Anda di halaman 1dari 7

MAKANAN ADAT ACARA BERINAI PADA RANGKAIAN

UPACARA PERKAWINANMELAYU DI DESA SEI GUNTUNG HILIR


KECAMATAN RENGAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU RIAU

ARTIKEL

Oleh

MUSPRIADI
2011/1108094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Wisuda Periode Maret
2014
Pendahuluan

Indonesia merupakan Negara yang banyak memiliki kekayaan suku bangsa adat, istiadat,

kebudayaan, keindahan alam sampai aneka ragam bentuk makanan yang dikenal sampai

mancanegara, kekayaan yang dimiliki tersebut merupakan suatu aset budaya yang patut dijaga

kelangsungan dan kelestariannya. Setiap adat istiadat di Indonesia mempunyai tradisi yang

sangat berbeda-beda pada setiap daerahnya, sesuai dengan kebudyaan yang mereka yakini, salah

satu perbedaan itu antara lain adalah di daerah Riau.

Riau adalah sebuah propinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau

Sumatera.Propinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di sepanjang

pesisir Selat Melaka hingga tahun 2004. Ibu kota terbesar Riau adalah Pekanbaru. Kota besar

lainnya antara lain Dumai, Selat Panjang, Bagansiapiapi, Bengkalis, Bangkinang dan Rengat.

Riau merupakan Propinsi yang memiliki beragam adat dan budaya yang berbeda, setiap

Kabupaten memiliki adat dan ciri khas tersendiri mulai dari upacara adat, makanan khas, bahasa

dan adat istiadat, ini terlihat di Kabupaten-kabupaten yang ada di Propinsi Riau. Beraneka ragam

adat yang diwariskan salah satunya adalah adat perkawinan Melayu yang ada di Desa Sei

Guntung Hilir Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu Riau

Rengat Ibu kota Kabupaten Indragiri Hulu Riau. Penduduk asli daerah ini adalah Suku

Melayu. Rengat dikenal juga sebagai kota “Raja”karena banyaknya keturunan-keturunan dari

raja-raja Indragiri terdahulu. Beberapa suku lain sebagai suku pendatang di Rengat adalah suku

Minangkabau, Batak, Tionghoa, Jawa dan Sunda.

1
Salah satu Desa yang ada di Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu adalah Desa Sei

Guntung Hilir yang mana sekarang ini masih memiliki keturunan-keturunan kerajaan Indragiri,

dengan demikian Desa Sei Guntung Hilir masih menjalankan kebudayaan sesuai dengan adat

istiadatnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan terpengaruh dengan kebudayaan
asing sehingga adat perkawinan Melayu sudah tidak asli lagi artinya sudah tercampur budaya

luar, baik dari segi makanan, alat yang digunakan, teknik penyajian makanan dan lain

sebagainya.

Dalam upacara perkawinan adat ini juga terdapat serangkaian acara adat diantaranya acara

Malam Berinai. Malam berinai ini merupakan proses pemberian inai pada kedua mempelai yang

dilaksanakan kepada kedua belah pihak yang melibatkan kedua orang tua dari pihak laki-laki dan

pihak perempuan yang dilakukan dirumah mempelai perempuan. Menurut Nizami Jamil (2008:

55) “Berinai ini adalah sebuah acara memberikan tanda-tanda bahwa orang tersebut adalah

pengantin baru sehingga masyarakat mengetahui bahwa mereka telah berumah tangga”. Prosesi

Malam Berinai di Riau pada kenyataannya masih dilestarikan akan tetapi pelaksanaannya belum

sesuai dengan aturan yang ada.

Perlu adanya literature (buku sumber), dokumentasi mengenai adat Melayu di Desa Sei

Guntung Hilir Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu Riau, khususnya makanan adat

Melayu dan peralatan yang digunakan untuk menghidangkan atau membawa makanan adat pada

pelaksanaan prosesi Malam Berinai.Hal ini untuk menjaga kelestarian adat dan ketentuan-

ketentuan sekaligus bisa dimanfaatkan oleh masyarakat pada umumnya dan generasi penerus

pada khususnya. Diharapkan masyarakat suku Melayu di Desa Sei Guntung Hilir Kecamatan

Rengat Kabupaten Indragiri Hulu Riau tidak mengalami krisis pengetahuan tentang adat dan

ketentuan-ketentuannya dan sebagai upaya untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai budaya

tradisional sebagai inti jati diri masyarakat Melayu di Desa Sei Guntung Hilir Kecamatan Rengat

Kabupaten Indragiri Hulu Riau.

Tujuan dari penelitian ini adalah Mendeskripsikan jenis makanan khas adat Melayu dan

makna makanan adat yang disajikan pada prosesi Malam Berinai di Desa Sei Guntung Hilir
Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu Riau dan mendeskripsikan alat hidang yang

digunakan dalam penyajian makanan dan teknik penyajian makanan pada prosesi upacara Malam

Berinai pada rangkaian perkawinan adat Melayu di Desa Sei Guntung Hilir Kecamatan Rengat

Kabupaten Indragiri Hulu Riau.

Pembahasan

Makanan adat adalah makanan yang resmi atau makanan yang telah ditentukan untuk

disajikan dalam peristiwa-peristiwa pelaksanaan upacara adat dalam suatu daerah, salah satu

contoh adalah makanan adat di Desa Sei Guntung Hilir Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri

Hulu Riau yang menyajikan makanan adat pada prosesi malam Berinai dalam rangkaian upacara

perkawinan Melayu Riau.

Makanan adat yang disajikan dalam acara malam Berinai biasa disebut dengan

POHO.POHO adalah beberapa makanan yang wajib dihidangkan ketika acara malam Berinai

diadakan.Makanan ini disajikan oleh pihak perempuan dengan tujuan memperkenalkan anggota

kedua belah pihak keluarga baik keluarga laki-laki ataupun keluarga perempuan.

POHO terdiri dari lima macam jenis makanan adat. Adapun jenis makanan yang disajikan

adalah sebagai berikut:

1. Jenis dan Makna Makanan Adat

a. Antiupe
Bahan yang digunakan dalam pembuatan antiupe ini adalah tepung beras, putih telur,

santan dan gula pasir.Teknik penyajiannya ini adalah diletakkan diatas piring ceper dan

susun diatas dulang yang telah disediakan.Makna dari antiupe ini adalah bahwa

pernikahan itu dilandasi dengan kesucian dan niat tulus dari kedua pengantin.

b. Antiase
Bahan dalam pembuatan antiase ini terdiri dari tepung beras, kuning telur, santan dan

gula pasir, sehingga makanan yang dihasilkan berwarna kuning. Teknik penyajiannya

adalah diletakkan diatas piring ceper dan susun diatas dulang yang telah

disediakan.Makna dari Antiase ini adalah agar setelah menikah hendaknya kedua

pengantin selalu dilimpahkan dengan rezeki yang berlimpah sampai akhir khayatnya

yang di ibaratkan dengan warna kuning yang berlambangkan emas dan kemurahan

rezeki.

c. Bolu Berendam
Bahan dalam pembuatan bolu berendam ini adalah tepung terigu, telur vanili dan gula.

Dalam pembuatan bolu berendam ini tidak boleh dalam keadaan datang bulan dan tidak

boleh berkata kotor atau kasar, karena akan menghasilkan bolu yang tidak sempurna.

Bolu berendam ini hanya disajikan oleh para raja dikerajaan Indragiri dan pada saat ini

makan ini hanya disajikan pada acara pernikahan adat melayu.Teknik penyajiannya

adalah menggunakan piring makan yang cembung dan disusun diatasnya kemudian baru

diletakkan diatas dulang yang telah disediakan.Makna dari bolu berendam ini adalah

bahwa di dalam hidup berumah tangga bila terjadi kesalahan atau pertengkaran dan

perselisihan dapat diatasi secara kekeluargaan tanpa harus melibatkan orang lain di dalam

permasalah tersebut..

d. Nage Berarak
Nage Berarak adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar kacang hijau, yang mana

terlebih dahulu kacang hijau direndam kemudian direbus sampai matang, kemudian

masukan bahan lainnya seperti santan, gula, garam, dan daun pandan aduk terus sampai

rata dan terakhir masukan telur yang telah dikocok dan tepung untuk mengentalkan, aduk
terus sampai mengering, kemudian angkat dan cetak sesuai dengan selera. Teknik

penyajiannya adalah diletakkan diatas piring cembung dan disusun diatas dulang yang

telah disediakan.Bahan yang digunakan dalam pembuatan nage berarak ini adalah kacang

hijau, santan, garam, gula pasir, pandan, telur dan tepung.Makna nage berarak ini adalah

bila terjadi permasalahan atau perselisihan di dalam keluarga dapat diselesaikan dengan

jalan musyawarah dan dilaksanakan didalam lingkungan keluarga tanpa melibatkan orang

lain.

e. Asidah
Asidah adalah makanan yang terbuat dari tepung beras, yang mana dalam pengolahannya

adalah campurkan semua bahan menjadi satu adonan dan aduk dengan menggunakan api

kecil sampai adonan matang dan angkat kemudian cetak sesuai yang dinginkan dan taburi

bawang goreng diatasnya. Teknik penyajian asidah ini adalah diletakkan diatas pring

ceper dan disusun diatas dulang yang telah disediakan. Dalam pembuatan asidah ini

bahan yang digunakan adalah tepung beras, santan, gula, telur dan bawang goring Makna

dari asidah ini adalah walaupun terjadi perpecahan atau perselisihan didalam keluarga

atau rumah tangga jangan sampai orang lain mengetahuinya dan orang lain tersebut akan

tetap memandang bahwa keluarga tersebut masih keliatan harmonis dimata mereka.

Anda mungkin juga menyukai