Anda di halaman 1dari 18

Behavioural Research in Accounting

Bramanti Brillianto 8C/No. Absen 7

Tujuan Pembelajaran
1. perspektif perilaku dan sifat dari riset akuntansi perilaku
2. kontribusi kepada pemahaman kita atas peran informasi akuntansi baik di dalam maupun di
luar entitas yang diperoleh dengan meneliti perilaku
3. pengaruh informasi akuntansi terhadap perilaku dan proses pengambilan keputusan
4. fakta bahwa organisasi merupakan lingkungan yang rumit dan pengungkapan akuntansi
merupakan trade-off antara sudut pandang competing dan ketertarikan
5. batasan bawaan dari riset perilaku
6. isu bagi auditor

Tujuan Pembelajaran 1
Behavioural Accounting Research: Definisi dan Ruang Lingkup
Behavioural Accounting Research (BAR) didefinisikan sebagai Pembelajaran mengenai
perilaku akuntan maupun non akuntan ketika dipengaruhi oleh fungsi-fungsi dan laporan-laporan
akuntansi.
Baik CMR, Agency Theory, maupun BAR merupakan suatu positive accounting theory.
Sementara pertanyaan yang ingin dijawab oleh Capital Market Research (CMR) yaitu: bagaimana
pasar modal bereaksi terhadap informasi akuntansi?; dan Agency Theory yaitu: insentif ekonomi
apa yang menentukan dalam pemilihan metode akuntansi?; maka Behavioural Accounting
Research (BAR) ingin menjawab pertanyaan: bagaimana sebenarnya orang menggunakan dan
memproses informasi akuntansi?
Namun demikian terdapat perbedaan diantara ketiganya, yaitu, CMR melihat pada level
makro keseluruhan pasar modal, sedangkan agency theory dan BAR fokus pada level mikro
individu manajer dan perusahaan. Di sisi lain, CMR dan agency theory merupakan turunan dari
disiplin ilmu ekonomi dan mengesampingkan motivasi orang yang sesungguhnya dengan
mengasumsikan bahwa setiap orang adalah wealth maximiser. Sementara itu BAR diturunkan dari
disiplin ilmu lain diantaranya psikologi, sosiologi, dan teori organisasi, serta secara umum tidak
mendudukkan asumsi terkait bagaimana orang berperilaku, justru bertujuan untuk mengetahui
mengapa orang berperilaku sebagaimana diteliti.
Cakupan dari BAR sangat luas dan meliputi berbagai aktifitas akuntansi, diantaranya
auditing, maupun manajemen. Dalam lingkup auditing BAR digunakan untuk membantu
menganalisa risk assessment auditor dan memperbaikinya. Di dalam lingkup manajemen BAR
digunakan untuk membantu mengeksplorasi dan memahami berbagai isu insentif dan disinsentif
terkait dengan bentuk-bentuk proses pengangaran serta bagaimana bentuk organisasi dan sistem
akuntansi dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap perusahaan.
Karena buku ini membahas tentang akuntansi keuangan, maka fokus dari bab ini terletak
pada informasi yang terkandung pada laporan keuangan yang ditujukan untuk pengguna eksternal.
Pada area ini BAR dikenal dengan sebutan Human Judgement Theory (HJT) atau Human
Information Processing (HIP) dan meliputi pertimbangan serta pengambilan keputusan seorang
akuntan dan auditor serta pengaruh dari keluaran fungsi ini (akuntan dan auditor) pada
pertimbangan dan pengambilan keputusan penggunanya.

Tujuan Pembelajaran 2
Mengapa BAR penting?
BAR penting bagi praktisi akuntansi dan pihak lain diataranya karena alasan-alasan berikut
ini.
Memenuhi apa yang tidak dapat diberikan oleh CMR dan Agency Theory, yaitu bagaimana
orang menggunakan dan memproses informasi akuntansi. Dengan melakukan riset pada
aktifitas pengambilan keputusan oleh penyaji, pengguna, dan auditor informasi akuntansi.
BAR menyediakan wawasan yang berharga tentang cara-cara berbagai jenis pengambil
keputusan memproduksi, memproses, dan bereaksi terhadap pos-pos tertentu pada informasi
akuntansi dan metode komunikasi.
BAR dapat menyediakan informasi yang berguna bagi regulator untuk membuat regulasi
yang lebih baik. Karena BAR dapat diarahkan pada pilihan-pilihan akuntansi tertentu secara
lebih spesifik dan melaporkan hasilnya kepada regulator terkait metode dan pengungkapan
mana yang dapat memperbaiki keputusan pengguna.
Temuan-temuan yang diperoleh BAR dapat meningkatkan efisiensi praktik akuntan dan
profesional lain.

Perkembangan BAR
1954 HJT memiliki pondasi literatur psikologi
1967 istilah BAR muncul pertama kali di suatu literatur
1974 aplikasi pada riset, studi Asthon terkait internal control judgement made by
auditors
BAR berkembang pesat namun kalah dominan oleh contracting theory pada tahun 1980an

Gambaran Umum: Pendekatan untuk memahami pemprosesan


informasi
Riset HJT digunakan untuk mendeskripsikan cara orang menggunakan dan memproses
informasi akuntansi dan lainnya pada konteks pengambilan keputusan. Deskripsi ini disebut model.
Ada tiga pendekatan besar yang digunakan dalam memodel pengambilan keputusan, yaitu:
The Brunswik Lens Model

Process Tracing

Paradigma Probabilistic Judgement


The Brunswik Lens Model
Sejak pertengahan 1970an the Brunswik lens model telah digunakan sebagai kerangka
analitis dan basis sebagian besar studi yang melibatkan prediksi (misal: bangkrut atau tidak
bangkrut) dan/atau evaluasi (misal: pengendalian internal). Para peneliti menggunakan pendekatan
ini untuk menyelidiki hubungan antara beberapa petunjuk (sebuah informasi) dengan keputusan,
pertimbangan atau prediksi, dengan melihat keteraturan dalam tanggapannya terhadap petunjuk
tersebut. Pengambil keputusan diibaratkan sedang melihat melalui sebuah lensa petunjuk (misal
rasio keuangan) yang secara probabilistik berkaitan dengan kejadian, untuk mencapai kesimpulan
tentang keterjadian kejadian tersebut. Pendekatan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam mengembangkan versi tertentu dari pendekatan ini, subjek diminta untuk melakukan
pertimbangan (judgement), pada kasus dalam jumlah besar berdasarkan suatu set petunjuk yang
sama. Kemudian dikonstruk suatu model linear yang menjelaskan hubungan fungsional antara
petunjuk dengan respon sebagai sarana merepresentasikan bagaimana cara informasi digunakan dan
diproses oleh subjek. Sebagai contoh berikut adalah model judgement seorang bank loan officer dari
hasil analisis.

Tiap beta pada model diatas menggambarkan tingkat kepentingan secara relatif bagi bank
loan oficer tersebut dalam membuat judgement. Jadi dapat diketahui debt to equity ratio dipandang
sebagai petunjuk paling penting diikuti dengan cash flow kemudian profit.
Secara umum, penggunaan Brunswik Lens Model membuka wawasan berharga yaitu
tentang:
patterns of cue use evidens in various task

bobot yang secara implisit oleh pengambil keputusan diberikan pada tiap petunjuk/informasi
akuntansi
tingkat akurasi relatif pengambil keputusan pada level keahlian yang berbeda dalam
memprediksi dan mengevaluasi berbagai macam penugasan
the circumtances under which an expert system and/or model of human behaviour
outperform humans
stabilnya/konsistennya human judgement

tingkat wawasan pengambil keputusan berdasarkan pola penggunaan data

the degree of consensus displayed in a variety of group decision task

Process Tracing Methods


Memiliki model yang baik dalam memprediksi sangatlah penting, namun demikian para
peneliti dan praktisi juga ingin mengetahui penjelasan tentang bagaimana suatu keputusan diambil.
Penjelasan ini dapat membantu mengetahui kelemahan dalam proses pengambilan keputusan
sehingga kelemahan tersebut dapat dihilangkan misalnya dengan latihan atau cara yang lain.
Kelemahan dari pendekatan Brunswik Lens Model adalah tidak dapat mendeskripsikan
dengan baik bagaimana sebenarnya seseorang mengambil keputusan. Penggunaan format
persamaan secara implisit mengasumsikan bahwa pengambil keputusan mampu secara terus
menerus memproses seluruh item-item informasi, padahal sebagian besar pengambil keputusan
melaporkan bahwa mereka menganalisa permsalahan tahap-demi-tahap, melihat satu informasi,
menilainya, kemudian beralih ke informasi berikutnya, dan seterusnya hingga sampai ke suatu
keputusan.
Beberapa peneliti HJT menggunakan pendekatan yang berbeda untuk memodelkan
pengambilan keputusan, yang disebut process tracing atau verbal prtocol method. Pada process
tracing subjek lagi-lagi diminta untuk memberikan sebuah judgement pada serangkaian kasus,
namun kali ini subjek diminta menjelaskan secara verbal setiap tahap yang dilakukan ketika akan
mengambil keputusan. Langkah tersebut akan dicatat oleh peneliti dan akan dianalisa yang
kemudian menghasilakan diagram decision tree untuk menggambarkan proses pengambilan
keputusan yang dilakukan subjek.
Secara umum, diagram decision tree hasil pendekatan process tracing baik untuk
menggambarkan proses pengambilan keputusan namun secara relatif tidak lebih bagus dalam
memprediksi dibandingkan dengan Brunswik lens model. Hal ini karena subjek kadang mengalami
kesulitan menjelaskan semua tahap yang dilewati karena untuk keputusan yang sifatnya rutin
kadang proses yang dilewati bersifat implisit maupun berada di alam bawah sadar.
Beberapa peneliti berusaha menggabungkan antara kemampuan predictive Brunswik Lens
Model dengan kemampuan descriptive process tracing. Diantara alternatifnya adalah suatu teknik
statistik yang disebut classification and regression trees (CART), yang menggunakan metode
statistik untuk memisahkan output dari decision makers judgement menjadi decision nodes yang
memaksimalkan kemampuan model untuk memprediksi klasifikasi dari kasus yang berbeda ke tipe
keputusan yang tepat.

Paradigma Probabilistic Judgement


Model ini bagus dalam situasi dimana kepercayaan awal terkait prediksi dan/atau evaluasi
perlu direvisi ketika ditemukan bukti baru. Contohnya adalah ketika serorang investor merevisi
keputusan investasinya karena adanya bukti baru yaitu sebuah tuntutan hukum terhadap perusahaan.
Model ini berpendapat bahwa cara yang benar secara normatif dalam merevisi kepercayaan awal,
yang dinyatakan dengan stated probabilities adalah dengan menerapkan teorema Bayes. Teorema
Bayes menyatakan bahwa revised (posterior) probability yang merupakan akbat dari diperolehnya
tambahan bukti adalah sama dengan keyakinan awal dikalikan dengan seberapa banyak ekspektasi
awal harus direvisi.

Posterior Odds = Likehood Ratio x Prior Odds


(revised probability) (amount by which prior (initial probability or base rate)
expectations should be
revised)
Model ini telah secara luas diteliti di area psikologi. Meskipun model ini memiliki daya tarik
logika tertentu, institusi peneliti mengatakan bahwa manusia pengambil keputusan bukanlah
seorang ahli statistik intuitif yang baik, tidak menerapkan teorema Bayes ketiak merevisi
kepercayaan awal. Penelitian terhadap akuntan dan auditor secara umum sependapat dengan temuan
ini. Banyak bukti menyatakan bahwa akuntan dan auditor memiliki serangkaian rules of thumb,
karena kompleksitas tipe judgement yang harus mereka buat dan keterbatasan pemrosesan informasi
yang mereka miliki.
Ada tiga kategori rules of thumb, yang di dalam literatur psikologi dikenal dengan
heuristic yaitu representativeness, availability, dan anchoring.

Lens Models Studies Bukti


Dengan menggunakan lens model sebagai alat riset memungkinkan dilakukannya analisis
konsistensi judgement apakah model model perilaku manusia dapat memprediksi secara lebih
akurat dibandingkan manusia itu sendiri. Model ini juga memungkinkan untuk dilakukan analisis
terkait kemampuan petunjuk (misal informasi keuangan) yang digunakan untuk memprediksi
kejadian yang sedang dipertanyakan. Selain itu model ini juga dapat menambah wawasan kita
terkait tingkat konsensus yang ada diantara para pengambil keputusan.
Model perilaku manusia ini, dikembangkan dengan menggunakan representasi matematis
dari pola penggunaan petunjuk/infomasi individu. Bukti secara konsisten menunjukkan bahwa
manusia mampu mengembangkan sebuah prinsip atau model untuk memutuskan kesuksesan atau
kegagalan berdasarkan rasio-rasio keuangan, namun gagal ketika model yang mereka buat tersebut
diterapkan secara matematis, karena dua alasan, yaitu: bobot yang dilekatkan ke petunjuk tidak
tepat, dan mereka tidak konsisten dalam menerapkan aturan keputusan dikarenakan kelelahan atau
kebosanan.
Para peneliti mencoba melihat efek dari overload (kelebihan) informasi terhadap
pengambilan keputusan dengan membolehkan subjek memilih petunjuk mereka sendiri, dan
menganalisa tingkat kepercayaan diri subjek terhadap judgement-nya serta melihat apakah tingkat
kepercayaan diri tersebut mempengaruhi tingkat akurasi judgement-nya. Abdel Khalik dan El
Sheshai menyimpulkan bahwa yang berpengaruh terhadap akuransi judgement adalah lebih kepada
pemilihan informasi daripada pemrosesan informasi itu sendiri. Simnett dan Trotman menemukan
bahwa, meskipun subjek mampu memproses semua informasi yang mereka pilih, mereka gagal
ketika diminta menerapkan pembobotan informasi yang ideal. Para peneliti ini berkesimpulan,
ketika mereka tidak diijinkan memilih petunjuk/informasi/rasio mereka, kemampuan pemrosesan
meraka akan menurun.
Secara keseluruhan, literatur tentang kelebihan informasi tidak memberikan hasil yang
konklusif. Hal ini karena pertama peneliti tidak mencari terlebih dahulu apakah tambahan informasi
yang diberikan relevan atau tidak dengan pengambilan keputusan, dan kedua tidak ada langkah
lebih lanjut untuk melihat apakah subjek menggunakan tambahan informasi tersebut atau tidak.
Literatur tentang judgement-confident secara konsisten menyatakan baik seorang subjek
yang ahli maupun non-ahli menaruh kepercayaan diri yang berlebih atas kemampuan mereka dalam
penugasan tertentu. Hal ini disebabkan oleh tiga hal:
kecenderungan manusia mencari dan menitikberatkan pada respon positif

batasan alamiah dari respon

interdependensi antara tindakan dengan outcome

Process Tracing Studies Bukti


Baik Brunswik Lens Model maupun Process Tracing sama-sma bertujuan untuk
memodelkan pengambilan keputusan selengkap mungkin. Perbedaan antara keduanya telah
disinggung pada bagian sebelumnya. Brunswik Lens Model memperlakukan proses pengambilan
keputusan dengan sebuah persamaan linear sedangkan decision tree yang dihasilkan dari process
tracing menggambarkan langkah-langkah yang diambil oleh subjek dalam pengambilan keputusan,
yang mana suatu informasi pada suatu potongan data berinteraksi dengan informasi pada potongan
data yang lain. Sebagian besar penelitian yang menyelidiki linearitas decision makers judgement
berkesimpulan bahwa asumsi kombinasi linear sederhana dapat dibenarkan, namun penelitian di
konteks bisnis menemukan bukti bahwa terdapat interaksi yang secara statistik signifikan antara
item informasi yang menunjukkan bahwa metode process tracing merupakan teknik pemodelan
yang lebih unggul untuk menggambarkan pengambilan keputusan.
Penelitian Larcker dan Lessig menemukan bahwa process tracing lebih unggul dari lens
model dalam konteks pemilihan saham, namun penelitian Selling dan Shank menunjukkan hasil
yang sebaliknya, yaitu lens model lebih unggul dari process tracing dalam konteks prediksi
kebangkrutan. Ini menunjukkan bahwa jenis pengambilan keputusan yang berbeda membutuhkan
proses pengambilan dengan gaya yang berbeda pula. Kompleksitas pengambilan keputusan oleh
manusia membutuhkan penelitian yang lebih mendalam untuk memahami karakteristik
pengambilan keputusan yang seperti apa akan menentukan gaya pemrosesan informasi yang seperti
apa.

Format and Presentation of Financial Statement


Tahun 1976 Libby mengamati ada tiga pilihan untuk meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan:
Mengubah penyajian dan jumlah informasi

Memberikan pendidikan ke pembuat keputusan

Mengganti pembuat keputusan baik dengan model mereka sendiri maupun dengan model
pembobotan petunjuk yang ideal
Penelitian kecil telah dilakukan untuk menentukan format penyajian akuntansi. Penelitian
yang ada cenderung untuk memeriksa perubahan radikal penyajian laporan keuangan dalam bentuk
grafik multidimensional.
Chernoff menggambarkan grafik multidimensional tersebut dalam bentuk wajah. Wajah
tersebut dibentuk dengan memetakan variabel keuangan ke dalam bagian-bagian wajah. Panjang
hidung, kemiringan alis, dan lengkungan mulut digunakan untuk menggambarkan perubahan posisi
keuangan dari satu periode ke periode yang lain.

Probabilistic Judgement Studies -- Bukti


Dalam banyak konteks akuntansi terutama auditing, tidak ada solusi yang paling benar yang
dengannya judgement dapat saling diperbandingkan dan dinilai tingkat akurasinya. Salah satu cara
untuk mengatasi kekurangan kriteria benchmark dalam menilai kemampuan judgement adalah
dengan memeriksa derajat kesepakatan antara para pengambil keputusan dalam pengambilan
keputusan tertentu. Cara yang lain adalah dengan menggunakan model matematis atau model
statistik. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya probabilistic judgement mengunakan teorema Bayes
untuk merevisi keyakinan awal ketka bukti baru ditemukan. Riset HJT secara konsisten
memperagakan bahwa manusia memiliki berbagai tingkat kemampuan, dan diamati pada berbagai
penugasan merevisi probabilitas awalnya lebih rendah dari yang ditentukan oleh teorema Bayes.
Sifat konservatif ini dilekatkan pada penggunaan the rules of thumb dan disinyalir diadopsi untuk
menyederhanakan judgement yang rumit agar dapat diatasi oleh manusia.
Tiga rules of thumb:
Representative/Keterwakilan

Aturan ini mengatakan bahwa ketika penilaian probabilitas, yang mana suatu item berasal
dari populasi tertentu, maka penilaian seseorang akan ditentukan oleh seberapa tinggi tingkat item
tersebut mewakili populasinya.
Availability/Ketersediaan

Aturan ini mengatakan bahwa penilaian probabilitas atas suatu kejadian berdasarkan pada
mudah tidaknya sebuah contoh kejadian itu muncul di pikiran. Konsekuensinya adalah probabilitas
yang berhubungan dengan kejadian sensasional akan dilebih-lebihkan.
Anchoring and Adjustment/Penjangkaran dan Penyesuaian
Aturan ini merujuk pada proses judgement umum yang mana respon yang sudah diberikan
diawal bertindak sebagai jangkar, dan informasi yang lain digunakan untuk menyesuaikan respon
tadi.
Riset terkait probabilistic judgement ini sering menggunakan auditor sebagai subjek karena
banyak audit judgement memerlukan perevisian assesment karena adanya bukti baru.

Tujuan Pembelajaran 3
Representativeness -- Bukti
Kahneman dan Tversky menjadi yang pertama kali melaporakan adanya
representativeness/keterwakilan dan kecenderungan untuk mengabakan base rate. Semenjak itu,
riset baik di bidang psikologi dan akuntansi dilakukan untuk menyelidiki fenomena itu. Bukti yang
ada bersifat inkonklusif, terkadang base rate diabaikan namun terkadang digunakan secara tepat
untuk menaksir suatu kejadian. Penggunaan base rate ini sensitif terhadap variasi dari penugasan
dan konteksnya, dan ini mengarah pada hipotesis bahwa penalaran probabilitas melibatkan
pemrosesan tambahan.

Availability -- Bukti
Basis dari aturan ini adalah kemungkinan bahwa judgement didasarkan pada pengambilan
memori/ingatan contoh-contoh misal kejadian yang relevan atau sebuah konstruk skenario yang
masuk akal. Semakin mudah sebuah contoh dingat atau sebuah penjelasan yang masuk akal di
konstruk, maka judgement atas probabilitas suatu keterjadian suatu event akan semakin tinggi.
Namun demikian ini membutuhkan sample probabilitas yang besar untuk meingkatkan akurasi.

Anchoring and Adjustment -- Bukti


Joyce dan Biddle menjadikan auditor sebagai subjek riset untuk meneliti pengaruh dari
perubahan pengendalian internal terhadap kepekaan tes substantif. Subjek diharapkan akan
melakukan penyesuaian dengan menyesuaikan lingkup audit karena perubahan pengendalian
internal. Namun penyesuaian tersebut tidak akan cukup mengingat penjangkaran pada pengendalian
internal awal akan terjadi.

Expert Judgement and Rules of Thumb


Newell dan Simon menyediakan kerangka analitis melalui teori mereka yaitu bounded
rationality (rasionalitas terbatas). Menurut mereka manusia memiliki short-term memory yang
sangat terbatas (4-7 chunks) dan long-term memory yang sebenarnya tidak terbatas. Struktur
memori ini dan karakteristik dari penugasan berkombinasi menentukan bagaimana jenis
permasalahan yang berbeda-beda dilukiskan di memori (representasi kognitif) dan selanjutnya
menetukan bagaimana permasalahan tersebut akan diselesaikan.
Seorang ahli memiliki kemapuan untuk secara efektif mengembangkan kapasitas
memorinya pada situasi yang berhubungan dengan bidang keahlian mereka. Suatu set petunjuk
yang kecil dapat memicu suatu set petunjuk yang besar di dalam pikiran seorang ahli dengan
menggunakan rules representativeness untuk mengenali pola yang familiar dan membawa
purwarupa dari long-term memory ke short-term memory.
Studi-studi yang telah dilakukan pada bidang audit, menunjukkan bahwa auditor ahli
memiliki ingatan yang lebih baik, kemampuan yang utuh, dan kemampuan mempelajari frekuensi
error yang lebih dibanding auditor pemula. Metode process tracing merupakan cara yang baik
untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai perbedaan antara proses pengambilan keputusan
seorang ahli dengan seorang pemula.

Tujuan Pembelajaran 4
Accounting and Behaviour
Akuntansi merupakan fungsi dari perilaku dan aktifitas manusia. Dengan demikian,
informasi akuntansi akan mempengaruhi perilaku, baik dari sisi metode yang digunakan untuk
mengukur dan melaporkan informasi, maupun dari sisi respon atas informasi yang disajikan.
Respon atas informasi yang disajikan merupakan fungsi dari perspektif manusia dan tidak dapat
dipisahkan dari tujuan yang ingin dicapai individu dan minat dari pengguna informasi tersebut.
Konsekuensinya akuntansi beroperasi pada lingkungan yang kompleks. Seorang akuntan harus
sadar akan kompleksitas lingkungan tersebut dan menghargai dampak dari informasi akuntansi
terhadap perilaku.
Burchell merangkum peran signifikan akuntansi pada konteks ekonomi yang luas sebagai
berikut:
data akuntansi sekarang dipakai di dalam penurunan dan pengimplementasian kebijakan
stabilisasi ekonomi, pengaturan harga dan upah, untuk pengaturan sektor industri dan komersil
tertentu, dan perencanaan sumberdaya ekonomi nasional dalam keadaan perang, damai, makmur,
maupun sengsara.
Tidak lagi dilihat hanya sebagai kumpulan perhitungan rutin, tetapi sekarang berfungsi
sebagai mekanisme pemersatu dan pemengaruh untuk pengaturan ekonomi dan sosial.
Sebagai tambahan, penting untuk memperhatikan faktor yang mempengaruhi perubahan
pada sistem akuntansi dan sifat pelaporan informasi, yang kebanyakan berada di bawah kendali
akuntan. Menurut Zimmerman, sistem akuntansi adalah komponen fundamental dari sebuah
arsitektur organisasi, yang mana seorang manajer senior akan selalu menyesuaikan arsitekturnya
agar organisasi memiliki stuktur yang terbaik. Dua pengamatan penting tentang faktor yang
mempengaruhi sistem akuntansi:
1. Perubahan sistem akuntansi terjadi ketika terjadi perubahan strategi bisnis perusahaan dan
perubahan organisasional lain, khususnya yang berhubungan dengan pemisahan wewenang,
evaluasi kinerja, dan sistem penghargaan.
2. Perubahan aristektur organisasional perusahaan, termasuk pada sistem akuntansi, biasanya
terjadi sebagai respon dari perubahan strategi bisnis perusahaan yang disebabkan oleh
goncangan eksternal dari sisi teknologi dan pergeseran kondisi pasar.
Informasi akuntansi secara signifkan mempengaruhi perilaku individu baik di dalam
maupun di luar entitas. Pengaruh yang terjadi bersifat dua arah, individu maupun kelompok secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi sturktur sistem akuntansi dan pengungkapan
informasi.
Tujuan Pembelajaran 5
Limitations of BAR
Keterbatasan BAR menurut Maine ada tiga yaitu:
1. Hasil riset pada topik yang sama sering kontradiktif, sehingga sulit dijadikan rujukan untuk
membuat kebijakan;
2. Subjek dan setting yang digunakan dalam eksperimen seringkali berbeda dengan yang ada di
dunia nyata;
3. Peneliti akuntansi telah mempertanyakan apakah kebijakan yang akan dibuat perlu dipengaruhi
oleh penelitian pada individu pengambil keputusan.
Secara keseluruhan, keterbatasan utama dari BAR adalah riset BAR masih menggunakan
pendekatan multidisiplin sehingga menyulitkan penyatuan pertanyaan penelitian BAR, serta tidak
memiliki kerangka umum yang dapat digunakan untuk pengeneralisasian oleh pembuat kebijakan.

Tujuan Pembelajaran 6
Issues For Auditor
Penelitian perilaku audit dapat menginvestigasi bagaimana auditor melakukan tugas audit
mereka dan membuat penilaian. Black box terkait dengan biaya audit yang tinggi dan biaya modal
yang rendah diinterpretasikan sebagai bukti bahwa auditor tersebut memiliki kualitas yang tinggi,
tapi hal tersebut bukanlah bukti secara langsung. Behavioural researchers mencoba masuk ke dalam
black box untuk memeriksa karakteristik dari kinerja auditor yang lebih baik dan menginvestigasi
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor.
Penelitian awal dimulai dengan pertanyaan yang cukup jelas. Apakah pengalaman audit
yang lebih baik meningkatkan kualitas dari penilaian auditor. Kinerja auditor bervariasi dengan
berbagai cara, yang memberikan sugesti bahwa auditor memiliki semua pengetahuan umum, dan
pengetahuan khusus diperoleh melalui praktik langsung dan feedback.
Auditor dengan pengalaman di industri yang spesifik akan tampil memiliki kualitas
penilaian yang lebih baik ketika bekerja di industri tersebut. Owhoso, Messier, dan Lynch
menunjukkan ketika auditor bekerja dengan tim khusus dalam sebuah industri, mereka akan lebih
efektif dibandingkan dengan auditor lain dalam menentukan kesalahan dalam konsep dan
mekanisme. Hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa pengetahuan spesialisasi seorang
auditor tidak dapat ditransfer ke konteks lainnya.
Hammersley memberikan kesan bahwa hal ini disebabkan keahlian khusus auditor dalam
suatu industri dapat menggunakan beberapa petunjuk lebih efisien dibandingkan auditor lain dalam
konteks spesialisasi industri yang sama. Hasil penelitiaannya menunjukkan perbedaan antara
auditor spesialis dan non-spesialis dalam memahami isyarat ketika mereka diberikan seluruh
informasi yang tersedia bagi auditor. Selain itu, Hammersley menunjukkan bahwa auditor spesialis
cenderung menggunakan prosedur yang lebih efektif dan efisien untuk menemukan adanya
misstatement, tapi hanya dalam bidang yang mereka kuasai secara khusus.
Behavioral researchers juga menginvestigasi isu seputar komponen lain dalam kualitas
audit, yaitu independensi seorang auditor. Koch dan Schmidt menemukan bahwa kebanyakan
auditor berpengalaman sangat sedikit melakukan kesalahan dalam pelaporannya. Mereka juga
menemukan bahwa ketika auditor tidak mengungkapkan berapa bayaran yang mereka terima akan
membangun reputasi yang baik sehingga laporannya dapat dipercaya. Cara lain untuk
menginvestigasi independensi dari seorang auditor adalah dengan memeriksa reaksi investor
terhadap informasi tentang auditor. Peraturan semacam Sarbanes Oxley Act (2002) diperkenalkan
untuk mencegah masalah terkait independensi auditor dengan membatasi ketentuan auditor dalam
memberikan non-audit service kepada klien mereka.

Jawaban Pertanyaan Ganjil

1. Example 1

Event Information Cues Decision


Maker
Apakah Pembayaran Dividen yang Investors,
perusahaan akan lalu investment analysts and
membayarkan deviden
Rasio Pembayaran Dividen advisers
pada periode ini?
(Divident Payout Ratio)
untuk pembayaran dividen
yang lalu
Hasil operasi yang telah
dianggarkan
Liquiditas Quickratio,
Rencana Arus Kas
Laporan operasi triwulanan
yang telah dipublikasikan
Hasil operasi yang lalu
Klaim terkini terhadap
liabilitas yang dimiliki
perusahaan

Example 2

Event Information Cues Decision


Maker
Jual atau tahan Estimasi usia manfaat aset Divisi pada
aset? Tingkat pentingnya aset perusahaan yang
mengelola aset
bagi aktivitas operasi
Pengaruh dari
perkembangan teknologi
Manfaat alternatif dari aset
tersebut
Nilai kini dari arus kas yang
diharapkan atau
penghematan yang dapat
dilakukan berdasarkan aset
tersebut
Harga jual saat ini dari aset
tersebut

Persyaratan hukum -
misalanya apakah aset
tersebut diperlukan untuk
keselamatan, atau
memenuhi aspek
keselamatan lingkungan?

Example 3

Event Information Cues Decision


Maker
Haruskah kita Histori kredit masa lalu dan ara manajer
meminjamkan uang pada peringka kredit perusahaan bank; pembeli surat
perusahaan? saat ini hutang.
Nilai liabilitas perusahaan
saat ini (jangka pendek dan
jangka panjang)
Arus kas dan laba
perusahaan saat ini dan
masa lalu
Anggaran dan realisasi
hasil operasi perusahaan
Tingkat bunga saat ini dan
proyeksi tingkat bunga
masa depan
Rasio Likuiditas Rasio
Cepat, T.TA:TL, modal
kerja

Nilai jual dan tingkat


pengembalian dari
eksekusi aset (persediaan,
piutang dalam bentuk
instrumen keuangan.

Kita harus bisa menjelaskan kaitan antara isyarat dengan event yang ada. Lebih dalam
lagi kita harus bisa menentukan tingkat kepentingan antara satu isyarat dengan yang lain.

3. Penggunaan probabilitas dalam pelaporan akuntansi biasanya berkaitan dengan penggunaan


Statement of Accounting Concept atau dalam penerapan standar akuntansi yang relevan
untuk kriteria pengakuan tertentu (probable, virtually certain). Dalam pengakuan atas liabilitas
dan provisi yang harus dilakukan untuk bad debts, apakah aset telah di-impair, maka biaya
riset dan pengembangan harus ditarik ke depan. Penentuan keputusan probabilistik dilakukan
berdasarkan rule dan didukung oleh bukti dan informasi tertentu. Contoh lainnya adalah
keputusan auditor dalam menilai risiko berkaitan dengan penilaian persediaan, maka
berdasarkan riset terdahulu ditemukan bahwa:

a. 10% persediaan tidak dinilai berdasarkan LOCON

b. kemungkinan bahwa pengendalian internal berkaitan dengan penilaian persediaan akan


mencegah penilaian yang tidak tepat atas sebuah persediaan sebesar 94%

c. kemungkinan bahwa pengendalian internal akan mengidentifiksikan dan mencegah


penilaian yang tidak benar sebesar 7%.

d. Penghitungan berikut menunjukkan probabilitas bahwa pengendalian internal dapat


mengidentifikasi dan mencegah penilaian persediaan yang tidak tepat, apabila persediaan
tersebut pada kenyataannya dinilai secara tidak tepat adalah sebagai berikut:

Posterior odds = Likelihood ratio Prior odds

Posterior odds = (0.94:0.07) (0.1:0.9)

= 1.492
Probabilitas = 1.492/2.492

= 59.87%

5. Pada kenyataannya para akuntan yang sudah ahli (expert) di bidangnya memiliki
kecenderungan untuk meningkatkan kapasitas memorinya dengan menyusun suatu
standar model tertentu yang mereka kembangkan berdasarkan daftar ceklist, strategi,
trend, atau melalui suatu pendekatan heuristik dengan metode "trial and error" untuk
menemukan template tertentu yang bisa digunakan untuk mendeteksi suatu pola
umum dari standar model yang ia kembangkan. Suatu ketika jika ia memperoleh
informasi, maka ia cukup menggunakan trigger tersebut untuk menentukan standar
model apa yang akan ia gunakan. Melalui penggunaan metode ini, seorang akuntan
yang sudah ahli akan lebih bisa mengembangkan kemampuan analisisnya untuk
memahami berbagai macam informasi yang tersedia di lapangan dalam berbagai
situasi. Semakin sering seorang akuntan ahli menemukan situasi tertentu (informasi
yang sama/mirip) maka kemampuan analisisnya pun akan semakin terasah dengan
semakin banyaknya pengalaman yang ia dapatkan. Seorang ahli jelas mempunyai
keunggulan tersendiri jika dibandingkan dengan mahasiswa akuntansi karena ia
memiliki jam terbang dan pengalaman yang lebih banyak untuk mengembangkan
kemampuan analisisnya untuk mengolah informasi yang mereka peroleh. Para ahli
sendiri tentu bisa menularkan/membagi kemampuan tersebut kepada mahasiswa
melalui suatu pelatihan formal, mentoring, mengajaknya dalam suatu kegiatan audit
(dimana mahasiswa sebagai pengamat/asisten), dan lain-lain.

7. Kesamaan dari EMH dan HJT adalah sam-sama merupakan produksi dari informasi
akuntansi dan reaksinya terhadap informasi akuntansi. Perbedaannya adalah EMH
berfokus pada utilitas atau konten dari informasi akuntansi dengan berfokus pada
perspektif akuntansi. Artinya akuntansi merupakan masukan dalam proses
pengambilan keputusan manusia. EMH berfokus pada perilaku agregat pasar modal,
sedangkan HJT berfokus pada proses pengambilan keputusan individu atau
kelompok sebagai reaksi terhadap informasi yang diterima. EMH hanya berfokus pada
perilaku pelaku pasar modal saja. HJT berlaku untuk semua pengguna informasi.
EMH dan HJT saling melengkapi. EMH mengidentifikasi terhadap informasi baru,
kemudian bereaksi terhadap informasi tersebut yang berpengaruh pada harga saham,
bukan berfokus pada isi dan bagaimana informasi tersebut muncul. HJT menawarkan
pembelajaran bagaimana pembuat keputusan mengambil informasi baru dan
memprosesnya untuk sampai pada keputusan yang berpengaruh pada harga saham
atau penilaian keputusan tersebut. Asumsi yang mendasari dua teori tersebut juga
berbeda seperti terlihat pada tabel berikut ini:

EMH/CMR HJT
Harapan pengguna informasi Penilaian dari pengguna informasi
homogen beragam
Tidak rasional bagi pengguna yang
Umumnya bersifat rasional sifat pengikut dan tidak memiliki
kuasa
Penggunaan informasi yang efisien Penggunaan informasi yang tidak
untuk harga saham sempurna
Tidak mengasumsikan interpretasi Mengidentifikasi proses bagaimana
dari informasi yang benar seperti ini informasi dianalisis dan model
yang salah seperti itu akuntansi terbentuk
Tidak mengidentifikasi pengambilan Berfokus kepada bagaimana
keputusan yang optimal terhadap informasi akuntansi digunakan
penjualan saham itu bagaimana
Berfokus kepada apakah informasi
akuntansi berguna atau tidak?

9. Sebuah model manusia pada dasarnya adalah sebuah model pengembangan


pengambilan keputusan secara matematis yang didasarkan pada pola individual
penggunaan informasi. Model seperti ini kemudian diterapkan untuk berbagai tugas
analisis atau penilaian. Manusia secara konsisten menerapkan aturan keputusan dan
pembobotan informasi. Sebuah studi menerangkan bahwa model ini memiliki performa
yang melebihi akuntan yang telah ekspert sekalipun. Performa ini berasal dari model
manusia yang bebas dari campur tangan faktor manusia, yang melihat aplikasi atas
keputusan yang diambil apakah tidak konsisten dari aturan keputusan dan
pembobotan. Namun, perlu diketahui bahwa keunggulan model matematika masih
dimungkinkan terjadi kesalahan.

11.
Keunggulan Kelemahan
Bisa menelusuri hubungan Informasi yang dihasilkan kurang
antara pengambil keputusan, berguna jika pengambilan
proses pengambilan keputusan keputusan yang bersifat inisiatif
dan keputusan yang dibuat atau Kemampuan prediksi ulang
tindakan yang diambil, sehingga penggunaan strategi
memungkinkan para peneliti pengambilan keputusan rendah
untuk memahami proses kognitif Subyek dapat mengarang
subyek penelitian jawaban untuk 'bagaimana'
Deskripsi yang baik untuk proses mereka mencapai kesimpulan
pembuatan keputusan dan menilai bukti menggunakan
Temuan-temuan yang dihasilkan pengetahuan tentang bagaimana
memungkinkan penarikan tugas 'harus' dilakukan
kesimpulan dan rekomendasi Validitas statistik dipertanyakan
tentatif berdasarkan: karena ukuran sampel yang
o kualitas pembuatan keputusan digunakan biasanya kecil
o proses identifikasi aturan Kesulitan dalam coding respon
dalam pembuatan keputusan verbal
mengapa keputusan itu Sifat alami kodifikasi yang
diambil membutuhkan waktu, memaksa
o faktor pengaruh dalam penggunaan sampel yang kecil
pengambilan keputusan

13. Kelompok-kelompok lobi dibentuk untuk mempengaruhi perilaku manajemen


perusahaan. Kelompok ini mungkin langsung fokus pada masing-masing perusahaan,
pada industri atau melalui cara-cara politik dengan jalan pemerintah dan peraturan
pemerintah. Seringkali pembentukan kelompok lobi merupakan sinyal yang cukup
untuk menggalang perubahan pada bagian dari kelompok lobi yang duduk pada posisi
strategis perusahaan. Tingkat respon akan tergantung pada perkiraan kapasitas
kelompok lobi untuk mempengaruhi perusahaan. Tanggapan untuk kelompok lobi tidak
tanpa biaya dan dipertimbangkan secara hati-hati oleh manajemen perusahaan.
Individu membentuk kelompok-kelompok lobi karena mereka khawatir jika bertindak
secara individu masing-masing suara mereka tidak terdengar dan tidak mendapat
perhatian dari perusahaan. Mereka bukan stakeholder, tetapi sebagai kelompok
mereka dijamin mendapatkan perhatian. Informasi yang dicari untuk mengevaluasi
manajemen akan tergantung pada fokus kelompok ini. Jika fokusnya adalah perilaku
adil terhadap semua pemegang saham, fokus kelompok ini akan berada pada
kegiatan manajemen sehubungan dengan pemegang saham mayoritas atau
institusional dibandingkan dengan pemegang saham minoritas. Fokus kelompok ini
mungkin ditujukan kepada kinerja secara keseluruhan dan keuntungan masa
mendatang; mungkin pada isu-isu lingkungan hidup; atau mungkin pada kontribusi
kepada masyarakat melalui sistem pajak. Kelompok-kelompok lobi memiliki hak untuk
meragukan kinerja yang tidak konsisten dengan tujuan mereka, sebagaimana
manajemen berhak untuk merespon. Sekali lagi definisi kinerja yang buruk akan
tergantung pada fokus dari kelompok lobi. Sepertinya patut diakui bahwa hal yang
biasa terjadi adalah pemegang saham (atau kelompok lobi lainnya) akan kurang
mendapat informasi jika dibandingkan dengan manajer (kecuali, mungkin, setelah
fakta ketika semua sudah terlambat - pertimbangkan Enron sebagai contoh).

15. Jawaban atas pertanyaan ini adalah masalah perspektif teoritis. Kebanyakan
penelitian di bidang akuntansi dan keuangan berfokus pada pengukuran yang mudah
dibaca, dan mengabaikan hal lainnya. Pengukuran yang mudah dibaca biasanya
berupa produk dari aktivitas manusia dan interaksi, seperti pengembalian atas aset
dan harga saham. Dalam hal ini, semua penelitian akuntansi, kinerja perusahaan,
pengukuran, dan pengungkapan merupakan fungsi dari penilaian oleh manusia dan
aplikasi. Dengan demikian, penekanan mungkin harus lebih ditempatkan pada
pemahaman proses pengambilan keputusan dan penilaian atas kinerja individu dalam
menghasilkan keuntungan ekonomi. Dalam artian, kita terlibat dalam pengujian studi
sejarah dimana yang kita amati adalah kinerja masa lalu serta menginterpretasikan
faktor yang mendasari kinerja perusahaan dan faktor-faktor yang memotivasi kegiatan
pelaporan dan praktek dalam pengungkapan.

17. Industry Specialist Auditor : auditor yang mengaudit auditee dari satu industri tertentu
baik semua atau sebagian. Kebanyakan bukti penelitian menunjukkan bahwa auditor
spesialis lebih unggul dari auditor non-spesialis dalam industri spesialis. Namun, di
luar pengaturan itu, spesialis tidak mungkin untuk mengungguli auditor lain kecuali
pengetahuan mereka digeneralisasikan. Pertimbangan kedua adalah sejauh mana
pengetahuan tugas (seperti meninjau kontrak sewa) yang digunakan dalam audit. Jika
auditor spesialis mendapatkan pengetahuan khusus tugas tersebut dalam satu
pengaturan mereka cenderung untuk dapat memanfaatkan itu dalam pengaturan baru,
terlepas dari jenis industri.

Anda mungkin juga menyukai