Anda di halaman 1dari 18

NO Karateristik W. Brancrofti B. Malayi B.

Timori
1 Lekukan badan Melengkung Melengkung Melengkung
kaku dan patah kaku dan patah
2 Perbandingan lebar dan 1:1 1:2 1:3
panjang kepala.
3 Warna sarung Tidak bewarna Merah muda Tidak berwarna

4 Ukuran panjang (MM) 240-300 175-230 265-325


5 Inti badan Halus tersusun Kasar Kasar
rapi berkelompok berkelompok
6 Junlah inti diujung ekor 0 2 2
7 Gambaran ujung ekor Kearah ujung Tumpul Tumpul

LAPORAN LENGKAP

Hari / Tanggal : Sabtu, 18 juni 2016

Judul praktikum : Pemeriksaan mikrofilaria

praktikum : Untuk mengetahui cara membuat dan memulas sediaan darah mikrofilaria

Untuk dapat melihat bentuk cacing mikrofilaria

Pemeriksaan :

Pewarnaan mikrofilaria dilakukan dengan pewarnaan giemsa sebanyak 3 ml dan


ditambahkan aquadest sebanyak 97 ml selama 15 menit. Cuci preparat dengan air kran hingga
sisa warna hilang dan preparat dikeringkan. Lakukan pemeriksaan dibawah mikroskop
perbesaran 100x.
Alat dan Bahan :

1. Alat

Obyek glass

Cover glass

Mikroskop

2. Bahan

Sediaan darah tebal

Methylen Alkohol

Larutan Giemsa

Aquadest

Oil mersi

Air
Prosedur Kerja :

1. Siapkan alat dan bahan

2. Hemolisiskan sediaan darah dengan air sampai warna merah hilang. Kemudian keringkan

3. Fiksasi dengan methylen alkohol selama 1-2 menit

4. Lakukan pewarnaan giemsa selama 15 menit

5. Kemudian preparat dibilas dengan air kran hingga sisa warna hilang

6. Preparat dikeringkan

7. Lakukan pemeriksaan menggunakan mikroskop perbesaran 100x

Hasil pengamatan :

Berdasarkan praktikum yang kami lakukan bahwa pemeriksaan mikrofilaria dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop perbesaran 100x yang di mana kami melihat cacing dewasa
yang berbentuk seperti benang, seperti pada gambar dibawah ini
Pembahasan :

A. Klasifikasi Cacing filaria (Wuchereria bancrofti)

Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota hewan
tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes. Bentuk cacing ini gilig
memanjang, seperti benang maka disebut filarial. Cacing filaria penyebab penyakit kaki gajah
berasal dari genus wuchereria dan brugia. Di Indonesia cacing yang dikenal sebagai penyebab
penyakit tersebut adalah wuchereria bancrofti, brugia malayi, dan brugia timori.

Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia

Classis : Secernentea

Ordo : Spirurida

Upordo : Spirurina

Family : Onchocercidae

Genus : Wuchereria

Species : Wuchereria bancrofti

Ciri-ciri cacing Filaria

1. Cacing dewasa (makrofilaria), bentuknya seperti benang berwarna putih kekuningan. Sedangkan
larva cacing filaria (mikrofilaria) berbentuk seperti benang berwarna putih susu.

2. Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65 100 mm, ekornya berujung
tumpul, untuk makrofilarial yang jantan memiliki panjang kurang lebih 40 mm, ekor melingkar.
Sedangkan mikrofilaria berukuran panjang kurang lebih 250 mikron, bersarung pucat.

3. Tempat hidup Makrofilaria jantan dan betina di saluran limfe dan kelenjar limfe. Sedangkan
pada malam hari mikrofilaria terdapat di dalam pembuluh darah tepi, dan pada siang hari
mikrofilaria terdapat di kapiler alat-alat dalam, misalnya: paru-paru, jantung, dan hati

B. Daur Hidup Cacing Filaria ( Wuchereria bancrofti)

Siklus hidup cacing Filaria terjadi melalui dua tahap, yaitu:

1. Tahap pertama, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh nyamuk sebagai vector yang masa
pertumbuhannya kurang lebih 2 minggu.

2. Tahap kedua, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh manusia (hospes) kurang lebih 7 bulan.

Siklus hidup cacing filaria dapat terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk tersebut
menggigit dan menghisap darah orang yang terserang filariasis, sehingga mikrofilaria yang
terdapat ditubuh penderita ikut terhisap kedalam tubuh nyamuk. Mikrofilaria tersebut masuk
kedalam paskan pembungkus pada tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding lambung dan
bersarang diantara otot-otot dada (toraks). Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang disebut
larva stadium I. Dalam waktu kurang lebih satu minggu larva ini berganti kulit, tumbuh menjadi
lebih gemuk dan panjang yang disebut larva stadium II. Pada hari ke sepuluh dan seterusnya
larva berganti kulit untuk kedua kalinya, sehingga tumbuh menjadi lebih panjang dan kurus, ini
adalah larva stadium III. Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga larva mulai bermigrasi
mula-mula ke rongga perut (abdomen) kemudian pindah ke kepala dan alat tusuk nyamuk.

Apabila nyamuk yang mengandung mikrofilaria ini menggigit manusia. Maka


mikrofilaria yang sudah berbentuk larva infektif (larva stadium III) secara aktif ikut masuk
kedalam tubuh manusia (hospes). Bersama-sama dengan aliran darah dalam tubuh manusia, larva
keluar dari pembuluh kapiler dan masuk ke pembuluh limfe. Didalam pembuluh limfe larva
mengalami dua kali pergantian kulit dan tumbuh menjadi cacing dewasa yang sering disebut
larva stadium IV dan larva stadium V. Cacing filaria yang sudah dewasa bertempat di pembuluh
limfe, sehingga akan menyumbat pembuluh limfe dan akan terjadi pembengkakan. Siklus hidup
pada tubuh nyamuk terjadi apabila nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah orang yang
terkena filariasais, sehingga mikrofilaria yang terdapat di tubuh penderita ikut terhisap ke dalam
tubuh nyamuk. Cacing yang diisap nyamuk tidak begitu saja dipindahkan, tetapi sebelumnya
tumbuh di dalam tubuh nyamuk. Makhluk mini itu berkembang dalam otot nyamuk. Sekitar 3
minggu, pada stadium 3, larva mulai bergerak aktif dan berpindah ke alat tusuk nyamuk.Nyamuk
pembawa mikrofilaria itu lalu gentayangan menggigit manusia dan memindahkan larva
infektif tersebut. Bersama aliran darah, larva keluar dari pembuluh kapiler dan masuk ke
pembuluh limfe.

Uniknya, cacing terdeteksi dalam darah tepi pada malam hari, sedangkan pada siang hari
dia berada didalam kapiler alat-alat dalam seperti pada paru-paru, jantung dan hati, selebihnya
bersembunyi di organ dalam tubuh.Pemeriksaan darah ada-tidaknya cacing biasa dilakukan
malam hari. Setelah dewasa (Makrofilaria) cacing menyumbat pembuluh limfe dan menghalangi
cairan limfe sehingga terjadi pembengkakan. Selain di kaki, pembengkakan bisa terjadi di
tangan, payudara, atau buah zakar. Ketika menyumbat pembuluh limfe di selangkangan,
misalnya, cairan limfe dari bawah tubuh tidak bisa mengalir sehingga kaki membesar.

Pada saat dewasa (Makrofilaria) inilah, cacing ini menghasilkan telur kemudian akan
menetas menjadi anak cacing berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya,
mikrofilaria beredar di dalam darah. Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah
kulit. Jika pada waktu itu ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat menembus
dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami
pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk itu menggigit orang, maka
orang itu akan tertular penyakit ini.

C. Prinsip patologis penyakit filariasis


Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh cacing
Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. bermula dari inflamasi saluran limfe akibat
dilalui cacing filaria dewasa (makrofilaria). Cacing dewasa yang tak tahu diri ini melalui saluran
limfe aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada tempat-tempat
yang dilaluinya. Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan plasma yang terisi dari pembuluh
darah yang menyebabkan penebalan pembuluh darah di sekitarnya.

Akibat kerusakan pembuluh, akan terjadi infiltrasi sel-sel plasma, esosinofil, serta
makrofag di dalam dan sekitar pembuluh darah yang terinfeksi. Nah, infiltrasi inilah yang
menyebabkan terjadi proliferasi jaringan ikat dan menyebabkan pembuluh limfe di sekelilingnya
menjadi berkelok-kelok serta menyebabkan rusaknya katup-katup di sepanjang pembuluh limfe
tersebut. Akibatnya, limfedema dan perubahan statis-kronis dengan edema pada kulit di atas
pembuluh tersebut menjadi tak terhindarkan lagi.

Jadi, jelaslah bahwa biang keladi edema pada filariasis ialah cacing dewasa
(Makrofilaria) yang merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh penderita
yang mengakibatkan proliferasi jaringan ikat di sekitar pembuluh. Respon inflamasi ini juga
diduga sebagai penyebab granuloma dan proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe secara
total. Ketika cacing masih hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika cacing sudah
mati akan terjadi reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar limfe. Kemudian
akan terjadi obstruksi limfe total karena karakteristik pembuluh limfe bukanlah membentuk
kolateral (seperti pembuluh darah), namun akan terjadi malfungsi drainase limfe di daerah
tersebut.

D. Gejala Klinik

Apabila seseorang terserang filariasis, maka gejala yang tampak antara lain:

1. Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila si penderita istirahat dan
muncul lagi setelah si penderita bekerja berat.

2. Pembengkakan kelenjar limfe (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis)
yang tampak kemerahan. Diikuti dengan radang saluran kelenjar limfe yang terasa panas dan
sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan ke arah ujung (Retrograde
lymphangitis) yang dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.

3. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahandan merasa
panas (Early lymphodema). Sedangkan gejala klinis filariasis kronis yaitu

E. Diagnosa penyakit Filariasis (Kaki gajah)

Bentuk menyimpang dari filariasis (eosinoffilia tropikal) ditandai oleh hipereosinivilia, adanya
microfilaria di jaringan tetapi tidak terdapat di dalam darah, dan titer antibody antifilaria yang
tinggi. Microfilaria mungkin ditemukan di cairan limphatik. Tes serologi telah tersedia tetapi
tidak dapat diandalkan sepenuhnya. Diagnosa berdasarkan gejala klinis dan dipastikan dengan
pemeriksaan laboratorium:

1. Deteksi parasit yaitu menemukan microfilaria di dalam darah, cairan hirokel atau cairan chyluria
pada pemeriksaan sediaan darah tebal, teknik konsentrasi Knott dan membran filtrasi.

2. Pengambilan darah dilakukan pada malam hari mengingat periodisitas mikrofilarianya


umumnya nokturna. Pada pemeriksaan histopatologi, kadang-kadang potongan cacing dewasa
dapat dijumpai pada saluran dan kelenjar limpah dari jaringan yang di curigai sebagai tumor.

3. Diferensiasi spesies dan stadium filarial, yaitu dengan menggunakan pelacak DNA yang spesies
spesifik dan antibody monoclonal untuk mengidentifikasi larva filarial dalam cairan tubuh dan
dalam tubuh nyamuk vektor sehingga dapat membedakan antara larva filarial yang menginfeksi
manusia dengan yang menginfeksi hewan. Penggunaannya masih terbatas pada penelitian dan
survey.

F. Upaya Pencegahan, Pengobatan, dan Rehabilitasi Filariasis

1. Upaya Pencegahan Filariasis


Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk (mengurangi kontak
dengan vektor) misalnya menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi dengan kasa
nyamuk, menggunakan obat nyamuk, mengoleskan kulit dengan obat anti nyamuk,
menggunakan pakaian panjang yang menutupi kulit, tidak memakai pakaian berwarna gelap
karena dapat menarik nyamuk, dan memberikan obat anti-filariasis (DEC dan Albendazol) secara
berkala pada kelompok beresiko tinggi terutama di daerah endemis. Dari semua cara diatas,
pencegahan yang paling efektif tentu saja dengan memberantas nyamuk itu sendiri dengan cara
3M.

2. Upaya Pengobatan Filariasis

Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis dengan
menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat membunuh mikrofilaria dan
cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini, DEC adalah satu-satunya obat
yang efektif, aman, dan relatif murah. Untuk filariasis akibatWuchereria bankrofti, dosis yang
dianjurkan 6 mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filariasis akibatBrugia
malayi dan Brugia timori, dosis yang dianjurkan 5 mg/kg berat badan/hari selama 10 hari. Efek
samping dari DEC ini adalah demam, menggigil, sakit kepala, mual hingga muntah. Pada
pengobatan filariasis yang disebabkan oleh Brugiamalayi dan Brugia timori, efek samping yang
ditimbulkan lebih berat. Sehingga, untuk pengobatannya dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi
pengobatan dilakukan dalam waktu yang lebih lama. Pengobatan kombinasi dapat juga dilakukan
dengan dosis tunggal DEC dan Albendazol 400mg, diberikan setiap tahun selama 5 tahun.
Pengobatan kombinasi meningkatkan efek filarisida DEC. Obat lain yang juga dipakai adalah
ivermektin. Ivermektin adalah antibiotik semisintetik dari golongan makrolid yang mempunyai
aktivitas luas terhadap nematoda dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Efek
samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC. Terapi suportif berupa pemijatan juga
dapat dilakukan di samping pemberian DEC dan antibiotika, khususnya pada kasus yang kronis.
Pada kasus-kasus tertentu dapat juga dilakukan pembedahan.

3. Upaya Rehabilitasi Filariasis

Penderita filariasis yang telah menjalani pengobatan dapat sembuh total. Namun, kondisi mereka
tidak bisa pulih seperti sebelumnya. Artinya, beberapa bagian tubuh yang membesar tidak bisa
kembali normal seperti sedia kala. Rehabilitasi tubuh yang membesar tersebut dapat dilakukan
dengan jalan operasi.
Kesimpulan :

1. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup dalam sistem limfe
dan ditularkan oleh nyamuk. Bersifat menahun dan menimbulkan cacat menetap. Gejala klinis
berupa demam berulang 3-5 hari, pembengkakan kelenjar limfe, pembesaran tungkai, buah dada,
dan skrotum. Dapat didiagnosis dengan cara deteksi parasit dan pemeriksaan USG pada skrotum.

2. Mekanisme penularan yaitu ketika nyamuk yang mengandung larva infektif menggigit manusia,
maka terjadi infeksi mikrofilaria. Tahap selanjutnya di dalam tubuh manusia, larva memasuki
sistem limfe dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Kumpulan cacing filaria dewasa ini menjadi
penyebab penyumbatan pembuluh limfe. Akibatnya terjadi pembengkakan kelenjar limfe,
tungkai, dan alat kelamin.

3. Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk dan melakukan 3M.
Pengobatan menggunakan DEC dikombinasikan dengan Albendazol dan Ivermektin selain
dilakukan pemijatan dan pembedahan. Upaya rehabilitasi dapat dilakukan dengan operasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Abercrombie, et al. 1997. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta : Erlangga.

2. Entjang, Indan. 1982. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : Penerbit Alumni.

3. Noble, Elmer R. & Glenn A. Noble. 1989. Parasitologi Biologi Parasit Hewan Edisi Kelima.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

4. Prianto, Juni L.A., dkk. 1999. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.

5. Yatim, Wildan. 2003. Kamus Biologi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Pemeriksaan darah untuk diagnosis penyakit Malaria dan Filariasis

Pengertian Penyakit Malaria dan Filariasis


Penyakit Malaria merupakan penyakit infeksi parasit, disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk sporofit didalam darah. Infeksi
malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. penyakit
menular ini sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis, apabila diabaikan dapat menjadi
penyakit yang serius. Parasit penyebab malaria seperti malaria jenis Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium malarie, Plasmodium ovale, dan Plasmodium knowlesi dapat
menyebabkan kematian. Plasmodium merupakan suatu protozoa yang mampu ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Widiyono, 2011).
Penyakit Filariasis adalah penyakit yang mengenai kelenjar dan saluran limfe, disebabkan
oleh parasit golongan nematoda yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
Penularan penyakit filariasis bancrofti dapat terjadi melalui gigitan nyamuk Culex
quinquefasciatus, Patologi dan gejala klinis penyakit filariasis dapat berupa limfadenitis dan
limfangitis retrograd pada stadium akut, hidrokel, kilurian, dan limfodema (elephantiasis) yang
mengenai seluruh kaki atau lengan, skrotum, vagina dan payudara pada stadium kronis. Sebagian
besar yang terjangkit penyakit filariasis adalah remaja dan dewasa . Hal ini disebabkan karena
kebiasaan dan aktivitas keseharian mereka yang cenderung mengakibatkan terjadinya penyakit
filariasis, dengan melakukan aktifitas dan berbagai kegiatan pada malam hari tanpa memakai alat
pelindung diri dari gigitan nyamuk sebagai vektor filariasis (Widiyono, 2011).

Jenis Sediaan Darah


Sediaan darah yang digunakan untuk pemeriksaan dan identifikasi parasit Malaria ada
dua jenis dalam satu slide, yaitu sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis.
a. Sediaan Darah Tebal
Sediaan darah tebal terdiri dari sejumlah besar sel darah merah yang terhemolisis,
terutama bagian sitoplasma yang mengalami kerusakan sehingga parasit yang ditemukan
umumnya tidak utuh. Diagnosis tidak apat dibuat bila hanya melihat 1-2 parasit. Untuk itu
diagnosis harus memerlukan pemeriksaan banyak parasit. Volume darah yang diambil dan parasit
yang terkandung dalam darah akan terkonsentrasi pada area yang lebih kecil sehingga
pemeriksaan sediaan darah menjadi cepat. Oleh karena itu dalam penegakan diagnosis malaria
menggunakan sediaan darah tebal (Irianto, 2013). Inti sel leukosit biru lembayung tua, hanya
granula pada eosinofil yang tampak karena giemsa mengandung eosin yang merupakan pewarna
asam. Trombosit berwarna lembayung muda dan berkelompok. Parasit tampak kecil, batas
sitoplasma sering tidak nyata. Parasit berbentuk seperti koma atau tanda seru atau burung
terbang. Tropozoit sudah agak matang tampak pigmen.
b. Sediaan Darah Tipis
Sediaan darah tipis terdiri dari sel darah merah yang lebih tersebar dan tidak saling
melekat satu sama lain. Volume darah yang diambil sedikit tetapi bidang sediaan luas sehingga
sediaan darah tipis digunakan untuk membantu identifikasi spesies Plasmodium setelah
ditemukan parasit malaria dalam sediaan darah tebal (Irianto, 2013).
Pada sediaan darah pemeriksaan dan identifikasi mikrofilaria hanya ada sediaan darah
tebal saja. Sediaan darah mikrofilaria berbentuk oval dengan diameter panjang sekitar 2 cm.
Pada sediaan darah mikrofilaria hanya digunakan sediaan darah tebal karena ukuran mikrofilaria
jauh lebih besar daripada plasmodium sehingga pemeriksaannya tidak memerlukan sediaan darah
tipis.

Pengambilan Sediaan Darah


Pengambilan darah pada pemeriksaan malaria dapat diambil sewaktu-waktu. Karena
seluruh stadium Plasmodium terjadi dalam darah. Siklus ini dinamakan siklus eritrositer.
Sedangkan pengambilan sediaan darah mikrofilaria dilakukan pada tengah malam. Karena pada
tengah malam mikrofilaria aktif di pembuluh darah perifer. Bahan pemeriksaan darah terbaik
yaitu darah ujung jari sedikit ke tepi. Untuk orang dewasa cukup diujung jari manis sebelah kiri
karena biasanya jari bagian tersebut jarang digunakan untuk aktivitas. Anak-anak umur 2-3 tahun
dilakukan pada ujung ibu jari kaki. Pada bayi bisa dilakukan di tumit karena apabila dilakukan di
jari tangan atau jari kaki kemungkinan terjadinya perdarahan sulit berhenti. Sebelum darah
diambil jari harus diusap dengan kapas beralkohol untuk menghilangkan kotoran dan keringat
kemudian diusap dengan kapas kering serta untuk memperbesar pembuluh darah tepi.
Apabila menggunakan darah vena, sebaiknya darah yang digunakan adalah darah yang
belum tercampur dengan koagulan. Sediaan darah harus segera dibuat sebelum darah membeku.
Apabila menggunakan darah dengan anti koagulan harus segera dibuat sediaan darah, karena bila
sudah lebih dari 1 jam, jumlah parasit berkurang dan morfologi dapat berubah. Untuk darah yang
dimasukkan ke dalam tabung berisi anti koagulan, tabung harus diisi penuh dengan darah yang
akan diperiksa.

Pembuatan Sediaan Darah


Pembuatan sediaan darah malaria dan sediaan darah mikrofilaria umumnya sama. Namun
ada beberapa perbedaan. Sediaan darah malaria terdiri dari sediaan darah tipis dan sediaan darah
tebal, sedangkan untuk mikrofilaria cukup sediaan darah tebal saja. Setelah darah keluar, darah
pertama harus dibuang dengan diusap dengan kapas kering untuk mengurangi trombosit yang
akan menempel pada sediaan darah. Karena trombosit akan mempercepat pembekuan darah dan
sedian darah yang terbentuk akan kurang bagus u ntuk diperiksa. Lalu ujung jari ditekan kembali
hingga darah keluar. Darah yang keluar selanjutnya ditempelkan diatas kaca sediaan cukup 3
tetes. Untuk sediaan darah tipis hanya dengan menempelkan ujung slide lain diambil dari tetesan
darah setelah itu digeser dengan sudut 450 dengan cepat kearah yang berlawanan dengan tetes
darah tebal. Sediaan darah tebal cukup diratakan dengan ujung sudut kaca objek lain dengan
gerak memutar dan kembali ke tengah dengan diameter 1 cm.
Label/etiket ditempel pada bagian ujung slide dekat dengan sediaan darah tebal. Pada
label dituliskan kode/initial nama/tanggal pembuatan. Tujuan dari pemberian label yaitu sebagai
pengenalan sedian darah. Sediaan darah kemudian dikeringkan pada suhu ruangan selama 24
jam. Apabila dikeringkan dibawah sinar matahari akan membuat sediaan darah menjadi pecah-
pecah dan hasilnya kurang bagus.
Sediaan darah dihemolisis terlebih dahulu sebelum difiksasi dengan cara ditetesi dengan
aquades lalu dibiarkan selama 10-15 menit kemudian dikeringkan. Tujuan dari hemolisis yaitu
agar hemoglobin dalam eritrosit dapat terangkat sehingga pemeriksaan dan identifikasi parasit
dalam darah menjadi jelas. Sediaan darah tipis kemudian difiksasi dengan methanol dengan cara
mencelupkan ujung slide lain lalu dioleskan pada sediaan darah tipis dan diusahakan tidak

terkena sediaan darah tebal. Kemudian dikeringkan. Tujuan fiksasi yaitu agar sediaan
darah tidak mudah terlepas dan rusak dan hanya dilakukan pada sediaan
darah tipis karena sediaan darah tipis menngandung komponen yang lebih sedikit.
Pewarnaan yang digunakan adalah pewarnaan sedang yaitu 3 tetes giemsa stock
dicampur dengan 30 tetes buffer dengan perbandingan 1:10. Kemudian larutan giemsa tersebut
diteteskan diatas sediaan darah dan didiamkan selama 15-25 menit. Setelah kering sediaan darah
dialiri aquades secara perlahan-lahan lalu dikeringkan. Tujuan dari dialiri aquades yaitu untuk
membuang larutan giemsa yang tidak terserap dalam sediaan darah. Setelah kering sediaan darah
dapat diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran awal 40 kali lalu dinaikkan menjadi 100
kali.
Pengambilan darah untuk sediaan darah mikrofilaria pembuatannya sama seperti
pembuatan sediaan darah malaria. Sediaan darah yang dibuat hanya sediaan darah tebal
berbentuk oval dengan diameter panjang sekitar 2 cm. Hal tersebut karena ukuran dari
mikrofilaria lebih besar sehingga membutuhkan lingkup pandangan yang lebih luas.

Pewarnaan Sediaan Darah

Pewarnaan sediaan darah dengan giemsa ada 3 cara. Cara pewarnaan yang pertama yaitu
pewarnaan cepat. Pewarnaan cepat yaitu perbandingan giemsa stock dan buffer 1:7 dengan lama
pewarnaan 10-15 menit. Pewarnaan cepat diterapkan apabila sediaan darah yang akan diwarnai
berjumlah banyak dan ketersedian giemsa stock masih sangat banyak. Pewarnaan kedua yaitu
pewarnaan sedang. Perwarnaan sedang menggunakan perbandingan giemsa dan buffer sebesar
1:10 dengan lama pewarnaan 15-25 menit. Pewarnaan jenis ini dilakukan disaat sampel yang
digunakan tidak terlalu banyak dan ketersediaan giemsa stock masih mencukupi. Pewarnaan
ketiga adalah pewarnaan lambat, mempunyai perbandingan giemsa stock dan buffer sebesar 1:20
dengan waktu pewarnaan 45-60 menit. Pewarnaan lambat dilakukan apabila sediaan darah yang
akan diwarnai hanya beberapa slide atau pada saat ketersediaan giemsa strock terbatas.

Pemeriksaan Sedian Darah


Sediaan darah diletakkan pada meja sediaan mikroskop. Sediaan darah dilihat dengan
lensa obyektif perbesaran 10 kali dan difokuskan lapang pandang pada bagian tepi. Minyak
imersi diteteskan pada bagian tepi tersebut lalu lensa obyektif diganti dengan perbesaran 100
kali. Lapang pandang difokuskan dengan memutar mikrometer sampai eritrosit terlihat jelas.
Pemeriksaan dilakukan samapai 100 lapangan pandang untuk penentuan positif atau negatif.
Perbedaan spesies parasit mamalia dapat dilihat berdasarkan perubahan struktur sel darah
merah pada sediaan tipis. Sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium vivax dan Plasmodium
ovale terlihat membesar. Pada Plasmodium vivax, pembesaran terlihat jelas, sel darah merah
terlihat lonjong dan terdapat titik-titik halus yang tersebar merata pada sitoplasma (titik
Schuffner). Sedangkan sel yang terinfeksi Plasmodium ovale sedikit membesar, kadang
mengkerut dengan ujung yang berumbai. Terdapat titik-titik halus seperti titik schuffner yang
lebih jelas terlihat di sepanjang dinding sel. Sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium
falciparum dan Plasmodium malarie berukuran normal. Apabila sel darah merah mengkerut
dengan bagian tengah berwarna merah muda dan bagian tepinya lebih gelap kemudian terdapat
titik-titik kasar pada sitoplasma (titik maurer) maka sel darah tersebut terinfeksi Plasmodium
falciparum. Sel darah yang terinfeksi Plasmodium malariae tidak ada perubahan dinding
maupun warna. Tidak ada titik-titik pada sitoplasma sel darah merah.
Pemeriksaan sediaan darah tebal dinyatakan negatif bila tidak ditemukan parasit pada 200
lapang pandang. Bila ditemukan parasit, pemeriksaan dilanjutkan dengan 100 lapangan pandang
sebelum diagnosa ditegakkan. Hal ini dilakukan untuk memastika ada tidaknya infeksi
campur. Sel-sel eritrosit terlihat tidak begitu jelas. Tampak mikrofilaria, bagian sistem
reproduksinya terlihat jelas. Dan terlihat Wuchereria bancrofti terkandung dalam sediaan darah.
Mikrofilaria terdapat pada darah untuk memperoleh nutrisi dari cairan limpa yang terdapat pada
darah. Struktur mikrofilaria terdiri kepala, badan dan ekor. Bagian kepala biasanya terdapat
selubung dan seolah-olah terdapat ruang pada bagian kepala. Identifikasi spesies mikrofilaria
dapat berdasarkan perbandingan lebar dan ruang kepala serta jumlah inti diujung ekor.
Pengujian Mutu Giemsa
Pengujian mutu giemsa perlu dilakukan karena giemsa adalah bahan yang penting.
Giemsa yang masih bagus dan masih bisa digunakan dengan baik, memberikan warna yang baik
pada sediaan darah. Apabila mutu giemsa sudah rusak, hasil pembuatan sediaan darah kurang
baik sehingga akan menyulitkan dalam pemeriksaan dan identifikasi parasit dalam sediaan darah.
Ada dua cara pengujian mutu Giemsa untuk mengetahui apakah Giemsa masih dapat digunakan:
a. Dilakukan pewarnaan pada 1-2 sediaan darah kemudian diperiksa dibawa mikroskop. Kalau
hasilnya sesuai dengan kriteria standar pewarnaan yang baik berarti larutan Giemsa masih bagus
dan dapat digunakan. Pengujian ini perlu dilakukan setiap kali akan melakukan pewarnaan
massal.
b. Dilakukan uji menggunakan kertas Whatman No.2 dan methanol. Langkah pertama kertas
diletakkan diatas gelas ukur agar bagian tengah tidak menyentuh sesuatu. Apabila tersentuh, akan
mengganggu penyerapan giemsa. Giemsa stock diteteskan sebanyak 1-2 tetes pada bagian tengah
kertas saring, ditunggu hingga meresap dan menyebar. Lalu ditetesi 3-4 methanol absolut
ditengah bulatan giemsa perlahan dengan jarak waktu beberapa detik sampai garis tengah giemsa
menjadi 5-7 cm, kemudian diamati perubahan warnanya.

Kesalahan pada Pembuatan Sedian Darah


Kesalahan-kesalahan yang sering dijumpai pada pembuatan sediaan darah antara lain:
a. Jumlah darah yang digunakan terlalu banyak, sehingga warna sediaan darah menjadi terlalu
gelap. Parasit pada sediaan darah tebal akan sulit dilihat karena banyaknya sel darah putih, pada
sediaan darah tipis banyak sel darah merah yang bertumpu satu sama lain, menyebabkan parasit
sulit terlihat seperti gambar dibawah ini:
Gambar 9. Sediaan darah yang jumlah komponen darahnya terlalu banyak.
Sel eritrosit saling bertumpu satu sama lain sehingga akan menyulitkan dalam pemeriksaan
plasmodium karena terhalang oleh sel-sel eritrosit tersebut
b. Jumlah darah yang digunakan terlalu sedikit, tidak memenuhi syarat yang diperlukan untuk
menyatakan bahwa sediaan darah tebal tersebut negatif seperti gambar dibawah ini
Gambar 10. Sediaan darah yang jumlah komponen darahnya terlalu sedikit.
Komponen darah yang terlihat sedikit sekali dan kemungkinan plasmodium sedikit sekali
terandung dalam sediaan darah, apabila keberadaan plasmodium yang terlalu sedikit akan
menghambat indentifikasi spesies maupun identifikasi stadium plasmodium dalam sediaan darah.
c. Sediaan darah yang berlemak dan kotor dapat menyulitkan pemeriksaan. Selain itu pada proses
pewarnaan, sebagian sediaan tebal dapat terlepas.
d. Ujung obyek gelas kedua yang bergerigi dan tidak rata atau terlalu tajam akan menyebabkan
penyebaran sediaan darah tipis tidak rata dan ujungnya tidak akan berbentuk lidah.
e. Sediaan darah tebal yang terletak diujung objek gelas, dapat menyulitkan pemeriksaan karena
posisi meja sediaan sudah maksimal (tidak dapat digeser).

Artefak pada Sediaan Darah


Artefak adalah sejumlah objek (benda-benda) yang gambarannya menyerupai parasit. Hal
ini dapat menimbulkan kesalahan dalam diagnosis parasit. Penyebab timbulnya artefak darah
sediaan darah dapat berasal dari sediaan darah yang tidak cepat diwarnai sehingga
terkontaminasi organisme lain. Kontaminasi lain dapat berasal dari lingkungan seperti debu yang
beterbangan dan menempel pada sediaan darah pada waktu pewarnaan. Artefak lain juga dapat
berasal dari penderita dan keadaaan slide yang kurang bersih.

daftar pustaka:
Adam, Syamsunir. 1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Colwell, D.D., F.D. Torres and D. Otranto. 2011. Vector-Borne Parasitic Zoonoses: Emerging Scenario
and New Perspectives. Veterinary Parasitology Elsevier Journal. 182 (2): 14-21
Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Jendral PP dan PL, Kementerian
Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria (Gebrak Malaria).
Gandahusada, Ilahude dan W. Pribadi. 1998. Parasitologi Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Indonesia
University Press
Garcia, L.S. dan D.A. Bruckner. 1996. Diagnosa Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hartanto, Huriawati. 1995. Resensi Ilmu Laboratorium Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Irianto, Koes. 2013. Parasitologi Medis. Bandung: Alfabeta
Natadisastra, Djaenudin dan R. Agoes. 2005. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau Dari Organ Tubuh
Yang Diserang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Widiyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya.
Jakarta: Erlangga.
http://yukinarindesu.blogspot.co.id/2015/09/pemeriksaan-darah-untuk-
diagnosis.html

Anda mungkin juga menyukai