Pedoman Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Pedoman Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
I. latarbelang
a. mutu pelayanan rs
b. perlunya monev
II. monov askep
a. pengertian
b. tujuan monev
c. jadwal pelaksanaan monev askep
d. intrumen monev askep
Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada Tahun 1995 telah menetapkan petunjuk tentang
Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit yang terdiri dari :
(3). Telah mengikuti pelatihan penerapan standar asuhan keperawatan di Rumah Sakit.
c. Rekam medik pasien yang dinilai harus memenuhi kriteria sebagai berikut
(1). Rekam medik pasien yang telah pulang dan telah dirawat minimal 3 (tiga) hari diruangan
yang bersangkutan.
(2). Data dikumpulkan sebelum berkas rekam medik pasien dikembalikan pada bagian Medical
Recort Rumah Sakit.
(3). Khusus untuk kamar operasi dan UGD penilaian dilakukan setelah pasien dipindahkan ke
ruang lain / pulang.
(4). Rekam medik pasien yang memenuhi kriteria selama periode evaluasi berjumlah 20 untuk
setiap ruangan.
(2). Kolom 3 terdiri dari 10 sub kolom yang diisi denagn kode berkas pasien (1, 2, 3, dst),
sesuai dengan urutan waktu pulang, pada periode evaluasi.
Tiap sub kolom hanya digunakan untuk penilaian terhadap satu rekam medik pasien.
Contoh : Sub kolom 01 digunakan untuk mengisi hasil penilaian rekam medik dengan kode
berkas 01.
Rekam medik yang telah digunakan untuk penilaian harus diberi tanda dengan kode berkas agar
tidak dinilai ulang.
(3). Pada tiap sub kolom diisi dengan tanda V bila aspek yang dinilai ditemukan dan tanda
O bila aspek yang dinilai tidak ditemukan pada rekam medik pasien yang bersangkutan.
(4). Kolom keterangan diisi bila penilai menganggap perlu mencantumkan penjelasan atau bila
ada keraguan penilaian.
(5). Sub total diisi sesuai dengan hasil penjumlahan jawaban nilai V yang ditemukan pada
masing-masing kolom.
(6). Total diisi dengan hasil penjumlahan sub total, 01 + 02 + 03 dan seterusnya.
Total
a. Pengkajian.
b. Diagnosa.
c. Perencanaan.
(3). Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subyek, perubahan, perilaku, kondisi pasien
dan atau kriteria.
(4). Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci dan jelas atau
melibatkan pasien/keluarga.
(6). Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain.
d. Tindakan.
(4). Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas.
e. Evaluasi.
(3). Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar.
(5). Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.5.1 Pengertian.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosial-spiritual yang komperhensif, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pelayanan keperawatan berupa bantuan, diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan
kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri (PPNI cit Gartinah, 1999).
Keperawatan terutama berfungsi membantu individu (sehat atau sakit) dalam menjalankan
kegiatan yang mengkontribusi kesehatan atau pemulihan (atau kematian secara damai) yang
dapat mereka lakukan tanpa bantuan apabila mereka memiliki kekuatan, kemauan, atau
pengetahuan yang diperlukan, keperawatan juga membantu individu melaksanakan terapi yang
disarankan dan secepat mungkin mandiri kembali (Eugenia dan fay, 1994).
Perawat Profesional adalah perawat yang mengikuti pendidikan keperawatan pada jenjang
pendidikan tinggi keperawatan, sekurang-kurangnya D III keperawatan (PPNI cit Gartinah,
1999).
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari:
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai
dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya
dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga
dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hal atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
1. 2. Peran Edukator.
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku
dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
1. 3. Peran Koordinator.
1. 4. Peran Kolaborator.
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari
dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.
1. 5. Peran Konsultan.
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
1. 6. Peran Pembaharu.
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
1. 1. Fungsi Independen.
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.
1. 2. Fungsi Dependen.
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan.
1. 3. Fungsi Interdependen.
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu
dengan yang lain. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama
tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang
mempunyai penyakit komplek.
Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat
dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan.
2.6 Penerapan.
2.6.1 Pengertian.
Penerapan adalah perihal mempraktekkan. (Kamus Bahasa Indonesia, 1999. 1044). Sedangkan
penerapan asuhan keperawatan adalah mempraktekkan asuhan keperawatan dalam pelayanan
keperawatan kepada Pasien.
Penerapan standar asuhan keperawatan akan merubah system dalam pemberian asuhan
keperawatan menjadi lebih terencana, berdasarkan pada pedoman yang jelas dan lebih bisa
dipertanggung jawabkan.
Faktor pendukung dari proses perubahan dalam penerapan asuhan keperawatan dapat dilihat dari
aspek kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan dasar interpretasi (Nursalam, 2002).
Faktor penghambat bisa dilihat dari beberapa aspek yaitu mengancam kepentingan pribadi,
persepsi yang kurang tepat, sebagai reaksi psikologi dan toleransi untuk berubah yang rendah
(Nursalam, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Rumah Sakit TNI Malang, tentang Standar
Asuhan Keperawatan dan Sikap Terhadap Penerapan Standar Asuhan Keperawatan pada Dokter
dan Perawat (Anggreini, 2005) diketahui :.
a. Teori tentang Asuhan Keperawatan terlalu sulit, rumit dan agak susah.
1. Komitmen
Komitmen dapat diartikan sebagai janji atau tanggungjawab. Hal ini dapat diartikan
bahwa setiap orang/pihak/institusi yang berkomitmen terhadap SPMKK berjanji untuk
melaksanakan SPMKK. Adanya komitmen ini sangat diperlukan mulai dari tingkat
pimpinan/pengambilan keputusan dipemerintahan sampai kelevel yang paling bawah.
Komitmen merupakan suatu komponen yang dapat menjamin kesinambungan kegiatan.
2. Kualitas
Pelaksanaan SPMKK diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) keperawatan meliputi kinerja dan hasil pelayananya. Peningkatan kinerja
perawat akan mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan menjadi lebih baik
sehingga akan meningkatkan citra pelayanan keperawatan disarana pelayanan
kesehatan.
3. Kerja tim
SPMKK baru difokuskan kepada perawat tetapi mendorong adanya kerjasama
kelompok (team work) antar tenaga kesehatan, karena kerjasama tim merupakan
salahsatu penentu keberhasilan pelayanan kesehatan.
4. Pembelajaran berkelanjutan
Penerapan SPMKK memberikan kondisi terjadinya pembelajaran yang memungkinkan
setiap individu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga dapat
mengikuti perkembangan IPTEK.
1. Membangun komitmen
Membangun komitmen dengan semua pihak yang terkait/stakeholder dengan
pengembangan SPMKK untuk itu perlu adanya sosialisasi dan koordinasi.
2. Melibatkan stakeholder
Dengan komitmen, keterlibatan stakeholder dapat memberikan dukungan moril dan
material dalam penerapan SPMKK.
4. Profesionalisme
Pengelolaan SPMKK secara profesional dengan perencanaan yang matang serta
diimplementasikan secara sungguh-sungguh berdasarkan pada pedoman SPMKK,
standar profesi, SOP keperawatan, serta pedoman pelayanan kesehatan lainnya.
5. Desentralisasi
Dalam rangka otonomi daerah SPMKK dapat dikembangkan sesuai kondisi masing-
masing daerah dengan tetap berpedoman pada pedoman yang telah ditetapkan.
1. Standar
Komponen utama yang menjadi kunci dalam SPMKK adalah standar, yang
meliputi standar profesi, Standar Operasioanal Prosedur (SOP), dan pedoman-
pedoman yang digunakan oleh perawat disarana pelayanan kesehatan. Standar
keperawatan bermanfaat sebagai acuan dan dasar bagi perawat dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Standar juga dapat meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pekerjaan, dapat meningkatkan motivasi dan pendayagunaan staf, dapat
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan serta melindungi masyarakat atau klien
dari pelayanan yang tidak bermutu.
Standar adalah suatu pedoman atau model yang disusun dan disepakati
bersama serta dapat diterima pada suatu tingkat praktik untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan (Reyers, 1983).
Standar yang ditetapkan harus memenuhi kreteria yaitu : spesifik (specific),
terukur (measurable), tepat (appropriate), andal (reliable), tepat waktu (timely).
(Donabedian, 1982)
a. Ketentuan standar
1. Harus ditulis dan dapat diterima untuk dilaksanakan oleh para pelaksana.
2. Mengandung komponen struktur, proses, hasil.
3. Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan sitem dalam organisasi.
4. Standar harus disyahkan atau disetujui oleh yang berwenang.
b. Komponen standar
1. Standar struktur atau standar input menjelaskan praturan, kebijakan tatanan dalam
organisasi, meliputi filosofi dan obyektif organisasi dan administrasi, kebijakan dan
peraturan, staffing dan pembinaan, deskripsi pekerjaan, fasilitas dan peralatan.
2. Standar proses adalah kegiatan dan interaksi antara pemberi dan penerima asuhan
yang berfokus pada kinerja petugas secara profesional dalam tatanan klinis meliputi
fungsi, tanggungjawab, dan akontabilitas, manajemen kinerja klinis, monitoring dan
evaluasi kinerja klinis.
3. Standar hasil adalah hasil asuhan dalam kaitannya dengan status pasien. Standar ini
berfokus pada asuhan pasien yang prima meliputi kepuasan pasien, keamanan pasien,
kenyamanan pasien.
c. Manfaat standar
1. Menetapkan norma dan memberikan kesempatan anggota masyarakat dan perorangan
mengetahui bagaimana tingkat pelayanan yang diharapkan/diinginkan karena standar
tertulis sehingga dapat dipublikasikan/diketahui secara luas.
2. menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku sebagai tolok ukur untuk
memonitor kualitas kinerja.
3. berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan pada situasi aktual dan
sesuai dengan kondisi lokal.
4. meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan sumber daya dengan lebih
baik;
5. meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf.
6. dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada keadaan dasar maupun post
basic pelatihan dan pendidikan.
2. Uraian tugas
Uraian tugas adalah seperangkat fungsi, tugas, dan tanggungjawab yang
dijabarkan dalam suatu pekerjaan yang dapat menunjukan jenis dan spesifikasi
pekerjaan, sehingga dapat menunjukan perbedaan antara pekerjaan yang satu dengan
yang lainnya. Uraian tugas merupakan dasar utama untuk memahami dengan tepat
tugas dan tanggugjawab serta akuntabilitas setiap perawat dalam melaksanakan peran
dan fungsinya.
c. Tujuh kriteria yang harus dipertimbangkan dalam uraian tugas sebagai berikut :
1. Diskripsi pekerjaan harus terkini dan akurat untuk persyaratan fungsi dan tugas yang
diperlukan.
2. Posisi/jabatan klinis harus jelas berdasarkan ketentuan dan jenjang karir yang
ditetapkan oleh organisasi.
3. Diskripsi pekerjaan menunjukan jenis dan spesifikasi pekerjaan, bagaimana dan untuk
apa pekerjaan tersebut berbeda satu dengan yang lainnya.
4. Diskripsi pekerjaan harus lengkap dan tidak mendetail, sehingga dapat
mengembangkan fungsi dan tugas lebih luas.
5. Adanya rancangan standar yang digunakan pada semua pekerjaan bagi masing-masing
kategori.
6. Diskripsi pekerjaan harus realistis untuk aspek teknis dan sumber daya manusia yang
memungkinkan.
7. Diskripsi pekerjaan harus selalu direvisi sesuai dengan kondisi terkini.
3. Indikator kinerja
Indikator kinerja perawat adalah variabel untuk mengukur prestasi suatu
pelaksanaan kegiatan dalam waktu tertentu. Indikator yang berfokus pada hasil asuhan
keperawatan kepada pasien dan proses pelayanannya. Indikator klinis adalah ukuran
kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien
yang berdampak terhadap pelayanan.
a. Tujuan :
1. Meningkatkan prestasi kerja staf sehingga mendorong peningkatan kinerja staf
2. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil kerja
melalui prestasi pribadi.
3. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan perasaannya tentang
pekerjaan, sehingga terbuka jalur komunikasi dua arah antara pimpinan dan staf.
b. Karakteristik Indikator :
1. Sahih (valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek-aspek
yang akan dinilai.
2. Dapat dipercaya (reliable) artinya mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat
yang berulangkali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
3. Peka (sensitive) artinya cukup peka untuk mengukur sehingga memberikan hasil yang
sesuai.
4. Spesifik (specific) artinya memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas dan
tidak tumpang tindih.
5. Berhubungan (relevan) artinya sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan
kritikal. Contoh : pada unit bedah indikator yang di buat berhubungan dengan pre
operasi dan post operasi.
c. Klasifikasi indkator :
1. Indikator input : merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan
aktivitas misalnya personil, alat, informasi, dana , peraturan.
2. Indikator proses : memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan.
3. Indikator out put : mengukur hasil meliputi cakupan, pengetahuan, sikap dan perubahan
perilaku yang dihasilkan oleh tindakan yang dilakukan. Indikator ini juga disebut
indikator effect.
4. Indikator out come : dipergunakan untuk menilai perubahan atau dampak (impact) suatu
program, perkembangan jangka panjang termasuk perubahan status kasehatan
masyarakat/penduduk.
a. Tujuan RDK
1. Untuk mengembangkan profesionalisme.
2. Meningkatkan aktualisasi diri.
3. Meningkatkan motivasi untuk belajar.
4. Meningkatkan pemahaman terhadap standar.
5. Memacu untuk bekerja sesuai standar.
Referensi