Hipokalsemia
Hipokalsemia
1. Definisi
Hipokalsemia mengacu pada konsentrasi serum kalsium yang lebih
rendah dari normal, yang terjadi dalam beragam situasi klinis.
Bagaimanapun pasien, dapat mengalai kekurangan kalsium tubuh total
( seperti pada osteoporosis ) dan mempertahankan kadar kalsium normal.
Tirah baring pada individu lansia dengan osteoporosis adalah berbahaya
karena kerusakan metabolisme kalsium dengan meningkatnya resorpsi
tulang adalah berkaitan dengan imobilisasi.
4. Evalusi Diagnostik
Ketika mengevaluasi kasar serum, perawat harus mempertimbangkan
variabel lainnya, seperti kadar albumin serum dan pH arteri pasien.
Karena abnormalitas dalam kadar serum, mungkin perlu untuk
menghitung serum kalsium yang diperbaiki jika kadar albumin serum
abnormal. Untuk setiap penurunan serum albumin 1g/dl di bawah 4g/dl,
kadar kalsium serum total di abaikan hingga mendekati 0,8 mg/dl.
Para praktisi klinis akan mengabaikan kadar kalsium serum yang
rendah pada adanya kadar albumin serum yang rendah. Kadar kalsium
yang berionisasi biasanya normal pada pasien dengan penurunan kadar
kalsium seru total dan hipoalbuminemia konkomitan. Bila pH arteri
meningkat ( alkalosis ), maka lebih banyak kalsium akan berkaitan dengan
protein. Sebagai hasilnya, porsi yang di ionisasi menjadi turun. Gejala
gejala hipokalsemia dapat terjadi pad adanya alkalosis. Asidosis ( pH
rendah )mempunyai efek sebaliknya; yaitu, lebih sedikit kalsium yang
berkaitan dengan protein dan dengan demikian lebih banyak yang
terdapat dalam bentuk terionisasi. Bagaimanapun perubahan yang secara
relatif kecil terjadi selama abnormalitas asam basa ini.
Idealnya, laboraturium harus mengukur kadar kalsium yang
diionisasi. Bagaimanapun, kebanyakan laboraturium hanya melaporkan
kadar kalsium total; dengan demikian, konsentraksi fraksi terionisasi
harus diperkirakan berdasarkan pengukuran kadar albumin serum secara
stimulan. Kadar hormon paratiroid akan menurun pada
hipoparatiroidisme. Kadar magnesium dan fosfor harus dikaji untuk
mengidentifikasi kemungkinan penyebab penurunan kalsium.
5. Penatalaksaan
Hipokalsemia simtomatik adalah kedaruratan, membutuhkan
pemberian segera kalsium intravena. Garam kalsium parenteral termasuk
kalsium glukonat, kalsium klorida dan kalsium gluseptat. Meskipun
kalsium klorida menghasilkan kalsium berionisasi yang secara signifikan
lebih tinggi dibanding jumlah akuimolar kalsium glukonat, cairan ini tidak
sering digunakan karena cairan tersebut lebih mengiritasi dan dapat
menyebabkan peluruhan jaringan jika dibiarkan menginfiltrasi. Pemberian
infus intravena kalsium yang terlalu cepat dapat menginduksi henti
jantung, yang didahului oleh brakikardia. Pemberian kalsium intavena
terutama bahaya pada pasien yang mendapat digitalis karena ion kalsium
mengeluarkan suatu efek yang serupa dengan efek yang dimiliki digitalis
dan dapat menyebabkan toksisitas digitalis dengan efek jantung yang
merugikan.
Terapi vitamin D dapat dilakukan untuk meningkatkan absorbsi ion
kalsium dari traktus GI. Antasid hidroksida alumunium dapat diresepkan
untuk menurunkan kadar fosfor yang meningkat sebelum mengobati
hipokalsemia. Dan terakhir, menigkatkan masukan diet kalsium sampai
setidaknya 1000 hingga 1500 mg/hari pada orang dewasa sangat di
anjurkan ( produk dari susu; sayuran berdaun hijau, salmon kaleng, sadin,
dan oyster segar ). Jika tetani tidak memberikan respons terhadap kalsium
IV maka kadar magnesium yang rendah di gali sebagai kemungkinan
penyebab tetani.
6. Intervensi keperawatan
Penting artinya untuk menagamati hipokalsemia pada pasien
beresiko. Perawat harus bersiap untuk kewaspadaan kejang bila
hipokalsemia hebat. Status jalan nafas harus di pantau dengan teliti
karena dapat terjadi stridor laringeal. Tindak keamanaan kewaspadaan
diterapkan, sesuai kebutuhan, jika terdapat kelam pikir.
Individu beresiko terhadap osteoporosisi diintruksikan tentang
perlunya masukan kalsium diet yang adekuat, jika dikonsumsi dalam diet,
suplemen kalsium harus dipertimbangkan. Juga, manfaat latihan yang
teratur dalam mengurangi kerapuhan tulang harus ditekankan, seperti
juga halnya efek dari medikasi pada keseimbangan kalsium. Sebagai
contoh, alkohol dan kafein dalam dosis yang tinggi menghambat
penyerapan kalsium, dan perokok kretek sedang meningkatkan ekskresi
kalsium urine.