Anda di halaman 1dari 10

UJIAN TENGAH SEMESTER

KEWIRAUSAHAAN AGRIBISNIS
“SATE BANDENG”
Diajukan untuk Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kewirausahaan Agribisnis

Disusunoleh

Nama :
- Maudian Islamiati (7779210002)

JURUSAN ILMU PERTANIAN


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan nikmat-Nya sehingga
kami dapat melaksanakan tugas dan menyelsaikannya dengan baik sehingga menjadi sebuah
makalah yang telah saya susun sebaik mungkin berdasarkan dari hasil mata kuliah yang telah
kami ikuti.
Ucapan terimakasih tak lupa saya ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah yang
telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat serta dukungan dan arahan tentang mata
kuliah terkait. Terimakasih pula kami ucapkan kepada teman-teman Ilmu Pertanian angkatan
2021 yang telah memberikan bantuan materil maupun imateril dalam proses pembuatan
makalah ini.
Dalam menyusun laporan ini, saya menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan
saya masih sangat terbatas. Oleh karna itu, saya menyampaikan permohonan maaf jika
terdapat kesalahan dalam tata bahasa dan dalam membuat laporan ini. Kritik dan saran yang
membangun masih dibutuhkan. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menjadi sumber
rujukan mata kuliah terkait bagi rekan civitas akademika.

Serang, Oktober 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara maritim karena bentangan wilayah perairannya yang
amat luas. Hasil bahan pangan yang berasal dari perairannya sangat kaya dengan berbagai
macam jenis nutrisi yang terkandung. Salah satu bahan pangan bernutrisi tinggi berasal dari
perairan adalah Ikan. Besarnya sumbangan gizi ikan bagi kesehatan, selain kaya protein, ikan
juga mengandung lemak, vitamin, dan mineral. Komposisinya tergantung pada jenis, musim,
siklus bertelur, letak geografis, dan umur ikan. Ikan mengandung protein tinggi yang terdiri
atas asam amino esensial yang tidak rusak pada waktu pemasakan. Ikan mengandung 13-20
persen protein yang dapat membantu pertumbuhan sel otak sehingga ikan sering disebut
makanan kecerdasan. (Merryana Adriani, dan Bambang Wirjatmadi, 2012). Terlepas dari
tingginya nutrisi yang ada pada Ikan, sangat disayangkan karena dibandingakan dengan
negara lain masyarakat Indonesia masih belum menjadikan ikan sebagai bahan pangan
favorit. Karenanya, hal ini lah yang menjadi salah satu dari banyaknya faktor dari masih
terdapanya kasus gizi buruk di Indonesia.

Bandeng merupakan satu dari banyak jenis ikan yang memiliki popularitas tinggi
dikalangan masyarakat. Dengan ketebalan dagingnya dan rasanya yang khas serta harganya
yang relatif terjangkau, bandeng sangat diminati oleh banyak masyarakat Indonesia. Menurut
Sudrajat (2011) Ikan bandeng merupakan komoditas perikanan yang relatif mudah
dibudidayakan, memiliki nilai pilihan konsumen yang tinggi, serta tahan terhadap perubahan
lingkungan yang ekstrim. Selain itu, budidaya ikan bandeng dengan berbagai aplikasi
teknologi telah berkebang pesat dan menghasilkan produksi ikan yang melimpah.

Namun, Bandeng tetap memiliki kekurangan yaitu jumlah durinya yang sangat
banyak. Hal ini sangat dihindari konsumen. Berdasarkan hal tersebut, Olahan sate bandeng
dapat menjadi solusi bagi konsumen untuk mengkonsumsi Bandeng tanpa duri. Pengolahan
bandeng sampai menjadi Sate Bandeng ini terbukti dapat menjadi UMKM yang dapat
berpengaruh positi bagi lingkungan sekitar. Berdasarkan hal tersebut, dengan proses
pengolahan, pemasakan, pengemasan, sampai pemasaran yang pas dan memadai produk
UMKM Sate Bandeng meningkatkan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja lokal dan
meningkatkan pendapatan.
Namun, banyak produk sate bandeng UMKM lokal masih menggunakan kemasan
sederhana yang membuat umur simpan produk pendek. Hal ini dapat mengakibatkan cakupan
wilayah penjualan produk kecil dan penjualan pun rendah. Karenanya dibutuhkannya suatu
perlakuan pengemasan modern agar jangka waktu konsumsi produk jauh lebih lama.
BAB II

KAJIAN, HISTORIS, dan FILOSOFIS


SATE BANDENG

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan ataupun minuman bagi
konsumsi manusia. Termasuk di dalamnya adalah bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan
makanan atau minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006).

Sate Bandeng adalah masakan tradisional khas Banten, Indonesia. Sate Bandeng
dibuat dari ikan bandeng yang dihilangkan durinya, dagingnya dibumbui dan dimasukkan
kembali ke kulitnya, lalu ditusuk atau dijepit tusukan tangkai bambu, lalu dibakar di atas bara
arang ataupun dikukus.Sate Bandeng merupakan salah satu kuliner khas Banten. Makanan
yang merupakan perpaduan daging ikan bandeng, santan, dan rempah-rempah ini, diketahui
sudah ada sejak era sultan pertama Banten, Sultan Maulana Hasanuddin, pada 1552-1570.

Pada mulanya makanan khas ini dibuat ketika Sang Sultan meminta ingin memakan
ikan Bandeng. Namun, Koki kerajaan kebingungan dan khawatir karena Bandeng memiliki
banyak duri halus dan berbahaya jika diolah secara langsung bagi Sultan maupun petinggi-
petinggi kesultanan. Akhirnya koki tersebut berinisiatif untuk membuat olahan ikan Bandeng
menjadi bertekstur halus dan mudah dicerna dengan cara menghancurkan daging dari ikan
dan menarik tulang dan duri-durinya terlebih dahulu, lalu daging ikan bandeng dihaluskan
dan disaring untuk memisahkan tulang dan duri yang keras. Daging yang sudah halus inilah
yang campur dengan rempah sebagai adonan sebelum dimasukan ke bambu dan dibakar
hingga matang.

Seiring dengan berjalannya waktu, sate bandeng ini tidak lagi hanya disantap oleh
keluarga bangsawan saja. Masyarakat umum juga mulai membuatnya untuk santapan sehari-
hari, juga dipasarkan sebagai oleh-oleh untuk wisatawan yang datang ke Serang atau kawasan
pesisir di Provinsi Banten. Sampai saat ini, produk UMKM sate bandeng masih menjadi
produk favorit untuk dijadikan oleh-oleh maupun disantap langsung.
BAB III

PEMBAHASAN

Sate Bandeng merupakan salah satu dari berbagai makanan khas Banten yang
digandrungi baik warga lokal maupun para wisatawan. Citarasa daging Ikan Bandeng yang
khas yang dipadukan dengan bumbu rempah menjadi daya tarik dari makanan ini. Rasanya
yang lembut setelah diolah menjadikan konsumen tidak perlu repot lagi unutk memisahkan
daging dan tulangnya. Olahan ini pun telah lama ditemui semenjak jaman Sultan pertama
Banten yaitu Sultan Maulana Hasanudin pada tahun 1552-1570, ini menjadikan bukti
bahwasannya Sate Bandeng bukan hanya sekada olahan makanan namun juga sebagai
warisan budaya.
Gambar 1. Makanan khas Banten “Sate Bandeng”

Adapun proses pengolahannya yaitu pertama siapkan bahan-bahan yang diperlukan yaitu:
1. (2 ekor Ikan bandeng (masing-masing 500 gr) 11. 4 bh Cabai merah keriting
2. 50 gr Kelapa parut, sangrai 12. ½ sdt Ketumbar
3. 1 sdt Garam 13. ¼ sdt Jintan
4. 1 sdt Penyedap rasa 14. 1 cm Jahe
5. ½ sdm Air asam 15. 1 cm Lengkuas
6. 2 btr Telur, kocok 16. 1 cm Kunyit, bakar
7. 100 ml Santan kental 17. 7 siung Bawang merah
8. 2 sdm Minyak untuk menumis 18. 4 siung Bawang putih
9. Daun pisang untuk membungkus
10. Bambu untuk penjepit sate

Kemudian setelah bahan siap, dilanjukan dengan proses masaknya yaitu:


1. Bersihkan dan pukul-pukul badan bandeng hingga keluar daging dari mulutnya.
2. Bersihkan duri yang ada didagingnya, lalu sangrai daging sampai 1/2 matang.
3. Patahkan tulang ikan, lalu keluarkan dari badan, balikkan kulit ikan dan bersihkan.
4. Panaskan minyak, tumis bumbu halus sampai harum. Campur dan aduk samapi rata daging
ikan bersama bumbu yang telah dihaluskan, kelapa sangrai, garam, air asam, dan santan
kental. Tambahkan telur.
5. Masukkan 3/4 daging berbumbu ke dalam kantung ikan bandeng lalu jepit dengan bilah
kayu (bamboo)
6. Panggang sambil di bolak-balik. Oleskan sisa daging berbumbuke badan ikan.
Bakar/panggang. hingga matang
Salah satu UMKM yang telah menjual sate bandeng mulai tahun 1970-an adalah
“Sate Bandeng Hj. Mariyam” yang berlokasi di di Jalan Kruju, Kaujon Tengah Kota Serang.
Toko sate bandeng ini buka dari pukul 07.00 – 22.00 WIB. Perporsinya, sate bandeng

hanya di banderol Rp. 30.000,- saja.


Dengan adanya produk UMKM Sate Bandeng ini dapat meningkatkan nilai tambah,
penyerapan tenaga kerja lokal dan meningkatkan pendapatan. Namun, karena kemasan
produknya masih sederhana cakupan pemasaran produk ini masih belum luas. Ini
dikarenakan dengan kemasan sederhana, jangka waktu konsumsi produk cenderung pendek.
Untuk meningkatkan produksi dan melebarkan cakupan wilayah penjualan dibutuhkan suatu
perlakuan yang membuat produk sate bandeng bertahan lebih lama.

Salah satau cara untuk membuat sate bandeng lebih awet adalah dengan
pengaplikasian edible coating pada produk. Edible coating merupakan suatu lapisan tipis
yang terbuat dari bahan yangdapat dimakan dan diaplikasikan langsung pada bahan pangan
(Falahuddin 2009). Edible coating dapat berfungsi sebagai penghambat uap air, lemak, dan
gas sertadapat meningkatkan tekstur produk pangan (Casariegoet etal 2007). Edible coating
ini dapat diproduksi dari Kitosan yaitu yang bersumber dari limbah cangkang ranjungan. Jika
dibarengi pengaplikasin Edible Coating dengan proses pengemasan lainnya yaitu vacuming,
pressing, dan chilling produk akan memiliki umur simpan lebih lama dan pada akhirnya dapat
memiliki peluang tercapainya penjualan dengan angka yang lebih tinggi.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Sate bandeng merupakan salah satu makanan khas Banten yang berasal dari olahan
ikan Bandeng. Resep makanan ini diturunkan dari zaman kesultanan Sultan Maulana
Hasanudin, berdasarkan hal tersebut makanan ini bukan hanya sekadar makanan khas yang
banyak dijual UMKM namum juga menjadi bagian dari warisan budaya Banten.

Pada umumnya, produk sate bandeng memiliki kemasan yang kurang memadai
sehingga ketahanan produk pada saat poses pemasaran memiliki jangka waktu konsumsi
yang singkat. Penggunaan edible coating pada produk sate bandeng dapat menjadi salah satu
strategi pengemasan sehingga waktu konsumsi produk lebih lama dan pemasaran dapat
dilakukan lebih luas.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan diantaranya:

1. Membuat promosi aktif tentang produk Sate Bandeng di media sosial.

2. Meningkatkan sisi estetika kemasan produk.

DAFTAR PUSTAKA

Casariego A, Souza BWS, Vicente AA, Teixiera JA, Cruz L dan Diaz R. 2007.Chitosan
Coating Surface and Permeation Properties as Affected byPlasticizer, Surfactant, and
Polymer Concentration-Application toVegetables. [ARTIKEL]. Naples: CIGR
Section VI InternationalSymposium on Food and Agricultural Products Processing
ang Innovations.17 hlm.

Falahuddin, F. 2009. Kitosan sebagai Edible Coating pada Otak-Otak Bandeng(Chanos


chanos Forskal) yang Dikemas Vakum. [SKRIPSI]. Bogor:Program Studi Teknologi
Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan Dan IlmuKelautan, Institut Pertanian Bogor. 114
hlm.

Saparinto C, Hidayati D. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius. 2006.

Anda mungkin juga menyukai