Jurnal TIN Fitry Filianty 2010 PDF
Jurnal TIN Fitry Filianty 2010 PDF
ABSTRACT
The inhibition process method of sucrose degradation in sugar cane juice was studied by adding kawao
root and mangosteen bark. These two preservative agents were traditionally often used to inhibit degradation
process of sugar juice. This research was conducted to characterize sugarcane juice and preservative agent
(kawao root and mangosteen bark) and to analyze quality change of the juice during incubation. The results
showed that the amount of sucrose was higher (10.29%), reduction sugar was 2.43% of glucose and 0.94% of
fructose, acid value was 62.5 mleq and pH value was 5.1. Kawao root and mangosteen bark consist of alkaloid,
flavonoid, triterpenoid and glycoside in large portion and saponin, fenolic, triterpenoid and steroid in small
portion. Changing quality of sugarcane as sucrose content showed that the preservative agent addition can
inhibit sucrose degradation, specifically after 80 minute. Preserved sugarcane juice quality is better than those
without preservative in terms of reduction sugar content, acid total and pH value.
ABSTRAK
Aplikasi penggunaan akar kawao (Millettia sericea) dan kulit batang manggis (Garcinia mangostana)
sebagai pengawet alami dalam nira tebu memerlukan kondisi proses tertentu agar dihasilkan kinerja pengawetan
yang optimal. Pengaturan pH, suhu dan waktu reaksi mempengaruhi laju reaksi enzimatis dan mikrobiologis.
Penelitian untuk menguji kemampuan akar kawao dan kulit batang manggis untuk menghambat laju degradasi
sukrosa dalam nira tebu perlu dilakukan. Kadar sukrosa dalam nira tebu yang digunakan dalam percobaan
bernilai cukup tinggi yaitu 10,29%, dengan kandungan gula pereduksi 2,43% untuk glukosa dan 0,94% untuk
fruktosa, total asam 62,5 mleq dan nilai pH 5,1. Akar kawao dan kulit batang manggis mengandung komponen
fitokimia yang hampir sama, dimana komponen utamanya terdiri dari alkaloid, flavonoid dan glikosida.
Komponen lain seperti saponin, fenolik, triterpenoid dan steroid terdapat dalam jumlah yang kecil. Faktor suhu
dan nisbah pengawet memberikan pengaruh positif, baik terhadap kadar sukrosa maupun gula pereduksi.
Sedangkan faktor nilai pH dan lama inkubasi memberikan pengaruh negatif. Faktor suhu dan pengawet
memberikan pengaruh positif terhadap kadar sukrosa sebesar 0,452% dan 2,019% dengan signifikansi 94,6%
dan 94%. Kedua faktor tersebut juga memberikan pengaruh positif terhadap kadar gula pereduksi sebesar
0,554% dan 2,072% dengan signifikansi 97,9% dan 97,3%. Faktor nilai pH dan lama inkubasi memberikan
pengaruh negatif terhadap kadar sukrosa sebesar 4,423% dan 0,125% dengan signifikansi 94,5% dan 93,5%.
Kedua faktor tersebut juga memberikan pengaruh positif terhadap kadar gula pereduksi sebesar 3,820% dan
0,126% dengan signifikansi yang sama yaitu 97%. Perubahan kualitas nira tebu berdasarkan perubahan kadar
sukrosa menunjukkan bahwa penambahan bahan pengawet (akar kawao dan kulit batang manggis) dapat
menghambat degradasi sukrosa yang tampak jelas setelah menit ke 80. Hal tersebut juga didukung oleh
perubahan kadar gula pereduksi, total asam dan nilai pH yang menunjukkan pengaruh bahan pengawet mampu
menurunkan laju kerusakan sukrosa dalam nira tebu.
Kata kunci : akar kawao, kulit manggis, nira tebu, penghambatan, degradasi.
J. Tek. Ind.
*Penulis Pert.korespondensi
untuk Vol. 20 (1), 57-64 57
Perubahan Kualitas Nira Tebu ...
8,5. Berdasarkan percobaan pendahuluan, perubahan karakterisasi kedua bahan tersebut menunjukkan
kadar sukrosa dan gula pereduksi yang terpilih untuk adanya kandungan beberapa jenis fitokimia seperti
pengujian pengaruh adalah selama selang waktu 50, yang disajikan pada Tabel 3.
80 dan 110 menit. Rancangan percobaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan Tabel 3. Hasil uji fitokimia secara kualitatif terhadap
faktorial dua taraf (two level factorial design) akar kawao (Milletia sp.) dan kulit batang
dengan empat variabel proses, yaitu suhu reaksi manggis (Garcinia mangostana L.)
(X ), pH (X ), nisbah pengawet (X ) dan lama Akar Kulit batang
1 2 3
Komponen
inkubasi (X ). Nilai tertinggi dan terendah dari kawao manggis
4
variabel yang akan diuji pengaruhnya disajikan pada Alkaloid ++++ ++++
Tabel 1. Saponin + -
Tanin - -
Tabel 1. Nilai rendah, tinggi perlakuan dan jenis Fenolik + -
perlakuan Flavonoid ++++ ++++
Triterpenoid ++ ++
Kode Nilai Nilai Steroid + +
rendah tinggi Glikosida ++++ ++++
(-) (+)
Suhu (C) X1 65 85
pH X2 7,5 9,5
Nisbah pengawet X3 3:7 7:3 Keterangan :
(kawao:manggis) - : Negatif + + + : Positif kuat
Lama inkubasi X4 50 110 + : Positif lemah + + + + : Positif kuat sekali
(menit) + + : Positif
penyebab degradasi sukrosa dan komponen protein (komponen penyusun enzim) sehingga
penyusun nira tebu lainnya. Aktivitas enzimatis dan senyawa tersebut dapat menghambat kerja enzim
mikroorganisme dapat dipengaruhi oleh faktor- (Harbourne, 1987). Flavonoid juga dapat
faktor seperti suhu, pH, nisbah pengawet dan lama menghambat kerja enzim invertase dengan cara yang
inkubasi. Parameter yang diukur dalam perubahan sama seperti komponen fenolik. Komponen
kualitas nira tebu dalam percobaan ini meliputi fitokimia yang berperan dalam menghambat
kadar sukrosa, kadar gula pereduksi, total asam dan mikroorganisme, khususnya mikroorganisme yang
nilai pH. Pengukuran parameter di atas dilakukan mensekresikan enzim pendegradasi sukrosa, adalah
pada selang waktu tertentu terhadap nira tebu yang alkaloid, flavonoid dan triterpenoid (Cowan, 1999).
diinkubasi pada suhu 30 C, pH 8,5 dan penambahan
2% bahan pengawet (akar kawao dan kulit batang Kadar gula pereduksi
manggis) dengan perbandingan yang sama (g/g). Peningkatan kadar gula pereduksi
menandakan adanya degradasi sukrosa yang tidak
Kadar sukrosa dikehendaki dalam nira tebu dan ingin dicegah
Kadar sukrosa yang diukur pada percobaan melalui penambahan bahan pengawet. Pengamatan
ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi sukrosa perubah-an kadar gula pereduksi dalam nira tebu
sisa di dalam nira tebu setelah inkubasi selama 240 hingga 48 jam menunjukkan pola yang berbeda
menit. Hubungan antara perubahan kadar sukrosa antara kedua perlakuan. Pada Gambar 2 disajikan
dengan lama inkubasi nira tebu selama 240 menit grafik perubahan kadar gula pereduksi selama 48
pada percobaan ini disajikan pada Gambar 1. jam.
Pada Gambar 1 tampak bahwa nira tebu yang Pola perubahan kadar gula pereduksi dalam
diberikan perlakuan, yaitu penambahan bahan nira murni yang tidak ditambahkan pengawet pada
pengawet (akar kawao dan kulit batang manggis) percobaan ini lebih tinggi daripada nira dengan
pada pH 8,5 dapat menghambat degradasi sukrosa. penambahan pengawet. Kadar gula pereduksi di
Penambahan akar kawao dan kulit batang awal inkubasi dalam nira tebu adalah 0,196%. Pada
manggis dapat mencegah degradasi sukrosa dalam jam ke 36 kadar gula pereduksi mencapai jumlah
nira tebu yang pengaruhnya mulai tampak pada lama yang maksimal pada masing-masing perlakuan yaitu
inkubasi 80 menit. Kedua jenis bahan pengawet 1,016% pada nira tebu murni dan 1,156% pada nira
tersebut memiliki efek pengawetan yang sama pada tebu yang ditambahkan pengawet. Selanjutnya pada
suhu ruang (30 C). Jenis komponen fitokimia yang jam ke 48, kadar gula pereduksi mengalami
berperan dalam mencegah degradasi sukrosa dalam penurunan hingga 0,311% pada nira murni dan
nira tebu pada kedua bahan pengawet (akar kawao 0,883% pada nira yang ditambahkan pengawet. Pada
dan kulit batang manggis) adalah komponen dari selang waktu antara jam ke 0 hingga jam ke 10,
jenis yang sama (alkaloid, flavonoid dan peningkatan kadar gula pereduksi lebih landai
triterpenoid) tetapi berbeda turunannya, baik sebagai daripada peningkatan kadar gula pereduksi antara
inhibitor enzim maupun antimikroba dalam nira jam ke 10 hingga jam ke 24 dan antara jam ke 24
tebu. Akar kawao juga mengandung komponen hingga 36 peningkatan kadar gula pereduksi menjadi
fenolik yang dapat menghambat kerja enzim sangat curam dan diikuti penurunan kadar gula
invertase dengan cara membentuk kompleks dengan pereduksi yang curam sampai jam ke 48.
7.8
7.6
7.4
sukr osa (%)
7.2
6.8
6.6
6.4
0 15 80 140 240
lama inkubasi (menit)
nira murni nira + pengawet
nira murni nira + pengawet
Gambar 1. Perubahan kadar sukrosa selama 240 menit antara nira murni dan nira ditambah pengawet
1.2
1.156
1.0
gula reduksi (% )
1.016 0.883
0.8
0.6 0.562
0.550
0.482 0.690
0.4 0.323 0.335 0.359 0.564
0.196 0.198 0.214
0.350 0.372 0.427
0.2 0.283 0.308
0.196 0.225
0.311
0.0
0 2 4 6 8 10 12 16 24 36
lama inkubasi (jam) 48
nira murni nira + pengawet
nira murni nira + pengawet
Gambar 2. Perubahan kadar gula pereduksi selama 48 jam antara nira murni dan nira ditambah pengawet
yang curam tidak diikuti dengan peningkatan total pengawet. Perbedaan nilai pH pada kedua jenis nira
asam yang curam pula. tersebut semakin besar pada selang waktu yang lebih
Peningkatan total asam dapat menyebabkan lama. Nira tebu yang ditambahkan bahan pengawet
peningkatan degradasi sukrosa dalam nira tebu. menunjukkan respon lebih mempertahankan nilai pH
Menurut Wang (2004), degradasi sukrosa dapat dibandingkan nira tanpa penambahan bahan
terjadi bila kondisi lingkungan nira tebu yang asam pengawet. Nilai pH awal masing-masing nira
melalui reaksi invertasi walaupun tanpa adanya sebelum inkubasi adalah 4,7; kemudian kedua jenis
enzim invertase. Pada kondisi ini kadar sukrosa nira sama-sama diatur nilai pHnya hingga mencapai
dalam nira tebu selama inkubasi hingga 48 jam akan 8,5. Pada akhir waktu inkubasi, nilai pH nira tebu
mengalami penurunan. tanpa perlakuan menjadi 3 dan nira tebu yang
ditambahkan pengawet menjadi 3,3.
Nilai pH Perubahan nilai pH pada nira tebu murni dan
Peningkatan total asam dalam nira tebu nira tebu yang ditambahkan pengawet hingga jam ke
murni yang lebih curam menunjukkan bahwa adanya 4 adalah sama. Pada jam berikutnya, penurunan nilai
aktivitas mikroorganisme dalam nira tersebut yang pH pada nira tebu murni menjadi lebih cepat
lebih tinggi daripada nira tebu dengan penambahan daripada nira yang ditambahkan pengawet. Hal
pengawet. Hal tersebut disebabkan karena adanya tersebut disebabkan kerena penambahan pengawet
komponen antimikroba dalam bahan pengawet (akar (akar kawao dan kulit batang manggis) dapat
kawao dan kulit batang manggis) yang ditambahkan menghambat laju penurunan nilai pH. Penurunan pH
sehingga aktivitas mikroorganisme kontaminan berkaitan dengan peningkatan total asam dalam nira
dapat dihambat. Akar kawao dan kulit batang tebu.
manggis mengandung alkaloid, flavonoid dan Akar kawao dan kulit batang manggis
triterpenoid yang bersifat sebagai antimikroba mengandung komponen fitokimia yang bersifat
(Cowan, 1999). sebagai antimikroba, yaitu alkaloid, flavonoid dan
Perubahan nilai pH mempengaruhi kualitas triterpenoid. Pola penurunan nilai pH pada nira tebu
nira tebu. Dalam keadaan segar, nira tebu berwarna dengan penambahan pengawet (akar kawao dan kulit
coklat kehijau-hijauan dengan pH 5,0-6,0 (Rahman batang manggis) tampak sedikit lebih landai
et al., 2004). Peningkatan produksi asam-asam daripada nira tebu murni yang tidak ditambahkan
organik melalui reaksi fermentasi yang bahan pengawet. Penurunan nilai pH juga dapat
menyebabkan terjadinya penurunan nilai pH. menyebabkan kematian pada mikroorganisme
Perubahan nilai pH selama inkubasi 48 jam disajikan kontaminan dalam nira tebu yang membutuhkan
pada Gambar 4. lingkungan pH netral untuk pertumbuhannya. Pada
Nilai pH pada nira murni tanpa penambahan saat yang sama pH rendah dapat meningkatkan
pengawet menunjukkan nilai yang lebih rendah reaksi invertasi sukrosa dalam nira tebu walaupun
daripada nilai pH pada nira yang ditambahkan bahan tanpa adanya enzim invertase (Wang, 2004).
45 45
40
35 37
30 30 30
27
27 24
25 23
total asam (mleq)
20 19 17 20
15
11
15 11 9
10 7
5
0
0 4 8 12 18 24 36 48
lama inkubasi (jam)
Gambar 3. Perubahan total asam selama inkubasi 48 jam antara nira murni dan nira ditambah pengawet
7
6.3
6.1
6
4.7
5 4.7 4.6
4.6 4.6
4.5 4.3
4 4 3.9
3.7
pH
3.6
3.6 3.5
3.5
3 3.3 3.3
3.2
3
2
0
0 2 4 6 8 12 18 24
lama inkubasi (jam) 36 48
nira murni nira + pengawet
nira murni nira + pengawet
Gambar 4. Perubahan nilai pH selama inkubasi 48 jam antara nira murni dan nira ditambah pengawet
Mathlouthi dan Mohamed. 2000. Highlights of The Sundaram BM, Gopalakrishnan C, Subramanian S,
Twentieth Century Progress in Sugar Shankaranarayanan D, Kameswaran L. 2002.
Technology and The Prospects for The 20st Antimicrobial activities of Garcinia
century. www. Google.com (25 Maret 2007). mangostana.www.mangosteenmd.com (25
Menninger dan Edwin A. 1970. Flowering Vines of Maret 2007).
The World, An Encyclopedia of Climbing Wanda dan Ketcha. 2006. Characterisation of
Plants. Hearthside Press Incoporated, New Oestrogenic Properties of Isoflavones
York. Derived from Millettia Griffoniana Baill.: -
Moerdokusumo A. 1993. Pengawasan Kualitas dan Molecular Mode of Action and Tissue
Teknologi Pembuatan Gula di Indonesia. Selectivity. Dissertation. Kamerun.
Penerbit ITB. Bandung. Wang dan Sung N. 2004. Enzyme Kinetics of
Perry K. 2007. The Power of Invertase Via Initial Rate Determination.
Mangosteen.www.mangosteenmd.com (25 Department of Chemical Engineering.
Maret 2007). University of Maryland. Collage Park MD
20742-2111.