Pada usia toodler peningkatan usia tubuh terjadi secara bertahap bukan secara linier yang
menunjukkan karakteristik, percepatan atau perlambatan pertumbuhan.
Diantaranya:
1. Tinggi badan
2. Berat badan
3. Lingkar kepala
Pada usia 1-2 tahun lingkar kepala = lingkar dada
Total laju peningkatan lingkar kepala pada tahun kedua adalah 2,5 cm, kemudian berkurang
menjadi 1,25 cm/tahun sampai usia 5 tahun
LLA mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak
oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan, laju tumbuh lambat.Tumbuh
menjadi lambat dari 11 cm waktu lahir menjadi 16cm pada 1 tahun, selanjutnya pada usia 1-3
tahun tidak banyak berubah.
5. Lipatan kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular merupakan refleksi tumbuh jaringan
lemak dibawah kulit, yang mencerminkan kecukupan energi pada keadaan defisiensi lipatan kulit
akan menipis dan sebaliknya menebal jika masukan energi berlebih.
1. Batasan Usia
1. PerkembanganPsikososial
Erikson melihat periode 18 bulan sampai 3 tahun sebagai suatu waktu ketika tugas
perkembangan berpusat pada Otonomi Vs rasa malu dan ragu.Toddler memulai perkembangan
rasa Otonominya dengan cara menonjolkan diri mereka dengan seringnya mengatakan kata
tidak. Mereka juga sering merasa putus asa karena pengekangan tingkah lakunya dan pada usia
antara 1 sampai 3 tahun mereka memiliki suatu ciri khas tingkah laku, yang sering
disebutTemper Tantrum. Namun lambat laun mereka akan dapat mengontrol emosi mereka
dengan bantuan dari orang tua.
Periode perkembangan Otonomi adalah suatu waktu saat anak mulai mengadakan kontak sosial.
Toddler menjadi sangat ingin tahu dan banyak bertanya. Pada usia ini anak menjadi lebih kreatif,
meskipun produk yang dihasilkan dari aktivitasnya mungkin tak sempurna.Respon stress yang
biasa muncul pada toddler adalah separation anxiety dan regression. Misalnya, toddler menjadi
sangat cemas ketika harus berpisah dari orang tuanya. Regresi atau kembali pada tingkatan
perkembangan yang lebih awal dapat di lihat saat toddler ngompol, atau menggunakan bedak
bayi. Perawat dapat membantu menjelaskan pada orang tua bahwa hal itu wajar dan itu
menunjukkan bahwa toddler mulai mencoba untuk menentukan posisinya dalam keluarga.
Selama usia toddler, kemampuan untuk mengerti dan mengekspresikan bahasa berkembang
dengan pesat. Kemampuannya untuk mengerti kata-kata lebih maju dari pada kemampuannya
untuk mengekspresikan kata dan ide. Saat usia 1 tahun, toddler sudah bisa mengenal nama
mereka sendiri.
o Peran orang tua: Membantu anak mencapai kontinensia tanpa kontrol yang trelalu
ketat atau overpermissive.
3. Perkembangan kognitif
Menurut Piaget, toddler berada pada tingkatan ke5 dan 6 dari fase sensorimotorik dan memulai
fase prekonseptual sekitar usia 2 tahun. Pada tingkatan ke lima, toddler menyelesaikan
masalahnya melalui proses trial-and-error. Pada tingkatan keenam, toddler dapat menyelesaikan
masalah melalui pemikiran. Misalnya, ketika anak diberi mainan baru, toddler tidak akan segera
mengambil mainan itu dan melihat bagaimana mainan itu bekerja, tetapi mereka akan
memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan berfikir bagaimana mainan itu bekerja.
Selama fase prekonseptual, sedapat mungkin toddler mengembangkan keterampilan kognitif dan
intelektual. Mereka belajar tentang urutan waktu. Mereka mulai berfikir simbolik, contohnya:
kursi mungkin diibaratkan sebagai tempat yang aman, sedangkan selimut identik dengan
kenyamanan.
4. Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg, tingkatan pertama dari perkembangan moral adalah prekonvensional ketika
anak merespon pada label baik atau buruk. Selama tahun kedua kehidupan, anak mulai
belajar mengetahui beberapa aktifitas yang mendatangkan pengaruh dan persetujuan. Mereka
juga mengenal ritual-ritual tertentu, seperti mengulang bagian dari doa-doa. Saat usia dua tahun,
toddler belajar pada perilaku orang tua mereka yang berkaitan dengan urusan moral
5. Perkembangan spiritual
Nutrisi adalah zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak
mempunyai kebutuhan nutrient yang berbeda dan anak mempunyai karakteristik yang khas
dalam mengomsumsi makanan atau zat gizi tersebut. Oleh karena itu, untuk menentukan
makanan yang tepat pada anak, tentukan jumlah kebuthan dari setiap nutrient, lalu tentukan jenis
bahan makanan yang dapat dipilih untuk diolah sesuai denngan menu yang diinginkan, tentukan
juga jadwal pemberian makanan dan perhatikan porsi yang dihabiskannya.
Jenis nutrient yang diperlukan tubuh adalah air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
Karakteristik pemenuhan kebutuhan nutrisi anak toddler
Nafsu makan anak sering kali berubah yang mungkin pada hari ini makannya cukup
banyak dan pada hari berikutnya makannya sedikit
Anak cepat bosan dan tidak tahan makan sambil duduk dalam waktu lama
Beri kesempatan anak untuk belajar makan sendiri. Jangan berharap anak dapat makan
dengan rapi sebagaimana anak yang lebih besar karena anak usia toddler belum mampu
melakukannya
o Jangan menuruti kecendrungan anak untuk hanya menyukai satu jenis makanan
tertentu. Kenalkan selalu dengan jenis makanan baru
o Berikan makanan pada saat masih hangat dengan porsi yang tidak terlalu besar
o Kurangi frekuensi minum susu. Dianjurkan untuk memberikan 2 kali sehari saja
Berlutut tanpa
sokongan
Motorik halus
Melempar bola
dari 1 tangan ke
tangan lain
tanpa jatuh
Motorik halus
Membangun
menara 3
sampai 4 kotak
Membalik
halaman buku 2
atau 3 lembar
sekaligus
Dalam
menggambar
membuat
tekanan sesuai
tiruan
Motorik halus
Menendang
bola dengan
baik Mengungkapkan kebutuhan untuk
makan, minum, dan toileting
Membangun
menara dengan Bicara dengan tidak putus- putus
6-7 kotak
Tempertantrum menurun
Menyusun 2
atau lebih kotak Mendorong orang untuk
menyerupai menunjukkan sesuatu kepada
kereta mereka
Mengambil 2
langkah pada
ujung ibu jari
kaki
Motorik halus
lebih mudah
Membangun
menara 8 kotak Dalam bermain, membantu
menyingkirkan sesuatu, dapat
Koordinasi jari membawa barang pecah belah,
baik,memegang mendorong dengan kendali yang
krayon dengan baik
jari bukan
mengenggam Mulai mengakui perbedaan jenis
kelamin sendiri
Menggerakkan
jari secara Dapat ke toilet sendiri kecuali
mandiri bercebok
Mengambar,
meniru gerakan
vertikal dan
horisontal serta
menyilang
1. Permasalahan Kesehatan
Kecelakaan
Kemungkinan kecelakaan tersebut dapat terjadi dikarenakan serba ingin tahu dan suka
merasakan dan mencicipi segala hal
Masalah Penglihatan
Pada usia Todder ini anak perlu menjalani pemeriksaan penglihatan untuk mengetahui adanya
kelainan pada penglihatan
Karies Gigi
Karies gigi banyak terjadi pada usia todder , biasanya disebabkan oleh asupan makanan manis
yang berlebihan atau penggunaan botol susu yang lama saat tidur siang atau tidur malam
Infeksi Pernafasan dan telinga
2. Pada usia Toddler terdapat reaksi terhadap penyakit dan reaksi terhadap hospitalisasi.
Toddler kurang mampu mendefinisikan konsep tentang citra tubuh, terutama batasan
tubuh.
Toddler bereaksi terhadap nyeri mirip dengan bayi,dan pengalaman sebelumnya dapat
mempengaruhi toddler dengan baik
Toddler juga merasa kehilangan kendali berkaitan dengan keterbatasan fisik, kehilangan
rutinitas ketergantungan dan takut terhadap cedera atau nyeri pada tubuh.
Toddler seolah tidak mau kehilangan orangtua dengan menunjukkan respon verbal seperti
merangkul dengan erat, menangis. ( PROTES )
Tidak tertarik terhadap lingkungan dengan menunjukkan sikap pasif, depresi dan
kehilangan nafsu makan. (PUTUS ASA )
Deteksi dini pertumbuhan sangat perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui normalitas
pertumbuhan dan mendeteksi penyimpangan pertumbuhan secara dini. Langkah ini dilakukan
secara bersama oleh keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan. Dalam hal ini yang diperiksa
adalah berat badan dan tinggi badan. Adapun tujuan dari pengukuran berat badan dan tinggi
badan (BB/TB) adalah untuk menentukan status gizi anak, yaitu normal, kurus, kurus sekali atau
gemuk. Pengukuran dilaksanakan bersamaan dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita.
Pengukuran TB/BB ini dlakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih.
Letakkan timbangan pada tempat yang datar dan tidak mudah bergoyang
Bayi sebaiknya telanjang, tanpa baju, topi, kaus kaki dan sarung tangan
Bila bayi terus-menerus bergerak, perhatikan gerak jarum, baca angka di tengah-tengah
antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri
Letakkan timbangan di atas lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak
Lihat posisi jarum harus ada pada angka 0 (nol). Jika tidak, maka atur posisi jarum agar
netral
Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi,
kalung dan tidak memegang sesuatu
Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka yang ditengah-
tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kiri
Petugas I
Kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka nol
Petugas II
Tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki
Petugas II
Tujuannya untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau tidak. Cara
mengukur lingkaran kepala adalah sebagai berikut :
Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata, diatas
kedua telinga dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang
Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis kelamin
bayi/anak
Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran yang sekarang
Interprestasi :
Bila ukuran kepala anak berada di dalam ;jalur hijau atau area antara -2 SD sampai
dengan 2 SD, maka lingkaran kepala anak normal
Bila ukuran kepala anak berada diluar jalur hijau, maka lingkaran kepala anak tidak
normal
Intervensi :
Denver development screening test (DDST) adalah suatu metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostic atau tes IQ sehingga tidak dapat meramalkan
kemampuan intelektual dan adaptif/perkembangan anak dimasa yang akan datang. Tes ini juga
tidak untuk mendiagnosis kesulitan belajar, gangguan bahasa, gangguan emosional, substitusi
evaluasi diagnostic atau pemeriksaan fisik anak. Tes ini lebih mengarah kepada perbandingan
kemampuan atau perkembangan anak dengan kemampuan anak lain yang seumurnya. DDST
memenuhi semua persyaratan yang diperlukan metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan
cepat karena hanya membutuhkan waktu 15-20 menit, tetapi dapat diandalkan dan menunjukkan
validitas yang tinggi.
Tujuan dari tes Denver II ini adalah untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan
tugas untuk kelompok umurnya saat tes. Tes Denver II ini juga digunakan untuk melakukan
monitor perkembangan bayi atau anak dengan resiko tinggi terjadinya penyimpangan atau
kelainan perkembangan secara berkala. Hal yang perlu mendapatkan prioritas biasanya anak
dengan riwayat masalah perinatal, seperti premature, berat lahir rendah, riwayat asfiksia,
hiperbilirubinemia, infeksi intrapartum, ibu dengan diabetes mellitus, gemeli dan sebagainya.
Terdapat lima keunikan dari danver II yang membedakan instrument ini dengan instrument yang
lain, yaitu sebagai berikut :
1. Adanya validitas standar yang sangat teliti dan hati-hati yang dapat menrefleksikan hasil
tes
3. Hasil tes digambarkan dalam format grafik untuk masing-masing umur dalam presentase
25, 50, 75 dan 90 persen dari penampilan anak untuk masing-masing komponen.
5. Secara primer, tes lebih berdasarkan pada observasi penguji secara actual dibandingkan
dengan observasi orang tua
6. Tes ini ideal dengan menampilkan satu lembar laporan kemajuan perkembangan anak
atau paling tidak perkembangan mereka terpantau dengan baik karena perkembangan
anak merupakan suatu hal yan istimewa
Format denver II adalah satu bentuk tampilan tes unik yang memudahkan dalam pelaporan dan
interprestasi. Tes ini berperan secara luas untuk dipergunakan dalam program-program skrining,
antara lain klinik kesehatan anak, bidan praktik swasta, materi pendidikan awal untuk orang tua
dan pengajar dan lain-lain.
Aspek perkembangan yang dinilai, terdapat 125 tugas perkembangan yang disusun berdasarkan
urutan perkembangan dan diatur dalam empat kelompok besar yang disebut sector
perkembangan. Kelompok yang dimaksud adalah sbagi berikut :
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat
3. Bahasa
Aspek yang menggambarkan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti
perintah atau berbicara secara spontan
4. Gerakan motorik kasar
Penilaian perkembangan pada anak sangat penting dilakukan agar bila ditemukan kecurigaan
penyimpangan dapat segera dilakukan stimulasi dan intervensi dini sebelum kelainan terjadi.
Meskipun secara spesifik KPSP khusus digunakan pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar, tapi
hasil kesimpulan dari kedua instrument ini tidak mengalami perbedaan makna yang sangat
signifikan. Kesimpulannya bahwa pemeriksaan KPSP setara moderat dengan Denver II dan
dapat dijadikan sebagai alat deteksi dini di tingkat posyandu.
Tujuan dari penggunaan KPSP sebagai instrument skrining adalah untuk mengetahui bagaimana
perkembangan anak sesuai dengan umurnya. Selain itu, instrument ini juga digunakan sebagai
alat untuk mendeteksi penyimapangan perkembangan anak agar segera dapat dilakukan
intervensi.
2. Pelaksana
Skrining menggunakan KPSP dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas PAUD
yang telah terlatih
Alat instrument yang digunakan pada skrining KPSP adalah sebagai berikut :
Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP adalah anak umur 0-72 bulan
Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus
berukuran sisi 2,5 cm sebanyak enam buah, kismis, kacang tanah dan potongan biscuit
kecil berukuran 0,5-1 cm
Setalah menentukan umur anak, pilihlah KPSP yang sesuai dengan umur anak
Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh, dapatkah bayi makan kue
sendiri?.
Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis
pada KPSP. Misalnya, pada posisi anak telentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya
secara perlaahan-lahan kea rah posisi duduk!.
Jelaskan kepada orang tuan agar tidak takut atau ragu-ragu untuk menjawab. Oleh karena
itu, pastikan orang tua/pengasuh anak mengerti dengan apa yang ditanyakan kepadanya
Ajukan pertanyaan secara berurutan dan satu per satu. Setiap pertanyaan hanya
membutuhkan satu jawaban, yaitu ya atau tidak. Catat jawaban pada formulir tersebut
Terakhir, teliti kembali apakah semua pertanyaan yang ada dalam KPSP telah terjawab
Jawaban ya bila orang tua/pengasuh anak menjawab anak bisa, pernah, sering atau
kadang-kadang melakukannya
Jawaban tidak bila orang tua/pengasuh anak menjawab anak belum pernah, tidak
melakukan atau oran tua/pengasuh anak tidak tahu
Jumlah jawaban ya = 9 atau 10, berarti perkembangan anak sesuai dengan tahap
jawaban perkembangannya (S)
Untuk jawaban tidak, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian)
6. Intervensi
Bila perkembangan anak sesuai perkembangan (S), lakukan tindakan sebagai berikut
Beri pujian kepada orang tua/pengasuh anak karena telah mengasuh anak dengan baik
Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin sesuai dengan umur dan
kesiapan anak
Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu secra
teratur sebulan sekali dan setiap ada kegiatan bina keluarga balita.
Lakukan pemeriksaan sacara rutin menggunakan KPSP setiap tiga bulan pada anak umur
kurang dari 24 bulan dan setiap enam bulan pada umur 24 sampai 72 bulan
Beri petunjuk pada ibu/pengasuh anak agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak
lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin
Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan/mengejar ketertinggalannya
Lakukan penilaian ulang KPSP dua minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP
yang sesuai dengan umur anak
Bila dalam perkembangan anak terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan sebagai
berikut :
Rujuk anak ke rumah sakit dengan menuliskan jnis dan jumlah penyimpangan
perkembangan (gerak halus, gerak kasar, bicara dan bahasa dan sosialisasi dan kemandirian)
Bermain bola
Berjalan sendiri
Menarik mainan
Bila anak sudah dapat berjalan tanpa berpegangan, berikan mainan yang bisa ditarik ketika anak
berjalan. Anak biasanya akan menyukai mainan yang bersuara.
Berjalan mundur
Bila anak sudah dapat berjalan sendiri tanpa berpegangan, berikan mainan yang dapat ditarik dan
ajari untuk berjalan mundur agar dapat memperhatikan mainannya.
Bila anak sudah dapat berjalan sendiri, ajari anak untuk menaiki tangga dengan berjalan sambil
berpegangan pada dinding atau pegangan tangga. Begitu juga saat turun dari tangga. Temani
anak saat menaiki tangga.
Ajari anak untuk berjalan dengan berjinjit. Buat anak agar mau untuk mengikuti kita berjalan
sambil berjinjit berkeliling ruangan.
Ajak anak untuk bermain bola dengan cara melempar dan menangkap bola. Awali dengan bola
yang berukuran besar.
Menggambar
Menyusun kubus dan mainan
Permainan balok
Beli atau buat balok kayu dengan ukuran 2,52,5 cm. ajari anak untuk menyusun balok itu tanpa
menjatuhkan.
Ajari anak untuk memasukkan benda ke dalam suatu wadah, misalnya pot, kaleng, botol dan
sebagainya. Lalu ajarkan pula bagaimana cara mengeluarkan. Upayakan agar anak dapat
melakukannya sendiri tanpa dibantu.
Sediakan mangkuk atau kotak plastik dengan berbagai ukuran. Ajarkan kepada anak cara
memasukkan mangkok yang berukuran lebih kecil kedalam mangkok yang ukurannya lebih
besar. Biarkan anak melakukannya sendiri.
Berbicara
Menjawab pertanyaan
Membuat suara
Ajak anak untuk membuat suara dengan cara memukul-mukul kaleng kosong atau barang lain
yang dapat mengeluarkan suara.
Ketika kita sedang mengenakan pakian anak, sebutkan bagian-bagian tubuhnya dengan
menunjukkan secara langsung. Berikutnya, tanyakan nama bagian tubuh dengan menunjukkan
langsung ke bagian yang dimaksud.
Pembicaraan
Bila anak meminta sesuatu dengan menyebutkan hanya satu kata saja, misalnya susu, maka ajari
ia untuk mengatakan dua kata. Puji ia bila berhasil melakukannya.
Kemampuan sosialisasi dan kemandirian
Mengayun
Meninabobokan
Permainan ciluk-ba
Permainan bersosialisasi
Melepas baju
Ajari anak untuk melepas bajunya sendiri. Mula-mula tunjukkan cara melepas kancing atau
melepas sepatunya.
Makan sendiri
Tunjukkan kepada anak cara memegang sendok. Biarkan anak makan sendiri dan bantu jika ia
mengalami kesulitan
Merawat boneka
Berikan ia boneka yang dapat dicuci. Ajari bagaimana cara merawatnya dengan memandikan,
memberikan makan dan menyayanginya (dilakukan terutam anak perempuan)
Sesekali ajak anak ke tempat-tempat umum, seperti kebun binatang, pasar, terminal, bandara dan
lain-lain sambil membeicarakan apa yang sedang dilihatnya.
Ajak anak untuk bermain diluar rumah, seperti memanjat, berayun, memanjat tangga dan berlari-
lari dihalaman rumah.
Bermain air
Ajak anak untuk bermain air di pancuran, kolam renang, pantai dan lain-lain. Berikan mainan
berupa gelas plastic untuk menuang air dan ember plastic kecil untuk memampung air. Jangan
biarkan ia sendirian meskipun di kolam yang sangat dangkal.
Menendang bola
Tunjukkan kepada anak bagaimana cara menendang bola besar ke arah tonggak-tonggak besar
agar roboh. Bola dapat terbuat dari potongan Koran, kertas atau kain sedangkan tonggak dapat
terbuat dari tumpukan kotak karton atau kaleng susu.
Meniup
Ajari anak untuk meniup busa sabun dengan alatnya. Bicarakan mengenai bentuk dan bagaimana
rasanya meraba busa sabun tersebut.
Membuat untaian
Ajari anak untuk membuat untaian benda-benda, seperti manik-manik besar, kancing besar,
macaroni dan lain-lain dengan tali sepatu yang cukup kuat
Sering-sering ajak anak melihat buku gambar atau majalah. Minta anak untuk bercerita tentang
apa saja yang dilihatnya dalam buku/majalah tersebut.
Telepon-teleponan
Beri anak sebuah mainan yang menyerupai pesawat telepon, misalnya kotak kecil dari karton
atau mainan anak dari plastic yang dibuat menyerupai pesawat telepon. Ajarkan cara menelpon
dan ajak anak untuk menelpon nenek atau ayah yang sedang bekerja.
Ajak anak kepasar dan sebutkan nama barang-barang yang dilihatnya. Usahakan agar anak mau
untuk menyebutkan terlebih dahulu sebelum kita menyebutkannya.
Buai anak dengan penuh kasih saying, nyanyikan lagu sampai anak tertidur
Ajak anak mengunjungi tempat bermain, kebun binatang, lapangan terbang, museum dan lain-
lain
Ajak anak makan bersama anggota keluarga lainnya
Peluk dan cium anak sesering mungkin dan buat agar ia kembali mencium dan memeluk kita.
Ajari anak untuk membereskan dan mengembalikan mainannya sendiri. Mula-mula anak
mungkin perlu dibantu, selanjutnya kurangi bantuan agar anak dapat mandiri.
Ajari anak untuk bertemu dengan teman sebayanya secara teratur dan biarkan mereka bermain
bersama. Sementara itu, orang tua dapat saling berdiskusi mengenai bagaimana cara
menstimulasi anak.
Permainan baru
Tunjukkan permainan baru pada anak, seperti kejar-kejaran, berputar-putar dan lain-lain.
Beritahu anak bahwa kita akan bersembunyi. Minta anak untuk mencari tempat persembunyian
kita. Mula-mula buat agar ia dpat menemukan kita dengan mudah. Setelah anak terbiasa dengan
permainan ini, buat agar permainan menjadi lebih sulit.
Melompat
Ajarkan anak bagaimana cara melompat dengan dua kaki. Mula-mula pegangi anak di kedua
tangannya. Usahakan agar ia melompat di atas keset atau handuk.
Ajari anak bagaimana cara berdiri di atas satu kaki. Mula-mula anak akan memerlukan bantuan.
Usahakan agar anak menjadi trbiasa dan dapat berdiri dengan seimbang dalam waktu yang lebih
lama setiap kali ia mengulangi permainan ini.
Biarkan anak mencoba mainan yang perlu didorong dengan kakinya agar mainan itu dapat
bergerak maju.
Doorong anak agar mau untuk bermain balok-balok, memasukkan benda yang satu kedalam
benda yang lainnya
Buat lubang-lubang dengan ukuran dan bentuk yang berbeda pada sebuah tutup kotak/kardus.
Beri anak mainan atau benda-benda yang dapat dimasukkan lewat lubang itu.
Bermain puzzle
Beri anak mainan puzzle sederhana yang hanya terdiri atas 2-3 potong saja
Beri adonan kue (apabila kebetulan ibu sedang membuat kue) atau lilin yang bias dibentuk. Ajari
bagaimana cara membuat berbagai bentuk.
Bernyanyi, bercerita dan membaca sajak, serta syair. Ajak ia agar mau ikut
Bicara banyak pada anak menggunakan kalimay yang pendek tapi jelas dan mudah ditiru anak
Dorong anak agar mau bercerita tentang apa yang dikerjakan dan dilihatnya
Melihat acara di TV
Biarkan anak melihat acara di TV. Kita berikan penjelasan mengenai acara yang sedang
dilihatnya ketika mendampingi.
Mulai berikan perintah kepada anak dengan instruksi yang jelas, seperti dik, tolong mama
ambilkan kaus kaki yang berwarna merah ya, letakkan cangkirmu di atas meja. Sebelumnya,
ajarkan anak bagaimana cara untuk melakukan perintah tersebut.
Sering-sering perlihatkan gambar dalam majalah lalu upayakan agar ia mau bercerita tentang apa
yang dilihatnya.
Ajak anak untuk mengunjungi tempat bermain, seperti kebun binatang, pasar, supermarket,
museum, lapangan terbang dan lain-lain
Berikan kepada anak baju dengan kancing tarik, lalu ajarkan anak bagaimana cara
mengancingkannya.
Usahakan anak agar mau untuk bermain dengan teman sebayanya, misalnya main petak umpet.
Membuat rumah-rumahan
Ajari anak membuat rumah-rumahan, misalnya terbuat dari kotak/kardus. Potong kardus untuk
membuat pintu dan jendela.
Berpakaian
Biarkan anak untuk memakai bajunya sendiri sejauh mana ia mampu untuk melakukannya, lalu
pujilah. Setelah mampu, biarkan ia memakai bajunya tanpa bantuan kita.
Minta tetangga ayau saudara untuk mengawasi anak sementara kita pergi. Mula-mula pergi
hanya sebentar saja. Dengan cara ini ia akan mengerti bahwa meskipun kita pergi tapi tetap akan
kembali kepadanya.
Dorong anak agar mau untuk memanjat, berlari, melompat, melatih keseimbangan badan dan
bermain bola
Latihan menghadapi rintangan
Ajak anak untuk bermain ular naga, merangkak di kolong meja, berjinjit mengelilingi kursi,
melompat di atas bantal dan lain-lain.
Melompat jauh
Usahakan agar anak mau untuk melompat sejauh-jauhnya dengan kedua kakinya secara
bersamaan. Letakkan sebuah handuk tua dilantai lalu ajari anak untuk melompatinya. Selain itu,
dapat juga dengan membuat garis ditanah dengan sebuah kapur tulis dan minta anak untuk
melompatinya.
Tunjukkan kepada anak bagaimana cara melempar sebuah bola besaar kea rah kita. Kemudian
lemparkan kembali bola itu kepada anak sehingga ia dapat menangkapnya.
Dorong anak agar amau bermain puzzle, balok, memasukkan benda ke benda yang lain dan
menggambar
Bantu anak untuk memotong gambar-gambar dari sejumlah majalah yang tidak dipakai.
Kemudian buat gambar tempelan menggunakan lem kertas. Jelaskan kepada anak apa yang
sedang kita kerjakan.
Berikan kepada anak berbagai benda yang berlainan jenisnya dengan jumlah tiap jenis lebih dari
satu. Minta anak untuk mengelompokkan benda menurut jenisnya. Mula-mula dibatasi hanya
dua jenis saja.
Tunjukkan kepada anak mengenai gambar bola dan bentuk bola yang sesungguhnya. Jelaskan
mengenai kegunaan benda itu.
Konsep jumlah
Tunjukkan kepada anak cara mengelompokkan benda dalam jumlah satu, dua, tida dan
seterusnya. Katakana kepada anak berapa jumlah benda dalam satu kelompok dan bantu untuk
menghitungnya.
Bermain/menyusun balok-balok
Buat atau beli satu set mainan baok untuk anak. Anak akan bermain dengan balok itu selama
bertahun-tahun. Bila anak bertambah besar, tambahkan jumlah baloknya.
Bacakan buku cerita kepada anak. Buat agar dia melihat kita membaca buku. Hal ini
mengandung pesan bahwa mmbaca buku itu bermanfaat dan penting
Dorong anak agar ia mau bercerita tentang apa yang dilihatnya baik dari buku ataupun saat ia
berjalan-jalan
Acara berita TV kadang menakutkan anak. Jelaskan kepada anak menganai isi berita itu
dengan kalimat yamh bias dipahami anak
Ajari anak untuk menyebutkan namanya dengan lengkap. Ulangi sampai ia dapat
menyebutkannya sendiri.
Anak senang mendengar cerita tentang dirinya. Ceritakan kembali kejadian-kejadian lucu yang
dialami anak sebelumnya.
Ketika mengenakan baju anak, sebut jenis baju yang ia pakai, misalnya celana dalam, kaos
dalam, celana, kemeja dan lain-lain.
Gunakan ungkapan yang menyatakan keadaan suatu benda ketika mengajak anak untuk
berbicara, misalnya,pakai kemeja yang merah atau bolamu yang kuning ada di bawah meka.
Bujuk anak ketika ia kecewa dengan cara memeluk dan berbicara kepadanya
Sering-sering ajak anak untuk pergi keluar seperti ke took, tempat bermain, kebun binatang
dan lain-lain
Ajak anak untuk membersihkan tubuhnya ketika kotor dan mengelapnya dengan bantuan
sesedikit mungkin. Demikian juga dalam berpakaian dan melakukan pekerjaan rumah ringan
Ajari anak untuk memberitahukan kita bila ingin buang air kecil atau besar. Damping anak saat
buang air dan beritahu cara membersihkannya atau menyiramnya.
Berdandan
Biarkan anak berdandan mengenakan pakaian dewasa yang sudah lama. Beri anak beberapa topi
anak, rok (untuk perempuan), celana, kemeja (untuk anak laki-laki) dan sepatu. Biarkan anak
memilih sendiri pakian yang ia sukai.
Berpakaian
Ajari anak untuk berpakaian sendiri tanpa bantuan. Berikan kesempatan kepada anak untuk
memilih sendiri pakiannya.
Emosi anak-anak prasekolah diungkapkan secara bebas. Dalam usia 3 tahun, anak-anak
mengalami banyak rasa takut -- terhadap binatang, monster dan mungkin juga terhadap "serigala
besar yang jahat". Karena mereka memunyai kesulitan untuk membedakan antara fakta dengan
khayalan, mereka perlu diyakinkan berulang-ulang oleh orang tua mereka. Anak usia prasekolah
juga sering merasa khawatir, iri hati, ingin tahu, senang, dan sayang.
Selama masa-masa yang penting ini, anak-anak mengambil langkah besar untuk bersikap
mandiri. Mereka belajar makan sendiri dan memotong-motong makanan mereka sendiri di
piringnya. Mereka mulai berpakaian sendiri, biasanya dengan petunjuk orang tua tentang apa
yang harus dipakai dan bukan tentang bagaimana memakainya. Mereka sudah terlatih menjaga
kebersihan, menggunakan kamar mandi jika mereka membutuhkan, dan setelah itu
membersihkan diri sendiri. Mereka tidak lagi terlalu bergantung pada ibu mereka secara sosial
karena mereka mulai memunyai banyak teman.
Tahun-tahun prasekolah merupakan masa-masa ketika identitas seksual diteguhkan. Anak-anak
membutuhkan orang tua yang sejenis untuk mengidentifikasikan diri dan menolong sebagai figur
teladan. Waktu yang dihabiskan dengan anak-anak prasekolah harus kuantitatif dan kualitatif.
Meskipun orang tua harus menghindari tugas-tugas peniruan, meminta anak laki-laki membantu
ayah mereka mengerjakan tugas yang biasa dikerjakan kaum pria, dan anak perempuan
membantu ibu mereka akan membantu proses identifikasi seksual.
Selama tahun-tahun ini, pada umumnya anak-anak melalui tahap pemikiran bahwa mereka
akhirnya akan menggantikan orang tua dan menikah seperti orang tuanya. Orang tua harus
memberikan kehangatan dan kasih sayang kepada anak laki-laki dan perempuan, tetapi mereka
harus menghindari stimulasi yang berlebihan terhadap anak-anak prasekolah. Anak-anak yang
lebih muda bisa saja akan terus mengikuti orang tua mereka ketika berpakaian, menggunakan
toilet, atau mandi, dan bahkan tidur di tempat tidur yang sama. Orang tua harus dengan lembut
tetapi tegas meminta mereka menghentikan kegiatan itu. Anak-anak prasekolah biasanya tidak
akan terlalu keberatan, dan akan menuntut privasi mereka sendiri.
Kemarahan
Banyak anak prasekolah yang mengungkapkan kemarahan secara tiba-tiba. Dalam hal ini orang
tua jangan memberikan apa yang diminta anak sebagai tanggapan terhadap kemarahannya itu,
sebab hal itu akan dipandang anak sebagai pahala. orang tua harus mengabaikan kemarahan
pertama anak. Jika usaha ini tidak berhasil untuk meredakan kemarahannya, orang tua perlu
berbicara dengan tegas. Dalam beberapa kasus anak perlu dipukul.
Cacat
Sikap orang tua dan perkembangan anak secara umum bisa sangat dipengaruhi oleh kondisi cacat
(Bentovim, 1972). Anak cacat bisa menjadi terlalu bergantung dan menarik diri. orang tua dan
anggota keluarga lainnya yang merasa kasihan terhadap anak itu mungkin akan membiarkan
anak itu bersikap begitu, tetapi hal itu akan menimbulkan masalah perilaku. Anak yang cacat
harus didorong untuk sebisa mungkin mandiri, tanpa menyangkal kondisi cacatnya.
Kegemukan
Kegemukan menghancurkan citra diri anak dan membuatnya diejek teman-temannya, jadi orang
tua harus mencegah masalah itu dengan risiko apa pun. Memberi anak terlalu banyak makanan,
kemudian meminta mereka "untuk membersihkan piringnya" bisa menyebabkan kegemukan.
Mengompol
Masalah ini biasa untuk anak masa prasekolah, tetapi itu akan menjadi masalah besar jika masih
berlanjut sampai masa sekolah. Kurang lebih 16 persen anak-anak kadang-kadang masih
mengompol setelah berumur 5 tahun (Rae-Grant, Carr, dan Berman, 1983, 181). orang tua tidak
boleh mengolok-olok anak yang masih mengompol; sebaliknya orang tua sebaiknya menyuruh
anak itu untuk membersihkan tempat tidurnya setiap kali hal itu terjadi.
Seperti halnya mengompol, hal ini juga merupakan hal yang normal untuk anak masa
prasekolah. Jika hal ini terus berlanjut setelah umur 4 tahun, orang tua bisa melakukan konsultasi
dengan ahli psikologi. Kadang-kadang, mengompol atau buang air besar di celana merupakan
masalah medis yang bisa diobati dengan obat-obatan tertentu.
Menggigit Jari
Anak yang masih suka menggigit jari pada usia ini merupakan hal yang normal. Untuk
menghilangkan kebiasaan ini, anak perlu ditawari hadiah; namun hukuman untuk hal ini tidak
disarankan.
"Gerenyet"
Perilaku seperti gerakan tiba-tiba yang tidak pantas, seperti mengedipkan mata dan berdehem
terus-menerus disebut gerenyet. Anak yang memiliki perilaku seperti ini mungkin memerlukan
konseling karena perilaku ini biasanya disebabkan oleh konflik emosional yang mendasarinya.
Gerenyet tersebut akan hilang dengan sendirinya jika konflik tersebut diselesaikan (Freedman,
Kaplan, dan Saddrock, 1975, 1398-1399). Pengobatan mungkin juga dapat dipakai untuk
mengatasi masalah itu sementara.
Gagap
Gagap pada anak prasekolah dipandang normal dan biasanya akan hilang saat anak itu berumur 6
tahun. Gagap biasanya disebabkan oleh ketidakmatangan neurologis. orang tua sebaiknya
mengabaikan hal ini kecuali hal itu berlanjut sampai masa sekolah. Makin banyak diberi
perhatian, masalah ini justru makin bertambah parah.
Rasa takut terhadap binatang sangat biasa selama usia ini dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
orang tua harus meyakinkan anak itu berulang-ulang. Mimpi buruk dan teror malam mungkin
merupakan akibat konflik emosional. Dalam beberapa kasus, dibutuhkan pengobatan, terutama
dengan teror malam di mana anak-anak berteriak dan meronta-ronta tetapi tidak bangun. Lampu
malam mungkin bisa membantu. Anak-anak harus didorong untuk kembali ke kamar mereka
lagi, dan jangan tidur di kamar orang tua. Mengigau merupakan hal yang biasa terjadi pada anak-
anak kecil. Jika itu terjadi berulang kali, mungkin dibutuhkan pengobatan.
Depresi
Depresi merupakan hal yang biasa dialami setelah anak kehilangan orang tua atau benda yang
dikasihi. Depresi sering kali muncul dalam bentuk penarikan diri, kesedihan yang berlarut-larut,
dan peningkatan atau penurunan tingkat aktivitas yang mencolok. Mungkin dibutuhkan
konseling; kadang-kadang obat antidepresan dengan dosis rendah bisa diberikan.
Stres
Sekolah minggu, pindah ke rumah yang baru, kunjungan ke dokter gigi atau ke dokter, atau
kelahiran adik mungkin menyebabkan stres yang cukup berat bagi anak. Orang tua perlu
mempersiapkan anak itu dengan membicarakan kejadian itu dengan jujur. Orang tua harus
memberi tahu anak-anak jika akan mempekerjakan pengasuh untuk mengurangi stres anak.
Havighurst (1961) mengartikan tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada
periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil
dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya,
sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang
bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan
tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang seyogyanya
dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase perkembangannya, seperti tugas yang
berkaitan dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama dan
hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.
Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan anak usia 4 5 tahun adalah
sebagai berikut:
2. Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai makhluk yang sedang
tumbuh
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf membuat pola (pattern
making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi, betul-
betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya. Sedangkan pada keterampilan motorik kasar,
anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan
gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan
dua gerakan sekaligus seperti melompat sambil melempar bola.
Perkembangan Kreativitas
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan anak dalam khayalannya) dan
animasi (kecenderungan mengganggap benda mati sebagai benda hidup) yang merupakan
kreativitas awal di masa batita sudah mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah
cenderung melakukan dusta putih (white lie) atau membual. Tujuannya bukan untuk menipu
orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin bualannya didengar. Perlu
diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah mulai menunjukkan ego dan otoritasnya. Misal, ia
melihat seekor naga hitam melintas di depan rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin orang lain
juga turut meyakininya.
Kelak, sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak mulai membedakan antara khayalan
dan kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang. Sebaliknya, orang dewasa juga jangan
membiarkan anak untuk terus-terusan membual berlebihan. Sebab, bila hal ini dibiarkan,
membual dan melebih-lebihkan yang dilakukan dengan tujuan mengesankan orang lain, malah
berbuah menjadi kebohongan yang mungkin menjadi kebiasaan.
Perkembangan Emosi
Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah kematangan emosi. Semakin matang emosi
seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Untuk anak usia prasekolah, kemampuan
mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak mengungkapkan emosinya.
Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya
tanpa harus merugikan orang lain. Saat mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan
pembelaan. Entah dengan ucapan, semisal, Itu mainan saya. Ayo kembalikan!, atau dengan
mengambil kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,
moral, dan tradisi. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau
bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau
norma- norma kehidupan bermasyarakat.
Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan keterampilan
sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia lain di luar dunia rumah bersama ayah-ibu.
Kemampuan bersosialisasi harus terus diasah. Sebab, seberapa jauh anak bisa meniti
kesuksesannya, amat ditentukan oleh banyaknya relasi yang sudah dijalin. Banyaknya teman
juga membuat anak tidak gampang stres karena ia bisa lebih leluasa memutuskan kepada siapa
akan curhat.
Ciri Sosial Ciri Anak Prasekolah atau TK a) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu
atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan
diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama
jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda. b)
Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok
tersebut cepat berganti-ganti. c) Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak
yang lebih besar. Parten (1932) dalam social participation among preschool children melalui
pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa
tingkah laku sosial: a) Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia
mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan
apapun. b) Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan, berbeda
dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka berusaha untuk tidak
saling berbicara. c) Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati.
Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk
bermain bersama. d) Bermain pararel. Anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak
sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan yang sama,
berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung. e) Bermain asosiatif. Anak bermain
dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain
dengan caranya sendiri-sendiri. f) Bermain Kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana
ada organisasi. Ada pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam
kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.
Perkembangan Moral
Kemampuan sosialisasi yang berkembang membawa anak usia prasekolah masuk ke dalam
berbagai kelompok baru di luar rumah, yaitu sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sebagai bagian
dari kelompok, anak prasekolah belajar mematuhi aturan kelompok dan menyadari
konsekuensinya bila tidak mengikuti aturan tersebut.
Anak usia prasekolah belajar perilaku moral lewat peniruan. Itulah sebabnya, orang-orang
dewasa harus menghindari melakukan hal-hal yang buruk, semisal bicara kasar, memukul,
mencela, dan lain-lainnya di depan anak.
Sosialisasi juga membawa anak pada risiko konflik, terutama dengan teman sebaya. Oleh
karenanya, kemampuan memecahkan konflik merupakan modal yang harus dimiliki anak.
Semakin baik kemampuannya dalam hal ini, maka kepribadiannya akan semakin stabil. Anak
yang pandai mengatasi konflik umumnya akan mudah pula mengatasi masalah dalam hidupnya,
entah di sekolah, di rumah, ataupun kelak di tempat bekerja.
Perkembangan Kognitif
Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK a) Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa.
Sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi
kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik. b)
Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan
kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara
mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut: a)
Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak. b) Tunjukkan minat terhadap
apa yang dilakukan dan dikatakan anak. c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan
mendapatkan kesempatan dalam banyak hal. c) Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk
melakukan berbagai kegiatan secara mandiri. e) Doronglah anak agar mau mencoba
mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku. f) Tentukan batas-batas tingkah laku
yang diperbolehkan oleh lingkungannya. g) Kagumilah apa yang dilakukan anak. h) Sebaiknya
apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
Keterampilan Gender
Anak prasekolah sudah mampu membedakan pria dan wanita yang dilihat dari penampilan yang
berbeda, pakaian yang berbeda dan rambut yang berbeda. Beberapa anak juga mulai memahami
organ-organ tubuh yang berbeda pada pria dan wanita karena orang tua mereka mulai
memperkenalkannya, entah lewat pengamatan langsung atau lewat buku-buku. Tetapi tidak
semua anak di usia ini punya keterampilan membedakan melalui anatomi fisik/organ intim
karena beberapa orang tua masih enggan membicarakan soal peran seks pada anak mereka di
usia prasekolah. (Santi Hartono, 2010)
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah perangsangan
(penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang
mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang
bahkan tidak mendapat stimulasi (Kania 2010).
1. Gerakan kasar, dilakukan dengan member kesempatan anak melakukan permainan yang
melakukan ketangkasan dan kelincahan
3. Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti satu separuh
dengan cara membagikan kue
4. Bergaul dan mandiri dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke tetangga.
(Suherman, 2000)
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada usia toodler peningkatan usia tubuh terjadi secara bertahap bukan secara linier yang
menunjukkan karakteristik, percepatan atau perlambatan pertumbuhan.
Permasalahan Kesehatan Pada usia Todder masalah kesehatan yang sering terjadi adalah
Kecelakaan
Masalah Penglihatan
Karies Gigi
Dalam mendeteksi pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan dengan menggunakan
cara DDST II dan KPSP. Cara ini sangat mudah untuk digunakan dan mengetahui sejauh mana
perkembangan dan pertumbuhan anak.
1. Saran
Setelah membaca tentang penyakit sindrom goodpasture diharapkan bagi para mahasiswa/I dapat
mengerti dan memahami tentang pertumbuhan dan perkembangan anak usia Toddler (1 sampai 3
tahun). Penyusun juga menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak kekurangan,
bila ada kritikan yang membangun dapat penyusun terima untuk menyempurnakan tugas ini.
Semoga dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA