Makalah Struktur Modal
Makalah Struktur Modal
Di susun Oleh
P2102214006
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
DAFTAR ISI ii
2
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Rumusan Masalah 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Teori Pendekatan Tradisional 6
2.2 Modigliani and millers 6
2.3 The Effect Of Taxes 7
2.4 Teori Efek Kebangkrutan Yang Potensial 8
2.5 Teori Leverage Trade Off 9
2.6 Signaling Theory 10
2.7 Teori Pecking Order 11
2.8 Teori Risiko Kebangkrutan 12
BAB III PEMBAHASAN 14
3.1. Profil Perusahaan PT. Holcim Indonesia, Tbk 14
3.1.1 Pendirian 14
3.1.2 Perubahan Anggaran Dasar 14
3.1.3 Perubahan Status Menjadi Perusahaan Publik 16
3.1.4 Kegiatan Usaha dan Produk Perseroan 16
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
ditahan sebagai modal untuk membiayai aset yang mereka miliki. Laba ditahan
merupakan pendanaan yang paling tidak beresiko yang segera dapat digunakan
akan mengancam para pemegang saham karena porsi laba yang digunakan untuk
membayar para pemegang saham akan lebih sedikit dari yang digunakan untuk
saham.
akan berfokus pada sumber dana eksternal yang dapat digunakan untuk membiayai
memilih sumber dana yang lebih meningkatka nilai perusahaan dengan biaya
dimana bunga tersebut akan mengurangi laba sebelum penghitungan pajak. Dalam
skema ini, jumlah pajak yang dibayatkan perusahaan akan menjadi lebih sedikit.
Hal inilah yang membuat penggunaan utang menjadi penting dalam penetapan
struktur modal.
5
Makalah ini akan membahas tentang teori-teori struktur modal yang biasanya
digunakan. Selain itu, makalah ini juga akan melihat pada tingkat utang berapa
yang perusahaan dapat tetapkan dalam struktur modalnya. Hal ini menjadi penting
karena beban utang yang terus meningkat akan menambah resiko kegagalan bayar
Makalah ini juga akan mengambil laporan keuangan PT. Asihimas Flat Glass
Tbk. sebagai contoh kasus untuk dilakukan analisa atas struktur modal yang
ditetapkan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
merupakan kombinasi semua komponen yang berada pada sisi kanan neraca
Houston, Daves (2007) terbagi dari beberapa teori seperti yang dijelaskan di bawah
ini.
dimana Struktur Modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan
yang optimal.
Teori struktur modal modern yang dicetuskan oleh modigliani dan miller,
dikenal sebagai salah satu teori struktur modal paling berpengaruh pada
asumsi, nilai perusahaan tidak terpengaruh struktur modal yang dimilikinya dan
Asumsi yang diungkapkan oleh pada teori ini adalah sebagai berikut:
perlu diakui bahwa hasil yang didapat (walaupun tidak realistik ) adalah penting,
tentang apa saja yang dibutuhkan agar struktur modal menjadi relevan
Pada tahun 1963, mulai disadari bahwa tidak adanya pajak perusahaan
adalah tidak mungkin, sehingga pada teori pertama, asumsi tersebut dihilangkan.
bahwa asumsi pada teori pertama struktur modal perusahaan yang optimal adalah
bahwa dengan kondisi pajak yang terjadi pada saat itu, para investor relatif akan
bersedia menerima imbal hasil sebelum pajak pada saham dibandingkan dengan
imbal hasil saham sebelum pajak pada hutang. Sehingga dua poin penting pada
8
revisi teori struktur modalnya adalah:
lebih baik.
Pengenaan pajak yang rendah pada penerbitan saham berbanding
Hasil tidak relevan didapatkan sebagai akibat asumsi tidak relevan, dimana
akan mengalami banyak biaya legal dan akunting, dan yang paling penting adalah
teory yang diungkapkan oleh Myers (2001), Perusahaan akan berhutang sampai
pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari
(bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang
antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan
Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields)
financial distress).
perusahaan tersebut.
10
- Di dunia nyata, perusahaan jarang sekali menggunakan 100%
informasi yang sama seperti yang dimiliki oleh para manager adalah tidak demikian
mempunyai informasi yang lebih baik daripada informasi yang dimiliki oleh para
investor, sehingga terjadi apa yang disebut Asymmetric information, dan informasi
seperti ini mempunyai pengaruh yang sangat penting pada struktur modal yang
optimal.
perusahaan akan buruk) maka perusahaan pada masa- masa normal harus
apa yang diungkapkan dalam teori struktur modal yang optimal sebagai
secara berlebihan.
yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Dalam
pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik
Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau
pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling
rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti
deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan
tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking
urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory. Penelitian yang
dilakukan oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995) menyatakan bahwa
dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih
untuk menerbitkan hutang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat
Sekolah Bisnis Leonard N. Stern, New York. Z-score adalah formula multivarians
telah dimodifikasi untuk manufaktur yang belum go-public, non- manufaktur dan
13
perusahaan jasa.
perusahaan.
T3 = Laba sebelum Bunga dan Pajak (Earnings Before Interest and Taxes (EBIT)) /
Total Assets. Mengukur efisiensi operasional terhadap faktor pajak dan leverage.
T4 = nilai pasar saham (Market Value of Equity) / Nilai buku total pasifa
PEMBAHASAN
3.1.1 Pendirian
(PMA), didirikan berdasarkan Akta Notaris No.4 tanggal 7 Oktober 1971 dan Akta No.9
tanggal 6 Januari 1972 dengan nama PT Asahimas Flat Glass Co., Ltd., oleh
Koerniatini Karim, notaris di Jakarta. Akta Notaris tersebut telah mendapat persetujuan
dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A.5/5/19
tanggal 17 Januari 1972 serta telah diumumkan dalam Berita Negara No. 18 tanggal 3
Perubahan nama Perseroan dari PT Asahimas Flat Glass Co., Ltd., menjadi PT
Asahimas Flat Glass Tbk berdasarkan Akta Notaris No. 73 tanggal 26 Juni 1998 oleh
Amrul Partomuan Pohan SH, LL.M, notaris di Jakarta dan telah mendapat Persetujuan
dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-
12065.HT.01.04. TH.98 tanggal 25 Agustus 1998 serta telah diumumkan dalam Berita
Negara No. 6510 tanggal 24 Nopember 1998 dan Tambahan No. 94/1998. Perluasan
bidang usaha Perseroan dalam bidang industri kaca dan ekspor impor, berdasarkan
Akta Notaris No. 54 tanggal 28 Mei 2003 oleh Amrul Partomuan Pohan SH, LL.M,
notaris di Jakarta, dan telah mendapat Persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM
Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-14423.HT.01.04.TH.2003 tanggal
24 Juni 2003 dan telah diumumkan dalam Berita Negara No. 7532 tanggal 26 Agustus
2003 dan Tambahan No.68/2003. Anggaran Dasar Perseroan telah disesuaikan dengan
dalam Akta Notaris No. 1 tanggal 1 Juli 2008 oleh Dr. Amrul Partomuan Pohan SH,
LL.M, notaris di Jakarta, dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM
Republik Indonesia dengan surat Keputusan No. AHU 41881.AH.01.02 tahun 2008
tanggal17 Juli 2008 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 84 tanggal 17 Oktober
2008 dan Tambahan No. 20228/2008. Anggaran Dasar Perseroan telah disesuaikan
dengan Peraturan Bapepam dan LK No. IX.J.1 tentang Pokok- Pokok Anggaran Dasar
Perseroan Yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan
Publik, sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris No. 19 tanggal 27 Pebruari 2009
oleh Dr. Amrul Partomuan Pohan S.H.,LL. M, notaris di Jakarta, dan telah dilaporkan
kepada Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia berdasarkan Surat Penerimaan
tanggal 19 Maret 2009 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 36 tanggal 5 Mei
Perubahan Anggaran Dasar terakhir dengan akta notaris Dr. Irawan Soerodjo SH. MSi.
Dasar dengan peraturan Bapepam & LK nomor IX.J.1 tentang Pokok-Pokok Anggaran
Dasar Perseroan yang melakukan Penawaran Umum Efek bersifat Ekuitas dan
Perusahaan Publik dan peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 19 Tahun
2012; akta ini telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan No.
AHU-0080232.AH.01.09. tahun 2013 tanggal 27 Agustus 2013 serta Tambahan No.
Berdasarkan Surat Pernyataan dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
86.000.000 saham kepada Masyarakat dan sejak 18 Desember 2000 seluruh saham
Perseroan telah tercatat di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia).
Sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan maksud dan tujuan Perseroan adalah
mendirikan dan menjalankan industri kaca, ekspor impor dan jasa laboratorium penguji
Pada tahun 2013, Perseroan memiliki ikatan material dengan beberapa vendor terkait
dengan investasi untuk Cold Repair tungku A2 di Sidoarjo. Sumber dana yang
digunakan untuk investasi tersebut berasal dari kas internal Perseroan dengan
menggunakan mata uang IDR, JPY dan USD. Perseroan menerima pendapatan dalam
bentuk mata uang asing dari penjualan ekspor yang dinilai cukup mendanai
dilakukan dengan menggunakan kas internal dan tidak menggunakan pinjaman atau
utang dari bank. Konsistensi PT. Asahimas yang tidak mengandalkan utang jangka
panjang dalam membiayai investasinya telah di mulai sejak tahun 2008. Di mana utang
yang dimiliki oleh PT. Asahimas terdiri dari utang jangka pendek atau utang usaha dan
utang jangka panjang dalam bentuk liabilitas imbalan kerja. Kondisi struktur modal PT.
Asahimas sejak tahun 2010 kemudian dijelaskan pada tabel 1 di bawah ini:
Curren Long
t term Total
Tahu Total liabiliti liabiliti Liabiliti Total
n Asset % es % es % es % Equity % DER DAR
201 2,372,6 325,8 203,8 529,73 1,842,9 0.28 0.2232
0 57 54 78 2 25 74 65
201 2,690,5 6.3 333,1 1.1 212,2 2.0 545,39 1.5 2,145,2 7.6 0.25 0.2027
1 95 % 32 % 63 % 5 % 00 % 42 04
201 3,115,4 7.3 426,6 12.3 231,6 4.4 658,33 9.4 2,457,0 6.8 0.26 0.2113
2 21 % 69 % 63 % 2 % 89 % 79 14
201 3,539,3 6.4 473,9 5.3 304,7 13.6 778,66 8.4 2,760,7 5.8 0.28
3 93 % 60 % 06 % 6 % 27 % 21 0.22
- -
201 3,724,6 2.5 437,2 4.0 314,6 1.6 751,89 1.7 2,972,7 3.7 0.25 0.2018
4 01 % 16 % 83 % 9 % 02 % 29 74
Dari data rasio utang asset (DAR) di atas kita menemukan bahwa pembiayaan asset
PT. Asahimas dengan menggunakan utang sebanyak 22% dari total asetnya. Meski
mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, tingkat utang PT. Asahimas masih dalam
batas wajar. Selebihnya, sebanyak 78% pendanaan di ambil dari modal perusahaan.
Hal ini diperjelas dengan rasio utang-modal pada tahun 2013. Angka 0.28 menunjukkan
bahwa total utang PT. Asahimas merupakan 28% dari modal sendiri yang digunakan
untuk mendanai aktiva-aktivanya. Dari total ekuitas yang dilakukan untuk mendanai
asset-aset PT. Asahimas, sebanyak 86% berasal dari laba ditahan. Maka dapat
disimpulkan bahwa PT. Asahimas memilih menggunakan pendanaan yang sama sekali
tidak mengandung resiko karena laba ditahan merupakan hasil keuntungan perusahaan
di periode sebelumnya yang disisihkan sebagai modal bagi investasi di tahun 2013.
Meski secara kasat mata PT. Asahimas sangat jauh dari resiko default, namun kita
dapat mengukur resiko default PT. Asahimas dengan lebih tepat menggunakan Altman
Z-score. model ini digunakan untuk menghitung klasifikasi resiko default dari sebuah
Dimana:
X3 merupakan perbandingan antara Earning before Interenst and Taxes terhadap total
asset
liabilities, dan
Berdasarkan Altman Z-score tersebut, semua perusahaan dengan nilai Z kurang dari
1.81 akan dipertimbangkan sebagai sebuah perusahaan dengan resiko default yang
tinggi. Jika nilai Z di antara 1.81 dan 2.99, maka perusahaan dianggap tidak bisa
dianggap sebagai perusahaan dengan resiko default yang kecil (Sanders and Cornett,
2011). Di bawah ini disajikan tabel penghitungan Altman Z-score untuk tahun 2013.
Tabel 2. Altman Z-score tahun 2013
1,980,1
current Asset 16
current 473,96
liabilities 0
3,539,3
Total Asset 93
Retained 2,378,6
Earning 44
450,75
EBIT 3
3,038,0
MV of equity 00
Long Term 304,70
Liabilities 6
3,216,4
Sales 80
0.5594
x1 51
0.6720
x2 49
0.1273
x3 53
9.9702
x4 66
0.9087
x5 66
8.9224
z score 91
Perhitungan Z-score untuk tahun 2013 menunjukkan nilai di atas 2.99. Artinya, resiko
default untuk PT. Asahimas sangat kecil bahkan PT. Asahimas dapat mengambil utang
Pada RUPST Perseroan tanggal 31 Mei 2013 para pemegang saham telah menyetujui
pembayaran dividen tunai sebesar Rp 34.720.000.000,- atau 10,02% dari jumlah laba
bersih Perseroan tahun buku 2012. Setiap pemegang saham memperoleh dividen tunai
sebesar Rp 80 per saham. Dividen tunai tersebut telah dibayarkan kepada pemegang
Pada tahun 2014 PT. Asahimas memiliki ikatan material dengan beberapa vendor
terkait untuk membangun pabrik kaca lembaran dengan total kapasitas produksi
sebesar 210.000 ton per tahun dengan nilai investasi sebesar USD.154,9 juta di
Cikampek, Karawang, Jawa Barat. Pembangunan pabrik tersebut akan dimulai pada
awal tahun 2015 dan diperkirakan akan selesai pada semester kedua tahun 2016.
Sumber dana yang digunakan untuk investasi, direncanakan menggunakan kas internal
mata uang USD. Untuk melindungi risiko dari posisi mata uang asing yang terkait,
Perseroan telah mempunyai deposito berjangka dalam mata uang USD. Perseroan juga
menerima pendapatan dalam bentuk mata uang asing dari penjualan ekspor yang
dinilai cukup mendanai pengeluaran impor dan kebutuhan mata uang asing.
PT. Asahimas sendiri memang konsisten untuk menjaga tingkat utangnya dibawah 25%
dari total asetnya. Jika menilik laporan keuangan tahun 2014, rasio Debt to Equity-nya
adalah 0.2529. maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan utang hanya 25% dari total
tahun 2014. Utang yang dimiliki PT. Asahimas hanya merupakan utang jangka pendek
dan untuk utang jangka panjangnya merupakan utang imbalan kerja. Maka, dapat
disimpulkan bahwa Pt. Asihimas berkomitmen untuk tidak menggunakan utang jangka
sendiri. Pada tahun 2014 pendanaan yang digunakan melalui utang terdapat sebesar
20.19% dari total pendanaannya. Sedangkan sisanya, sebesar 79.81% didapati dari
pendanaan melalui modal para pemegang saham. Dari komposisi ekuitas PT.
Asahimas, sekitar 80% merupakan laba di tahan. Hal ini dengan tegas menunjukkan
investasi perusahaan yang ditopang oleh penggunaan modal sendiri. Penggunaan laba
di tahan sebagai modal merupakan pendanaan yang paling tidak beresiko sehingga di
masa yang akan datang, PT. Asihimas akan jauh dari resiko kebangkrutan akibat beban
Resiko default perusahaan akibat utang dapat dihitung dengan menggunakan Altmans
Z-score model. Di mana model ini digunakan untuk menghitung klasifikasi resiko default
dari sebuah perusahaan ketika melakukan pinjaman. Metode ini dilakukan dengan
Dimana:
X3 merupakan perbandingan antara Earning before Interenst and Taxes terhadap total
asset
X4 merupakan perbandingan antara market value of equity terhadap long term
liabilities, dan
Table 3 merupakan hasil penghitungan Z-score untuk tahun 2014 seperti di bawah ini:
22034
current Asset 56
current 43721
liabilities 6
37246
Total Asset 01
Retained 23786
Earning 44
31294
EBIT 4
33635
MV of equity 00
Long Term 31468
Liabilities 3
17848
Sales 42
0.5915
x1 95
0.6386
x2 31
0.0840
x3 21
10.688
x4 53
0.4792
x5 04
8.7731
z score 11
Dengan nilai Z-score berada jauh di atas 2.99 maka perusahaan menanggung resiko
default yang sangat kecil. Dengan kondisi seperti ini sebenarnya PT. Asahimas masih
mampu untuk menambah pinjamannya jika ingin mendanai investasi di masa datang.
Kecenderungan penggunaan modal sendiri dalam membiayai aktiva perusahaan terlihat
jelas dari rasio utang-modal PT. Asahimas yang pada tahun 2014 terdapat sebesar
0.25.
Pada RUPST Perseroan tanggal 20 Juni 2014 para pemegang saham telah menyetujui
pembayaran dividen tunai sebesar Rp 34.720.000.000,- atau 10,26% dari jumlah laba
bersih Perseroan tahun buku 2013. Setiap pemegang saham memperoleh dividen tunai
sebesar Rp 80 per saham. Dividen tunai tersebut telah dibayarkan kepada pemegang
BAB IV
PENUTUP
modal untuk meningkatkan nilai perusahaan. Penggunaan utang akan memberikan tax
shield bagi perusahaan hingga perusahaan dapat menggunakan 100% utang untuk
terus mengurangi pajak. Namun, teori trade off memperingatkan tentang pentingnya
menjaga tingkat utang pada taraf tertentu. Pengurangan pajak yang terus menerus
akibat utang membuat perusahaan menerima resiko kebangkrutan dalam jumlah yang
tinggi pula. Perusahaan akan menanggung financial distress sebagai trade off atas
atas tax shield maksimal yang didapatkan oleh perusahaan dibandingkan dengan
financial distress yang akan dialami ketika meminjam sejumlah utang tertentu.
Namun, PT. Asihimas tidak melihat tax shield, sebagaimana yang didapatkan
ketika mendanai melalui utang, sebagai strategi untuk meningkatkan nilai perusahaan.
PT. Asihimas tidak pernah melakukan pinjaman bank sejak tahun 2008. Dari srruktur
modal yang dimiliki PT. Asihimas pada tahun 2013 dan 2014 kita memperoleh informasi
tentang tidak terdapatnya utang bank dalam pendanaan utangnya. Utang jangka
panjang perusahaan hanya berasal dari utang imbalan kerja dimana utang ini sama
sekali tidak memiliki interest bearing yang dapat menurunkan pembayaran pajak.
operasionalnya. Lebih jauh ketika kita melihat rasio utang-modal PT. Asihimas pada dua
tahun tersebut, kita menemukan bahwa total hutang perusahaan tidak pernah lebih dari
28% terhadap total ekuitasnya. Begitupun jika kita melihat komposisi utang untuk
mendanai asetnya dimana kita dapat jelaskan melalui rasio utang-aset perusahaan.
Pada tahun 2013 dan 2014 aset mereka didanai tidak lebih dari 22% atas utang.
Artinya, PT. Asihimas menggunakan ekuitas lebih banyak untuk mendanai aset-
asetnya. Dari total ekuitas yang dimiliki oleh PT. Asihimas, perusahaan cenderung
mengandalkan laba ditahan yang ditunjukkan dari proporsinya yang berada di atas 80%
pendanaan yang paling awal dipilih yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
tahun-ketahun namun hal ini tidak mempengaruhi PT. Asihimas untuk menggunakan
modal sendiri dalam aktivitas investasinya. Penurunan dalam rasio profitabilitas ini
sebenarnya tidak terlalu curam. Karena PT. Asihimas tidak menggunakan utang bank
Dividen dibagikan dalam jumlah yang sama dalam dua tahun terakhir.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam packing order theory bahwa kebijakan dividen
perusahaan ditetapkan konstan dari tahu ke tahun dalam jumlah yang sama tanpa
operasi perusahaan, PT. Asihimas menggunakan deposito berjangka dalam mata uang
DAFTAR PUSTAKA
Asahimas Flat Glass Tbk. Company Report: July 2014. Juni 2015
PT. Asahimas Flat Glass Tbk. Laporan Tahunan 2013. Juni 2015.
PT. Asahimas Flat Glass Tbk. Laporan Tahunan 2014. Juni 2015.
http://setiawanzenegger10.blogspot.com/2011/06/teori-struktur-modal.html (23062015 /
22:01)
LAMPIRAN