Anda di halaman 1dari 8

IDENTIFIKASI FAKTOR MOTIVASI PADA ECOPRENEUR DALAM MEMULAI

BISNIS: STUDI PADA BANK SAMPAH BERSINAR

IDENTIFICATION OF MOTIVATIONAL FACTORS OF ECOPRENEUR TO START A


BUSINESS: A STUDY OF BANK SAMPAH BERSINAR

Wisena Perceka1, Mediany Kriseka Putri., S.KG, MBA2


Prodi S1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom
Prodi S1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom
wisena.a78@gmail.com, mediany.kris@gmail.com

Abstrak
Tingkat produksi sampah oleh masyarakat di Kabupaten Bandung cenderung tinggi, mencapai angka rata
rata 1,58 liter/orang/hari melebihi angka rata-rata nasional yang berada pada kisaran 1,25 liter/orang/hari. Berdasarkan
hal tersebut, kemudian bermunculan pengusaha yang peduli terhadap lingkungan atau disebut Ecopreneur yang
kemudian mendirikan usaha berbasis lingkungan; salah satunya adalah dengan mendirikan bank sampah yang
pendiriannya terus mengalami peningkatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memotivasi Ecopreneur dalam mendirikan bank
sampah, dengan melakukan penilaian terhadap variabel Green Value, Gap in the Market, Making a Living, Being their
own Boss, dan Passion pada Bank Sampah Bersinar. Penelitian ini merupakan studi kasus menggunakan metode
penelitian kualitatif pada Bank Sampah Bersinar. Pengumpulan data dilakukan melalui in-depth-interview dengan
format semi-terstruktur terhadap tokoh-tokoh yang terlibat dalam pendirian Bank Sampah Bersinar.
Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui bahwa seluruh faktor motivasi ecopreneur dapat
diidentifikasi dalam diri responden 1,2, dan 3 meliputi faktor motivasi green value, gap in the market, making a living,
being their own boss, dan juga passion. Namun terdapat faktor yang dominan dalam setiap diri responden dalam hal
motivasi mendirikan Bank Sampah Bersinar. Responden 1 didominasi faktor gap in the market, responden 2
didominasi faktor green value, dan responden 3 didominasi oleh faktor passion.

Kata kunci: Kewirausahaan; Ecopreneurship; Motivasi Ecopreneur

Abstract

The volume of waste generated by the community in District Bandung tend to be higher, at the average of
1,58 litre/ person/ day exceed the national average within a range of 1,25 litre/ person /day. These symptomps lead
emerging entrepreneurs who care about the environment called ecopreneurs who then set up environment-based
business; one of the example is that bank sampah, wich from the establishment is now continue to develop.
The objective of this research was to understand the factors that motivate ecopreneurs in setting up a bank
sampah, by conducting assessment on Green Value, Gap in the Market, Making a Living, Being their own Boss, and
Passion of Bank Sampah Bersinar. This research is a case study about Bank Sampah Bersinar using qualitative
research method. Data were collected through in-depth-interview with semi-structured format against the figures
involved in the founding of Bank Sampah Bersinar.
Based on the results of the data processing, it can be seen that all of the ecopreneur motivational factors are
inside the first, the second, and the third respondents including a green value motivational factor, gap in the market,
making a living, being their own boss, as well as passion. However, there is a dominant factor in each respondent in
terms of the motivation for establishing the Bank Sampah Bersinar. The first respondent is dominated by the gap in
the market factor, the second respondent is dominated by the green value factor, and the third respondent is dominated
by the passion factor.

Keywords: Entrepreneurship; Ecopreneurship; Ecopreneurial Motivation

1
1. Pendahuluan
Sampah merupakan material yang bagi sebagian orang dianggap tidak berguna dan tidak dapat dipakai
kembali, karena itu kebanyakan dari mereka membuang sampah secara langsung tanpa menelisik kembali masalah
yang ditimbulkan. Hitungan rata rata sampah yang dibuang oleh setiap orang diperkirakan sebanyak 0,5 Kg atau
1,25 liter per hari. Jika tidak dibarengi dengan kesadaran akan kelestarian lingkungan, dengan tingkat
pertumbuhan manusia yang tiada henti disertai pertumbuhan tingkat konsumsi yang semakin tinggi diperkirakan
pada tahun 2025 produksi sampah di Indonesia akan mencapai 130.000 ton per hari [6]. Berdasarkan UU no. 18
tahun 2008, pengolahan terhadap sampah sebenarnya bisa dilakukan melalui cara paling sederhada dan dimulai
dari rumah sendiri, yaitu dengan penerapan pola 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Akan tetapi, persoalan mental
masyarakat menyebabkan kebanyakan dari mereka tidak melakukan hal tersebut, dan memilih membuang seluruh
sampah rumah tangga baik itu ke TPS yang dikelola pemerintah ataupun dibuang secara sembarangan[3].
Melihat hal tersebut, muncul lah pengusaha yang atau seseorang yang mempertunjukkan semangat
kewirausahaan dalam mempromosikan dan mendukung proyek inovatif yang membantu melindungi lingkungan
alam, ekosistem dan spesies yang terancam punah di dunia yang disebut ecopreneur, yang kemudian bergerak
dalam bidang ecopreneurship [1]. Salah satu bentuk usaha dalam bidang Ecopreneurship adalah Bank Sampah,
yang merupakan cara pengelolaan sampah dengan mengadopsi system perbankan. Bedanya, yang disetor oleh
nasabah adalah sampah yang kemudian ditukar untuk mendapatkan uang. Sampah yang didapatkan dari nasabah
kemudian akan di daur ulang ataupun dijual kepada pengepul oleh pengelola bank sampah untuk kemudian diolah
menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis. Salah satu bentuk Bank Sampah yang
didirikan adalah Bank Sampah Bersinar, yang saat ini pelayanannya telah mencakup 7 kecamatan antara lain
Dayeuhkolot, Baleendah, Ciparay, Bojongsoang, Katapang, Pasirjambu, serta Kertasari.
Adapun alasan untuk melakukan penelitian mengenai motivasi dikarenakan menurut Shane et al. (2012)
[10], motivasi dapat mempengaruhi proses proses kewirausahaan. Misalnya, perbedaan persepsi orang dalam
menghadapi resiko dapat menentukan langkah orang tersebut dalam mengambil langkah untuk menghadapi resiko
tersebut. Saat mengetahui probabilitas keberhasilan usaha menghadapi resiko tersebut kecil, maka kemungkinan
yang ada adalah orang tersebut akan menyerah atau merasa memiliki motivasi lebih menghadapi tantangan
tersebut, yang kemudian berpengaruh terhadap kelangsungan bisnisnya. Selain itu, berdasarkan pemaparan
Kirkwood dan Walton (2010) [5] ecopreneur merupakan bidang yang masih berkembang, dan penelitian
mengenai ecopreneur masih sedikit dilakukan terlebih lagi bawa dalam penelitiannya Kirkwood dan Walton [5]
menemukan bahwa motivasi utama antara satu perusahan dan perusahaan lainnya adalah berbeda. Oleh karena itu
pula penelitian mengenai ecopreneur dan faktor-faktor yang memotivasi ecopreneur harus terus dilakukan.
Dalam studi yang dilakukan oleh Kirkwood dan Walton (2010) [5], bahwa terdapat lima motivasi yang
mempengaruhi ecopreneur untuk kemudian memulai bisnis, antara lain green value, gap in the market, making a
living, being their own boss, serta passion, yang kemudian kelima faktor tersebut akan diidentifikasi pada objek
penelitian yaitu Bank Sampah Bersinar, untuk mengetahui implementasi serta faktor motivasi yang paling
dominan dalam setiap diri ecopreneur pendiri Bank Sampah Bersinar.

2. Dasar Teori dan Metode Penelitian


2.1 Dasar Teori
2.1.1 Konsep Dasar Kewirausahaan (Entrepreneurship)
Menurut Daryanto dan Cahyono (2013:3) [2] kewirausahaan dipersamakan dengan entrepreneurship atau
wirausaha diartikan berbeda-beda namun pada prinsipnya maksud dan ruang lingkupnya sama. Kewirausahaan
berasal dari kata wirausaha. Wirausaha berasal dari kata Wira artinya berani, utama, mulia. Usaha berarti kegiatan
bisnis komersil maupun non komersil. Jadi kewirausahaan diartikan secara harfiah sebagai hal-hal yang
menyangkut keberanian seseorang untuk melakukan kegiatan bisnis maupun nonbisnis secara mandiri.
2.1.2 Pengertian Ecopreneurship
Menurut Shepherd & Patzelt (2011; dalam Fong et al, 2014) [4] ecopreneurship berarti kewirausahaan yang
berkelanjutan berfokus pada pelestarian alam, mendukung kehidupan, dan masyarakat dalam mengejar peluang
yang ada untuk dibawa kedalam keberadaan produk masa depan, proses, dan layanan untuk mendapatkan
keuntungan, yang diartikan secara luas sebagai keuntungan ekonomi dan non-ekonomi untuk individu, ekonomi,
dan masyarakat.

2
2.1.3 Tipologi dan Karakteristik Ecopreneur
Seperti diungkapkan oleh Frieman et al (Fong et al : 2014) [4] terdapat 3 tipologi dari ecopreneur, antara
lain Eco-dedicated entrepreneurs- adalah Eco-dedicated bisnis yang tertarik menyelaraskan strategi bisnis
dengan kebutuhan lingkungan, lalu Eco-open entrepreneurs Entrepreneur yang mengadopsi produk atau jasa
yang dapat diterima lingkungan untuk menciptakan basis pasar yang lebih besar dan Eco-reluctant entrepreneurs
Pengusaha ini hanya menerapkan praktek bisnis ramah lingkungan ketika persyaratan hukum memaksa mereka
untuk melakukan hal tersebut.
Karakter ecopreneur pun terbagi menjadi 3, yang pertama adalah green entrepreneur yang melakukan usaha
bisnis yang melibatkan ukuran resiko, hasilnya tidak dapat diprediksi dan kemungkinan akan gagal akan selalu
hadir. Yang kedua adalah ecopreneur yang menajalankan kegiatan komersial yang memiliki efek positif terhadap
lingkungan alam dan bergerak menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Dan yang ketiga adalah ecopreneur
yang mempunyai sistem keyakinan dan pandangan terhadap nilai dan aspirasi biasanya memandang
perlindungan terhadap lingkungan sebagai tujuan yang penting dalam diri mereka (Schaper, 2010 : 13-14) [9].
2.1.4 Faktor Motivasi Ecopreneur dalam Memulai Bisnis
Menurut Kirkwood & Walton (2010) [5] terdapat lima faktor yang memotivasi ecopreneur dalam
menjalankan bisnis, antara lain:
1. Green Value : Berkaitan dengan motivasi nilai hijau pada diri ecopreneur yang kemudian ecopreneur
termotivasi untuk menyebarkan nilai hijau tersebut kepada orang lain serta mempengaruhi pendirian bisnis
yang ramah lingkungan.
2. Gap in the Market : Celah pada pasar / gap in the market diidentifikasi melalui kesadaran mereka terhadap
lingkungan melebihi memanfaatkan celah tersebut sebagai kesempatan komersialisasi.
3. Making a Living : Bagi ecopreneur, bisnis hanya harus menghasilkan uang yang cukup untuk membuat bisnis
terus berlanjut dan mendukung keluarga serta gaya hidup mereka.
4. Being Their Own Boss : Beberapa ecopreneur menyebutkan bahwa mereka ingin menjadi bos dan mempunyai
bisnis sendiri. Lalu terdapat beberapa copreneurial (pasangan yang menjalankan bisnis bersama), yang bagi
mereka, motivasi untuk memulai bisnis adalah bersatu dengan pasangan mereka, dan menunjukkan hubungan
dari ecopreneur dengan keluarga mereka.
5. Passion : Ecopreneur mempunyai ambisi mengenai lingkungan dan ingin memainkan peran secara langsung
untuk mengurangi kerusakan lingkungan, baik oleh dirinya sendiri atau melalui produk dan jasa dari
perusahaan yang ia miliki.

3
2.2 Kerangka Pemikiran
Berikut adalah kerangka pemikiran dalam penelitian ini :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.3 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh melalui
wawancara mendalam individu atau individual depth interview (IDI) semiterstuktur dengan teknik triangulasi
sumber data. Dilakukan pula uji keabsahan data [8] meliputi uji credibility (keterpercayaan / validitas internal),
transferability (keteralihan / validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability atau objektivitas.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif, meliputi reduksi data,
data display, dan drawing conclution/ verification [11]. Selain itu, digunakan juga software pengolahan data
penelitian kualitatif yaitu MAXQDA. Dengan menggunakan MAXQDA, data interpretasi dan evaluasi dapat
dilakukan dengan penyortiran bahan ke dalam grup, menggunakan sistem pengkodean hierarki, mendefinisikan
variabel, memberikan ikhtisar tabel, dan menetapkan warna dan beban ke segmen teks [7].

2.4 Variabel Operasional


Variabel Indikator Konsep
There must be a better way 1. Cara terbaik dalam melakukan kegiatan usaha adalah
yang berdampak baik terhadap lingkungan
Green Value
Educating other 2. Menyebarkan nilai hijau (Green Value) dalam diri
orang lain
Gap in the Observe a gap in market 3. Mencari peluang melalui kesadaran akan permasalahan
Market lingkungan

4
See the need for a products 4. Mencari kebutuhan yang saat ini tidak terpenuhi di
or service (user-based) pasar
See a growing market 5. Meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan
dilihat sebagai pasar yang baru berkembang
Making a Making a Living 6. Menjalankan bisnis untuk mendapatkat nafkah atau
Living menutup pengeluaran
Independence 7. Menginginkan kebebasan dari bekerja secara mandiri
Do something for self, or as 8. Ingin mendapatkan prestasi untuk diri sendiri atau
Being Their
a couple sebagai pasangan
Own Boss
Family related 9. Berasal dari keluarga yang juga seorang pebisnis
motivations
Passion for the 10. Ingin memainkan peran dalam mengurangi kerusakan
environment lingkungan
Passion Passion for their product or 11. Ingin memainkan peranan dalam mengurangi
service kerusakan lingkungan dengan menyediakan produk
atau jasa ramah lingkungan
(Sumber : Tjitalaksana 2015 ; di adaptasi dari Kirkwood dan Walton 2010) [13]
3. Pembahasan
3.1 Karakteristik Objek dan Responden Penelitian
Berikut adalah data karakteristik mengenai objek serta responden pada penelitian ini :

Produk / Usia Jenis Jumlah


Perusahaan Pendiri Lokasi
Layanan Pendiri Kelamin Karyawan

Fifie 51 Wanita
Jl. Terusan
Rahardja Tahun Bojongsoang No. 174
John 46 Pria A, Kamp. Mekarsari
Bank Sampah RT 05 / RW 27, Kel.
Bank Sampah Sumual Tahun 18 Orang
Bersinar Baleendah, Kec.
Kapten 50 Pria Baleendah, Kab.
Inf. Tahun Bandung.

Pendi

3.2 Pembahasan Hasil Penelitian


3.2.1 Implementasi Motivasi Green Value dalam penciptaan lingkungan yang lebih baik
Sebelum berdirinya bank sampah, pada awalnya didirikan bak - bak penampungan sampah sementara agar
masyarakat tidak membuang sampah sembarangan. Akan tetapi, daya angkut sampah dari dinas terkait tidak
seimbang sehingga sampah menumpuk di tempat pembuangan sampah sementara. Melihat permasalahan
tersebut, didirikanlah Bank Sampah Bersinar agar pengumpulan dan pengelolaan sampah lebih efektif.
Saat pertama kali didirikan, sebelum melakukan edukasi terhadap masyarakat sekitar, para pendiri Bank
Sampah Bersinar membagi tugas mereka masing - masing. Fifie Rahardja dan John Sumual (Responden 1 dan

5
2) melakukan studi banding ke bank sampah Malang untuk menambah wawasan dan belajar mengenai sistem
pengelolaan sampah melalui bank sampah. Kapten Inf. Pendi bertugas untuk mengajak dan mengumpulkan
tokoh masyarakat, untuk kemudian setelah masyarakat terkumpul mereka di edukasi oleh ilmu yang didapatkan
dari hasil studi banding dan bahkan mereka di edukasi langsung oleh direktur Bank Sampah Malang yaitu pak
Rahmat Hidayat. Setelah itu, edukasi masyarakat dilakukan secara rutin dan gratis.

3.2.2 Identifikasi Motivasi Gap in the Market pada peluang pendirian Bank Sampah Bersinar
Seluruh responden menyadari adanya peluang dari tingkat produksi sampah yang tinggi di kota dan
kabupaten Bandung. Responden 1 memberikan gambaran dengan melihat setidaknya dalam 1 hari terdapat
4.500 ton sampah dari kabupaten dan kota, yang apabila dikelola dan dan diumpamakan untuk setiap 1 kg
sampah dapat menghasilkan pendapatan Rp. 1.000, maka tumpukan sampah tersebut kurang lebih dapat bernilai
4,5 milyar.
Responden 2 pun menuturkan, dengan tingkat produksi sampah harian yang tinggi dan seakan tidak ada
habisnya, menjadikan prospek/peluang dari bank sampah kedepannya sangat - sangat besar sekali. Namun
sebagai seorang ecopreneur, dengan melihat peluang tersebut yang terpikirkan adalah bagaimana bisa
meningkatkan taraf ekonomi masyarakat melalui potensi dari permasalahan lingkungan yang ada. Selain
berdasarkan permasalahan lingkungan, BSB pun melihat peluang dari berkembangnya pasar aplikasi digital.
Melihat perkembangan pasar aplikasi digital, BSB bekerjasama dengan Telkom untuk menciptakan aplikasi
berbasis android untuk meningkatkan layanan BSB.

3.2.3 Identifikasi Motivasi dan Pencapaian Finansial pada Ecopreneur dalam mendirikan Bank Sampah
Bersinar
BSB didirikan sebagai perusahaan nonprofit yang lebih mengutamakan nilai sosial, namun jangan sampai
mengalami kerugian. Fokus utama mereka adalah untuk menutupi biaya operasional yang selama setelah 2 tahun
berdiri masih disubsidi 20 - 25 juta per bulan dari dana CSR perusahaan mitra BSB.
Sebetulnya, BSB bukan sama sekali tidak mementingkan profit. Mereka pun menyadari bahwa bisnis ini
dapat menghasilkan keuntungan finansial. Namun disaat BSB kemudian mendapatkan keuntungan lebih,
keuntungan tersebut digunakan untuk menunjang kegiatan sosial lainnya dan untuk membesarkan yayasan
Matahari Tama. Responden 3 menyatakan bahwa yang penting perusahaan bisa terus berjalan dan masyarakat
dapat menikmati manfaat dari hadirnya BSB. Responden 2 pun menyatakan bahwa mereka bertujuan untuk
terus menyeimbangkan kegiatan sosial dan sisi bisnis, sehingga sisi pendapatan dan pengeluaran untuk sosial
bisa seimbang. Responden 1 menyebut hal tersebut sebagai win - win solution, yang penting kegiatan
operasional dan sosial perusahaan bisa terus berjalan.

3.2.4 Identifikasi Motivasi Being Their Own Boss pada Ecopreneur Bank Sampah Bersinar
Berdasarkan hasil penelitian, responden 1 menyebutkan bahwa mendirikan BSB merupakan tuntutan
moral dan upaya untuk menjangkau dan membangun karakter masyarakat menengah kebawah. Responden 1
pun terpengaruhi oleh faktor keturunan sehingga terdorong menjadi pengusaha. Responden 2 menyebutkan
dengan mendirikan BSB dirinya bisa berkarya lebih banyak serta membantu menyelesaikan permasalahan
lingkungan. Sedangkan responden 3 yang saat ini masih terikat dinas dengan instansi TNI menjadikan BSB
sebagai wadah pembelajaran untuk dirinya kelak yang berkeinginan untuk mendirikan usaha.
3.2.5 Passion bagi Ecopreneur dalam mendirikan Bank Sampah Bersinar
Untuk passion dalam mendirikan bank sampah, ketiga responden sama - sama mengakui bahwa mereka
memang mempunyai passion di bidang sosial yang berupaya membantu meringankan serta menyelesaikan
permasalahan masyarakat sekitar, dan yang menarik passion tersebut tubuh dari alasan yang berbeda.
Responden 1 memiliki jiwa sosial dikarenakan dahulu beliau pun merasakan pernah hidup sebagai masyarakat
menengah ke bawah, responden 2 dikarenakan dirinya merupakan warga terdampak banjir, dan responden 3
karena bentuk tanggung jawabnya sebagai Danramil di wilayah Dayeuhkolot dan Bojongsoang yang hampir
setiap tahun terkena banjir. Dampak didirikannya Bank Sampah Bersinar adalah tumpukan sampah mulai
berkurang, dan keadaan sungai sudah lebih bersih (terutama di sekitar lingkungan BSB).

3.2.6 Faktor Motivasi yang Paling Mendominasi Ecopreneur dalam Mendirikan Bank Sampah Bersinar
Untuk pengukuran faktor motivasi paling dominan digunakan aplikasi maxqda, untuk kemudian coding
masing masing responden diubah kedalam grafik document portrait visualization dengan skala 12.000 kotak
untuk memperjelas visualisasi mengenai faktor motivasi dominan pada diri responden Untuk responden 1,

6
urutan faktor dari yang paling dominan hingga paling kecil adalah gap in the market (441 kotak, 36.75%),
passion (296 kotak, 24.67%), green value (236 kotak, 19.67%), making a living (180 kotak, 15%), dan yang
terakhir being their own boss (47 kotak, 3.92%).
Motivasi yang paling dominan dalam mendirikan bank sampah bagi responden 2 adalah faktor motivasi
green value (357 kotak, 29.75%), untuk kemudian diikuti oleh faktor motivasi gap in the market (333 kotak,
27.75%), being their own boss (193 kotak, 16.08%), passion (185 kotak, 15.42%) dan making a living (132
kotak, 11%). Dan faktor motivasi yang paling mendominasi pada responden 3 adalah faktor motivasi passion.
Berdasarkan temuan, faktor motivasi passion mendominasi dengan 362 kotak (30.17%), kemudian diikuti oleh
faktor motivasi green value (316 kotak, 26.33%), being their own boss (187 kotak, 15.58%), gap in the market
(178 kotak, 14.83%), dan making a living (157 kotak, 13.08%).

4. Kesimpulan dan Saran


4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat diambil
beberapa kesimpulan yang diharapkan dapat menjawab permasalahan pada penelitian. Berikut adalah kesimpulan
dari penelitian ini:
1. Dalam implementasi green value, ecopreneur pendiri Bank Sampah Bersinar termotivasi untuk menjadikan
Bandung sebagai kota teladan yang terbebas dari sampah. Untuk mewujudkan hal itu, para responden melakukan
optimalisasi dalam pengumpulan dan pengolahan sampah dengan mendirikan Bank Sampah Bersinar, dan juga
rutin melakukan edukasi terhadap masyarakat.
2. Bank Sampah Bersinar didirikan tanpa melakukan observasi pasar terlebih dahulu, serta tanpa adanya permintaan
langsung dari masyarakat. Tetapi para responden menyadari bahwa pendirian BSB merupakan kebutuhan
masyarakat, terutama untuk menanggulangi tumpukan sampah. Selain itu, BSB didirikan untuk berperan sebagai
bank sampah induk dan menjadi mitra bagi bank sampah skala kecil yang terlebih dahulu berdiri. Pada
perkembangannya, melihat perkembangan pasar aplikasi digital, BSB menjalin kerjasama dengan Telkom untuk
membuat aplikasi berbasis android yang digunakan untuk memudahkan nasabah menyetor dan memantau harga
sampah yang mereka setorkan.
3. Sebagai perusahaan nonprofit yang mengutamakan nilai sosial, para responden menargetkan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian dan harus bisa menutupi beban operasional mereka sendiri. Disaat perusahaan
mendapatkan profit maka akan digunakan untuk menunjang kegiatan sosial dan membesarkan yayasan. Yang
terpenting bagi para responden adalah kegiatan sosial dan operasional perusahaan bisa terus berjalan, dan
kehadiran Bank Sampah Bersinar bisa bermanfaat bagi masyarakat.
4. Untuk faktor being their own boss, terdapat motivasi yang berbeda dalam setiap diri responden. Responden 1
mendirikan Bank Sampah Bersinar sebagai wadah pendekatan terhadap masyarakat, serta dipengaruhi oleh faktor
keturunan keluarga. Responden 2 termotivasi mendirikan BSB untuk memajukan kondisi wilayah Bojongsoang,
Dayeuhkolot, Baleendah, dan dengan bekerja secara independent responden 2 merasakan dapat berkarya lebih
banyak. Sedangkan responden 3 termotivasi oleh keluarganya yang juga seorang entrepreneur, sehingga
mendorong dirinya untuk menjadi entrepreneur juga dan menjadikan keikutsertaannya dalam mendirikan BSB
sebagai wadah pembelajaran untuk dirinya kelak.
5. Seluruh responden mempunyai passion di bidang sosial. Mereka semua berkeinginan meringankan dan
menyelesaikan permasalahan masyarakat melalui Bank Sampah Bersinar, terutama masalah banjir. Dampak yang
mulai timbul dari didirikannya BSB antara lain mulai berkurangnya tumpukan sampah, keadaan sungai yang
mulai membersih, serta berkurangnya durasi banjir tahunan di Dayeuhkolot.
6. Seluruh responden mempunyai pernyataan yang mendukung terhadap seluruh faktor motivasi ecopreneur antara
lain green value, gap in the market, making a living, being their own boss, serta passion. Namun setelah dilakukan
pengolahan data untuk mencari tahu faktor motivasi yang lebih mendominasi pada setiap responden, didapatkan
hasil bahwa responden 1 didominasi oleh faktor motivasi gap in the market, responden 2 didominasi oleh faktor
motivasi green value, dan responden 3 didominasi oleh faktor motivasi passion.

7
4.2 Saran
4.2.1 Aspek Praktis
Para ecopreneur diharapkan melakukan upaya lebih optimal dalam pengumpulan sampah dan
pengurangan kerusakan lingkungan, dengan melakukan bazaar mingguan serta melakukan pengolahan sampah
organik.
4.2.2 Aspek Teoretis
Dalam penelitian, terdapat beberapa pernyataan mengenai tujuan perusahaan yang mengutamakan
kepentingan sosial. Objek penelitian sendiri (Bank Sampah Bersinar) bergerak di bidang ecopreneurship.
Berdasarkan temuan tersebut, seakan terdapat sekat tipis antara sociopreneurship (konsep kewirausahaan yang
mengedepankan pemberdayaan masyarakat serta kepentingan sosial ; Tan et al : 2005) [12] dengan
ecopreneurship (aktivitas kewirausahaan yang menguntungkan lingkungan ; Hendrickson & Tuttle dalam Fong
et al : 2014), bahkan cenderung saling berkaitan satu dengan lainnya. Untuk penelitian selanjutnya, dapat
dilakukan penelitian lebih lanjut pada objek berbasis ecopreneurship mengenai keterkaitan sociopreneurship dan
ecopreneurship dalam bisnis yang dijalankan.

Daftar Pustaka
[1] Concervational Central Network. (2015). Jadilah Ecopreneur CCN. [Online]. Tersedia :
https://www.conservationcentralnetwork.com/cara-pelaksanaan/jadilah-ecopreneur-ccn [7 September 2015].
[2] Daryanto dan Cahyono, Dwi Aris. (2013). Kewirausahaan: Penanaman Jiwa Kewirausahaan. Yogyakarta:
Penerbit Gava Media.
[3] Dinas Perumahan, Penataan Ruang, dan Kebersihan Kabupaten Bandung. (2013). Penyusunan Rencana Induk
Persampahan Kabupaten Bandung 2014-2022. Bandung : Dispertasih.
[4] Fong, Nicholas, Rachel Wolfgramm, dan Deborah Sepherd. (2014). Ecopreneurs as Change Agents;
Opportunities, Innovations, and Motivations. New Zealand: Departement of Management and International
Business, University of Auckland.
[5] Kirkwood, Jodyanne dan Walton, Sara. (2010). What motivates ecopreneurs to start businesses?. International
Journal of Entrepreneurial Behavior & Research, Vol. 16 Iss 3 pp. 204 228.
[6] Media Lingkungan. (2014). Sebanyak 130.000 Ton Sampah Perhari Diproduksi oleh Indonesia. [Online].
Tersedia : http://medialingkungan.com/news/nasional/sebanyak-130-000-ton-sampah-perhari-diproduksi-oleh-
indonesia.html [7 September 2015].
[7] MAXQDA. (2015). How does MAXQDA support your Qualitative Data Analysis? [Online]. Tersedia:
http://www.maxqda.com/what-is-computer-assisted-data-analysis. [1 Januari 2016].
[8] Satori, Djaman & Aan Komariah. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
[9] Schaper, Michael. (2010). Making Ecopreneurs Developing Sustainable entrepreneurship -2/E. Surray England:
GOWER.
[10] Shane, S., Locke, E. A., & Collins, C. J. (2012). Entrepreneurial motivation [Electronic version]. Retrieved [insert
date], from Cornell University, ILR School site: ://digitalcommons.ilr.cornell.edu/articles/830
[11] Sugiyono. (2014b). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
[12] Tan, Wee Liang; Williams, John; dan Tan, Teck Meng. (2005). Defining the Social in Social
Entrepreneurship: Altruism and Entrepreneurship. International Entrepreneurship and Management Journal. ,
1(3) , 353. Research Collection Lee Kong Chian School Of Business.
[13] Tjitalaksana, Selvi Mustikananda. (2015). Identification of Five Motivational Factors of Ecopreneurship for Start-
up Business. Bandung : Publikasi Universitas Telkom Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Anda mungkin juga menyukai