HAKCIPTASESUAIKETENTUANDANATURANYANGBERLAKU,COPYDOKUMENINIDIGUNAKANDILINGKUNGANPUSJATANDANDIBUATUNTUK
N. Retno Setiati
N
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
PENAYANGANDIWEBSITE,DANTIDAKUNTUKDIKOMERSILKAN.DOKUMENINITIDAKDIKENDALIKANJIKADIDOWNLOAD
Jl. A.H. Nasution No. 264, Bandung 40294
E-mail : retnosetiati@yahoo.com
Diterima : 04 Juni 2010; Disetujui : 10 Agustus 2010
A
ABSTRAK
Jembatan integral merupakan jembatan yang dibuat tanpa adanya pergerakan antar bentang (spans)
T
atau antara bentang dengan abutment. Permukaan jalan dibuat menerus dari timbunan oprit yang
satu dengan timbunan oprit yang lainnya. Jembatan integral dimaksudkan untuk menghindari
permasalahan perawatan jembatan yang sangat mahal yang dikarenakan adanya penetrasi air/debu
melalui pergerakan joint, dapat meningkatkan kenyamanan bagi pengguna jalan, dan mudah
A
dilaksanakan di lapangan. Sistem jembatan integral terdiri dari integral penuh (full integral) dan
integral sebagian (semi integral). Jembatan integral dengan bentang kurang dari 20 meter untuk
kondisi di beberapa daerah di Indonesia paling optimum menggunakan tipe beton bertulang dengan
sistem full integral, sedangkan untuk bentang lebih dari 20 meter lebih diutamakan menggunakan tipe
SJ
prategang dengan sistem semi integral. Kajian ini membahas tentang pengembangan teknologi
jembatan integral untuk tipe struktur beton, baik metode perhitungan, parameter pembebanan
maupun desain dengan simulasi model jembatan menggunakan program analisis struktur. Sebagai
contoh dibuat model jembatan integral untuk tipe beton bertulang bentang tunggal Hasil kajian sistem
full integral paling optimum dibuat untuk bentang sampai 20 m.
Kata Kunci : integral penuh, integral sebagian, beton bertulang, perawatan, siar muai
U
ABSTRACT
P
Integral bridge is made without existence of movement between spans or between spans with
abutment. The road surface is continuously made by the approach embankment. The integral bridge
type avoids the problem of maintenance for joints and bearings, in particular if water and dust
penetrates through the joints and also effect the bearings, can made safe for road users and simple
applicative method. Bridge integral system consist of full integral and semi integral. Integral bridge
with spans less than 20 metre to the condition in Indonesia most optimum use reinforced concrete
type with system of full integral, while if more than 20 metre more suggested to use type of prestress
with semi integral system. This study explaining about development of integral bridge technology for
the type of concrete structure. like calculation method, encumbering parameter and also of desain
with simulation model bridge use program analyse structure.
For example made integral bridge model for the type of reinforced concrete with single span. Result of
study of full integral most is optimum made to spans until 20 m.
Keywords : full integral, semi integral, reinforced concrete, maintenance, expansion joint
PENDAHULUAN Oleh karena itu perlu adanya kajian
konstruksi jembatan yang terintegrasi antara
Sebagian besar pembangunan jembatan di bangunan atas dan bangunan bawah sehingga
HAKCIPTASESUAIKETENTUANDANATURANYANGBERLAKU,COPYDOKUMENINIDIGUNAKANDILINGKUNGANPUSJATANDANDIBUATUNTUK
Indonesia, khususnya pada ruas jalan permasalahan-permasalahan tersebut di atas
Kabupaten dan Kota menggunakan jenis simple dapat dihilangkan.
beam (sistem jembatan di atas dua tumpuan). Jembatan integral adalah jembatan yang
N
Pada struktur jembatan dengan menggunakan dibuat tanpa adanya pergerakan antar bentang
PENAYANGANDIWEBSITE,DANTIDAKUNTUKDIKOMERSILKAN.DOKUMENINITIDAKDIKENDALIKANJIKADIDOWNLOAD
simple beam pada umumnya terdapat siar muai (spans) atau antara bentang dengan abutment
(expansion joint) dan celah (dilatasi) antara (Direktorat Jenderal Bina Marga Dep. PU,
struktur bangunan atas dan bangunan bawah. 2007). Permukaan jalan dibuat menerus dari
A
Akibatnya, apabila tidak dilakukan perawatan timbunan oprit yang satu dengan timbunan oprit
jembatan dengan baik dapat menyebabkan yang lainnya. Jembatan integral dimaksudkan
terjadinya kerusakan-kerusakan (misalnya untuk menghindari permasalahan perawatan
terjadi retak di sekitar siar muai dan kerusakan jembatan yang sangat mahal yang dikarenakan
T
pada tumpuan), selain itu dapat berakibat adanya penetrasi air /debu melalui pergerakan
ketidak nyamanan bagi pengguna jalan akibat joint.
adanya siar muai tersebut. Maksud dari pengkajian ini adalah untuk
melihat perbandingan perencanaan antara
A jembatan konvensional dengan jembatan
integral. Pengkajian ini juga bertujuan untuk
melakukan pengembangan teknologi tepat guna
untuk jembatan integral yang disesuaikan
SJ
dengan kondisi Indonesia.
Tantangan dalam desain jembatan
integral adalah perhitungan distribusi dari
beban, karena bangunan atas jembatan, pilar,
abutment, timbunan dan pondasi harus
diperhitungkan sebagai sistem satu kesatuan.
Tidak hanya beban yang harus diperhatikan,
U
KAJIAN PUSTAKA
HAKCIPTASESUAIKETENTUANDANATURANYANGBERLAKU,COPYDOKUMENINIDIGUNAKANDILINGKUNGANPUSJATANDANDIBUATUNTUK
(Abendroth, 1989). Tipe ini dapat dilihat
seperti pada Gambar 2.
N
PENAYANGANDIWEBSITE,DANTIDAKUNTUKDIKOMERSILKAN.DOKUMENINITIDAKDIKENDALIKANJIKADIDOWNLOAD
A
T
A
Gambar 2. Full integral bridge tipe pile
foundation
Gambar 4. Full integral bridge tipe full-height
abutments
SJ
Spread footings, jenis ini digunakan jika Pengaruh Beban Yang Bekerja Pada
penurunan pondasi kecil (Abendroth, 1989). Jembatan Integral
Tipe ini dapat dilihat seperti pada Gambar 3.
Berdasarkan standar AASHTO 1989,
dengan menghilangkan siar muai pada jembatan
maka perlu untuk dikaji pengaruh suhu dan
U
Full height abutments, tipe ini sangat cocok Gambar 5. Beberapa pengaruh tegangan pada
jika digunakan untuk bentang pendek jembatan integral
sebaliknya untuk bentang panjang akan sangat
Beberapa studi dari pengaruh tegangan pada Perlu diperhatikan bahwa nilai K* harus lebih
jembatan integral tersebut antara lain adalah: besar dari tekanan tanah pada kondisi ' at rest '
1. Pengaruh suhu. Tegangan lateral pada Ko and Kp/3, adalah :
HAKCIPTASESUAIKETENTUANDANATURANYANGBERLAKU,COPYDOKUMENINIDIGUNAKANDILINGKUNGANPUSJATANDANDIBUATUNTUK
abutment yang diakibatkan oleh suhu
tergantung pada koefisien suhu terhadap Ko = (1-sin ' ) ...............................(2)
pemuaian. Dalam aturan (Departement of
N
Transport, 1996) menyebutkan bahwa Dengan pengertian ' adalah sudut geser efektif
PENAYANGANDIWEBSITE,DANTIDAKUNTUKDIKOMERSILKAN.DOKUMENINITIDAKDIKENDALIKANJIKADIDOWNLOAD
besarnya koefisien tersebut adalah 12 x dan Kp adalah koefisien tekanan tanah pasif.
10(-6) / C untuk beton. Untuk material Persamaan desain yang direkomendasikan oleh
beton ringan atau material lainnya England (2002) adalah seperti pada Gambar 7.
A
mempunyai koefisien yang lebih kecil.
2. Rangkak dan susut. Deformasi akibat
rangkak dan susut dari girder beton
prategang mempunyai pengaruh yang
T
signifikan pada masa layan yang harus
diperhitungkan.
3. Tekanan tanah. Distribusi tekanan tanah
akan berbeda untuk jembatan integral dari
A
beberapa tipe berikut (Noorany, Iraj, 1970):
a. Shallow height bank pad and end
screen abutments ;
b. Full height frame abutments ;
SJ
c. Full height embedded wall abutments.
Distribusi tekanan tanah untuk full height
abutments dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 7. Diagram hubungan tekanan tanah aktif
dengan pergeseran abutment
HAKCIPTASESUAIKETENTUANDANATURANYANGBERLAKU,COPYDOKUMENINIDIGUNAKANDILINGKUNGANPUSJATANDANDIBUATUNTUK
d = .TEB.L .........................................(3) ini adalah dengan membuat simulasi model
jembatan integral tipe beton bertulang dengan
keterangan : bentang tunggal. Dalam pembuatan model
N
L = panjang bentang jembatan (m) tersebut menggunakan program analisis
PENAYANGANDIWEBSITE,DANTIDAKUNTUKDIKOMERSILKAN.DOKUMENINITIDAKDIKENDALIKANJIKADIDOWNLOAD
= koefisien muai temperatur (12 x 10-6/C struktur. Model sistem jembatan dapat dilihat
untuk beton) pada Gambar 10.
d/2 = pergeseran abutment (m)
A
Misalnya untuk jembatan dengan bentang 20 m
dengan koefisien muai temperatur = 12x10-
6
/C dan TEB pada ranges of 5C, 10C, 25C
T
and 50C adalah :
sisi bawah dibuat perletakan sendi seperti pada Gambar 10. Model simulasi jembatan integral
bentang tunggal
SJ
Gambar 9.
PU, 2005).
2. Penentuan bentang jembatan, dalam
simulasi nantinya digunakan panjang
bentang jembatan 20 meter.
3. Pemodelan struktur atas, yaitu dengan
P
HAKCIPTASESUAIKETENTUANDANATURANYANGBERLAKU,COPYDOKUMENINIDIGUNAKANDILINGKUNGANPUSJATANDANDIBUATUNTUK
Gambar 11.
Berikut data teknis jembatan yang
digunakan sebagai input data program analisis
N
struktur :
PENAYANGANDIWEBSITE,DANTIDAKUNTUKDIKOMERSILKAN.DOKUMENINITIDAKDIKENDALIKANJIKADIDOWNLOAD
Bentang = 20 m
Jarak antar balok = 1,2 m
Lebar jembatan =9m
A
Tebal pelat = 0,2 m
Tinggi abutment =5m
Tebal abutment = 0,5 m
beton = 24 kN/m3
T
f'c = 25 MPa
fy = 300 MPa
fs = 240 MPa
= 1,00E-05 /C
E beton
E baja
Tebal aspal
aspal
= 25000 MPa
= 200000 MPa
= 0,1 m
= 22 kN/m3
A Gambar 11. Diagram gaya-gaya dalam berdasarkan
output program analisis struktur
untuk lokasi yang terletak pada ketinggian lebih besar dari 500 m
diatas permukaan laut.
digunakan merupakan model full integral
bridge yaitu tidak menggunakan bearing pad 1/6 ln = 1/6 x 3300 (1/6 bentang bersih)
pada balok. = 550 mm 500 mm
pakai lo = 550 mm
HAKCIPTASESUAIKETENTUANDANATURANYANGBERLAKU,COPYDOKUMENINIDIGUNAKANDILINGKUNGANPUSJATANDANDIBUATUNTUK
Desain Penulangan Abutment s 1/4 h = 1/4 x 500 = 125 mm
6 x tul = 6 x 25 = 150 mm
150 mm
N
A. Data perencanaan :
Di luar lo, spasi s harus memenuhi:
PENAYANGANDIWEBSITE,DANTIDAKUNTUKDIKOMERSILKAN.DOKUMENINITIDAKDIKENDALIKANJIKADIDOWNLOAD
f'c = 25 MPa d / 2 = 435.5 / 2 = 217.75 mm 600 mm.
fy = 300 MPa Pakai s = 100 mm
fs = 240 MPa Ash diambil yang terbesar dari :
A
Cover = 40 mm Ash = 0.3 (s x hc x f'c / fs) x (Ag / Ach -1)
Lebar = 0.5 m = 0.3 (100 x 448 x 25 / 240) x (0.60
Ec = 25000 MPa / 0.50 - 1)
Es = 200000 MPa = 266.67 mm2
T
tulangan = 25 mm Ash = 0.09 (s x hc x f'c / fs)
sengkang = 12 mm = 0.09 (100 x 448 x 25 / 240)
= 420.00 mm2
Untuk perencanaan digunakan D25 100 (As = Pakai :
11775 mm2; = 1.963%)
komponen HBK)
Vu < (Vc + Vs) OK (artinya bahwa Analisis perhitungan tulangan balok di tengah
kapasitas tulangan geser lebih besar bentang baik jembatan integral maupun
dibandingkan dengan gaya geser yang bekerja jembatan konvensional adalah sama. Yang
HAKCIPTASESUAIKETENTUANDANATURANYANGBERLAKU,COPYDOKUMENINIDIGUNAKANDILINGKUNGANPUSJATANDANDIBUATUNTUK
pada balok). membedakan adalah analisis detil perhitungan
balok di daerah tumpuan, yang menghubungkan
antara balok dengan kolom atau balok dengan
N
Desain Tumpuan Balok
abutment.
PENAYANGANDIWEBSITE,DANTIDAKUNTUKDIKOMERSILKAN.DOKUMENINITIDAKDIKENDALIKANJIKADIDOWNLOAD
A. Disain Tulangan Lentur
Desain Hubungan Balok Kolom (HBK)
H balok = 1.40 m
A
Tulangan direncanakan dibagi satu baris: Aj = Tebal abutment x bw(luas penampang
d = Tinggi balok Cover sengkang 0.5 HBK)
lentur = 500 x 500
= (1400 40 12 12.5) mm = 250000 mm2
T
= 1336 mm Vc= 0.75 x 1.0 Aj f'c
Rn = M / (0.8 b d2) = 0.75 x 1.0 x 250000 x 25
= 663.36 / (0.8 x 0.50 x 1.3362) = 937.5 kN
= 929.83 kN/m2 T1 = As1 x 1.25 fy (7 25)
min = 1.4 / fy = 1.4 / 300 = 0.47%
M = fy / (0.85 fc)
= 300 / (0.85 x 25)
= 14.12
A = 3434 x 1.25 x 300
= 1287.89 kN
Vh = 539.33 kN
Vj = T1 Vh
SJ
1 = 0.85 - 8 (f'c - 30) / 1000 = 1287.89 539.33
= 0.89 = 747.96 kN
0,85 1 fc' 600 Vc > Vj OK
b =
fy (600 fy ) Panjang penyaluran tulangan tarik dengan kait
standard 90 diambil:
0,85 0.89 25 600 dh 8 x tulangan lentur
U
=
300 (600 300) 8 x 25
= 12.6% 200 mm
max= 0.75 b dh 150 mm
= 0.75 x 12.6% dh fy x tulangan lentur / (5.4 f'c)
P
HAKCIPTASESUAIKETENTUANDANATURANYANGBERLAKU,COPYDOKUMENINIDIGUNAKANDILINGKUNGANPUSJATANDANDIBUATUNTUK
lapisan 3 = sangat keras (N-SPT > 50) 11 m Setelah gaya-gaya dalam tersebut di
analisis, maka akan di hasilkan kapasitas aksial
Analisis fondasi dilakukan dengan yang mampu di pikul oleh sebuah fondasi,
N
menggunakan program fondasi A-Pile dan L- seperti yang terlihat pada Gambar 13.
PENAYANGANDIWEBSITE,DANTIDAKUNTUKDIKOMERSILKAN.DOKUMENINITIDAKDIKENDALIKANJIKADIDOWNLOAD
A
T
A
SJ
= 24 kN/m3 beban.
Untuk gambar desain dari jembatan integral 4. Sebaiknya perlu diperhatikan sistem
dapat dilihat pada Lampiran A. penulangan terutama untuk daerah di
sekitar sambungan antar balok dengan
abutment maupun abutment dengan pondasi
P
HAKCIPTASESUAIKETENTUANDANATURANYANGBERLAKU,COPYDOKUMENINIDIGUNAKANDILINGKUNGANPUSJATANDANDIBUATUNTUK
Pile Design for Jointless Bridges. Balok di AtasDua Tumpuan dan Integral
Journal of Structural Engineering. Bridge (Paket B-7). Jakarta: Ditjen Bina
Marga
N
115(11):2914-2929
American Association of State Highway and England, George L. 2000. Integral bridges: a
PENAYANGANDIWEBSITE,DANTIDAKUNTUKDIKOMERSILKAN.DOKUMENINITIDAKDIKENDALIKANJIKADIDOWNLOAD
Transportation Officials. 1989. Guide fundamental approach to the time-
Specifications for Thermal Effects in temperature loading problem. London:
Concrete Superstructure. Washington, DC.: Thomas Telford
A
AASHTO Emerson, Mary . 1976. Extreme Values of
Das, M. Braja. 1990. Principles of Foundation Bridge temperaturesfor design Purposes.
Engineering. 2nd edition. Illionis: Kent Berkshire: TRRL
Publishing Company Greimann, Lowell F. et al. 1986. Analysis of
T
Department of Transport. 1996. Highway Integral Abutment Bridges. Journal of
Structures Approval Procedures and Structural Engineering. 112(10):2263-
General Design Section 3. General Design 2280.
Part 12. The Design of Integral Bridges Noorany, Iraj. 1970. Journal of the Soil
Pekerjaan
A
Amendment (BA 42/96). London: DOT
Departemen Umum. 2005.
Pembebanan Untuk jembatan. RSNI No. T-
02-2005. Jakarta: Departemen PU
Mechanics and Foundations. 96 (Sm5):
1583-1063
SJ
__________. 2004. Perencanaan Struktur
Beton Untuk Jembatan. RSNI No. T-12-
2004. Jakarta: Departemen PU
U
P