Anda di halaman 1dari 3

HIPOKALSEMIA

06.23 eM_apRieL No comments


HIPOKALSEMIA

1. Definisi
Hipokalsemia mengacu pada konsentrasi serum kalsium yang lebih
rendah dari normal, yang terjadi dalam beragam situasi klinis.
Bagaimanapun pasien, dapat mengalai kekurangan kalsium tubuh total
( seperti pada osteoporosis ) dan mempertahankan kadar kalsium normal.
Tirah baring pada individu lansia dengan osteoporosis adalah berbahaya
karena kerusakan metabolisme kalsium dengan meningkatnya resorpsi
tulang adalah berkaitan dengan imobilisasi.

2. Faktor Penyebab Hipokalsemia


Hipoparatiroidisme primer terjadi dalam gangguan ini, seperti yang
terjadi pada hipoparatiroidisme bedah. Hipoparatiroidisme akibat bedah
sangat sering terjadi. Tidak hanya berkaitan dengan bedah tiroid dan
paratiroid, tetapi hal ini juga dapat terjadi setelah diseksi leher radikal dan
paling sering terjadi dalam 24 jam sampai 48 jam setelah pembedahan.
Hipokalsemia transien dapat terjadi dengan pemberian darah bersitrat
( seperti pada transfusi tukar pada bayi baru lahir ), karena sitrat dapat
bergabung dengan kalsium berionisasi dan secara sementara
membuangnya dari sirkulasi.
Inflamsi pankreas menyebabkan pecahnya protein dan lemak. Ada
dugaan bahwa ion kalsium bergabung dengan asam lemak yang
dilepaskan oleh hipolisis, membentuk sabun. Sebagai hasil dari proses ini,
hipokalsemia terjadi dan umum dalam pankreatitis. Juga menjadi dugaan
dalam bahwa hipokalsemia kemungkinan berkaitan dengan sekresi
glukagon yang berlebihan dari pankreas yang mengalami inflamasi,
sehingga mengakibatkn peningkatan sekresi kalsitosin ( suatu hormon
yang menurunkan ion kalsium ).
Hipoklasemia umumnya terjadi pada pasien dengan gagal ginjal
karena pasien ini sering mengalami kenaikan kadar serum fosfat.
Hiperfosfatemia biasanya menyebabkan penurunan resiprokal dalam
kadar serum kalsium. Penyebab lain hipokalsemia dapat mencakup
konsumsi vitamin D yang tidak adekuat, defisiensi magnesium, karsinoma
medula tiroid, kadar albumin serum yang rendah, dan alkalosis. Medikasi
yang dapat memprediposisi kepada hipokalsemia termasuk antasid yang
mengandung aluminium, aminoglikosida, kafein, sisplatin, kortikosteroid,
mitramisin, fosfat, isoniasid, dan diuretik loop.
Osteoporosis berkaitan dengan masukan kalsium rendah dalam
waktu yang lama dan menunjukan kekurangan kalsium tubuh total,
meskipun kadar kalsium serum biasanya normal. Gangguan ion banyak
menyerang orang Amerika terutama wanita pasca menopause.
Gangguan ini di tandai dengan kehilangan massa tulang, yang
menyebabkan tulang menjadi berongga dan rapuh, dan karenaya rentan
terhadap fraktur.
3. Manisfestasi Klinis
Tetani merupakan manisfestasi yang paling khas dari hipokalsemia.
Tetani mengacu pada kompleks gejala keseluruhan yang di induksi oleh
eksatibilitas neural yang meningkat. Gejala gejala ini adalah akibat
lepasan secara spontan baik serabut motorik dan sensorik pada saraf
perifer. Sensasi semutan dapat terjadi pada ujung jari jari, sekitar mulut,
dan yang jarang terjadi adalah pada kaki. Dapat terjadi spasme otot
ekstremitas dan wajah. Nyeri dapat terjadi sebagai akibat dari spasme ini.
Tanda Trousse dapat ditimbulkan dengan mengembangkan cuf
tekanan darah pada lengan atas sampai sekitar 20 mmHg di atas tekanan
sistolik; dalam 2 sampai 5 menit spasme korpopedal akan terjadi karena
terjadi iskemia pada saraf ulnar. Tanda Chvostek terdiri atas kedutan pada
otot yang di persarafi oleh saraf fasial ketika saraf tersebut ditekan sekitar
2cm sebelah anterior ke arah daun telinga, tepat di bawah arkus
zigomatikus.
Kejang dapat terjadi karena hipokalsemia meningkatkan iritabilitas
sistem saraf pusat juga saraf ferifer. Perubahan lain yang termasuk
dengan hipokalsemia termasuk perubahan perubahan mental seperti
depresi emosional, kerusakan memori, kelam pikir, delirium, dan bahkan
halusinasi. Interval QT yang memanjang tampak pada gambar EKG karena
elongasi segmen ST; bentuk takikardia ventrikular yang di sebut Torsades
de Pointes dapat terjadi.

4. Evalusi Diagnostik
Ketika mengevaluasi kasar serum, perawat harus mempertimbangkan
variabel lainnya, seperti kadar albumin serum dan pH arteri pasien.
Karena abnormalitas dalam kadar serum, mungkin perlu untuk
menghitung serum kalsium yang diperbaiki jika kadar albumin serum
abnormal. Untuk setiap penurunan serum albumin 1g/dl di bawah 4g/dl,
kadar kalsium serum total di abaikan hingga mendekati 0,8 mg/dl.
Para praktisi klinis akan mengabaikan kadar kalsium serum yang
rendah pada adanya kadar albumin serum yang rendah. Kadar kalsium
yang berionisasi biasanya normal pada pasien dengan penurunan kadar
kalsium seru total dan hipoalbuminemia konkomitan. Bila pH arteri
meningkat ( alkalosis ), maka lebih banyak kalsium akan berkaitan dengan
protein. Sebagai hasilnya, porsi yang di ionisasi menjadi turun. Gejala
gejala hipokalsemia dapat terjadi pad adanya alkalosis. Asidosis ( pH
rendah )mempunyai efek sebaliknya; yaitu, lebih sedikit kalsium yang
berkaitan dengan protein dan dengan demikian lebih banyak yang
terdapat dalam bentuk terionisasi. Bagaimanapun perubahan yang secara
relatif kecil terjadi selama abnormalitas asam basa ini.
Idealnya, laboraturium harus mengukur kadar kalsium yang
diionisasi. Bagaimanapun, kebanyakan laboraturium hanya melaporkan
kadar kalsium total; dengan demikian, konsentraksi fraksi terionisasi
harus diperkirakan berdasarkan pengukuran kadar albumin serum secara
stimulan. Kadar hormon paratiroid akan menurun pada
hipoparatiroidisme. Kadar magnesium dan fosfor harus dikaji untuk
mengidentifikasi kemungkinan penyebab penurunan kalsium.
5. Penatalaksaan
Hipokalsemia simtomatik adalah kedaruratan, membutuhkan
pemberian segera kalsium intravena. Garam kalsium parenteral termasuk
kalsium glukonat, kalsium klorida dan kalsium gluseptat. Meskipun
kalsium klorida menghasilkan kalsium berionisasi yang secara signifikan
lebih tinggi dibanding jumlah akuimolar kalsium glukonat, cairan ini tidak
sering digunakan karena cairan tersebut lebih mengiritasi dan dapat
menyebabkan peluruhan jaringan jika dibiarkan menginfiltrasi. Pemberian
infus intravena kalsium yang terlalu cepat dapat menginduksi henti
jantung, yang didahului oleh brakikardia. Pemberian kalsium intavena
terutama bahaya pada pasien yang mendapat digitalis karena ion kalsium
mengeluarkan suatu efek yang serupa dengan efek yang dimiliki digitalis
dan dapat menyebabkan toksisitas digitalis dengan efek jantung yang
merugikan.
Terapi vitamin D dapat dilakukan untuk meningkatkan absorbsi ion
kalsium dari traktus GI. Antasid hidroksida alumunium dapat diresepkan
untuk menurunkan kadar fosfor yang meningkat sebelum mengobati
hipokalsemia. Dan terakhir, menigkatkan masukan diet kalsium sampai
setidaknya 1000 hingga 1500 mg/hari pada orang dewasa sangat di
anjurkan ( produk dari susu; sayuran berdaun hijau, salmon kaleng, sadin,
dan oyster segar ). Jika tetani tidak memberikan respons terhadap kalsium
IV maka kadar magnesium yang rendah di gali sebagai kemungkinan
penyebab tetani.

6. Intervensi keperawatan
Penting artinya untuk menagamati hipokalsemia pada pasien
beresiko. Perawat harus bersiap untuk kewaspadaan kejang bila
hipokalsemia hebat. Status jalan nafas harus di pantau dengan teliti
karena dapat terjadi stridor laringeal. Tindak keamanaan kewaspadaan
diterapkan, sesuai kebutuhan, jika terdapat kelam pikir.
Individu beresiko terhadap osteoporosisi diintruksikan tentang
perlunya masukan kalsium diet yang adekuat, jika dikonsumsi dalam diet,
suplemen kalsium harus dipertimbangkan. Juga, manfaat latihan yang
teratur dalam mengurangi kerapuhan tulang harus ditekankan, seperti
juga halnya efek dari medikasi pada keseimbangan kalsium. Sebagai
contoh, alkohol dan kafein dalam dosis yang tinggi menghambat
penyerapan kalsium, dan perokok kretek sedang meningkatkan ekskresi
kalsium urine.

Anda mungkin juga menyukai