lubang bor dan kemudian ditekan
perlahan-lahan sampai mencapai kedalaman 40 cm
Untuk memudahkan pemeriksaan laboraturium minimal 60 % dari tabung baru
berisi tanah
Stang bor kemudian diputar dengan arah terbalik sehingga contoh tanah
terlepas dari kelilingnya dan contoh dapat diangkat keatas
Setelah contoh diangkat keluar, dilepas dari kepala tabung. Ujung tanah
diratakan dan dibersihkan kemudian diberi lilin/paraffin pada ujung-ujungnya
sebagai isolator
Setelah lilin/parafin mengering, contoh diberi label dan ditempatkan pada
tempat yang terlindung.
3. Pemboran putar
a. Kegunaan
- Penyelidikan bahan tabung/endapan mineral
- Mengetahui struktur geologi suatu daerah
- Menyilidiki tanah dasar untuk tujuan teknik sipil, seperti untuk fondasi bangunan
gedung, jalan, jembatan bendungan, pelabuhan, dan lapangan terbang
c. Posedur Pelaksanaan :
- Untuk lapisan permukaan yang terdiri dari lapisan lempung, lanau atau pasir
dapat dimulai dengan bor spiral dari common auger (1 7/8), closed spiral dari
auger (2 1/2") atau open spiral auger, dimana pemboran dengan sistem kering.
Tapi dari pengalaman lebih baik di pakai jenis pertama. Pemboran dari spiral ini
dilakukan tiap 40 cm sampai kedalaman 2 atau 3 meter. Bila ini sudah selesai
dapat diteruskan dengan pencucian (washing) sampai kedalaman bor spiral tadi.
Maksud pencucian disini adalah untuk melebarkan lubang bekas bor spiral yang
maksudnya sebagai persiapan langkah-langkah selanjutnya. Pencucian dapat
dilakukan dengan three cone roller bit yang berdiameter 4 1/2 atau 4 1/8.
Maksud penggunaan mata bor yang besar ini adalah sebagai persiapan untuk
memasukkan pipa pelindung dengan diameter luar 4 1/2".
- Untuk lapisan permukaan yang tediri dari campuran kerakal, kerikil dan pasir
yang bersifat lepas, maka langkah pertama adalah membuat lubang dan
langsung dipasang pipa pelindung. Untuk membersihkan lubang dipakai 3 cone
bit yang diameternya lebih kecil dari diameter pipa pelindung. Hasil pemotongan
contoh tanah (cutting) dapat diambil sebagai contoh tidak asli. Pengambilan
kotoran dalam pipa pelindung juga dapat dilakukan dengan pompa.
Pengambilan contoh asli
- Pada umumnya dilakukan terhadap contoh tanah dari jenis lempung, lanau, pasir
lempung atau pasir lanauan.
- Alat yang dipakai adalah tabung dinding tipis dengan diameter 75 mm dan
panjang 76 cm
Cara Pengambilan Contoh Asli:
- Bersihkan lubang bor sampai dasarnya dilakukan dengan pemboran basah dan
untuk mengangkat kerikil yang tersisa dapat dikerjakan dengan pompa pasir.
- Pasang tabung contoh dan kepalanya pada batang bor dan turunkan kedasar
lubang.
- Batang bor ditekan dengan mesin bor (secara hidrolis) sehingga tabung masuk
kedalam contoh tanah maksimum sedalam 60 cm.
- Sesudah tabung masuk sampai kedalaman yang diinginkan putar tabung untuk
memisahkan contoh tanah dengan sekitarnya.
- Tabung diangkat dengan hati-hati dan dilapaskan dari kepalanya dan dibersihkan
kedua ujungnya, kemudian ditutup dengan parafin dan diberi label.
- Sambung batang yang tersisa ini dengan unit kepala penumbukan dan
penumbuk serta batangnya
- Dalam pemotongan mesin bor tumbuklah batang ini dengan penumbukan diatas
dengan tinggi jatuh bebas 75 cm. Jumlah tumbukan untuk tiap 15 cm tadi dicatat,
yaitu nilai N1, N2, dan N3.
Yang disebut dengan nilai N SPT adalah N2 + N3.
- Angkat split spoon perlahan-lahan agar contoh yang didalamnya tidak jatuh
Pemboran mekanis dan lainnya dalam hal ini jarang digunakan sehingga tidak
dibahas dalam buku ini
4. Sondir
Kegunaan
Untuk mengetahui kedalamannya lapisan tanah keras serta sifat daya dukung
maupun daya lekat setiap kedalaman.
Pelaksanaan
Alat yang biasa digunakan adalah Dutch Cone Penetrometer dengan bikonus jenis
Gegemann dengan kapasitas maksimum 250 kg/cm 2
Bikonus yang digunakan bekerja ganda sehingga dapat menunjukkan tingkat
kepadatan lapisan tanah yang dicapai sehingga ujung konus dan geseran setempat
yang diukur oleh geseran mantel konus.
- Manometer 2 buah
a. Kapasitas 0-50 kg/cm2
b. Kapasitas 0-250 kg/cm2
- Satu buah bikonus dan satu buah paten konus
- Satu set angker
- Peralatan kunci pipa, kunci plunyer, palu, kunci manometer, waterpass dll
- Minyak hidrolik (kastrol Oli, SEA 10).
Prosedur Pelaksanaan
- Pasang mesin tegak lurus pada tempat yang akan diselidiki yang diperkuat dengan
angker yang dipasang dalam tanah.
- Pasang traker, tekan stang dalam. Pada penekanan pertama ujung konus akan
bergerak kebawah sedalam 4 cm, kemudian baca manometer yang menyatakan
perlawanan ujung. Pada penekanan selanjutnya conus dan mantelnya bergerak
kebawah 4 cm. Nilai pada manometer yang terbaca adalah nilai tahanan ujung dan
perlawanan lekat.
- Tekan stang luar sampai kedalaman baru, penekanan stang dilakukan sampai setiap
kedalaman tambahan sebanyak 20 cm
- Pekerjaan sondir dihentikan pada keadaan sebagai berikut :
Jika bacaan manometer tiga kali berturut-turut menunjukkan nilai > 150 kg/cm 2
Jika alat sondir terangkat ke atas sedangkan bacaan manometer belum
menunjukkan angka yang maksimum maka alat sondir diberi pemberat
Perhitungan
- Hambatan lekat (HL) dihitung dengan rumus
= ( )
= ( )
=
- Jumlah hambatan lekat
A = interval pembacaan = 20 cm
B = faktor alat = = 10 cm
Keuntungan alat sondir
a. Dapat dengan cepat menentukan lapisan keras
b. Dapat diperkirakan perbedaan lapisan
c. Dengan rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk menghitung daya dukung
tiang
d. Cukup baik untuk digunakan pada lapisan yang berbutir halus
Kekurangannya
a. Jika terdapat batuan lepas bisa memberikan indikasi lapisan keras yang salah
b. Tidak dapat mengetahui jenis tanah secara langsung
c. Jika alat tidak lurus dan konus tidak bekerja baik maka hasil yang diperoleh bisa
meragukan
5. Percobaan permeabilitas
Untuk mengukur rata-rata aliran air melalui suatu jenis tanah.
Percobaan dengan menurunkan muka air adalah percobaan yang paling
sederhana dan baik untuk tanah berbutir halus sedang cara dengan permukaan tetap
lebih teliti tetapi juga tidak cocok untuk tanah berbutir kasar. Percobaan Packer sering
digunakan pada batuan sedang percobaan dengan pemompaan bisa dilaksanakan
baik tanah maupun batuan dengan permeabilitas tinggi dan biasanya digunakan untuk
mengevaluasi sumber air (aquifer) untuk penyediaan air.
Perhitungan:
= ln > 10
2
= sin 1 > 10 > >
2
k = permeabilitas
Q = aliran rata-rata konstan dalam lubang
L = panjang bagian yang diuji
H = perbedaan tinggi muka air
r = jari-jari lubang yang diuji
2
= 2.09 1
sin 1 ( )
[ ]
Waktu maksimum
Perhitungan koefisien permeabilitas
(sin 1 ( ) 1) 2
20 : 525.6 ( )
2 20
BAB II
MEKANIKA TANAH
Prosedur Pelaksanaan
1. Cincin dalam keadaan bersih ditimbang (W 1).
2. Benda uji (undisturb) disiapkan dengan menekan cincin pada tabung contoh sampai
cincin terisi penuh.
Perhitungan
= ( )
Prosedur Pelaksanaan
1. Tanah yang akan diperiksa baik disturb maupun undisturb ditempatkan dalam
cawan yang bersih, kering, dan telah diketahui beratnya (disturb), dan dalam cincin
(undisturb).
2. Kedua wadah tersebut beserta isinya kemudian ditimbang dan beratnya dicatat
dalam formulir yang tersedia.
3. Kemudian kedua wadah tersebut dipanaskan dalam oven pemanas / heater sampai
berat contoh tanah konstan.
4. Setelah konstan, kedua wadah tersebut didinginkan dalam desikator.
5. Setelah dingin, ditimbang dan beratnya dicatat.
Perhitungan
Berat wadah + tanah basah = W 1 gram.
Berat wadah + tanah kering = W 2 gram.
Berat wadah kosong = W 3 gram.
Berat air = (W 1 W 2) gram.
Berat tanah kering = (W 2 W 3) gram.
= %
Prosedur Pelaksanaan
a. Kalibrasi Piknometer
1. Timbang piknometer dalam keadaan bersih dan kering (W 1)
2. Isi piknometer dengan air suling dengan suhu ruang, kemudian timbang
beratnya (W a) dan ukuran suhu air tersebut (ta)
=
Dimana :
W4 : berat piknometer dan air pada suhu T.
Wa : berat piknometer dan air pada suhu Ta.
W1 : berat piknometer.
k : perbandingan kerapatan air pada suhu standar (25 o C) dibanding
kerapatan air pada suhu tertentu (suhu ruang).
b. Benda Uji
1. Siapkan contoh (disturb dan undisturb) tanah sebanyak 6,25 gram dan
kemudian keringkan dengan oven.
2. Masukkan contoh tanah.
3. Timbang contoh tanah + piknometer (W 2).
4. Didihkan contoh tanah tersebut dengan menggunakan larutan gliserin untuk
menghilangkan udara yang terperangkap dalam contoh tanah atau dengan
menghisap udara yang terperangkap dengan pompa vakum.
5. Rendam dan diamkan piknometer sampai mencapai suhu konstan dan tambah
air suling sampai batas leher. Bersihkan bagian luar piknometer dan keringkan
kemudian timbang (W 3).
Perhitungan
=
( ) + ( )
Prosedur Pelaksanaan
1. Ambil contoh tanah (disturb) secukupnya.
2. Tempatkan dalam cawan porselin dan campurkan dengan air suling sebanyak 15
20 ml. Campur dengan merata dengan bantuan spatula.
3. Ambil contoh tanah yang telah terampur homogen dan taruh pada cawan alat
cassagrande.
4. Ratakan permukaan contoh tanah dalam cawan sehingga sejajar dengan
permukaan alas cawan.
5. Buat alur di tengah pada contoh tanah tersebut (dibelah) dengan bantuan grooving
tool.
6. Pasang cawan pada rangkaian alat cassagrande kemudian operasikan.
7. Hentikan percobaan apabila alur yang telah dibuat telah menyatu kembali pertama
kali, dan hitung berapa ketukan yang dibutuhkan.
8. Ambil contoh tanah sebagian untuk diperiksa kadar airnya dalam wadah yang telah
diketahui beratnya.
9. Ulangi percobaan di atas dengan kadar air yang berbeda (minimal 4 kali).
Perhitungan
Buat grafik dimana absis adalah jumlah ketukan (N) dan ordinat adalah kadar air
contoh tanah yang bersangkutan. Yang disebut batas cair adalah kadar air dimana N = 25
ketukan.
Prosedur Pelaksanaan
1. Tempatkan contoh tanah dalam cawan pecampur dan campurkan dengan air suling
sehingga contoh tanah jenuh dan tidak lagi terdapat gelembung udara. Kadar air
yang dibutuhkan minimal sama dengan kadar air pada batas cair.
2. Ambil contoh tanah secukupnya dari cawan pencampur, kemudian buat gulungan
kecil-kecil dengan 3,2 mm dan panjangnya 8 cm sebanyak 8 buah.
3. Setelah jadi, bagi 2 gulungan tadi dan tempat pada 2 wadah yang berbeda. Berarti
satu wadah terdapat 4 gulungan.
4. Lakukan prosedur penentuan kadar air.
Perhitungan
Sama dengan perhitungan kadar air.
Prosedur Pelaksanaan
1. Benda uji dikeringkan dalam oven/heater.
2. Saringan benda uji lewat uuran saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan mesin pengguncang selama
15 menit.
3. Benda uji yang tertahan pada masing-masing saringan ditimbang.
Perhitungan
= ( + )
= 100%
= 100%
<50% halus
TANAH BERBUTIR KASAR
PROSEDUR IDENTIFIKASI
(Untuk fraksi lebih halus dari saringan No. 4)
Keteguhan
Kekuatan kering Dilatansi
(konsistensi
(karakteristik (reaksi thd
mendekati batas
pecah) goncangan)
plastis)
ML Nol rendah Lambat cepat Nol Berikan nama jenis tanahnya,
tingkat dan sifat plastisitas,
CL Rendah tinggi Lambat Sedang jumlah dan ukuran maksimum
OL Rendah tinggi Lambat Rendah dari tanah berbutir kasar, warna
dan kondisi basah, bau bila ada,
Tidak bereaksi
MH Rendah sedang Rendah sedang nama setempat atau nama
sgt lambat
geologi dan keterangan lainnya
CH Tinggi sgt tinggi Tidak bereaksi Tinggi untuk deskripsi serta symbol
Tidak bereaksi tanah dengan huruf kapital.
OH Sedang tinggi Rendah sedang
sgt lambat Untuk tanah tidak terganggu
diperlukan keterangan
Secara langsung dapat diidentifikasikan dari warna, bau. tambahan seperti struktur,
Pt Rasanya seperti bunga kerang dan seringkali teksturnya perlapisan, konsistensi tidak
berbentuk serat. terganggu dan remasan, kondisi
kadar air dan drainase.
Berdasarkan pada prosentase bahan halus (fraksi lebih halus dari mess D60
Tentukan prosentase kerikil dan pasir dari kurva pembagian butir.
(D30)2
Cc = ---------- antara 1 dan 3
D10 x D60
GP Tidak ditemukan semua persyaratan gradasi untuk GW
GW, GP, SW, SP
GM, GC, SM, SC
(D30)2
c. 5 % - 12 %
Prosedur Pelaksanaan
1. Rendam 50 gram contoh tanah yang lolos saringan No. 200 dengan disversi water
glass. Aduk sampai merata dan biarkan 24 jam.
2. Sesudah perendaman, campuran dipindahkan dalam mangkok pengaduk dan
tambahkan air suling secukupnya. Aduk dengan pengaduk mekanik selama 15
menit.
3. Pindahkan campuran ke dalam tabung gelass ukuran dan tambahkan air suling
sampai 100 ml. Mulut tabung ditutup rapat dengan telapak tangan dan kocok dalam
arah horizontal selama 1 menit.
4. Setelah dikocok, tabing diletakkan dan masukkan hidrometer dengan hati-hjati dan
biarkan terapung bebas, lalu jalankan stop watch / jam. Angka hidrometer dibaca
pada waktu-waktu 0,5 , 1, 2 menit dan dicatat pembacaan-pembacaan itu sampai
0,5 gr/lt yang terdekat atau mendekati 0,001 berat jenis. Sesudah pembacaan pada
menit kedua, hidrometer diangkat hati-hati. Kemudian dicucii dengan air suling dan
masukan ke dalam tabung yang berisi air suling yang bersuhu sama seperti suhu
tabung percobaan.
Perhitungan
Hitung persen berat dan butiran yang lebih kecil dari diameter dengan rumus :
( + )
= %
Tabel Faktor Koreksi a Untuk Hidrometer 152 H Terhadap Berat Jenis Tanah (ASTM D 421)
1. 2,95 0,94
2. 2,90 0,95
3. 2,85 0,96
4. 2,80 0,97
5. 2,75 0,98
6. 2,70 0,99
7. 2,65 1,00
8. 2,60 1,01
9. 2,55 1.02
10. 2,50 1,03
11. 2,45 1,05
6. Kapi.
7. Saringan No. 4.
8. Kuas.
9. Wadah / cawan.
10. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
Prosedur Pelaksanaan
1. Contoh tanah sebanyak 2 kg (disaring dengan mess No. 4) dikeringkan.
2. Sample tanah dibagi menjadi tiga bagian yang sama, kemudian dicampur dengan
air yang sudah ditentukan dan diaduk sampai rata.
3. Untuk sample yang pertama tidak perlu ditambahkan air, atau dianggap
penambahan air sebanyak 0 ml, selanjutnya penambahan air dilakukan sebanyak
15 ml.
4. Penambahan air pada sample diatur setiap kelipatan 15 ml, sehingga didapatkan
kadar air benda uji masing-masing 1-3 %.
5. Timbang cetakan (mold) dan alasnya dengan ketelitian 5 kg.
6. Mold dan keeping dijadikan satu dan ditempatkan pada alas yang kokoh.
7. Ambil salah satu dari contoh tanah (yang sudah dicampur air dan dibagi menjadi
tiga), lalu dipadatkan dengan cara :
- Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk standart 2,5 kg. Dengan tinggi
jatuh 30,5 cm.
- Tanah dipadatkan dalam tiga lapisan dan tiap lapisan didapatkan dengan 25
tumbukan.
8. Potong kelebihan tanah dari bagian keliling leher dengan pisau dan lepeskan leher
sambung.
9. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan tanah sehingga betul-betul rata
dengan permukaan cetakan.
10. Timbang cetakan berisi sample uji dengan ketelitian 1 kg.
11. Keluarkan benda uji tersebut dan ambil sebagian kecil untuk pemeriksaan kadar air.
12. Selanjutnya uji pemadatan dilakukan dengan menambahkan sample dengan
kelipatan 15 ml sampai total air yang ditambahkan pada sample sebanyak 75 ml.
Prosedurnya sama dengan diatas.
Perhitungan
Berat isi tanah :
=
Berat isi kering :
=
( + )
Dimana:
B1 : berat mold.
B2 : berat + berat mold.
V : volume mold
W : kadar air sesudah kompaksi.
Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan benda uji sebanyak 3 buah (undisturb)
2. Hitung luas dan volume dari benda uji
3. Masukan benda uji kedalam cincin geser yang masih terkunci menjadi satu, posisi
tanah berada pada dua batu pori.
4. Atur posisi setang penekan dalam posisi vertical dan tepat menyentuh bidang
penekan.
5. Putar engkol pendorong sampai tepat menyentuh stang penggeser benda uji.
6. Buka kunci cincin geser.
7. Pasang dial konsolidasi pada posisi Nol (0).
8. Berikan beban normal pertama sesuai dengan beban yang diperlukan.
9. Putar engkol pendorong sehingga tanah mulai menerima benda geser. Baca nilai
proving ring dan dial pergeseran setiap 15 detik sampai terapai beban maksimum
atau deformasi 10 % benda uji.
10. Berikan beban normal pada benda uji kedua dan ketiga sebesar 2 kali dan 3 kali
beban normal pertama dengan mengulangi prosedur di atas.
Perhitungan
Tegangan normal : Tegangan geser :
= =
Kuat geser :
= +
Dimana:
N : beban (kg).
A : luas contoh (cm2).
P : tekanan terbesar (kg/cm 2).
c : kohesi.
: sudut geser dalam ( o ).
Tabel Kerapatan Relatif, Kerapatan Kering, dan Nilai Untuk Pasir Kuarsa
Keterangan :
1. Dial pengeser 8.Box gigi penggerak
2. Bak perendam 9. Meja pudukan
3. Plat beban 10. Engkol pemutar
4. Lengan keseimbangan 11. Skrup pendorong
5. Dial konsolidasi 12. Tiang penekan
6. As pendorong 13. Landasan bawah
7. Proving ring 14. Beban
BAB III
MEKANIKA BATUAN
Sehingga mekanika batuan tidak sama dengan ilmu geologi yang didefinisikan
oleh TALOBRE sebagai berikut deskriptif yang mengidentifikasikan batuan dan
mempelajari sejarah dari batuan.
2. Menurut COATES
a. Mekanika adalah ilmu yang mempelajari efek dari gaya atau tekanan pada
sebuah benda. Efek ini bermacam-macam, misalnya percepatan, kecepatan,
perpindahan.
b. Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari efek dari pada gaya terhadap
batuan. Efek utama yang menarik bagi para geologiawan adalah perubahan
bentuk.
3. Bagi para insinyur, mekanika batuan adalah :
a. Analisis dari pada beban atau gaya yang dikenakan pada batuan.
b. Analisis dari dampak dalam yang dinyatakan dalam tegangan (stress),
regangan (strain) atau energi yang disimpan.
c. Analisis akibat dari dampak dalam tersebut, yaitu rekahan (fracture), aliran atau
deformasi dari batuan.
4. Menurut US National Committee on Rock Mechanics (1964) :
Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku
(behaviour) batuan baik secara teoritis maupun terapan, merupakan cabang dari
ilmu menkanika yang berkenaan dengan sikap batuan terhadap medan-medan
gaya pada lingkungannya.
4. Analisis mekanika tanah dilakukan pada bidang, sedang analisi mekanika batuan
dilakukan pada bidang dan ruang.
5. Mekanika batuan dikembangkan secara terpisah dari mekanika tanah, tetapi ada
beberapa yang tumpang tindih.
6. Mekanika bauan banyak menggunakan :
a. Teori elastisitas.
b. Teori plastisitas.
c. Mempelajari batuan, system struktur batuansecara eksperimen.
BATUAN
SIFAT TANAH
BATU
BERKOHESI TIDAK BERKOHESI
Kebundaran
Keterpilahan
Warna
Kelapukan
Permeabilitas
Kerapatan
Kehalusan
Lebar bukaan
Isian
Kepadatan Relatif
Konsistensi
Kekuatan
Kedua sifat tersebut dapat ditentukan baik di laboratorium maupun di lapangan (in
situ). Penentuan di laboratorium pada umumnya dilakukan terhadap percontohan yang
diambil di lapangan. Satu per satu contoh dapat digunakan untuk menentukan kedua sifat
batuan. Pertama-tama adalah penentuan sifat fisik batuan yangmerupakan pengujian
tanpa merusak, kemudian dilanjutkan dengan penentuan sifat mekanik batuan
yangmerupakan pengujian merusak, sehingga percontohan hancur.
Kegunaan
Untuk mengetahui karakteristik dasar batuan, seperti porositas, kadar air, void ratio,
dan lain-lain.
Prosedur Pelaksanaan
Sesuai dengan prosedur yang ada di lembar kerja.
Perhitungan
Sesuai dengan perhitungan yang ada dalam lembar kerja.
Tabel Klasifikasi Hard And Soft Rock Berdasarkan Porositas dan Void Ratio
bentuk pecahan tidak berbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya melainkan
berbentuk cone.
Sebagai perilaku pecahnya contoh batuan menurut HAWKES dan MELLOR (1970)
ada 3 macam, yaitu :
1. Pecahnya secara kataklastik
Merupakan peretakan bagian dalam secara umum oleh pembentukan multi rekahan
searah dengan penekanan. Apabila contoh tersebut pecah tampak tertinggal
fragmen berbentuk kerucut diujungnya, bersama-sama dengan potongan batuan
yang panjang dari sekitar keliling contoh tersebut.
2. Pecah searah bidang belah sumbu atau pecah vertical
Memperlihatkan terjadinya satu rekahan utama atau lebih panjang arah penekanan.
3. Pecah searah bidang geser
Yaitu pecahnya contoh batuan sepanjang bidang miring tunggal.
Kegunaan
Untuk mengetahui kekuatan batuan terhadap tekanan beban, sudut geser dalam,
dan kohesi batuan.
Prosedur Pelaksanaan
1. Contoh batuan diukur panjangdan diameternya dengan jangka sorong.
2. Dihitung luas permukaannya.
3. Tentukan harga perbandingan L/D dengan menggunakan table Concrete Strenght
Coreection Factor Percent.
4. Letakkan contoh batuan diantara pelat penekan, dimana jarun manometer harus
menunjukkan angka nol.
5. Tekan contoh batuan secara perlahan-lahan sampai pecah dan catat harganya.
Harga di sini harga minimum.
6. Ukur sudut pecah pada contoh dengan tujuan untuk mendapatkan harga sudut
geser.
Perhitungan
Dari percobaan didapat harga :
1. Beban maksimum ( P ) lbs. 3. Tinggi contoh ( t ) cm.
2. Diameter ( ) cm. 4. Sudut pecah ( ) o.
= ()
L/D koreksi :
% ( )
Beban efektif :
= .
( )
Prisma :
Setelah perhitungan di atas, dicari nilai tegangan geser dengan menggunakan Lingkaran
Mohr.
L/D .00 .01 .02 .03 .04 .05 .06 .07 .08 .09
1.0 85.8 86.7 86.6 87.0 87.4 87.7 88.0 88.4 88.7 89.0
1.1 89.3 89.6 89.9 90.2 90.5 90.8 91.1 91.4 91.6 91.9
1.2 92.1 92.4 92.7 93.0 93.2 93.5 93.7 94.0 94.2 94.5
1.3 94.6 94.8 95.0 95.2 95.3 95.5 95.6 95.8 95.9 96.1
1.4 96.2 96.3 96.4 96.5 96.7 96.8 96.8 96.9 97.0 97.0
1.5 97.1 97.2 97.3 97.4 97.4 97.5 97.5 97.7 97.8 97.6
1.6 97.8 97.8 97.9 97.9 98.0 98.0 98.1 98.1 98.2 98.2
1.7 98.3 98.4 98.4 98.5 98.6 98.6 98.7 98.7 98.9 98.2
1.8 98.9 99.5 99.0 99.1 99.1 99.2 99.2 99.3 99.3 99.4
1.9 99.5 100.1 99.6 99.6 99.7 99.8 99.8 99.9 99.9 100.0
2.0 100.0 100.7 100.1 100.2 100.2 100.3 100.4 100.4 100.5 100.5
2.1 100.6 101.3 100.8 100.8 100.8 100.9 101.0 101.0 101.1 101.7
2.2 101.2 101.9 101.4 101.4 101.5 101.5 101.6 101.7 101.7 102.3
2.3 102.4 102.5 102.4 102.0 102.1 102.1 102.0 102.2 102.3 102.9
2.4 103.0 103.1 102.6 102.6 102.7 102.7 102.8 102.8 102.9 103.5
2.5 103.0 103.7 103.1 103.2 103.2 103.3 103.4 103.4 103.5 104.1
2.6 104.2 104.3 103.7 103.8 103.9 103.8 104.0 104.1 104.1 104.7
2.7 104.8 104.9 104.3 104.4 104.5 104.0 104.6 104.7 104.7 105.2
2.8 104.8 105.5 104.9 105.0 105.1 104.6 105.2 105.3 105.2 105.3
2.9 105.4 105.5 105.5 105.5 105.7 105.2 105.8 105.8 105.9 105.9
SOIL
ROCK
17.600 - 77 12.600 - 84
20.150 - 124 7.400 - 38
25.225 - 193 2.925 - 20
29.750 - 300
granit
sabak
basalt
skiss
gneis
batupasir
kuarsit
Batu kapur
beton
Di mana :
S : kekuatan geser tanah
c : kohesi tanah
: sudut geser dalam
n : tegangan normal
: tegangan geser
Tahun 1925 terjadi perubahan rumus COULOMB dengan memasukan unsur tegangan air
pori (uplift pressure)
Dimana :
c : kohesi tanah kuat
n : tegangan normal efektif
u : tegangan pori air
: sudut geser dalam efektif
Pada beberapa percobaan kuat tekan bebas dihasilkan pecahan yang mempunyai
sudut dengan bidang datar. Sudut tersebut disebut sudut pecah. Pada bidang pecah
tersebut bekerja gaya-gaya yaitu gaya normal dan gaya geser, sebagai akibat tegangan
utama yang bekerja yaitu T1. Sedangkan untuk T2 dan T3 = 0.
Lihat gambar :
Untuk penentuan tegangan normal dan tegangan geser pada percobaan ada sedikit
penentuan, yaitu :
1. Karena T2 dan T1 = 0, maka dalam pembuatan lingkaran Mohr nilai T 3 = 0, berarti
lingkaran stress bagian kiri menempel pada absis / konsonan Y.
2. Penentuan nilai tegangan normal dan tegangan geser pada bidang geser, dapat
dilihat langsung dengan melihat :
a. Sumbu Y untuk nilai tegangan geser.
b. Sumbu X untuk nilai tegangan normal.
7. Buatlah garis lurus (garis a) dari sudut pecah tadi sampai menyinggung garis
lingkaran.
8. Dari titik persinggungan antara garis a dengan lingkaran, buatlah garis tegak lurus
(garis b) terhadap garis a yang menyinggung lingkaran sampai sumbu Y.
9. Titik persinggungan antara garis b dengan sumbu Y adalah sebagai nilai c (kohesi).
10. Sudut yang dibentuk antara garis b dengan bidang horisontal adalah sudut .
11. Dari titik persinggungan antara garis a dengan lingkaran, tarik garis horizontal ke
arah sumbu Y, nilai yang didapatkan pada sumbu Y adalah nilai tegangan geser ().
12. Dari titik persinggungan antara garis a dengan lingkaran, tarik garis vertical ke arah
sumbu X, nilai yang didapatkan pada sumbu X adalah nilai tegangan normal (n).
13. Hitung besarnya kuat geser (S).
14. Hasil tegangan normal dan tegangan geser yang didapatkan dari lingkaran Mohr
adalah hasil secara grafis. Cocokan hasil secara grafis tersebut dengan perhitungan
secara matematis terhadap tegangan normal dan tegangan geser.
Dimana besarnya tegangan geser secara matematis adalah :
= ( + )
n X
Untuk mengetahui klasifikasi batuan. Prinsip kerja alat point load test adalah menekan
contoh batuan pada sumbunya dari 2 arah dengan penekanan yang berbentuk conical.
Prosedur Pelaksanaan
1. Contoh batuan diukur dulu panjangnya (L) dan (D) dengan menggunakan selipper
atau jangka sorong, dan tentu saja metode uji beban titik berdasarkan syarat-syarat
di bawah ini :
a. Diametral test L = 0,7 D
b. Axial test D/L = 1,1 0,05
c. Irregular test D/L = 1,0 sampai 1,4
2. Tempatkan contoh batuan diantara 2 conical, kemudian tekan alat point load test
secara perlahan-lahan dengan melihat pergerakan jarum manometer.
3. Tentukan nilai manometer maksimum, yaitu nilai manometer pada saat batuan
pecah.
Perhitungan
Faktor koreksi manometer :
Beban efektif :
Is :
SOIL
21 - 1.25 17 0
25 0 15 -3
29 1 7 -2
34 2.5 3 -1
Kegunaan
Untuk mengetahui kualitas batuan hasil pemboran inti.
Prosedur Pelaksanaan
1. Amati core yang telah ditentukan.
2. Deskripsikan masing-masing core yang hanya mempunyai panjang minimal 10 cm.
3. Pendeskripsian adalah merupakan gabungan antara prosedur standar deskripsi
batuan dengan pendeskripsian secara geologi teknik.
4. Catat keseluruhan panjang core, baik yang lebih dari 10 cm atau pun kurang dari
10 cm.
Perhitungan
= 100%
> 10
= 100%
1. 0 25 Very poor
2. 25 50 Poor
3. 50 75 Fair
4. 75 90 Good
5. 90 100 Excellent
Berikut ini adalah prosedur perhitungan untuk mendapatkan nilai RQD berdasarkan
sampel core.
BAB IV
APLIKASI GEOLOGI TEKNIK
Suatu massa seberat W yang berada dalam keadaan setimbang diatas satu bidang
membetuk sudut terhadap horizontal. Gaya berat yang memiliki arah vertikal dapat
diuraikan pada arah sejajar dan tegak lurus bidang miring. Komponen gaya berat yang
sejajar bidang miring dan cenderung membuat benda menggelincir adalah W sin atau
gaya penggerak, sedangkan komponen gaya yang tegak lurus bidang dan merupakan gaya
yang menahan benda untuk menggelincir adalah W cos atau gaya normal
Klasifikasi longsoran oleh Varnes (1978, dalam M.J. Hansen, 1984) yang digunakan oleh Highway
Research Board Landslide Comitte (1978, dalam Sudarsono & Pangular, (1986).
Berdasarkan bentuk longsoran, maka tata nama tubuh longsoran dapat diberikan
dengan melihatnya dari bagian atas lereng atau di mahkotanya. Tata nama tersebut secara
sederhana dapat diuraikan berdasarkan HWRLBC, (1978 ; dalam Pangular, 1985) yang
mengacu pada Varnes (1978).
Tubuh longsoran (HWRBLC, Highway Researh Board Landslide Comitte 1978 ; dalam Pangular,
1985 ; menurut Varnes 1978, dalam Burma & Van Asch,1997)
kedudukan muka airtanah, dan kondisi drainase setempat sangat berkaitan pula dengan
kondisi kestabilan lereng.
Dalam bidang teknik sipil ada 3 macam lereng yang perlu kita perhatikan yaitu :
Faktor aman didefinisikan sebagai nilai banding antara gaya yang menahan dan gaya yang
menggerakkan.
Menurut Bowles (1991), kelompok rentang faktor keamanan (FK) dapat dibagi 3
ditinjau dari intensitas kelongsorannya, yaitu:
Lereng yang stabil memiliki harga FK yang tinggi dan lereng yang tidak stabil
memiliki harga FK yang rendah. Faktor keamanan lereng tersebut harganya tergantung
pada besaran ketahanan geser dan tegangan geser, dimana keduanya bekerja saling
berlawanan arah disepanjang bidang gelincir. Bidang gelincir tersebut terletak pada zona
terlemah didalam tubuh lereng. Jika harga FK = 1,07 maka longsor akan berhenti jika
ketahanan geser batuan penyusun mampu menopang geometri lereng yang baru (yang
lebih landai) dan FKnya menjadi lebih tinggi.
Geometri lereng ditampilkan sebagai bentuk penampang tegak lurus sumbu lereng
yang terdiri dari sudut kemiringan, ketinggian puncak dan panjang permukaan lereng,
sebagai penciri geometri lereng tersebut berpengaruh terhadap kestabilannya. Suatu
massa tanah/batuan memiliki harga batas ketahanan tertentu dalam membenuk suatu
ukuran geometri lereng, sehingga penciri geometri memiliki harga kritis tertentu
pula.Lereng berkestabilan kritis bila nilai salah satu atau lebih penciri geometrinya sama
dengan harga kritisnya, bahkan gerakan tanah bisa terjadi bila nilainya melebihi harga
kritisnya.
Batuan/massa tanah pembentuk lereng memiliki sifat fisik yaitu berat isi (G wet) dan
sifat mekanik yang terdiri dari kohesi (c) dan sudut geser dalam (). Kedua sifat ini harganya
sangat dipengaruhi oleh kadar air tanah (w). Harga-harga sifat fisik dan mekanik tersebut
akan menentukan kestabilan suatu lereng. Selama harga-harga sifat fisik dan mekanik
tersebut masih dapat membentuk suatu harga tahanan geser yang cukup besar didalam
tubuh lereng, sampai harga batas maksimal harga kadar air (w) tertentu, maka lereng masih
akan tetap stabil.
b. Faktor Luar
Faktor-faktor yang berasal dari luar massa tanah atau batuan pembentuk lereng
yang berpengaruh terhadap kestabilan lereng yang dibentuk, meliputi beban dan vegetasi,
gempa dan hujan atau air dari sumber yang lain.
1) Vegetasi
Beban tanaman (vegetasi) pada massa pembentuk lereng berasal dari tanaman
keras yang berpengaruh terhadap penambahan beban pada massa lereng. Sedangkan
adanya jalinan akar vegetasi akan menambah semakin kuatnya lereng.
Gerakan tanah sangat rentan terjadi pada daerah yang bervegetasi jarang dan
batuan yang tidak stabil. Dapat berupa kurang kompaknya lapisan penyusun batuan.
2) Gempa
Gempa bumi merupakan penyebab permukaan tanah beserta segenap bangunan
diatasnya berguncang. Gempa berasal dari energi regangan (strain energy) yang lepas
secara tiba-tiba, setelah terhimpun secara beragsur-angsur selama kurun waktu tertentu.
Proses tersebut menimbulkan penjalaran getaran ke segala arah dalam tubuh bumi,
termasuk tubuh lereng yang akhirnya dapat berfungsi sebagai pemicu terjadinya gerakan
tanah.
3) Curah Hujan
Air hujan jika meresap kedalam tanah dapat meningkatkan kadar air dalam tanah
pembentuk lereng, yang berakibat pada penurunan kohesi, sudut geser dalam dan
kenaikan berat isi tanah. Air akan memperkecil ketahanan geser massa tanah pada lereng
dan menaikkan tekanan pori yang dapat mengakibatkan longsor.
= . + {( + ) cos } tan
= ( )
= ( + ) sin
Keterangan:
F = faktor keamanan lereng = gaya ketahanan geser / tahanan geser
W = bobot massa di atas segmen L (ton) = sudut yang dibentuk oleh bidang
gelincir dengan bidang horisontal
V = beban luar (ton)
(derajat)
Cara ini juga dapat digunakan oleh para inspektur tambang atau pengawas
keselamatan kerja dimana perkiraan stabilitas lereng secara cepat dapat dihitung walaupun
relatif tidak terlalu teliti.
Hoeks Charts ini yang dibuat oleh E. Hoek dan Bray dalam Rock Slope
Engineering, second edition. The Institute of Mining and Metallurgy, London 1977. Cara
memakai chart ini sangat sederhana dan cukup memberikan hasil yang dapat dipercaya.
Langkah-langkahnya adalah :
a. Buatlah gambar lereng yang akan di analisis sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Pada gambar itu dibuat perkiraan garis lengkungan level air tanahnya. Dari gambar
ini pilih salah satu chart dengan kondisi air tanah yang paling sesuai diantara lima
kondisi air yang digambarkan oleh Hoek.
b. Hitung harga
..tan
Dimana : c = kohesi
= sudut geser dalam efektif
= bobot isi rata-rata material
H = tinggi lereng total
=0
. . tan
c. Kemudian dari titik luar chart dari nilai , tarik garis radial kedalam sampai
..tan
memotong sudut yang sama dengan sudut lereng yang dianalisis .
d. Dari titik potong pada p, tarik garis vertikal ke bawah dan horizontal ke kiri untuk
mendapatkan harga:
tan dan
. .
Dari salah satu harga (pilih yang paling suka) Harga Faktor Keamanan (FK)
dapat dihitung.
Lima Kondisi Permukaan Air Tanah yang Digunakan Untuk Analisis Grafis Hoeks Charts
Data yang diperlukan dalam suatu perhitungan sederhana untuk mencari nilai FK (faktor
keamanan lereng) adalah sebagai berikut :
a. Data lereng (terutama diperlukan untuk membuat penampang lereng)
meliputi : sudut lereng, tinggi lereng, atau panjang lereng dari kaki lereng ke
puncak lereng.
b. Data mekanika tanah :
- sudut geser dalam (derajat)
- bobot isi tanah basah ( wet ; g/cm atau kN/m atau ton/m)
- kohesi (c ; kg/cm atau kN/m atau ton/m)
- kadar air (,%)
Data mekanika tanah yang diambil sebaiknya dari sampel tanah tak terganggu. Kadar air
tanah ( ) diperlukan terutama dalam perhitungan yang menggunakan komputer (terutama
bila memerlukan data dry atau bobot satuan isi tanah kering, yaitu : dry = wet / ( 1 + ).
Pada lereng yang dipengaruhi oleh muka air tanah nilai F (dengan metoda sayatan,
Fellenius) adalah sbb.:
. + tan . ( cos )
=
( sin )
c = kohesi ( 2 )
= sudut geser dalam (derajat)
Pada lereng yang tidak dipengaruhi oleh muka airtanah, nilai F adalah :
. + tan . ( cos )
=
( sin )
Berikut ini adalah contoh perhitungan faktor keamanan cara Fellenius pada lereng
tanpa pengaruh muka air tanah, namun sebelumnya ada beberapa langkah yang perlu
diikuti :
1. Membuat sketsa lereng berdasarkan penampang lereng.
2. Membuat sayatan sayatan vertikal sampai batas bidang gelincir.
3. Membuat tabel untuk perhitungan
KETERANGAN :
Untuk menghitung nilai FK, data- data di atas dimasukkan dalam tabel
Hitung jumlah L, jumlah sin dan cos masukkan dalam rumus F, didapat
nilai F.
Data-data yang diperoleh dari lapangan maupun dari hasil pengujian laboratorium
dikelompokkan dan dianalisis untuk mendapatkan jenis tanah, sifat fisik dan sifat mekanik.
Berdasarkan pendekatan tersebut dapat ditentukan bidang longsornya berdasarkan
pendekatan penyelidikan geologi teknik, faktor kelongsoran, kestabilan lereng dan
memberikan informasi secara jelas tentang tatanan geologi dan pengaruh kondisi geologi
terhadap longsor pada daerah penelitan.
Analisis kestabilan lereng dengan metode irisan digunakan bila tanah tidak
homogen. Bila tanah tidak homogen dan aliran rembesan terjadi didalam tanahnya
memberikan bentuk aliran dan berat volume tanah yang tidak menentu. Metode Bishop
menganggap bahwa gaya-gaya yang bekerja pada sisi-sisi irisan mempunyai resultan nol
pada arah vertikal.
Gaya normal yang bekerja pada suatu titik dilingkaran bidang longsor, terutama
dipengaruhi oleh berat tanah diatas titik tersebut. Dalam metode irisan, massa tanah yang
longsor dipecah-pecah menjadi beberapa irisan vertikal Keseimbangan dari tiap-tiap irisan
diperhatikan memperlihatkan suatu irisan yang bekerja padanya. Gaya-gaya ini terdiri dari
gaya geser (Xr dan Xl) dan gaya normal efektif (Er dan El) di sepanjang irisannya, dan juga
resultan gaya geser efektif (Ti) dan resultan gaya normal efektif (Ni) yang bekerja di
sepanjang dasar irisannya. Pada irisannya, tekanan air pori Ul dan Ur bekerja di kedua
sisinya, dan tekanan air pori Ui bekerja pada dasarnya.
Adapun bagan alir dari pengunaan software SLIDE adalah sebagai berikut :
Langkah langkah pengerjaan menggunakan software SLIDE adalah sebagai berikut ini :
DXF Options
Langkah selanjutnya ialah masukan hasil gambar geometri lereng yang telah anda
buat pada AutoCAD2007 (.dxf) lalu buka pada program SLIDE 6.0 ini
Open
Langkah selanjutnya boundary seluruh geometri lereng yang telah dibuat dengan
catatan apabila pada lereng hanya mempunyai 1 litologi atau lereng bersifat
homogen
Lalu akan muncul tampilan jendela seperti dibawah, untukUnit Weight, Cohesion
dan Phi didapatkan dari hasil uji Geologi Teknik
Setelah pada bagian jendelan Define Material Properties diatur sesuai data yang ada,
anda dapat melanjutkan pada proses Analysis Project Setting
Pada tampilan jendela Project Setting anda akan menemukan pilihan seperti General,
Methods, Groundwater, Transient dll
General
Methods
Groundwater
Grid Spacing
Hasil Interpret
Menurut Wesley (1977), pada prinsipnya cara yang dipakai untuk menjadikan lereng
supaya lebih stabil dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :
Umumnya kedua cara tersebut hanya dapat dipakai pada lereng yang mempunyai
ketinggian terbatas, yaitu mempunyai jenis gerakan tanah rotational slide. Cara ini
tentu kurang cocok apabila digunakan untuk lereng yang tinggi, dimana gerakan
tanahnya bersifat translational slide.
a. Dengan memakai counterweight, yaitu tanah timbunan pada kaki lereng. Hal ini
dilakukan agar gaya melawan lebih besar dibandingkan dengan gaya
penggerak sehingga faktor keamanan menjadi lebih besar.
c. Dengan cara mekanis, yaitu dengan memasang tiang atau membuat dinding
penahan.
Dengan membuat dinding penahan atau memasang tiang hanya dipakai pada
lereng yang mempunyai potensi gerakan tanah agak kecil. Umumnya pada
lereng yang tinggi, tekanan dari tanah yang mengalami gerakan tanah sangat
besar sekali dibandingkan dengan gaya yang dapat ditahan oleh dinding atau
tiang sehingga dinding atau tiang tersebut tidak akan berpengaruh. Tiang atau
dinding tersebut hanya akan berguna apabila diletakkan pada sesuatu yang
keras, misalnya lapisan batuan dibawah tanah yang mengalami gerakan tanah.
Dinding atau tiang tersebut dipasang pada tanah yang masih dapat bergerak
tentu tidak akan berpengaruh.