Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang


memiliki luas wilayah 350.148 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2012
sebanyak 3.120.425 jiwa. Secara administratif, Kabupaten Cianjur terbagi
dalam 32 Kecamatan (BPS, 2007). Sebagai daerah agraris yang
pembangunananya bertumpu pada sektor pertanian, Kabupaten Cianjur
merupakan salah satu daerah swa-sembada padi. Produksi padi pertahun sekitar
625.000 ton dan dari jumlah sebesar itu telah dikurangi kebutuhan konsumsi lokal
dan benih, masih memperoleh surplus padi sekitar 40 %. Produksi pertanian padi
terdapat hampir di seluruh wilayah Cianjur (BPS, 2007).
Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam
perekonomian di Kabupaten Cianjur, dalam kurun waktu 2006-2010 distribusi
presentase sektor pertanian terhadap Produk Domistik Regional Bruto (PDRB)
dasar harga konstan sebesar 44,27 persen, hal tersebut menunjukan bahwa
kontribusi sektor pertanian cukup besar dibandingkan dengan sektor yang lain dan
lebih dari 70 persen PDRB sektor pertanian, berasal dari sub sektor tanaman
bahan makanan. Sektor pertanian juga merupakan penyedia utama kebutuhan
pangan masyarakat, yakni sebagai penghasil bahan pangan, pakan, agroindustri
dan bioenergi, mampu meningkatkan kapabilitas petani dan keluarganya,
menghasilkan devisa serta menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
Kabupaten Cianjur (Bappeda Kab. Cianjur, 2010).

B. Tujuan Penulisan
- Meningkatkan, menjaga dan memelihara keaneka ragaman hayati yang
mendorong / mendukung pembangunan di Kabupaten Cianjur
- Meningkatkan produksi baik kualitas maupun kuantitas berbagai
komoditas unggulan yang memiliki daya saing dan nilai ekonomis tinggi.

1
- Meningkatkan, menjaga dan memelihara kebudayaan daerah yang bisa
menjadi penyokong Ekonomi Masyarakat Cianjur

BAB II
PEMBAHASAN

2
Kabupaten Cianjur memiliki beberapa produk unggulan yang menjadi
penyokong perekonomian dan sumber pendapatan Masyarakat diantaranya:

A. Tauco
Awal makanan tauco di Cianjur diperkirakan pada tahu 1880. Waktu itu, Tan
Ken Yan untuk pertama kalinya mencetuskan ide pendirian industri tauco. Ide ini
didasarkan pada tingginya minat masyarakat terhadap makanan tauco dan tauco
sering digunakan masyarakat sebagai penyedap dalam masakan daging, ikan,
sayuran, serta sambal . Industri tauco pertama di Cianjur adalah Industri Tauco
Cap Meong yang didirikan oleh Tan Ken Yan tahun 1880. Pendirian industri ini
didasarkan pada tingginya minat pasar terhadap makanan tauco serta menjaga
warisan leluhur.
Selama berdirinya, tauco Cap Meong terkenal akan kelezatan dan
kualitasnya. Agar tauco ini tidak punah, Tan Ken Yan mewariskan tata cara
pembuatan tauco kepada putrinya Tasma dan suaminya Babah Tasma. Penamaan
meong sendiri mulai digunakan tahun 1935. Istilah meong sendiri berasal dari
ditemukannya tapak kaki meong yang diyakini sebagai peliharaan Eyang
Suryakencana seorang leluhur Cianjur.
Tauco adalah bumbu makanan yang terbuat dari biji kedelai (Glycine max)
yang telah direbus, dihaluskan dan diaduk dengan tepung terigu kemudian
dibiarkan sampai tumbuh jamur (fermentasi). Fermentasi tauco dengan direndam
dengan air garam, kemudian dijemur pada terik matahari selama beberapa minggu
sampai keluar aroma yang khas tauco atau rendaman berubah menjadi warna
coklat kemerahan.
Pada pertengahan prosesnya, rendamannya sering mengeluarkan bau yang
menyengat seperti ikan busuk/bau terasi. Dari beberapa produsen tauco tradisional
mengatakan bahwa hasil rendaman, air rendamannya itulah diolah menjadi kecap
sedangkan biji kedelainya menjadi tauco.
Terdapat berbagai cara mengolah tauco yang masing masing memiliki
keistimewaan tersendiri. Contoh tauco yang beredar di daerah Riau berbeda

3
dengan tauco dengan di daerah Jawa dan Kalimantan. Tiap daerah memiliki
keunikan cita rasa tersendiri. Dari pengalaman, tauco dapat disimpan lama sampai
bertahun tahun,dan tidak akan rusak atau basi selaama penyimpanannya tidak
terkena air mentah ataupun terkontaminasi dengan bahan organik lainnya.
Sayang, tidak ada penelitian yang lebih terperinci mengenai tauco. Oleh para para
buruh kasar (khususnya masyarakat Tionghoa) dibeberapa daerah, tauco
digunakan sebagai lauk setiap makan terutama saat makan bubur bening.
Penggunaannya yang umum adalah sebagai bumbu atau penyedap dalam
membuat lauk pauk, misalnya ayam bumbu tauco,nasi goreng tauco, ikan tumis
tauco.

B. Beras Pandanwangi
Padi Pandanwangi adalah beras khas Cianjur berasal dari padi bulu varietas
lokal, karena nasinya yang beraroma pandan, maka padi dan beras ini terkenal
dengan sebutan Pandanwangi Varietas unggul lokal padi Pandanwangi cocok
ditanam di dataran sedang dengan ketinggian 650-1000 DPL dan yang paling
terkenal berasal dari Desa Jambudipa Kecamatan Warungkondang, dan
pengembangannya di Kecamatan Gekbrong, Cugenang, Cibeber, Cianjur. Cilaku
dan Kecamatan Sukaresmi dengan total areal tahun 2010 seluas + 1.500 Ha.
Uniknya apabila ditanam di luar daerah tersebut rasanya berbeda dan aromanya
tidak muncul, hingga saat ini belum ada kualitas Pandanwangi yang dapat
menandingi kualitas Pandanwangi dari daerah/kecamatan-kecamatan tersebut di
atas. Sejak tahun 1970 beras Pandanwangi dipasarkan dengan sekala kecil pada
waktu itu disebut beras harum dengan merek dagang Pandanwangi dengan nama
lain diberi gelar beras Istana atau beras Menteri karena rasanya enak sehingga
harganya lebih mahal. Menurut Stefanika.G salah seorang duta dari FAO
menyatakan bahwa beras Pandanwangi merupakan peluang emas bagi pelaku
ekonomi. Beras Cianjur Pandanwangi sudah termashur baik regional, nasional
bahkan di mancanegara, jenis padi varietas lokal Cianjur yang menghasilkan beras
Cianjur Asli Pandanwangi termasuk varietas Javonica atau biasa dikenal padi
bulu, mempunyai keunggulan rasa sangat enak, pulen dan beraroma wangi

4
pandan. Upaya kelestarian padi varietas Pandanwangi melalui pemuliaan pada
tahun 2001-2003 yang dilakukan selama 5 (lima) musim tanam padi
Pandanwangi, sebagai pengusulnya adalah : Pemerintah Kabupaten Cianjur/Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, BPSB TPH
Provinsi Jawa Barat dan Balai Penelitian Padi Sukamandi. Penelitian padi
Pandanwangi di prakarsai oleh Dr. Ian Daradjat dan Ir. Suwito M.S, nilai
keberhasilan pemurnian berdasarkan surat keputusan Menteri Pertania
No.163/Kpts/LB.240/3/2004 tentang pelepasan gelar padi sawah Pandanwangi
Cianjur sebagai varietas unggul padi lokal PANDANWANGI.

C. Ayam Pelung
Ayam Pelung (Gallus gallus domesticus) merupakan salah satu sumberdaya
genetik ternak lokal yang berasal dari Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
Ayam Pelung memiliki tubuh yang besar dibandingkan dengan ayam lokal
lainnya. Selain itu ayam ini juga memiliki suara yang khas (melung) dengan ciri
suara yang panjang, mengalun, bervolume besar dan berirama. Ayam Pelung
dewasa memiliki berat rata-rata 2,904 g/ekor pada betina dan 4,002 g/ekor pada
pejantan (Iskandar dkk., 2004 dalam Iskandar & Susanti, 2007). Berat Ayam
Kampung hanya berkisar 1,5-1,8 kg pada jantan dewasa dan 1,0-1,4 kg pada
betina dewasa (Diwyanto & Prijono, 2007).
Pelestarian Ayam Pelung memiliki arti penting guna pemanfaatan
dimasa yang akan datang. Ayam Pelung dapat digunakan untuk memperbaiki
sumber genetik ayam lokal sebagai ayam konsumsi. Selain itu, Ayam Pelung
berpeluang digunakan untuk membentuk galur unggul baru yang lebih
menjanjikan apabila diadaptasikan di Indonesia (Nataamijaya, 2005, 2010;
Rusdin, 2007). Hal ini penting mengingat antusiame masyarakat terhadap daging
ayam lokal cenderung meningkat dari tahun ke tahun (Sulandari dkk., 2007).
Ayam Pelung dikembangkan oleh masyarakat Cianjur karena memiliki suara
yang bagus (khas) dan dapat kompetisikan. Ayam Pelung jarang dipelihara
sebagai hewan pedaging. Hal ini dikarenakan harga jual Ayam Pelung akan jauh
lebih tinggi apabila memiliki suara yang indah, terlebih ayam tersebut pernah

5
menjadi juara pada kompetisi tarik suara (Rusdin, 2007). Berdasarkan keindahan
suara yang disenangi masyarakat inilah yang menjaga eksistensi Ayam Pelung
hingga saat ini. Kompetisi tarik suara Ayam Pelung sering diadakan oleh beberapa
instansi. Salah satunya oleh pemerintah Kabupaten Cianjur yang diselenggarakan
secara rutin dan merupakan media untuk mempertahankan eksistensi Ayam
Pelung dari kepunahan (Iskandar & Susanti, 2007).

D. Batik Cianjur
Batik Cianjur dengan merek atau bren Beasan. Ada 4 motif yang lahir dari
tangan pengrajin , yang diambil dari ciri khas daerah / Kab. Cianjur antara lain
Motif pencak Silat atau maenpo, Motif Padi, Motif Kecapi Suling atau mamaos,
dan Motif Ayam Pelung.
Dilihat dari para pengranjinnya, ada dua kelompok pengrajin batik Cianjur
ini, masing-masing berada dalam komunitas atau kelompok Koperasi Beasan yang
beralamat di Jl. Slamet Riyadi No 15 Cianjur dengan beranggotakan sebanyak 30
orang dan kelompok/ komunitas Karyanusa di Desa Babakansari Kecamatan
Sukaluyu yang berjumlah 150 orang anggota. kedua kelompok pembatik tersebut
sekurang-kurangnya sudah menghasilkan 100 lembar kain batik hingga saat ini.
Memang, produksinya terkesan lamban sebab hal ini dipengaruhi kurangnya
sumber daya manusianya (SDM) dan alat untuk membatik (seperti cap dan
kompor) yang masih kurang karena mahal.
Produksi batik ini tidaklah begitu sulit, karena bahan dan baku seperti
pewarna batik mudah didapat di tanah Cianjur. Bahan-bahan pewarna tersebut
didapat dari tanaman-tanaman, seperti Buah Arben, Jambu Biji, Pohon Ketapang,
Kulit Manggis, Mengkudu, Kulit Ekstra Mahoni, dan Ekstrak Kunyit, bahkan
sebagian dari badan tumbuhan pun dapat digunakan untuk warna batik, seperti
Kulit Kayu, Batang Kayu, Akar Kayu, Bunga, Biji dan Getah Kayu.
Sebenarnya untuk produksi pengolahan dan pembuatan bahan kain batik di
cianjur sudah memiliki sumber dan tempat yang khusus yaitu di kampung
Sarongge Kecamatan Cugeunang. Sehingga Cianjur memiliki semua bahan yang
cukup untuk membuat batik sendiri, mulai dari kain batik, pewarna batik dan

6
motifnya. Semoga batik cianjur semakin populer dan lestari, produksinya
meningkat. Pemerintahpun ikut membantu dalam upaya peningkatan produksinya
mulai dari bantuan modal, pningkatan SDM (mengadakan pelatihan pembuatan
batik) hingga peraturan untuk penggunaan batik cianjur untuk masyarakat di
wilayah Kab. Cianjur

BAB III
KESIMPULAN

7
Kabupaten Cianjur merupakan daerah di Jawa Barat yang mempunyai
beberapa produk unggulan yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain yaitu
Tauco, Beras Pandan Wangi dan Budidaya Ayam Pelung dan Batik Khas Cianjur.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kepada
pembaca mohon untuk saran dan kritiknya.

DAFTAR PUSTAKA

8
Lakip Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur
tahun 2010
Kepegawaian Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Cianjur
www.cianjurkab.go.id

Anda mungkin juga menyukai