Anda di halaman 1dari 3

Nama: Ruchyta Ranti

ASITES NIM: 010516456

I. Definisi
Asites adalah keadaan patologis berupa terkumpulnya cairan dalam rongga
peritoneal abdomen. Asites biasanya merupakan tanda dari proses penyakit
kronis yang mungkin sebelumnya bersifat subklinis.

II. Pengelompokan
Berdasarkan jumlahnya ada tingkatan:
Grade 1: Sedang, hanya tampak pada pemeriksaan USG
Grade 2: dapat terdeteksi dengan pemeriksaan puddle sign dan shifting
dullness
Grade 3: tampak dari pemeriksaan inspeksi, dapat dikonfirmasi dengan tes
undulasi
Secara klinis dikelompokkan menjadi eksudat dan transudat:
Asites eksudatif:
Biasanya terjadi pada proses peradangan (biasanya infektif, misalnya pada
tuberculosis) dan proses keganasan. Eksudat merupakan cairan tinggi protein,
tinggi LDH, ph rendah (<7,3), rendah kadar gula, disertai peningkatan sel
darah putih.
Beberapa penyebab dari asites eksudatif: keganasan (primer maupun
metastasis), infeksi (tuberkulosis maupun peritonitis bakterial spontan),
pankretitis, serositis, dan sindroma nefrotik.
Asites transudatif:
Terjadi pada sirosis akibat hipertensi portal dan perubahan bersihan
(clearance) natrium ginjal, juga bisa terdapat pada konstriksi perikardium dan
sindroma nefrotik. Transudat merupakan cairan dengan kadar protein rendah
(<30g/L), rendah LDH, pH tinggi, kadar gula normal, dan sel darah putih
kurang dari 1 sel per 1000 mm.
Beberapa penyebab dari asites transudatif: sirosis hepatis, gagal jantung,
penyakit vena oklusif, perikarditis konstruktiva, dan kwasiokor.

III. Patofisiologi
Ada 3 kondisi yang memungkinkan terjadinya asites, yaitu:
Hipoalbumin
Retensi natrium dan air
ada tiga teori yang menyebabkan, yaitu underfill, overflow, dan vasodilatasi
perifer
Sintesis dan aliran limfe yang meningkat

IV. Gambaran Klinis


Pada asites derajat sedang sulit untuk dideteksi, tapi pada derajat yang lebih
berat bisa menimbulkan distensi abdomen. Pasien dengan asites biasanya akan
mengeluh perutnya yang bertambah berat dan tekanan yang meningkat, yang
berakibat terjadinya napas pendek (shortness of breath) karena keterbatasan
gerak dari diafragma.
Dari pemeriksaan fisik, ada tiga pemeriksaan yang dapat dilakukan berdasar
jumlah cairan asites. Pada asites yang minimal dapat dilakukan pemeriksaan

1|Asites
puddle sign, untuk derajat yang lebih berat dapat dilakukan pemeriksaan shifting
dullness dan tes undulasi (pada asites yang berjumlah 1,5 sampai 2 liter).

V. Pemeriksaan Penunjang
Analisa cairan asites
Untuk memeriksa warna, kadar protein, hitung sel bakteri, dan keganasan.
Asites biasanya berwarna kekuningan pada sirosis, kemerahan pada
keganasan, dan keruh pada infeksi. Hitung leukosit adalah >250 PMN/mL pada
peritonitis bakterialis. Pemeriksaan sitologi bisa menegakkan diagnosis
keganasan. Pada pankreatitis juga bisa terjadi asites, jadi amilase harus diukur.
USG abdomen
Digunakan untuk mengukur ukuran hati (kecil pada sirosis), tanda-tanda
hipertensi portal (splenomegali), dan lebamya vena portal dan vena hepatika
(untuk menyingkirkan dugaan trombosis vena hepatika dan sindrom Budd-
Chiari). Juga bermanfaat untuk menemukan kelainan fokal (mengarahkan
dugaan ke keganasan diseminata) dan untuk diagnosis tumor intraabdomen
(misalnya tumor ovarium).
Tes darah
Tes biokimia dan tes fungsi hati untuk mencari penanda sirosis hepatis
(kadar albumin rendah, hiperbilirubinemia, kenaikan enzim hati,
trombositopenia, dan lain-lain). Pemeriksaan penanda tumor jika ada dugaan
keganasan (terutama -fetoprotein untuk hepatoma, CA 125 untuk kanker
ovarium)

VI. Tatalaksana
Asites eksudatif: obati penyakit yang mendasari
Peritonitis bakterialis: diberikan antibiotik. Pada asites dengan kadar
protein rendah bisa diberikan antibiotik profilaksis.
Pada keganasan: obati keganasan yang menjadi penyebab (paling sering
kanker ovarium). Umumnya harus dilakukan parasentesis
terapeutik untuk mengurangi gejala. Pintasan peritovena
dengan pembedahan (shunt LeVeen) jarang dilakukan.
Asites transudatif
Diberikan pengobatan untuk penyakit dasar, dan dapat dipertimbangkan
untuk melakukan:
- restriksi cairan dan garam,biasanya cukup dengan restriksi cairan sampai
l-I,5/hari dan diet tanpa tambahan garam
- pemberian diuretik, umumnya digunakan spironolakton dengan atau tanpa
furosemid
- parasentesis terapeutik untuk asites refrakter (yaitu asites yang tidak
merespons terhadap terapi diuretik atau mengalami efek samping yang tak
bisa dihindari, hiponatremia, ensefalopati, dan lain-lain). Indikasi
parasentesis: asites permagna, ada edema tungkai, derajat Child B (pada
sirosis hepatis), protombin >40%, bilirubin serum <10, trombosit >40.000,
serum kreatinin <3.

VII. Komplikasi
Peritonitis bakterial spontan:
Adalah suatu bentuk peritonitis yang timbul pada pasien dengan sirosis dan
pada anak-anak dengan sindroma nefrotik. Sering terjadi pada 10-30%
penderita asites yang dirawat di rumah sakit. Gejala yang dikeluhkan pasien
meliputi demam, menggigil, mual, muntah, kaku pada dinding perut, dan lemah

2|Asites
badan. Pada pemeriksaan fisik bisa didapat nyeri tekan dan nyeri tekan lepas,
redup hepar yang menghilang, dan penurunan status mental. Gejala lanjutan
dapat berupa nyeri perut dan asites yang membesar. Seluruh penderita
peritonitis bakterial spontan harus menjalani parasentesis untuk menegakkan
diagnosisnya. Secara epidemiologi, 70% dari analisis cairan asites penderita
peritonitis bakterial spontan merupakan gram negatif, sedangkan 30%
merupakan golongan kokus gram positif. Dari analisis cairan asites, dikatakan
terjadi peritonitis bakterial spontan apabila jumlah PMN >250 mm 2. Tatalaksana
pada peritonitis bakterial spontan yang monomikrobial dapat diberikan
cefalosforin generasi III, dan apabila polimikrobial dapat diberikan cefalosforin
generasi III yang dikombinasi dengan metronidazol.

3|Asites

Anda mungkin juga menyukai