Anda di halaman 1dari 30

REFERAT

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

PADA FRAKTUR COLLES & SMITH

Disusun Oleh:

Andriany Chairunnisa (030.11.026)

Margareth Yosephine (030.11.174)

Pembimbing:

dr. Faida Susantinah, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI

RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN UDARA DR.ESNAWAN ANTARIKSA

PERIODE 14 NOVEMBER 16 DESEMBER 2016

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul:


Pemeriksaan Radiologi pada Fraktur Colles & Smith

Disusun oleh:

Andriany Chairunnisa (030.11.026)

Margareth Yosephine (030.11.174)

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing

Sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik ilmu Radiologi

Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Esnawan Antariksa

Periode 14 November 2016 16 Desember 2016

Jakarta, November 2016

Pembimbing

(dr. Faida Susantinah, Sp.Rad)

KATA PENGANTAR

2
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan referat
kepaniteraan klinik Radiologi. Penulisan referat ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan klinik di bagian Radiologi
di Rumah Sakit TNI Angkatan Udara dr.Esnawan Antariksa. Kami berharap
bahwa penyusunan referat ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan
masyarakat sebagai salah satu bentuk pengabdian masyarakat.
Dalam usaha penyelesaian tugas referat ini, kami banyak
memperoleh bimbingan dan dorongan dari banyak pihak,dalam
kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada para dokter Radiologi di Rumah Sakit TNI Angkatan
Udara dr.Esnawan Antariksa, dr. Faida Sp.Rad, dr. Dina Sp.Rad, dan
dr.Ferry Sp.Rad, yang telah membantu dan membimbing dalam
menyelesaikan referat ini. Dan semua teman-teman Kepaniteraan
Radiologi di Rumah Sakit TNI Angkatan Udara dr.Esnawan Antariksa.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan


referat ini, oleh karena itu dengan kami menerima semua saran dan
kritikan yang membangun guna penyempurnaan tugas referat ini.

Jakarta, November 2016

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................2

KATA PENGANTAR ...........................................................................3

DAFTAR ISI ......................................................................................4

BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................5

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA .............................................................6

BAB III: PENUTUP ............................................................................33

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................34

4
BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang
patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung
menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma
tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur,
misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada
keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. Penyebab dari fraktur itu sendiri antara lain
trauma, kelelahan atau tekanan, serta proses patologik. (1)

Fraktur pada daerah ekstremitas atas merupakan fraktur yang sering terjadi. Tulang-
tulang antebrachii yang meliputi radius dan ulna juga merupakan tulang yang sering
mengalami trauma. Salah satu pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk membantuk
menegakkan diagnosa adalah foto rontgen dengan sinar X. Radiodiagnostik merupakan salah
satu cabang dari radiologi yang bertujuan untuk membantu pemeriksaan dalam bidang
kesehatan, yaitu untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit melalui pembuatan gambar yang
disebut dengan radiograf. Foto radiografi konvensional tetap merupakan pemeriksaan
penunjang radiologis yang utama pada sistem skeletal. Pemeriksaan os antebrachi adalah
salah satu pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan media kontras. Untuk pemeriksaan
radiografi patologis yang sering dijumpai meliputi fraktur, dislokasi, corpus alienum, dan
lain-lain. Pada pemeriksaan radiografi antebrachii ini proyeksi yang digunakan adalah
proyeksi AP dan lateral.(2)

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI ANTEBRACHII


Antebrachii terdiri atas 2 buah tulang parallel yang berbeda panjang bentuknya,
yaitu os radius dan os ulna. Di sebelah proximal membentuk 3 persendian sedangkan
sebelah distal 2 persendian.Tulang radius, lebih pendek daripada ulna, bentuk lebih
melengkung dan bersendi dengan os ulna pada bagian proximal dan distal radio-ulnar
joint yang bersifat rotator.Antara kedua tulang ini juga dihubungkan oleh membrane
interosseus, suatu jaringan fibrous yang berjalan oblique dari ulna ke radius. Membrane
ini berfungsi merotasikan tulang radius terhadap os ulna, yang menghasilkan gerakan
pada lengan bawah.(3)

Gambar 1. Os antebrachii tampak anterior dan posterior

2.1.1 ANATOMI RADIUS


Ujung proximal radius membentuk caput radii (=capitulum radii), berbentuk roda,
letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea articularis (=fossa
articularis) yang serasi dengan capitulum radii. Caput radii dikelilingi oleh facies

6
articularis, yang disebut circumferentia articularis dan berhubungan dengan incisura
radialis ulnae. caput radii terpisah dari corpus radii oleh collum radii. Di sebelah caudal
collum pada sisi medial terdapt tuberositas radii. Corpus radii di bagian tengah agak
cepat membentuk margo interossea (=crista interossea), margo anterior (=margo volaris),
dan margo posterior. Ujung distal radius melebar ke arah lateral membentuk processus
styloideus radii, di bagian medial membentuk incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis
terdapat sulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal radius
membentuk facies articularis carpi.(4)

Gambar 2. Tulang Radius

2.1.2 ANATOMI ULNA


Ujung proximal ulna
lebih besar daripada ujung
distalnya.Hal yang sebaliknya
terdapat pada radius. Pada
ujung proximal ulna terdapat incisura trochlearis (= incisura semiulnaris), menghadap ke
arah ventral, membentuk persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal
disebut olecranon.Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus coronoideus,
dan di sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis.di
bagian lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapan dengan
caput radii. Di sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi supinatoris. Corpus
ulnae membentuk facies anterior, facies posterior, facies medialis, margo interosseus,
margo anterior dan margo posterior.Ujung distal ulna disebut caput ulnae (= capitulum
ulnae). Caput ulnae berbentuk circumferentia articularis, dan di bagian dorsal terdapt
processus styloideus serta silcus m.extensoris carpi ulnaris.Ujung distal ulna berhadapan
dengan cartilago triangularis dan dengan radius.(1)

7
Gambar 3. Tulang Ulna

Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh
ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi radioulnar
yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang mengandung fibrokartilago
triangularis.Membranes interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna
merupakan satu kesatuan yang kuat.Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu
tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu
disertai dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan patah tersebut.(4)
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot supinator,
m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi.Ketiga
otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan
patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.

2.2 TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOLOGI


Pemeriksaan os antebrachii adalah pemeriksaan secara radiologi dengan
menggunakan sinar-X untuk mendiagnosa adanya kelainan pada ossa antebrachii.
Adapun persiapan yang perlu dilakukan, antara lain: (2)

a. Persiapan Pasien

8
Pemeriksaan osantebrachii tidak ada persiapan secara khusus cukup dengan
memberikan pengertian kepada pasien tentang pelaksanaan yang akan dilakukan,
sehingga pasien tahu tindakan apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Selain
itu membebaskan objek yang akan difoto dari benda-benda yang mengganggu
radiograf, seperti gelang.
b. Persiapan Alat
Adapun persiapan alat pada pemeriksaan ini adalah :
1) Pesawat sinar-X
2) Kaset dan Film sesuai ukuran,biasanya memakai ukuran 24 x 30
3) Marker R / L
4) Alat proteksi radiasi ( apron, gonad shield, ovarium shield, dan lain-lain )
5) Pakaian pasien
6) Alat fiksasi ( sand bag, soft bag )
7) Alat processing
8) ID Camera.
c. Teknik Pemeriksaan OsAntebrachii
Untuk pemeriksaan radiografi patologis yang sering dijumpai meliputi fraktur,
dislokasi, corpus alienum, dll.Pada pemeriksaan radiografi antebrachii ini proyeksi
yang digunakan adalah proyeksi AP dan lateral.
1) Posisi Antero Posterior (AP)
Pada proyeksi AP antebrachii ini kaset yang digunakan harus cukup untuk
mencakup seluruh lengan dari prosesus olecranon dari ulna sampai prosesus styloid
dari radius.Kedua gambar antebrachii dapat diambil pada satu kaset dengan
membagi kaset menjadi dua bagian menggunakan lead mask.Harus memperhatikan
penempatan identifikasi pasien sehingga tidak ada bagian dari gambar radiografi
yang terpotong.
Kaset yang digunakan pada proyeksi AP adalah 18 x 43 cm tunggal; 35 x 43
cm dibagi memanjang. Di Indonesia digunakan kaset ukuran 24 x 30 cm untuk dua
proyeksi.
a. Posisi Pasien
Posisi pasien duduk menghadap meja pemeriksaan, dengan tangan di atas meja
pemeriksaan Full ektensi.
b. Posisi obyek
- Atur antebrachii pada posisi supinase, ekstensikan siku, dan pusatkan
pertengahan kaset pada pertengahan antebrachii. Pastikan kedua persendian
masuk pada kaset.
- Sesuaikan kaset sehingga sumbu panjang sejajar dengan antebrachii.
- Pada pasien yang lateral sampai anebrachi berada dalam posisi true
supinated.
- Karena proksimal antebrachii umumnya dalam posisi ini memutar, raba dan
sesuaikan epicondylus humeri sampai berjarak sama dari kaset.

9
- Pastikan bahwa tangan dalam posisi supinated. Pronasi tangan akan
mengakibatkan persilangan radius di atas ulna pada proksimal ketiga dan
humerus berputar dibagian tengah, mengakibatkan proyeksi oblique dari
antebrachii.
- Pakaikan pasien apron untuk poteksi radiasi.
c. Arah sinar :
Central Ray ( CR ) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Focus Film Distance ( FFD ) : 90 cm
Central Point ( CP ) : Pada mid antebrachii
d. Kriteria Evaluasi :
Berikut ini Kriteria radiograf yang harus nampak pada proyeksi AP antebrachii :
1. Pergelangan tangan dan distal humerus nampak.
2. Sedikit superimposisi caput, colum, tuberosity radial, pada daerah proksimal
ulna.
3. Tidak ada perpanjangan atau foreshortening dari epicondyles humeri.
4. Tampak batas bawah adalah gambaran wrist joint dan batas atas elbow joint.
5. Densitas yang sama antara daerah distal dan proksimal antebrachi.

Gambar 4. Proyeksi AP Antebrachii

2) Posisi Lateral
Kaset yang digunakan pada projeksi lateral antebrachiiadalah 18 x 43 cm
tunggal; 3543 cm dibagi dua memanjang. Di Indonesia digunakan kaset 24 x 30
cm dibagi dua untuk dua proyeksi.
a. Posisi Pasien
Dudukan pasien di samping meja pemeriksaan dan rendahkan humerus,
shoulder joint, dan elbow joint sejajar pada bidang yang sama.
b. Posisi Obyek

10
- Fleksikan elbow 90 derajat, dan pusatkan antebrachi di atas setengah
permukaan kaset yang membuka dan sejajar dengan long axis antebrachi.
- Pastikan bahwa kesua sendi masuk pada gambaran radiograf.
- Atur lengan pada posisi true lateral position. Sisi ibu jari dari tangan harus
berada di atas.
- Pakaikan apron pada pasien untuk mengurangi dosis radiasi.
c. Arah Sinar
Central Ray ( CR ) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Focus Film Distance ( FFD ) : 90 cm
Central Point ( CP ) : Pada mid antebrachii
d. Kriteria Evaluasi
Berikut ini gambaran radiograf yang nampak pada proyeksi lateral antebrachi :
1. Pergelangan tangan dan distal humerus nampak.
2. Superimposisi dari radius dan ulna pada ujung distal.
3. Superimposisi oleh caput radial di atas prosesus koronoideus.
4. Radial tuberositas menghadap depan.
5. Epicondilus humerus superposisi.
6. Elbow fleksi 90 derajat.
7. Tampak soft tissue dan trabecula tulang di sepanjang poros radial dan ulnaris.

Gambar 5. Proyeksi Lateral Antebrachii

11
Keterangan:

1. Olecranon
2. Radial head
3. Radial neck
4. Radial styloid process
5. Radioulnar joint, distal
6. Radioulnar joint, proximal
7. Radius
8. Ulna
9. Ulnar styloid process

d. Penilaian radiografi pada fraktur radius distal


1) Panjang atau tinggi radial
Panjang radial diukur pada radiografi PA sebagai jarak antara satu garis tegak
lurus terhadap sumbu panjang jari-jari melewati ujung distal dari styloid radial.
Garis kedua berpotongan dengan permukaan artikular distal caput ulnaris. Nilai
rata-rata pengukuran 10-13 mm.Pengukuran kurang dari 9 mm pada orang dewasa
menunjukkan adanya fraktur kominuta atau dampak dari fraktur radius
distal.Perbandingan dengan pergelangan tangan yang normal kontralateral
dianjurkan jika diagnosis tidak jelas.(11)

12
Gambar 6. Radial Height

2) Kemiringan atau sudut radial


Kemiringan radial diukur pada tampilan PA; ini adalah pengukuran sudut
radial.Sebuah garis ditarik sepanjang permukaan artikular dari radius tegak lurus
terhadap sumbu panjang jari-jari, dan garis singgung ditarik dari styloid
radial.Sudut normal 15-25o kecenderungan abnormal dari radius distal mungkin
merupakan cerminan dari fraktur radius distal.(5)

Gambar 7. Radial Inclined

3) Volar tilt

13
Volartilt diukur pada radiografi proyeksi lateral. Volar tilt diukur dengan menarik
garis tegak lurus terhadap panjang sumbu radius dan menarik garis singgung
sepanjang permukaan dorsal ke permukaan volar dari radius. Sudut normal 10-
25.Volar tilt negatif menunjukkan angulasi dorsal permukaan artikular radial
distal.(5)

Gambar 8. Radial Tilt

Gambar 9. Ilustrasi radiografi

2.3 KLASIFIKASI FRAKTUR ANTEBRACHII

14
1. FRAKTUR COLLES
a. Definisi
Fraktur Colles adalah fraktur 1/3 radius bagian distal (sampai dengan 1 inchi dari
radiocarpal joint) dengan displacement fragmen distal ke arah dorsal, dan dapat juga
disertai dengan fraktur styloid ulna.(6)

b. Epidemiologi
Fraktur distal radius terutama Fraktur Colles lebih sering ditemukan pada wanita,
dan jarang ditemui sebelum umur 50 tahun.Secara umum insidennya kira-kira 8 15%
dari seluruh Fraktur dan diterapi di ruang gawat darurat.Umur di atas 50 tahun pria dan
wanita 1 berbanding 5. Sebelum umur 50 tahun, insiden pada pria dan wanita lebih
kurang sama di mana Fraktur Colles lebih kurang 60% dari seluruh Fraktur radius. Sisi
kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata pertahun 0,98%. Usia terbanyak
dikenai adalah antara umur 50 59 tahun.(2)
c. Klasifikasi
Klasifikasi dari fraktur distal-end radius ialah menggunakan klasifikasi Frykman
dan Melone. Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh
Frykman. Frykman terdiri dari 8 tipe, dimana tipe dengan angka genap menunjukkan
adanya fraktur styloideus ulna. Tipe I ialah fraktur ekstraartikular, tipe III fraktur
radiokarpal, tipe V fraktur radioulnar, dan tipe VII fraktur radiokarpal dan radioulnar.7

Gambar 10. Klasifikasi Frykman.

Klasifikasi Melone terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe I terjadi pergeseran minimal, tipe II
pergeseran carpal, tipe III spike volar, dan tipe IV rotasi fragmen volar.6

15
Gambar 11. Klasifikasi
Melone.

d. Patogenesis
Umumnya Fraktur distal radius terutama Fraktur Colles dapat timbul setelah
penderita terjatuh dengan tangan posisi meyangga badan.Pada saat terjatuh sebagian
energi yang timbul diserap oleh soft tissue dan wrist joint kemudian baru diteruskan ke
os radius distal, hingga dapat menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah yaitu
antara batas tulang cortical dan tulang spongiosa.
Khusus pada Fraktur Colles biasanya fragmen distal bergeser ke dorsal,
tertarik ke proximal dengan angulasi ke arah radial serta supinasi.Adanya Fraktur
prosesus styloid ulna mungkin akibat adanya tarikan triangular fibrocartilago atau
ligamen ulnar collateral.(3)
Berdasarkan percobaan cadaver didapatkan bahwa Fraktur distal radius dapat
terjadi, jika pergelangan tangan berada dalam posisi dorsoflexi 40 900 dengan beban
gaya tarikan sebesar 195 kg pada wanita dan 282 kg pada pria.Pada bagian dorsal radius
Frakturnya sering comunited, dengan periosteum masih utuh, sehingga jarang disertai
trauma tendon extensor.Sebaliknya pada bagian volar umumnya fraktur tidak komunited,
disertai oleh robekan periosteum, dan dapat disertai dengan trauma tendon flexor dan
jaringan lunak lainnya seperti n. medianus dan n. ulnaris.Fraktur pada radius distal ini
dapat disertai dengan kerusakan radiocalpar joint dan radio ulna distal berupa luksasi
atau subluksasi.Pada radioulnar distal joint umumnya disertai dengan robekan dari
triangular fibrocartilago.(8)

e. Manifestasi Klinis
Fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum radiografi diciptakan) dikenali
dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan penonjolan punggung
pergelangan tangan dan depresi di depan.Pada pasien dengan sedikit deformitas mungkin
hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan.Selain itu
juga didapatkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan di daerah
yang terkena.(8)

16
Gambar 12.Dinner Fork Deformity(1,7)

Pada saat terjadi Fraktur, terjadi kerusakan cortex, arteri maupun vena, sumsum
tulang dan soft tissue. Akibat dari hal tersebut yaitu terjadi perdarahan, kerusakan tulang
dan jaringan sekitar. Keadaan ini menimbulkan hematom pada canal medulla antara tepi
tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi Fraktur. Lalu
terjadilah respon inflammasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik dengan ditandai
vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Tentunya hal tersebut merupakan salah satu upaya
tubuh untuk melakukan proses penyembuhan dalam memperbaiki cidera, dimana tahap
tersebut menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom menyebabkan dilatasi
kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, lalu menstimulasi histamin pada
otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung
syaraf nyeri, sehingga terjadilah nyeri tekan.(3,8)

f. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya Fraktur
kominutif dan mengetahui letak persis patahannya. Pada gambaran radiologis dapat
diklasifikasikan stabil dan instabil.
Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan.

Instabil bila patahnya comminutive dan crushing dari tulang cancellous.

17
Pada keadaan type tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal tetap
utuh..Terdapat Fraktur radius melintang pada sambungan corticocancelouse, dan
prosesus styloideus ulnar sering putus.Fragmen radius (1) bergeser dan miring ke
belakang, (2) bergeser dan miring ke radial, dan (3) terimpaksi. Kadang-kadang fragmen
distal mengalami peremukan dan comminutive yang hebat.(7)

Gambar 13. (a) deformitas garpu makan malam, (b) Fraktur tidak masuk dalam sendi
pergelangan tangan, (c) Pergeseran ke belakang dan ke radial.

Proyeksi AP dan lateral biasanya sudah cukup untuk memperlihatkan fragmen


Fraktur. Proyeksi lateral perlu dievaluasi untuk konfirmasi adanya subluksasi radioulnar
distal. Selain itu, evaluasi sudut radiokarpal dan sudut radioulnar juga diperlukan untuk
memastikan perbaikan fungsi telah lengkap.1,7,9

18
Gambar 14.Gambaran radiologi Fraktur dan abnormalitas distal lengan bawah

Pada x-ray menunjukkan Fraktur angulasi dorsal dari metaphysis distal radius (2-3

cm proximal ke pergelangan tangan). Fraktur yang mencapai ke persendian, disebut

Fraktur intra-articular sedangkan Fraktur yang tidak mencapai persendian disebut Fraktur

eksta-articular.

Dinner fork deformity merupakan temuan klinis klasik dan radiologi pada Fraktur

colles. Dislocation dan angulasi dorsal dari fragmen distal radius mengakibatkan suatu

bentuk garis pada proyeksi lateral yang menyerupai kurva garpu makan malam.1,7,9

19
Gambar
15. Perbandingan radiologi

Gambar 16. Foto polos antebrachii posisi AP.(10)

Cedera klasik terdiri dari fraktur tranversal dari distal radius dengan displacement
bagian dorsal dan pemendekan pada pergelangan tangan. Fraktur ini sering disertai

20
dengan fraktur styloid ulnaris. Pada foto posisi lateral akan tampak gambaran
pemendekan dan displacement bagian dorsal pada fragmen fraktur distal radius.

Gambar 17. Foto polos antebrachii posisi lateral.(10)

g. Penatalaksanaan
Sebagian besar patah tulang Colles dapat diobati dengan reduksi tertutup dan
imobilisasi gips. Gips memanjang dari bawah siku ke kepala metakarpal dan memegang
pergelangan tangan agak tertekuk dan deviasi ulnar.Posisi ini mengingatkan pada posisi
yang diadopsi ketika memegang bola.Gips ini dikenal sebagai gips Colles.
Reduksi terbuka dan fiksasi internal (ORIF) dianggap saat fraktur tidak stabil, dan /
atau reduksi tertutup tidak memuaskan(yakni: > 10oangulasi dorsal;shortening >5mm;
kominutif signifikan).
Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap menyebabkan
komplikasi jangka panjang.Karena itulah hanya Fraktur Colles type IA atau IB dan type
IIA yang boleh ditangani oleh dokter IGD.Selebihnya harus dirujuk sebagai kasus darurat
dan diserahkan pada ahli orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal prinsip yang perlu
diketahui, sebagai berikut :(7)

21
Tangan bagian extensor memiliki tendensi untuk menyebabkan tarikan dorsal sehingga
mengakibatkan terjadinya pergeseran fragmen

Angulasi normal radiocarpal joint bervariasi mulai dari 1 sampai 23 derajat di sebelah
palmar, sedangkan angulasi dorsal tidak

Angulasi normal radioulnar joint adalah 15 sampai 30 derajat. Sudut ini dapat dengan
mudah dicapai, tapi sulit dipertahankan untuk waktu yang lama sampai terjadi proses
penyembuhan kecuali difiksasi.

h. Komplikasi(7)
Penting karena komplikasi ini akan mempengaruhi hasil akhir fungsi yang tidak
memuaskan. Umumnya akan selalu ada komplikasi. Menurut Cooney, hanya ada 2,9%
kasus yang tidak mengalami disability dan gangguan fungsi. Adapun komplikasi yang
mungkin terjadi:
a. Dini
Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab perlu dibuka atau
dilonggarkan.
Cedera saraf jarang terjadi dan yang mengherankan tekanan saraf medianus pada saluran
karpal pun jarang terjadi. Kalau hal ini terjadi, ligamen karpal yang melintang harus
dibelah sehingga tekanan saluran dalam karpal berkurang.
Distrofi refleks simpatetik mungkin amat sering ditemukan, tetapi untungnya ini jarang
berkembang lengkap menjadi keadaan atrofi sudeck.Mungkin terdapat pembengkakan
dan nyeri tekan pada sendi-sendi jari, waspadalah jangan sampai melalaikan latihan
setiap hari. Pada sekitar 5 % kasus, pada saat gips dilepas tangan akan kaku dan nyeri
serta terdapat tanda-tanda ketidakstabilan vasomotor. Sinar X memperlihatkan
osteoporosis dan terdapat peningkatan aktivitas pada scan tulang.
b. Lanjut
Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena pergeseran
dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan dan hilangnya rotasi
dapat bersifat menetap.Penyatuan lambat dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi
processus stiloideus ulnra sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap
mengalaminyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan.
Kekakuan pada bahu, karena kelalaian adalah komplikasi yang sering ditemukan.
Kekakuan pergelangan tangan dapat terjadi akibat pembebatan yang lama.

22
Osteomielitis, Adapun komplikasi infeksi jaringan tulang disebut sebagai
osteomyelitis, dan dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan
adanya awitan demam sistemik maupun manifestasilocal yang berjalan dengan
cepat.Pada orang dewasa, osteomyelitis juga dapat awali oleh bakteri dalam aliran darah,
Namun biasanya akibat kontaminasi jaringan saat cedera atau operasi. Osteomyelitis
kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak di tangani dengan
baik. Infeksi tulang sangat sulit untuk ditangani, bahkan tindakan drainase dan
debridement, serta pemberian antibiotika yang tepat masih tidak cukup untuk
menghilangkan penyakit.
Atrofi Sudeck, kalau tidak diatasi dapat mengakibatkan kekakuan dan pengecilan tangan
dengan perubahan trofik yang berat.
Ruptur tendon biasanya terjadi beberapa minggu setelah fraktur radius bawah yang
tampaknya sepele dan tidak bergeser. (2)

2. FRAKTUR SMITHS
a. Definisi
FrakturFraktur Smith atau biasa dikenal dengan nama reverse Colles fracture ialah
fraktur dari distal-end radius dengan fragmen distal bergeser ke arah volar. Hal ini
berlawanan dengan definisi fraktur Colles yaitu fraktur distal-end radius dengan fragmen
distal bergeser ke arah dorsal.(3)

b. Mekanisme Injury
Fraktur ini disebabkan oleh cedera pronasi, dengan hantaman langsung pada
punggung tangan dengan posisi pergelangan tangan fleksi.(3)

Gambar 18. Mekanisme cedera


fraktur Smith

c. Klasifikasi Fraktur Smith

23
Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi dan menjelaskan fraktur Colles juga
berlaku untuk Fraktur Smith. Pada tahun 1957, F. Brian Thomas menciptakan Klasifikasi
Thomas untuk fraktur Smith (lihat tabel dan gambar di bawah).(11)
Tabel 2. Thomas Classification of Smith Fractures

Gambar 19. Ilustrasi Klafisikasi Fraktur Smith

d. Manifestasi Klinis
Pasien yang mengalami fraktur ini tidaklah menunjukkan tanda-tanda seperti
Dinner-fork deformity, tetapi Garden Spade Deformity.Pada pemeriksaan x-ray,
didapatkan adanya fraktur pada yang terjadi pada metaphysis os radius bagian distal.
Pada foto lateral, menunjukkan adanya fragment-fragment fraktur yang terdorong kearah
anterior.1

e. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto rontgen, didapatkan fraktur pada metafisis radius distal. Foto lateral
menunjukkan bahwa fragmen distal bergeser dan miring ke anterior (sangat berlawanan
dengan fraktur Colles).(12)

24
Gambar 20. Fraktur radius distal dan ulna dengan angulasi anterior fragmen
distal (fraktur Smith). (A) PA dan (b) proyeksi lateral.

Gambar 21.Ekstra-artikular fraktur dengan bending volar (fraktur Smith ')(13)

25
Gambar 22. Radiografi posteroanterior menunjukkan fraktur radius distal(12)

Gambar 23. Lateral radiograph demonstrates volar displacement of the principal distal
fracture fragment, described by Smith.(12)

26
f. Penatalaksanaan
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi terapi pada jenis fraktur ini:
1 Pola fraktur
2 Faktor local, seperti kualitas tulang itu sendiri, cedera jaringan lunak,
3 Faktor pasien, seperti usia, faktor psikologi, gaya hidup, kondisi medis lainnya

KONSERVATIF
Fraktur yang stabil non-displaced ataupun fraktur yang mengalami displacement
secara minimal dapat diperbaiki dengan closed reduction dan imobilisasi dengan plaster.
Tindakan ini sering dilakukan 75%-80% dari fraktur os radius bagian distal. Pada pasien
awalnya dapat digunakan sugar tong splint . Apabila bengkaknya sudah mereda, dapat
digunakan gips dengan posisi tangan 20 volar flexi dan ulnar deviasi. Posisi lengan
yang ideal, durasi imobilisasi, dan kebutuhan untuk pemakaian gips dalam waktu lama;
ketiga metode tersebut masih controversial, tidak ada study prospective yang dapat
menunjukkan salah satu lebih baik disbanding metode yang lain. Flexi pergelangan
tangan yang extreme harus dihindarkan karena dapat meningkatkan carpal canal
pressure dan kekakuan pada jari-jari tangan.Gips harus dipakai kurang lebih selama 6
minggu atau sampai terbukti telah terbentuk union pada foto radiologi.Pasien harus tetap
diawasi oleh perawat untuk dilakukan therapy/latihan untuk menggerakkan tangannya
secara aktif. (3,7)

OPERATIF
Fraktur yang tidak stabil ataupun yang mengalami displacement membutuhkan
tindakan operatif setelah dilakukannya close atau open reduction. Percutaneous pinning
terutama digunakan pada fraktur extraarticular atau two-partfraktur intraarticular.
Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara memasang 2-3 buah Kirschner wires pada
daerah terjadinya fraktur. Pada umumnya ditempatkan pada bagian proximal dari styloid
os radius dan membentuk sisi dorsoulnar dari fragment proximal dari os radius distal.
Pada umumnya digunakan short-arm casting atau external fiksasi. Pin dapat diangkat
kurang lebih sekitar 3-4 minggu pasca operasi, dengan gips tetap dipertahankan seperti
sebelumnya. Fiksasi external telah berkembang karena didasarkan pada studi yang
menghasilkan tingkat komplikasi yang relative rendah. Fiksasi external juga dapat
diindikasikan ketika terjadi kehilangan reposisi setelah dilakukan imobilisasi
menggunakan gips. ORIF dapat digunakan pada saat:

27
1 Indikasi utama adalah dengan adanya displacement fragment articular dalam bentuk
fraktur yang tidak dapat dilakukan prosedur tindakan reduksi secara tertutup ataupun
dengan reduksi terbuka terbatas
2 Fraktur articular complex

g. Komplikasi
Adapun beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur ini antara lain:
1 Disfungsi nervus medianus.
2 Malunion atau union; biasanya terjadi karena adanya imobilisasi atau reduksi yang
inadekuat dan membutuhkan ORIF dengan bone graft.
3 Post traumatic osteoarthritis; terjadi sebagai konsekuensi dari cedera articular radioulnar
dan radiocarpal, sehingga membutuhkan restorasi anatomi pada permukaan articular.
4 Kekakuan pada siku, tangan dan jari-jari tangan; terutama terjadi pada imobilisasi
dengan gips ataupun dengan external fiksasi dalam waktu lama
5 Rupture tendon; paling sering terjadi pada m.extensor pollicis longus, dapat terjadi akibat
komplikasi lambat dari fraktur radius distal.
6 Komplikasi external fixation.
BAB III

PENUTUP

Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari radiologi yang bertujuan untuk
membantu pemeriksaan dalam bidang kesehatan, yaitu untuk menegakkan diagnosa suatu
penyakit melalui pembuatan gambar yang disebut dengan radiograf. Seiring dengan
meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang ini dunia radiologi sudah
mengalami banyak perkembangan.Pemeriksaan ossa antebrachii adalah salah satu
pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan media kontras.Indikasi pada os antebrachii yang
sering terjadi adalah fraktur.Pada pemeriksaan radiografi antebrachii ini proyeksi yang
digunakan adalah proyeksi AP dan lateral.

Gambaran radiologi pada fraktur ektremitas atas bervariasi sesuai dengan letak
fraktur. Dinner fork deformity merupakan temuan klinis klasik dan radiologi pada Fraktur
colles.Sedangkan pada fraktur Smith tanda klasik berlawanan dengan fraktur colles yaitu
Garden Spade Deformity, pada pemeriksaan x-ray didapatkan adanya fraktur pada yang

28
terjadi pada metaphysis os radius bagian distal. Namun pemeriksaan radiologi hanya sebagai
pemeriksaan penunjang dalam kasus fraktur untuk lebih memastikan lokasi dan jenis fraktur.
Tetap diperlukan pemeriksaan fisik yang tepat untuk menegakkan diagnosis fraktur dalam
kasus emergensi.

DAFTAR PUSTAKA

1 Snell RS. Anatomi klinik. Ed 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC : 2000.

2 Ballinger, Philip W. dan Eugene D. Frank. 2003. Merrills Atlas of Radiographic Positions
and Radiologic Prosedures, Tenth Edition, Volume Three. Saint Louis : Mosby.

3 Apley Graham and Louis Solomon. 2012. Buku Ajar Ortopedi dan Fracture Sistem Apley.
Edisi Ketujuh. Jakarta: EGC

4 Hansen, John T. 2005. Netters clinical anatomy. 2nd Edition. Philadelpia : Elseivers Sanders
5 Goel, Ayush., Paresh K Desai, et al. Colles Fracture. Available at :
http://radiopaedia.org/articles/colles-fracture. Accessed in November 19, 2016
6 Mattox, Kenneth L., Ernest, E. Moore., David V. Feliciano. 2013. Trauma. Seven Edition.
The McGrawhills Companies
7 Miller MD. Review of orthopaedics. 4th ed. Philadelphia : Saunders : 2004.

8 Koval J Kenneth. Handbook of Fracture. Second edition. Lippincott Williams and Wilkins:
2002.

9 De Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Fraktur. EGC: Jakarta

10 Brant W.E., Helms C.A., Fundamentals of Diagnostic Radiology, 3rd Edition. [Textbook of
Radiology]. Lippincott Williams & Wilkins. 2007.

29
11 Porrino, Jack A. Distal Radial Fractures Imaging. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/398406-overview#a2. Accessed in November 19 ,
2016

12 Davis, A. Mark. 2002. The WHO Manual Of Diagnostic Imaging: Radiographic anatomy and
interpretation of musculoskeletal system. New Zealand.

30

Anda mungkin juga menyukai