Laporan Kasus Parotitis Pada Anak
Laporan Kasus Parotitis Pada Anak
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. M.Fadhil/ laki-laki/ 3 tahun 11 bulan
b. Pekerjaan/Pendidikan : Belum sekolah
c. Alamat : RT 02 kel.Arab Melayu, Seberang Kota Jambi
- Kondisi Lingkungan Keluarga : Pasien tinggal bersama ibu, ayah, 1 orang kakak,
1 orang adik, dan 1 orang neneknya. Ayah dan ibu sangat menyayangi pasien,
begitu juga nenek pasien sangat sayang dan perhatian terhadap pasien. Hubungan
ayah dan ibu pasien harmonis.
1
Pemeriksa bersama keluarga pasien pasien
Obat pasien
2
Kamar mandi
3
pasien mengatakan bahwa nafsu makan pasien juga berkurang dari biasanya
karena bengkak pada pipi kiri nya menyulitkan pasien untuk makan dan terasa
nyeri saat mengunyah. Sementara ini pasien masih dapat makan dan minum,
hanya saja kalau dipaksakan bahwa pasien mengalami muntah 1x, Hal seperti ini
juga dialami oleh kakak kandung pasien dan sepupunya, ketika pasien bermain
ke rumah sepupunya 2 hari yang lalu, sepulang dari sana pasien mengeluh
demam kemudian disusul dengan bengkak pada kedua pipinya. mimisan (-),
bercak-bercak kemerahan (-), minum baik. BAK (+). tidak ada gusi yang bengak
atau gigi yang berlubang (-), dan pasien juga tidak mengalami trauma pada
daerah yang bengkak.
4
6. Pernafasan : 22x/menit
7. Suhu : 36,4 0 C
8. TD :-
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
2. Mata Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa : jernih
3. Telinga : sekret (-/-), pendengaran menurun (-/-)
4. Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-),
deformitas hidung (-)
5. Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
6. Leher : pembesaran KGB (-), struma (-)
7. Thorak
Jantung : BJ I/II reguler normal, bising jantung (-)
Paru : Vesikuler +/+, ronki (-/-),wheezing (-/-)
8. Abdomen : datar, Supel, Nyeri tekan (-), defense muscular (-) Bising usus +
normal, timpani (+)
9. Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
10. Kulit : turgor kulit baik. Hangat (+), CRT < 2 detik
Status lokalis:
Terdapat massa dengan diameter sebesar 4-7 cm, bentuk bulat oval, konsistensi
lunak, batas tegas, kemerahan (-) dan tidak hangat saat dipegang, tidak ada pus. Nyeri
tekan (+)
5
Darah Rutin, pada infeksi virus biasnya akan menunjukkan lekopenia,
tetapi jika terdapat infeksi sekunder dan parotitis supuratif yang disertai
pus, maka didapatkan leukositosis.
Kultur jaringan untuk menetukan penyebab infeksi dan respon
keberhasilan pengobatan yang telah diberikan.
FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) untuk membedakan adanya
tumor parotis atau neoplasma.
12. Diagnosis kerja
Parotitis epidemika sinistra ec.infeksi Viral (B.26.9)
1. Manajemen
a. Promotif
Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya dan cara
penularannya.
Menyarankan pasien untuk beristirahat.
Menyarankan pasien makan makanan yang bergizi dan teratur
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat sembuh
sendiri.
Memberikan edukasi kepada keluarga pasien akan pentingnya
imunisasi MMR dimana imunisasi berperan untuk membentuk
antibody dan kekebalan tubuh.
b. Preventif
Imunisasi MMR
Hindari kontak dengan pasien parotitis
Menjaga higienitas, dan kebersihan personal
Menggunakan alat pelindung diri seperti masker untuk menghindari
droplet
c. Kuratif
Non Farmakologi
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang
bergizi dan beristirahat yang cukup
Diet lunak 1.200kkal dan cairan yang cukup
6
Kompres dengan air dingin dan air hangat selang-seling pada
parotitis
Farmakologi
R/ R/
7
Pro : An. M.F/ 3 tahun 11 bulan Pro : An. M.F/ 3 tahun 11 bulan
Alamat : RT 02 Arab Melayu Alamat : RT 02 Arab Melayu
22 April 2015
R/
8
Obat tradisional
Ramuan Daun Tapak Dara: 1 genggam daun tapak dara, ditumbuk halus lalu
ditempelkan pada gondongan. Penderita penyakit gondongan sebaiknya
menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak
bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak.
5 gram adas, 10 gram kencur, 20 gram kunyit, 10 gram temu ireng, 20 gram
temulawak, 10 gram Tapak Dara. Cara Membuat : Cuci bersih bahan.kemudian
masukkan dalam panci enamel/kuali tanah takaran 3 gelas air. rebus jadikan 1/2 nya.
Saring minum pagi dan malam hari. Jika pada jaman dahulu penderita gondongan
diberikan blau (warna biru untuk mencuci pakaian), sebenarnya itu secara klinis tidak
ada hubungannya. Kemungkinan besar hanya agar anak yang terkena penyakit
Gondongan ini malu jika main keluar dengan wajah belepotan blau, sehingga
harapannya anak tersebut istirahat dirumah yang cukup untuk membantu proses
kesembuhan.
d. Rehabilitatif
Meningkatkan daya tahan tubuh.
Mengatur pola makan dengan gizi seimbang
Minum obat sesuai anjuran dan teratur.
Jika sakit semakin bertambah berat, maka segera ke RS
PROGNOSIS
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Parotitis epidemika ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar
ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran
kelenjar ludah terutama kelenjar parotitis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan
berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Menyerang pada
anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).1,2,3
2.2. Epidemiologi
Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban.Virus
menyebar melalui kontak langsung melalui droplet, air ludah, muntah yang
bercampur dengan saliva, dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya
imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas. Parotitis merupakan penyakit endemik
pada komunitas besar, dan menjadi endemik setiap kurang lebih 7 tahun. Relatif jarang
terjadi epidemi, terbatas pada kelompok yang berhubungan erat, yang hidup dalam
rumah, perkemahan, barak-barak tentara, atau sekolah.terjadi pada anak berusia 5-9
tahun. terutama Ada penurunan insiden sejak pengenalan vaksin parotitis epidemika
pada tahun 1968. Dalam setahun, parotitis banyak terjadi pada musim dingin. Golongan
umur yang terkena 5-15 tahun. Juga ditemukan pada usia dibawah 30 tahun.
Parotitis kadang juga terjadi pada usia dibawah 4 tahun dan diatas 40 tahun. Namun
meskipun demikian, pada daerah yang terisolasi atau daerah yang tidak ada sejarah
pernah endemik parotitis ditemukan kejadian parotitis pada usia/dibawah 1 tahun
sebesar 17% dan umur 3 4 tahun sebesar 70%-80%. Gender juga berpengaruh
terhadap angka kejadian parotitis. Laki-laki lebih sering terkena parotitis dibandingkan
perempuan.3,4
2.3. Etiologi
10
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group paramyxovirus,
yang juga termasuk di dalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle
disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 300 m.4,5,6 Virus mumps
merupakan virus ribonucleic acid (RNA) rantai tunggal yang termasuk dalam genus
paramyxovirus, dan merupakan salah satu virus parainfluenza dengan manusia sebagai
satu-satunya inang (host). Virus mumps mudah menular melalui droplet, kontak
langsung, air liur, dan urin.6 Infeksi parotitis epidemika ditandai dengan gejala
prodromal berupa demam, nyeri kepala, nafsu makan menurun selama 3-4 hari, yang
diikuti peradangan kelenjar parotis (parotitis) dalam waktu 48 jam dan dapat
berlangsung selama 7-10 hari. Penularan terjadi 24 jam sebelum sampai 3 hari setelah
terlihatnya pembengkakan kelenjar parotis.5,6
Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu :
antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V
yang berasal dari hemaglutinin permukaan (2) Virus ini aktif dalam lingkungan yang
kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan.
Paramyxovirus dapat hancur pada suhu < 4 C, oleh formalin, eter, serta pemaparan
cahaya ultraviolet selama 30 detik.
2.4. Patogenesis
Masa inkubasi 15 sampai 25 hari kemudian virus bereplikasi di dalam traktus
respiratorius atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui
aliran darah ke organ-organ lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara,
thyroidea, jantung, hati, ginjal, dan saraf otak. Setelah masuk melalui saluran respirasi,
virus mulai melakukan multiplikasi atau memperbanyak diri dalam sel epithel saluran
nafas. Virus kemudian menuju ke banyak jaringan serta menuju ke kelenjar ludah
dan parotis. Bila testis terkena maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel
tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis
jaringan. Adenitis kelenjar liur merupakan manifestasi dari viremia awal. Viruria
biasanya terjadi, dan disertai oleh gangguan ginjal.4
11
Masa inkubasi berkisar antara 14 - 25 hari, dengan puncak pada 17 -18 hari dan
rata-rata selama 18 hari. Batasan paling lama untuk masa inkubasi yaitu 8 sampi 30 hari.
Pada anak, manifestasi prodormal jarang tetapi mungkin bersama dengan demam,
nyeri otot (terutama pada leher), nyeri kepala, anorexia, dan malaise. Suhu tubuh
biasanya naik sampai 38,5 39,50C, kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotitis
yang mula-mula unilateral tetapi kemudian bilateral. Pembengkakan tersebut terasa
nyeri baik spontan maupun pada perabaan, terlebih-lebih jika penderita makan atau
minum sesuatu yang asam, ini merupakan gejala khas untuk penyakit parotitis
epidemika. Ciri khas lain adalah kelenjar parotitis membengkak sampai kebelakang.
Pembengkakan dapat terjadi dengan cepat biasanya puncaknya pada 1-3 hari dan
pembengkakan menghilang dalam satu minggu setelah pembengkakan maksimal.
Pembengkakan jaringan mendorong lobus telinga keatas dan keluar dari sudut
mandibula tidak lagi dapat dilihat. Kulit di atas kelenjar yang membengakak tidak
hangat atau eritem, berlawanan dengan tanda yang ditemukan pada parotitis
bakteri. Pembengkakan perlahan-lahan menghilang dalam 8-10 hari. Satu kelenjar
parotis biasanya membengkak sehari atau dua hari sebelum yang lain, tetapi lazimnya
pembengkakan terbatas pada satu kelenjar.7,8
2. Klinis
Panas ringan sampai tinggi (38,5 39,5)C
Keluhan nyeri didaerah parotis satu atau dikedua belah fihak
disertai pembesaran
Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia dan rasa
malas.
12
Kontak dengan penderita kurang lebih 2-3 minggu sebelumnya (masa inkubasi
14-24 hari).
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak aktif sampai
sakit berat.
Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan mastoid).
13
Darah rutin.
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia
ringan dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan
leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.
Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung
dengan pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang
lebih 2 minggu.
Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya
infeksi virus, yaitu: Hemaglutination inhibition (HI) test, Neutralization (NT) test
Pemeriksaan Virologi
Tes imunofluoresein untuk mendeteksi antibody dalam darah.
2.9 Pengobatan
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilangsendiri)
yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik
bagi infeksi virus Mumps oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya
simptomatis dan suportif.
1. Penderita rawat jalan.
Penderita baru dapat dirawat jalan bila : tidak ada komplikasi, keadaan
umum cukup baik.
a. Istirahat yang cukup
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Medikamentosa
Analgetik-antipiretik bila perlu : metampiron : anak > 6 bulan 250 500
mg/hari maksimum 2 g/hari, parasetamol : 10-15 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
dosis.
14
a. Encephalitis, simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna
untuk mengurangi sakit kepala.
b. Orkhitis, istrahat yang cukup pemberian analgetik - sistemik kortikosteroid
(hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral,selama 2-4 hari.(1,4,6,8)
2. 10. Komplikasi
1. Meningoensepalitis.
Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan kelenjar parotis.
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan,yang
kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi
(hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak.
Meningoencepalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dengan
meningitis sebab lain, ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan
lain biasanya normal. Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukan tekanan yang
meninggi, pemeriksaan Nonne dan Pandy positif, jumlah sel terutama limfosit
meningkat, kadar protein meninggi, glukosa dan Cairan cerebrospinal baisanya
berisi sel kurang dari 500 sel/mm walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat
melebihi 2.000. Selnyahampir selalu limfosit, berbeda dengan meningitis aseptik
enterovirus dimana leukosit polimorfonuklear sering mendominasi pada
awal penyakit.
2. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah
(1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan
pendengaran mungkin sementara atau permanen.
3. Orkitis
Komplikasi dari parotitis dapat berupa orkitis yang dapat terjadi pada masa setelah
puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian
bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi dengan
atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil.
Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini
dapat berlangsung dalam 3-14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri
dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4
15
hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas
diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.
4. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita
pasca pubertas.
5. Pankreatitis
Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis. Biasanya
gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi,
menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat mumps. Manifestasi
klinisnya sering menyerupai gejala-gejala gastroenteritis sehingga kadang diagnosis
dikelirukan dengangastroenteritis. Pankreatitis ringan dan asimptomatik mungkin
terdapat lebih sering (sampai 40% kasus), terjadi pada akhir minggu pertama.
6. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita danviruria
terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum diketahui.
Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis ringan
dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan
kelainan pada ginjal.
7. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada
umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya
antibodi antitiroid pada penderita.
8. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan
miokardium mungkin lebih sering dari pada yang diketahui. Miokarditis ringan
dapat terjadi dan muncul 5 10 hari pada parotitis.. Gambaran
elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau
inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan
bising sistolik.
9. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan pembengkakan
dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain yang
jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang sering kali
16
berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1 sampai 2 minggu setelah
berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkenaadalah sendi besar khususnya
paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1 sampai 12 minggu dan sembuh
sempurna.
2.11. Prognosis
Parotitis merupakan penyakit self-limited, dapat sembuh sendiri.
Prognosis parotitis adalah baik, dapat sembuh spontan dan komplit serta
jarang berlanjut menjadi kronis. Sterilitas karena orkhitis jarang terjadi.
2.12. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif
dan imunisasi aktif.
1) Pasif.
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi
komplikasi.
2) Aktif.
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang
hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme)
diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan. Vaksin ini tidak
17
menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan
tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama
vaksin campak dan rubella. Pemberian vaksinasi dengan virus mumps, sangat
efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi mumps
padaindividu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15
sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan
tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis
atau vaksinasi variola yang diberikan serentak. Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1
tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas
terhadap komponenvaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan
keganasan; limfoma;sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti
metabolit; sedangmendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah
infeksi bila diberikansetelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi
penggunaan vaksinMumps dalam situasi ini.6
BAB IV
ANALISA KASUS
18
nyeri saat mengunyah. Sementara ini pasien masih dapat makan dan minum, hanya saja
kalau dipaksakan bahwa pasien mengalami muntah 1x, Hal seperti ini juga dialami oleh
kakak kandung pasien dan sepupunya, ketika pasien bermain ke rumah sepupunya 2
hari yang lalu, sepulang dari sana pasien mengeluh demam kemudian disusul dengan
bengkak pada pipinya. mimisan (-), bercak-bercak kemerahan (-), minum baik. BAK
(+). tidak ada gusi yang bengak atau gigi yang berlubang (-), dan pasien juga tidak
mengalami trauma pada daerah yang bengkak.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Status lokalis: pada Regio angulus
mandibula sinistra terdapat massa dengan diameter sebesar 4-5 cm, bentuk bulat oval,
konsistensi lunak, batas tegas, kemerahan (-) dan tidak hangat saat dipegang, tidak ada
pus. Nyeri tekan (+).
Adapun faktor risiko yang menyebabkan penularan parotitis pada pasien ini
adalah adanya kontak antara pasien terhadap penderita parotitis, yaitu sekitar 2 hari
sebelum demam, pasien bermain ke rumah saudara sepupunya ditambah lagi adanya
kontak terhadap kakak kandung pasien sendiri yang saat itu sudah hampir 7 hari
menderita parotitis. Sebagaimana yang telah dipaparkan berdasarakan tinjauan pustaka,
bahwa penulan parotitis terjadi melalui droplet, kontak langsung, air liur, dan urin. Dan
air ludah, yang masuk ke saluran respiratorius dan virus mulai bermultiplikasi di epitel
saluran pernapasan yang kemudian menuju banyak jaringan dan menuju kelenjar
parotis.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan faktor risiko penularan penyakit.
19
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan
sekitar.
Kakak pasien yang masih berusia 6 tahun senang sekali bermain dan bercanda tawa
dengan pasien sehingga mempermudah kontak penularan parotitis terhadap pasien.
Ibu pasien juga tidak tahu bahwa virus parotitis ini akan menular lewat droplet
sehingga ibu tidak membatasi anaknya untuk tidak kontak terhadap penderita
parotitis. Ibu juga tidak memakaikan masker terhadap anaknya yang menderita
parotitis.
d. Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
ini.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, maka pasien tertular penyakit ini dari kakak
kandung pasien dan saudara sepupu pasien yang 2 hari sebelumnya dikunjungi
pasien.
Pasien belum pernah mendapat imunisasi MMR dan pasien juga belum pernah
menderita penyakit parotitis, sehingga pasien belum mempunyai imunitas
terhadap penyakit parotitis ini. Sehingga besar kemungkinan pasien untuk
tertular penyakit parotitis.
Untuk mengurangi paparan dan memutus faktor risiko atau etiologi parotitis pada
pasien ini, maka pasien harus dijauhkan dari penderita parotitis dan orang-orang di
sekitarnya sehingga dapat memutus rantai penularan parotitis, baik antara pasien
terhadap orang lain, maupun antara penderita parotitis dengan pasien sendiri. Sebaiknya
penderita parotitis menggunakan masker agar tidak mudah terjadinya penyebaran
droplet, kemudian bagi orang-orang di sekitarnya yang belum mendapat vaksinasi
MMR, maka dianjurkan untuk segera mendapatkan vaksin MMR agar mempunyai
imunitas terhadap parotitis. Meningkatkan kekebalan tubuh dengan makan makanan
20
yang bergizi seimbang dan pola hidup yang sehat sehingga tidak mudah terserang
penyakit.6,7
MANAJEMEN :
a) Promotif :
Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya dan cara penularannya.
Menyarankan pasien untuk beristirahat yang cukup.
Menyarankan pasien makan makan bergizi seimbang dan menerapkan pola
hidup sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat sembuh sendiri.
b) Preventif :
Imunisasi MMR
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan secara aktif dengan pemberian vaksin
parotitis merupakan bagian imunisasi rutin bagi kanak-kanak. Vaksin Mumps
biasanya terdapat dalam bentuk kombinasi dengan Campak dan Rubella
(MMR) yang disuntikkan melalui otot paha atau lengan atas. Vaksinasi
memberikan perlindungan yang bagus sekali paling sedikit 4 tahun.
Hindari kontak dengan pasien parotitis
21
Menggunakan alat pelindung diri seperti masker untuk mencegah penyebaran
droplet.
c) Kuratif :
Non-medikamentosa :
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi
Beristirahat yang cukup untuk mengurangi nyeri dan memulihkan daya
tahan tubuh
Daerah pipi dan leher dikompres dengan air dingin dan air hangat secara
bergantian.
Diet lunak 1.200 kkal untuk membantu memulihkan daya tahan tubuh dan
sediaan lunak diberikan agar pasien tidak kesulitan untuk mengunyah
makanan karena nyeri.
Medikamentosa :
Antipiretik-analgetik: Parasetamol syrup 3x120 mg/5 ml bila demam
selama 3 hari @ 1 sendok teh.
Roboransia : Vitamin C 3 x 25 mg, 3 kali tablet selama 3 hari.
Anti histamine: Chlorpheniramin maleat 3 x 2 mg per hari diberikan
selama 3 hari, memnyebakan kantuk yang membuat anak menjadi
tidur dan beristirahat
Anti viral; acyclovir 3 x 150 mg (PO: pulverest)
d) Rehabilitatif
Mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk mempercepat pemulihan
daya tahan tubuh.
Secara keseluruhan berdasarkan teori yang penulis baca maka diagnosis dan
terapi yang diberikan pada pasien ini sudah tepat.
.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson. Buku Ajar Ilmu Kesahatan Anak. (book online) diakses (tanggal 22
April 2015. Diunduh dari URL :// http://books.google.co.id/books?
id=5EPWABOw9TYC&pg=PA1076&dq=parotitis&hl=id&sa=X&ei=_Bk9VN
GoM4OgugS364HgBQ&ved=0CCcQ6AEwAQ#v=onepage&q=parotitis&f=fals
e
2. Ayu DS. Parotitis Epidemika. (serial online). Diakses (tanggal 22 April 2015).
Diunduh dari : URL: https://www.scribd.com/doc/216591507/makalah-parotitis
3. Rahman M. Parotitis. (serial online). Diakses (tanggal 22 April 2015) Diunduh
dari URL:// http://www.scribd.com/doc/76304517/47453475-PAROTITIS
4. Erwanto. Penatalaksanaan Mumps. (serial online). Diakses (tanggal 22 April
2015). Diunduh dari: URL:// http://www.jacinetwork.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=73:gondongan-
mumps&catid=45:immunization-vaccination&Itemid=70
5. Jones. Parotitis rekuren pada Anak. (serial online). Diakses (tanggal 22 April
2015). Diunduh dari URL:// :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1988676/pdf/archdisch01408-
0024.pdf
6. Ranuh GNGI, Suyitno H, et al. Campak, gondongan dan rubella dalam Pedoman
Imunisasi Di Indonesia. Edisi keempat. Jakarta: Ikatan dokter anak Indonesia.
2011. P.353-61
7. Pudjijadi STM, Hadinegoro STS. Orktis Pada Infeksi Parotitis Epidemika:
Laporan Kasus. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1, Juni 2009 .Diakses (tanggal 22
April 2015). Diunduh dari URL:// http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-1-8.pdf
8. Templer WJ, Meyer DA et al. parotitis. Diunduh dari URL://
http://emedicine.medscape.com/article/882461-overview pada tanggal 22 April
2015.
23
9. Sri Weli Teguh Pujo Sakti. Parotitis epidemika. 2015. Serial online. Diunduh
dari URL:// http://elixir38.student.unej.ac.id/index.php/informasi-
kesehatan/tht/parotitis-epidemika/ pada tanggal 22 April 2015.
24