Rhenald Kasali
Jilid I
www.norisanto.com
" Bagi sebagian kita Perubahan itu menakutkan. Namun manakala anda berhasil
mengalahkannya, ia akan menjadi energi yang luar biasa untuk menemukan
pintu keluar dari segala kesulitan"
Rhenald Kasali
1|www.norisanto.com
Daftar Isi
1. Pendahuluan ....................................................................................................2
1.1 Siapa Rhenald Kasali? ......................................................................................2
1.2 Tujuan ebook Kumpulan Artikel Rhenald Kasali, Jilid I ...............................2
1.3 Penyalahgunaan Dokumen ..............................................................................2
2|www.norisanto.com
1. Pendahuluan
1.1 Siapa Rhenald Kasali?
Prof Rhenald Kasali adalah Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Pria bergelar PhD dari University of Illinois ini juga banyak
memiliki pengalaman dalam memimpin transformasi, di antaranya menjadi
anggota pansel KPK sebanyak 4 kali, dan menjadi praktisi manajemen.
Ia mendirikan Rumah Perubahan, yang menjadi acuan dari bisnis sosial di kalangan
para akademisi dan penggiat sosial yang didasari entrepreneurship dan
kemandirian.
Saat ini adalah jaman super gadget, gadget super canggih memungkinkan para
pembaca bisa mendapatkan akses tidak terbatas tidak saja hanya ke internet tapi
juga ke file atau berkas digital secara mudah tanpa mesti dibatasi oleh ruang dan
waktu lagi.
3|www.norisanto.com
Sekali lagi ditegaskan bahwa dokumen ini tidak untuk kepentingan komersil dengan
memperjualbelikannya demi keuntungan sepihak.
4|www.norisanto.com
Di akhir tahun ini, perhatian para eksekutif banyak tertuju pada seekor anjing
golden retriever yang dirawat oleh pelatihnya, Judy Fridono. Ia menjadi
perhatian, bukan karena harganya atau karena orang berebut ingin memilikinya,
melainkan karena ceritanya. Para eksekutif menaruh perhatian setelah mengetahui
kehidupan hewan peliharaan ini mampu mengubah cara berpikir manusia dalam
menghadapi masa-masa sulit.
Saya sengaja memilih topik tentang anjing penuh cinta yang kaya cerita ini untuk
mengantarkan Anda menghadapi tahun 2012 yang jauh lebih menantang bila
dibandingkan dengan situasi yang Anda hadapi di tahun ini. Seperti kata pepatah --
kita tak mungkin mendapat hasil yang lebih baik dengan cara yang sama berulang-
ulang -- maka kitapun pelu mempersiapkan team yang jauh lebih tangguh, yang
siap berubah.
Beginilah ceritanya.
Dari videonya yang saya pelajari, Ricky sudah diprogram sejak matanya belum
terbuka. Ia dilatih mengikuti inderanya. Badannya bergerak mengikuti stimulus
yang diberikan pelatih, dan setiap kali menjalankan tugas, ia diberi usapan kasih
sayang yang membuat hidupnya penuh kehangatan.
Pet yang cerdas ini dengan cepat menangkap segala latihan yang diberikan
kepadanya. Mengambil payung, membuka pintu, membunyikan bel, menyalakan
lampu rumah, membuka kulkas, mengambil makanan, menuntun majikannya
5|www.norisanto.com
melakukan perjalanan rutin dan seterusnya. Pokoknya ia hewan yang cerdik dan
siap dilepas.
Kekuatan itu pasti ada dan tugas setiap coach adalah menemukan elemen-elemen
kekuatan itu. Saya tak tahu persis apa yang menjadi kekuatan Anda, karena sebagai
atasan kita hanya menyiapkan Anda - membuat program untuk Anda- sesuai
dengan kebutuhan kita, kebutuhan organisasi. Kita melatih seseorang untuk
kebutuhan kita, bukan untuk kebutuhan mereka.
Bahkan sepanjang kita melakukan pekerjaan rutin seringkali kita tidak berpikir
tentang kekuatan-kekuatan itu. Kita hanya terpaku pada job description, yaitu
deskripsi tugas dari job yang kita dapatkan saat rekrutmen.
Sekali seseorang berada di sana sepanjang ia tak membuat ulah - ia akan terkunci
di situ sekian tahun, lalu ia dipindahkan ke tempat lain sesuai keperluan organisasi.
Kita jarang sekali menaruh pada kekuatan-kekuatan personal, selain kekuatan-
kekuatan massal yang kita dapatkan dari berbagai alat ukur.
6|www.norisanto.com
Dan hasilnya tentu bisa diduga, ada sebagian orang yang tidak bisa mengikutinya.
Apalah jadinya kalau Albert Einstein dipaksa ikut kursus menyanyi oleh
orangtuanya, atau bila Picasso diwajibkan ikut program fisika?
Kembali ke program yang dicanangkan untuk Ricochet, saat kesedihan datang, Judy
Fritono justru menemukan satu kekuatan yang tidak pernah ia eksplorasi, yaitu
kemampuan melakukan keseimbangan di atas papan selancar. Ia menemukannya
saat Ricochet dilatih di atas sebuah kolam kecil. Ia dengan lincah melakukan
counter balance.
Maka menurut pelatihnya, "rather than focus on what she couldn't do, I focused on
what she could do, which was surfing." Judy fokus di sana dan menjadikan Ricochet
surfing dog, yaitu anjing yang melakukan surfing di atas gelombang ombak di bibir
pantai. Ternyata ia memiliki kehebatan dan keseimbangan yang luar biasa.
Kabar itu segera menyebar ke berbagai penjuru. Dalam hitungan bulan permintaan
sudah datang dan seorang anak yang mengalami cidera tak bisa berjalan minta. Ia
diminta diajak tandem berselancar dengan Ricochet. Permintaan dikabulkan,
mereka tandem sungguhan, bahkan event itu digunakan untuk melakukan
fundraising. Mereka berhasil menangguk donasi di atas 10,000 dolar plus terapi
selama tiga tahun.
Video ini saya putar berkali-kali dihadapan para peserta program transformasi, dan
mereka semua mngatakan ini adalah video terindah yang pernah mereka lihat, yaitu
video yang menggugah mereka untuk berubah. Berfokuslah pada kekuatan, maka
Anda akan mendapatkan kehebatan.
7|www.norisanto.com
2.2 Passport
*( Dikutip dari harian Jawa Pos, 8 Agustus 2011 )
Setiap saat mulai perkuliahan, saya selalu bertanya kepada mahasiswa berapa orang
yang sudah memiliki pasport. Tidak mengherankan, ternyata hanya sekitar 5% yang
mengangkat tangan. Ketika ditanya berapa yang sudah pernah naik pesawat,
jawabannya melonjak tajam. Hampir 90% mahasiswa saya sudah pernah melihat
awan dari atas. Ini berarti mayoritas anak-anak kita hanyalah pelancong lokal.
Maka, berbeda dengan kebanyakan dosen yang memberi tugas kertas berupa PR
dan paper, di kelas-kelas yang saya asuh saya memulainya dengan memberi tugas
mengurus pasport. Setiap mahasiswa harus memiliki surat ijin memasuki dunia
global.. Tanpa pasport manusia akan kesepian, cupet, terkurung dalam
kesempitan, menjadi pemimpin yang steril. Dua minggu kemudian, mahasiswa
sudah bisa berbangga karena punya pasport.
Setelah itu mereka bertanya lagi, untuk apa pasport ini? Saya katakan, pergilah
keluar negeri yang tak berbahasa Melayu. Tidak boleh ke Malaysia, Singapura,
Timor Leste atau Brunei Darussalam. Pergilah sejauh yang mampu dan bisa
dijangkau.
Pertanyaan seperti itu tak hanya ada di kepala mahasiswa, melainkan juga para
dosen steril yang kurang jalan-jalan. Bagi mereka yang tak pernah melihat dunia,
luar negeri terasa jauh, mahal, mewah, menembus batas kewajaran dan buang-
buang uang.
Maka tak heran banyak dosen yang takut sekolah ke luar negeri sehingga memilih
kuliah di almamaternya sendiri. Padahal dunia yang terbuka bisa membukakan
sejuta kesempatan untuk maju. Anda bisa mendapatkan sesuatu yang yang
terbayangkan, pengetahuan, teknologi, kedewasaan, dan wisdom.
Namun beruntunglah, pertanyaan seperti itu tak pernah ada di kepala para
pelancong, dan diantaranya adalah mahasiswa yang dikenal sebagai kelompok
8|www.norisanto.com
di warung sebagai pencuci piring. Perilaku melancong mereka sebenarnya tak ada
bedanya dengan remaja-remaja Minang, Banjar, atau Bugis, yang merantau ke
Pulau Jawa berbekal seadanya.Ini berarti tak banyak orang yang paham bahwa
bepergian keluar negeri sudah tak semenyeramkan, sejauh, bahkan semewah di
masa lalu.
Seorang mahasiswa asal daerah yang saya dorong pergi jauh, sekarang malah rajin
bepergian. Ia bergabung ke dalam kelompok PKI (Pedagang Kaki Lima
Internasional) yang tugasnya memetakan pameran-pameran besar yang
dikoordinasi pemerintah. Disana mereka membuka lapak, mengambil resiko,
menjajakan aneka barang kerajinan, dan pulangnya mereka jalan-jalan, ikut kursus,
dan membawa dolar.
Tetapi kita juga biasa menemukan mahasiswa yang hanya sibuk demo dan tak
pernah keluar negeri sekalipun. Jangankan ke luar negeri, tahu harga tiket pesawat
saja tidak, apalagi memiliki pasport.Maka bagi saya, penting bagi para pendidik
untuk membawa anak-anak didiknya melihat dunia.
Berbekal lima ratus ribu rupiah, anak-anak SD dari Pontianak dapat diajak
menumpang bis melewati perbatasan Entekong memasuki Kuching. Dalam jarak
tempuh sembilan jam mereka sudah mendapatkan pelajaran PPKN yang sangat
penting, yaitu pupusnya kebangsaan karena kita kurang urus daerah perbatasan.
Rumah-rumah kumuh, jalan berlubang, pedagang kecil yang tak diurus Pemda, dan
infrastruktur yang buruk ada di bagian sini. Sedangkan hal sebaliknya ada di sisi
seberang. Anak-anak yang melihat dunia akan terbuka matanya dan memakai
9|www.norisanto.com
Dulu saya sendiri yang menjadi gembala sekaligus guide nya. Kami menembus
Chiangmay dan menyaksikan penduduk miskin di Thailand dan Vietnam bertarung
melawan arus globalisasi. Namun belakangan saya berubah pikiran, kalau diantar
oleh dosennya, kapan memiliki keberanian dan inisiatif? Maka perjalanan penuh
pertanyaan pun mereka jalani.
Saat anak-anak Indonesia ketakutan tak bisa berbahasa Inggris, anak-anak Korea
dan Jepang yang huruf tulisannya jauh lebih rumit dan pronounciation-nya sulit
dimengerti menjelajahi dunia tanpa rasa takut.
Uniknya, anak-anak didik saya yang sudah punya pasport itu 99% akhirnya dapat
pergi keluar negeri. Sekali lagi, jangan tanya darimana uangnya. Mereka memutar
otak untuk mendapatkan tiket, menabung, mencari losmen-losmen murah,
menghubungi sponsor dan mengedarkan kotak sumbangan. Tentu saja, kalau
kurang sedikit ya ditomboki dosennya sendiri.
Namun harap dimaklumi, anak-anak didik saya yang wajahnya ndeso sekalipun kini
dipasportnya tertera satu dua cap imigrasi luar negeri. Apakah mereka anak-anak
orang kaya yang orangtuanya mampu membelikan mereka tiket? Tentu tidak. Di UI,
sebagian mahasiswa kami adalah anak PNS, bahkan tidak jarang mereka anak
petani dan nelayan. Tetapi mereka tak mau kalah dengan TKW yang meski tak
sepandai mereka, kini sudah pandai berbahasa asing.
Anak-anak yang ditugaskan ke luar negeri secara mandiri ternyata memiliki daya
inovasi dan inisiatif yang tumbuh. Rasa percaya diri mereka bangkit. Sekembalinya
dari luar negeri mereka membawa segudang pengalaman, cerita, gambar dan foto
yang ternyata sangat membentuk visi mereka.
Saya pikir ada baiknya para guru mulai membiasakan anak didiknya memiliki
pasport. Pasport adalah tiket untuk melihat dunia, dan berawal dari pasport pulalah
seorang santri dari Jawa Timur menjadi pengusaha di luar negeri. Di Italy saya
bertemu Dewi Francesca, perempuan asal Bali yang memiliki kafe yang indah di
Rocca di Papa. Dan karena pasport pulalah, Yohannes Surya mendapat bea siswa di
Amerika Serikat.
10 | w w w . n o r i s a n t o . c o m
2.3 Encouragement
*( Dikutip dari berbagai sumber di Internet )
LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah
tempat anak saya belajar di Amerika Serikat.
Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah
diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat,bagus sekali. Padahal dia
baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.
Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan
saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu
buruk, logikanya sangat sederhana.
Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.
Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. Maaf
Bapak dari mana? Dari Indonesia, jawab saya.Dia pun tersenyum.
Budaya Menghukum
Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah
saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat. Saya
mengerti, jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu.
Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anakanaknya dididik di
sini,lanjutnya. Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai.Filosofi kami
mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang
agar maju. Encouragement! Dia pun melanjutkan argumentasinya.
Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbedabeda. Namun untuk anak
sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya
11 | w w w . n o r i s a n t o . c o m
dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat, ujarnya menunjuk karangan
berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.
Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur
prestasi orang lain menurut ukuran kita.Saya teringat betapa mudahnya saya
menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai A, dari program master hingga
doktor.
Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar
siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan
penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan
begitu mereka tahu jawabannya.
Ada semacam balas dendam dan kecurigaan. Saya ingat betul bagaimana guru-guru
di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana
mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah
Nobel.
Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan
karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak. Kembali ke
pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. Janganlah kita
mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di
depan, ujarnya dengan penuh kesungguhan. Saya juga teringat dengan rapor anak-
anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.
12 | w w w . n o r i s a n t o . c o m
Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup
keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi
penilaian yang tidak objektif. Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti
excellent (sempurna),tetapi saya mengatakan gurunya salah. Kini saya melihatnya
dengan kacamata yang berbeda.
Melahirkan Kehebatan
Bisakah kita mencetak orangorang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan
rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta
ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus
yang dilontarkan dengan keras oleh guru,sundutan rokok, dan seterusnya. Kita
dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas; Kalau,; Nanti,; dan
tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di
sekolah.
Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi
lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan
mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata
menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil)
atau sebaliknya,dapat tumbuh.
Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat
dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat
tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang
pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.
Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh. Mari
kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman
atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau
memberi ancaman yang menakut-nakuti.
13 | w w w . n o r i s a n t o . c o m
Banyak Lelaki berpikir harus ganteng dulu supaya bisa dapat pacar. Tetapi saya
justru banyak menemukan lelaki keren mentereng yang kesulitan mendapatkan
pasangan. Kejadian seperti ini sama persis seperti yang dialami anak-anak muda,
yang baru merintis usaha yang habis-habisan fokus pada produk kebanggaannya.
HOT: Action
Mudah saja dijawab, ternyata cewek-cewek itu bukan mencari yang cute, melainkan
yang hot. Cowok-cowok yang keren sering kali tidak hot, manja, menunggu dilamar,
tinggi hati, dan hanya sibuk berdandan.
Sekarang Anda jadi mengerti bukan, mengapa banyak perempuan cantik yang tidak
jatuh ke pelukan laki-laki cute? Bahkan Anda sering menghujat, lha kok cowoknya
parah banget? Nggak selevel? Masalahnya, merekalah yang berani mendatangi,
bolak-balik tak kenal lelah.
Itulah reality show. Sekali lagi bukan yang cute, melainkan yang hot-lah yang
dicari. Ini sama persis dalam dinamika bisnis di era Cracking Zone. Pasar bukan
mengejar produk yang cute, melainkan yang hot.
Barang-barang yang cute tidak beredar, sedangkan yang hot, meski kurang-kurang
sedikit, bahkan maaf, kadang juga yang kurang bagus, melenggang lancar di pasar
karena ia digerakkan, pemikiknya aktif mendatangi pasar.
Saat menulis kolom ini saya pun sedang berada di Banda Aceh, menghadiri Festival
Kopi Aceh tak jauh dari Masjid Raya kesohor itu. Di antara tenda-tenda peserta,
saya mendatangi UMKM binaan Rumah Perubahan secara on the spot. Dengan jelas
kami bisa membedakan mana saja UMKM yang akan maju dan mana yang akan
diam di tempat: Mereka yang diam itulah yang tendanya bagus dan asyik sendiri.
Sedangkan yang hot, aktif mendatangi. Ini sama persis dengan UMKM yang dibawa
pemda-pemda ikut pameran ke luar negeri.
14 | w w w . n o r i s a n t o . c o m
UMKM yang hot sudah siap dengan aneka brosur dan kartu nama, sedangkan yang
cute sibuk menyiapkan display produk dan stand. Kita tahulah bagaimana kerja
birokrasi yang masih banyak digerakkan prinsip sekedar menghabiskan anggaran.
Dengan prinsip itu, pemerintah sudah pasti tidak mendapatkan lokasi pameran
yang hot.
Jadi letaknya tidak pada posisi yang strategis, menyempil di dalam-dalam kotak
yang tersudut. Pada posisi seperti ini, Departemen Perdagangan lebih senang
menghabiskan uangnya untuk membuat desain stand yang cute, ditambah
sejumlah kegiatan Public Relations yang ditopang wartawan dari dalam negeri.
Wartawan yang tidak kritis tertipu habis karena hanya menyajikan berita betapa
cute-nya stand pameran Indonesia. Seakan-akan yang cute itulah yang sukses.
Statistik yang diberikan pemerintah juga amat impresif. Tapi tanyakanlah kepada
pelaku-pelaku UMKM yang cute tadi, apakah betul mereka mendapatkan order?
Beberapa tahun yang lalu ada anak muda yang ikut pameran pariwisata yang amat
terkenal di Berlin. Sewaktu saya kunjungi saya tertegun karena ia tak berada di
dalam area stand pemerintah Indonesia.
Jadi, cracking zone ini memang penuh jebakan batman, kita mengira segala yang
cute akan digemari, nyatanya tidak demikian. Sama juga dengan wirausahawan-
wirausahawan muda yang hanya sibuk dengan pengembangan produk tok.Produk
yang cute tak akan otomatis bergulir. Malaysia saja alamnya tak se-cute Indonesia
bisa mendapatkan turis lebih banyak. Tentu bukan karena prinsip the cute. In real
life, the hot is the darling!
15 | w w w . n o r i s a n t o . c o m
Saya masih ingat namanya sering disebut radio dan koran.Tetapi, benarkah itu atlet
yang dulu menjadi pujaan masyarakat? Berambut gimbal, baju compang-camping,
dan lusuh, kaki penuh debu. Seorang teman menyebutkan persoalan yang dia
hadapi. Setelah masa kejayaan,dia harus kembali ke masyarakat. Ijazah sekolah
tidak ada, pengalaman kerja apalagi.Yang ada di sakunya hanya medali emas yang
pernah didapatkan tim PSSI saat dia bergabung.
Tetapi, sekarang medali itu sudah tidak ada lagi. Depresi, gila, atau entah apa
namanya.Hidup terlunta- lunta tak ada perhatian. Nama besar tinggal sejarah. Lain
lagi dengan Jumain, mantan atlet dayung nasional yang sering meraih medali emas.
Meski tidak seburuk pemain bola tadi, Jumain yang pernah memperkuat SEA
Games XV (1989) hanya bisa bekerja sebagai penjaga kapal di pantai Marina
Semarang dengan upah Rp500.000.
Nasib Jumain tidak lebih baik dari Marina Segedi yang meraih medali emas pencak
silat pada SEA Games XIII (1981) di Filipina. Meski perempuan, Marina kini
berprofesi sebagai sopir taksi di Jakarta. Nasib atlet-atlet tua yang saya sebut di atas
sungguh menyesakkan dada, selain gelanggang olahraga nasional pasca-SEA Games
atau PON yang tak terurus, ternyata atlet-atlet yang pernah berprestasi juga kurang
mendapat perhatian.
Saya juga pernah membaca mantan juara tinju kelas Bantam Yunior (1987) yang
menjadi pemulung dan sebagainya. Nasib mereka tak sehebat Rudy Hartono, Liem
Swie King, atau Icuk Sugiarto yang sukses hidup sebagai pengusaha. Sementara hari
ini, 24 November 2011, atlet-atlet peraih medali emas SEA Games akan
mendapatkan insentif sebesar Rp200 juta per orang per medali. Kita perlu
mengingatkan bahwa uang sebesar itu bisa saja mengubah hidup menjadi lebih
baik, namun bisa juga sebaliknya.
15 | w w w . n o r i s a n t o . c o m
PLC
Ibarat produk, setiap atlet juga memiliki PLC (product life cycle) yang relatif
pendek. Atlet adalah profesi yang cemerlang di usia muda.Paling panjang, seorang
atlet di dunia amatir dapat bertahan antara 1012 tahun.Lewat usia tertentu, siklus
hidupnya akan berakhir. Padahal usia muda hanya sementara, dan untuk meraih
prestasi, seorang atlet harus mengabdikan hampir seluruh masa mudanya untuk
olahraga.
Seperti atlet golf perempuan asal Korea Selatan, Seri Park, yang meninggalkan
dunia sekolah, atlet-atlet kita juga banyak yang melakukan hal serupa. Selain fokus,
sebagian atlet diketahui juga berasal dari kalangan kurang mampu yang
memperbaiki nasib keluarga melalui olahraga. Kalau olahraga yang ditekuninya
favorit, dia bisa mencetak prestasi setiap tahun dalam kurun waktu tertentu.
Dan kalau wajahnya khas dan ceritanya unik, mereka bisa mendapat rezeki
sampingan, baik sebagai bintang iklan,bintang layar lebar, atau yang lebih
beruntung lagi mendapat kan mertua yang hebat.
Tetapi berapa banyak atlet yang beruntung seperti Ade Rai, Taufik Hidayat, atau
Rudy Hartono? Tentu tidak banyak,bukan? Dalam kurun waktu PLC yang pendek
itu kita perlu mengingatkan para atlet agar mempersiapkan diri sebaik mungkin
sebelum masa emasnya berakhir.
Jendela emas yang hanya berlangsung 1012 tahun itu berlangsung begitu cepat,
dan mereka perlu berpikir keras agar tidak bernasib seperti seniorsenior mereka
yang kurang beruntung. Sikap setiap orang terhadap masa depan tentu berbeda-
beda.Ada yang jauh-jauh hari sudah berpikir dan mempersiapkan diri, namun ada
juga yang masih ingin bersenang- senang menikmati masa muda dengan uang yang
berlimpah dan penuh pujapuji.
Kalau seorang atlet meraih empat medali emas ditambah beberapa medali perak
dan perunggu, dia hampir pasti akan membawa bonus minimal sebesar Rp1
miliar.Ini tentu bukan jumlah yang kecil. Namun, seperti orang pensiunan yang
selama bertahuntahun hanya terlatih menjadi pegawai,sudah pasti seseorang akan
mudah terjerumus dan kebingungan, seorang yang tidak bisa mengelola uang perlu
dibekali dengan perencanaan keuangan yang sehat.
16 | w w w . n o r i s a n t o . c o m
Lakukanlah Investasi
Orang-orang dulu percaya bahwa hemat adalah pangkal kaya. Meski saya hampir
tak pernah melihat orang yang menjadi kaya karena hidupnya sangat hemat, saya
juga tidak melihat ada masa depan di tangan orang-orang yang boros. Atlet-atlet
yang cerdas tentu perlu merencanakan tindakannya dengan penuh kehati-hatian.
Yang jelas, konsumsi yang berlebihan bukanlah hal yang disarankan.
Atlet yang cerdik dapat menggunakan uangnya untuk berinvestasi, baik dalam
bidang pendidikan, bermain saham, atau investasi dalam usaha-usaha
tertentu.Tetapi, sebagai seorang pemula, semua investasi itu harus melewati masa
belajar yang panjang. Karena itu, tak ada hasil yang diperoleh dalam sekejap.
Semua butuh kerja keras dan mampu mengelola rasa frustrasi, mengelola
kesabaran. Apa yang diinvestasikan hari ini baru akan berbuah lima enam tahun
ke depan. Itu pun hanya akan berbuah kalau jalannya benar. Saya ucapkan selamat
kepada para atlet yang berprestasi dan berhati-hatilah dalam mengelola uang
karena dia bisa menjadi sumber harapan masa depan, namun juga bisa menjadi
sumber masalah.
17 | w w w . n o r i s a n t o . c o m
3. Penutup
Dokumen ebook ini tidak untuk diperdagangkan tanpa seijin pemilik artikel dalam
hal ini Bapak Rhenald Kasali. Sebagai pembuat dokumen ini saya nyatakan bahwa
saya tidak berniat sedikitpun untuk memperdagangkannya.
Saya membagi dokumen ini agar para pembaca dan pengagum tulisan Prof Rhenald
Kasali secara gratis agar mereka bisa lebih mudah membaca dan mengakses tulisan-
tulisan tersebut, kapan dan di mana pun mereka inginkan.
Jikalau pun nanti terjadi penyalahgunaan terhadap dokumen ini maka hal tersebut
di luar dari tanggung jawab saya.
4. Kredit Poin
Dalam dokumen ini saya lampirkan nama-nama yang layak untuk ditampilkan
sebagai bentuk apresiasi dan terima kasih saya sehingga terlahir dokumen ebook
ini.
--
www.norisanto.com