Anda di halaman 1dari 3

Uji Heller

Tujuan
Uji Heller diindikasikan untuk menegakkan diagnosis penyakit yang berkaitan dengan
sistem urinaria, apakah terdapat kandungan protein pada bahan uji (proteinuria) melalui proses
denaturasi protein oleh pH.
Dasar Teori
Uji Heller dilakukan untuk mendeteksi kandungan protein pada bahan uji melalui proses
denaturasi protein oleh pH. Terjadi perubahan pH karena bahan yang ditambahkan, yaitu asam
mineral atau menambahkan basa pada protein yang akan mengurangi ikatan garam yang terdapat
dalam protein tersebut. Ikatan garam dalam molekul protein merupakan ikatan yang terjadi
akibat proses ikatan ionik dan terjadi karena gaya tarik-menarik antara gugus karboksil (COO -)
dan gugus amina (NH3+) yang memiliki posisi yang dekat.1 Penambahan asam berarti akan
mengubah COO- menjadi COOH dan berimplikasi terhadap hilangnya gaya tarik-menarik atau
kehilangan ikatan garam pada molekul protein. Penambahan basa akan menyebabkan perubahan
ionNH3- menjadi amoniak (NH3) dan H2O, yang menyebabkan ion-ion kehilangan gaya tarik-
menarik atau hilangnya ikatan pada garam protein. Penambahan asam ataupun basa dalam
kondisi ekstrim pada larutan protein tidak hanya akan merusakkan ikatan garam, tetapi juga
memutus ikatan pada gugus peptida yang terdapat dalam molekul protein. Produk denaturasi
merupakan protein yang terkoagulasi yang memiliki sifat tidak larut di air namun larut pada
larutan basa kuat serta asam kuat dikarenakan proses hidrolisis menjadi berbagai bagian yang
lebih sederhana.1,2
Pada Proses Uji heller, bahan-bahan uji akan dimasukkan dalam wadah yang sama
dengan HNO3 pekat lalu dicampurkan agar protein dalam bahan-bahan uji terdenaturasi dan
berbentuk presipitasi putih seperti cincin di tengah tabung reaksi. Namun jika berlangsung lama,
denaturasi akan terus berlangsung hingga presipitasi tersebut hilang.1
Alat dan Bahan
1. Urin uji coba (urin 24 jam)
2. Urin patologis
3. Asam nitrat pekat
4. Tabung reaksi
Langkah Kerja
1. Sediakan dua tabung reaksi, masing-masing tabung reaksi diisi 2 ml asam nitrat pekat.
2. Sediakan dua tabung reaksi lainnya. Satu tabung reaksi ditambahkan 2 ml urin uji coba,
dan satu tabung lainnya ditambahkan 2 ml urin patologis.
3. Miringkan tabung reaksi yang telah terisi asam nitrat pekat dan masukkan urin perlahan-
lahan melalui dinding tabung hingga kemiringan tabung 45o-60o. Lakukanlah tahapan ini
pada kedua sampel urin, baik urin uji coba maupun urin patologis.
4. Amati perubahan yang akan terjadi.

Hasil Percobaan
Pada urin patologis terdapat endapan cincin berwarna putih menunjukkan adanya
protein yang terdenaturasi, sedangkan pada urin uji coba tidak terdapat denaturasi dari
protein menandakan urin uji coba bersifat normal.2

Urin Uji Coba


Urin Patologis

Kepustakaan
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. edisi 7th. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2011.

2. Al OE. Medical laboratory science: theory and practice. Tata McGraw-Hill Education; 2000.
hlm 1344

Anda mungkin juga menyukai