Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penatalaksaan pneumotoraks spontan adalah evakuasi udara di


dalam rongga pleura, memfasilitasi penyembuhan pleura dan mencegah
terjadinya rekurensi secara efektif.
Pilihan terapi meliputi, yaitu terapi oksigen, observasi, aspirasi sederhana
dengan kateter vena, pemasangan tube, pleurodesis, torakoskopi single port,
VAST dan torakotomi. 11,13,14

Pemilihan penatalaksanaan tergantung pada :


- tipe pneumotoraks spontan primer atau sekunder
- luas pneumotoraks
- gejala klinis, terjadinya kebocoran udara yang menetap (persistent air
leak)
- faktor risiko lain : jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan merokok, dll

Terapi oksigen
Suplemen oksigen akan mempercepat absorbsi udara di rongga toraks
17
sebanyak 4 x dibandingkan dengan tanpa suplementasi oksigen.

Oksigen akan mengurangi tekanan parsial nitrogen di dalam kapiler darah


sekitar rongga pleura dan akan meningkatkan gradien tekanan parsial
nitrogen. Hal ini akan menyebabkan nitrogen ke dalam kapiler pembuluh
darah di sekitar rongga pleura dan diikuti oleh gas lain. Suplementasi oksigen
pada konsentrasi tinggi harus diberikan pada seluruh kasus pneumotoraks.

Observasi (tanpa tindakan invasif)


Bila hubungan antara alveoli dan rongga pleura dihilangkan, maka udara di
dalam rongga pleura akan diabsorbsi secara betahap. Kecepatan absorpsi
antara berkisar 1,25 % dari volume hemitoraks setiap 24 jam. 18

ACCP membagi klinispenderita atas penderita dalam kondisi stabil, jika :


- laju napas < 24 x/menit
- denyut jantung 60-120 x/menit
- tekanan darah normal
- saturasi oksigen > 90 % (tanpa asupan oksigen)
setelah observasi penderita dapa dipulangkan dan datang kembali ke rumah
sakit bila terdapat gejala klinik yang memberat. Observasi tidak dilakukan
pada penderita denagan pekerjaan atau kondisi yang mengandungresio
tinggi terjadinya rekurensi. (American College of Chest Physicians.
Management of spontaneous pneumothorax: An American College of
Chest Physicians Delphi Consensus Ststement. Chest 2001 ; 119:
590-602)

Tindakan fisioterapi denagn pemberian penyinaran gelombang pendek pada


pneumotoraks spontan kurang dari 30 %, secara bemakna meningkatkan
19
absorbsi udara dibandingkan dengan hanya observasi saja.

Aspirasi sederhana dengan kateter vena


Aspirasi sederhana terutama direkomendasiksan pada terapi awal penderita
PSP pertama, karena memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi (70 %)
dibandingkan bila dilakukan pada penderita PSS. Prosedur ini memiliki
keuntungan antara lain morbidity yang minimal dan dapat dilakukan pada
pasien rawat jalan sehingga penderita dapat bekerja kembali serta relatif
mudah dan murah. Kelemahan prosedur ini apabila gagal maka perlu
dilakukan pemasngan tube thoracostomy dan tidak mungkin mengurangi
rekurensi.

Pemasangan WSD
Pemasangan WSD atau tube thoracostomy masih merupakan tindakan
pertama sebelum penderita diajukan untuk tindakan yang lebih invasif
seperti torakoskopi atau torakotomi. Pemasangan tube thoracostomy pada
pneumotoraks teutama ditujukan pada penderita PSP yang gagal dengan
tindakan aspirasi dan penderita PSS, sebelum menjalani tindakan torakoskopi
atau torakotomi. Pada penderita PSP angka keberhasilan pemasangan tube
thoracostomy lebih tinggi dibandingkan dengan PSS.

Penggunaan suction pada sistem drinase tidak banyak memberikan


keuntunagn dalam mempercepat pengemabnagan paru, sehingga pada awal
pemasangan biasanya dihubungkan dengan katup satu arah atau dengan
perangkat WSD tanpa suction, namun bila terjadi kebocoran udara tube
thoracostomy dihubungkan dengan suction.

Komplikasi pemasangan tube thoracostomy:


- malposisi ke fisura interlobar, organ lain seperti esophagus, pembuluh
darah sentral dan jaringan subkutis
- pneomototaks berulang atau pembentukan cairan
- pneumotoraks kontralateral
- shok kardigenik karena kompresi ventrikel kanan
- kerusakan saraf seperti saraf interkostal, saraf diafragma
- edema paru reekspansi unilateral
- fistula bronkopleura
- perlengketan pleura dengan paru yang tidak mengembang
- perdarahan
- infeksi

Pleurodesis
Dilakukan terutama untuk mencegah rekurensi terutama penderita dengan
risiko tinggi untuk terjadinya rekurensi. Zat sklerosan yang ideal harus
memenuhi beberapa kriteria :
- murah
- mudah didapat
- mudah dimanipulasi
- mudah disterilisasi
- mudah dipakai (pada saat tindakan torakosentesis)
- aman

Bahan yang biasanya digunakan adalah tetrasiklin, minosklin, doksisklin, atau


talk. Bahan terbaik dalam mengurangi rekurensi adalah talk.

Torakoskopi
Tindakan torakoskopi untuk episode petama PSPmyang masih tertanagni
denagn aspirasi masih menjadi perdebatan, karena pada dasarnya sekitar 64
% PSP tidak terjadi rekurensi pada pemasangan. Tindakan yang dilakukan
adalah reseksi bula dan pleurodesis. Torakoskopi pada PSS harus dilakukan
bila paru tidak mengembang setelah 48-72 jam. Pada PSS komplikasi VATS
lebih tinggi dibandingkan pada PSP.

Torakotomi
Merupakan tindakan akhir apabila tindakan yang lain gagal. Tindakan ini
memiliki angka rekurensi terendah yaitu kurang dari 1 % bila dilakukan
pleurektomi dan 2-5 % bila dilakukan pleurodesis dengan abrasi mekanik.

Anda mungkin juga menyukai