Anda di halaman 1dari 6

Laporan Tugas Mandiri

Modul Gastrointestinal

Diskusi Topik Khusus Farmakologi

Adhirahman Alam S., 1406599323


Asri Salima Ridwan, 1406545264
Derlin Juanita, 1406527835
Lara Aristya, 1406575430
Michael Djohan, 1406599020
Muhamad Taufiq R., 1406569970
Nadia Amani, 140659915
Renisa Aru A., 1406573961
Retta Catherina Sihotang, 1406527665
Shela Rachmayanti, 1406527791

Fakultas Kedokteran Univertsitas Indonesia


2015

1
Diskusi Topik Khusus-2

Nona. N mahasiswa berusai 20 tahun datang ke klinik anda dengan keluhan


nyeri ulu hati sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan mual dan rasa
kembung diperut. Sesaat sebelum ke klinik, pasien mengeluh mual dan
muntah 1x berisi cairan dan sisa makanan, tanpa disertai darah. Bebetapa hari
ini pasien mengaku sedang banyak ujian diperkuliahan, sehingga sering
belajar sampai larut malam, minum kopi dan telat makan. Pada pemeriksaan
fisik tanda vital dan pemeriksaan lain dalam batas normal, kecuali nyeri tekan
pada epigastrium. BAB dan BAKtidak ada keluhan. Keluhan serupa
sebelumnya tidak pernah.
Diagnosa: dyspepsia fungsional

1. Tata laksana non farmakologi pasien tersebut


Berdasarkan klasifikasi ROME III mengenai penyakit GI fungsional,
dyspepsia fungsional didefinisikan sebagai nyeri epigastrium selama
kurang lebih 12 minggu, heartburn, cepat kenyang, dan kembung, serta
tidak ada kaitannya dnegan pergerakan bowel. Untuk membuktikan
seseorang mengalami dyspepsia fungsional dibutuhkan ketiga kriteria yang
harus ada minimal satu kali perminggu selama dua bulan:
- nyeri presisten atau berulang pada epigastrium
- nyeri tidak hilang setelah defekasi atau berhubungan dengan peruahan
frekuensi dan konsistensi tinja
- gejala yang timbul tidak terbukti ada kelainan anatomis maupun tanda
peradangan.
Penanganan nonfarmakologi pada pasien dyspepsia fungsional terdiri dari
tata laksana edukasi.
Tujuan pengobatan pada kasus dyspepsia fungsional
adalah:
1. Menetralkan asam lambung
Menetralkan asam lambung digunakan untuk
mengurangi gejala yang dirasakan pasien berupa
sakit dan tidak nyaman pada perut bagian epigastric.
2. Menurunkan sekresi asam lambung
Menurunkan sekresi asam lambung diperlukan
karena kebiasaan pasien memicu pengeluaran asam
lambung yang berlebihan, sehingga sekresi
berlebihan ini harus ditekan.
3. Meningkatkan faktor defensif lambung
Sebenarnya dalam kasus pasien tidak terlalu
diperlukan karena penyebab dispepsia fungsional
yang dialami pasien sudah jelas yaitu stres.
4. Mengubah gaya hidup

2. Obat yang diresepkan sesuai dengan kriteria obat

2
3.
Gambar 1 managemen dyspepsia fungsional

a. Kemanjuran dan keamanan


Kelompok Obat Menetralkan Mengurangi Meningkatkan
Asam Lambung Sekresi Asam Faktor Defensif
Lambung Lambung
Antasida
H2RA
PPI
Sitoprotektif
Gambar 2 Table obat yang manjur

Kemanjuran Keamanan Kecocokan


Antasida
Farmakodinamik: Efek samping: (sangat Kontraindikasi:
- Menetralkan asam jarang) - Gagal hati
lambung - Diare - Gagal ginjal
- Tidak lebih baik - Konstipasi - Gangguan
daripada plasebo - Sendawa motilitas usus
(berdasarkan - Hemoroid
penelitian)
Bentuk Sediaan:
Farmakokinetik: Tersedia dalam bentuk
- Mengurangi tablet kunyah
absorbsi obat asam
- Bekerja pada asam
lambung
- Waktu bekerja
sangat cepat tapi
juga mudah
menghilang
H2RA
Farmakodinamik: Efek samping: (sangat Kontraindikasi:
- Mengurangi sekresi jarang) - Gagal ginjal

3
asam lambung - Diare - Hamil
dengan - Pusing - Menyusui
menghambat - Lemas
reseptor Bentuk Sediaan:
histaminnya Tablet
- Tidak lebih efektif
daripada PPI

Farmakokinetik:
- Mengalami first
pass metabolism
- Berinteraksi
dengan obat lain
(warfarin,
phenytoin -
epilepsi, theophylin
- asma)
PPI
Farmakodinamik: Efek samping: (sangat Kontraindikasi:
- Mengurangi sekresi jarang) - Gagal hati
asam lambung - Konstipasi - Hamil
dengan - Diare - Menyusui
menghambat - Lemas
tahap akhir - Pusing Bentuk sediaan;
(H+K+ATPase) - Mual - Tablet (oral)
- Penurunan kadar - Liquid (oral)
Farmakokinetik: magnesium jika - Liquid (intravena)
- Mengalami first digunakan dalam
pass metabolism jangka waktu
- Absorbsinya dapat panjang
dikurangi dengan
adanya makanan
- Memberikan efek
setelah beberapa
waktu (kata dosen
1 minggu)
Sitoprotektor
Farmakodinamik: Efek samping: (sangat Kontraindikasi:
- Melindungi mukosa jarang) - Gagal fungsi hati
lambung - Faringitis
- Menekan sekresi Bentuk sediaan:
asam lambung - Tablet
oleh sel parietal - Sirup
- Memperbaiki
mikrosirkulasi
- Meningkatkan
produksi mukus
- Meningkatkan
sekresi bikarbonat

4
mukosa
- Tidak lebih baik
dari pada PPI
dalam menangani
asam lambung

Farmakokinetik:
- Mengalami first
pass metabolism
Gambar 3 Pilihan kelompok obat yang manjur berdasrkan kriteria

Setelah melihat perbandingan pada table tersebut,


kemudian dokter memilih PPI sebagai obat yang utama
digunakan karena sudah terbukti kemanjurannya,
dengan langsung menghambat sekresi asam lambung
pada H+K+ATPasenya. Jika dilihat dari segi biayanya,
PPI tergolong cukup mahal dibandingkan H2RA yang
jauh sangat murah. Pada kondisi pasien, dapat diberikan
antasid jika diperlukan karena antasid dapat dengan
segera menghilangkan gejala tidak nyaman diperut,
sedangkan jika PPI saja masih membutuhkan waktu
yang cukup lama (kata dosen 1 minggu). Kalau kata
dosen sih, ga papa gunakan antasid selama 2 hari, lalu
PPI selama 1 minggu. Antasid, supaya dia ngga lama
lama menahan sakit, PPI supaya benar benar sembuh
dispepsianya.
Langkah selanjutnya adalah bandingkan antara
obat-obatan dalam kelompok PPI. Contoh obat yang
ada dalam kelompok PPI antara lain esomeprazole,
lansoprazole, omeprazole, pantoprazole, dan
rebeprazole. Bandingkan kemanjuran, keamanan,
kecocokan, dan biayanya. Di Indonesia, yang paling
murah adalah omeprazole. Bila obat tidak tersedia,
sebagai penggantinya dapat digunakan H2RA yang
harganya jauh lebih murah.
b. Kecocokan biaya
Pilihan PPI yang murah di Indonesia omeperazol.
4. Obat yang diberikan
a. Nama obat, sediaan, kekuatan, dosis, cara dan lama pemberian,
alsan pemilihan
Pilih zat aktifnya dan bentuk sediaannya
- Zat aktif: benzimidazole, 5-methoxy-2-[[(4-
methoxy3, 5-dimethyl-2-pyridinyl) methyl]
sulfinyl]-1H-benzimidazole,
- Bentuk sediaan yang biasanya ada untuk
omeprazole adalah bentuk kapsul (delayed
release).

Pilih Jadwal Dosis Baku

5
- Dalam sebuah referensi disebutkan, untuk
menangani dispepsia, digunakan dosis
omeprazole 20 mg perhari 1 kali sebelum
makan selama 14 hari.

Tentukan Lama Pengobatannya


- Seperti sudah disebutkan, dalam referensi adalah
14 hari, kata dosen 7 hari, dapat disimpulkan, jika
kondisi dispepsia fungsional pasien sudah
membaik atau bahkan hilang

b. Obat alternative dan spesifikasinya


Referensi:
1. Lauralee S. Human Physiology: from Cell to System. 7 th rev. ed. West
Virginia: Cangage; 2011. Chapter 10, Digestive System; p 600-9.
2. Katzung BG. Basic and Clinical Pharmacology. 10th rev. ed. San
Fransisco: Mc Graw Hill; 2013. Chapter 1, Basic pharmacokynetics; p
35-69.
3. Siddoway LA. Amiodarone: guideline for use and monitoring. Am
Fam Physician [Internet]. 2003 Dec 1 [cited 2015 Dec 12];68(11):2189
197. Available from: http://www.aafp.org/afp/2003/1201/p2189.html

Anda mungkin juga menyukai