Anda di halaman 1dari 123

Jurnal Ultima Humaniora, September 2013 Vol.

I, Nomor 2
ISSN 2302-5719

Ultima Humaniora merupakan gabungan dua konsep kunci yaitu Ultima yang berarti dalam, berbobot,
bernilai dan Humaniora (Latin) yang berarti ilmu-ilmu pengetahuan yang dianggap bertujuan
membuat manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya. Secara umum, yang tergolong dalam rumpun
ilmu humaniora adalah: Teologi, Filsafat, Hukum, Sejarah, Filologi, Bahasa, Budaya & Linguistik (Kajian
bahasa), Kesusastraan, Kesenian, dan Psikologi.

Jurnal Ultima Humaniora merupakan jurnal ilmiah interdisipliner yang menghimpun gagasan dan riset
terkini di bidang Pancasila, kewarganegaraan, religiositas (agama), bahasa Indonesia, bahasa Inggris
sebagai bahasa asing (EFL), pengembangan metode belajar serta mengajar yang efektif di Perguruan
Tinggi, kepemimpinan dan kewirausahaan. Jurnal ini diterbitkan Universitas Multimedia Nusantara,
di bawah kordinasi Departemen Mata Kuliah Umum (MKU), secara semi-annual atau dua kali dalam
setahun, yaitu pada Februari dan Agustus.

Redaksi mengundang para akademisi, pengamat, praktisi, dan siapapun yang berminat untuk
menyumbangkan tulisan mengenai topik umum rumpun ilmu humaniora maupun topik khusus Jurnal
Ultima Humaniora. Artikel yang dimuat dalam Jurnal Ultima Humaniora tidak selalu mencerminkan
pandangan/pendapat redaksi.

SUSUNAN REDAKSI

Pelindung : Dr. Ninok Leksono


Penanggungjawab : Dr.rer.nat P.Y. Topo Suprihadi, Dipl.-Phys
Pemimpin Umum : Dr. Ir. P. M. Winarno, M. Kom.
Mitra Bestari : Dr. Francisco Budi Hardiman (STF Driyarkara),
Dr. Arqom Kuswanjono (Universitas Gadjah Mada),
Timothy Mc Kinnon (American Institute for Indonesian Studies)
Ketua Dewan Redaksi : Hendar Putranto, M. Hum.
Dewan Redaksi : Niknik Kuntarto, M. Hum., Johannes Langgar Billy, M. M.,
M. V. Santi Hendrawati, M. Hum., Qusthan Firdaus, M. A.
Tata Usaha : Yulius Aris, M. Fil., Alexander Aur, M. Hum.
Sirkulasi dan Distribusi : Sularmin
Keuangan : I Made Gede Suteja, S. E., Regina Fika , S. E.

Alamat Redaksi Jurnal Ultima Humaniora:


UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA (UMN)
Gedung Rektorat Lantai 2
Jalan Boulevard Gading Serpong, Desa Curug Sangereng,
Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten 15333
Telp + 6221 5422 0808 ext. 2510; Faks: (021) 5422 0800

00-daftarisi.indd 1 11/16/2013 9:33:21 AM


ii Daftar Isi Vol I, 2013

DAFTAR ISI
Volume I, Nomor 2

Pengantar Redaksi ............................................................................................................ iii

Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts: Mapping the problems


QUSTHAN FIRDAUS................................................................................................ 110

Diskursus Local Wisdom: Sebuah Peninjauan Persoalan-persoalan


JIMMY JENIARTO..................................................................................................... 124

Posfenomenologi Ruangcyber: Menelaah Realitas Visual Internet dan


Konsep Ruangcyber dalam Ilmu Antropologi
BUDI HARTANTO.................................................................................................... 137

Kritik terhadap Bisnis Nafsu di Jagat Internet: Memaknai Ulang Cinta dan
Seksualitas Manusia di Era New Media
ALEXANDER AUR.................................................................................................... 149

Berladang dan Kearifan Lokal Manusia Dayak


R. MASRI SAREB PUTRA......................................................................................... 160

Demokrasi dan Kekuasaan dalam Pandangan Hidup Orang Jawa


ARYANING ARYA KRESNA.................................................................................... 169

Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode Partisipatoris


Berbasis Imajinasi Rekonstruktif
HENDAR PUTRANTO............................................................................................. 180

Videografi sebagai Sarana Pembelajaran


OSCAR JAYANAGARA............................................................................................ 192

Does Education Empower the Indonesian Women?


ARIF ROHMAN......................................................................................................... 212

[Resensi Buku What Money Cant Buy (The Moral Limits of Markets)
karya Michael J Sandel, 2012] Ketika Pasar Mencampakkan Moral
ARIF SUSANTO......................................................................................................... 218

00-daftarisi.indd 2 11/16/2013 9:33:21 AM


Pengantar Redaksi iii

KATA PENGANTAR

Salam kemanusiaan!
Sidang pembaca yang budiman, edisi kedua Jurnal Ultima Humaniora akhirnya
kembali hadir mengunjungi halaman intelektual Anda di paruh kedua tahun 2013 ini.
Edisi kedua menampilkan sembilan artikel panjang dan sebuah resensi buku. Enam ar-
tikel pertama membahas tema sentral edisi ini (Local Wisdom dalam era New Media,)
dan dua artikel berikutnya membahas tema-tema yang menjadi fokus kajian jurnal, yaitu
soal Pancasila dan Kewarganegaraan serta soal (pengayaan) metode pembelajaran. Ar-
tikel terakhir membahas soal wacana dan kebijakan pemberdayaan perempuan ditinjau
dari khasanah budaya Jawa. Resensi buku mengulas karya filsuf politik kenamaan dari
Amerika Serikat, Michael J Sandel, berjudul What Money Cant Buy (The Moral Limits of
Market), terbitan 2012.
Wacana tentang local wisdom dalam era New Media tidak bisa dipisahkan dari kon-
teks dan Lebenswelt budaya. Culture matters, itu sudah jelas dengan sendirinya. Kebenaran
ini tidak hanya berlaku di masa lalu, namun juga di masa sekarang. Di tengah kepungan
dan terpaan globalisasi, manusia dalam lokalitas dan temporalitasnya justru mencoba
mencari jenis-jenis maupun sumber-sumber pemaknaan budaya yang baru, yang pada
gilirannya dapat (a) menjadi benteng dari proses alienasi dan nihilisme, (b) membuahkan
pelbagai local wisdom yang tidak hanya merupakan kulminasi serta kristalisasi pengala-
man dan refleksi manusia (dalam kelompok serta komunitasnya), namun juga rujukan
identitas terkini yang memberikan kepada manusia keberakarannya dalam dimensi ru-
ang dan waktu yang spesifik. Prinsip universalitas serta abstraksi modern sudah mulai
banyak ditinggalkan, sejauh itu menyangkut nilai, budaya, dan praksis kebijaksanaan
yang mengalir daripadanya. Baik itu dalam dunia industri, periklanan, media, pariwisa-
ta, ekonomi, pendidikan, dan lainnya, kita menyaksikan gejala kembalinya pada yang
lokal, yang temporal, yang spesifik. Contoh: Rosa dalam iklan extra joss, gak ada lo
gak rame versi iklan rokok, terapi herbal khas daerah-daerah tertentu, menjamurnya
wisata kuliner, industri kreatif berbasis budaya, dst.
Amat disayangkan jika local wisdom yang melimpah ruah dalam ruang-waktu budaya
Nusantara ini---yang sayangnya belum terlalu banyak digali potensi-potensinya maupun
ditransformasi ke dalam bentuk-bentuk yang lebih berterima--- diaprosiasi dan dikapi-
talisasi oleh subjek dan pelaku asing (foreign subjects and agents) sebagai eufemisme dari
istilah: penjajahan budaya.
Pertanyaannya: Bagaimana kita mau memetakan gugus persoalan di atas dalam kon-
teks kajian ilmu-ilmu humaniora? Sejauh mana Media Baru sudah menyumbangkan
sesuatu untuk pelestarian dan pengalih-generasian local wisdom (atau justru keberadaan

00-daftarisi.indd 3 11/16/2013 9:33:21 AM


iv Pengantar Redaksi Vol I, 2013

mereka mempercepat kepunahannya)? Bagaimanakah pro dan kontra mentasnya era


Media Baru---dalam arti interseksi konten, teknologi, industri, dan masyarakat seperti
digambarkan Prof. Henry Jenkins dalam bukunya Convergence Culture: Where Old and
New Media Collide (2006)--- sejauh menyangkut keberadaan dan pengadaan kembali (re-
packaging) local wisdom dalam hidup kita sehari-hari?
Enam artikel utama yang dimuat dalam jurnal Ultima Humaniora edisi kedua ini men-
coba menjawab pertanyaan-pertanyaan kunci di atas sekaligus membahas tema sentral
edisi kali ini dengan menggunakan sejumlah pendekatan maupun sudut pembahasan.
Dua artikel pertama membahas secara konseptual istilah local wisdom. Qusthan Firdaus
dalam Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts: Mapping the problems memeta-
kan secara konseptual sejumlah problematika yang muncul ketika kita menggunakan
istilah local wisdom. Secara filosofis dan teliti, Qusthan membangun argumen bahwa
ekspresi local wisdom sebaiknya diakhiri karena ia tidak jernih. Persoalan pemetaan
local wisdom bisa menjadi rancu khususnya ketika kita akan (1) memaknainya dengan
baik; (2) membedakannya sebagai types atau tokens; (3) menanganinya sebagai properti;
(4) mengapropriasinya; dan (5) menjustifikasinya. Alih-alih menggunakan istilah local
wisdom yang kabur dan serba tak pasti, Qusthan mengusulkan penggunaan istilah local
thoughts yang lebih memadai dan kokoh, baik secara filosofis abstrak maupun praksis
kontekstual. Sementara itu, masih berkutat di aras abstrak teoretis, Jimmy Jeniarto juga
mempersoalkan istilah local wisdom. Baginya, diandaikan terdapat dua pemaknaan Local
Wisdom. Pertama, Local Wisdom yang dimaknai sebagai pengetahuan warisan leluhur
yang diturunkan melalui tradisi dan bersifat permanen di dalam berbagai era. Kedua,
Local Wisdom yang dimaknai sebagai pengetahuan lokal yang merupakan hasil dari ke-
cerdasan lokal dalam menghadapi persoalan hidup yang sifatnya senantiasa berubah se-
suai lingkungan jaman. Pengetahuan ini bersifat kontekstual di dalam ruang dan waktu
yang berbeda. Dalam dialektika antara dua pendekatan dan pemaknaan inilah Jimmy
Jeniarto menyoroti paradoks penggunaan istilah Local Wisdom serta sejumlah skenario
yang mungkin terjadi jika persaingan di antara para Local Wisdoms bisa saja mengarah
pada upaya dominasi oleh satu ide tunggal.
Sementara itu, empat artikel utama berikutnya mencoba melihat secara jeli praksis
penggunaan istilah local wisdom dalam (1) posfenomenologi Ruangcyber untuk menggu-
gat sekaligus membaharui realitas yang termediasi, di mana dua porosnya yaitu bahwa
relasi manusia dan teknologi informasi mentransformasikan pengalaman manusia ten-
tang dunianya dan mencipta realitas yang terkoneksi dan terdomestikasi sekaligus bah-
wa refleksi tentang teknologi internet sebagai perangkat hermeneutis dalam kaitannya
dengan dinamika perubahan dunia aktual dan virtual penting untuk diketahui (tulisan
Budi Hartanto), (2) bisnis nafsu di dunia maya serta kritik atasnya terkait dengan pema-
haman yang lebih mendalam dan luhur soal cinta dan seksualitas dengan mengambil in-
spirasi dari pemikiran Jean-Luc Marion yang menegaskan kebenaran eksistensial bahwa
seks di jagat internet adalah seks yang terlucut dari diri manusia, seks yang mekanistik,
seks tanpa humanitas, seks tanpa cinta, dan sebab itulah kita diingatkan agar memu-
lihkan kembali seks dengan mengembalikan seks pada seksualitas (tulisan Alexander
Aur), (3) aktivitas berladang dan kearifan lokal manusia Dayak yang menyingkap makna

00-daftarisi.indd 4 11/16/2013 9:33:21 AM


Pengantar Redaksi v

spiritual gawai dan sistem (budaya) berladang berpindah-pindah yang dilakukan suku
Dayak tradisional yang mencuatkan kearifan lokal dan keselarasan dengan alam dengan
cara tidak merusak alam dan lingkungan hidup (tulisan R. Masri Sareb Putra), dan (4)
Demokrasi dan Kekuasaan dalam Pandangan Hidup Orang Jawa yang menggarisbawahi
pentingnya sejumlah konsep kunci orang Jawa berikut ini seperti primbon, olah rasa, wahyu
ratu dan wangsit, tapa pepe, gentho dan balai desa (tulisan Aryaning Arya Kresna).
Dua artikel setelahnya berbicara tentang metode pengajaran di tingkat Perguruan
Tinggi. Hendar Putranto membahas soal perlunya mengembangkan dan memperkaya
metode pengajaran Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai mata kuliah wajib di Pergu-
ruan Tinggi. Penggunaan metode partisipatoris berbasis imajinasi rekonstruktif---terin-
spirasi pemikiran Giambattista Vico tentang reconstructive fantasia dalam Nuova Scienza---
guna memahami pengetahuan sejarah supaya lebih aktual dan relevan (misalnya: tentang
kontroversi perumusan Naskah Pancasila, tentang Ideologi Pancasila) merupakan usul
an yang pantas dicoba untuk melengkapi model Taksonomi Bloom yang berfokus pada
pengembangan dimensi kognitif, afektif dan motorik siswa didik. Artikel yang ditulis
Oscar Jayanagara membahas tentang videografi sebagai ilmu sekaligus sarana pembe-
lajaran secara mendetil berbasiskan pengalaman penulis yang sudah teruji di lapangan.
Dengan telaah atas video Jalan Sesama dan Sesame Street, Oscar memberikan bukti
nyata bagaimana videografi tidak hanya mampu meraih target audiens penayangan di
layar kaca secara signifikan namun juga menjadi cetak biru dari videografi sebagai sa-
rana pembelajaran baik di tingkat dasar maupun lanjut.
Artikel berjudul Does Education Empower the Indonesian Women? yang ditulis
Arif Rohman dilatarbelakangi sejarah kampanye aktivis perempuan melawan budaya
patriarki di era 1960-an. Kampanye yang bertujuan untuk mencapai pemenuhan hak-
hak perempuan dalam aspek hukum, politik dan sosial ini bergayung-sambut dalam
konteks keindonesiaan kini. Dengan menggunakan budaya Jawa sebagai kasus, artikel
ini mendiskusikan kemungkinan positif di mana pendidikan berdampak terhadap pem-
berdayaan perempuan sekaligus identifikasi atas faktor-faktor yang menghambat pen-
didikan pemberdayaan perempuan di Indonesia.
Jurnal Ultima Humaniora ditutup dengan sebuah tulisan Arif Susanto mengenai re-
sensi buku baru (terbitan 2012) karya Michael J. Sandel yang berjudul What Money Cant
Buy (The Moral Limits of Markets). Buku ini membahas kecenderungan totalisasi nalar
pasar yang menempatkan segalanya sebagai komoditas. Totalisasi nalar pasar ini digugat
Sandel yang lalu memperkenalkan pertimbangan moral pada apa yang diperjual-belikan
di mana transaksi bukan semata persoalan utilisasi secara maksimal segi keuntungan
dan manfaat, melainkan juga soal keadilan dan kepatutan moral. Hanya dengan me-
masukkan pertimbangan moral dan keadilanlah kita mampu menghindar dari sergapan
masyarakat pasar, yang berupaya menelan seluruh relasi sosial dalam kemasan pasar.
Kencangkan ikat pinggang nalar Anda agar dapat (lebih) menikmati sajian artikel
yang berbobot dalam Jurnal Ultima Humaniora edisi kedua ini.
Tabik!

00-daftarisi.indd 5 11/16/2013 9:33:21 AM


00-daftarisi.indd 6 11/16/2013 9:33:21 AM
Jurnal Ultima Humaniora, September 2013, hal 1-14 Vol. I, Nomor 2
ISSN 2302-5719

Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts:


Mapping the problems

QUSTHAN FIRDAUS
Lecturer on Citizenship, Creative and Critical Thinking Course
Universitas Multimedia Nusantara

Scientia Garden, Jl. Boulevard Gading Serpong Tangerang Banten


Telepon: (021) 54220808
Surel: qusthan.abqary@gmail.com

Diterima: 21 Agustus 2013


Disetujui: 9 September 2013

ABSTRAK

Local wisdom biasanya diterima begitu saja oleh sebagian orang Indonesia sebagai hal yang
jelas dan jernih. Orang secara semena-mena mengarahkannya pada berbagai macam objek dan
mengaburkan perbedaan antara objek kongkret dengan objek abstrak. Artikel ini berusaha meme-
takan local wisdomsebagai dirinya sendiri. Persoalan pemetaan local wisdomboleh jadi rancu
khususnya ketika kita akan (1) memaknainya dengan baik; (2) membedakannya sebagai types
atautokens; (3) menanganinya sebagai properti; (4) mengapropriasinya; dan (5) menjustifikas-
inya. Artikel ini akan mendiskusikan kelima persoalan tersebut. Setelah kita mendiskusikannya,
maka kearifan lokal akan dipahami secara lebih baik apabila orang Indonesia memahaminya seba-
gai local thoughts ketimbang local wisdom. Yang-sebelumnya mengimplikasikan koherensi
sementara yang-berikutnya mengimplikasikan inkoherensi. Artikel ini membangun argumen
bahwa ekspresi local wisdom sebaiknya diakhiri karena ia tidak jernih. Jika para pendukungnya
bersikeras untuk mengekspresikannya dalam bahasa Inggris, maka artikel ini mengusulkan lo-
cal thoughts, selama kita memerhatikan beberapa justifikasi yang memadai. Ringkasnya, local
wisdomnampaknya rapuh sementara local thoughts tentu saja kokoh.

Keywords: local wisdom, local thoughts, type-token, property, appropriation, justifications.

Prologue will discuss below. Had those proponents


Local wisdom is absurd. It is absurd be- be consistent, they would use the expres-
cause it does not seem local in and of itself. sion kearifan lokal. There might be a huge
Its proponents are prone to excessively gap between the concept of human being
use the expression local wisdom instead in the East and the West, but it does not
of kearifan lokal. Using the previous (the imply that there is no coherency at all be-
expression of local wisdom) shades the tween those conceptions. It is possible that
meaning of the latter (kearifan lokal) as I there are some components which might be

01-QUSTHAN FIRDAUS.indd 110 10/30/2013 7:34:27 AM


Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts: Mapping the problems qusthan firdaus 111

coherent, given that there are some mutual exploring the meanings of some linked
interactions since the ancient times between words, either in Bahasa Indonesia or oth-
the East and the West. er foreign languages, and its implications
The local wisdom seems to be put at would be the interest of this section.
stake in the discourse of humanities in In- The word arif and kearifan are arbi-
donesia. On the one hand, some thinkers trarily translated by most Indonesians as
might conceive that it is fascinating while, wisdom and, indeed, some of them might
on the other hand, others might reckon that be reluctant to use another word such as
it is outlandish. Interestingly, some propo- thoughts. Indeed, wisdom contains an ac-
nents of local wisdom could not offer a clear cumulation of knowledge throughout his-
and distinctive description of what the lo- tory while, in contrast, a thought consists
cal wisdom is. In contrast, some opponents of the organized beliefs either individually
of local wisdom always enjoy and exploit or collectively. On the one hand, an accu-
such a mess for totally rejecting it instead mulation of knowledge might be inconsis-
of delivering some constructive contribu- tent across time. For example, the words
tions. Contributions, however, would not perempuan and wanita interchange its
be sufficiently occurred whenever govern- sentiment across history. On the one hand,
ment does not put the local wisdom as a perempuanimplies a positive sentiment in
compulsory subject in humanities. Had the the past due to a semantic interpretation:
so called local wisdom were a challenging per-empu-an or the master whom we could
object in the discourse of humanities in In- learn from. Yet, it currently implies a nega-
donesia, then it would be one, among oth-
tive sentiment perhaps for no reason. On
ers, main topic in such discourse. Addition-
the other hand, wanita implies a negative
ally, it might be one topic in some subjects
sentiment in the past but it implies a posi-
such asthe Civic (Kewarganegaraan) course
tive sentiment nowadays simply because its
and the Pancasila coursesuch as Gotong
auditory sensation. Wanita sounds better
Royong or Tepa Slirathough it might still
on most Indonesians nowadays, compared
be drawn by other issues.
to its sound in the past. In short, those dif-
This paper aims to offer an investiga-
ferent meanings show us that an accumu-
tion of what the so called local wisdom is.
lation of knowledge might be inconsistent
Besides, it strives to explore whether or not
across history. Thereby, re-examining those
there is another alternative to the expres-
sion of local wisdom. Therefore, this arti- two meanings, to wit arif and kearifan,
cle would like to discuss a question: how do would hopefully overcome some rejections
we map out the so called local wisdom in to the notion of kearifan lokal. Moreover,
and of itself? In order to map local wisdom it is better to comprehend kearifan lokalas
out, this article would discuss its meaning, pemikiran lokal or the local thoughts. Ad-
scope, the type-token distinction, the issue ditionally, the local thoughts and the local
of property and appropriation. Some justi- wisdom would be used interchangeably
fications and contra-justifications of local throughout this article, with which depend
wisdom will also be discussed. on the context and purpose.
Some linguists, such as Shadily and
Echols, suggest some words such as capa-
Meanings ble, skillful, clever, wise, and learned
Conflating two different meanings into a as the synonyms of the word arif in Baha-
word might imply a vagueness. Thereby, sa Indonesia. Moreover, they suggest some

01-QUSTHAN FIRDAUS.indd 111 10/30/2013 7:34:28 AM


112 Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts: Mapping the problems Vol I, 2013

words such as ability, wisdom, and learn- knowledge which underpin him to be wise.
ing, as the synonyms of the word keari- Indeed, ethicists do not act more ethically
fan in Bahasa Indonesia. Here, we should compared to laymen according to a study
recheck whether or not such equalizing is conducted by Schwitzgebel. He said:
sufficient. Therefore, we need to check the
meanings of arif, kearifan, and wisdom If professors have an obligation to re-
spond to emails from students, then argu-
within its own languages.
ably they also have a further obligation to
Arifin Bahasa Indonesia means, more track whether or not they are meeting the
or less, having knowledge, be smart and first obligation, so that if they are not meet-
intelligent, and be wise. Those meanings ing the first obligation they can take correc-
seem to be attached to some well educat- tive measures, the philosophers wrote. If
ed persons. If those educated persons do this is correct, then the present study offers
not just one measure of morality, email re-
some moron actions, then such meanings
sponsiveness, but two: email responsive-
might be detached from his personality or ness and meeting ones moral obligation
merely disappeared from him. Yet, some not to be deluded about ones level of email
Indonesians might conceive that you do responsiveness. Professors remain far short
not need to have access to the high qual- of ideal by either measure, ethicists no less
ity education in order to be arif. Indeed, so than others (Miller, 2013).

you could be arif by learning everything


that you face in daily life or by doing some However, an ethicist would easily rebut
meditations for a long time. Consequently, such finding by saying that there is no such
having knowledge does not mean that you duty to response an email from a student.
ought to go to schools and universities for Suppose that replying the students emails
decades but simply by, let us say, exercising is a part of the positive duty, then an ethi-
some non-academic activities. Indeed, they cist might simply deny that there is no such
usually reckon that some rural individuals thing called as the positive duty. Indeed,
are relatively more arif, compared to some the notion of positive duty is vague be-
urban people because the previous copes cause there is no just and equal limits over
well with the environment and neighbor- its practices. Moreover, the burden of posi-
hood (though perhaps be tacky) while the tive duty outweighs our capacity to deliver
latter are prone to be egoistic (though be it. If we ought to assist others based on our
modern). Additionally, kearifan is merely capacity, then what is the limit? If we ought
another noun of arif and it also constitutes to assist others based on our priority, then
the notion of kearifan lokal. we would be discriminative because we
Nevertheless, knowledge is not a mere ought to prioritize some individuals based
information which we could achieve either on family lines, faiths, ethnics, races, na-
in some traditional markets or somefarm- tionalities and so on at the expense of oth-
ings. Indeed, knowledge is the systematic ers misery. Had we be compelled to assist
information which is achieved by conduct- others, then we would do it not because the
ing some research and trainings. Therefore, existence of positive duties but because the
knowledge provides an opportunity for failure to deliver it would harm ourselves
individuals to be wise though they could painstakingly. In general, rights imply du-
not always be wise. For example, a profes- ties but not otherwise. In contrast, our edu-
sor in philosophy of moral does not always cation pervasively indoctrinates that duties
be wise, given that he has all necessary imply rights. It is obviously manifested on

01-QUSTHAN FIRDAUS.indd 112 10/30/2013 7:34:28 AM


Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts: Mapping the problems qusthan firdaus 113

the saying KAM danHAM (the human du- imply some arbitrary denotations. The no-
ties and the human rights) or some compel- tion of local wisdom implies another no-
ling words such as we ought to fulfill our tion such as the universal wisdom or the
obligations before taking our rights. How- global wisdom.Moreover, one might argue
ever, we have the right not to assist others for a spectrum of wisdom such as the re-
and we might refuse to help them for some gional wisdom and the national wisdom. If
adequate reasons. Consequently, an ethi- a proponent of local wisdom rejected such
cist does not have any positive duty which spectrum, then they would be inconsistent
compel him to reply his students emails. when establishing the notion of local wis-
Thereby, being wise requires knowl- dom. Additionally, if a proponent of local
edge, education and trainings in schools wisdom accepted such spectrum, then the
and universities though those things scope of local wisdom is limited by a spe-
would not guarantee one to be wise. Those cific locality.
things simply provide some opportunities Insofar as people conceive the local
for people to be wise. Moreover, it is par- wisdom as anything which embeds in In-
ticularly different between being wise and
donesia, then these words would be used
being patient or calm in responding prob-
arbitrarily either by its proponents or op-
lems. Soeharto, for instance, did enjoy the
ponents. Local wisdom might refer to all
elementary school and some military train-
values, all traditional dances, all traditional
ings but we could not say that he was a
weapons, all myths, all mystical experi-
wise person based on the fact that he was
ence, all beliefs, all holy places, all tradi-
a very calm person. Moreover, Habibie did
tional views, and so on. In other words,
enjoy the German higher education but we
could not conceive that he is a wise indi- the so called local wisdom refers to knowl-
vidual simply by the fact that he is a pro- edge, values, mysticism, things, places, and
fessor. Moreover, we need to examine their ways of living. Had the notion of local wis-
acts (when facing some difficult problems) dom were coherent, then we should ask:
and their justifications (when taking indis- what is the universal wisdom or the global
pensable decisions) whether or not based wisdom? Is there anything which could be
on the ethical considerations. In short, taken for granted by seven billion people
there is a line between having knowledge on this planet as the so called universal or
and being wise and each person has some global wisdom? Yet, the notion of universal
personal tendencies whether or not to cross or global wisdom is unfortunately disre-
the line. They could not be morally forced garded by the proponents of local wisdom.
by anyone to be wise because they might On the one hand, some of them conceive
prefer to be unwise. Additionally, there is the universal wisdom as all western stuffs
a wide gap between the notion of arif and while, on the other hand, others reckon it as
kearifan with the notion of wisdom espe- humanity, ethics, and probably religions.
cially in the way people use it in ordinary The scope of local wisdom might be
life.Having discussed the meanings of lo- overlap with the scope of local thoughts
cal wisdom and its implications, we would over something. Even though they overlap
seek the scope of local wisdom. one another, it does not affect our sugges-
tion to shift the expression of local wisdom
Scope with the local thoughts. The latter still be
This section will describe the scope of local able to reflect a clear and distinctive deno-
wisdom because the failure to do it might tation instead of the previous. For instance,

01-QUSTHAN FIRDAUS.indd 113 10/30/2013 7:34:28 AM


114 Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts: Mapping the problems Vol I, 2013

the Minangkabaunese matriarchy, the Sar- up the mess of local wisdom, especially in
dinian matriarchy, the Mosuo matriarchy, the sense of its flexible way of generating
the Berbers matriarchy and the Tuareg its scope. Fourthly, the notion of wisdom
matriarchy could be perceived as the local is randomly used by most Indonesians as
wisdom in their own areas. Yet, why does the type and token objects. Such would not
the Minangkabaunese matriarchy be so overcome the problems as we will discuss
typical and then we should regard it as the below. Have we discussed the scope of lo-
Minangkabaunese local wisdom instead of cal wisdom, we should discuss further a
the Minangkabaunese local thoughtsof ma- specific distinction of local wisdom, to wit,
triarchy? Perhaps, there might be no attrac- the type-token distinction.
tive reason for it. Proponents of local wis-
dom merely express it as it is. They take it
Type-Token
for granted that such expression is correct
in English though it is not the case. Indeed, Here, I will discuss the necessity of distin-
if there is no thought, then there would be guishing objects as the types and the tokens
no wisdom. Moreover, the notion of peti- because most Indonesians ambiguously
kan sawahin Minangkabau and the notion denote the local wisdom into the type ob-
of kibbutz in the modern Israel could not jects and the token objects. Consequently,
be taken as the local wisdom because both the notion of kearifan lokal would be used
are based on the thought of joint ownership arbitrarily by its proponents. On the one
hand, a type object is immaterial object
of farming. It means that all individuals
which usually commands a token object.
share the same moral claims and stock over
For instance, Einsteins formula (E = m x
the farm. Yet, why do we bother to recog-
c2) measures the flow of energy. Under the
nize those two things as the local wisdom
regime of intellectual property, such type
instead of the local thoughts regarding the
objects are not protected by the intellectual
idea of joint ownership of farming?There-
property law but its derivations are. There-
by, establishing the notion of local thoughts
fore, a scientist does not have to pay some
is necessary for mapping the problems ac-
royalty to Einstein though his or her inven-
curately. tion takes benefit from the law. Had the re-
Here, we propose that the scope of lo- gime of intellectual property were impar-
cal wisdom is limited on the scope of lo- tial, then it should protect the Einstein law
cal thoughts. There are some reasons for as well. On the other hand, a token object
it. Firstly, the expression of local wisdom is material object which does not always be
is particularly used by Indonesians. Sec- commanded by a type object. Some token
ondly, wisdom is merely wisdom. It does objects are mere material objects such as
not need the sense of localitythough there land, stones, and water. In other words, to-
is a sense of context such as the Chinese ken objects take some physical features.
wisdom. Here, we distinguish between the The way people express the notion of
notion of locality and context because the local wisdom reflects that there is no type-
previous only deals with the geographical token distinction. Some people put some
area while the latter includes a discourse token objects -- such as keris-- as a local wis-
and an interpretation, where both go be- dom. In contrast, others conceive that local
yond the geographical area. Thirdly, the wisdom is only about what we call above
notion of thoughts would hopefully clear as the type object. In other words, they be-

01-QUSTHAN FIRDAUS.indd 114 10/30/2013 7:34:28 AM


Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts: Mapping the problems qusthan firdaus 115

lieve that the notion of local wisdom does Masih perlukah wayang bagi orang Indonesia,
not take any physical feature. Pancasila, for jawabannya memang tak mudah. Nyatanya jual
karcis (grup band) Noah dalam tempo beberapa
example, is part of the local wisdom though
detik saja habis. Super junior sebentar saja ha-
some opponents might reckon that Pancasi- bis. Ada apa dengan masyarakat kita sekarang
la is not so local because it contains some ini? Kenapa localwisdomdihilangkan?
non-local entities such as God, humanities,
and the deliberative democracy. Does wayangstill be necessary for Indone-
They -- who believe that the local wis- sians? The answer is obviously not easy. In
dom has some physical features -- are prone fact, Noahs (the music group) tickets could
be sold out in a few seconds. So does the
to put it into the regime of intellectual prop-
Super Junior. What does happen with our
erty because they are worry that it would be society nowadays? Why does the local wis-
stole by some foreign countries. This effort dom be vanished? (Margaretha in Vird-
would imply a significant problem because hani, 2013).
the way they define what a local wisdom
is overlaps with the regime of intellectual Margaretha might claim that wayangis
property. A local wisdom and such regime a part of local wisdom. Yet, how does she
are not compatible one another because not justify such claim? Do not the story of
all local wisdom could be registered into Mahabarata and Ramayana come from
such regime. Moreover, local wisdom is India? If she insists to put wayangas a lo-
a unique and special expression which is cal wisdom, then the one and only part
used by Indonesians but not necessarily by which really local is the story of Empat
most English native speakers. For the latter, Punakawan (Bagong, Petruk, Gareng, and
wisdom is mere wisdom. Although there Semar) because there are no such figures in
are some specific expression such as the the Indian Mahabarata. Wayang is not the
Chinese wisdom, they do not express it as Javanese local wisdom per se. Indeed, the
the local wisdom of China or the Chinese notion of wisdom in wayang might be some
local wisdom. Such expression is similar values within the story and values are not
with another one viz., free sex. With all the token objects. Such story might be orig-
respects to some Indonesians who strive to inally came from India or, otherwise, be ad-
use English words, they need to know that justed with the context of Hindhunese Java
there is no such expression in most English and Islam. Therefore, wayang itself is not
speaking countries because sex is done by a local wisdom because first of all, it is not
consensus. A non-consensual sex is a rape. genuinely local and, secondly, a wisdom is
Therefore, having a sex is not free at all. not a token object.
Neither free in the sense of beer, nor free in An interesting account of local wisdom
the sense of speech. is its manifestation on mysticism. Some In-
Having discussed the inappropriate donesians arbitrarily conceive mysticism
English expressions, we should examine as a part of local wisdom like the prac-
another case of the way people express lo- tice of santet, the belief to the existence of
cal wisdom. Selu Margaretha, a member Nyai Roro Kidul, or the practice of cooking
of Steering Committee of Wayang Goes to Sayur Lodehfor avoidingthe natural disas-
Campus arbitrarily believes that wayangis ter. Indeed, they have a significant differ-
a part of local wisdom. Such is different ent meaning over the word mistisisme in
with some values which are inherent in Bahasa Indonesia which means something
wayangitself. Margaretha says: which could not be comprehended by logic

01-QUSTHAN FIRDAUS.indd 115 10/30/2013 7:34:28 AM


116 Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts: Mapping the problems Vol I, 2013

and have something to do with ghosts or conflating their different elements would
the supernatural power such as santet, Nyai imply a further mess.
Roro Kidul and Sayur Lodeh. In contrast,
the word mysticism in English means
the unification with God and the spiritual Properties
apprehension such as the practice of Sufi. In this section, I will discuss local wisdom
Consequently, putting the practice of Sufi in the sense of property because some In-
as a part of mistisisme in Bahasa Indonesia donesians think that, on the one hand, wis-
would be considered by most Indonesians dom equals properties and, on the other
as false while, in fact, putting it as a part of hand, thoughts equal properties; then a
mysticism in English would be correct. question appears here: Could wisdom be
Furthermore, Scharfstein conceives that property? Suppose that the answer is posi-
there are eleven quintessence of the mystic tive. Thus, I should ask further: by what
state viz., (1) sameness, (2) separation, (3) right those Indonesians claim the first prin-
uniqueness, (4) inclusion, (5) the familiar ciple of Pancasila or the second principle as
strangeness or the strange familiarity, (6) their property? Do not the descendants of
depletion, (7) aggression, (8) conscience, (9) Abraham deserve the right for appropri-
mirror-reversal, (10) humor, and (11) real- ating monotheism as their property com-
ity (Scharfstein, 1973: 142-69). Among those pared to Indonesians? Therefore, the an-
eleven essences, it is humor which seem to swer is negative because wisdom contains
be inconsistent with mysticism. Yet, Scharf- very different structure compared to prop-
stein explains further that mysticism and erty. On the one hand, the structure of wis-
humor share the same aim but the ways dom does not have to be coherent because
they achieve it are done through different it is merely the accumulation of knowledge
paths. On the one hand, humorous indi- through history. On the other hand, the
viduals strive to put their external world as structure of property supposes to be coher-
the source of pleasure. On the other hand, ent because it deals with ones possession
mystic individuals, including Sufis, strive to over the concrete and abstract objects. Such
escape from such world (Scharfstein, 1973: possession requires the moral and legal en-
166-7). Thereby, cooking Sayur Lodeh does titlement. Had property were incoherent in
not assist people neither to escape from the and of itself, then there might be a dispute
natural disaster nor transforming the po- between the moral entitlement against the
tential disaster into pleasure. Praising Nyai legal entitlement. Moreover, the notion of
Roro Kidul does not assist people neither spoil is a consequence of the Lockean pro-
to transform the high wave in Parangtri- viso which compels us to left enough and
tis beach into pleasure because fishermen as good for others of the unowned material
could not sail nor to escape from the high objects that we appropriate with. In other
wave. Doing santet does not help people words, not all type objects could be owned
neither to transform their hostility into by us. Wisdom indeed illuminates us. Forc-
pleasure -- but merely doing revenge -- nor ing wisdom to be property means that we
escaping their hostility. Therefore, we can- bar its capacity to enlighten us or, at least,
not put mysticism as a part of the so called we are restricted by some law to access the
local wisdom because there is a wide gap wisdom. In contrast, property deals with
of meaning between mysticism in English the moral and legal rights over objects. In
and mistisisme in Bahasa Indonesia and short, such rights imply exclusion.

01-QUSTHAN FIRDAUS.indd 116 10/30/2013 7:34:28 AM


Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts: Mapping the problems qusthan firdaus 117

Wisdom is not a property because it It means that Winarno admits owner-


is an accumulation of knowledge. As an ship does not always bestow over genera-
accumulation, one might claim a certain tions for some reasons such as the regime
knowledge as his property. The intellectual of intellectual property did not exist in the
property law, for example, provides a legal past or the obscurity of intellectual prop-
structure for protecting such claim. Never- erty.
theless, one cannot appropriate a certain ag- The regime of intellectual property
gregation of knowledge as his own proper- incorporates some thoughts as a part of
ty because, by doing so, he obviously steals property. It modifies some thoughts into
others works. Although there are some type a commercial property such as some tag-
objects which are property as well -- such lines or messages. For example, the tag-line
as trade secrets -- it does not morally mean rasa might be taken from a maxim orang
wisdom could be registered into the regime Jawa nggone rasa [the Javanese people are
of intellectual property. If there is a country the source of a combination of feelings and
which allows registration of wisdom into senses] while others are dealing with the
its intellectual property law, then it should essence of life such as urip iku mung mampir
provide a moral argument for it. On the ngombe[life is just about halting for drink-
contrary, a moral dispute might still hap- ing]; and the notion of soul like ajining jiwa
pen. The so called Kopitiam, for example, dumunung ana ing busana [the power of soul
ridiculously shocks us since the Medan Ad- is formed by its appearance]). Spirits (most
Jogjanese honor Nyi Roro Kidul) are also
ministrative Court justify a previous regis-
taken by some proponents as an inherent
tration in 1996. Kopitiam is a portmanteau
component of local wisdom. They honor
of kopi (coffee in Malay) and tiam (a stall
spirits and therefore they take it for granted
or a shop in Hokkien Chinese). It might
as the local wisdom. The failure to honor
also mean an aggregation of knowledge
spirits might imply a bad thing such as be
which constitutes the identity and legacy
cursed by spirits or at least be unlucky dur-
of Peranakan Cina (Chinese who migrated
ing a certain period of time. Spirit might be
overseas especially to the South East Asia).
exist in the sense that an individual could
The court took a decision on a dispute be-
be exist in a disembodied form. A defense
tween Abdul Alek Soelystio against Paimin
of spirit itself is not only provided by the
Halim in 2012. The previous is the Jakarta-
Eastern thinkers but also by the Western
based Kopitiam who registered the trade-
thinker. For instance, Ayer regards the no-
mark in 1996 while the latter is the Medan- tion of spirit is not meaningless and it is
based Kok Tong Kopitiam. In contrast, a intelligible in the world of fantasy though.
similar dispute happens in Singapore but Ayer does not reject the notion of spirit be-
the government rejects the request. Indeed, cause it might provide the continuity of
Bondan Winarno interestingly says: memory in and of an individual and shape
the basis for the reincarnation as is shown
Kopitiam are not our creation. The name by his example of a person who claims that
of Kopitiam does not belong to us, but be- himself is the reincarnation of Julius Cae-
longs to generations before us...it is not a
brand but a signature of culinary culture as
sar, given that he could expose some neces-
well as social assimilation (Winarno in Ra- sary information which are only known by
khmawati, 2012). some elites in the past (Ayer, 1990: 193-4).

01-QUSTHAN FIRDAUS.indd 117 10/30/2013 7:34:28 AM


118 Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts: Mapping the problems Vol I, 2013

Appropriation jects if he mixes his labor with it. Therefore,


Having discussed the local wisdom in the the notion of labor is necessary here. Yet,
sense of property, I need to explore the pro- such mixing process does not always imply
cess of appropriation in order to figure out that he be able to appropriate the unowned
the process of appropriation itself. Such objects. Nozick, for instance, proposes the
exploration might imply to a rejection that example of pouring a tomato juice into
wisdom is a property. In contrast, ignor- the sea. He shows that pouring the tomato
ing such process might imply the unjust juice into the sea does not imply that we
appropriation and such unjustified appro- own the sea or some part of the juice which
priation might be considered as stealing. is poured by the juice. He believes that the
If most Indonesians resist some practices activity of pouring the juice is similar with
-- where some foreign companies appropri- the activity of laboring (Nozick, 1974: 175).
ate the local thoughts as their business com- However, there is a difference between
modities (such as tag-lines or trade marks) Lockes argument and Nozicks argument.
-- then such resistance would be hardly The previous deals with mixing our labor
done because market always compels to with the tomato while the latter deals with
annex it over and over. Meanwhile some mixing the result of our labor with the sea.
foreign companies appropriate other local Thereby, appropriating objects does not al-
thoughts, the locals might have no chance ways deal with mixing our labor but also
to capitalize the local thoughts. Indeed, if inheriting objects from our ancestors justly.
competitors use the same local thoughts A Nozickian argument would suggest that
for their business, then consumers would insofar as the initial acquisition is fair, then
spontaneously reckon that they are not cre- the transfer process should be fair too. Yet,
ative nor unique. Here, the notion of cre- we do not really know, for sure, whether or
ative and unique should be distinguished not the initial production of the objects of
from the notion of asal beda (be arbitrarily local wisdom is originally made by the an-
different). The previous requires some con- cient individuals in Nusantara. Indeed, we
vincing arguments for potential consumers do not know whether the initial production
whether or not to buy the product while of local wisdom is similar with the Lockes
the latter merely implies the urgency for example of making a tomato juice or be the
making differences, no matter plausible or same with the Nozicks counter example
implausible it is. Moreover, a challenging of pouring a tomato juice to the sea. Both
problem with the notion of local wisdom are look-alike but they are not identical. In
is its ambition to claim that its material ob- short, we cannot morally appropriate the
jects are owned by some local communities local wisdom simply based on the fact that
and, consequently, others could not utilize it bestows to some contemporary Indone-
it. sians.
Another question with the issue of ap- Suppose there is an argument which
propriation is: by what right that current morally justifies our appropriation to the
individuals appropriate the so called local local wisdom. Thus, we should ask: would
wisdom as their property?Locke provides appropriating the local wisdom worsen
the mixing labor theory which says that the locals? Having discussed that I limit
one could appropriate the unowned ob- the scope of local wisdom into the local

01-QUSTHAN FIRDAUS.indd 118 10/30/2013 7:34:28 AM


Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts: Mapping the problems qusthan firdaus 119

thoughts, then I could say that appropriating edge elenchus as a significant contribution
it would not worsen the locals.1 For exam- made by Socrates. Therefore, they reckon
ple, had Malaysians held up that sangkan pa- elenchus is a part of Socrates thought but
raning dumadias their ways of living, then it not Socrates wisdom. Moreover, the Ora-
would not worsen the Javanese individuals cle at Delphi -- a priestess and a messenger
and would not spoil the Javanese thoughts. of Apollo -- regards that no living person
Similarly, the Aristotelian thoughts are not outweighs Socrates in the sense of having
spoiled by the Javanese individuals when wisdom at the time of King Pericles. Yet,
Notonagoro claims that the causa prima is Socrates himself does not buy that opin-
similar with the sangkan paraning dumadi. ion and he always practices elenchusfor the
Had there were a Malaysia based company sake of pursuing truth over what he inves-
register the Garuda Pancasilaas their trade tigates of. Had proponents of local wisdom
mark, then we might take a legal action in were consistent, then they should consider
order to prevent it. Such is similar with an elenchusas the local wisdom of ancient and
American based surfing company named contemporary Greeks. Consequently, oth-
662 MOB (www.662bodyboardshop.com) ers may not appropriate it as well as not to
which uses the symbol of PDI Perjuangan. utilize it. Nevertheless, proponents would
Even though PDI Perjuangan used it since be inconsistent because they are prone to
1998 while the 662 MOB is established in put elenchus as Socrates thoughts instead
2004, it does not mean that the party has to of the Greek local wisdom. They simply
take a legal action against the company. If do not care with the notion of foreign lo-
that is the case, then we do not need to, on cal wisdom though such is merely a conse-
the one hand, worry that our local thoughts quence of their insistence over the expres-
would be stolen as well as we do not need sion of local wisdom. Should the foreign
to, on the other hand, worry to cautiously thoughts be useful, they would absorb it
absorb some foreign thoughts. blatantly until they dismiss its origins. In
Another interesting example is Socrates short, the issue of appropriation would be
elenchus.It literally means the cross-exami- vague if proponents of local wisdom insist
nation, with which be used dialectically by to express local wisdom instead of local
Socrates in order to evoke truths and exam- thoughts. Given that we agree to express
ining the consistency of others opinions. it as local thoughts, then there are some
Socrates finds out that laymen usually de- ways in academic activities to justly take
note the meaning of something merely to benefits from some foreign ideas.
its practical example. This habit implies a
reduction of the comprehensive meaning.
Rather, Socrates wishes to explore the com- Justification and Contra-justification
mon quality of all issues which he investi- Having discussed the issue of appropria-
gate of (cf., Blackburn, 1994: 116; Collinson, tion, I would examine justifications and
1987: 15-6). Most philosophers acknowl- contra-justifications to the local wisdom

1
Such point is based on a presumption that thoughts cannot be spoiled by others. Thoughts cannot be scarce although
the lack of criticism and creativity might imply no innovations. Moreover, it develops in such a way through the aca-
demic activities and the social interactions. Insofar as there are academic activities and the social interactions, then
thoughts would always develop.

01-QUSTHAN FIRDAUS.indd 119 10/30/2013 7:34:28 AM


120 Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts: Mapping the problems Vol I, 2013

and the local thoughts. Therefore, both the serve -- for example Borobudur as a result
consequentialist2 and the deontological3 ap- of thought of the Syailendra dynasty -- but
proaches are discussed in this section. such preservation is merely an implication
In the light of deontological approach, of our right to own it commonly. Yet, we do
a challenging contra-justification against not take benefits from such right directly as
the local wisdom is the issue of duty. What well as we do not deliver our positive duty
sort of duties that we have over the local directly because the state or the government
wisdom? Do we really have a duty to pre- or some appointed organizations would act
serve it?If we do, then what sort of rights on behalf of us. Consequently, our common
which imply the obligation to preserve the ownership does not confer everyone an ap-
local wisdom? Those are questions which propriate access equally. Only leaders and
should be replied by proponents of local some political elites have more access com-
wisdom, given that they would like to ar- pared to laymen and beggars.
gue that we all have obligations to preserve Another challenging contra-justifica-
and protect it. The fact that we were born tion against the local wisdom is the issue
as Indonesians does not oblige all of us to of incoherency. It deals with the nature of
preserve and to protect the local wisdom. local wisdom either as a concept or as two
Here, there is a wide gap between the natu- technical words. Suppose that the notion of
ral fact that we were born as Indonesians local wisdom refers to all things which are
and the social obligations to preserve and embedded in a specific area such as Indo-
protect it. Now, this article suggests that nesia. Then, local wisdom is incoherent in
we do not have any positive duty to pre- and of itself because all those things are not
serve neither the local wisdom nor the lo- compatible one another. Some proponents
cal thoughts because we do not have any arbitrarily regard the traditional dances as
right over it. Yet, we might have a negative a part of local wisdom but they are not com-
duty over the resultsof thoughts. At least, patible with, for example, the traditional
we have the negative duty for not stealing weapons though there might be some tra-
it from the owners. Moreover, an owner- ditional dances which utilize weapons. In
ship right over the results of thoughts is be- contrast, suppose that the local wisdom re-
stowed to the descendants of its thinkers. If fers to a specific types or tokens which are
we do not have a sufficient record over the genuinely discovered by some Indonesians
descendants -- or those thinkers do not pro- such as Pancasila. Then, we should recog-
create -- then such right might belong to the nize what the concept of Pancasila is. Some
property of commoners, such as the owner- proponents of Pancasila conceive its con-
ship right over Socrates thoughts and wis- cept is the combination of Tuhan-manusia-
dom which are well recorded within Platos satu-rakyat-adil [God-human-one-folks-jus-
works or some stupas in museum. At this tice]. It means that there is a cohesive unity
stage, we might have a positive duty to pre- between the existence of God and human

2
It means an ethical approach which emphasizes on the consequences of an action. By those consequences, one might
decide whether or not to take some available actions. Therefore, a bad action could be justified by its good conse-
quences such as white lies, killing the innocent by standards in war or killing for the sake of self-defense.
3
It means an ethical approach which emphasizes on the nature of an action. Therefore, one should always conduct the
good actions though it might cost him painstakingly such as putting children to get some seats in a lifeboat though
it costs his or her life because he or she has no seats and might be drowned.

01-QUSTHAN FIRDAUS.indd 120 10/30/2013 7:34:29 AM


Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts: Mapping the problems qusthan firdaus 121

being which implies justice for people in in God. God indeed never forces individu-
Indonesia. Excluding the existence of God als to believe in him, therefore the state
would imply that there would be no justice should not force its citizens to worship
in Indonesia4 because God is the source of God. Notonagoro furthermorejustifies the
everything, including the inspiration for existence of God by the Aristotelian causa
pursuing justice. Nevertheless, Indonesia prima where everything has the primary
itself is not based on a religion or some re- cause, viz., God. Interestingly, he compares
ligions because Pancasila does not oblige the causa prima with the Javanese saying
us to put a religion or some religions as the sangkan paraning dumadi which means the
foundation of Indonesia. Notonagoro justi- origin and the direction or the destination
fies such unity based on three different no- over everything which happens (Notona-
tions of being, to wit, (1) being in reality or goro, 1995: 79). Here, one might ask: if the
in itself, (2) being in minds, and (3) being notion of Aristotelian causa prima is simi-
in probabilities. Indeed, he believes that lar or be consistent with the notion of sang-
such unity is part of the being in reality. He kan paraning dumadi, then we ought to ask
notes: whether or not the latter is originally a lo-
...maka di antara tiga macam ada tidak dap-
cal wisdom instead of a universal wisdom.
at lain yang tepat daripada ada dalam objekti- Had it were a local wisdom, then Notona-
fanya[sic]. Jadi, Tuhan, manusia, satu, rakyat, goro would explain further about its dif-
dan adil itu ada dalam realita kenyataan yang ferentiation with the Aristotelian causa
sesungguhnya, terlepas dari pengetahuan, rasa, prima. Yet, Notonagoro merely puts a real
kehendak, kepercayaan, anggapan, kesadaran,
example of the causa prima and ignoring
dan angan-angan orang. Ada tidaknya segala
sesuatu itu pada orang, pada orang Indonesia, its compatibility with the sangkan paraning
sama sekali tidak mempengaruhnya sedikit- dumadi. Had it were a universal wisdom,
pun then the sangkan paraning dumadiwould be
acknowledged by not only the Javanese but
[...so among three kinds of being, there also other people.
is no more accurate [being] instead of be- In contrast, we might reckon that the
ing in its own objective. Therefore, God, sangkan paraning dumadi is merely a lo-
human, one, folks, and justice are being in
cal manifestation of the Aristotelian causa
reality, with which be disconnected from
knowledge, taste, wills, faiths, presump- prima which happens through centuries.
tions, consciousness, and individuals Such problem could be solved by chang-
imaginations. Whether or not they be exist ing the notion of local wisdom with the lo-
in individuals, especially Indonesians, do cal thoughts. Nevertheless, there might be
not matter at all.] (Notonagoro, 1995: 64). some differences as well as some similari-
ties. Had Aristotle knew that Notonagoro
In other words, Notonagoro believes compare the causa prima with the sangkan
that Pancasila still be exist in reality though paraning dumadi, then Aristotle might put
some Indonesians are atheists or agnostics. some charge to all Javanese individuals
The state should not force its citizens to be- who take some benefits from his intellectual
lieve in God because it would overstep the work. In contrast, Aristotle would not put
first principle of Pancasila viz., the belief some charge if we put the sangkan paraning

4
Although there are a lot of well-developed countries which ignore God but they are still able to deliver justice to their citizens.

01-QUSTHAN FIRDAUS.indd 121 10/30/2013 7:34:29 AM


122 Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts: Mapping the problems Vol I, 2013

dumadias a local thought which is inspired I suggest in section 2 (Scope) to limit the
by the Aristotelian causa prima, provided notion of local wisdom on the scope of local
that we give a credit to Aristotle. thoughts because wisdom does not contain
In the light of consequentialist ap- the sense of locality but does the context. In
proach, a challenging problem to the no- section 3 (Type-token), I distinguish the
tion of local wisdom is put in the insistence notion of type objects and token objects in
of some proponents to express it in English order to show the mess of local wisdom
words because it blurs its intention to rep- which often tip toe between those two ob-
resent the notion of kearifan lokal as I have jects.
discussed in section 1. Yet, the question is: The obscurity of local wisdom gets
does such blur outweigh its previous inten- worse when some proponents strive to reg-
tion to establish kearifan lokal? Suppose the ister it under the intellectual property law.
answer is no. Thus, local wisdom still at- On the one hand, wisdom is merely wis-
tracts more rejections because of its vague dom. On the other hand, thoughts might be
expression and its unintentional tendency considered as property under the intellectu-
to be non-local by preferring local wis- al property law, regardless some necessary
dom instead of kearifan lokal. In contrast, criticism against it as I have discussed in
the answer seems to be yes because, so section 4 (Properties). Section 5 (Appro-
far, a linguistic mess implies the chaos in priation) deals with some worries about
meaning. Moreover, we have no common the appropriation which is done by some
understanding over what the kearifan lokal foreign power. Here, I argue those wor-
is. Proponents and opponents exhaustively ries are unnecessary regarding the fact that
argue about their supports or rejections to wisdom and thoughts could not be spoiled
the local wisdom. Should the notion of lo- and would not worsen the locals. Moreover,
cal wisdom imply the debate to be unfruit- I develop some justifications and contra-
ful, then it is in our hands to be back to the justifications to the local wisdom and the
notion of kearifan lokal. For those who in- local thoughts with which I apply the con-
sist to express it in English, this article pro- sequentialist and deontological approaches
vides some arguments to shift it into the lo- in section 6 (Justification and Contra-justi-
cal thoughts. fication). All in all, I suggest to put an end
to the expression of local wisdom because
it is awfully messy. If proponents insist to
Conclusion express it in English, then this article pro-
A fancy way to express kearifan lokal as the poses the local thoughts. In short, the local
local wisdom implies a mess and obscuri- wisdom seems to be frail while the local
ty. Meanwhile the notion of kearifan lokal is thoughts is obviously robust.
still messy in Bahasa Indonesia, some pro-
ponents of it hastily express it as the local ***
wisdom. Indeed, the meaning of arif and
kearifan is largely different with the mean- * I would like to thank the referees of this
ing of wisdom as I have discussed in section journal and Arya Kresna for his invalu-
1 (Meanings). Such difference compels ablecomment on the meaning of Java-
us to investigate further what the scope of nese word rasa though the meaning
local wisdom is and its potential overlap which is applied here quite different
with the scope of local thoughts. Therefore, from his apprehension.

01-QUSTHAN FIRDAUS.indd 122 10/30/2013 7:34:29 AM


Frail Local Wisdom, Robust Local Thoughts: Mapping the problems qusthan firdaus 123

Bibliography Nozick, Robert. (1974). Anarchy, State, and


Ayer, A. J. (1990). The Problem of Knowl- Utopia.New York: Basic Books.
edge.London: Penguin Books. Rakhmawati, Lutfi. (2012). Who really
Blackburn, Simon. (1994). The Oxford Dic- owns the word kopitiam? The Jakarta
tionary of Philosophy. Oxford: Oxford Post, February 27th, 2012. Available
University Press. online at [http://m.thejakartapost.com/
Collinson, Diane. (1987). Fifty Major Philos- news/2012/02/27/who-really-owns-
ophers: A reference guide.London: Rout- word-kopitiam.html], last access July
ledge. 25th, 2013.
Miller, Bettye. (2013). Ethicists behavior Scharfstein, Ben-Ami. (1974). Mystical Expe-
not more moral. University of California rience.Baltimore: Penguin Books Inc.
- Newsroom, May 21st, 2013. Available Virdhani, Marieska Harya. (2013). Jangan
online at [http://www.universityofcali- Sampai Wayang Diklaim Malaysia.Sin-
fornia.edu/news/article/29522] last ac- donews.com, April 2nd, 2013. Available
cessed June 6th, 2013 at 09:10 PM. online at [http://m.sindonews.com/
Notonagoro. (1995). Pancasila secara Ilmiah read/2013/04/02/15/733628/jangan-
Populer. Jakarta: Bumi Aksara, ninth sampai-wayang-diklaim-malaysia], last
edition. access July 22nd, 2013.

01-QUSTHAN FIRDAUS.indd 123 10/30/2013 7:34:29 AM


Jurnal Ultima Humaniora, September 2013, hal 15-27 Vol. I, Nomor 2
ISSN 2302-5719

Diskursus Local Wisdom:


Sebuah Peninjauan Persoalan-persoalan1

JIMMY JENIARTO
Alumnus Program S1 dan S2 Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta
Surel: jeniarto@yahoo.com

Diterima: 19 Agustus 2013


Disetujui: 4 September 2013

ABSTRACT

The term Local Wisdom is taken for granted. It is often perceived as the local societys philosophy.
In this paper, I would pose some problems to be criticized in order to understand Local Wisdom
more thoroughly. Each problem would have its own implications which deal with the comprehen-
sion of Local Wisdom. Some parties conceive Local Wisdom as an ethical issue, while others see it
as an epistemological issue. Moreover, it is understood by some that Local Wisdom is bequeathed
by ancestors through traditions. Besides, there is another view that considers Local Wisdom as a
kind of local knowledge, which is contextual in space and time.

Key words: local wisdom, pengetahuan.

PENDAHULUAN tuk Local Wisdom masyarakat Jawa. Pranata


Istilah Local Wisdom menjadi populer akhir- mangsa, yakni sistem kalender mengenai
akhir ini. Banyak kalangan menggunakan aktivitas pertanian di Jawa, juga disebut
istilah Local Wisdom ketika merujuk pada sebagai Local Wisdom. Bahkan, posisi raja
2

suatu pengetahuan (praktis maupun teori- (sultan) Yogya yang merangkap sebagai
tis) ataupun cara hidup tertentu yang dimi- Gubernur Yogyakarta mungkin juga akan
liki oleh kelompok masyarakat tertentu. disebut sebagai Local Wisdom.
Suatu pengetahuan maupun cara hidup Pengertian istilah Local Wisdom itu sen
yang disebut dengan istilah Local Wisdom diri tampak diterima secara samar hingga
itu diklaim sebagai unik dan tidak ada di saat ini. Terdapat pula kecenderungan me-
tempat lain. nempatkan maksud istilah Local Wisdom
Misalnya, kain batik dianggap oleh be- di dalam posisi yang berseberangan ter
berapa kalangan sebagai salah satu ben- hadap pemikiran rasional yang lazim pada

1
Tulisan ini merupakan pengembangan dari tulisan berjudul Soal Local Wisdom yang pernah dimuat di majalah
filsafat online Philosophy Angkringantanggal 20 Juni 2013.http://philosophyangkringan.wordpress.com/2013/06/20/
soal-local-wisdom/
2
Misalnya, Suwarman Partosuwiryo di dalam artikel opini di surat kabar Kedaulatan Rakyat edisi Sabtu, 20 Juli 2013
menyebut pranata mangsa sebagai Local Wisdom.

02-JIMMY JENIARTO.indd 124 10/30/2013 7:35:00 AM


Diskursus Local Wisdom: Sebuah Peninjauan Persoalan-persoalan jimmy jeniarto 125

masyarakat di negara-negara industri maju, ide di baliknya? Lantas, ide yang seperti
lebih spesifik lagi negara-negara maju Ero- apa? Jika seturut dengan istilahnya, maka
pa. Beberapa kalangan menempatkan Local ide tersebut adalah ide yang wise atau bi-
Wisdom di dalam posisi bertentangan de jaksana. Pengertian ini masih umum, maka
ngan modernitas dan kebudayaan Eropa. perlu dipikirkan untuk diperjelas lagi.
Tulisan berikut ini bertujuan untuk men Sartini (2009: 24-26) mengatakan bahwa
diskusikan pertanyaan-pertanyaan kritis Local Wisdom dapat didudukkan sebagai
terhadap diskursus Local Wisdom. Perso- bagian dari filsafat sebagai produk, yakni
alan-persoalan penting di dalam kaitan- sebagai konsep filsafati.3 Sartini, di sini,
nya dengan diskusi tentang Local Wisdom menempatkanLocal Wisdomsebagai filsa-
juga akan dikemukakan. Beberapa perso- fat di dalam pengertiansebagai pandang
alan dan pertanyaan yang diajukan di da- an hidup yang telah ada di dalam suatu
lam tulisan ini bukan hendak berpendapat masyarakat lokal tertentu.4 Jika istilah Local
tentang apa itu Local Wisdom, juga bukan Wisdom dimaksudkan sama dengan filsa-
bercerita tentang suatu pengetahuan dan fat, maka, secara bahasa, penggunaan kata
praktek hidup masyarakat tertentu yang wisdom di dalam istilah Local Wisdom
kemudian dilabeli sebagai Local Wisdom itu sendiri tentu terinspirasi dari kata yang
masyarakat tertentu. Tulisan ini bertujuan sama di dalam istilah filsafat.
meninjau secara kritis atas pemaknaan dan Istilah Local Wisdom, jika diterjemahkan
posisi Local Wisdom dengan cara mengaju- ke dalam Bahasa Indonesia, kurang-lebih
kan persoalan-persoalan. berarti kebijaksanaan lokal, atau kebijak-
sanaan (masyarakat) setempat. Di dalam
bahasa Indonesia juga sering digunakan
Istilah Local Wisdom kata arif dan kearifan untuk mener-
Beberapa hal perlu dijadikan pertimbangan jemahkan istilah Local Wisdom di dalam
terkait populernya istilah Local Wisdom saat pengertian yang sama dengan kebijaksan-
ini. Apakah yang dimaksud sebagai Local aan.5 Beberapa pihak mungkin akan mem-
Wisdom adalah ide-ide semata sehingga persoalkan penyamaan antara pengertian
aktivitas-aktivitas dan artefak-artefak yang kata bijaksana dengan kata arif.6 Na-
ada di dalam suatu masyarakat juga disebut mun, di dalam konteks penggunaan kedua
Local Wisdom sejauh berkaitan dengan ide- kata tersebut berkaitan dengan pengertian

3
Sartini di dalam konteks inimenempatkan Local Wisdom sebagai suatu produk hasil proses berpikir. Pemikiran Sar-
tini ini didasarkan pada pembedaan antara filsafat sebagai produk pemikiran terhadap filsafat sebagai proses atau
aktivitas berfikir.
4
Contoh lain, koran Kedaulatan Rakyat edisi Minggu 22 September 2013 memberitakan festival memedi sawah (orang-
orangan pengusir burung di sawah) di Bantul, Yogyakarta. Koran tersebut menyatakan memedi sawah sebagai keari-
fan lokal dan memiliki muatan filosofis (Kedaulatan Rakyat, 2013: 1, 6). Di sini dapat dilihat bagaimana memedi sawah
ditempatkan sebagai kearifan lokal (Local Wisdom) yang berkaitan dengan filsafat sebagai pandangan hidup.
5
Sartini (2009: 9) menyamakan pengertian bijaksana dan arif berkaitan dengan penerjemahan Local Wisdom. Isti-
lah Local Wisdom diterjemahkan oleh Sartini sebagai kearifan setempat tanpa dibedakan dengan istilah kebijaksan-
aan setempat. Di dalam bab pendahuluan buku Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global yang dieditori oleh
Irwan Abdullah (Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM) bersama Ibnu Mujib dan M. Iqbal Ahnaf (dosen-dosen
Sekolah Pascasarjana UGM),istilah Local Wisdom diterjemahkan sebagai kearifan setempat tanpa mempersoalkannya
dengan istilah kebijaksanaan setempat (Abdullahet al. (ed.), 2008: 1-10).
6
Kata arif merupakan serapan dari bahasa Arab arif. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesiayang disusun Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, kata arif diterjemahkan:adj. (1) bijaksana; cerdik dan pandai; berilmu.
(2) paham; mengerti. Kata kearifan diterjemahkan:n. kebijaksanaan; kecendekiaan (Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2007: 65).

02-JIMMY JENIARTO.indd 125 10/30/2013 7:35:00 AM


126 Diskursus Local Wisdom: Sebuah Peninjauan Persoalan-persoalan Vol I, 2013

tentang disiplin filsafat, pembedaan antara pertama tersebut, kata wisdomberarti


kata arif dan bijaksana menjadi kurang sebagai keluhuran moral, bukan sebagai
relevan.7 pengetahuan umum dan luas, atau dengan
Secara literal, kata sofia (ejaan Inggris: kata lain sebagai persoalan etika di dalam
sophia) berarti kebijaksanaan (wisdom). Se- arti sistem nilai dan bukan persoalan epis-
dangkan penggunaan kata sofia di dalam temologi. Local Wisdom, dengan demikian,
istilah filosofia (philosophia) pada saat ke- berarti pandangan hidup yang luhur dari
munculannya di Yunani Kuno (dan Klasik) masyarakat setempat.
dimaknai sebagai pengetahuan. Istilah ke- Pada pengertian kedua, istilah Local Wis-
bijaksanaan (sofia) bermakna lebih dari dom mengacu pada arti dari pembentukan
sekedar kebijaksanaan di dalam pengertian istilah filsafat, sehingga istilah Local Wis-
umum, namun merupakan upaya intelek- dom dapat diartikan sebagai pengetahuan
tual (Nightingale, 2004: 29-35). lokal atau pengetahuan (yang dimiliki oleh
Sofia, di dalam konteks kemunculan is- masyarakat) setempat tentang segala hal.
tilah filsafat, dimaksudkan sebagai penge- Apa yang dimaksud dengan kebijaksana
tahuan tentang realita. Sofia, pada saat itu, an adalah pengetahuan sebagaimana
merupakan pengetahuan yang diupayakan arti yang dimengerti pada saat kemuncul
oleh para filosof. Kata sofia diperuntukkan an disiplin filsafat di Yunani. Pengetahuan
bagi pengetahuan yang paling penting dan di sini bermakna luas dan tidak terbatas
dapat meningkatkan taraf kehidupan (Ger- pada persoalan etika.
son, 2009: 6). Selain itu, pengertian Local Wisdom
Kata sofia, wisdom, arif, dan bijaksa- perlu dijelaskan lagi apakah sebagai
na di dalam penggunaan bahasa umum pengetahuan yang permanen (statis) atau
sehari-hari berkaitan dengan ajaran moral pengetahuan yang berubah (dinamis)?
atau etika (etika di dalam arti sebagai ajar Pengetahuan dinamis dan permanen (sta-
an moral atau sistem nilai, bukan di dalam tis) ini pertama-tama berkaitan dengan
arti sebagai filsafat moral). Lebih lanjut, sumber pengetahuan mengenai Local Wis-
apakah Local Wisdom dimengerti sebagai dom. Apakah Local Wisdom diwariskan
suatu pengetahuan tentang etika semata, melalui tradisi ataukah diupayakan secara
ataukah dimengerti sebagai pengetahuan mandiri?Jika pengertian Local Wisdom ada-
yang lebih luas dan tidak terbatas pada eti- lah pengetahuan yang diwariskan secara
ka? Keduanya memiliki implikasi masing- turun temurun, maka ia merupakan penge-
masing. Namun, baik pengetahuan tentang tahuan yang bersifat permanen. Pengertian
etika maupun pengetahuan umum yang Local Wisdom di sini mengacu pada pan-
lebih luas, keduanya tentu bersifat lokal, dangan-pandangan hidup yang diwaris
sebagaimana kata local yang ada. kan oleh generasi-generasi sebelumnya
Pada pengertian pertama, istilah Lo- atau nenek-moyang masyarakat setempat
cal Wisdom dimengerti sebagai pengeta- secara turun-temurun yang kebenarannya
huan atau pandangan hidup yang luhur dianggap permanen.Dengan demikian, se-
masyarakat setempat.Di dalam pengertian gala persoalan hidup senantiasa diselesai-

7
Istilah filsafatberasal dari bahasa Arab falsafah. Kata falsafahitu sendiri merupakan serapan dari kata Yunani filo-
sofia. Oleh karena itu, kata Arab arif(Indonesia: arif) dan kata Indonesia bijaksana tidak memiliki pengalaman
pembentukan istilah filosofia sebagaimana muncul di dalam bahasa Yunani. Bahasa Arab dan bahasa Indonesia me
nerima jadi istilah filosofia beserta maknanya, yang kemudian diserap menjadi falsafahdan filsafat.

02-JIMMY JENIARTO.indd 126 10/30/2013 7:35:00 AM


Diskursus Local Wisdom: Sebuah Peninjauan Persoalan-persoalan jimmy jeniarto 127

kan melalui pengetahuan yang diwariskan Persoalan-persoalan yang Mengemuka


melalui tradisi. Jika uraian singkat di atas dapat diterima,
Berbeda halnya bila istilah Local Wis- maka Local Wisdom dapat dianggapsebagai
dom dimengerti sebagai suatu pengetahuan suatu pengetahuan.Namun belum jelas di
masyarakat setempat yang bersifat dina- dalam kategori pengetahuan yang rasional
mis. Dinamika persoalan hidup manusia ataukah irasional. Selain itu, Local Wisdom
yang dihadapi secara lokal oleh masyarakat belum diterima secara jelas apakah berisi
setempat kemudian melahirkan apa yang pengetahuan etika semata, ataukah juga
dikenal sebagai pengetahuan lokal. Na- berisi pengetahuan yang mencakup segala
mun, Local Wisdom di dalam pengertian ini bidang. Local Wisdom juga belum jelas di-
berarti bukan merupakan suatu pengeta- masukkan sebagai pengetahuan yang di-
huan yang bersifat permanen yang diwaris namis ataukah yang statis. Persoalan-per-
kan secara turun-temurun melalui tradisi. soalan tersebut akan didiskusikan guna
Local Wisdom di dalam pengertian ini justru membantu menganalisisLocal Wisdom.
merupakan perubahan pengetahuan secara
terus-menerus yang sifatnya lokal. Penge- 1. Hubungan dengan rasionalitas
tahuan dan kebenaran pengetahuan di sini Pada pokoknya, rasionalitas dipahami
senantiasa dicari secara terus menerus. di dalam dua wilayah pengertian, yakni
Istilah Local Wisdom itu sendiri muncul pengertian yang menyangkut aspek in-
dalam kaitannya dengan studi-studi ke- ternal dan pengertian yang menyangkut
budayaan yang dilakukan oleh para aka- aspek eksternal. Pada aspek internal, ter-
demisi terhadap berbagai masyarakat di dapat dua pengertian. Pertama, apa yang
negara-negara berkembang dan miskin, dimaksud dengan rasio adalah pikiran
yang diawali dengan digunakannya istilah manusia. Pikiran manusia tersebut ditem-
local genius.8 Istilah Local Wisdom diguna- patkan secara berseberangan dengan alat-
kan untuk membuat suatu penggolong alat indera manusia. Di sini, rasio diperten-
an terhadap berbagai macam fenomena tangkan dengan sensasi dan empiri.9 Pada
pengetahuan (pemikiran) maupun praktek epistemologi, terjadi persaingan antara
hidup suatu masyarakat di negara-nega- dua aliran utama (yakni empirisme dan ra-
ra berkembang yang berbeda atau tidak sionalisme), tentang pihak yang primer di
ditemukan di negara-negara maju. Berba- dalam menghasilkan pengetahuan.
gai pengetahuan dan praktek hidup terse- Kedua, rasio dimengerti di dalam kait
but dianggap bersifat fungsional hanya di annya dengan kaedah berpikir. Di dalam
tempat itu. Fungsionalitas tersebut sering hal ini, rasional dan irasional dikaitkan
diganti dengan pernyataan bahwa setiap dengan logika. Pemikiran yang disebut
masyarakat memiliki rasionalitasnya ma rasional ialah pemikiran yang dihasilkan
sing-masing. Istilah rasionalitas di sini ke- melalui atau menuruti kaedah-kaedah
mudian menjadi jamak di dalam tafsiran- logika. Rasio diidentikkan dengan intelek.
nya. Di sisi lain, irasional di dalam konteks ini

8
Istilah local genius digunakan oleh H.G. Quaritch Wales untuk menyebut elemen-elemen lokal pada masyarakat
Asia Tenggara di dalam evolusi kebudayaan mereka selama periode Hindu dan Budha serta kaitannya dengan
India(Mills, 1952: 407).
9
Sensasi (indera) dan empiri (pengalaman) manusia dijadikan sumber utama di dalam proses munculnya pengeta-
huan.

02-JIMMY JENIARTO.indd 127 10/30/2013 7:35:00 AM


128 Diskursus Local Wisdom: Sebuah Peninjauan Persoalan-persoalan Vol I, 2013

berkaitan dengan pemikiran yang tidak Manusia menjumpai berbagai pengalam


diproses dengan kaedah-kaedah logika. an hidup dan berbagai pengalaman hidup
Irasional juga diidentikan dengan hal se- tersebut mendorong rasio untuk selalu mem
lain intelek, misalnya imajinasi dan intuisi. proses pengetahuan-pengetahuan baru.
Wilayah pengertian rasional yang ke Rasio manusia selalu berproses sehingga
dua berkaitan dengan aspek eksternal. kebudayaan dan peradaban manusia juga
Pada wilayah ini, rasio dimengerti sebagai terus berproses. Jika Local Wisdom ditem-
pikiran manusia yang mandiri dan kritis. patkan sebagai bagian dari tradisi filsafat,
Rasional dipertentangkan dengan pengeta- maka perlu dijelaskan tentang bagaimana
huan irasional, di mana istilah irasional di proses adaptasinya dengan potensi rasion-
sini dimengerti sebagai suatu pengetahuan al manusia.
yang dianggap tidak berdasar olah rasio Bukan tidak mungkin bila suatu penge-
mandiri, atau keyakinan terhadap pengeta- tahuan atau praktek hidup yang telah di-
huan yang berasal dari luar dan keyakinan labeli dengan istilah Local Wisdom justru
yang hanya berdasar otoritas luar. Contoh akan bertentangan dengan potensi rasio
otoritas luar tersebut adalah wahyu, tradisi, manusia. Pertentangan dapat terjadi dika
dan mitos. Mitos diterima sebagai otoritas renakan Local Wisdom ditempatkan seba-
luar yang secara permanen diterima kebe- gai otoritas yang menjadi pandu sekaligus
narannya dan diwariskan turun temurun pembatas aktivitas rasio manusia. Local
melalui tradisi.10 Wisdom tersebut diperlakukan sebagai tra-
Filsafat di dalam bentuk paling awal di disi dan disikapi melalui pemikiran tradis-
Yunani Kuno berada di dalam kubu rasion- ional. Padahal, filsafat merupakan aktivitas
alisme sebagai pemikiran mandiri yang olah rasio yang kritis di dalam menghada-
dipertentangkan terhadap irasionalisme pi realitas.
sebagai pengetahuan yang tidak mandiri. Walaupun demikian, jika kemudian
Contoh pengetahuan yang tidak mandiri, terdapat argumen bahwa Local Wisdom
atau berdasar otoritas luar, adalah cerita tidak harus seperti filsafat (Barat) yang ra-
keagamaan dan mitos yang diwariskan sional, maka istilah Local Wisdom telah dipi-
secara tradisi. Filsafat berada di garis ra- sahkan dari pembentukan awal arti istilah
sionalitas di dalam pengertian sebagai pe- filosofia. Wisdom tidak lagi pengetahuan
mikiran mandiri ini.11 Di sini hanya dibe- sebagaimana pada istilah filsafat, yang se-
dakan antara pengetahuan rasional dan cara implisit merupakan pencarian penge-
pengetahuan irasional. tahuan terus menerus, atau sebuah proses.

10
Karl Popper (1989: 26-27) mengatakan bahwa sebenarnya sumber terpenting pengetahuan kita (selain pengetahuan
bawaan) berasal dari tradisi. Banyak hal yang kita ketahui berasal dari tradisi. Namun begitu, menurut Popper(1989:
122), terdapat dua sikap terhadap tradisi, yakni kritis dan tidak kritis. Sikap tidak kritis adalah menerima tradisi.
Penerimaan tersebut bahkan bisa dilakukan tanpa sadar. Di sisi lain, sikap kritis adalah mengetahui dan mengerti
terlebih dahulu suatu tradisi sebelum melakukan kritik. Sikap kritis dapat berakhir menerima, menolak, atau bah-
kan kompromi terhadap suatu tradisi.
11
Dengan menggunakan pemikiran Poppersebagai kerangka teoritik, yakni tentang kemunculan tradisi baru, maka dapat dika-
takan kemunculan filsafat terjadi melalui pertentangan antara rasionalisme melawan tradisionalisme. Menurut Popper, tradis-
ionalisme adalah keyakinan yang menerima otoritas tradisi. Di sisi lain, kaum rasionalis tidak tertarik dengan tradisi. Tradisi
dianggap sebagai hasil pemikiran orang lain di jaman dahulu. Para rasionalis ingin menggunakan pikiran mereka sendiri dan
menilai sesuatu secara bebas dari tradisi. Kaum rasionalis adalah mereka yang menantang dan mengkritik segala sesuatu, dan
tidak tunduk secara buta terhadap tradisi, termasuk tradisi mereka sendiri. Lebih jauh, kemunculan filsafat adalah kemunculan
tradisi baru, yakni tradisi akal kritis (Popper, 1989: 120-126).

02-JIMMY JENIARTO.indd 128 10/30/2013 7:35:00 AM


Diskursus Local Wisdom: Sebuah Peninjauan Persoalan-persoalan jimmy jeniarto 129

Istilah wisdom barangkali malah dijadi- antar-generasi. Penjelasan-penjelasan lama


kan sebagai penghalusan bagi penyebutan yang bertentangan dengan fakta-fakta baru
terhadap otoritas luar yang diterima dan yang ditemukan akan segera dibuang ka
diyakini secara tidak kritis, atau semacam rena terbukti salah secara faktual. Banyak
pengetahuan yang diwariskan turun temu- di antara penjelasan-penjelasan lama terse-
run tanpa proses kritik, misalnya di dalam but yang kemudian disebut sebagai mitos.
bentuk petuah, sabda, dan cerita-cerita mi- Meski demikian, terdapat beberapa pen
tos. jelasan lama yang dianggap tidak faktual
namun tetap dipertahankan dengan cara
2. Hubungan dengan Mitos menggeser makna. Mitos tetap dipercaya
Mitos kerap dimengerti sebagai lawan oleh penganutnya, namun dengan cara
dari realitas (mitos adalah fiksi) dan juga yang berbeda bila dibandingkan dengan
lawan dari rasionalitas (mitos adalah tidak cara percaya terhadap fakta dan sejarah.13
logis, tidak masuk akal). Di dalam sejarah Dengan cara menggeser makna, maka ke-
penggunaanya, kata mitos mengalami benaran yang dipercaya pada mitos adalah
perubahan makna dari waktu ke waktu. makna yang bernilai. Ringkasnya, mitos
Pada awalnya, mitos merupakan bagian
dianggap memiliki kebenarannya sendiri
dari legein (nominatif: logos). Pada perkem-
(Dowden, 1992: 2-5). Di dalam konteks ini,
bangannya kemudian, mitos dilawankan
mitos bisa fungsional tapi belum tentu be-
terhadap logos (Vernant, 1990: 203-204).
nar secara faktual dan historis.
Selain itu, mitos juga dibedakan dengan
Perlu dibedakan pula pengertian antara
sejarah. Mitos sering melibatkan aspek su-
mitos yang diwariskan secara turun temu-
pranatural.
run dengan pengertian tentang imajinasi
Terlepas dari perkembangan makna,
kreatif, bila keduanya dikatakan sama-sa-
mitos adalah cerita yang berisi berbagai
persoalan hidup manusia serta jawaban- ma merupakan fantasi. Pada mitos warisan
nya, yang dengan mitos tersebut manusia tradisi, mitos tersebut pernah dipercaya
berusaha menjelaskan, meramal, dan me kebenarannya secara faktual dan historis.
ngontrol realitas. Bahkan, menurut Pop- Sedangkan pada imajinasi kreatif, kebe-
per, banyak teori ilmiah yang dihasilkan naran dari cerita bersangkutan masih be-
oleh mitos-mitos lama yang telah ada.12 Ba- rada pada taraf harapan, asumsi, maupun
gaimanapun juga, mitos merupakan satu hipotesis, guna memberi visi pada kehidu-
tahapan yang memiliki peran di dalam pan. Kebenaran isi cerita imajinatif belum
perkembangan pengetahuan manusia. diakui sebagai faktual. Penyematan istilah
Pengetahuan yang dimiliki oleh ma- mitos pada teori-teori modern merupa-
nusia terus bertambah dan berkembang kan penyebutan terhadap pendapat yang
seiring dengan perkembangan persoalan melakukan klaim kebenaran faktual dan
antar-individu, antar-kelompok sosial, dan historis terhadap imajinasi yang sebe-

12
Dalam pemikiran Popper, mitos bisa menghasilkan teori-teori ilmiah. Sains dibedakan terhadap mitos (yang lebih
tua) bukan karena ia bersifat jelas dibanding mitos, namun dikarenakan bahwa sains disertai oleh tradisi tingkat
kedua, yakni diskusi kritis terhadap mitos. Di bawah tekanan kritik, mitos-mitos dipaksa untuk menyesuaikan diri
mememberi gambaran dunia di mana kita hidup secara memadai dan lebih detil (Popper,1989: 127-128).
13
Kebenaran mitos diterima dan dipercaya tanpa melalui kritik dan pembuktian, sedangkan fakta dan sejarah di-
terima melalui proses kritik dan pembuktian.

02-JIMMY JENIARTO.indd 129 10/30/2013 7:35:00 AM


130 Diskursus Local Wisdom: Sebuah Peninjauan Persoalan-persoalan Vol I, 2013

narnya masih merupakan harapan, asumsi, porer, tidak dapat dipertahankan melalui
dan hipotesis. sikap lama, yakni sikap yang menerima
Di atas disebutkan bahwa salah satu ke- apa adanya kebenaran isi mitos tersebut.
mungkinan pengertian Local Wisdom adalah Jika mitos-mitos tersebut hendak diperta
sebagai pengetahuan yang diwariskan oleh hankan, dengan alasan sebagai warisan bu-
nenek moyang dan kebenarannya diang- daya, maka perlu dilakukan dengan cara
gap permanen. Jika suatu mitos dianggap baru, yang hal ini berarti pula akan terjadi
sebagai Local Wisdom di dalam arti ini, maka pergeseran makna.Bagaimanapun juga,
tidak akan ada kebaruan yang berarti pada banyak pengetahuan lama (baik tentang-
mitos tersebut. Mitos, sebagai Local Wisdom masyarakat maupun tentang alam) yang
di dalam pengertian ini, bersifat permanen. berbeda dan bertentangan dengan fakta-
Sedangkan pengetahuan manusia selalu fakta dan persoalan-persoalan kontempo-
berubah dan berkembang. Dengan demiki- rer.
an, mitos dan pengetahuan baru berada
di posisi yang saling bertentangan. Mitos 3. Persoalan kontemporer seiring kema-
adalah produk yang telah ada, sebagai ha- juan sains dan teknologi
sil pemecahan persoalan yang pernah ada. Teknologi sebenarnya bukan ciptaan
Sedangkan pengetahuan baru adalah hasil dunia modern belaka, jika kata modern
dari potensi rasio manusia di dalam ling- dimengerti sebagai masa renaisans dan
kungan persoalan baru dan aspirasi baru. pencerahan (aufklarung) di Eropa. Teknolo-
Beda halnya jika mitos yang diang- gi telah ada sejak manusia mampu mem-
gap sebagai Local Wisdom tersebut dilihat buat peralatan untuk membantu kehidup
di dalam fungsi etisnya yang dipandang an. Sebagaimana telah disinggung di atas,
permanen, yang berarti pula Local Wisdom pada awalnya, di jaman dahulu, manusia
dimaknai sebagai pengetahuan etis. Kebe- memiliki pandangan spiritual tentang du
naran di sini berarti kebenaran etis, atau nia di mana ia hidup berupa mitos, bahkan
lebih tepat disebut kebaikan. Pemahaman tentang kejadian yang alamiah sekalipun.
terhadap mitos di dalam kerangka etis ini Namun pada saat yang sama, manusia juga
sejalan dengan pemaknaan Local Wisdom membuat kemajuan di dalam peralatan
melalui cara penggeseran makna.14 Namun yang digunakan di dunia sekitar mereka.
tetap saja pengetahuan (etis) yang terkan Kemajuan tersebut bersifat praktis, teknolo
dung di dalam mitos tersebut dianggap se- gis, dan bukan ilmiah. Kemajuan tersebut
bagai warisan tradisi atau otoritas luar. merupakan perkembangan peralatan dan
Mitos-mitos warisan masa lalu yang metode dalam rangka memperbaiki ke-
isinya bertentangan dengan fakta-fakta baru hidupan manusia, dan bukan pencarian
dan perkembangan nalar manusia kontem- pengetahuan secara murni untuk memper-

14
Sesuatu yang telah ditolak kebenarannya dikarenakan salah secara faktawi masih bisa diterima dengan cara diubah
maknanya.Di dalam kerangka etis, sesuatu bisa diterima oleh masyarakat dikarenakan fungsionalitasnya secara etis
(moral), bukan kebenarannya secara faktawi. Misal, hingga saat ini sebagian masyarakat Jawa non-Hindu masih
menyukai cerita wayang dikarenakan ajaran moral di dalamnya. Namun mereka tidak mengakui keberadaan fak-
tawi dari tokoh-tokoh di dalam wayang, termasuk para dewa (tuhan) di dalam cerita tersebut, dan menganggap
cerita wayanghanya sebagai mitos. Jika cerita wayang dianggap sebagai Local Wisdom, maka Local Wisdom di sini
berarti pencarian makna terus menerus dengan menafsirkan secara baru suatu warisan masa lalu, atau dengan
kata lain menggeser makna sesuatu yang dahulu pernah dipercaya secara faktawi menjadi dipercaya fungsi etisnya
(ajaran moral) saja saat ini.

02-JIMMY JENIARTO.indd 130 10/30/2013 7:35:01 AM


Diskursus Local Wisdom: Sebuah Peninjauan Persoalan-persoalan jimmy jeniarto 131

oleh pemahaman tentang alam dan cara berkembang sejalan dengan perubah
kerja alam (Spangenburg dan Moser, 2004: an persoalan yang ditemui. Local Wisdom
6). Pembuatan alat untuk berburu serta yang disebut sebagai pengetahuan yang
pengetahuan tentang pertanian merupa- diciptakan oleh generasi lampau juga per-
kan bagian dari perkembangan teknologi nah menjadi jawaban praktis dan teoritis
dan metode yang terjadi saat itu.15 bagi persoalan suatu masyarakat tertentu
Pada masa kontemporer ini, masif- di waktu lampau. Jika terjadi perubahan
nya perkembangan teknologi telah mem- sudut pandang pengetahuan manusia kon-
percepat perubahan cara hidup manusia. temporer di dalam menghadapi persoalan-
Teknologi seolah menyempitkan ruang persoalan baru, maka bukan tidak mung-
dan mengefisienkan waktu. Batas geografi kin Local Wisdom yang telah ada di dalam
menjadi kabur, rentang waktu seolah men- suatu masyarakat juga akan berubah oleh
jadi elastis. Manusia berinteraksi secara karena pengaruh sudut pandang ilmiah.
lebih luas dan cepat, relatif tanpa dihalangi Perubahan praktek hidup dan penge-
oleh batas-batas kebudayaan, geografi, ser- tahuan manusia kontemporer yang ter-
ta waktu. Namun di sisi lain, perkembang manifestasikan di dalam perkembangan
an teknologi dan perubahan cara hidup teknologi dan kelaziman sains merupakan
manusia juga melahirkan persoalan-per- ujian untuk mengukur seberapa signifi-
soalan baru yang belum pernah ada pada kannyasesuatu yang disebut sebagaiLocal
era sebelumnya. Persoalan-persoalan baru Wisdom dalam menghadapi persoalan-per-
butuh solusi-solusi baru. soalan baru yang merupakan akibat dari
Sains merupakan pengetahuan yang praktek hidup dan pengetahuan manusia
menjadi tenaga utama penggerak akselera- kontemporer. Persoalan yang dihadapi
si perubahan cara hidup manusia saat ini. oleh manusia kontemporer bukan sekedar
Jenis-jenis pengetahuan lainnya berlomba- dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh
lomba untuk mengilmiahkan diri agar di- aplikasi atas sains dan teknologi, tetapi
anggap tetap relevan dengan perkemban- manusia juga menemukan persoalan-per-
gan jaman. Akibatnya, muncul beberapa soalan baru dalam rangka usaha melang-
bidang pengetahuan baru yang bermak- sungkan dan mempertahankan hidup di
sud agar pengetahuan-pengetahuan ter- dalam suasana dan lingkungan baru yang
tentu yang telah ada dapat diterima di era dipengaruhi oleh sains dan teknologi.
sains, misalnya Ilmu Gaib (occult sciences).16 Sementara itu, kemajuan teknologi
Pengetahuan yang telah ada tersebut me- komunikasi dan transportasi saat ini ber-
nambahkan kata science(ilmu) agar dike- dampak pada interaksi antar-manusia,
sankan terlegitimasi oleh pengetahuan sehingga terjadi saling perjumpaan antar-
ilmiah (scientific). manusia dari berbagai belahan dunia
Sains berusaha memberi jawaban prak- dengan latar belakang kebudayaan yang
tis dan teoritis atas segala persoalan yang berbeda-beda, namun dihadapkan pada
ditemui manusia, sehingga sains terus persoalan kontemporer yang relatif sama.

15
Pranata mangsa, atau sistem kalender pertanian di Jawa, sebagaimana disebut di atas merupakan contoh kemajuan
pengetahuan manusia yang dihasilkan secara praktis untuk memperbaiki kehidupan dan bukan dalam rangka
pencarian demi pengetahuan itu sendiri.
16
Istilah ilmu merupakan pemendekan istilah Ilmu Pengetahuan, yang merupakan terjemahan bahasa Indonesia
untuk kata science. Jujun Suriasumantri, di dalam bukunya, menyinggung beberapa persoalan terkait penerjema-
han kata science ke dalam bahasa Indonesia (Suriasumantri, 2009: 291-296).

02-JIMMY JENIARTO.indd 131 10/30/2013 7:35:01 AM


132 Diskursus Local Wisdom: Sebuah Peninjauan Persoalan-persoalan Vol I, 2013

Bisa saja suatu persoalan serupa (global) dom berposisi sebagai objek material ataukah
dipecahkan dengan cara setempat-setem- objek formal?Jika Local Wisdom berpo-
pat (lokal). Namun, pemecahan ini tidak sisi sebagai objek material, maka apa be-
menjamin bahwa cara lama yang telah ada danya kajian Local Wisdom dengan kajian
di suatu tempat tertentu dapat digunakan Antropologi maupun sebagai bagian dari
kembali sebagai alat pemecahan terhadap kajian Sejarah Filsafat (bila memang layak
pesoalan baru yang terus muncul. Selain disebut filsafat)? KetikaLocal Wisdom ditem-
itu, efek dari perjumpaan antar-manusia patkansebagaiobjek material, maka Local
yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi Wisdom semata dipetakan, dideskripsikan,
komunikasi dan transportasi adalah ke- dan didokumentasikan, namun tidak digu-
mungkinan terjadinya perubahan-perubah nakan sebagai alat analisis bagi persoalan
an cara pikir suatu masyarakat, termasuk kontemporer.17
kemungkinan pengaruhnya terhadap Lo- Sedangkan jika Local Wisdom diposisi-
cal Wisdom. Manusia kontemporer adalah kan sebagai objek formal, maka ia akan
manusia dengan mobilitas dan komunikasi bertemu dengan persoalan-persoalan baru,
yang cepat dan intensif sebagai akibat dari juga dengan pemikiran-pemikiran baru,
perkembangan sains dan teknologi. yang barangkali belum pernah ada sebe
lumnya. Persoalan baru membutuhkan cara
4. Hubungan dengan filsafat kontempo- pemecahan yang baru, sehingga pemecah
rer an persoalan senantiasa berubah.
Perdebatan filsafat kontemporer global Jika Local Wisdomdinilai memiliki ke-
(internasional) mengambil isu-isu perso- mampuan berposisi sebagai objek formal,
alan manusia kontemporer untuk dipecah- maka sejauh apa kemampuannya berin-
kan. Diskusi dan kritik yang terjadi di da- teraksi dengan pemikiran-pemikiran lain
lam perdebatan filsafat kontemporer tak yang muncul dari ruang dan waktu yang
lepas dari persoalan tidak memadainya lain, baik yang bersifat universalia maupun
pemikiran-pemikiran lama di dalam meng- yang bersifatpartikularia? Mau tak mau,
hadapi persoalan-persoalan baru. Asum- seiring perubahan praktek hidup manu-
sinya, jika pemikiran-pemikiran lama yang sia kontemporer, apa yang disebut seba-
telah ada dapat memberi pemecahan atas gai Local Wisdom akan berinteraksi dengan
persoalan-persoalan baru, maka persoalan- pengetahuan global dan universal, serta
persoalan baru yang selalu muncul dapat pengetahuan partikular dari tempat lain.
diselesaikan dengan cara lama. Namun, Akibatnya, terbuka pula kemungkinan
kenyataannya tidak demikian, karena sela- terjadinya berbagai penyesuaian antara
lu ada persoalan baru yang tidak bisa dis- pengetahuan lokal dengan pengetahuan
elesaikan dengan cara lama. Oleh karena dari luar dan hal ini akan berdampak pada
itu, selalu ada pemikiran filsafat baru yang perubahan-perubahan. Padahal, apabila
muncul yang mencoba memberi analisis Local Wisdom dipandang sebagai warisan
dan solusi baru. leluhur yang kebenarannya dianggap per-
Di dalam arus diskursus filsafat kon- manen, maka tidak ada kemungkinan pe-
temporer global, apakah peran Local Wis rubahan bagi Local Wisdom.

17
Pemikiran Sartini (2009: 24) yang menempatkan Local Wisdom sebagai produk, sebagaimana telah disebutkan di atas, adalah
contoh penempatan Local Wisdom di dalam posisi sebagai objek material.

02-JIMMY JENIARTO.indd 132 10/30/2013 7:35:01 AM


Diskursus Local Wisdom: Sebuah Peninjauan Persoalan-persoalan jimmy jeniarto 133

5. Hubungan dengan keadaan sosial oleh pihak yang dirugikan, namun pada
Sebagai suatu pemikiran atau pengeta- saat yang sama akan dipertahankan oleh
huan yang dianggap permanen kebenaran- pihak yang diuntungkan.18
nya dan diwariskan secara turun temurun, Apabila di dalam suatu masyarakat
maka Local Wisdom memapankan pengeta- terjadi ketidakpuasan atas suatu kema-
huan dan praktek hidup tertentu. Local Wis- panan sosial, maka akan muncul ide-ide
dom dianggap sebagai pemecahan perso- tandingan melawan ide yang umum (laz-
alan kehidupan bagi masyarakat tertentu. im, berkuasa) yang menopang kemapanan
Local Wisdom yang dianut oleh masyarakat keadaan masyarakat tersebut. Setiap usaha
tersebut juga berarti pengetahuan (ide) dan untuk memunculkan pengetahuan dan
praktek hidup yang berlaku umum, atau praktek hidup baru akan berhadapan de
kekuatan yang memengaruhi masyarakat ngan pengetahuan dan praktek hidup lama
bersangkutan. yang ada. Jika Local Wisdom dianggap per-
Jika suatu pengetahuan dan praktek manen kebenarannya secara turun temu-
hidup di dalam suatu masyarakat telah run, maka akan terjadi ketegangan antara
mapan, maka kedudukan sosial juga te-
aspirasi baru dengan Local Wisdom yang
lah tetap. Posisi antar-individu juga tetap.
telah ada yang telah diwariskan secara tu-
Jika masyarakat bersangkutan terstruktur
run temurun. Ketegangan ini mencermin
di dalam kelas-kelas sosial, maka kema-
kanbahwa kemapanan pengetahuan dan
panan pengetahuan dan praktek hidup
praktek hidup yang sedangberlaku tengah
mengimplikasikan kemapanan kedudukan
diguncang. Ringkasnya, Local Wisdom yang
kelas-kelas sosial. Juga kemapanan suatu
ada sedang digugat.
posisi individu terhadap individu yang
lain. Local Wisdom yang dianut di dalam Pihak-pihak yang berkepentingan de
masyarakat tersebut berarti ide dan prak- ngan kemapanan akan mempertahankan
tek hidup yang melanggengkan kemapan Local Wisdom yang telah ada dan menolak
an tersebut. Apakah posisi antar-individu kemungkinan kemunculan pengetahuan
dan antar-kelas sosial tersebut saling baru tandingan. Kemapanan selalu ber
menguntungkan ataukah merugikan satu usaha mempertahankan status quo. Di da-
pihak? Jika saling menguntungkan, maka lam situasi demikian, Local Wisdom dapat
kemapanan tidak akan dipersoalkan. Na- digunakan sebagai alat untuk mempertah-
mun, jika ada satu pihak yang dirugikan, ankan status quo mengenaiposisi antar-in-
maka kemapanan tersebut akan digugat dividu maupun kelas-kelas sosial.19

18
Misal, jika sistem politik feodalisme Jawa dipraktekkan sebagai Local Wisdom,dengan alasan sebagai pemikiran poli-
tik warisan budaya, maka kelas bangsawan akan diuntungkan secara ekonomi dan politik. Contoh kasus, hingga
saat inirebutan tanah antara para petani lahan pantai di Kulon Progo, Yogyakarta, dengan pihak Keraton Pakuala-
man masih berlangsung. Para petani mengatakan bahwa para orang tua mereka merebut lahan tersebut dari pen-
guasaan Jepang dan mereka (para petani dan orang tuanya) telah menggarapnya selama puluhan tahun. Sedang-
kan pihak Keraton Pakualaman mengklaim bahwa,sebelum kedatangan Jepang, lahan pantai tersebut merupakan
tanah Keraton Pakualaman. Sistem politik feodalisme akan berpihak pada Keraton Pakualaman, yang berarti lahan
pantai akan diambil oleh Keraton Pakualaman. Para petani tentu menolak sistem politik feodalisme tersebut.
19
Sebagai contoh, Soeharto dikenal sering menggunakan petuah-petuah kebijaksanaan Jawa untuk mengamankan
posisi politiknya pada masa Orde Baru. Soeharto menggunakan peribahasa Jawa rumangsa bisa nanging ora bisa
rumangsa(kira-kira berarti: mengira mengerti padahal tidak mengerti) untuk menyatakan ketidaksukaannya pada
gerakan Petisi 50 (Dwipayana, G. & Ramadhan K.H., 1989: 347). Kelompok Petisi 50 yang muncultahun 1980
berisi para tokoh terkemuka yang mengkritisi pemerintahan Soeharto. Pernyataan Soeharto dapat dilihat sebagai
upaya Soeharto dalam rangka mengamankan posisi politik dari kemungkinan ancaman menguatnya penentang
dirinya.

02-JIMMY JENIARTO.indd 133 10/30/2013 7:35:01 AM


134 Diskursus Local Wisdom: Sebuah Peninjauan Persoalan-persoalan Vol I, 2013

Local wisdom dan Sikap Epistemologis Di sisi lain, jika Local Wisdom dimengerti
Di sini, pemaknaan Local Wisdom akan sebagai suatu pengetahuan setempat yang
dikaitkan dengan dua sikap epistemologis dinamis, maka pengertian Local Wisdom di
yang saling bertentangan. Popper menga- sini termasuk di dalam kategori sikap op-
takan bahwa terdapat dua sikap episte- timisme epistemologis. Pengetahuan di-
mologis, yakni: pertama, optimisme episte- hasilkan melalui olah rasio subjek secara
mologis; kedua, pesimisme epistemologis. mandiri, dan dapat disebut sebagai rasion-
Optimisme epistemologis adalah suatu alis (dalam arti yang juga mencakup kerja
sikap yang mengatakan bahwa penge- indera). Local Wisdom di dalam pengertian
tahuan dapat diupayakan oleh manusia rasionalisme (optimisme epistemologis) ini
(Popper, 1989: 5). Dengan kata lain, ma- bersifat dinamis dan berubah. Di sini, ter-
nusia secara mandiri dapat menghasilkan jadi proses kreasi pengetahuan. Subjek ber-
pengetahuan. Sementara itu, pesimisme sifat mandiri, aktif, dan kritis. Pengetahuan
epistemologis adalah suatu sikap yang be- dikategorikan sebagai rasionalis (rasional-
ranggapan bahwa pengetahuan bersifat isme yang mencakup juga kerja indera).
diturunkan atau diberikan oleh otoritas Namun, sekali lagi, pengertian Lo-
(Popper, 1989: 6). Dengan kata lain, penge- cal Wisdom yang dinamis ini berarti pula
tahuan didiktekan kepada manusia oleh penyingkiran warisan yang diturunkan
otoritas luar. melalui tradisi. Pengertian ini tidak sesuai
Sebagai pengetahuan warisan leluhur dengan pemaknaan Local Wisdom sebagai
yang kebenarannya dianggap statis (per- warisan leluhur yang harus dipertahan
manen), Local Wisdom termasuk di dalam kan dan dipelihara. Pengertian dinamis ini
kategori sikap pesimisme epistemologis. merupakan hasil dari usaha terus-menerus
Pengetahuan diwariskan melalui tradisi, masyarakat bersangkutan di dalam me-
sehingga sesuai dengan istilah Popper lain- mecahkan persoalan-persoalan yang mer-
nya, yakni tradisionalisme. Local Wisdom di eka hadapi. Pengetahuan baru dimung-
dalam bentuk tradisionalisme ini bersifat kinkan, namun pengetahuan lama warisan
stagnan dan permanen. Tidak ada keba- leluhur tidak dapat dipertahankan secara
ruan di dalam pengetahuan, tetapi hanya permanen.
pengulangan pengetahuan lama. Subjek
bersifat pasif, patuh pada otoritas luar atau
didikte otoritas luar. Pengetahuan dikate Penutup
gorikan sebagai irasional di dalam arti
Secara istilah, pengertian Local Wisdom
tidak dihasilkan oleh akal subjek secara
sebenarnya belum benar-benar didefinisi-
mandiri.
kan dan diterima secara mapan. Terdapat
Otoritas luar mendominasi struktur
pendapat yang memahami Local Wisdom
epistemologis anggota masyarakat yang
memegang teguh Local Wisdom sebagai pan- sebagai filsafat yang teoritis, meski filsafat
duan di dalam kehidupan mereka. Perso- dimaknai di dalam arti sebagai jalan hidup
alan yang muncul di dalam tipe masyarakat etis ketimbang kajian kritis-rasional di da-
demikian adalah terhalangnya inovasi kre- lam rangka upaya pencarian pengetahuan.
atif dari rasio anggota masyarakat. Suatu Pendapat lain menganggap Local Wisdom
Local Wisdomkemudian merupakan suatu sebagai pengetahuan praktis dalam pe-
arena di mana batas-batas kebebasan rasio mecahan persoalan hidup. Pendapat ini
telah ditentukan. bersifat praktis-teknologis (tekhne: penge-

02-JIMMY JENIARTO.indd 134 10/30/2013 7:35:01 AM


Diskursus Local Wisdom: Sebuah Peninjauan Persoalan-persoalan jimmy jeniarto 135

tahuan praktis). Misalnya, penyebutan pra- jaksanaan universal yang sama. Di sini juga
nata mangsa sebagai Local Wisdom. terkandung persoalan. Istilah wisdom
Secara garis besar diandaikan terdapat bisa saja dimaknai bukan sebagai sebuah-
dua pemaknaan Local Wisdom. Pertama, Lo- variabel (sebagai syarat ciri lokal) melain
cal Wisdom dimaknai sebagai pengetahuan kan sebagai sesuatu yang telah ditetapkan
warisan leluhur yang diturunkan melalui begitu saja secara sama untuk segala ruang
tradisi. Pengetahuan ini bersifat permanen dan waktu.
di dalam berbagai era. Kedua, Local Wis- Berkaitan dengan berbagai Local Wis-
dom dimaknai sebagai pengetahuan lokal dom dari berbagai masyarakat, terdapat
yang merupakan hasil dari kecerdasan kemungkinan terjadinya paradoks. Apa
lokal dalam menghadapi persoalan hidup. yang disebut sebagai Local Wisdoms di
Pengetahuan ini senantiasa berubah sesuai berbagai tempat yang berlainan berusaha
lingkungan jaman. Pengetahuan ini bersi- memecahkan persoalan kontemporer yang
fat kontekstual di dalam ruang dan waktu serupa, meski mungkin dengan dampak
yang berbeda. yang berbeda-beda. Bisa jadi akan terjadi
Local Wisdom seolah merupakan wakil persaingan di antara para Local Wisdoms
dari relativisme ketika berhadapan dengan tersebut, bahkan saling menegasikan, un-
absolutisme. Namun, anggapan relatif tuk menyatakan diri sebagai yang paling
maupun absolut terkait Local Wisdom ini unggul. Misalnya, apa sebenarnya yang di
bukan tanpa persoalan. Di satu sisi, jika Lo- sebut sebagai budaya masyarakat Timur
cal Wisdom dimaknai sebagai suatu tradisi dan masyarakat mana yang dijadikan kib-
yang diwariskan turun-temurun, maka ke- lat atau patokannya? Persaingan di antara
relatif-an tersebut terdapat pada ruang na- para Local Wisdoms bisa mengarah pada
mun tidak pada waktu. Relatif secara ruang, upaya dominasi oleh satu ide tunggal.
tetapi absolut secara waktu. Di sisi lain, jika
Local Wisdom dimaknai sebagai sebuah pe-
mecahan kontekstual terhadap persoalan
menurut ruang dan waktu tertentu, maka DAFTAR PUSTAKA
pengertian Local Wisdom sebagai tradisi Abdullah, Irwanet al. (ed.). (2008). Agama
warisan leluhur menjadi tidak bermakna. dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Glob-
Di dalam pengertian ini, Local Wisdom men- al. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana
jadi hal yang terus berubah serta tidak ada UGM dan Pustaka Pelajar.
warisan budaya yang dipertahankan dan Dowden, Ken. (1992). The Uses of Greek My-
dipelihara sebagai permanen. thology. London and New York: Rout-
Di sisi lain, terdapat anggapan abso- ledge.
lut bahwa apa yang disebut wisdom atau Dwipayana, G. & Ramadhan K.H. (1989).
kebijaksanaan, atau kearifan, bersifat uni- Soeharto: Pikiran, ucapan, dan tindakan
versal. Pendapat ini berdampak pada dua saya: otobiografi, seperti dipaparkan kepada
hal. Pertama, pemutlakkan universalia seh- G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. Jakar-
ingga menyingkirkanpartikularia, yang be- ta: PT. Citra Lamtoro Gung Persada.
rarti pula penyangkalan terhadap hal lokal. Gerson, Lloyd P. (2009). Ancient Epistemol-
Pendapat ini akan mementahkan kembali ogy. Cambridge: Cambridge University
diskursus Local Wisdom. Kedua, jika pun Press.
Local Wisdom diakui ada, maka pada setiap Kedaulatan Rakyat. (2013). Memedi
Local Wisdom dianggap terkandung kebi- Sawah, Kearifan Lokal Mengusir

02-JIMMY JENIARTO.indd 135 10/30/2013 7:35:01 AM


136 Diskursus Local Wisdom: Sebuah Peninjauan Persoalan-persoalan Vol I, 2013

Hama. Kedaulatan Rakyat, Minggu 22 2013. Yogyakarta.


September 2013. Yogyakarta. Popper, Karl R. (1989). Conjectures and Refu-
Mills, Lennox A. (1952). Review of H. G. tations: The Growth of Scientific Knowl-
Quaritch Waless The Making of Greater edge. London: Routledge.
India: A Study in Southeast Asian culture Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Na-
change. The Journal of Asian Studies, 11, sional. (2007). Kamus Besar Bahasa Indo-
407. Tersedia daring di: http://journals. nesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pus-
cambridge.org/action/displayAbstract; taka.
jsessionid=DE0527E5C7BB4D45DE448 Sartini. (2009). Mutiara Kearifan Lokal Nu-
9BF13DAB4C1.journals?fromPage=on santara. Yogyakarta: Kepel Press.
line&aid=7102832 [Terakhir diakses 27 Spangenburg, Ray & Moser, Diane K.
Juli 2013]. (2004). The Birth of Science: Ancient Times
Nightingale, Andrea Wilson. (2004). Spec- to 1699. New York: Facts On File, Inc.
tacles of Truth in Clasical Greek Philoso- Suriasumantri, Jujun S. (2009). Filsafat Ilmu:
phy: Theoria in its Cultural Context. Cam- Sebuah pengantar populer. Jakarta: Pus-
bridge: Cambridge University Press. taka Sinar Harapan.
Partosuwiryo, Suwarman. (2013). Ga Vernant, Jean-Pierre. (1990). Myth and Soci-
rap Potensi Laut, Peduli Local Wis ety in Ancient Greece. New York: Zone
dom,Kedaulatan Rakyat, Sabtu 20 Juli Books.

02-JIMMY JENIARTO.indd 136 10/30/2013 7:35:01 AM


Jurnal Ultima Humaniora, September 2013, hal 28-39 Vol. I, Nomor 2
ISSN 2302-5719

Posfenomenologi Ruangcyber:
Menelaah Realitas Visual Internet dan Konsep Ruangcyber da-
lam Ilmu Antropologi

BUDI HARTANTO
Alumnus STF Driyarkara; Pengarang buku Dunia Pasca-Manusia. Menjelajahi Tema-Tema
Kontemporer Filsafat Teknologi (2013)
Surel: filstek3@yahoo.com

Diterima: 13 Agustus 2013


Disetujui: 27 Agustus 2013

ABSTRACT

This article discusses cyberspace as postphenomenological reality. The internet and virtual
technologies are described in the perspective of postphenomenology and Don Ihdes philosophical
concept of multistability in cyberspace. I use postphenomenology of cyberspace to explain exis-
tential human relation to cyber world through medium of internet technology. From the idea of
multistability in cyberspace I will highlight the significance of visual reality which presents in in-
ternet. I have concluded that visually constructed reality is a mainstream to understand postphe-
nomenological dimension of cyberspace. Moreover, in this article I explore concept of cyberspace
in the study of anthropology. Discourse of cyberspace in anthropology is more empirical where it
discusses not limited to philosophy of technological space, but social and cultural phenomena of
human relation to new technological artefacts particularly information technology. The anthropol-
ogy of cyberspace that I explore here are about cyberculture (Arturo Escobar), cyborgs in cyber-
space (David Hakken), and virtual community.

Keywords: Multistability, Visuality, Postphenomenology of cyberspace, Phenomenology of in-
strumentation, Cyberculture

PENDAHULUAN teraksi yang lebih mendasar seperti silatur-


ahmi kekeluargaan dan pertemanan.
Dinamika kehidupan sosial melalui mediasi
Berdasar data penelitian Bank Dunia
teknologi internet telah mencipta cakrawa-
(2011) pengguna internet berjumlah 32,8
la baru tentang keberadaan dunia virtual.
% dari jumlah penduduk dunia atau ber-
Berbagai aktivitas kehidupan sosial yang jumlah 2,2 mililar (www.wordbank.org).
sebelumnya mensyaratkan aktivitas keber- Sedangkan di Indonesia, dengan mengacu
tubuhan tergantikan oleh aktivitas dalam data dari Kementerian Komunikasi dan
ruang yang diistilahkan dengan ruangcy- Informatika (2012), 23% dari jumlah pen-
ber ini; dari kegiatan ekonomi, transfer dan duduk atau berjumlah 55 juta orang. Peng-
diseminasi pengetahuan, sampai moda in- guna Facebook berjumlah 43,06 juta orang,

03-BUDI HARTANTO.indd 137 10/30/2013 7:35:30 AM


138 Posfenomenologi Ruangcyber: Menelaah Realitas Visual Internet dan Konsep Vol I, 2013
Ruangcyber dalam Ilmu Antropologi

Twitter 19,5 juta orang. Berarti lebih dari


pragmatis manusia dan dunia internet.
1/4 jumlah penduduk Indonesia beraktifi- Konsep ini dielaborasi dari filsafat Don Ihde
tas dalam internet. Sebuah fenomena yang tentang fenomenologi instrumentasi dan
tentunya menarik untuk kita refleksikan. multistabilitas dalam ruangcyber. Sebuah
Dalam tulisan ini saya akan membahas pemikiran tentang bagaimana kita me-
ruangcyber dalam perspektif posfenom- mahami internet sebagai instrumen yang
enologi dan antropologi untuk mereflek- memediasikan manusia dan dunia global.
sikan dimensi filosofis kehidupan virtual.Internet menghadirkan realitas sesung-
Posfenomenologi adalah pemikiran Don guhnya secara reduktif dalam ruang layar
Ihde seorang filsuf teknologi kontempo- dalam bentuk hiperteks dengan mediasi
rer yang menjelaskan secara lebih luas teknologi virtual. Setiap entitas informatif
pemikiran fenomenologi pasca-Husserl dalam ruang teknologis internet merepre-
yakni Martin Heidegger, Paul Ricoeur, dan sentasikan keberadaan dunia tubuh (world
Maurice Merleau-Ponty. Dalam posfenom- of bodies) baik itu manusia sebagai tubuh
enologi dijelaskan bahwa intensionalitas atau pun realitas sesungguhnya.
tidak terbatas pada kesadaran yang bersi- Media sosial seperti Skype, Facebook,
fat persepsional dalam relasinya dengan dan Twitter, misalnya, adalah ruang sosial
dunia seperti filsafat Husserl, melainkan teknologis yang berada dalam dimensi pos-
yang utama tubuh dalam relasinya dengan fenomenologis ruangcyber. Moda interaksi
dunia sosial dan kultural. Don Ihde menga-sosial tereduksi dan pada saat yang sama
takan bahwa posfenomenologi selalu berpi- meluas melampaui kapasitas ruang keber-
jak dari materialitas tubuh yang terhubungtubuhan. Tubuh dikonstitusikan ke dalam
dengan materialitas-materialitas lainnya eksemplar program, identitas terkonstruk-
atau secara lebih spesifik artefak teknologi.
si dalam wujud hiperteks. Atau dalam for-
Kesadaran sebagaimana dijelaskannya te- mat telepresence dimana tubuh hadir secara
lah menubuh dengan dunia. Menurutnya audio-visual-kinestetis dalam ruang layar.
Intentionality, now not consciousness per se
Media sosial yang mewujud dalam bentuk
but embodied, includes material technologies in
hiperteks menjadi medium tubuh-tubuh
various positions as I relate to a or any world
yang terkoneksi secara global.
(Ihde, 2003: 15). Dengan posfenomenologi ruangcyber
Pembahasan diawali dengan menerang- kita pahami bahwa instrumen mencipta
kan posfenomenologi ruangcyber dengan ruang dan menghadirkan realitas sesung-
mengacu pada pemikiran Don Ihde. Set- guhnya dengan mediasi internet. Oleh ka
elah itu saya akan menerangkan konsep renanya ia tidak terbatas pada interaksi so-
ruangcyber dalam ilmu antropologi yang sial yang kemudian mencipta dunia secara
meliputi pemikiran antropologi Arturo Es- sosiologis dan antropologis seperti dalam
cobar tentang ruangcyber dalam kaitannya Facebook atau Twitter, melainkan yang uta-
dengan kebudayaan teknologi (cybercul- ma adalah relasi berjarak antara manusia
ture), cyborgs@cyberspace-nya David Hak- dan dunia yang dimediasi oleh teknologi
ken, dan komunitas virtual. virtual. Dunia yang dihadirkan oleh instru-
men yang terkoneksi ke dalam internet da-
pat dipahami sebagai ekstensi pengalaman
Posfenomenologi Ruangcyber kebertubuhan yang bersifat global. Ketika
Posfenomenologi ruangcyber merupakan sebuah instrumen atau mesin terintegrasi
konsep filosofis untuk menjelaskan relasi dengan internet kita dapat mengaksesnya

03-BUDI HARTANTO.indd 138 10/30/2013 7:35:30 AM


Posfenomenologi Ruangcyber: Menelaah Realitas Visual Internet dan Konsep budi hartanto 139
Ruangcyber dalam Ilmu Antropologi

tanpa adanya relasi kebertubuhan dengan sebagai sistem relasional manusia, internet,
instrumen tersebut. Dengan internet dunia teleskop, dan alam semesta. Alam semesta
terfragmentasi dan terdomestikasi melam- yang dimediasi teleskop yang terdomes-
paui pemahaman kita tentang ruang dan tikasi dalam ruang layar memberi pema-
waktu sesungguhnya. haman bahwa dunia cyber menjadi realitas
Bila dalam fenomenologi instrumen- yang tak terbatas.
tasi relasi tubuh dan instrumen mewujud
secara intensional dan tersituasikan, yaitu Galileo Teknologi Informasi Teleskop Alam Semesta

ketika tubuh, instrumen, dan dunia men-


cipta pengalaman eksistensial relasional Selain itu kita ketahui situs jejaring
fenomenologis seperti dalam diagram: sosial The Telegarden (1995-2004). The Tele
garden menampilkan instalasi artistik ta-
Manusia Instrumen Dunia man yang dirawat oleh instrumen robotik
yang dapat diakses melalui internet. Setiap
anggota yang terdaftar dalam The Telegar-
Dalam posfenomenologi ruangcyber den masing-masing dengan tumbuhannya
instrumen secara global terdomestikasi sendiri dapat merawat dan menyirami
dalam ruang layar. Mediasi internet me- tumbuhan dengan mediasi tangan robotik
mungkinkan kita untuk mengakses instru- dan melihat pertumbuhannya dalam ruang
men-instrumen yang terintegrasi dengan layar. Persepsi inderawi realitas dalam The
internet tanpa adanya relasi kebertubu- Telegarden terbatas pada kualitas hiperteks
han dengan instrumen. Tubuh memaha- audio-visual-kinestetis atau video. Namun
mi secara perseptual kompleksitas dunia kita pahami bahwa ia memediasikan reali-
inderawi melalui mediasi teknologi infor- tas sesungguhnya yang bersifat kompleks
masi. Struktur relasionalnya seperti dalam secara inderawi.
diagram: The Telegarden mensyaratkan instrumen
yang terkoneksi ke dalam jaringan internet.
Manusia Internet Instrumen Dunia Dimensi posfenomenologi ruangcybernya
dalam konteks ini adalah ketika instrumen
SLOOH SpaceCamera (www.slooh.com) termediasi oleh program komputer yang
adalah situs internet yang memberi pema- dapat mengontrol gerak instrumen robotik,
haman tentang dimensi posfenomenolo- relasi manusia dan instrumen yang terinte-
gis ruangcyber. Situs SLOOH Space Camera grasi dengan mediasi teknologi komputer
menghadirkan aktivitas teleskop robotik mengubah dan mengondisikan realitas se
yang berada di kepulauan Canaria Sam- sungguhnya. Relasi kemenubuhan manu-
udera Atlantik. Dengan membuat akun sia dan instrumen ditransformasikan ke
di SLOOH kita dapat mengakses aktivitas dalam ruang layar.
teleskop dengan mengikuti jadwal events Yang paling mutakhir dan visioner
teleskop yang ditentukan oleh admin situs adalah The Internet of Things. The Internet
SLOOH. Setiap anggota dengan membuat of Things merupakan sebuah gagasan ten-
reservasi dapat mengontrol dengan bebas tang virtualisasi benda-benda sehingga ia
teleskop yang berada di kepulauan Canaria dapat dibaca dan dikomprehensi secara
ini. Teleskop terkoneksi secara global de perseptual hermeneutis dalam ruang layar.
ngan mediasi teknologi internet. Teleskop Sebuah visi terkoneksinya benda-benda se-
hadir dalam ruang layar dan menjadi logis cara teknologis ke dalam internet. Dengan

03-BUDI HARTANTO.indd 139 10/30/2013 7:35:30 AM


140 Posfenomenologi Ruangcyber: Menelaah Realitas Visual Internet dan Konsep Vol I, 2013
Ruangcyber dalam Ilmu Antropologi

teknologi RFID (Radio-Frequency Identifica- kaitannya dengan fenomena realitas virtu-


tion) benda-benda ditag agar kemudian al: 1) tampilan ruang layar, 2) non-netrali-
dikenali atau dideteksi gerak aktifitasnya tas internet dalam bentuk email dan virtual
dalam ruang layar. Seperti disebutkan technologies dan 3) virtual/actual alternation.
dalam situsnya The Internet of Things ini Email dan teknologi-teknologi virtual
mempunyai misi kebebasan berinternet membentuk gagasan tentang non-netrali-
dan untuk lebih menghidupkan dunia cy- tas ruangcyber dalam arti ia bersifat inter-
ber dimana benda-benda kemudian dapat aktif atau hadir sebagai realitas termediasi.
dikomprehensi secara elektronis. Teknologi informasi memungkinkan kita
Kualitas kebertubuhan yang ditrans- untuk berinteraksi, membaca realitas, dan
formasikan secara teknologis seperti da- mengontrol instrumen-instrumen yang
lam Facebook, Twitter, SLOOH, The Telegar- terintegrasi dengan teknologi internet. In-
den dan visi The Internet of Things memberi ternet menghadirkan dunia yang bersifat
pemahaman tentang realitas yang bersifat interaktif. Non-netralitas ini kemudian
omnipresence dalam arti dapat diakses tan- memungkinkan terbentuknya virtual/actual
pa batasan ruang dan waktu. Akan tetapi alternation, yaitu ketika informasi dalam
realitas kebertubuhan yang dimediasi oleh ruangcyber mengondisikan realitas sesung-
instrumen hadir terbatas dan tersituasikan guhnya dan vice versa realitas sesungguh-
dalam bentuk hiperteks. Keterbatasan ru- nya mengubah realitas virtual.
ang layar yang membentuk realitas secara Namun yang utama adalah tentang
instrumental ini dijelaskan oleh Don Ihde persepsi ruang teknologis. Multistabilitas ru-
sebagai multistabilitas dalam ruangcyber. ang ini adalah mengenai persepsi visualis
Inilah yang menjadi keutamaan dalam pos- tis ruang layar yang dijelaskan oleh Don
fenomenologi ruangcyber. Ihde memiliki dua bentuk variasi fenom-
Multistabilitas dalam ruangcyber menu- enologis: yaitu ruang layar dua dimensi
rut Don Ihde adalah variasi-variasi persep- atau on-the-screen-space dan ruang layar tiga
tual fenomenologis dalam ruang layar dimensi atau through-screen-space. Ruang
(screen space) yang mengonstruksi virtuali- layar dua dimensi menjadi medium untuk
tas. Variasi-variasi perseptual ini menurut menampilkan halaman program aplikasi
Don Ihde tidak hanya tampilan hiperteks yang terdiri dari teks, simbol, dan angka.
yang bersifat ambigu seperti misal sebuah Sedangkan ruang layar tiga dimensi me
gambar yang menghasilkan dua bentuk ngonstruksi virtualitas dalam bentuk kom-
yang berbeda seperti dalam ilmu psikolo- puter grafik. Game, simulasi 3D, dan video
gi yaitu gambar bebek dan kelinci. Don merupakan virtualitas through-screeen-space
Ihde menjelaskan kemungkinan hadirnya yang ditampilkan dalam ruang layar. Re-
persepsi ketiga berkenaan dengan multi- alitas yang dihadirkan memiliki forma
stabilitas sebuah gambar (Ihde, 2003: 1). yang sama dengan realitas sesungguhnya
Sebuah gambar dapat dipersepsikan dalam namun terbatas pada kualitas audio, video,
perspektif-perspektif yang berbeda yang dan gerak/kinestetik (Ihde, 2003: 3-7).
kemudian memunculkan gagasan tentang Dengan konsep multistabilitas ini di-
konsep ruang dalam sebuah medium. pahami bahwa dimensi posfenomenologis
Multistabiltas ini menurut Don Ihde ruangcyber berada dalam ruang layar. The
mengontruksi pemahaman kita akan re- Telegarden, misalnya, merepresentasikan
alitas virtual. Dalam pemikiran Don Ihde taman sesungguhnya secara audio-visual-
terdapat tiga model multistabilitas dalam kinestetis dengan mediasi teknologi vir-

03-BUDI HARTANTO.indd 140 10/30/2013 7:35:30 AM


Posfenomenologi Ruangcyber: Menelaah Realitas Visual Internet dan Konsep budi hartanto 141
Ruangcyber dalam Ilmu Antropologi

tual, realitas tereduksi namun kita tetap Hubert L. Dreyfus dalam On the Inter-
dapat mengontrolnya secara langsung. net memberi komentar mengenai keoten-
Multistabilitas dalam hal ini adalah ketika tikan ruangcyber ini. Ia menyatakan per-
perubahan dalam dunia virtual yang ter- soalan telepresence dengan merujuk pada
batas mengondisikan dunia aktual atau ta- pemikiran Descartes tentang moda mema-
man sesungguhnya. Dalam The Internet of hami realitas melalui mediasi tubuh yang
Things, perubahan virtual/actual menjadi kemudian dikomprehensi oleh pikiran
lebih hidup karena dengan teknologi RFID (Dreyfus, 2001: 49-71). Descartes memper-
gerak benda-benda dapat diidentifikasi soalkan realitas yang dipersepsikan oleh
secara otomatis melalui sistem informasi tubuh sebagai medium ini. Tubuh dalam fil-
elektronis. safat Descartes adalah sama halnya dengan
Filsafat Don Ihde tentang multistabilitas teknologi virtual. Bedanya tubuh memberi
informasi pada entitas yang tak tercerap
adalah ketika kita melihat variasi tampilan
seperti jiwa, sedangkan teknologi memberi
hiperteks dan efek-efek yang dihasilkan-
informasi pada tubuh sebagai yang selalu
nya. Inilah yang membedakan dunia cy-
berada dalam perspektif. Pemikiran Drey-
ber dengan dunia pikiran Cartesian yang
fus adalah mengenai kritik fenomenologis
dikatakan terpisah dengan dunia tubuh.
ruangcyber terutama mengenai telepresence.
Kualitas hiperteks mengontruksi dunia Tubuh yang mewujud dalam bentuk hiper-
pikiran yang bersifat eksternal alih-alih teks video dikatakan berjarak atau tereduk-
dunia internal pikiran Cartesian. Pemikiran si secara fenomenologis, konsekuensinya
Don Ihde tentang komputer sebagai mesin manipulasi atau ketidak-otentikkan reali-
epistemologi (Ihde, 2001: 81-83) dapat kita tas ruangcyber diasumsikan lebih mempu-
bandingkan dengan gagasan ruangcyber nyai potensi dibandingkan dengan realitas
sebagai ruang pikiran eksternal ini; bahwa sesungguhnya.
teknologi komputer mempunyai kapasitas Terlepas dari problem keotentikan re-
untuk mencipta realitas, menyelesaikan alitas telepresence seperti diajukan oleh
persoalan, dan mengontruksi mimpi-mim- Dreyfus, sebenarnya ia adalah sama halnya
pi seperti halnya dunia internal pikiran dengan membaca dan menafsir realitas itu
Cartesian. sendiri. Analoginya seperti tubuh dalam
Dunia tubuh yang termediasi oleh ins nalar Cartesian yang memberi informasi ke
trumen dan terdomestikasi melalui internet dalam ruang pikiran. Pikiran dalam hal ini
memberi pemahaman tentang dunia vir- adalah tubuh dan relasinya dengan instru-
tual yang berciri multistabil. Dengan inter- men yang berada dalam perspektif, instru-
net, dunia tubuh (world of bodies) mengada men memberi informasi baik itu sebagai
secara reduktif dan meluas secara global. ekstensi pengalaman kebertubuhan atau
Namun demikian kita ketahui bahwa me- pun lewat pembacaan. Realitas telepresence
mahami realitas ini mempunyai problem- memang tereduksi dalam ruang layar, tapi
nya tersendiri. Aktivitas hermeneutis atau dengan mediasi teknologi virtual realitas
penafsiran menjadi syarat utama untuk ini menjadi nyata seturut dengan proses
memahami realitas ini. Karena tereduksi amplifikasi yang melampaui ruang dan
dalam bentuk hiperteks dan selalu membu- waktu kebertubuhan.
tuhkan penafsiran kita terkadang melihat-
nya tidak sebagai realitas posfenomenolo-
Realitas Visual Internet
gis, sehingga konsekuensinya ruangcyber
tidak dipahami secara otentik bahkan se Multistabilitas dalam ruangcyber seperti te-
ring kali diragukan. lah dijelaskan berada dalam moda visuali-

03-BUDI HARTANTO.indd 141 10/30/2013 7:35:30 AM


142 Posfenomenologi Ruangcyber: Menelaah Realitas Visual Internet dan Konsep Vol I, 2013
Ruangcyber dalam Ilmu Antropologi

tas ruang layar. Visualitas menjadi ciri uta- bukunya Consequences of Phenomenology
ma yang kemudian mengonstruksi makna (1986). Ia menjelaskan tentang fenomena
ruang teknologis virtual. Slooh SpaceCamera, gambar-gambar yang secara kultural me-
The Telegarden, The Internet of Things, dan in- nampilkan perspektif gambar dan persepsi
strumen lainnya yang terintegrasi dengan yang beragam.
internet hadir dalam batas-batas visualitas Dalam komputer grafik, multistabilitas
ruang layar. Meski kualitas hiperteks lain- menjadi lebih dinamis yang hadir secara
nya seperti misalnya dimensi audio telah audio-visual-kinestetis. Ia mencipta ruang
terintegrasi dengan internet, realitas visual yang kemudian memunculkan gagasan
tetap menjadi keutamaan. tentang virtualitas. Visualitas menjadi ke
Unsur visual dalam ruang layar adalah utamaan dalam mengonstruksi realitas
variasi fenomenologis yang merepresenta- posfenomenologis ruangcyber. Namun per-
sikan dunia yang berjarak. Sebagai realitas lu digarisbawahi bahwa visualitas ruang
yang termediasi, duniacyber hadir secara layar dalam hal ini adalah realitas yang
terbatas dan diperlukan tafsir visual. Mes- terkoneksi dan terdomestikasi yang merep-
ki simulasi komputer telah memungkinan resentasikan dunia global. Visualisme ru-
kita untuk memahami ruang ini sebagai angcyber bukanlah realitas yang terbatas
yang memiliki kesamaan dengan realitas secara konseptual. Maknanya kemudian
aktual, misalnya ketika tubuh manusia di- menjadi lebih nyata ketika dimengerti bah-
integrasikan ke dalam simulasi komputer, wa ia terbentuk secara perseptual-herme-
ia tetap terbatas pada kualitas gerak, audio neutis berdasar pada transformasi teknolo-
dan visual. gis pengalaman manusia.
Dengan konsep multistabilitas kita keta-
hui bahwa ruang layar menjadi infrastruk-
tur terbentuknya realitas virtual. Namun Ruangcyber dalam Ilmu Antropologi
yang utama seiring dengan perkembangan Dalam perspektif posfenomenologi di-
komputer grafik adalah ketika diketahui mensi filosofis ruangcyber berciri multistabil
potensi terciptanya dunia yang beragam atau bagaimana tubuh berada dalam relasi
dalam ruang layar 3D (through-screen- dengan dunia virtual. Hal ini berbeda jika
space). Persepsi yang berkembang seiring dilihat secara antropologis di mana ru-
dengan konstruksi grafik komputer dalam angcyber mencakup dimensi empiris dari
bentuk animasi dan video memberi pe- artefak-artefak teknologi. Kajian ruangcy-
mahaman akan keberadaan ruang virtual. ber menjadi keutamaan yang melampaui
Meski dunia ini dapat meluas secara global pemahaman tentang multistabilitas ruang
melampaui kapasitas perseptual tubuh, ia layar. Ruangcyber tidak hanya ruang sosial
tetap berada dalam moda visualitas. virtual atau situs-situs yang telah mengon-
Multistabilitas ruang layar 3D bila disikan virtualitas, tapi lebih pada dinamika
kita telaah tak lepas dari perkembangan fenomena kemajuan teknologi baru, teru-
teknologi desain dan gambar atau lukisan. tama teknologi informasi dan komunikasi,
Multistabilitas sebuah gambar seperti kita dan pengaruhnya terhadap kehidupan so-
ketahui mewujud dalam sebuah medium sial kultural manusia.
yang kemudian mencipta konsep ruang Arturo Escobar adalah antropolog yang
atau dunia. Don Ihde membahas secara membahas fenomena ruang teknologis cy-
lebih rinci pemikiran tentang sebuah gam- ber sebagai ruang kebudayaan. Ia membuat
bar dan ragam bentuk persepsi dalam istilah cyberculture untuk menjelaskan man-

03-BUDI HARTANTO.indd 142 10/30/2013 7:35:30 AM


Posfenomenologi Ruangcyber: Menelaah Realitas Visual Internet dan Konsep budi hartanto 143
Ruangcyber dalam Ilmu Antropologi

ifestasi bentuk kehidupan yang dipenga Seiring dengan munculnya fenomena


ruhi oleh teknologi-teknologi baru. Menu- kehidupan ruangcyber seperti munculnya
rutnya ada dua wilayah cyberculture: yaitu banyak media sosial saya kira adalah pen
wilayah artificial intelligence (berfokus pada ting mengetengahkan kajian virtualitas bu-
teknologi informasi dan komunikasi) dan daya. Karena virtualitas ini pada dasarnya
wilayah bioteknologi. Kedua wilayah cyber- adalah realitas posfenomenologis. Bahwa
culture tersebut menurut Escobar memben- ketersambungan (konektivitas) dengan
tuk cakrawala baru tentang kehidupan so- dunia internet berarti ketersambungan
sial manusia: technosociality dimana artefak dengan dunia hiperteks yang merepresen-
mengondisikan dunia sosial dan biosociality tasikan tubuh-tubuh yang bersifat global.
yaitu ketika kemajuan sains dan teknologi Bila diandaikan sebagai bentuk kehidupan
telah mampu merekayasa alam dan ter- (lifeform), ruangcyber tentu dapat dikatakan
masuk tubuh manusia (Escobar, 1994: 214). sebagai ruang kebudayaan yang tereduksi
Sains dan teknologi mencipta dunia dan teramplifikasi dalam bentuk hiperteks
sedemikian rupa sebagai cyberculture dima- (animasi, gambar, video, teks). Imaji kebu-
na kategori nature dan culture, organisme dayaan mewujud secara virtual dalam ru-
dan mesin, menjadi tak terdefinisikan. ang layar.
Menurut Escobar One of the most fruitful Don Ihde mengistilahkan virtualitas
insight is that technoscience is motivating a budaya yang terkonstruksi oleh teknologi
bluring an implosion of categories at various imaji sebagai pluriculture. Kebudayaan se-
levels, particularly the modern categories that bagai yang khas pada suatu masyarakat
have defined the natural, the organic, the techni- dihadirkan secara virtual sehingga tercipta
cal, and the textual (Escobar, 1994: 217). Na- imaji kultur global (Ihde, 1990: 164). Dengan
mun yang menjadi keutamaan berkenaan gagasan pluriculture budaya-budaya dunia
dengan cyberculture dalam pemikirannya terfragmentasi dalam sebuah medium dan
adalah bagaimana nature dan culture yang dalam arti tertentu melebur menjadi satu
terkonstruksi oleh sains dan teknologi ini budaya populer. Pluriculture membentuk
kemudian dipahami berada dalam dina- persepsi tentang virtualitas kebudayaan.
mika ekonomi politis. Arturo Escobar sebenarnya sudah menya-
Definisi Arturo Escobar memberi pe- takan bagaimana virtualitas cyberculture te-
mahaman tentang ciri empiris cyberculture. lah mencipta imajinasi dan praktik budaya
Cyberculture tidak semata dalam arti dunia populer (Escobar, 1994: 218). Namun ia
teknologi dengan makna dunia virtual ru- tidak mengelaborasi lebih jauh fenomena
ang layar (screen space) atau dimensi pos- virtualitas budaya dalam arti imajinasi dan
fenomenologis ruangcyber. Meskipun de- praktik budaya ini, dalam pemikirannya
mikian Arturo Escobar tetap memosisikan budaya populer cyberculture lebih pada bu-
interaksi sosial dengan mediasi teknologi daya material yang dikondisikan oleh sains
informasi dan komunikasi sebagai bagian dan teknologi.
dari wilayah kajian etnografi cyberculture Pluriculture dapat kita bandingkan de
(Escobar, 1994: 219). Ia menyatakan ba- ngan antropologi visual yang dijelaskan
gaimana kekhususan (specificity) format oleh Escobar sebagai keutamaan seiring
komunikasi dengan mediasi teknologi dengan perkembangan teknologi baru. An-
informasi dan komunikasi yang kemudi- tropologi visual memahami imaji dan se-
an memunculkan istilah virtualitas telah cara khusus menggunakan teknologi imaji,
membentuk gagasan tentang cyberculture. seperti halnya pluriculture, untuk memba-

03-BUDI HARTANTO.indd 143 10/30/2013 7:35:30 AM


144 Posfenomenologi Ruangcyber: Menelaah Realitas Visual Internet dan Konsep Vol I, 2013
Ruangcyber dalam Ilmu Antropologi

hasakan dan menafsir fenomena budaya. ken tampaknya melupakan bahwa tubuh
Namun antropologi visual dalam hal ini secara potensial dan persepsional bersifat
lebih bersifat epistemologis dalam arti alamiah. Kealamiahan tubuh, terutama da-
teknologi imaji digunakan untuk memba- lam kapasitasnya untuk mempersepsikan
hasakan realitas budaya. Imaji diproduksi realitas, membawa pada pemikiran bahwa
dan ditafsirkan sebagai sebuah teks se tubuh tidak selalu berada dalam relasi de
hingga menghasilkan pemahaman tentang ngan kebudayaan.
kebudayaan. Dalam filsafat Don Ihde dijelaskan bah-
Antropolog yang membahas ruang- wa tubuh bersifat kultural dan juga bersifat
cyber selain Arturo Escobar adalah David alamiah. Ia mengistilahkannya ke dalam
Hakken. Ia menjelaskan secara lebih luas dua bentuk tubuh yaitu body one dan body
mengenai antropologi ruangcyber yang two. Dari dua bentuk tubuh ini kemudian
meliputi pemikiran tentang fenomena re dimengerti tubuh-tubuh dalam relasinya
volusi komputer atau komputerisasi, en- dengan teknologi. Body one menurut Don
titas-entitas pembawa kebudayaan yang Ihde adalah tubuh alamiah atau tubuh se-
ia istilahkan cyborg dalam ruangcyber, dan bagai organisme yang bersifat aktif yang
forma relasi-relasi sosial yang dikondisikan memiliki potensi mempersepsikan realitas.
oleh teknologi informasi terbaru (Advanced Sedangkan body two adalah tubuh dalam
Information Technology). Eksplorasi Hakken dimensi kulturalnya yang terbentuk ber-
meliputi fenomena kemajuan teknologi in- dasarkan dengan pengalaman kebudayaan
formasi dan komunikasi serta pengaruh- (Ihde, 2001: 17). Adapun tubuh-tubuh da-
nya terhadap perubahan sosial. lam teknologi dapat dimaknai sebagai tu-
Ia membuat konsep cyborg dalam ru- buh yang bersifat relasional dengan artefak
angcyber sebagai konstruksi antropologis seperti dalam pemikiran David Hakken.
dari relasi manusia dan internet (Hakken, Dari filsafat Don Ihde tentang tubuh, da-
1999: 5). Dalam ruangcyber, manusia dikon- pat kita nyatakan bahwa secara definitif
stitusikan sebagai entitas-entitas relasional tubuh dalam relasinya dengan artefak ada-
pembawa kebudayaan yang ia definisikan lah bersifat pragmatis, bahwa selain tubuh
sebagai cyborgs@cyberspace. Namun David sebagai entitas cyborgic, keberadaan tubuh
Hakken tidak membatasinya hanya dalam alamiah dan tubuh kultural adalah penting
ruangcyber. Cyborg adalah entitas pem- untuk diketahui dalam memahami manu-
bawa kebudayaan yang mewujud dalam sia sebagai tubuh dalam relasinya dengan
relasinya dengan teknologi yang meluas teknologi.
melampaui kapasitas dan kekhususan tu- Selain itu adalah menarik bila kita te-
buh manusia. Sejak awal sejarah manusia laah secara filosofis tentang potensi cybor-
menggunakan artefak teknologi sampai ia gic sebagai kualitas posfenomenologis dari
mewujud sebagai entitas dalam ruangcy- relasi manusia dan instrumen. Cyborg da-
ber, demikian Hakken, manusia sudah ber- lam ruangcyber dapat diproposisikan ber-
ciri cyborgic (Hakken, 1999: 71-72). sifat posfenomenologis karena tubuh mel-
Kondisi cyborgic seperti dikemukakan uas secara global melalui mediasi internet
oleh David Hakken menyatakan bahwa dan mewujud sebagai hiperteks. Tubuh
manusia selalu dijelaskan dalam relas- dieksternalisasikan dalam bentuk teks,
inya dengan kebudayaan sehingga hal ini gambar, dan video. Dimensi teknologis
menggambarkan kondisi hibrida manu- pada tubuh manusia ketika ia mengguna-
sia dan artefak-artefak kebudayaan. Hak- kan artefak menyatakan bahwa ia tidak se-

03-BUDI HARTANTO.indd 144 10/30/2013 7:35:30 AM


Posfenomenologi Ruangcyber: Menelaah Realitas Visual Internet dan Konsep budi hartanto 145
Ruangcyber dalam Ilmu Antropologi

mata sebuah organisme. Kendati demikian secara filosofis dapatlah dikatakan bahwa
ia tidak kemudian dijelaskan semata-mata karakter komunitas, bahkan sebelum kon-
sebagai ekstensi kualitas inderawi yang sep ruang virtual terbentuk, tidak selalu
mewujud sebagai dunia yang termediasi mencirikan keberadaan place atau wilayah
dan terdomestikasi dalam instrumen. Ke- dalam realitas aktual.
tika manusia menggunakan instrumen ten- Namun demikian yang utama dalam
tunya potensi tubuhnya meluas tidak hanya pemikirannnya adalah bagaimana kon-
pada yang bersifat perseptual hermeneutis, sep komunitas virtual terbentuk dan ter-
tapi juga dimensi praktis teknologis yang hubung ke realitas aktual melalui mediasi
meliputi efesiensi, kekuatan, kecepatan dan teknologi informasi terbaru. Komunitas
kualitas lainnya yang melampaui kapasitas virtual adalah manifestasi dari relasi-relasi
atau potensi tubuh manusia. sosial yang ia kategorikan ke dalam tiga
bentuk relasi-relasi: yang utama adalah
meso-social relations. Pada level ini komu-
Komunitas Virtual nitas virtual terbentuk berdasarkan pada
Dalam etnografi ruang teknologis dalam realitas aktual yang meliputi komunitas-
pemikiran Escobar dan Hakken dipapar- komunitas, wilayah/daerah (geografis),
kan perihal komunitas virtual. Komuni- dan organisasi. Kemudian level micro-social
tas virtual menjadi bagian penting konsep relations yang merupakan bentuk komu-
ruangcyber dalam antropologi. Arturo Es- nikasi ruangcyber dalam level individual
cobar mengategorikan komunitas virtual atau pertemanan dan macro-social relations
sebagai bagian dari kajian etnografi cyber- yang berlevel nasional seperti negara dan
culture. Escobar tidak membatasi kajian level global (Hakken, 1999: 93-131). Hak-
komunitas hanya dalam virtualitas ruang ken membahas komunitas virtual dalam
yang terkoneksi, ia menyatakan penting- relasinya dengan dinamika empiris/aktual
nya menelaah komunitas yang terbentuk relasi-relasi sosial.
dalam realitas aktual yang dikondisikan Antropolog lainnya yang membahas
oleh teknologi informasi dan komunikasi komunitas virtual adalah Daniel Miller da-
(Escobar, 1994: 218). David Hakken lebih lam tulisannya An Extreme Reading of Face-
jauh membahas komunitas-komunitas book (2010). Dalam salah satu proposisinya
yang terbentuk dalam dunia virtual dengan mengenai Facebook ia menyatakan bahwa
mengacu pada dunia aktual yang merupa- pesatnya perkembangan media sosial teru-
kan bagian dari wilayah kajian etnografi tama Facebook telah merubah secara radikal
cyberculturenya Escobar. premis dan arah ilmu sosial. Dalam tulisan
David Hakken menyatakan bahwa ke- tersebut Miller menjelaskan tentang fenom-
beradaan komunitas dalam ruangcyber ac- ena ruang sosial teknologis yang dikatakan
celerates the decoupling of space from place berakhir pada pemikiran tentang sikap in-
(Hakken, 1999: 95). Konsep place dalam dividualisme seperti analisa dalam ilmu
arti aktualitas komunitas dalam wilayah sosiologi tentang fenomena modernitas.
geografis diasumsikan menjadi kurang Namun kenyataannya menurut penelitian
bermakna seiring dengan munculnya kon- Miller fenomena Facebook sebagai bentuk
sep space dalam ruang virtual. Menurut komunikasi yang tersituasikan membuat
Hakken karakter komunitas pada dasarnya individu-individu kembali pada kesadaran
berada dalam virtualitas space atau berada komunitas seperti dalam konteks kajian
dalam tataran persepsi. Dengan demikian antropologi.

03-BUDI HARTANTO.indd 145 10/30/2013 7:35:31 AM


146 Posfenomenologi Ruangcyber: Menelaah Realitas Visual Internet dan Konsep Vol I, 2013
Ruangcyber dalam Ilmu Antropologi

Daniel Miller yang melakukan pene- si dalam dunia virtual menurutnya tak bisa
litian tentang Facebook di desa terpencil di diketahui dalam realitas aktual.
Trinidad kemudian membuat kesimpulan Keberadaan komunitas dalam media
bahwa dalam sebuah komunitas yang ikat sosial terbaru seperti kita ketahui lebih
an kekeluargaannya masih kuat, komuni- terbentuk melalui diskursus naratif yang
tas virtual Facebook sebenarnya menjadi berawal dari ruangcyber. Dalam Facebook
semacam alternatif dari relasi-relasi sosial atau Twitter kita temukan banyak komuni-
dalam dunia aktual. Sehingga konsekue- tas atau grup virtual yang tercipta berdasar
nsinya pemikiran tentang individualisme pada narasi tertentu terutama narasi-narasi
dalam realitas aktual dan kesadaran komu- yang bertema ilmu pengetahuan. Komuni-
nitas dalam realitas virtual dapat dikatakan tas-komunitas ilmu pengetahuan di FB di
tetap relevan. antaranya adalah Philosophy yang tercatat
Keberadaan komunitas virtual mene kurang lebih berjumlah 35.000 anggota,
rangkan bahwa teknologi informasi dan Biology (zoology and botany) 11.950 dan Cos-
komunikasi menjadi instrumen yang me- mology 3.600. Seperti kita pahami, komu-
mediasikan tubuh-tubuh dalam ruangcyber. nitas-komunitas ini menjadi nyata dalam
Etnografi tentang komunitas virtual seperti aras virtualitas.
dalam pemikiran Hakken, misalnya, mer- Perkembangan teknologi dan program
ujuk pada keberadaan komunitas dalam media sosial yang telah mengondisikan
realitas aktual seperti dalam bentuk organ- ruang sosial virtual tentunya menjadi per-
isasi-organisasi dan wilayah-wilayah. Atau timbangan tersendiri mengenai kecende
Daniel Miller yang membahas dinamika rungan atau tren terbentuknya komunitas
relasi komunitas online dan offline yang yang berawal dari ruang sosial virtual. Da-
kemudian mencipta pengalaman yang be pat disimpulkan kemudian bahwa kehidu-
ragam tentang dunia cyber. pan dunia cyber mendapat penjelasannya
Namun bila kita telaah secara filosofis, dengan keberadaan komunitas-komunitas
komunitas virtual adalah berada dalam virtual. Ia tidak terbatas hanya pada dunia
multistabilitas ruangcyber. Terutama ketika tubuh dalam ruang layar yang dimediasi
kita temui banyaknya komunitas-komuni- teknologi virtual tapi juga narasi-narasi
tas virtual yang terbentuk seiring dengan yang terbentuk dengan berdasar pada
perkembangan media sosial. Komunitas moda interaksi sosial.
virtual menjadi nyata hanya dalam ruang
layar. Imam Ardhianto peniliti di Centre for
Anthropology Studies UI yang melakukan Epilog
penelitian tentang komunitas hacker me Demikian uraian mengenai realitas visual
ngatakan bahwa keberadaan komunitas ruang cyber dalam perspektif posfenom-
online memang tidak selalu berkorespon- enologi dan antropologi. Realitas di sini
densi dengan realitas offline. Komunitas ditelaah dalam konteks fenomenologi in-
hacker yang menurutnya saat ini banyak strumentasi dan multistabilitas ruang layar.
beralih ke media sosial seperti Facebook dan Realitas termediasi inilah yang memun-
Twitter menjadi nyata hanya dalam virtual- culkan istilah posfenomenologi ruangcy-
itas ruang layar. Meski pengaruh komuni- ber. Sedangkan dalam antropologi, konsep
tas hacker terhadap realitas aktual tetap tak ruangcyber meliputi pembahasan tentang
bisa kita diabaikan, keberadaan komunitas relasi manusia dan teknologi sebagai ke-
hacker sebagai tubuh-tubuh yang terkonek- budayaan. Ruangcyber dipahami pada ta-

03-BUDI HARTANTO.indd 146 10/30/2013 7:35:31 AM


Posfenomenologi Ruangcyber: Menelaah Realitas Visual Internet dan Konsep budi hartanto 147
Ruangcyber dalam Ilmu Antropologi

taran materialistik kebudayaan teknologi tronik bisa diakses di http://www.unc.


dan pengaruhnya terhadap nilai-nilai so- edu/~aescobar/text/eng/arturowelc.pdf
sial, budaya, dan ekonomi politis yang Fedyani S., Achmad (2005). Antropologi
menjadi bagian integral dari antropologi Kontemporer. Suatu Pengantar Kritis
ruangcyber. Konsep ini dibahas melampaui Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana
pemahaman kita tentang multistabilitas ru- Prenada Media Group.
ang layar. Kendati demikian pembahasan Hakken, David (1999). Cyborg@cyberspace?
dalam antropologi tidak menempatkan An Etnographer Look to the Future. New
tubuh dalam konteks praksis persepsional York dan London: Routledge.
sebagai keutamaan yang berpengaruh ter- Hartanto, Budi (2013). Dunia Pasca-Manu-
hadap dinamika realitas. Dalam posfenom- sia. Menjelajahi Tema-Tema Komtemporer
enologi, tubuh dalam praksis persepsional Filsafat Teknologi. Depok: Penerbit Ke-
penting dipahami untuk menelaah ruang pik.
sosial dan kultural. Ruangcyber ditelaah Ihde, Don (2009). Postphenomenology and
lewat cara pandang yang berciri eksisten- Technoscience (The Peking University Lec-
sial posfenomenologis. Relasi manusia dan tures): SUNY Series of the philosophy of
teknologi informasi mentransformasikan the social sciences. New York: State Uni-
pengalaman manusia tentang dunianya versity of New York Press.
dan mencipta realitas yang terkoneksi dan _______ (2003a). Multistability in Cyber-
terdomestikasi. Menurut pandangan penu- space, dalam Mikael Hrd, Andreas
lis, refleksi tentang teknologi internet seba- Lsch, Dirk Verdicchio (Tim Editor)
gai perangkat hermeneutis dalam kaitan- (2003). Transforming Spaces. The Topo-
nya dengan dinamika perubahan dunia logical Turn in Technology Studies. Ar-
aktual dan virtual penting untuk diketa- tikel bisa diakses di http://www.ifs.tu-
hui. Paparan dalam artikel ini sampai pada darmstadt.de/gradkoll/Publikationen/
kesimpulan bahwa dimensi posfenome- transformingspaces.html
nologis ruangcyber adalah sama nyatanya _______ (2003b). Postphenomenology
dengan dimensi fenomenologis realitas se- Again?Working Papers from Centre for
sungguhnya. STS Studies, Department of Information
& Media Studies, University of Aarhus.
Versi elektronik bisa diakses di http://
sts.imv.au.dk/sites/default/files/WP3_
Daftar Pustaka Ihde_Postphenomenology_Again.pdf
Casey, Edward S. (1998). The Fate of Place. _______ (2002). Bodies in Technology (Elec-
Los Angeles and California: University tronic Mediations; V. 5.). Minneapolis:
of California Press. University of Minnesota Press.
Dreyfus, Hubert L. (2009). On the Internet. _______ (1990). Technology and the Lifeworld:
Thinking in Action. Second Edition. New from Garden to Earth (Indiana Series in the
York: Routledge. Philosophy of Technology). Bloomington,
Driyarkara, N. (1989). Percikan Filsafat. Ja- Indiana: Indiana University Press.
karta: Penerbit PT Pembangunan. _______ (1986). Consequences of Phenomenol-
Escobar, Arturo (1994). Welcome to Cy- ogy. New York: State University of New
beria: Notes on the Anthropology of York (SUNY) Press.
Cyberculture, dalam Current Anthro- _______ (1979). Technics and Praxis: A Phi-
pology, Vol. 35(3), Juni 1994. Versi elek- losophy of Technology (Boston Studies

03-BUDI HARTANTO.indd 147 10/30/2013 7:35:31 AM


148 Posfenomenologi Ruangcyber: Menelaah Realitas Visual Internet dan Konsep Vol I, 2013
Ruangcyber dalam Ilmu Antropologi

in the Philosophy of Science). Dordrecht _______ (2010) An Extreme Reading of Fa-


(Holland) dan Boston (USA): D. Reidel cebook. Working Paper Series #5. Open
Publishing Company. Antropology Cooperatives Press.
Miller, Daniel dan Slater, Don (2000) The In- Purbo, Onno W. (2003) Filosofi Naif Kehidu-
ternet. An Ethnographic Approach. New pan Dunia Cyber. Jakarta: Penerbit Re-
York: Berg publika.

03-BUDI HARTANTO.indd 148 10/30/2013 7:35:31 AM


Jurnal Ultima Humaniora, September 2013, hal 40-50 Vol. I, Nomor 2
ISSN 2302-5719

Kritik terhadap Bisnis Nafsu di Jagat Internet


Memaknai Ulang Cinta dan Seksualitas Manusia di Era New Media

ALEXANDER AUR1
Dosen Religiositas
Universitas Multimedia Nusantara

Scientia Garden, Jl. Boulevard Gading Serpong, Tangerang Banten


Telepon: (021) 54220808
Surel: savana.aur@gmail.com

Diterima: 22 Agustus 2013


Disetujui: 5 September 2013

ABSTRACT

In the era of new media, everyone stands before the reduced version of phenomena of love and sexu-
ality. In new media means of communication and presentation such as facebook, youtube, twit-
ter, etc., everyone can easily access everything about sex. Film, video, stories about sex presented
by certain agents are bright and clear to us. Displayed in the clearest way possible, sex tends to
become a vulgar display of commodity. It is called a phenomenon ofthe sex business. In front of
it,everyone must change our paradigm of love and sexuality. Paradigm shift is then reached by
giving a new meaning to love and sexuality itself. The new meaning in question is a closer look
at love and sexuality as something univocal. Univocal love is a correlative relationship between
erotic, philia, and agape kinds of love. In the univocal love, sexuality is an aspect of humanity.
In univocal love, a sexual relationship is a revelation of ones self to other people she or he loves.
Univocal love is the way to God.

Keywords: Eros, philia, agape, univokal, seksualitas.

Cinta-kasih semesta hanya akan menjiwai dan akhirnya ... memutuskan untuk menyeberangi ambang,
untuk keluar dari diri sendiri dan masuk pada yang lain. Pierre Teilhard de Chardin.2

Pendahuluan mengakses dan berbagi berbagai informasi


New media dalam bentuk internet, situs je- dalam banyak bidang, namun juga meng
jaring sosial facebook, twitter, website, blog, ubah cara berpikir dan perilaku orang.
youtube, dsb., tidak saja memudahkan orang Salah satu hal yang mendapat perhatian

1
Alexander Aur, dosen mata kuliah Religiositas di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Sedang menyelesaikan
studi pada Program Magister Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.
2
Pierre Teilhard de Chardin. (2004). Gejala Manusia (diterjemahkan dari Le Phnomne Humain oleh Ira Iramanto),
Jakarta: Hasta Mitra / Institute for Ecosoc Rights, hlm. 301.

04-ALEXANDER AUR.indd 149 10/30/2013 7:35:54 AM


150 Kritik terhadap Bisnis Nafsu di Jagat Internet Vol I, 2013
Memaknai Ulang Cinta dan Seksualitas Manusia di Era New Media

khalayak ramai sekarang adalah informa- mudah mengakses hal itu. Bersamaan de
si tentang cinta dan seksualitas manusia. ngan kemudahan itu, akibat buruk pun tak
Publik dengan mudah mengakses infor- terhindarkan.
masi tentang hal itu, baik dalam bentuknya Tulisan ini tidak akan membahas soal
yang paling halus, seperti informasi dan keberadaan new media dengan seluruh pe
pengetahuan tentang harmoni relasi cinta ngaruh baik dan buruknya. Tulisan ini me-
antarpasangan yang saling mencinta, ten- musatkan perhatian pada kajian tentang
tang kesehatan reproduksi, maupun yang fenomena bisnis nafsu di jagat internet dan
paling vulgar, seperti video, gambar, film cinta serta seksualitas manusia dari per-
porno yang mempertontonkan aktivitas spektif filsafat dan teologi. Kajian ini me
hubungan seks. rupakan kritik terhadap fenomena bisnis
Kemudahan itu, menimbulkan banyak nafsu di jagat internet yang mudah diakses
kasus yang terkait dengan cinta dan seksua oleh publik dan dampaknya terhadap ke-
litas manusia. Banyak kasus pemerkosaan hidupan secara umum, khususnya dalam
di kalangan orang muda ditengarai sebagai kaitan dengan relasi interpersonal antarma-
akibat dari menonton dan mengakses film nusia.
dan gambar yang mengumbar organ-organ Kajian ini relevan,aktual dan penting
seks manusia di internet. Ada pula anggota untuk didalami karena publik (para warga)
DPR, yang asyik mengakses dari internet berada dalam era new media dengan seluruh
gambar-gambar dan film seronok saat se- isinya. Para warga tidak dapat mencegah
dang mengikuti sidang di gedung DPR. Be- laju perkembangan new media. Yang bisa
berapa tahun lalu, media massa baik cetak dilakukan para warga adalah membentuk
maupun elektronik ramai-ramai memberi- paradigma publik secara baik dan positif
takan kasus video hubungan seksual antara agar bijaksana dan cerdas dalam menyika-
artis Nazril Irham atau Ariel (vokalis Grup pi berbagai isi new media, terutama tentang
Band Peterpan) dengan artis Luna Maya bisnis nafsu yang selalu dipublikasikan di
dan Cut Tari. Video itu diunggah di in- jagat new media.
ternet sehingga menimbulkan gelombang Tesis utama yang menjadi landasan
protes dan desakan dari berbagai pihak kajian konseptual ini adalah cinta dan sek-
kepada aparat hukum agar mengadili dan sualitas saling terkait erat dan merupakan
menghukum para pelakunya. hal inheren dalam diri manusia. Oleh ka
Berbagai upaya telah dilakukan oleh renanya, tindakan mencintai sudah selalu
berbagai pihak untuk meminimalisasi in- melibatkan seksualitas. Tesis ini menan-
formasi di new media tentang cinta dan sek- tang kebiasaan dan kecenderungan me-
sualitas manusia, terutama yang berwajah narik keluar seksualitas dari diri manusia
vulgar. UU ITE No. 11 tahun 2008 telah dan mendudukkannya semata-mata seba-
diberlakukan; proses pengadilan dan sangsi gai seks (nafsu birahi). Pada giliran selan-
berupa hukuman terhadap para pengung- jutnya, seks ini menjadi objek bisnis yang
gah telah dijatuhkan. Blokir terhadap situs- ditayangkan di internet.
situs porno pun sudah dilakukan. Berbagai Kajian akan dimulai dengan mengiden-
wejangan moral tentang bahaya kecandu tifikasi status hasrat termasuk hasrat seks
an mengakses informasi vulgar tentang dalam diri manusia. Identifikasi itu dilan-
seks juga sudah sering disampaikan kaum jutkan dengan menyoroti bisnis nafsu seks
agamawan dan para penjaga-pejuang nilai- sebagai modus menarik keluar seksualitas
nilai moral. Tetapi tetap saja publik dengan dari diri manusia dan menjadikannya seba-

04-ALEXANDER AUR.indd 150 10/30/2013 7:35:54 AM


Kritik terhadap Bisnis Nafsu di Jagat Internet alexander aur 151
Memaknai Ulang Cinta dan Seksualitas Manusia di Era New Media

gai objek bisnis. Kajian ditutup dengan pe- atau nafsu. Hasrat ini terkait dengan kon-
maknaan ulang cinta dan seksualitas mela- disi biologis manusia. Objek nafsu adalah
lui pintu refleksi filosofis-teologis atas cinta makan, minum, seks. Makan, minum, seks
dari Jean-Luc Marion. merupakan hal yang baik dan berguna se-
jauh untuk memenuhi kebutuhan dasar bi-
ologis.
Mengenali yang Inheren dalam Manusia Analisis Platon tersebut secara jelas
Refleksi dan diskusi filosofis tentang cinta menunjukkan bahwa hasrat, sebagai se-
selalu bermula dari hal yang inheren dalam suatu yang alamiah dalam diri manusia,
diri manusia, yakni hasrat. Filsuf Yunani tidak bermakna negatif. Bahkan, dengan
klasik Platon, menyebut hasrat dengan mengatakan bahwa hanya kebaikanlah
istilah eros.3 Dalam merefleksikan hasrat, yang menjadi objek dari hasrat, Platon ber-
Platon tidak saja memberikan gambaran maksud menegaskan bahwa dalam usaha
tentang relasi antara pencinta (lover) dan mengejar (memperoleh) kebaikan, tidak
orang yang dicinta (beloved), melainkan juga bisa dengan menegasi hasrat. Hasrat harus
menyingkapkan secara filosofis cinta yang diakui keberadaannya manakala kita ber
tampak melalui kerja dari hasrat (Secomb, usaha memperoleh kebaikan. Hasrat harus
2007: 10). Hasrat merupakan hal inheren dipenuhi secara baik. Pemenuhan hasrat
dalam diri manusia.
Baginya, hasrat meru- dianggap baik bila pemenuhan itu me-
pakan sebuah rasa kurang (lack) yang me- mungkinkan manusia untuk sampai pada
minta pemenuhannya secara niscaya. Ob- KebaikanTertinggi.
jek yang berada di luar untuk memenuhi Refleksi tentang eros diperluas dengan
rasa kurang itu adalah Kebaikan. mengkategorikan cinta dalam tiga kategori:
Platon mengidentifikasi ada tiga has- cinta erotik (eros), cinta persaudaraan (phi-
rat dasar dalam diri manusia. Pertama, lia), dan cinta ilahi (agape). Dalam analisis-
yakni hasrat Logistikon atau Rasio dengan nya terhadap sejarah pengkategorian cinta
objeknya adalah kebaikan yang sesung- itu, Gerasimos Santas menemukan bahwa
guhnya (yang pasti benar dan indah). pengkategorian itu merupakan pencam-
Kedua, hasrat Thumos atau Rasa Bangga, puran konsep cinta dalam Yunani klasik
harga diri dengan objeknya adalah prestasi, dengan tradisi pemikiran Kristen (Santas,
kemenangan, kepahlawanan. Objek-objek 2002: 12-13).
itu merupakan kebaikan yang diperlukan Di masa Yunani klasik, terutama pada
untuk memenuhi hasrat akan harga diri zaman Platon dan Aristoteles, kata philia
atau rasa bangga. Ketiga, hasrat Epithumia digunakan untuk menjelaskan dua macam

3
Pemikiran Platon tentang eros tertuang dalam tiga karyanya, yakni Symposium, Phaedrus, dan Republic. Dalam Sympo-
sium, Platon memotreteros sebagai hasrat pada Keindahan dan Kebaikan. Seorang pencinta Kebaikan dan Keindahan
sejajar dengan filsuf pencinta. Pencinta yang demikian sudah melepaskan semua keterikatan dunia dan melihat
keelokan daging (tubuh) sebagai sampah yang dapat mati. Dalam Phaedrus, Platon memotret eros sebagai hasrat
pada keindahan bentuk manusia dan keindahan fenomen tertentu. Seorang pencinta terbaik tak memisahkan diri
dari kelekatan pada nafsu dan menghargai seorang sebagai pribadi yang indah karena ia adalah bayangan dari
keindahan suatu persona yang indah. Pencinta berhasrat pada pribadi tertentu yang indah. Hasratnya begitu kuat
sehingga ia harus berjuang mengontrol hasratnya. Dalam karyanya ini tampak Platon ingin menegaskan bahwa
dalam relasi interpersonal berlangsung nafsu dan intensitas cinta erotis. Sedangkan di dalam Republic, Platon men-
egaskan bahwa eros yang benar tidak berhubungan dengan keinginan dan kenikmatan seksual. Di dalam karya ini
Platon menempatkan eros dalam kaitannya dengan masalah sosial politik. Untuk lengkapnya, lihat Santas, 2002: 99,
107-113.

04-ALEXANDER AUR.indd 151 10/30/2013 7:35:54 AM


152 Kritik terhadap Bisnis Nafsu di Jagat Internet Vol I, 2013
Memaknai Ulang Cinta dan Seksualitas Manusia di Era New Media

cinta, yakni cinta familial dan cinta erotik. cul dari tradisi pemikiran Kristen. Dalam
Cinta familial (kekeluargaan) meliputi cin- tradisi pemikiran itu, cinta agape adalah
ta dalam keluarga batih (orang tua kepada cinta Allah kepada manusia, cinta manusia
anak, anak kepada orang tua) dan cinta kepada Allah, dan cinta manusia kepada
dalam relasi persahabatan antarmanusia. manusia lain dengan semangat cinta Allah
Komponen utama dalam cinta philia adalah kepada manusia. Komponen utama dalam
kekeluargaan dan persahabatan. Sedan- cinta agape adalah kebaikan, kesetiaan, dan
gkan cinta erotik meliputi relasi seksual kebajikan.
antarmanusia. Cinta erotik juga dimengerti Kata cinta kerap kali digunakan un-
dalam arti nafsu birahi. Komponen utama tuk menggambarkan eros, philia, dan agape.
dalam cinta erotik adalah seksualitas dan Berikut ini bagan yang mencerminkan rela-
nafsu birahi. Sedangkan cinta agape mun- si antara cinta, eros, philia, dan agape.

Cinta
Philia Eros Agape

Cinta familial Cinta seksual Cinta kristiani


Persahabatan Laki-laki kepada perempuan Allah kepada manusia
Parental Perempuan kepada perempuan Manusia kepada Allah
Saudara-saudari Laki-laki kepada laki-laki Manusia kepada manusia

Bagan di atas menunjukkan bahwa baik lam enam bentuk (Dhakidae, 1976: 31-32).
philia, eros, dan agape merupakan bentuk Pertama, simbol seks. Seksualitas disimbol-
dari cinta. Dengan kata lain, cinta menjadi kan dengan menggunakan iklan, reklame,
payung besar bagi eros, philia, dan agape. foto, poster yang menonjolkan tubuh yang
Yang membedakan antara ketiga bentuk erotogenic, seperti dada, pinggul, dan paha.
itu adalah masing-masing varian mempu- Simbolisasi seks ini bertujuan membangkit-
nyai komponen inti atau isi yang berbeda- kan imaji erotik. Kedua, tactile service, pen-
beda. Tampak bahwa meskipun dipayungi ciptaan suasana dan tempat untuk men-
oleh cinta, eros, philia, dan agape berdiri dan stimulasi seks yang bertujuan komersial.
beroperasi sendiri-sendiri. Pengkategorian Model ini tampak dalam bisnis massage,
itu di satu sisi memungkinkan kita untuk seperti panti mandi uap, panti pijat. Ketiga,
memahami secara jernih bentuk dan mak- voyeuristic entertainment, hiburan seks den-
na cinta. Di sisi lain, pengkategorian itu gan tatapan mata. Model ini tampak dalam
memungkinkan pula terjadi penarikan ke- bisnis tempat hiburan yang menyuguhkan
luar seksualitas dari statusnya sebagai hal tarian telanjang (striptease show). Keempat,
yang inheren dalam diri manusia, menjadi penjualan seks. Model ini tampak jelas dan
hal yang berada di luar diri dan dijadikan cenderung dianggap lumrah, misalnya
sebagai objek bisnis. hiburan seks secara lengkap: kompleks pe-
rumahan pelacuran, pakaian, klinik beserta
dokter-dokter khusus, petugas keamanan,
Seks(ualitas) dalam JagatBisnis dan toko perlengkapan seks. Kelima, media
Bisnis seks sangat marak di zaman seka- massa. Rangsangan seks disebarluaskan
rang. George Csicsery dalam bukunya The melalui majalah, film, kaset, compact disc,
Sex Industry (1973) membagi bisnis seks da- dsb. Kelima, perdagangan alat seks: obat

04-ALEXANDER AUR.indd 152 10/30/2013 7:35:54 AM


Kritik terhadap Bisnis Nafsu di Jagat Internet alexander aur 153
Memaknai Ulang Cinta dan Seksualitas Manusia di Era New Media

perangsang, obat kuat, alat kontrasepsi, Univokalitas Cinta


parfum, dsb. Jean-Luc Marion---filsuf kontemporer asal
Perkembangan new media semakin me- Perancis yang sekarang menjabat sebagai
mudahkan perdagangan seks. Di internet, Profesor Filsafat dan Teologi serta Studi Ka-
dengan mudah publik mengakses bebera- tolik di Departemen Filsafat The University
pa bentuk bisnis seks tersebut. Lewat ber- of Chicago---berusaha memberi terobosan
bagai situs dan website, publik bisa meng dari sisi fenomenologi cinta. Ia bermaksud
akses berbagai hal yang berkaitan dengan memberi perspektif baru terhadap tiga ka
seks, yang bertujuan memberi kenikmatan tegori cinta tersebut. Marion memandang
dan kepuasan nafsu seks. Di sinilah secara bahwa setiap orang dapat memahami dan
gamblang dan jelas terjadi pencabutan menghayati cinta persaudaraan (philia) dan
seksualitas dari diri manusia. Seksualitas cinta ilahi (agape) karena ada (dimulai dari)
tidak lagi melekat dan sebagai representasi cinta erotik (eros). Cinta persaudaraan dan
kedirian manusia. Dalam jagad bisnis seks cinta ilahi mengandaikan ada cinta eros.
di internet, seksualitas dibekukan menjadi Tanpa cinta eros, cinta persaudaraan dan
cinta ilahi bagaikan kegelapan tanpa cahaya
semata-mata seks. Cinta dan seksualitas
apapun. Baik cinta eros, cinta persaudaraan,
direduksi hanya sebagai nafsu birahi yang
maupun cinta ilahi sama-sama memiliki
selalu ingin dipuaskan.
empat karakter dasar (Gschwandtner, 2008:
Bisnis seks di jagad new media semesti-
193). Oleh karena itu ketiga cinta itu tidak
nya disikapi secara cerdas dan bijaksana. bisa dipahami secara hirarkis melainkan
Memproduksi berbagai instrumen hukum, relasional-korelatif. Ketiga kategori cinta
yang bertujuan memberi sanksi pada para itu sama-sama memancarkan univokalitas
pelaku bisnis seks, tidaklah cukup. Mem- cinta. Bahkan univokalitas itu merupakan
produksi instrumen hukum untuk meng- kemungkinan bagi Tuhan sebagai sang
atur isi new media, pun tidak mudah. Setiap Cinta untuk hadir. Dalam univokalitas itu
saat para pelaku bisnis seks dapat melaku- Tuhan tampil secara sembunyi-sembunyi
kan akrobatik bentuk new media, sehingga melalui banyak situasi dan relasi-korelatif
memuluskan bisnis mereka. cinta antarmanusia.
Lalu apa yang bisa para warga laku- Univokalitas cinta mengandung em-
kan untuk menghadapi fenomena reduksi pat karakter yang menandai dimensi ab-
cinta dan seksualitas dalam bisnis seksuali- solut cinta, yaitu: 1) Keputusan menjadi
tas, khususnya di jagad new media itu? Kita pencinta pertama; 2) Membiarkan yang
mesti membantu publik untuk merefleksi- lain hadir dengan seluruh dirinya; 3)
M
en-
kan ulang makna cinta dan seksualitas. J.L. cintai sebagai tindakan performatif; dan,
4) Pengosongan diri sebagai alasan untuk
Marion bisa menjadi acuan bagi para warga
mencintai.
untuk merefleksikan ulang hal itu. Dengan
refleksi ulang bersama Marion, para warga
1. Keputusan menjadi Pencinta Pertama
bisa membentuk paradigma yang tepatten-
Bagi Marion setiap orang selalu ber-
tang cinta dan seksualitas, sekaligus beru- hasrat untuk menemukan makna dalam
saha mengembalikan seks (nafsu birahi) hidup. Oleh karena itu setiap orang mem-
dari posisinya sebagai objek di jagad bisnis buat dirinya sedemikian rupa supaya da-
kepada cinta dan seksualitas dalam diri pat dicintai oleh siapapun. Dengan kata
manusia. lain, makna hidup kita peroleh dari pe

04-ALEXANDER AUR.indd 153 10/30/2013 7:35:54 AM


154 Kritik terhadap Bisnis Nafsu di Jagat Internet Vol I, 2013
Memaknai Ulang Cinta dan Seksualitas Manusia di Era New Media

ngalaman dicintai oleh orang lain. Hasrat itu berarti cinta tanpa ada dorongan untuk
seperti itu disebabkan oleh kegagalan diri mementingkan diri sendiri (selflessness), tak
kita masing-masing untuk mencintai diri lekas tersinggung, dan murah hati.
kita secara memadai. Keputusan untuk mencintai sudah cu-
Tetapi untuk bisa dicintai oleh orang kup menandai seseorang sebagai pencin-
lain, hal pertama yang harus setiap orang ta. Sekalipun tiap-tiap orang tidak dapat
lakukan adalah menjadikan diri masing- mengukur atau menakar kualitas cinta,
masing sebagai orang pertama yang men- masing-masing orangharus membuat ke-
cintai. Setiap orang mesti memutuskan un- putusan untuk mencintai sebagai pencinta
tuk menjadi pencinta pertama. Setiap orang pertama, artinya, orang yang lebih dulu
harus lebih dulu mencintai. Kita sebagai mencintai atau menjadi orang pertama
pribadi harus menjadikan diri kita masing- yang mencintai (Gschwandtner, 2008: 187).
masing sebagai pencinta, sebelum kita me- Keputusan itu merupakan sesuatu yang
nemukan diri kita dicintai oleh orang lain. menyempurnakan meskipun cintanya ti-
Inisiatif sang pencinta untuk mencintai me- dak pernah mendatangkan atau menghasi-
rupakan hal yang sangat penting. Sebagai lkan respon. Keputusan itu sendiri sudah
sang pencinta pertama, relasi percintaan cukup untuk menunjukkan keutuhan cin-
harus terhindar dari alasan-alasan metafi- ta. Inisiatif untuk mencintai terletak secara
sik dan kalkulasi ekonomi. Setiap orang ha- penuh pada pencinta dan hanya tergan-
rus melepaskan dengan rela semua usaha tung padanya dan bukan tergantung pada
yang bertujuan memenuhi dorongan hasrat orang lain. Inisiatif pencinta menunjukkan
untuk mendapat balasan dalam mencintai bahwa segala sesuatu tergantung pada
(Gschwandtner, 2008: 187). pencinta dan tanpa mengharapkan pemba-
Mencintai bagi Marion merupakan lasan (Gschwandtner, 2008: 187).
suatu tindakan memberi secara bebas. Se- Seseorang menjadi dirinya sendiri,
seorang yang mencintai berarti ia mem- kata Marion, bukan karena berpikir atau
beri secara bebas sekalipun tidak ada berimajinasi. Melainkan karena menjadi
balasan. Cinta merupakan hadiah tanpa pecinta pertama atau orang pertama yang
perhitungan komersial atau kebutuhan lebih dulu mencintai yang lain. Dengan
untuk mendapat balasan. Tiap-tiap orang meminjam istilah Rene Descartes tentang
mencintai dengan rela sekalipun cinta itu esensi manusia, tampak bahwa Marion
ditolak oleh orang lain. Dalam sikap cinta bermaksud mengatakan, Aku mencintai
yang demikian tiap-tiap orang menemukan lebih dulu maka aku ada.4 Menjadi

pen-
makna dan menjamin identitas serta mar- cinta pertama-tama berarti memberi secara
tabatnya masing-masing sebagai pencinta bebas, memberi sebagai hadiah. Pemberian
(Gschwandtner, 2008: 187). Cinta seperti secara bebas ini sudah menunjukkan sua-

4
Dalam tradisi filsafat Barat, esensi manusia terletak pada pemikiran atau kesadarannya. Esensi ini dieksplisitkan
oleh Rene Descartes dengan mengatakan, Aku berpikir maka aku ada (Cogito ergo sum/I think therefore I am).Lih.
Williams (1978: 73). Sepanjang era Pencerahan, semangat Cartesian ini menjadi pilar utama untuk memotret berba-
gai dimensi diri manusia. Eros sebagai salah satu dimensi diri manusia dipandang sebagai hal yang lebih rendah
dari nalar (rasio) sehinggga harus tunduk di bawahnya. Herbert Marcuse dari Mazhab Frankfurt Jerman, misalnya,
memberi catatan kritis atas penundukkan eros oleh logos (nalar/rasio) demi pertumbuhan peradaban. Bagi Herbert
Marcuse, eros adalah prinsip kehidupan. Oleh karena itu, eros memungkinkan manusia hidup secara bebas dan jujur.
Lihat, Saeng (2012: 169).

04-ALEXANDER AUR.indd 154 10/30/2013 7:35:54 AM


Kritik terhadap Bisnis Nafsu di Jagat Internet alexander aur 155
Memaknai Ulang Cinta dan Seksualitas Manusia di Era New Media

ra religius yang nyaring. Memberi secara jek bagi kesadaran dan tindakan pencinta
bebas merupakan karakter cinta kenotik (Gschwandtner, 2008: 189).
yang mengacu pada infinitas cinta ilahi Hanya pencintalah yang memungkin-
bagi humanitas yang memiliki keterbata- kan yang lain untuk tampil sebagai yang
san. Mengacu pada definisi Paulus tentang unik, individual, dan bebas dari kalkulasi
cinta dari 1 Korintus 13, Marion mengata- ekonomi, terlepas dari pengobjekan. Pen-
kan bahwa pencinta mendukung semua cinta adalah kondisi yang mungkin bagi
hal dan menyediakan segala sesuatu untuk fenomenon yang dicintainya. Jika sang
orang-orang yang dicintai. Hal itu berarti pencinta memungkinkan yang dicintai un-
pencinta mengosongkan dirinya dari rasa tuk tampil, apakah itu sudah cukup bagi
tersinggung dan mempunyai komitmen pencinta untuk menghubungkan dirinya
yang penuh untuk mencintai. Pencinta dengan Tuhan? Tuhan, pertama dan per-
membuat gerakan pertama yakni yang tama-tama adalah pencinta, sesuatu yang
memutuskan untuk mencintai dan yang mendahului manusia dan manusia selalu
menyiapkan segala kondisi bagi intimitas dicintai olehNya secara lebih tinggi supaya
(Gschwandtner, 2008: 187). setiap orang mencintai orang lain, jawab
Marion (Lih. Gschwandtner, 2008: 189).
Marion menambahkan bahwa inisiatif
Dengan demikian menjadi jelas bagi
seseorang sebagai pencinta secara langsung
siapa saja bahwa status orang-orang lain
mengindividuasikan diri orang-orang yang
yang kepada mereka sang pencinta mem-
dicintai. Hal itu selalu berarti pencinta me-
berikan cintanya adalah orang-orang yang
menomenalisasikan orang-orang yang di-
hadir dengan seluruh kediriannya. Dalam
cintai dan pencinta mengakui penampakan
tindakan dan momen cinta sang pencinta,
yang dicinta. Pencinta membiarkan orang-
orang lain hadir dengan seluruh keber-
orang yang dicinta menghadirkan dirinya
lainannya. Mereka hadir bukan menurut
(Gschwandtner, 2008: 187). gambaran dan keinginan sang pencinta,
melainkan hadir dengan segala keunikan-
2. Membiarkan yang lain hadir nya.
Inisiatif pencinta dengan dedikasi yang
penuh memungkinkan terjadi gerakan eros. 3. Tindakan performatif
Itu artinya pencinta secara aktual membi- Menetapkan diri sebagai pencinta su-
arkan yang lain yang dicintai menampak- dah merupakan sebuah deklarasi cinta.
kan diri lebih dulu.
Yang lain yang dimak- Deklarasi ini merupakan tindakan perfor-
sudkan di sini adalah sesama manusia matif. Deklarasi ini memungkinkan terjadi
dan Tuhan. Sama seperti sebuah deklarasi gerakan eros, yakni pencinta secara aktual
perang, deklarasi itu memungkinkan mu- membiarkan orang-oranglain yang dicintai
suh menyingularisasikan keberadaannya, menampakkan diri lebih dulu. Sang pen-
maka demikian pula deklarasi cinta penc- cinta tidak menyelidiki dan menguraikan
inta memungkinkan orang-orang lain me- orang-orang yang dicintai seperti memper-
nyingularisasikan dirinya. Inisiatif

pencin- lakukan sebuah objek. Bahasa eros bersi-
ta menjadi kondisi bagi orang lain untuk fat performatif. Membiarkan orang-orang
mengindividuasikan dirinya. Orang-orang yang dicintai menampakkan diri merupa-
yang dicintai menampakkan diri pertama kan wujud konkrit bahasa eros.
kali sebagai pribadi yang mengindividua- Bentuk performatif bahasa erotik itu
sikan dirinya dan tidak hanya sebagai ob- mewujud dalam dua cara. Di satu sisi ba-

04-ALEXANDER AUR.indd 155 10/30/2013 7:35:54 AM


156 Kritik terhadap Bisnis Nafsu di Jagat Internet Vol I, 2013
Memaknai Ulang Cinta dan Seksualitas Manusia di Era New Media

hasa eros tidak sungguh-sungguh me pada interlokutor (teman bicara) tanpa ha-
ngatakan sesuatu sebab bahasa eros tidak rus melakukan atau memenuhi maksud-
membuat pernyataan mengenai fakta atau nya.
deskripsi, dan sering kali tidak masuk akal. Marion menghubungkan tindakan per
Di sisi lain, bahasa eros memungkinkan lokusioner itu dengan tiga jejak dalam
sambutan secara jasmani dengan segala teologi mistik. Ia menyebut tiga jejak itu
kemungkinannya, mengundang kedatang dengan sebutan afirmatif, apopatik, dan
an orang lain, dan menunjukkan komitmen hiperbolik. Ketiganya bergerak dalam
pencinta melalui suatu sumpah kesetiaan dialog erotik. Perkataan Saya mencintai
(Gschwandtner, 2008: 190 191). engkau tak dapat dibuktikan (karena bu-
Bagi Marion, bahasa cinta paralel deng- kan lokusioner atau ilokusioner). Perka-
an bahasa pendoa dan doa. Bahasa pendoa taan itu mengafirmasi efek yang bertujuan
adalah performatif.Bahasa itu menunjuk- mengindividuasikan orang lain dan mem-
kan suatu relasi yang mendalam antara buka ruang bagi sebuah respon. Afirmasi
pencinta dan yang dicintai. Dalam doa, ini terarah pada negasi artinya pembicara
sang pendoa tidak menguraikan sesuatu harus menangkap efek dari perkataannya
dan menolak deskripsi. Sebaliknya pen- sekaligus mengetahui tak ada respon atas
doa menunjukkan sebuah aktivitas, yakni perkataannya pada saat yang bersamaan
berdoa (Gschwandtner, 2008: 191). Seperti (Gschwandtner, 2008: 192)
cinta, pendoa membuka diri untuk keda- Afirmasi cinta harus terus-menerus
tangan Yang Lain, membuat dirinya berko- diulang dalam sebuah gerakan hiperbolik
mitmen pada kepastian hidup. Dalam teo- final, Saya selalu mengatakan dan ber
logi mistik bahasa yang digunakan (bahasa ulang-ulang Saya mencintai engkau! se-
teologi mistik) merupakan esensi absolut cara sungguh-sungguh karena di satu sisi,
dari suatu ekspresi yang tepat dari cinta saya tidak dapat menjamin hal itu, dan di
erotik dan sebagai titik puncak (kulminasi) sisi lain, saya tidak dapat mencoba berha-
humanitas manusia. Hal itu tampak dalam rap. Jawaban yang pendek dari pertanyaan,
kobaran hati yang meluap-luap. Oleh kare- Apakah engkau mencintaiku? saya ulangi
na itu, bahasa cinta harus mengekpresikan dengan tindakan perlokusioner dengan
dirinya dalam suatu pengalaman mistik menganjurkannya yakni, Saya mencintai
yang bersifatmirip-yang-ilahi (quasi-divi- engkau! Hal itu, baik sebagai pertanyaan
ne). cataphasis maupun apophasis dan sebagai
Marion memberi perhatian pada jalinan perlindungan terhadap sebuah situasi dia-
keharusan dari bahasa cinta dengan teo- logis (Gschwandtner, 2008: 192).
logi mistik. Ia mengeksplorasi hubungan
paralel antara bahasa cinta dan teologi mis- 4. Mengosongkan diri
tik. Ketika seseorang mengatakan bahwa, Univokalitas cinta eros, philia, dan agape
Saya mencintai engkau, perkataan itu tidak lain adalah univokalitas cinta ilahi
bukan merupakan sesuatu yang menga- dan cinta manusia. Setiap tindakan selalu
takan sesuatu tentang sesuatu,melainkan dengan cinta termasuk dalam gerakan se-
perkataan itu merupakan apa yang dika- duksi (menggoda) dan pengkhianatan.
takan oleh seseorang kepada seseorang Hasrat yang murni jasmani, persahabatan,
(Gschwandtner, 2008: 191). Perkataan itu afeksi antara orang tua dan anak, keintiman
merupakan suatu tindakan perlokusio- erotik, religiusitas atau kesatuan mistik
ner, yakni sebuah maksud yang berefek dengan Tuhan semua berlangsung deng-

04-ALEXANDER AUR.indd 156 10/30/2013 7:35:55 AM


Kritik terhadap Bisnis Nafsu di Jagat Internet alexander aur 157
Memaknai Ulang Cinta dan Seksualitas Manusia di Era New Media

an cinta. Semua bentuk cinta mempunyai memberikan diriNya dalam semangat ke-
pola yang sama termasuk cinta erotik dan notik (pengosongan diri). Karena itulah, se-
persahabatan, yakni membiarkan orang seorang memutuskan untuk menjadi pen-
lain hadir. Secara formal persahabatan dan cinta pertama: mencintai sebagai tindakan
cinta erotik tidak ada perbedaan kecuali da- pengosongan diri.
lam sifat nada dari figurasi-figurasinya.
Univokalitas cinta juga menjadi nyata da-
lam persahabatan. Persahabatan adalah Menghayati Cinta:
Melawan Reduksi Sek
cinta erotik minus orgasme (
Gschwandt- sualitas
ner, 2008: 193). Gagasan tentang univokalitas cinta dengan
Tak ada oposisi antara eros dan karitas empat karakternya tersebut, dapat menjadi
atau eros dan agape karena cinta yang benar pijakan untuk menghayati cinta sebagai
adalah univokal. Marion menolak pembe- daya kosmik. Sebagai daya kosmik, cinta
daan antara eros manusia dan agape ilahi. yang dihayati seseorang, memungkink-
Jika manusia memiliki dan mencintai se- an orang itu membangun relasi segi tiga:
cara benar maka hal itu sama dengan agape manusia-manusia-Tuhan. Dalam relasi itu
ilahi. Bahkan hasrat Tuhan mencintai ma- setiap orang memperlakukan orang lain
nusia dengan agape ilahiNya menjadi ke- dengan penuh hormat terhadap kedirian-
kuatan eros bagi manusia. Itu artinya cinta nya. Bersamaan dengan itu, dalam relasi
Tuhan dan cinta manusia memiliki cara itu juga setiap orang bersiap sedia (terbu-
yang sama dan menunjukkan reduksi ero- ka) untuk berdialog dengan Tuhan.5 Cinta
tik dalam sebuah gaun yang paralel. Tuhan sebagai suatu daya kosmik tidak menge-
mencintai dalam cara yang sama seperti nal oposisi antara agape dan eros atau eros
kita.
Intimitas erotik adalah suatu indika- dan philia (karitas). Sebaliknya cinta sebagai
si dari agape ilahi. Cinta Tuhan melengka- daya kosmik cinta adalah cinta, yang da-
pi cetak biru (blueprint) percintaan antar- lam perwujudannya mengandung eros, phi-
manusia. Konsekuensi lebih lanjut adalah lia, dan agape sekaligus.
kita harus belajar mencintai secara ilahiah Marion menegaskan status ontologis itu
(Gschwandtner, 2008: 193). dengan mengatakan bahwa setiap tindakan
Univokalitas cinta itu tampak dalam selalu dengan cinta.
Hasrat Tuhan mencin-
relasi antara para murid dan Yesus Kristus. tai manusia dengan agape ilahiNya menja-
Kristus adalah yang ilahi sekaligus manusia di kekuatan eros bagi manusia. Itu artinya
yang mencintai manusia. Para murid harus cinta Tuhan dan cinta manusia memiliki
hidup dalam visi yang baru mengenai kari- cara yang sama dan sama-sama menunjuk-
tas dan memainkan peran Kristus melalui kan gerakan eros. Tuhan mempraktikkan
cinta yang saling menguntungkan. Seseo- gerakan eros sama dengan yang dilakukan
rang yang mencintai secara otentik hanya manusia, bersama dengan manusia, me-
bisa ketika ia mencintai seperti Tuhan yang nurut ritus yang sama dengan manusia,

5
Untuk menegaskan relasi manusia dengan Tuhan dapat dihayati dalam bahasa eros sebagai bentuk dari univokali-
tas cinta, saya mengacu pada pemikiran Thomas Moore. Moore mengatakan bahwa kekristenan dipenuhi dengan
kiasan-kiasan seks yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara manusia dengan Allah, atau secara
lebih luas antara manusia dengan misteri yang merupakan konteks kehidupan manusia. Kidung Agung dalam Per-
janjian Lama merupakan salah satu sumber yang menggambarkan hubungan yang ilahi dengan manusia, dengan
perumpamaan-perumpaan erotis (Moore, 2002: 163-185).

04-ALEXANDER AUR.indd 157 10/30/2013 7:35:55 AM


158 Kritik terhadap Bisnis Nafsu di Jagat Internet Vol I, 2013
Memaknai Ulang Cinta dan Seksualitas Manusia di Era New Media

mengikuti ritme yang sama dengan manu- Dalam bahasa Marion, eros tidak semata-
sia. Oleh karenanya manusia harus belajar mata orgasme atau birahi.Eros adalah ke-
mencintai secara ilahiah. seluruhan diri manusia, yang di dalamnya
Dengan pemikirannya tentang univo- termasuk dimensi ilahi dari diri manusia.
kalitas cinta tersebut, Marion hendak me Pada titik ini, pemikiran Marion sejajar
ngoreksi dua hal. Pertama, selama ini cinta dengan pemikiran Paus Yohanes Paulus
dibagi dalam tiga kategori yakni eros, phi- II tentang tubuh manusia sebagai teologi.
lia, dan agape. Eros sering dinilai sebagai hal Tubuh manusia menjadi sebuah penunjuk
yang buruk dan mengandung dosa. Eros pada kenyataan Allah, menjadi perkataan
dipersempit semata-mata sebagai masalah tentang Allah (Ramadhani, 2009: 21 23).
seks. Eros dikurung dalam sangkar fisikali- Di hadapan fenomena bisnis nafsu bi-
tas manusia. Dengan demikian, eros berada rahi di jagat internet, refleksi filosofis Ma-
pada posisi terendah dalam kehidupan rion mendapatkan relevansinya. Seks di
manusia (Linnel, 2007: 10 23). Sedangkan jagat internet adalah seks sebagai sesua-
perlakuan atau sikap terhadap philia yang tu yang terlucut dari diri manusia, seks
dipahami sebagai cinta persaudaraan pun yang mekanistik, seks tanpa humanitas,
seks tanpa cinta. Refleksi filosofis Marion
tidak jauh berbeda dengan eros. Philia di-
mengingatkan kita agar memulihkan kem-
anggap tidak mengandung dimensi ilahi-
bali seks dengan mengembalikan seks pada
ah. Philia hanya menekankan humanitas
seksualitas. Relasi seksual adalah jalan
manusia. Dengan demikian, philia berada
peneguhan relasi antarmanusia. Kepuasan
pada posisi sedikit lebih tinggi dari eros da-
atau kenikmatan dari sebuah relasi bukan
lam kehidupan manusia dan sedikit lebih
untuk kepuasan atau kenikmatan pada
rendah di bawah agape. Agape yang dipa-
dirinya sendiri. Kepuasan atau kenikmat
hami sebagai cinta ilahi dianggap sebagai
an adalah momen perjumpaan dua orang
cinta yang paling agung dan paling tinggi. yang saling mencintai. Kepuasan atau ke
Hanya Tuhan yang sanggup mencintai nikmatan yang mengalir dari relasi seks
dengan agape. Manusia harus berusaha un- adalah momen saling meneguhkan rasa
tuk mencintai seperti Tuhan dengan cinta cinta antarpribadi.
agape. Mencintai dengan pola agape berarti Kedua, langkah Marion menyejajarkan
melepaskan eros dan filia. fenomenologi eros dan teologi cinta (kari-
Pemisahan secara tegas itulah yang di- tas) merupakan sebuah upaya membangun
terobos oleh Marion dengan gagasannya jembatan teologi mistik6 yang baru, yakni
tentang univokalitas cinta. Marion menga- fenomenologi mistik. Marion mengatakan
takan bahwa hasrat yang semata-mata jas- bahwa bahasa teologi mistik merupakan
mani dan keintiman erotik harus berlangs- esensi absolut dari suatu ekspresi yang te-
ung dalam cinta. Ini artinya seksualitas pat tentang eros dan menjadi kulminasi hu-
manusia tidak semata-mata dipahami seba- manitas manusia. Sebagaimana pendoa dan
gai seks, melainkan seks sebagai salah satu bahasa doa, bahasa cinta harus terekspresi
bagian dari seksualitas manusia. Seksuali- dalam suatu gerakan mistik dan bersifat
tas mencakup keseluruhan diri manusia. quasi-ilahi. Hal itu ditunjukkan melalui ko-

6
Sebagai ilmu, teologi mistik merefleksikan dan mengajarkan kebijaksanaan rahasia yang diperoleh melalui cinta.
Bdk. Johnston (2001: 4).

04-ALEXANDER AUR.indd 158 10/30/2013 7:35:55 AM


Kritik terhadap Bisnis Nafsu di Jagat Internet alexander aur 159
Memaknai Ulang Cinta dan Seksualitas Manusia di Era New Media

baran hati yang meluap-luap sebagaimana Gschwandtner, Christina M. (2008).Love


yang terjadi dalam teologi mistik. as a Declaration of War? On the Ab-
Fenomenologi mistik yang muncul dari solute Character of Love in Jean-Luc
pemikiran Marion ini adalah kobaran hati Marions Phenomenology of Eros da-
yang meluap-luap manakala setiap orang lam Wirzaba dan Benson. Tim editor.
mempraktikkan univokalitas cinta antara Transforming Philosophy and Religion:
manusia dengan manusia dan manusia Loves Wisdom. Bloomington & India-
dengan Tuhan. Dalam relasi cinta antara napolis: Indiana University Press, hlm.
manusia dengan manusia, setiap setiap 185 200.
orang yang memutuskan untuk mencin- Johnston, William.(2001). Teologi Mistik-Il-
tai lebih dahulu, membiarkan orang yang mu Cinta. Yogyakarta: Kanisius.
dicintai hadir dengan seluruh keberada- Moore, Thomas. (2002). Jiwa dari Seks-
annya yang unik dan khas. Yang dicintai Mengembangkan Kehidupan sebagai suatu
tidak didefinisikan tetapi hadir sebagai- Tindakan Cinta. Batam: Interaksara.
mana adanya. Keberadaan dan kehadiran Ramadhani, Deshi.(2009). Lihatlah Tubuh-
yang lain seperti demikian membuat pen- ku Membebaskan Seks bersama Yohanes
cinta mengalami kobaran hati yang melu-
Paulus II. Yogyakarta: Kanisius.
ap-luap. Hal yang sama terjadi dalam relasi
Saeng, Valentinus. (2012). Herbert Marcuse
cinta antara manusia dengan Tuhan. Tuhan
Perang Semesta Melawan Kapitalisme
tidak dianalisis dan dijelaskan, melainkan
Global. Jakarta: Gramedia.
Tuhan hadir begitu saja dengan seluruh
Santas, Gerasimos. ([1998] 2002). Plato dan
cinta dan kebijaksanaanNya. Kehadiran itu
Freud: Dua Teori tentang Cinta, (Diter-
membuat manusia merasakan cinta yang
jemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
bergelora dalam dirinya.
dari Plato and Freud: Two Theories of Love
Orang yang menghayati univokalitas
cinta berarti
dia masuk dalam sebuah per- oleh Prof. Dr. Konrad Kebung, SVD).
jalanan melewati ambang, perjalanan ke- Maumere: Lembaga Pembentukan Ber-
luar dari diri sendiri dan masuk pada yang lanjut Arnold Janssen (LPBAJ).
lain entah itu pasangan cinta atau masuk Secomb, Linnell. (2007). Philosophy and Love
dalam rengkuhan Tuhan. Univokalitas From Plato to Popular Culture. Edin-
cinta memungkinkan setiap orang (publik) burgh: Edinburgh Unibersity Press.
untuk tidak memenjarakan diri dalam ku- Teilhard de Chardin, Pierre. ([1955] 2004).
rungan nafsu birahi seperti yang didagang- Gejala Manusia (diterjemahkan dari Le
kan di jagat internet. Phnomne Humain oleh Ira Iramanto).
Jakarta: Hasta Mitra bekerjasama den-
gan Institute for Ecosoc Rights.
Williams, Bernard Williams. (1978). Des-
DaftarPustaka cartes The Project of Pure Enquiry. Eng-
Dhakidae, Daniel. (1976) Industri Sex: land: Penguin Books.
Sebuah Tinjauan Sosio-Ekonomis Wirzaba, Norman dan Benson, Bruce Ellis.
dalam Jurnal Prisma No. 5, Juni, terbi- Tim Editor. (2008). Transforming Philoso-
tan Lembaga Penelitian, Pendidikan phy and Religion: Loves Wisdom. Bloom-
dan Penerangan Ekonomi dan Sosial ington & Indianapolis: Indiana Univer-
(LP3ES). sity Press.

04-ALEXANDER AUR.indd 159 10/30/2013 7:35:55 AM


Jurnal Ultima Humaniora, September 2013, hal 51-59 Vol. I, Nomor 2
ISSN 2302-5719

Berladang dan Kearifan Lokal Manusia Dayak

R. MASRI SAREB PUTRA


Etnolog dan Sastrawan Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia

Surel: masrisareb@yahoo.com

Diterima: 9 September 2013


Disetujui: 16 September 2013

ABSTRACT

Dayak tribes procure multi-benefits from farming, a process and technique of rice cultivation in
dry land. Farming, to native Dayak, is not just accesories of rice cultivation, but rather a sacred
rite and a starting point for a unique life-cycle. Unfortunately, time and again, Dayak tribes are
wrongly accused as environmental destroyer, due to their habit of setting fire on the farming land
in order to get dried-burnt land and fertile soil. Contrary to this view, Dayak natives are tradi-
tionally recognized as wise and caring people for nurturing and maintaining nature and environ-
ments preservation. What causes the destruction of Borneos nature and forest is not Dayaks way
of farming, but rather businessmen profiting from exploiting the land and soil, licensed holders of
HPH, and illegal loggers.

Keywords: Dayak, alam, padi, ladang, kearifan lokal.

Pendahuluan dangkan di pihak lain alam angker dan


Dayak ialah nama kolektif sebuah etnis menakutkan. Dalam kerangka pemikiran
seperti itu, bagi etnis Dayak, alam diletak-
yang mendiami pulau Borneo, terdiri atas
kan ke dalam berbagai fungsi.
lebih dari 400 subsuku. Mereka ditengarai
Pertama, fungsi ritual. Alam (hutan be-
berasal dari kaum migran bangsa Austro-
lantara) dipahami sebagai suatu wilayah
nesia yang terdampar di kepulauan Borneo
yang sakral. Berbagai upacara dilakukan
pada sekitar tahun 2.500 SM. (Evans (1922), di hutan, misalnya waktu menebas, waktu
(Ukur, 1971), (Djuweng dan Krenak, 1993). menyimpan benih, waktu panen, dan seba-
Menurut Fallding (1974: 200), salah gainya.
satu penciri manusia-alam ialah hubung Kedua, fungsi ekologis. Komunitas
an antara manusia dan alam sedemikian Dayak Djo memandang alam merupakan
luluh, menyatu, manusia adalah bagian penyedia dan pengatur tata air dan mem-
dari tatanan alam. Akibatnya, agama et- berikan keseimbangan yang harmonis.
nis tersebut adalah agama alam. Artinya, Ketiga, alam atau lahan memberikan
alam diyakini mempunyai daya, sekaligus kehidupan. Dalam konteks inilah ladang
kekuatan magis, yang di satu pihak mem- menjadi sangat vital bagi etnis Dayak,
berikan kehidupan dan penghidupan; se- bahkan dapat dikatakan menjadi penanda

05-MASRI SAREB PUTRA.indd 160 10/30/2013 7:36:19 AM


Berladang dan Kearifan Lokal Manusia Dayak R. Masri Sareb Putra 161

dari awal mula sebuah siklus kehidupan. memiliki penghormatan khusus pada la
Kita dapat membuat litani panjang betapa dang (tanah) sebagai mata rantai keber-
ladang sangat vital dan menjadi kata kunci satuan dengan alam semesta. Ini juga bukti
dalam kehidupan umat manusia. Misal- bahwa orang Dayak amat memerhatikan
nya: ladang padi, ladang gandum, ladang keharmonisan hubungan dengan Yang di
jagung, ladang tebu, dan ladang minyak. Atas dan dengan seluruh alam. Jadi, meng-
Bahkan, kerap pula kantor, atau pekerjaan, hormati dan menghargai ladang, sama saja
disebut sebagai ladang karena dari sana dengan menghormati dan menghargai Si
akan dituai hasil. Pemberi dan Asal Mula Kehidupan.
Ampus ka huma boh! begitu kita se Melihat proses dan cara orang Dayak
ring mendengar, jika suatu pagi bertemu berladang, dapat ditarik kesimpulan bah-
kerabat. Jelas, maksudnya bukan ke huma wa yang merusak hutan Kalimantan bukan
dalam pengertian ladang sebagai lahan orang Dayak, tapi para pengusaha HPH
kultivasi padi. Namun, ungkapan itu bisa dan perkebunan skala besar. Bagaimana
diartikan pergi ke kantor atau ke pekerjaan mungkin orang Dayak merusak hutan, jika
tetap. hutan menjadi bagian hidup dan sumber
Itu adalah sisi positif, atau makna, penghidupan? Orang Dayak baru akan
ladang sesungguhnya. Yakni, lahan tempat meladangi kembali areal lahan jika sudah
manusia mengais rezeki dan menabur hara- cukup umur, yakni setelah diladangi 15-20
pan untuk hidup. Akan tetapi ladang, suatu tahun lalu ketika lahan semula sudah cu-
ketika, dapat juga berkonotasi negatif. Mis-kup humus dan pepohonan sudah besar-
alnya, ladang pembantaian (killing field). besar.
Pada zaman Nazi, atau saat di negeri kita Filosofi di balik siklus perladangan ter
tahun 1960-an, ramai-ramainya menggan- sebut ialah agar tetap menjaga keseimbang
yang anggota dan orang yang dianggap an alam, yakni tetap terjaganya persentase
antek-antek PKI, ladang menjadi kata yang yang harmonis antara hutan dan lahan
menyeramkan. Bukan hidup yang ditemui garapan. Dengan demikian, bencana alam
di ladang, justru sebaliknya. yang ditimbulkan dari disharmoni alam
dan makhluk penghuninya dapat dielimi
nir. Di sinilah letak kerarifan tradisional
Ladang dan Siklus Perladangan Kembali suku Dayak, khususnya dalam perladang
Orang Dayak an yang meski meladangi atau menggarap
Orang Dayak yang arif-bijaksana, tidak per- lahan tetap menjaga dan memeliharanya
nah sekali pun menajiskan kata ladang. seturut dengan hukum alam pula.
Bahkan, ladang dianggap keramat oleh Keharmonisan penduduk Kalimantan
orang Dayak sebab ladang terbukti mam- dengan alam, termasuk proses dan cara
pu menjadi sumber penghidupan bagi me berladang, hingga tahun 1980-an masih
reka. Karena itu, dari mulai melihat-lihat dapat dijaga dan dipelihara. Akan tetapi,
lahan yang akan dijadikan ladang (ngabas sejak pengusaha kayu dan perkebunan da-
poya), hingga usai panen (gawai panen), tang, ditambah ulah penambang emas dan
selalu ada upacara yang berkaitan dengan batu, banyak lahan di bumi khatulistiwa
ladang. menjadi tandus dan gersang.
Tidak syak lagi, melihat siklus pesta Menurut hasil pengamatan David Jen-
yang ada hubungannya dengan ladang, kins, sebuah keluarga Dayak meladangi
dapat disimpulkan bahwa orang Dayak areal rata-rata 16 hektar per tahun dengan

05-MASRI SAREB PUTRA.indd 161 10/30/2013 7:36:19 AM


162 Berladang dan Kearifan Lokal Manusia Dayak Vol I, 2013

hasil per hektar kurang lebih 900 kilogram Ladang sebagai lahan kering kultivasi
padi (Jenkins, 1978, 22 - 27). Pada zaman padi memberikan penghidupan dan ke-
dahulu kala, orang Dayak yang kaya (dan nyamanan yang tiada tara hal yang tidak
berada) diukur bukan dari perhiasan emas, bisa didapat dari bercocok tanam di lahan
intan, dan permata, namun ditakar dari basah. Waktu nebas misalnya, areal ladang
seberapa banyak padi yang tersimpan di menyediakan aneka bahan makanan dan
lumbung. Orang Dayak yang kaya hari ini minuman. Ada umbut ransa, enau, atau
makan nasi yang disimpan di lumbung aping yang enak dijadikan sayur.
dua atau tiga tahu yang lalu. Makan nasi Ladang juga menyediakan aneka jamur,
yang diambil dari lumbung hasil panen ta- baik jamur yang tumbuh di tanah maupun
yang menggantung di pohon mati. Ada
hun ini, tidak dianggap berada, hanya pas-
aneka sayuran rebung dan pakis. Pakis hu-
pasan.
tan, biasanya berwarna merah kehijauan
Di balik pemujaan akan sikap dan gaya
dan kalau dimasak, dicampur ampas tape
hidup makan nasi hasil panen tahun-tahun
pulut (rampang) enak bukan main.
sebelumnya, tersimpan filosofi yang sangat
Bahkan, waktu orang Dayak menebas
dalam. Karena zaman dahulu nenek mo huma, orang sering mendapat binatang,
yang belum terbiasa menabung di bank seperti ular, kelelawar, burung, tupai, tikus
atau Credit Union (CU), maka orang me- hutan, atau landak yang dagingnya sangat
nyimpan padi (harta benda) di lumbung. lezat disantap. Semua itu adalah mata ran-
Lumbung padi dianggap sebagai bank tai kenikmatan yang didapat dalam proses
atau savings. Karena itu, orang Dayak yang perladangan.
kaya akan mempunyai banyak lumbung Itu sebabnya, kita harus memberikan
padi yang isinya penuh, identik sekarang catatan khusus mengenai tradisi berladang
dengan orang yang punya banyak simpan- orang Dayak. Sejak nenek moyang, sampai
an di bank. Satu lagi kita melihat kerarifan dewasa, orang Dayak terbiasa makan nasi
tradisional suku Dayak dari pemujaan me- huma. Mereka tahu, huma sudah mem-
nyimpan padi di lumbung, yakni bahwa berikan penghidupan. Karena itu, tidak
sebenarnya mereka sudah berpikir jauh ke mungkin orang Dayak merusak lahan ka
depan mengenai persiapan pangan. rena akan ditanami kembali.
Ladang bagi orang Dayak tidak hanya
berfungsi sebagai lahan yang akan member-
Ladang Keharmonisan Lingkungan
ikan hasil utama padi yang nasinya sangat
enak dan beraroma harum. Lebih dari itu, Karena proses dan tata cara berladang arif-
ladang juga punya sisi-sisi lain, yang tidak bijaksana yang memerhatikan hukum alam
ditemukan pada lahan basah. Sebagai con- diturunkan dari generasi ke generasi, maka
toh, dari ngabas poya, bakal lahan ladang su- setiap orang Dayak wajib menjaga dan me-
dah memberi kenikmatan tersendiri. Wak- meliharanya. Siapa saja yang berladang
tu menjenguk lahan yang akan diladangi, tidak sesuai dengan adat, akan kena adat.
orang Dayak mulai menetapkan tempat Itu sebabnya, ada ungkapan Dayak Sang-
(ada yang menamakannya kerancak) yang gau yang sangat dalam maknanya, Poya
nantinya dijadikan dangau atau pondok. nyak bopugongk, adat nyak bolinongk
Kalau sudah dibakar, areal dangau dijadi- (alam untuk berlindung/bertumpu, adat
kan probini (tempat menyimpan bibit padi) untuk berpegangan). Tindak melanggar
dan nanti dari sinilah asal bibit padi yang adat, akan dikucilkan dari komunal dan
akan ditanam waktu menugal. dianggap bukan-Dayak lagi.

05-MASRI SAREB PUTRA.indd 162 10/30/2013 7:36:19 AM


Berladang dan Kearifan Lokal Manusia Dayak R. Masri Sareb Putra 163

Lalu, siapa perusak hutan dan peng- dan kerusakan lingkungan. Sampai-sampai,
gundul hutan Kalimantan? Tentu saja, bu- beberapa tokoh perlu mendukung dan me-
kan penduduk setempat (indigenous people) nyekolahkan orang Dayak yang potensial
yang menggantungkan seluruh kehidup untuk studi di bidang hukum lingkungan.
annya pada lingkungan dan alam Kalim- Meski demikian, asumsi bahwa orang
antan, tetapi para pendatang dan orang Dayak arif bijaksana dalam hal kultivasi
kota! Sebagai contoh, yang menggondol padi dengan cara berladang, bukan ha
izin HPH dan pemilik perkebunan di Kali- nya sepihak. Antropolog dan peneliti Barat
mantan adalah kaum pendatang dan orang jauh hari sudah memberi kesaksian dan
kota. Orang kota yang dimaksudkan mencatatnya. Dalam literatur-literatur ber-
ialah pengusaha dari Pontianak dan Jakar- bahasa Inggris, ladang disebut staff of life
ta, sedangkan kaum pendatang ialah siapa (tumpuan hidup) orang Dayak. Seperti di-
saja yang perilaku dan cara hidupnya me catat ilmuwan dan antropolog barat, Hed-
rusak alam sebagai sumber dan tumpuan da Morrison1 dalam bukunya yang terbit
penghidupan. tahun 1957, Sarawak.
Yang terasa tidak adil ialah adanya Padi, the staff of life, tulis Morrison
selentingan yang mengatakan bahwa orang (1976: 44), sembari menekankan bahwa
Dayak dan penduduk setempat adalah pe- padi yang ditanam itu tumbuh di ladang-
nyebab kebakaran hutan dan gundulnya ladang orang Dayak. Orang Dayak pun
bumi khatulistiwa. Malangnya, kebakaran dipujinya sebagai manusia yang berbudi
hutan dan kepulan asap justru terjadi bu- pekerti luhur lagi arif dan bijaksana men-
lan Juli-Oktober, berertepatan dengan sik- golah sumber daya alam.
lus alam (musim panas) sebagai saat yang
tepat bagi orang Dayak membakar ladang. It is wasteful method of cultivation. When old
Padahal, ratusan tahun lamanya orang jungle is felled the same land will produce good
Dayak membakar ladang, dan tidak pernah padi for two or three consecutive seasons but the
menimbulkan masalah. Sebab, kearifan burns destroy all protective vegetation. Heavy
rains soon remove the topsoil and the fertility of
mengajarkan, batas ladang harus dibuat
the land is quickly reduced. (Morrison, 1976:
tegas, agar api tidak bisa melalap lahan 45).
di sampingnya. Kalau api dari membakar
ladang sampai menyapu lahan tetangga,
si empunya ladang akan membayar adat! Morrison sama sekali tidak melihat
Ada hukum adatnya khusus untuk itu. cara berladang orang Dayak merusak ling-
Agaknya, karena itu, Musyawarah Adat kungan, atau mengganggu ekosistem. Se-
Dayak tidak pernah lelah mengampanye baliknya,
kan, perusak hutan Kalimantan bukan pen
duduk asli. Mustahil mereka mau meng- If farming can be carried on over a cycle of
gorok leher sendiri, sebab ladang adalah about 15 years between cuts, the fertility of the
soil can be maintained fairly satisfactory. But as
tumpuan hidup utama. Lagi pula, mer-
the population increase so does the pressure on
eka hidup dan tinggal di situ. Lama orang the land and the cycle may fall to ten, eight or
Dayak didakwa kasus kebakaran hutan even five years (Morrison, 1957: 45).

1
Hedda Morrison sesungguhnya bukanlah peneliti atau antropolog. Ia datang ke tanah Sarawak mengikuti suami,
yang merupakan salah satu pejabat kolonial di salah satu negara bagian Malaysia. Ia hobi fotografi, sehingga apa
yang menyentuh hatinya, diabadikan dalam gambar. Kemudian, dibukukan seperti judul buku tersebut dan menye-
butnya sebagai personal record.

05-MASRI SAREB PUTRA.indd 163 10/30/2013 7:36:19 AM


164 Berladang dan Kearifan Lokal Manusia Dayak Vol I, 2013

Tradisi berladang, kini hanya dilakoni juga dapat ditelusuri sisi sosiologis suatu
orang Dayak di tempat tertentu. Di mana, masyarakat di mana pantun itu hidup
lahan masih tersedia dan situasi memung- dan diperkembangkan. Pantun melukiskan
kinkan. Bulan Juni-Juli, saatnya ngabas poya tidak saja suasana, juga struktur sosial, ko-
dan menebas. Inilah mula dari sebuah sik- munikasi, serta kehalusan budi pekerti.
lus upacara gawai. Orang yang lama tidak bertemu (ber-
pandang), misalnya, tentu ingin mengung-
kapkan sesuatu. Jika lama tidak bertemu,
Ladang dalam Larik-larik Pantun pasti banyak hal yang ingin diungkapkan.
Buah pantun mengandung kearifan dan Tetapi, kerap isi hati tidak bisa diungkap-
filosofi yang sangat dalam. Mengapa? Kar- kan dengan kata-kata. Karena itu, diam
ena buah pantun merupakan kristalisasi adalah bentuk komunikasi juga, yakni ko-
dari proses hidup dan budaya yang sudah munikasi nonverbal. Saling pandang, dan
berlangsung lama dan dimeteraikan dalam itu, sudah cukup mengomunikasikan ba
larik-larik sederhana yang mudah diingat. nyak hal, seperti larik pantun berikut.
Demikian yang kita saksikan dalam buah-
buah pantun orang Dayak yang melukiskan Sudah lama tidak ke ladang
cara hidup (modus vivendi) dan cara berada Sekarang ini ke ladang lagi
(modus essendi) masyarakat itu sendiri. Sudah lama tidak berpandang
Dengan demikian, buah pantun dapat Sekarang ini berpandang lagi
dikatakan sebagai kata kunci, gagasan
pokok (central idea), atau hakikat yang Kalau rindu menggebu, dan lama tidak
dimunculkan keluar, yang merujuk pada bertemu, bagaimana diungkapkan? Tidak
budaya yang dihidupi suatu masyarakat. masalah. Orang Dayak punya cara meng
Manakala buah pantun itu sering muncul, ungkapkannya lewat pantun.
tercerminkan di dalamnya central idea yang
apabila diselisik banyak di dalamnya ter- Sudah lama tidak ke huma
muat terminologi ladang. Batang tebu sudah meninggi
Dalam pantun, ada sampiran, dan Sudah lama tidak berjumpa
juga, ada isi. Namun, antara kedua sampir Rasa rindu setengah mati
an dan isi harus selalu ada korelasi: yang
satu, tidak boleh menyangkal yang lain. Bagaimana mengungkapkan rindu yang
Rangkaian pantun orang Dayak mirip silo- mendendam, sedang orang yang dirindu
gisme, jalan berpikir (metode) logika untuk jauh di seberang? Ketika siaran radio belum
menarik kesimpulan dan olah pikir ilmiah merambah hutan Borneo, dan masyarakat
yang dikembangkan Aristoteles abad ke-4 adat masih primitif, maka bulan adalah
sM. media bertemu. Oh bulan, sampaikan
Karena itu, dalam pantun, sebenarnya rinduku! begitu seseorang yang dimabuk
terkandung kearifan tradisional. Selain, cinta biasa meminta. Biar, pada saat sama,
tentu saja, tergambar di dalamnya proses rembulan mengirim pesan rindu pada sang
kreatif dan alur pikir yang sahih dan valid. kekasih, agar terasa getar-getar asmara
Kalau alur pikir dalam pantun runtut, maka juga. Kalau sekarang, cukup kirim pesan
pemikiran di dalamnya mengandung nilai, SMS, tidak perlu memandang bulan!
yakni nilai kebenaran. Akan tetapi, seperti sudah diurai-
Selain alam pikiran, dari larik pantun, kan, pantun adalah cermin budaya suatu

05-MASRI SAREB PUTRA.indd 164 10/30/2013 7:36:19 AM


Berladang dan Kearifan Lokal Manusia Dayak R. Masri Sareb Putra 165

masyarakat. Maka, buah-buah pantun ja gai contoh apa yang dikemukakan Gomes
ngan pernah punah dari orang Dayak. berikut ini:
Kebiasaan berpantun harus terus diper-
tahankan dan dilestarikan. Sebab, selain This harvest festival (gawai penulis), gives
mengandung dimensi hiburan, pantun juga thanks to the gods and spiritsfor the bounty of
mengasah olah pikir. Telusurilah larik pan- the land. With centuries of tradition behind it,
tun pra-dekade 1990-an, berikut ini yang this native ritual involves communication with
the spirit world, ancestral worship and feasting
mengusung ladang sebagai sampiran.
with friends and family of the whole commu-
nity. (Gomes, 1911: 209).
Sungai keruh, pancur pun keruh
Samalah kita mandi di ladang
Adik jauh, abang pun jauh Gawai Dayak, pertama-tama, adalah
Sama kita mabuk kepayang ungkapan syukur pada yang di atas.
Dahulu kala, karena masih animis, orang
Dayak percaya pada dewa-dewa dan roh-
Waktu adalah pemisah paling tidak di
roh. Baru setelah para padri Kapusin masuk
sukai, terutama jika rindu yang menggebu,
tanah Borneo yang masih perawan pada
belum cukup terobati. Tapi, waktu jualah
1905, orang Dayak mengenal Yesus. Tat-
yang membuat semburat harapan untuk,
kala masih animis, orang Dayak menyebut
suatu waktu, bertemu lagi. Maka ladang
Tuhan sebagai Jubata atau Penompa. Pe-
kembali diangkat jadi sampiran pantun,
nompa adalah terminologi yang mengacu
kalau hendak berpisah, dan esok berharap
pada Dia yang telah menjadikan langit dan
dapat berjumpa lagi. Untuk tujuan itu, bumi (menempa = menjadikan).
orang Dayak pun akan mendendangkan Lantaran penjadi muka bumi, Jubata,
pantun berikut: atau Penompa, mesti diberi hati (sesaji).
Akhirnya, Ia diberi perhatian dengan pu-
Kalau ada sumur di ladang jian, upacara, dan juga pesta. Itulah makna
Boleh kita menumpang mandi ungkapan di atas, ...for the bounty of the
Kalau ada umur yang panjang land. Tidak syak lagi bahwa gawai ada-
Boleh kita berjumpa lagi lah ungkapan syukur atas tanah dan hasil
bumi (karunia) yang telah dilimpahkan Ju-
Orang Dayak benar-benar kreatif. Se- bata/Penompa.
patah kata ladang, bisa menjadi sumber Sukar diurut dari mana harus dimulai,
inspirasi melahirkan pantun. Larik pantun yang jelas, sejak generasi Dayak pertama
dengan gagasan pokok ladang sekaligus ada, pesta gawai sudah ada. Tidak cuma
membuktikan bahwa ladang merupakan upacara ritual, gawai pun punya sisi pe-
bagian yang tidak terpisahkan dari hidup nyembahan, sekaligus bentuk komunikasi
dan kehidupan orang Dayak. sosial.
Pada w
aktu gawai, orang menari kon-
dan dan menyanyi sesuka hati. Saling ber-
Gawai sebagai Mahkota Berladang balas pantun, lengkap dengan sampiran
Para antropolog Barat dan peneliti Barat dan isi. Dalam berkondan terpancar suka,
hampir selalu menautkan hubungan sebab- sekaligus mengandung dimensi pendi-
akibat berladang dan gawai atau pesta padi dikan. Tidak sembarang orang terampil
dan hal itu sungguh benar. Simaklah seba- berpantun. Berpantun menuntut tingkat

05-MASRI SAREB PUTRA.indd 165 10/30/2013 7:36:19 AM


166 Berladang dan Kearifan Lokal Manusia Dayak Vol I, 2013

intelektualitas yang tinggi. Bagaimana ng dada? Ya, di mana semua itu? Padahal,
mungkin pikiran diajak cepat berputar mata rantai budaya Dayak itu dahulu kala
membalas pantun, bila otak tidak encer didapat pada siklus pertanian (dari ngabas
berdalih? Macam mana bisa mengguna- poya lahan perladangan hingga usai panen).
kan kata dan kalimat yang memikat, kalau Kita merasa dahaga kembali pada suasana
pikiran tidak sehat? Simak contoh pantun harmonis dengan alam dan Tuhan. Kita
berikut ini. pun rindu kebersamaan dan persaudaraan.
Terlebih, kita suka pada keindahan, seperti
Kami takut pasang bendera terekspresi dari tari kondan dan berbalas
Pasang bendera setengah tiang pantun yang pada zaman dahulu kala di-
Kami takut kawin tentara
mainkan pada masa siklus perladangan.
Udah kawin ditinggal pulang
Satu dari banyak mata rantai budaya
kultivasi padi orang Dayak yang kini ma-
Itu adalah contoh pantun yang ke-
sih tersisa ialah pesta gawai (farming feast).
rap didaras oleh wanita-wanita Dayak,
Tidak ada masalah jika Dayak Kanayant
tahun 1970-1980-an, tatkala ABRI sedang
gencar-gencarnya masuk desa. Waktu itu, melangsungkan gawai (Naik Dango) pada
ramai para tentara mengawini wanita Da- 27 April, Dayak Sanggau dan Kapuas Hulu
yak seenaknya sebagai pelepas dahaga di pada 20 Mei, atau Dayak Iban, Bidayuh,
medan laga. Selepas menunaikan tugas di dan Ulu di Sarawak-Malaysia pada setiap 1
Tanah Dayak, para tentara meninggalkan dan 2 Juni. Yang penting, gawai bermuara
pulang wanita Dayak yang malang. Lahir- pada satu esensi: ungkapan syukur dan pe-
lah buah pantun di atas. Jadi, pantun juga nyataan secara lahirah kebersatuan dengan
bisa diselisik sejarah dan maknanya. Seper- alam semesta.
ti halnya syair Homeros dan mitologi Yun- Sembari minum tuak, betabas daging
ani mirip dengan pantun dan mitos orang babi dan ayam, ditingkahi cakap senda
Dayak, indah dan sarat nuansa pendidikan gurau dan saling menyorongkan buluh
budi pekerti. Bahkan, zaman Yunani kuna, ajan (sobangkangk), orang Dayak di hari ga-
syair (pantun) dijadikan bahan pengajaran wai riang gembira. Lupalah mereka pada
mendidik warga Yunani (Hellas). kesulitan hidup yang menghimpit. Sejenak
Pantun dan kearifan tradisional orang mereka larut pada nikmat ragawi.
Dayak pada akhirnya mengantar kita me Akan tetapi, justru di situlah orang
narik tali simpul: pasti banyak orang Dayak Dayak menemukan makna spiritual gawai:
pintar. Hanya saja, saat ini belum banyak boleh mengecap setitik kemuliaan surgawi
yang muncul ke permukaan. Benihnya su- dari dimensi ragawi tadi. Secercah, dan
dah ada. Mereka arif bijaksana, terbukti hanya secercah. Untuk nantinya, di pen-
dari mata rantai budaya yang beberapa di
gujung usia, ada upacara lain lagi. Tiwah
antaranya masih hidup hingga hari ini.
namanya di Kalimantan Timur. Upacara
Karena itu, mana kini tradisi kondan,
terakhir, mengantar jasad manusia kembali
berbalas pantun, dan beligo? Disimpan di
pada Sang Khalik.
kotak pandora mana, cerita dan mitos-
mitos? Di mana pula tradisi nyidok (pria
dan wanita berdekat-dekatan dalam ruang
Ladang dalam Konstelasi Kebudayaan
terbuka sebagai awal mencari jodoh)? Di
Dayak
mana pula kebiasan bapangka gasing (adu
gasing) untuk menguji siapa menang dan Dalam konteks semakin kritisnya lahan di
siapa kalah dengan filosofi berlatih lapa- wilayah Jangkang dan sekitarnya, fenome-

05-MASRI SAREB PUTRA.indd 166 10/30/2013 7:36:19 AM


Berladang dan Kearifan Lokal Manusia Dayak R. Masri Sareb Putra 167

na kecenderungan pengusaha merampas harus kehilangan identitas dan esensi se


tanah adat, dan berbagai perilaku akui- perti halnya berladang.
sisi lahan masyarakat adat, patut dilontar- Akan dibawa ke mana kebudayaan
kan pertanyaan Quo Vadis Kebudayaan Dayak, bergantung masyarakat Dayak itu
Dayak? (Ke Mana Arah Kebudayaan sendiri. Mau dan sanggupkah orang Dayak,
Dayak?). Akan tetapi, perlu disamakan baik sendiri-sendiri maupun sebagai kel-
terlebih dahulu apakah yang dimaksud- ompok, bertransformasi di tengah-tengah
kan dengan kebudayaan. Secara leksikal arus perubahan zaman tanpa kehilangan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 170), identitas dan esensi?
kebudayaan mengandung dua pengertian: Dalam kurun waktu lima tahun tera-
(1) hasil kegiatan dan penciptaan (akal khir, terjadi perubahan cukup radikal etnis
budi) manusia seperti kepercayaan, Dayak atas lahan untuk berladang. Peruba-
kesenian, dan adat istiadat; han menyangkut bukan saja pemanfaatan-
(2) keseluruhan pengetahuan manusia se- nya, melainkan juga pada cara dan pola
bagai makhluk sosial yang digunakan bercocok tanam yang sama sekali lain dan
untuk memahami lingkungan serta baru.
pengalamannya dan menjadi pedoman Dahulu kala, sebidang lahan yang sama
tingkah lakunya. untuk berladang akan diladangi kembali
dalam siklus 10-15 tahun. Meladanginya
Sistem (budaya) berladang berpindah- pun secara tradisional, mengikuti dan san-
pindah yang dilakukan suku Dayak tra- gat tergantung siklus dan hukum-hukum
disional tidak merusak alam dan lingkun-
alam. Misalnya, waktu menebas ladang di-
gan hidup, sebab lahan yang sama baru
lakukan pada musim kemarau, antara Mei-
diladangi kembali setelah mencapai siklus
Juli. Membakar ladang dilakukan bulan
15-20 tahun. Ladang, bagi orang Dayak,
Agustus. Menanam benih (menugal) awal
merupakan kata kunci yang vital dalam
September, dan seterusnya. Kini tidak lagi
mata rantai hidup dan budaya, karena itu,
demikian. Lahan yang sama dapat secara
banyak upacara ritual dan kebudayaan
terus-menerus diladangi 3 kali. Tidak ter-
berhubungan dengan ladang. Dari mulai
gantung musim. Menebas dan menebang
melihat-lihat bakal lahan yang dijadikan
pohon sudah tidak lagi, kecuali untuk lah-
ladang hingga mengantar masuk padi (ha-
an yang baru dibuka. Tidak lagi merumput
sil panenan) ke lumbung, semuanya di-
dengan tangan, melainkan cukup disem-
awali dan ditandai dengan pesta.
prot dengan racun gulma.
Selain kerjanya efektif, hasilnya pun
PENUTUP luar biasa. Padi dan tanaman lain tumbuh
Banyak mata rantai ritual dan budaya berla- lebih subur. Dayak Jangkang sudah mulai
dang yang hilang dan tidak dapat dijumpai dapat mengelola lahan yang tidak seluas
hari ini. Budaya Dayak, termasuk berla- dulu lagi karena populasi penduduk se-
dang, hanya mengalami transformasi dan makin banyak. Akan tetapi, kearifan lokal
aktualisasi, namun sebenarnya hakikatnya tetap mereka pertahankan yakni tidak mer-
sama saja. Di tengah-tengah arus peruba- usak alam dan lingkungan sebab alam di-
han itu, orang Dayak dan kebudayaannya yakini dan kemudian terbukti memberikan
perlu senantiasa bertransformasi tanpa kehidupan.

05-MASRI SAREB PUTRA.indd 167 10/30/2013 7:36:19 AM


168 Berladang dan Kearifan Lokal Manusia Dayak Vol I, 2013

Daftar Pustaka nomic Review. 30 Juni 1978, hlm. 22 - 27.


Crevello, S. (2004). Dayak land use sys- Lonsen, F.X. dan L.C. Sareb. (2002). Hukum
tems and indigenous knowledge da- Adat Dayak Kecamatan Jangkang Kabu-
lam Journal of Human Ecology. Vol. 16(2): paten Sanggau Kalimantan Barat. Dewan
69-73. Adat Kecamatan Jangkang.
Evans, Ivor H. N. (1922). Among Primitive Lontaan, J.U. (1975). Sejarah, Hukum Adat,
Peoples in Borneo: A Description of the dan Adat Istiadat Kalimantan Barat. Pon-
Lives, Habits & Customs of the Piratical tianak: Pemda Tingkat I Kalbar.
Head-hunters of North Borneo, with an Ac- Lubis, Mochtar. (1978). Manusia Indonesia:
count of Interesting Objects of Prehistoric Sebuah Pertanggungjawaban. Jakarta:
Antiquity Discovered in the Island. Lon- Yayasan Idayu.
don: Seeley, Service & Co., Ltd. Morrison, Hedda. (1957). Sarawak. Singa-
Gomes, H. Edwin. (1911). Seventeen Years pore-Kuala Lumpur-Hong Kong: Fed-
among The Sea Dyaks of Borneo. London: eral Publications.
Seeley and Co., Limited. Putra, R. Masri Sareb. (2013). Dayak Djang-
Fallding, H. (1974). The Sociology of Religion: kang. Tangerang: UMN Press.
An Explanation of the Unity and Diversity Ukur, Fridolin. (1971). Tantang Djawab Suku
in Religion. McGraw-Hill Ryerson Lim- Daya. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
ited. van Hulten, Herman Josef. (1992). Catatan
Jenkins, David. (1978). The Dyaks: Good- Seorang Misionaris: Hidupku di Antara
bye to All That, dalam Far Eastern Eco- Suku Daya. Jakarta: PT Grasindo.

05-MASRI SAREB PUTRA.indd 168 10/30/2013 7:36:20 AM


Jurnal Ultima Humaniora, September 2013, hal 60-70 Vol. I, Nomor 2
ISSN 2302-5719

Demokrasi dan Kekuasaan dalam Pandangan Hidup Orang Jawa1

ARYANING ARYA KRESNA


Kordinator MKU Universitas Surya

Gedung 01 Scientia Business Park


Jl. Boulevard Gading Serpong Blok O/1
Summarecon Serpong, Tangerang 15810
Telepon: (021) 71026562
Surel: aryaning.aryakresna@surya.ac.id

Diterima: 22 Agustus 2013


Disetujui: 5 September 2013

ABSTRACT

This research aims at comprehending the concept of democracy and power in Javanese philosophi-
cal thoughts. This research begins by describing the Javanese epistemology. The next step will be
discussing the Javanese concept on public sphere and understanding on power which is the basic
argumentation on Sultan Agung of Mataram absolutes power. The conclusion will be a new com-
prehension on Javanese tendency on despotic and authoritarian power exercise which cannot be
separated from Indonesian presidents originating from Javanese ethnicity.

Keywords: power, democracy, Javanese, public sphere

Pendahuluan ini dipahami dalam konteks ruang pub-


Mendiskusikan demokrasi memang me- lik politis, sehingga demokrasi dan ruang
narik, justru karena konsep ini sangat kom- publik politis adalah setali tiga uang. Aki-
pleks sehingga setiap orang dapat mendefi- batnya, dapat dipastikan bahwa sebuah or-
nisikannya sesuka hati. Namun demikian, ganisasi kekuasaan yang tidak mengelola
ada satu kesamaan hal yang menjadi ac- dan mengelaborasi ruang publik politis da-
uan dalam setiap pembahasan mengenai lam pengalamannya sehari-hari, organisasi
demokrasi, yaitu adanya kesempatan yang tersebut tidak demokratis. Habermas (1996,
sama dalam berpartisipasi (participative dalam Wattimena, 2007: 126) berpendapat
equality). Pemahaman tentang kesetaraan bahwa ruang publik adalah sebuah ke-

1
Versi awal tulisan ini berjudul Orang Jawa dan Ruang Publik Politis pernah dipresentasikan dalam International Con-
ference and Summer School on Indonesian Studies (ICSSIS) tahun 2009 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia,
dan dimuat dalam prosiding konferensi tersebut (versi elektroniknya bisa diakses di https://icssis.files.wordpress.
com/2012/05/2729072009_25.pdf).

06-ARYANING ARYA KRESNA.indd 169 10/30/2013 7:36:45 AM


170 Demokrasi dan Kekuasaan dalam Pandangan Hidup Orang Jawa Vol I, 2013

mungkinan di mana manusia yang meng- ang publik politis yang bebas dari kooptasi
hayatinya dapat senantiasa berkomunikasi kekuasaan? Tulisan ini berusaha menelaah
antar mereka dengan bebas tanpa tekanan, konsepsi orang Jawa tentang dirinya dan
sembari menciptakan dialektika yang ber- dunia tempatnya berdiam sekaligus men-
tujuan mencapai pemahaman-pemaham cari bukti-bukti tentang keberadaan kon-
an baru sebagai acuan hidup bersama. sep demokrasi dalam dunia orang Jawa.
Gambaran yang cukup gamblang tentang
syarat ruang publik politis menurut Hab-
ermas, yaitu: bahasa dialog yang sama dan Pandangan Dunia Orang Jawa
logika yang konsisten, peluang yang sama Sebagaimana semua suku bangsa di dunia,
untuk mencapai konsensus yang adil dan orang Jawa mempunyai cara tersendiri
terbuka, aturan bersama yang melindungi dalam memandang dunianya. Pandangan
proses komunikasi dari represi dan dis- dunia yang dimaksud di sini adalah kese-
kriminasi. Ketika syarat di atas dipenuhi, luruhan sistem nilai yang menjadi kerang-
ruang publik politis dapat terwujud dalam ka dasar orang Jawa dalam usaha memaha-
masyarakat sipil. mi dirinya dan dunianya. Jadi pandangan
Sebagai sebuah negara yang menganut dunia orang Jawa adalah suatu sistem filo-
supremasi hukum dan pemisahan kekuasa sofis yang menjadi struktur acuan orang
an, Indonesia dapat dikatakan menga- Jawa dalam kehidupannya.
nut demokrasi, walaupun masih bersifat Franz Magnis-Suseno (1984: 83 - 84)
simbolis. Demokrasi di Indonesia masih menuliskan bahwa ada 4 lingkaran dalam
dipahami dalam subsistem kedaulatan pandangan dunia Jawa. Lingkaran pertama
rakyat, sehingga setiap pergantian rezim, adalah sikap terhadap dunia luar yang di
demokrasi yang diterapkan pun berubah. alami sebagai sebuah kesatuan kesadaran
Walaupun demikian, tetap ada kemiripan antara manusia, alam dan dunia adikodra-
pola power exercise karena 5 dari 6 presiden ti. Lingkaran kedua adalah penghayatan
terpilih berasal dari suku Jawa sehingga kekuasaan politik sebagai perpanjangan
dominasi suku Jawa terhadap kekuasaan tangan kekuatan adikodrati. Lingkaran
secara riil terjadi sepanjang sejarah negara ketiga adalah pengalaman mistis-batiniah
ini. manusia Jawa dalam memahami eksistensi
Sejarah bangsa ini mencatat bahwa ke- dirinya sebagai bagian dari alam. Ling-
niscayaan kekuasaan dipegang oleh orang karan keempat adalah penentuan semua
Jawa dapat dimengerti secara sempit ber- lingkaran di atas sebagai bagian dari takdir
dasarkan alasan bahwa kuantitas terbesar kehidupannya
bangsa ini berasal dari suku Jawa. Walau- Menurut pandangan dunia orang Jawa,
pun demikian, sejarah pula yang mencatat realitas tidak bisa dipahami secara terpi-
bahwa kecenderungan despotik dan otori- sah. Contohnya, memahami konsep negara
tarian dilakukan terus menerus oleh para menurut orang Jawa tidak dapat dipisah-
presiden yang berasal dari suku Jawa. Per- kan dengan Tuhan, panen, dan wabah pe-
tanyaan yang perlu dijawab adalah konsep nyakit. Sebagai akibatnya, realitas negara
kekuasaan macam apa yang memengaruhi yang otoriter akibat kekuasaan absolut
perilaku politik orang Jawa, sehingga kon- seorang raja lalim berlandaskan legitimasi
sep demokrasi tidak dapat dengan mudah ketuhanan, tidak dapat dipisahkan dari
dipahami dan dipraktekkan oleh mereka? kegagalan panen dan merebaknya wabah
Apakah orang Jawa mengenal konsep ru- penyakit.

06-ARYANING ARYA KRESNA.indd 170 10/30/2013 7:36:45 AM


Demokrasi dan Kekuasaan dalam Pandangan Hidup Orang Jawa aryaning arya kresna 171

Orang Jawa memahami dunia dan ru- diri pada Tuhan dan seluruh alam semesta
ang tempatnya berdiam sebagai entitas (termasuk diri si manusia itu sendiri) mela-
yang tidak terpisah dari kesadarannya. lui rasa (Mulder, 2001: 22 - 24)
Bahkan bukan hanya menyatu dengan Francisco Budi Hardiman (2003: 3 - 5)
kesadarannya yang terbuka-ke-dalam, ek menyatakan bahwa semua pandangan ini
sistensi manusia Jawa tertelan mentah- dapat dijelaskan melalui istilah bios theore-
mentah oleh alamnya. Sehingga, alih-alih tikos. Pandangan dunia orang Jawa adalah
manusia Jawa memahami dirinya sebagai pertautan antara teori dan praksis yang
sebuah res cogitans yang mampu bere- akhirnya menuju ke arah kebijaksanaan se-
fleksi tentang kesadarannya yang berjarak jati sebagai sebuah cita-cita kehidupan ber-
dengan ruang, kesadaran orang Jawa ada- sama. Teori bagi orang Jawa adalah kon-
lah bagian kecil dari ruang. Eksistensi ma- templasi atas makrokosmos, dimana dia
nusia Jawa menyatu dengan alamnya, se menemukan tertib alam semesta yang da-
hingga keduanya tidak bisa dipisahkan. pat dipakai untuk memahami kehidupan
Berbeda dengan pemikiran Yunani sete- dirinya. Hal ini akhirnya memunculkan
lah Sokrates, pandangan hidup orang Jawa primbon, dan ramalan-ramalan masa depan
tidak memisahkan antara pengetahuan ala Prabu Jayabaya dan Ranggawarsita.
dan kepentingan. Pengetahuan merupa- Primbon adalah sebuah buku catatan hasil
kan penalaran dari kehidupan sehari-hari konstemplasi atas fenomena alam karya le-
yang menuju ke suatu titik tertentu dalam luhur orang Jawa yang berusaha menying-
kehidupan manusia. Artinya, pengetahuan kap rahasia alam. Primbon memberikan ciri
bukan sebuah usaha memikirkan fenom- dan pola perilaku alam semesta dan cara
ena kehidupan yang direduksi secara ketat penyingkapan hakikat alam lebih lanjut.
untuk kemudian dimurnikan menjadi se (Mulder, 2001: 22 - 24)
buah teori. Pengetahuan dalam pandang Pandangan dunia orang Jawa yang
an dunia orang Jawa bersifat intuitif dan berkesadaran tertutup dan masif ini ternya-
diperoleh melalui rasa. Rasa adalah pintu ta justru menyebabkan keterasingan dirinya
gerbang sekaligus ruang tempat semua pe- dari realitas. Reasoning yang hanya bersifat
mahaman tentang kedalaman dimulai appetizer pada makan malam olah rasa da-
dan diakhiri. Rasa bisa berarti pula hakikat, lam usaha mencapai kebijaksanaan sejati,
karena rasa adalah rahsya (rahasia), suatu akhirnya hanya menghasilkan pengetahuan
ungkapan tentang realitas yang bersembu- yang bersifat sangat personal dan khusus.
nyi, terselubungi oleh fenomena. (Stange, Artinya, sebuah konsep yang dihasilkan da-
1984). Berbeda dengan konsep rasio ala Ba- lam pandangan dunia Jawa hanyalah hasil
rat, rasa adalah hakikat itu sendiri. Karena kontemplasi subyek yang terpisah dari ko-
kesadaran dalam pandangan dunia Jawa munikasi dari pihak luar. Dialektika dalam
adalah bagian dari realitas, demikian juga reasoning orang Jawa selalu melalui tahap
halnya dengan rasa. Memahami Tuhan pengendapan subyektif lebih dahulu da-
dan alam serta hukum-hukumnya adalah lam rasa, sehingga hasil yang dicapai ada-
memahami manusia. Oleh sebab itu, pe lah sebuah tesis yang siap dipakai dalam
mahaman tentang fenomena melalui rasa memahami realitas. Oleh sebab itu kontem-
adalah pengetahuan yang sangat subyek- plasi yang bersifat personal menggunakan
tif sehingga tersingkapnya Hakikat hanya metode intuitif ini memperoleh legitimasi
bisa dicapai ketika seseorang menjauhi validitas melalui pengalaman-pengalaman
hiruk pikuk kehidupan dan mendekatkan metaempirik sebagai klaim kebenarannya.

06-ARYANING ARYA KRESNA.indd 171 10/30/2013 7:36:45 AM


172 Demokrasi dan Kekuasaan dalam Pandangan Hidup Orang Jawa Vol I, 2013

Hal ini mengakibatkan pengetahuan yang tas potensi seseorang untuk memengaruhi
dihasilkan dianggap sahih dan tak terban- tindakan orang lain, bahkan ketika orang
tahkan karena sering dianggap mistis. Mi tersebut menentang. Kekuasaan dalam
salnya tindakan Sultan Hamengkubuwono pandangan dunia Jawa bukanlah hasil
ke-10 ketika memimpin Rapat Akbar Yo- sebuah relasi antar individu dengan indi-
gyakarta dalam rangka menumbangkan vidu lain atau kelompok. Kekuasaan menu-
Soeharto pada tanggal 20 Mei 1998, ada- rut orang Jawa adalah kekuatan energi ilahi
lah hasil kontemplasinya setelah berpuasa yang meresapi seluruh kosmos, sehingga
selama 30 hari. Keputusan Sultan untuk kekuasaan ini mempunyai eksistensi da-
melakukan tindakan ini dianggap benar, lam dirinya sendiri. Kekuasaan menurut
karena Sultan dianggap telah melakukan orang Jawa adalah substansi yang hanya
kontemplasi terhadap dirinya, Tuhan dan tergantung pada dirinya sendiri. Kekuasa
alam semesta. Hasil kontemplasi itu ada- an ini tidak didapat dari kekayaan, nama
lah datangnya wangsit yang melegitimasi besar, kekuatan fisik atau militer, sehingga
keputusannya untuk mendukung Gerakan usaha-usaha untuk mencapainya melalui
Reformasi 1997-1998. Tertutupnya kinerja tindakan-tindakan empiris tidak akan ber-
rasa dan kesadaran yang menyatu dengan guna. Kekuasaan yang meta-empiris ini
alam ini tidak dapat dibantah, selain ka menyatu dengan hakikat alam semesta dan
rena subyektif dan intuitif, rasa dan ke- bermanifestasi dalam kekuatan kosmos.
sadaran memang tidak mengakui adanya Kekuasaan sebagai kosmos akan memusat
ruang bermain tempat terjadinya dialog pada seseorang yang dianggap layak dan
antara unsur-unsur dari luar subyek ketika patut menyandangnya. Wahyu ratu dan
melakukan kontemplasi. wangsit sangat berperan besar dalam le-
Makrokosmos dalam pemikiran Jawa gitimasi kekuasaan seorang raja Jawa. Ke-
dipahami sebagai keberlangsungan hidup tika seseorang memaklumkan diri sebagai
pada tiap-tiap individu, sehingga tatanan raja, ia berarti mengajukan klaim bahwa ia
kehidupan sosial pun akhirnya harus di menerima kekuasaan yang berupa kekuat
usahakan berjalan dengan harmonis, serasi an kosmos dan adikodrati serta mistis. Ia
dan seimbang. Sejurus dengan pemikiran akan (dan harus) menunjukkan kemam-
tersebut, manusia sebagai mikrokosmos puan paranormal atau kasekten (kesaktian)
hidup bersama dan secara resiprokal mem- yang dianggap mewakili kekuatan kos-
bantu menjaga makrokosmos sehingga ke mos. Maka ketika ia mampu menunjukkan
seimbangan diantara mereka dapat berjalan kemampuan itu, klaim bahwa ia memang
dengan baik. Sistem moral sosial ini men- memperoleh wahyu ratu dan mampu me-
gajarkan orang Jawa untuk selalu menda- musatkan kekuatan kosmos dianggap sah.
hulukan kepentingan orang lain dibanding Wahyu ratu bermakna ijin dari Tuhan yang
kepentingan diri sendiri, dan berbuat baik, melegitimasi seseorang untuk berkuasa
karena seluruh kehidupan manusia sudah atas rakyat, sekaligus ia harus bisa meya-
dalam tatanan kosmos menuju suatu tu- kinkan penguasa lama untuk tunduk ke-
juan tertentu. padanya, baik lewat jalan damai maupun
peperangan. Wangsit adalah petunjuk dari
Tuhan berisi hal-hal yang akan terjadi di
Konsep Kekuasaan Orang Jawa masa depan. Seseorang harus berkontem-
Kekuasaan menurut pandangan dunia plasi dan berefleksi sembari mengingkari
orang Jawa, bukan dipahami hanya seba- dan menyiksa diri dengan berpuasa, tidak

06-ARYANING ARYA KRESNA.indd 172 10/30/2013 7:36:45 AM


Demokrasi dan Kekuasaan dalam Pandangan Hidup Orang Jawa aryaning arya kresna 173

makan, minum dan tidur untuk meraih likannya terhadap benda-benda tersebut.
petunjuk tentang masa depan ini. Oleh se- Pusaka berupa bende (gong kecil) bernama
bab itu, posisi raja dalam pandangan dunia Kyai Becak, payung Kyai Tunggul Naga,
orang Jawa, adalah pusat kosmos sekaligus rompi Kyai Antrakusuma, tombak Kyai
pusat kekuasaan. Pleret dan Kyai Baruklinting, keris Kyai
Raja dalam pandangan dunia Jawa Joko Piturun, dan lain sebagainya, adalah
mempunyai kekuasaan absolut yang dile- ciri seorang raja yang mampu menguasai
gitimasi oleh kekuatan ilahi. Istilah yang kekuatan kosmis, sekaligus mampu menja-
dipakai untuk menggambarkan sifat-sifat di penguasa. Pusaka-pusaka ini tidak boleh
raja adalah gung binatara, sekti mandragu- meninggalkan gedung pusaka dalam kom-
na, bahudhendha hanyakrawati yang artinya pleks kraton dan hanya dipertontonkan ke-
agung bagai dewa, sakti luarbiasa, pe pada khalayak pada saat-saat tertentu.
nguasa ruang dan waktu kiranya menun- Raja memiliki seluruh ruang dalam alam
jukkan pandangan dunia orang Jawa me- semesta, sehingga sebagai kerajaan feodal,
nyangkut kekuasaan seorang raja. Sebagai seluruh tanah di muka bumi menjadi mi-
penguasa ruang dan waktu, tak ada yang lik raja. Sebagai penguasa dan pengendali
dapat terlewat dari aliran kekuasaan se- kekuatan kosmos, pemusatan kekuasaan
orang raja, sehingga kekuasaan dalam dan hak milik atas tanah sebagai sumber
pandangan dunia Jawa selalu tunggal, ho- kehidupan ini menempatkan kraton (kota
mogen dan masif. Predikat bahudhendha raja) sebagai pusat tatanan kosmos. Kraton
mengandung kata bahu yang artinya ukur dengan seluruh lingkungan di sekitarnya
an keluasan dalam ruang, sementara han- adalah pusat kosmos dan murni milik raja,
yakrawati mengandung pengertian cakra, di mana raja tidak perlu berbagi dengan
yang artinya waktu. Maka istilah bahud- rakyatnya. Karenanya, konsep private prop-
hendha hanyakrawati dapat dimaknai sebagai erty tidak dikenal dalam sistem politik, so-
penguasa ruang dan waktu. Perbandingan sial dan ekonomi kerajaan di Jawa.
yang sesuai dengan istilah tersebut adalah Kotaraja sebagai pusat kosmos seka-
interpretasi G. Moedjanto (dalam Antlv ligus pusat birokrasi dimengerti sebagai
dan Cederroth, ed, 2001: xvii). Gagasan kediaman raja. Selain pasar besar seba-
kekuasaan yang plural dan terpencar tidak gai pusat perekonomian kerajaan, kantor
dikenal dalam pandangan dunia Jawa. Ke- pusat administrasi, dan pusat kegiatan
langgengan sebuah dinasti raja ditentukan agama berupa masjid besar, salah satu
oleh kemampuan raja yang berkuasa dalam ruang yang sangat penting bagi kotaraja
memelihara kesinambungan kekuatan kos- adalah alun-alun. Alun-alun adalah ruang
mos tersebut. Pemeliharaan kekuatan ko- terbuka yang cukup luas yang berada tepat
smos ini dilakukan salah satunya dengan di depan istana. Alun-alun adalah ruang
mengumpulkan simbol-simbol kekuatan pamer kekuasaan raja yang termanifestasi
kosmos, yaitu pusaka-pusaka kerajaan. dalam bentuk upacara-upacara besar. De-
Lombard (1996: 67 - 68) menyebutkan file simbol-simbol kekuasaan raja dalam
bahwa fungsi pusaka ini teramat penting, bentuk gunungan yang melambangkan
karena simbolisasi penguasaan atas kekuat kesejahteraan negara dan parade angkatan
an kosmis hanya bisa ditandai olehnya. bersenjata disertai pusaka-pusaka kraton
Artinya, seorang raja yang sedang berkuasa menjadi acara dominan. Seperti halnya se-
bisa setiap saat kehilangan legitimasi ketika mua ruang di seantero negeri, alun-alun
ia tak lagi mampu menunjukkan kepemi- pun dianggap sebagai halaman luar rumah

06-ARYANING ARYA KRESNA.indd 173 10/30/2013 7:36:45 AM


174 Demokrasi dan Kekuasaan dalam Pandangan Hidup Orang Jawa Vol I, 2013

sang raja, sehingga hanya raja yang ber-tiga cara. Cara pertama yaitu pembentuk
wenang menggunakannya. Rakyat tidak an polisi negara yang langsung berada di
bisa menggunakan alun-alun sesuka hati, bawah komando Sultan Agung. Selama
karena alun-alun bukanlah ajang dialog pemerintahannya, Sultan Agung memerin-
tempat bersemainya bibit-bibit equality of
tahkan dibentuknya polisi negara sebanyak
opportunity. Bahkan gerakan tapa pepe bu-empat ribu personil dan mereka berada di
kanlah manifestasi adanya ruang publik bawah kendali empat hakim militer yang
dan demokrasi. berkedudukan di kotaraja. Polisi negara ini
Tapa pepe adalah usaha terakhir ketika
menjelajah seluruh negeri secara berkelom-
rakyat sudah tak tahan lagi menghadapi pok bagaikan anjing pemburu untuk me-
penindasan yang sangat berat. Tapa pepe mata-matai seluruh aspek kehidupan para
adalah suatu kejadian ketika sekelompok penguasa daerah, bahkan yang terbesar
orang duduk bersila di alun-alun sembari sekalipun. Mereka berhak menyidik ter-
menjemur diri di bawah terik matahari un-sangka dan para saksi, menuntut terdakwa,
tuk melaporkan suatu ketidakadilan dan menjatuhkan vonis, sekaligus melakukan
penindasan yang mereka alami kepada eksekusi.
raja, atau setidaknya mereka mencoba un- Kekuasaan absolut Sultan Agung seba-
tuk menarik perhatian raja. Mereka tidak gai cerminan kekuasaan raja Jawa tergam-
akan beranjak dari tempat mereka duduk barkan dengan jelas dalam tulisan H.J. De
bersila hingga raja melihat dan memang- Graaf (1986: 145 - 150) yang menceritakan
gil perwakilan dari mereka untuk bicara. bahwa Sultan Agung pernah memerintah-
Melakukan tapa pepe meresikokan nyawa kan seorang pejabat tinggi kerajaan yang
sendiri karena raja bisa saja tidak berkenan
dianggap berkhianat untuk dieksekusi
dan mereka justru dihukum mati. Memilih di tengah pasar kotaraja. Si pejabat ini di-
untuk melakukan tapa pepe adalah sebuah hukum dengan diikat pada sebuah tiang
pilihan semu, karena perjudian nasib ini di tengah-tengah pasar, kemudian algojo
adalah usaha terakhir. Bila mereka tidak merobek perut si pejabat menggunakan
melakukan hal itu, mereka tetap akan meng-
keris yang beracun. Dalam keadaan seka-
hadapi kematian karena ketidakadilan dan rat ini, seluruh isi perut si pejabat dikelu-
penindasan yang sedang mereka alami. Al- arkan untuk dipertontonkan kepada kha-
ih-alih tidak melakukan apapun dan ditin-layak. Berikutnya si pejabat ditinggalkan
das sampai mati, lebih baik melakukan tapa
begitu saja hingga menemui ajalnya. Pada
pepe meskipun beresiko dihukum mati bila bab yang lain, diceritakan pula bahwa Sul-
raja tak berkenan. Sampai titik ini, dialog
tan Agung memerintahkan untuk menghu-
antara raja dan rakyat bisa dianggap tidak
kum mati hampir semua panglima perang
pernah terjadi, karena keputusan tetap diyang gagal dalam ekspedisi penaklukkan
tangan raja dan ia tidak perlu mendengar-Batavia yang pertama. Cara kedua yaitu
kan rakyat yang memprotes dan mengaju- melalui perkawinan politik yang piawai
kan keberatan. antara para penakluk dengan yang dita-
klukkan. Sedangkan cara ketiga adalah
para penguasa daerah (vassal) diharuskan
Kekuasaan Absolut Sultan Agung tinggal di kotaraja selama beberapa bulan
Kekuasaan raja dalam kerajaan Jawa, ter dalam setahun, dan apabila mereka harus
utama di masa keemasan Mataram Islam kembali ke daerah asalnya, mereka harus
dipertahankan oleh Sultan Agung melalui meninggalkan setidaknya satu anggota ke-

06-ARYANING ARYA KRESNA.indd 174 10/30/2013 7:36:45 AM


Demokrasi dan Kekuasaan dalam Pandangan Hidup Orang Jawa aryaning arya kresna 175

luarga inti sebagai jaminan loyalitas mer- Wilayah-wilayah yang jatuh ke tangan VOC
eka. Konsekuensi dari cara ini adalah tidak akhirnya diprivatisasi dan dikelola melalui
dimungkinkan adanya bangsawan pe sistem birokrasi campuran antara VOC dan
nguasa daerah yang benar-benar otonom. para penguasa daerah. Raja tak lagi memi-
Ciri khas aristokrasi dalam kerajaan liki kedaulatan atas wilayah-wilayah ini,
Jawa adalah meskipun beranggotakan sehingga ia dianggap semakin kehilangan
kerabat dekat atau orang kepercayaan raja, kekuatan kosmos yang dimilikinya.
namun mereka tidak berhak mengambil
keputusan. Sistem birokrasi yang dikem-
bangkan pun lebih mengacu pada sistem Birokrasi Sipil dan Militer
kemiliteran. Para penguasa daerah ditun- Usaha VOC mengeksploitasi wilayah-
juk dan ditempatkan bukan berdasar pada wilayah Mataram hasil premanismenya
wilayah, namun berdasar pada kuantitas menghadapi tantangan dari para pengua-
individu manusia tinggal dalam wilayah sa daerah dan aparatnya. Tantangan per-
itu. Penguasa daerah yang loyalitasnya tama yang harus diatasi adalah perbedaan
baik akan menerima tanah yang luas se- sistem birokrasi antara VOC dan penguasa
bagai konsekuensi kesetiaannya. Namun daerah. Birokrasi sesuai pemikiran Weber
raja tetap mengendalikan wilayah tersebut (Weber, 1921/1968: 956-958) sebenarnya
secara ekonomis dengan cara menuntut si belum muncul pada saat VOC mulai me-
penguasa daerah menyetor hasil panen dan nancapkan kukunya di Jawa. Oleh karena
pajak. Raja memutuskan jenis panen apa itu, VOC menggandeng para vassal raja
saja dan berapa banyak yang harus disetor Mataram sebagai partner in crime (Breman,
ke kotaraja. Secara politis, raja mengenda- 1986: 7 - 18). Sartono Kartodirdjo (dalam
likan wilayah tersebut dengan cara memu- Antlv and Cederroth, 2001: 35 40) me-
tuskan berapa banyak prajurit yang harus nyatakan bahwa birokrasi sipil yang makin
diserahkan si penguasa daerah ketika raja lama makin modern dan profesional versi
memaklumkan perang pada raja lain. VOC kadang kala tidak bisa bekerjasama
Sejarah akhirnya mencatat bahwa dengan baik dengan sistem birokrasi mi-
kekuasaan raja Mataram sepeninggal Sul- liter versi Mataram, seperti halnya kasus
tan Agung justru semakin melemah. Pe- Lebak dalam novel karya Douwes Dekker
nyebab pertama adalah kekalahan raja-raja yang berjudul Max Havelaar (1860).
penerus Sultan Agung dalam melawan Sistem birokrasi sipil VOC sering kali
pemberontakan-pemberontakan para vas- tidak mampu menampung aspirasi sistem
salnya sendiri. Pemberontakan Trunojoyo, birokrasi militer Mataram yang lebih eks
Untung Suropati, kerusuhan Cina sepa- ploitatif terhadap desa-desa sebagai akibat
njang pesisir utara Jawa dan disusul de konsep kekuasaan Jawa yang dianutnya.
ngan perang suksesi antar para keturunan Para bupati, wedana dan lurah yang di-
Sultan Agung membuat negara terpuruk angkat melalui sistem patrimonial, kadang
di semua bidang. Hal ini menyebabkan kala melahirkan sistem tertutup antar kera-
redupnya sinar kekuasaan raja yang se- bat yang sangat sulit dimengerti oleh sikap
harusnya bisa terus menerus dipancarkan profesional para birokrat VOC, terutama
hingga ke pelosok-pelosok desa. Penyebab oleh mereka yang asli Belanda. Ketertutup
kedua adalah penyerahan paksa wilayah- an ini kadang mengakibatkan birokrasi
wilayah strategis milik raja kepada VOC VOC tidak mampu menembus dan tidak
untuk membayar ongkos perang suksesi. bisa ikut campur tangan. Kadang kala ke

06-ARYANING ARYA KRESNA.indd 175 10/30/2013 7:36:46 AM


176 Demokrasi dan Kekuasaan dalam Pandangan Hidup Orang Jawa Vol I, 2013

dua sistem bersaing, dan kadang kala salah pendidikan ini adalah menciptakan buruh
satu menang dan yang lain kalah. Akhirnya murah yang mempunyai sikap profesional
seringkali pula sebagai bentuk kompromi sehingga membantu pemerintah Hindia
antara keduanya, kedua sistem bekerja Belanda dalam usahanya mengokupasi
tandem, sehingga desa harus menghada- Jawa secara menyeluruh hingga ke pelosok
pi dua kekuatan eksploitatif yang sangat desa (Lubis: 1987: 79 - 89).
kuat. Penindasan bersama ini mengaki-
batkan penderitaan yang luar biasa besar
bagi rakyat pedesaan Jawa, mengingat pa- Desa dan Negara
jak yang harus ditanggung dan kewajiban Desa dan negara senantiasa penting da-
kerja paksa antara kedua kekuasaan itu lam sejarah orang Jawa, karena kedua or-
berlangsung pada saat yang bersamaan. ganisasi ini secara bersama memengaruhi
Kedua sistem yang eksploitatif ini paling pola politik, sosial dan ekonomi seluruh
kentara jejaknya dalam masa Tanam Paksa kerajaan. Desa dalam sejarah kerajaan Ma-
(Cultuurstelsel), 1830 - 1870. taram memang sangat penting, mengingat
Sejalan dengan revolusi bunga dan dinasti Mataram sering disebut sebagai di-
politik etis yang digaungkan oleh intelek- nasti petani yang berasal dari desa. Truno-
tual politik bangsa Belanda, dan mulai joyo, setelah berhasil mengusir Susuhunan
kuatnya paham sosialisme yang meng- Amangkurat II dari kraton Kartasura me-
kritik perilaku menindas para kapitalis di nyatakan:
Eropa, Hindia Belanda sebagai tanah jaja-
Ratu Mataram iku dakumpamakake tebu,
han mulai ikut merasakan dampaknya. Pe- pucuke maneh yen legiya, senajan bongkote
merintah Hindia Belanda mencabut Sistem ya adhem bae, sebab raja trahing wong te
Tanam Paksa, melakukan privatisasi agra tanen, anggur macula bae bari angon sapi
ria dengan intensif dan mulai mengikut-
sertakan para ahli waris penguasa daerah Terjemahan:
dalam program-program pendidikan be- Raja Mataram itu kuumpamakan tebu,
serta didirikannya sekolah-sekolah un- ujungnya pun tak manis, begitu juga pang-
tuk para putra kaum bangsawan Jawa ini. kalnya, sebab ia raja keturunan petani, le
Privatisasi agraria yang dilakukan VOC bih baik mencangkul saja sambil menggem-
balakan sapi (G. Moedjanto: 1987: 105)
sebenarnya lebih disebabkan karena VOC
tidak mempunyai sumber daya yang cu-
kup untuk mengendalikan monopoli eks Desa sebagai kesatuan politik terke-
por impor agrobisnis yang dijalankannya. cil menjadi tolok ukur tingkat kesuksesan
Sebab yang lain adalah usaha VOC untuk seorang raja dalam memerintah. Namun,
tidak melucuti langsung kekuasaan para karena konsep kekuasaan raja memang ab-
penguasa daerah guna menghindari perla- solut, homogen, masif dan terpusat, desa
wanan langsung para bupati. Tujuan men- akhirnya menjadi semacam sapi perahan.
didik para putra bangsawan pada awalnya Negara (atau lebih tepatnya raja) mengua-
memang bukan dalam rangka mencerdas- sai seluruh tanah desa, dan petani (yang
kan kehidupan tanah jajahan, namun seke- semuanya) penggarap hanya diupah se
dar sebuah usaha untuk menembus sistem suai panen yang dia dapatkan. Para lurah
birokrasi militer ala Mataram, sehingga pe- desa mengumpulkan pajak berupa hasil
merintah Hindia Belanda bisa turut cam- panen dan menyetorkannya kepada bu-
pur di dalamnya. Selain itu tujuan program pati. Selain itu, sebagai sebuah barak pra-

06-ARYANING ARYA KRESNA.indd 176 10/30/2013 7:36:46 AM


Demokrasi dan Kekuasaan dalam Pandangan Hidup Orang Jawa aryaning arya kresna 177

jurit mandiri, apabila diperlukan akan di- pasca meredupnya kekuasaan raja-raja
adakan mobilisasi umum untuk menyetor Mataram anak cucu Sultan Agung. Ru-
prajurit ke medan laga demi kepentingan ang publik semu adalah sebuah ruang di-
raja. Hubungan negara dan desa memang mana semua orang dapat menggunakan
bersifat patron-klien, di mana negara men- sesuka hati, asalkan tidak berdialog de
jadi pelindung desa (Wahono dalam Sosial- ngan semangat kebebasan dan persamaan
ismanto, 2001: xxii). Makna perlindungan hak. Balai desa berubah fungsi dari ajang
disini lebih bersifat negatif, senada dengan pagelaran kekuasaan raja menjadi ajang
istilah premanisme. Premanisme negara kontestasi kekuasaan antara penguasa for-
ini akan kuat apabila posisi kekuasaan raja mal dan pemimpin informal. Balai desa di
juga kuat. bawah kuatnya hegemoni kekuasaan raja
Tersebarnya kekuasaan berkat jasa menjadi tempat disampaikannya perin-
VOC melalui kebijakan privatisasi agraria, tah dari raja ke seluruh rakyat. Ketika he-
bersamaan dengan melemahnya kekuasa gemoni ini memudar, balai desa menjadi
an raja bukan berarti bahwa kekuasaan ber- wilayah yang hanya dapat dimanfaatkan
pindah ke tangan rakyat. Seiring melemah- atas ijin para aparat desa dan pemimpin
nya kekuasaan raja, premanisme negara lokal. Balai desa, makam desa, kantor lu-
berubah menjadi premanisme penguasa rah, masjid dan sekolah didirikan di atas
daerah dan pimpinan lokal. Penguasa tanah bengkok yang notabene pada awal-
daerah yang mulai lepas dari tekanan pe- nya adalah tanah milik raja yang dipinjam-
merintah pusat berubah menjadi raja-raja kan kepada lurah dan aparatnya sebagai
kecil. Bersamaan dengan itu muncullah ganti upah Tanah bengkok biasanya sangat
pemimpin-pemimpin lokal-informal yang luas dan/atau terpecah-pecah dalam be-
mulai berkuasa atas daerah-daerah ter- berapa kawasan dalam suatu desa. Karena
tentu. Kyai dan gentho mulai bermunculan luas dan terpecah-pecah, maka pendirian
dan berebut pengaruh politik, sosial dan makam desa yang jaraknya terpisah cukup
ekonomi di tengah rakyat pedesaan Jawa. jauh dari kantor kelurahan, sekolah, dan
Bersamaan dengan menyebarnya kekua- masjid dimungkinkan. Sementara balai
saan itu, muncullah ruang publik semu di desa biasanya dibuat menyatu dalam satu
seantero wilayah jajahan VOC. Gentho ada- lokasi yang sama dengan kantor lurah,
lah predikat negatif bagi seseorang yang atau setidaknya jarak antara balai desa dan
dianggap mampu menguasai kekuatan kantor lurah berdekatan. Tentu saja balai
kosmos dalam pengetian kekuatan untuk desa yang didirikan di atas tanah bengkok
memaksa orang lain memenuhi dan me- juga salah satu locus (tempat) yang diken-
matuhi kehendaknya dengan paksaan atau dalikan oleh lurah.
kekerasan. Gentho sama artinya dengan pre- Dialog antara rakyat dan aparat desa
man. Meski mirip dengan fenomena Yakuza terutama tetap saja tidak terjadi. Kritik me-
dan Triad, namun bedanya gentho melaku- mang dapat dilayangkan namun dialog
kan kegiatan kriminal berupa pemerasan, yang meluas tidak pernah terjadi karena
pembunuhan dan perampokan tidak se- hanya para pemimpin lokal seperti gentho,
cara berkelompok (Slamet-Velsink dalam kyai desa dan sesepuh desa saja yang bisa
Antlv dan Cederroth, 2001: 46 - 48). mengajukan kritik dan dianggap mampu
Ruang publik semu di Jawa nampak menyuarakan pendapatnya. Sementara
pada alun-alun kabupaten dan balai desa pembahasan dan diskusi untuk menang-

06-ARYANING ARYA KRESNA.indd 177 10/30/2013 7:36:46 AM


178 Demokrasi dan Kekuasaan dalam Pandangan Hidup Orang Jawa Vol I, 2013

gapi kritik tidak berlangsung hingga tun- manusia adalah berkontemplasi dan bere-
tas. Diskursus yang muncul dalam balai fleksi secara khusus tentang dirinya sendiri
desa tetap saja menyangkut kekuasaan, untuk mendapatkan pengetahuan tentang
di mana para penentang kekuasaan lurah perannya dalam hubungan antar individu.
mempertanyakan legitimasi menggunakan Akhirnya, orang Jawa adalah obyek yang
kekuatan oposisi untuk menjatuhkan lurah, tertelan oleh subyektifitasnya sendiri.
dibanding melakukan kritik untuk menuju Jejak samar-samar dari ruang pub-
ke suatu pemahaman yang lebih bersifat lik politis di Jawa hanya muncul ketika
konsensus dan kompromis. Balai desa me- kekuasaan berpindah dari satu tangan ke
mang tidak menjadi milik seluruh desa, tangan yang lain. Nampaknya pergantian
sehingga berpikir bahwa balai desa adalah kekuasaan dari satu rezim ke rezim lain
sebuah locus yang netral adalah mustahil. di Indonesia selalu dimulai oleh kesa-
maan pandangan tentang kebebasan yang
diusung oleh suatu kelas berpendidikan
Demokrasi dan Ruang Publik Politis di barat. Namun setelah demokrasi direbut
Jawa dan situasi tidak membaik, rezim otoriter
Ruang publik politis jejaknya selalu samar- dapat berkuasa kembali dengan mudah.
samar dalam sejarah Jawa. Ruang publik Bahkan meskipun seorang Habermas
politis memang asing bagi orang Jawa, ka meyakini bahwa ruang publik politis ha
rena pandangan dunia orang Jawa memang nya bisa diperoleh bila telah terjadi proses
berbeda dengan filsafat ala Barat. Pandang demokratisasi radikal (Habermas dalam
an dunia orang Jawa yang tidak memi- Wattimena, 2007: 125), sejarah menunjuk-
sahkan kesadaran dirinya dari realitas, kan lain. Revolusi Kemerdekaan Indone-
menghasilkan konsekuensi bahwa konsep sia 1945, Tritura 1966 dan Reformasi 1998
kekuasaan Jawa adalah salah satu perpan- tidak pernah mampu menciptakan sebuah
jangan tangan dari realitas. Menyatunya ke- ruang publik politis yang bertahan cukup
sadaran manusia dengan ruang menyebab- lama, sehingga menjadi locus bersemainya
kan kekuasaan (yang dalam filsafat Barat demokrasi. Soekarno, Soeharto, Megawati,
dianggap hanya sebagai sebuah sub-sistem Gus Dur dan terakhir Susilo Bambang Yud-
dari kehidupan manusia) adalah hasil resa- hoyono tidak mampu melepaskan diri dari
pan kekuatan kosmos yang hidup dan me- jeratan konsep kekuasaan Jawa. Bahkan be-
nyatu dalam ruang itu. Pandangan dunia berapa waktu yang lalu, 7 April 2008, Presi-
orang Jawa berpendapat bahwa kekuasaan den SBY memarahi para pimpinan peme
akan selalu memenuhi ruang (seperti hal- rintah daerah (bupati) dan DPRD peserta
nya sub-sistem kehidupan lainnya), se Forum Konsolidasi Pimpinan Pemerintah-
hingga tidak akan pernah ada ruang yang an Daerah di Gedung Lembaga Ketahanan
cukup netral sebagai prasyarat terjadinya Nasional (Lemhannas)---diadakan di Istana
dialog. Membayangkan sebuah ruang yang Merdeka---karena mereka tertidur saat be-
netral pun orang Jawa tidak akan sanggup, liau sedang memberikan ceramah. Hal ini
justru karena ia adalah bagian dari ruang. nampaknya disebabkan oleh karena Presi-
Bagi orang Jawa, sosialitas manusia adalah den SBY masih memahami konsep istana
hubungan antar subyek yang hidup ber- yang ditinggalinya sebagai istana Presiden,
sama dalam ruang yang dikooptasi oleh bukannya sebagai istana negara, apalagi
kepentingan sehingga yang bisa dilakukan istana rakyat.

06-ARYANING ARYA KRESNA.indd 178 10/30/2013 7:36:46 AM


Demokrasi dan Kekuasaan dalam Pandangan Hidup Orang Jawa aryaning arya kresna 179

Daftar Pustaka _____ (2001). Pengantar dalam Hans


Antlv dan Sven Cederroth (Tim edi-
Breman, Jan. (1986). Penguasaan Tanah dan
tor). Kepemimpinan Jawa: Perintah Ha-
Tenaga Kerja: Jawa di Masa Kolonial. Ja-
lus, Pemerintahan Otoriter (terj.) Jakarta:
karta: LP3ES.
Yayasan Obor Indonesia.
de Graaf, H.J. (1986). Puncak Kekuasaan Ma-
Mulder, Niels. (2001). Individual and Society
taram (terj.) Jakarta: P.T. Pustaka Grafiti
in Java. Yogyakarta: Gadjah Mada Uni-
Pers.
versity Press.
Hardiman, Fransisko Budi. (2003). Kritik
_____ (2005). Mysticism in Java: Ideology in
Ideologi: Menyingkap Kepentingan Penge-
Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
tahuan Bersama Jurgen Habermas. Yogya-
Slamet-Velsink, Ina. (2001). Kepemimpin
karta: Penerbit Buku Baik.
an Tradisional di Pedesaan Jawa da-
Kartodirdjo, Sartono. (2001). Berkembang
lam Hans Antlov dan Sven Cederroth
dan Runtuhnya Aristokrasi Tradisional (Tim editor). Kepemimpinan Jawa: Per-
Jawa dalam Hans Antlov dan Sven intah Halus, Pemerintahan Otoriter (terj.)
Cederroth (Tim editor). Kepemimpinan Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Jawa: Perintah Halus, Pemerintahan Oto- Wahono, Francis. (2007) Bersekongkol
riter (terj.) Jakarta: Yayasan Obor Indo- atau Saling Kontrol? dalam Duto So-
nesia. sialismanto. Hegemoni Negara: Ekonomi
Lombard, Denys. (1996). Nusa Jawa: Silang Politik Pedesaan Jawa. Yogyakarta: La-
Budaya jilid 3 (terj.) Jakarta: PT. Grame- pera Pustaka Utama.
dia Pustaka Utama. Wattimena, Reza A. A. (2007). Melampaui
Lubis, Mochtar. (1987). Politik Etis dan Rev- Negara Hukum Klasik. Yogyakarta: Ka-
olusi Kemerdekaan. Jakarta: Yayasan nisius.
Obor Indonesia. Weber, M. (1921/1968). Economy and Soci-
Magnis-Suseno, Franz. (1984). Etika Jawa: ety. (G. Roth dan C. Wittich, tim editor
Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksan- sekaligus tim penerjemah.) Los Ange-
aan Hidup Jawa. Jakarta: PT. Gramedia. les: University of California Press. Teks
Moedjanto, G. (1987). Konsep Kekuasaan elektronik bisa diakses di http://www.
Jawa: Penerapannya oleh Raja-Raja Ma faculty.rsu.edu/users/f/felwell/www/
taram. Yogyakarta: Kanisius. Theorists/Weber/Weber1921.pdf

06-ARYANING ARYA KRESNA.indd 179 10/30/2013 7:36:46 AM


Jurnal Ultima Humaniora, September 2013, hal 71-82 Vol. I, Nomor 2
ISSN 2302-5719

Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode


Partisipatoris Berbasis Imajinasi Rekonstruktif *)

HENDAR PUTRANTO
Universitas Multimedia Nusantara

Scientia Garden, Jl. Boulevard Gading Serpong, Tangerang Banten


Telepon (021) 54220808, ext. 3622
Surel: hendar.putranto2006@gmail.com

Diterima: 30 Juli 2013


Disetujui: 20 Agustus 2013

ABSTRACT

The method of teaching Pancasila for university students should be made more interesting, rel-
evant, creative and non-indoctrinative today, more than ever. During New Order era, the teach-
ing of Pancasila largely emphasized on the method of memorizing and reciting and also heavily
imbued with thick formality. The goal of this (new) approach is not to make university students
feel alienated and detached from Pancasila who some people would still call a relic of the past, but
rather, a participatory approach. A reading and close reflection of Nuova Scienza from Giambat-
tista Vico yields to reconstructive imagination as a necessary tool and capacity for understanding
historical knowledge, such as Pancasila, in a participatory way. By promoting this reconstructive
imagination-based participatory approach, the internalization of Pancasila values and its re-actu-
alization in daily lives of Indonesian citizens is facilitated. Having accumulated five years experi-
ence of teaching Pancasila and Citizenship at Multimedia Nusantara University, Tangerang, the
writer has tried to introduce this reconstructive imagination approach in explaining some teach-
ing materials such as The Historical Birth of Pancasila, Pancasila as Philosophy and Ideology. The
students participative activities in doing various assignments also strengthen the case argued.

Keywords: pendekatan partisipatoris, pengetahuan yang menyejarah, imajinasi rekon-


struktif, naskah pidato Pancasila versi Bung Karno dan Muh. Yamin, Ideolo-
gi Pancasila.

Pendahuluan mantan Presiden RI ke-3, Bacharuddin


Pada hari Rabu, 1 Juni 2011, dalam rang- Jusuf Habibie, menyampaikan pidato yang
ka memeringati hari Kesaktian Pancasila, menggugah audiens yang hadir. Bagian

*) Versi asli dari artikel ini dalam bentuk power point presentations pernah disampaikan dalam Kongres Pancasila V, 31
Mei 1 Juni 2013, di kampus Universitas Gadjah Mada. Abstrak artikel, dalam bahasa Indonesia, dimuat di Pro-
siding Kongres Pancasila 2013 (ISBN = 978-602-7918-01-6), hlm. 125. Versi lengkap artikel ini tidak dimuat dalam
Prosiding.

07-HENDAR PUTRANTO.indd 180 10/30/2013 7:37:11 AM


Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode Partisipatoris hendar putranto 181
Berbasis Imajinasi Rekonstruktif

awal pidato tersebut berbunyi sebagai beri- aneka macam isu politis dan keamanan
kut1, seperti terkuaknya pelbagai kasus korupsi
Di manakah Pancasila kini berada? Per- tingkat tinggi yang melibatkan sejumlah
tanyaan ini penting dikemukakan karena petinggi partai (Demokrat dan PKS) serta
sejak reformasi 1998, Pancasila seolah-olah ketua Mahkamah Konstitusi, misteri sosok
tenggelam dalam pusaran sejarah masa Bunda Putri yang dikabarkan dekat de
lalu yang tak lagi relevan untuk diserta- ngan jajaran kabinet SBY, sengketa Pilkada
kan dalam dialektika reformasi. Pancasila selama 2012 2013, kontestasi penetapan
seolah hilang dari memori kolektif bangsa. partai politik sebagai peserta Pemilu 2014
Pancasila semakin jarang diucapkan, diku- oleh KPU, juga kisruh seputar DPT dan e-
tip, dibahas, dan apalagi diterapkan, baik KTP. Di hadapan semua gejala dan peris-
dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, tiwa yang terjadi di bumi pertiwi ini, sekali
kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pan- lagi kita bertanya sebuah pertanyaan yang
casila seperti tersandar di sebuah lorong mendasar, Quo vadis, Pancasila?
sunyi, justru di tengah denyut kehidupan Sudah jamak dipahami bahwa nor-
bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pi- mativitas pengajaran Pancasila dan Ke-
kuk dengan demokrasi dan kebebasan ber- warganegaraan di tingkat PT merupakan
politik. sebuah keniscayaan untuk membentuk
Sejak Reformasi bergulir pada 1998, mahasiswa menjadi warga negara yang
pengajaran, pembahasan dan sosialiasi Pan- memiliki rasa kebangsaan dan cinta ta-
casila memang seolah-olah tenggelam di nah air,2 dalam rangka pembangunan
tengah hiruk-pikuk agenda demokratisasi mentalitas kebangsaan serta pewarisan
rezim pemerintahan Republik Indonesia kemampuan hidup sebagai warganegara
dan dinamika kehidupan bermasyarakat yang baik (nation-building capacity). Terkait
dan berbangsa. Setahun setelah pidato dengan itu, sejauh menyangkut materi ajar
tersebut berlalu keluarlah Undang-Un- dan metode pengajaran Pancasila dan Ke-
dang No. 12, tahun 2012, tentang Pendidi- warganegaraan, kita bisa melihat bahwa di
kan Tinggi. Salah satu pasalnya (Pasal 35 satu sisi, materi ajar Pancasila dan Kewar-
ayat 3) membela dan mempertahankan ke- ganegaraan di tingkat PT tidak mengalami
beradaan Pembelajaran Pancasila dan Ke- banyak perubahan. Hal ini merupakan se
warganegaraan di tingkat Perguruan Ting- suatu yang baik dalam arti penguatan iden-
gi (PT) di Indonesia. Namun disayangkan titas kebangsaan.
bahwa gaung keberadaan payung hukum Di sisi lain, metode pengajaran Pan-
tentang sosialisasi formal Pancasila dan Ke- casila dan Kewarganegaraan terbilang
warganegaraan ini sayup-sayup tidak sam- masih belum terlalu banyak disentuh oleh
pai. Kembali energi bangsa tersedot oleh pembaruan dan penyegaran3, belum cukup

1
Versi lengkap pidato Pancasila BJ Habibie tersebut bisa diakses di http://www.republika.co.id/berita/nasional/
politik/11/06/01/lm3gk2-ini-pidato-pancasila-bj-habibie-reaktualisasi-pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara
dan http://news.detik.com/read/2011/06/01/113343/1651577/10/pidato-lengkap-bj-habibie-yang-memukau?n991102605.
Untuk versi rekaman videonya, bisa disaksikan di http://www.youtube.com/watch?v=WTkg5AFdsFU
2
Lih. bagian Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia, No. 12 Tahun 2012, tentang Pendidikan Tinggi, hlm.
81.
3
Beberapa pengecualian dapat dikatakan di sini, yaitu adanya sejumlah artikel atau naskah penelitian yang diserta-
kan dalam Kongres Pancasila I s/d V, di mana penulis beruntung ikut serta dalam Kongres Pancasila V, 31 Mei 1
Juni 2013. Artikel-artikel berisikan pembaruan dan penyegaran metode Pengajaran Pancasila yang dimaksud, ab-
straknya dapat dilihat dalam Prosiding Kongres Pancasila V (2013), hlm. 120 143.

07-HENDAR PUTRANTO.indd 181 10/30/2013 7:37:11 AM


182 Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode Partisipatoris Vol I, 2013
Berbasis Imajinasi Rekonstruktif

dieksplorasi dan diperkaya, belum dibuat selama pengajaran MK Pendidikan Ke-


jadi lebih menarik dan relevan, padahal warganegaraan di Universitas Multimedia
zaman terus bergerak dan kita sudah me- Nusantara, yang dilakukan sejak Semes-
masuki era digital dan Media Baru. Ketika ter Gasal tahun ajaran 2009 2010 sampai
mahasiswa sekarang sudah mulai terbiasa dengan Semester Genap tahun ajaran 2012
mencatat dengan menggunakan laptop, - 2013.
tabs dan digital notes di dalam ruang kelas, Metode hermeneutika yang bersi-
metode pengajaran dan pembelajaran Pan- fat kritis evaluatif---yang awal mulanya
casila dan Kewarganegaraan juga perlu di- dikembangkan oleh Wilhelm Dilthey (1833
update agar tidak menjadi sekedar nostal- 1911) berlanjut sampai Hans-Georg Ga-
gia masa lalu dan diacuhkan siswa karena damer (1900 2002)---adalah sebuah me-
dirasa membosankan. tode ilmiah untuk mencari makna dan ke-
Lantas, apa yang harus dilakukan agar benaran dari sebuah teks atau peristiwa,
metode pengajaran Pancasila dan Kewarga dengan tujuan memahami (verstehen) dan
negaraan jadi lebih menarik dan relevan bukan menjelaskan (erklren) fenomena.
bagi para siswa didik di tingkat Perguru- Pemahaman tentang kebenaran adalah
an Tinggi? Bagaimana caranya? Dua per- peristiwa penyingkapan (aletheia) makna
tanyaan inilah yang meresahkan penulis yang terjadi secara terus menerus, sehingga
ketika mulai menulis artikel ini sejak be- pada prinsipnya kebenaran itu bisa digali
berapa bulan yang lalu. Dalam gerak bo- dan ditemukan dalam aktivitas menafsir
lak-balik antara telusur gagasan dan ama- (hermeneutic). Seorang penggiat dan penu-
tan lapangan, penulis berhipotesis bahwa lis metode hermeneutika, Thomas Hidya
kurangnya pengayaan metode pengajaran Tjaya, mengatakan bahwa
Pancasila dan Kewarganegaraan yang par- pengetahuan manusia tidak pernah be-
tisipatoris berbasis imajinasi rekonstruktif relasi langsung dengan realitas telanjang
adalah sebuah penyebab kurang menarik pada dirinya, melainkan selalu dengan re-
dan kurang disukainya Mata Kuliah KWN alitas dalam konteks kultural tertentu yang
ini di Perguruan Tinggi. dihidupi oleh manusia, dengan penafsiran-
nya melalui tradisi dan asimilasi kontem-
Berikut paparan reflektif yang didasar-
porer yang dilaluinya. (Tjaya, 2005: 68).
kan pada pengalaman penulis selama
mengajar MK Pancasila dan Kewarganega-
raan di Universitas Multimedia Nusantara Metode hermeneutika merupakan se
(Tangerang) sejak 2009 hingga sekarang buah metode yang menarik sekaligus me-
(2013) guna mengeksplorasi hipotesis seka- nantang untuk dipraktikkan dalam pen-
ligus menjawab pertanyaan dan kegelisah gajaran dan pembelajaran Pancasila justru
an tersebut. karena sifatnya yang terbuka dan dinamis.
Metode hermeneutika tidak pernah me-
mutlakkan makna suatu teks, entah itu,
Metode sebagai missal, rumusan baku Pancasila se-
Metode yang digunakan dalam penelitian bagaimana termaktub dalam Pembukaan
kecil dan penulisan artikel ini adalah me- UUD45, maupun teks pidato rumusan
tode hermeneutika kritis-evaluatif yang Pancasila versi Bung Karno maupun versi
didasarkan pada amatan (observasi) terh- Muh. Yamin.
adap penerapan metode partisipatoris ber- Sementara itu, berbicara tentang metode
basis imajinasi rekonstruktif di ruang kelas partisipatoris berbasis imajinasi rekon

07-HENDAR PUTRANTO.indd 182 10/30/2013 7:37:11 AM


Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode Partisipatoris hendar putranto 183
Berbasis Imajinasi Rekonstruktif

struktif4 (untuk ringkasnya akan disebut atau tindakan-tindakan orang lain sebab
PBIR dalam artikel ini), penulis merujuk manusia memiliki kapasitas pemahaman
pada pandangan Giambattista Vico (1668 yang imajinatif. Pengetahuan historis bu-
1744), seorang filsuf bahasa dan sejarah kan sekedar pengetahuan tentang peristi-
dari Italia sekaligus profesor retorika di wa, kejadian masa lalu, namun lebih pada
Universitas Napoli, yang terkenal dengan peristiwa-peristiwa sejauh mereka masuk
adikaryanya Scienza Nuova (Sains yang (menjadi bagian) ke dalam aktivitas manu-
Baru). Alasan penulis memilih tokoh ini se- sia dan merupakan unsur dari biografi se-
bagai inspirator metode PBIR adalah kare- orang individu atau sebuah kelompok.
na dalam buku adi karyanya tersebut, Vico Vico percaya bahwa dengan ber
menekankan pentingnya imajinasi untuk upaya sangat keras, kita dapat memahami
memahami pengetahuan sejarah. Menurut masyarakat dan peradaban zaman batu
Ernst Cassirer (dalam Auxier, 1997), Vico- yang bercirikan dunia komunikasi yang
lah pemikir pertama yang dengan sukses minim kata dan kalimat, namun kaya
mengaitkan bidang sejarah, kodrat manu- akan gerak-gerik tubuh, isyarat, atau gam-
sia, dan matematika. Dalam Nuova Scienza, bar. Yang kita butuhkan hanyalah imagina-
Vico berpandangan bahwa tive faculty untuk dapat memahami sejarah
dari suatu kebudayaan, peradaban, yang
Dalam kabut kegelapan yang mencung-
terpisah jauh dari kita, baik dalam artian
kupi era kuno, bersinarlah nur kebenaran
yang abadi: bahwa dunia masyarakat sipil waktu maupun tempat (Berlin, 1976: 30).
itu sudah jelas-jelas dibuat oleh manusia- Dengan memperkenalkan dan mempro-
manusia dan bahwa prinsip-prinsipnya mosikan metode modificazioni atau imagi-
dapat ditemukan dalam modifikasi akal budi native reconstruction of the historical facts ini
kita sendiri. (Vico, 1744: 361 dalam Berlin, Vico mengkritik kecenderungan berpikir
1976: 27)
para tokoh intelektual pada zaman itu, baik
mereka yang mendukung teori Natural Law
Yang dimaksud Vico dengan modifikasi atau kontrak sosial (Hobbes, Locke, Rous-
di sini ialah tahap-tahap pertumbuhan, seau) maupun para rasionalis semacam
cakupan, atau arah, dari pikiran manusia, Descartes dan Spinoza, yang kukuh berpe-
imajinasi, kehendak, perasaan yang de gang pada asumsi mengenai kodrat manu-
ngannya manusia dapat masuk ke dalam sia yang ajeg, yang tidak pernah berubah
alam pikiran orang-orang tertentu, di tem- sekali dan selama-lamanya, yang berlaku
pat tertentu, pada era tertentu. Memodi- universal pada umat manusia sepanjang
fikasi akal budi kita sendiri, atau dalam segala zaman.
istilah asli Vico disebut sebagai Dentro Keyakinan akan kodrat manusia yang
le modificazioni della medesima nostra mente ajeg pada gilirannya dapat mengarahkan
umana, merupakan kartu truf Vico untuk kita pada argumen reductio ad absurdum.
membulatkan filsafat sejarahnya. Tidak Sejarah bukanlah proses linier dalam loop
hanya sekedar mengetahui fakta (prinsip tertutup. Sejarah perlu lebih dimengerti se-
verum/factum), tugas manusia lebih terle- bagai nascimento, proses kelahiran kembali,
tak pada memahami motivasi-motivasi coming-into-being, lagi dan lagi, dari cara

4
Berlin, dalam Verene (1991: 125), mengajukan istilah reconstructive fantasia guna membahasakan metode yang
digunakan Vico untuk memahami fakta dan peristiwa sejarah dengan menggunakan daya imajinasi rekonstruktif.

07-HENDAR PUTRANTO.indd 183 10/30/2013 7:37:11 AM


184 Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode Partisipatoris Vol I, 2013
Berbasis Imajinasi Rekonstruktif

manusia memahami baik dirinya sendiri & Masia, 1956.) Apa yang masih kurang
maupun tindakan manusia secara kolektif, dari pembelajaran dengan menggunakan
tidak hanya pada zamannya saja namun model taksonomi Bloom ini? Kemampuan
juga pada zaman dan tempat tertentu, ber- berimajinasi (faculty of imagination). Di sini-
kat bantuan rekonstruksi imajinasinya ser- lah pentingnya sumbangan pemikiran Vico
ta dibimbing oleh penyelenggaraan ilahi tentang pengetahuan sejarah dan peran ke-
atau daya kreatif Roh Ilahi (Berlin, 1976: mampuan imajinasi rekonstruktif manusia
35). Memahami sejarah dengan demikian untuk melengkapi taksonomi Bloom.
bukanlah melulu amatan terhadap gerak Mengapa disebut imajinasi rekon-
objektif fakta dan peristiwa dalam kronolo- struktif? Apa yang khas dari pendeka-
gi namun justru pelibatan imajinasi rekon- tan ini dibandingkan pendekatan sejenis
struktif yang sudah selalu mengundang (misalnya, active learning atau CBSA)?
sekaligus mengandung kebaruan dan ke- Pendekatan imajinasi rekonstruktif, men-
menjadian. gajak peserta didik dengan difasilitasi oleh
Isaiah Berlin mengakui dan memuji dosen untuk masuk lebih ke dalam dari
orisinalitas pemikiran Vico tentang penge- apa yang nampak (phenomenon) dalam
tahuan sejarah (historical knowledge) sebagai teks atau gambar. Peserta didik diundang
berikut, untuk memodifikasi pikiran mereka dan
berimajinasi, seperti apa rasanya hidup,
[berbicara tentang Vico] Ketika berpikir
merasa, berpikir, berharap, berbincang,
tentang masa lalu, kita bergerak melampaui
berdebat, pada zaman pra-kemerdekaan
perilaku; kita ingin memahami bagaimana
mereka (manusia) hidup pada waktu itu, RI, pada tahun-tahun formulasi Pancasila,
juga memahami motif-motif, ketakutan terutama sejak Sidang BPUPKI 29 Mei 1945
dan harapan, ambisi dan cinta dan keben- sampai dengan Proklamasi Kemerdekaan
cian Kita dapat melakukan ini karena RI dan sehari sesudahnya, saat rumusan
kita sendiri juga manusia dan memahami Pancasila yang sah akhirnya termaktub da-
dunia batin kita sendiri yang terkait dengan lam Pembukaan UUD 1945. Berimajinasi
istilah-istilah ini tadi. (Berlin, 2002: 7)
di sini bukan aktivitas mengkhayal dan
melantur (daydreaming), melainkan, seperti
Berangkat dari serpih gagasan di atas, disampaikan Vico di atas, aktivitas untuk
pantas dipertanyakan dan direnungkan memahami baik teks maupun konteks, isi
kembali, sudahkah inspirasi dari pemikiran maupun mood yang menyertai Proses Kela-
Vico dan penafsirannya oleh Isaiah Ber- hiran Pancasila dan setelahnya.
lin ini berlaku dan diberlakukan dalam
metode pengajaran ilmu-ilmu sosial yang
berbasis pada pengetahuan sejarah seperti Hasil dan Pembahasan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganega- Ketika pertama kali mengajar PKN di ting-
raan? kat Perguruan Tinggi (September 2009),
Metode pengajaran yang umum ber- terus terang penulis merasa gamang dan
laku di Indonesia sampai saat ini cenderung kurang percaya diri, mengingat luhur dan
masih merujuk pada model taksonomi mulianya materi ajar yang disampaikan,
Bloom, yang memberikan arah serta teka- yang sayangnya sudah terkontaminasi bias
nan tujuan pendidikan pada tiga wilayah ideologis rezim Orde Baru di bawah Soe-
(domain), yaitu: Kognitif, Afektif dan Psiko- harto yang pernah menjadikan Pancasila
motorik (Bloom, 1956; Krathwohl, Bloom, sebagai alat politik untuk mempertahank-

07-HENDAR PUTRANTO.indd 184 10/30/2013 7:37:11 AM


Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode Partisipatoris hendar putranto 185
Berbasis Imajinasi Rekonstruktif

an status quo kekuasaan dan indoktrinasi mimbar atau dikte. Kebiasaan (habit) peser-
pemaknaan Pancasila lewat penataran P4. ta didik untuk menggeluti metode baru
(Azra, 2010: 10). Akan tetapi, syukurnya, ini masih bisa dibentuk asalkan ada visi
berkat latihan teater yang diikuti selama yang memandu, kepercayaan kuat, dan
dua tahun selama di bangku kuliah (2001 dosen yang asertif.
2002), juga naik ke atas panggung untuk Berdasarkan metode PBIR yang diper-
pementasan naskah, penulis merasa tertan- caya penulis dapat meningkatkan respon
tang untuk memadukan keterampilan dan dan ketertarikan mahasiswa pada materi
pengetahuan yang sudah dimiliki tentang ajar Pancasila dan Kewarganegaraan, beri-
dasar-dasar teknik teater ke dalam metode kut adalah sejumlah aplikasinya yang su-
pengajaran. Kesempatan itu datang ketika dah diuji-cobakan di ruang kelas:
masuk ke materi ajar Kelahiran Pancasi- 1. Mahasiswa melakukan pementasan
la dan Ideologi Pancasila. Pada materi teatrikal ideologi Pancasila berhadap-
ini, ruang untuk berimajinasi dan berek- hadapan dengan sejumlah ideologi be-
spresi terbuka lebih luas mengingat siswa sar dunia lainnya (liberalisme, kapital-
didik diajak untuk masuk menyelami alam isme, komunisme, marxisme, fasisme,
pikiran masa lalu sambil senantiasa berpi- dan sosial demokrat).
jak pada kekinian dan aktualitas zaman. 2. Dosen bersama-sama mahasiswa mem-
Meskipun mendapat resistensi kecil di baca naskah asli pidato Pancasila versi
awal introduksi metode ini dari sejumlah Bung Karno dan versi Muh. Yamin, lalu
peserta didik, misalnya komentar, wah, kedua naskah tersebut dipresentasikan
repot, Pak atau wah, sulit juga ya mem- di depan kelas secara kreatif dan meng-
bayangkan bagaimana Bung Karno, Muh. gugah.
Yamin, atau Moh. Hatta waktu itu berpida- 3. Pembuatan website ideologi Pancasila
to dalam sidang BPUPKI, namun penulis yang di dalamnya diisi dengan gambar,
sebagai pengajar bergeming. Pemahaman wawancara, video, dan artikel.
sejarah yang dicapai lewat imajinasi rekon-
struktif partisipan lebih menantang untuk Dari tiga model aplikasi di atas, berikut
dilakukan daripada bertahan mengguna- adalah perbandingannya dalam bentuk
kan metode konvensional seperti kuliah bagan:

Teatrikal Ideologi Pan- Membaca ulang dan Pembuatan website


casila vis--vis ideologi- merepresentasikan teks Ideologi Pancasila
Nomenklatur parameter
ideologi besar dunia pidato Bung Karno dan (http://id-one.wix.com/
lainnya Muh. Yamin manuk-dadali)

Tingkat kesulitan preparasi Tinggi Sedang Tinggi

Tingkat imajinasi yang


Tinggi Sedang Sedang
dibutuhkan

Tingkat keterlibatan (par-


tisipasi) semua anggota Sedang Rendah Sedang
kelompok

Retensi pengetahuan dan


Sedang (diskontinyu) Sedang (diskontinyu) Tinggi (kontinyu)
pemahaman post-event

Efek dramatis Tinggi Sedang Rendah

07-HENDAR PUTRANTO.indd 185 10/30/2013 7:37:11 AM


186 Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode Partisipatoris Vol I, 2013
Berbasis Imajinasi Rekonstruktif

Sejumlah amatan dan catatan evaluatif: b. Sulitnya siswa masuk dan memodi
1. Perbedaan kualitatif rendah, sedang, fikasi akal budi mereka ke dalam
dan tinggi didasarkan pada hasil ama- alam pikiran Indonesia tahun 1945
tan penulis sebagai dosen, baik di sehingga daya imajinasi mereka
dalam ruang kelas selama semester tentang peristiwa-peristiwa sejarah
berjalan maupun sesudahnya (dalam tersebut relatif kurang berkembang
percakapan sehari-hari ketika bertemu sesuai harapan penulis sebagai
di kantin, di selasar, di saat-saat santai pengajar,
non-formal). Selain itu, juga didapat- c. Kesulitan dosen untuk menembus
kan feedback dari mahasiswa baik secara bahkan membongkar zona nyaman
lisan maupun tertulis setelah metode siswa yang sudah terbiasa (dibiasa-
ini diuji-cobakan. kan para guru Kewarganegaraan
2. Beberapa print-screen dilampirkan di sejak bangku SD?) dengan model
bagian akhir untuk menguatkan objek- Taksonomi Bloom yang bertumpu
tivitas temuan sekaligus sebagai lang- pada dimensi Kognitif, Afektif dan
kah awal untuk proses koroborasi dan Motorik, minus imajinasi, apalagi
triangulasi hasil temuan. imajinasi rekonstruktif untuk men-
3. Feedback tertulis dari mahasiswa me capai pemahaman sejarah.
ngenai kinerja dosen dalam pengajaran d. Mekanisme penilaian (scoring) hasil
Mata Kuliah ini, berupa kuisioner isian imajinasi rekonstruktif (dalam ben-
(format kuisioner dibuat oleh BAAK tuk theatrical performance atau imagi-
UMN) menunjukkan hasil memuas- native speech recital, atau pembuatan
kan (dalam rentang skala 2.80 3.40 website Pancasila yang kreatif dan
dari 0 4.00) interaktif) yang masih belum baku
4. Masih ada sejumlah aplikasi lainnya serta terstandarisasi sehingga ke-
dari metode PBIR, seperti pembuatan cenderungan subjektif dalam me-
video (stop motion, animasi maupun nilai masih sulit dielakkan penulis.
live) yang didahului dengan riset ke-
cil serta turun ke lapangan (contohnya
untuk Materi Ajar: Multikulturalisme, Kesimpulan
Demokrasi), games I, You, We and Dari feedback lisan maupun tertulis yang
They (materi ajar: Identitas Nasional disampaikan mahasiswa kepada penulis,
dan Multilkulturalisme), namun hal sebagian besar dari mereka merasa terkesan
tersebut tidak dielaborasi dalam artikel dan bersemangat mengikuti Mata Kuliah
ini dikarenakan keterbatasan ruang Pancasila dan Kewarganegaraan. Artikel
penyampaian dan fokus pembahasan ini, meskipun tidak memerinci langkah
pada tiga jenis aplikasi di atas. demi langkah pengajaran Pancasila yang
5. Kendala yang ditemukan dalam pelak- menggunakan metode PBIR, diharapkan
sanaan metode partisipatoris berbasis sudah memberikan gambaran awal soal
imajinasi rekonstruktif di kelas adalah: pentingnya metode PBIR ini. Bukan hanya
a. Daya imajinasi yang berbeda-beda membuat suasana pembelajaran di ruang
antara siswa yang satu dengan lain- kelas menjadi lebih hidup dan bergairah,
nya. Ada siswa yang antusias, hidup, namun juga, dalam jangka panjang, kesan
dan out of the box dalam berimaji- tentang Pancasila (proses, tokoh, peristiwa,
nasi, ada juga yang masih inside the filsafatnya) menjadi lebih positif dan me-
box dan kurang antusias, lekat di sanubari siswa didik. Pada giliran-

07-HENDAR PUTRANTO.indd 186 10/30/2013 7:37:11 AM


Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode Partisipatoris hendar putranto 187
Berbasis Imajinasi Rekonstruktif

nya nanti, ketika ditanya orang asing dan Bloom, B.S. (Ed.) (1956). Taxonomy of edu-
orang yang mengasingkan serta menc- cational objectives: The classification of
emooh Pancasila, mereka dapat dengan educational goals: Handbook I, cognitive
bangga dan percaya diri dapat menjelas- domain. New York, Toronto: Longmans,
kan bahwa upaya mengenali dan mencin- Green.
tai Pancasila tidaklah semembosankan dan Berlin, Isaiah. (1976). Vico and Herder: Two
se-indoktrinatif seperti yang awalnya mer- Studies in the History of Ideas. London:
eka sangka. Bukankah tidak ada satu usaha The Hogarth Press.
pun yang mudah untuk mendapatkan serta _____. (2002). The Power of Ideas. Princeton:
berbagi cinta yang sejati dan mendalam? Princeton University Press.
Sekiranya imajinasi diberikan ruang Caponigri, A. R. (1968). Time and Idea: The
yang lebih luas, intensif, dan ekstensif Theory of History in Giambattista Vico.
dalam pengajaran dan pembelajaran Pan- Notre Dame: University of Notre Dame
casila dan Kewarganegaraan, mungkin saja Press.
kita tidak perlu terlalu khawatir Pancasila Hogg, Jonathan. (2004). The Ambiguity
dibahas dalam ruang-ruang sempit dan of Intellectual Engagement: Towards
pengap ... penghayatan dan pengamalan a Reassessment of Isaiah Berlins Leg-
Pancasila menjadi kedodoran ... (menga- acy, dalam Jurnal on-line ERAS, Edisi
lami) existential vacuum, (bahkan) masuk 6, Nov. 2004. Diakses dari http://www.
angin dan merana. (Bagun, 2010: xviii). arts.monash.edu.au/publications/eras/
edition-6/hoggarticle.php oleh Hendar
Putranto, pada 11 September 2013 pu-
Daftar Pustaka kul 15.48 WIB
Anderson, Benedict. ([1983] 1996). Imagined Krathwohl, D., Bloom, B., & Masia, B.
Communities: Reflections on the Origins (1956). Taxonomy of educational objectives.
and Spread of Nationalism. New York Handbook II: Affective domain. New York:
dan London: Verso. David McKay.
A.Sudiarja, G. Budi Subanar, St. Sunardi Kresna, Aryaning Arya, Agus Riyanto, dan
dan T. Sarkim. Tim Penyunting. (2006). Hendar Putranto. (2012). Pendidikan
Karya Lengkap Driyarkara: Esai-esai Fil- Kewarganegaraan (Civics). Tangerang:
safat Pemikir yang Terlibat Penuh dalam UMN Press.
Perjuangan Bangsanya. Jakarta: PT Gra- Tjaya, Thomas Hidya. (2005). Hermeneu-
media Pustaka Utama. tika Tradisi dan Kebenaran dalam Tja-
Auxier, Randall E. (1997). Imagination ya, T. H. dan Sudarminta, J. Menggagas
and Historical Knowledge in Vico: A Manusia sebagai Penafsir. Jogjakarta: Ka-
Critique of Leon Pompas Recent Work nisius, hlm. 59 83.
dalam HUMANITAS, X (1). (bisa diakses Verene, Donald Phillip. (1991). Vicos Sci-
di http://www.nhinet.org/auxier2.htm) ence of Imagination. Cornell (USA): Cor-
Azra, Azyumardi. (2010). Revisitasi Pan- nell University Press.
casila dalam Rindu Pancasila. Jakarta: Vico, Giambattista. ([1744] 1948). The New
Penerbit Buku Kompas, hlm. 9 12. Science (Nuova Scienza). Diterjemahkan
Bagun, Rikard. (2010). Pancasila Jangan- dari edisi ketiga (1744) oleh Thomas
lah Diabaikan dalam Rindu Pancasila. Goddard Bergin dan Max Harold Fisch.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hlm. Ithaca, New York: Cornell University
xvii xx. Press.

07-HENDAR PUTRANTO.indd 187 10/30/2013 7:37:11 AM


188 Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode Partisipatoris Vol I, 2013
Berbasis Imajinasi Rekonstruktif

Lampiran foto dan print-screen (website):

07-HENDAR PUTRANTO.indd 188 10/30/2013 7:37:11 AM


Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode Partisipatoris hendar putranto 189
Berbasis Imajinasi Rekonstruktif

07-HENDAR PUTRANTO.indd 189 10/30/2013 7:37:12 AM


190 Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode Partisipatoris Vol I, 2013
Berbasis Imajinasi Rekonstruktif

07-HENDAR PUTRANTO.indd 190 10/30/2013 7:37:12 AM


Pengajaran Pancasila untuk Mahasiswa dengan Metode Partisipatoris hendar putranto 191
Berbasis Imajinasi Rekonstruktif

07-HENDAR PUTRANTO.indd 191 10/30/2013 7:37:12 AM


Jurnal Ultima Humaniora, September 2013, hal 83-102 Vol. I, Nomor 2
ISSN 2302-5719

Videografi sebagai Sarana Pembelajaran

OSCAR JAYANAGARA
Universitas Multimedia Nusantara

Jl. Boulevard Gading Serpong, Scientia Garden, Tangerang - Banten


Telpon: 021-54220808 ext. 3510
Surel: oscar_jn2001@yahoo.com

Diterima: 31 Juli 2013


Disetujui: 14 Agustus 2013

ABSTRACT

Videography as a learning tool is an effective way to influence and to inspire audiences. Objective-
ly, videography can be called as an Applied Science. The major problem with learning videography
as a science is that to understand the function of one phase or one piece of equipment, we should
already know all of the others. As an object, this article provides an overview of the initial technical
television production process, and three phases of production. As a subject, videography empha-
sizes on the learner. To support the learner who is concerned to obtain the knowledge, this article
gives an exploration of cognitive, affective, and psychomotor Blooms Taxonomy of Educational
Objectives. The learning outcomes represent the level of understanding, intellectual, creativity,
and behavior.

Keywords: Videography, learning tool, phases, pre production, production, post production,
Blooms Taxonomy

Pendahuluan gitu melekat dan menjadi bagian yang tidak


Video, menurut Kamus Besar Bahasa In- terpisahkan dari kehidupan manusia. Dari
donesia Edisi Ketiga, adalah rekaman pagi sampai malam hari, baik di rumah, di
gambar hidup atau program televisi un- sekolah, di kampus, di jalan-jalan, di rumah
tuk ditayangkan lewat pesawat televisi makan, di mal, di Anjungan Tunai Mandi-
(KBBI, 2007: 1261). Walaupun anak kali- ri melalui berbagai peralatan elektronik
mat ditayangkan lewat pesawat televisi ini da- di sekitar kita, seperti telepon genggam,
pat diperdebatkan lebih jauh1, tidak bisa televisi, layar digital besar di persimpan-
dipungkiri bahwa tayangan video telah be- gan jalan maupun di dinding mal, laptop,

1
Di era digital abad ke-21, video dalam bentuk klip, iklan layanan masyarakat, iklan pariwara, film pendek, dan
lain-lainnya, tidak hanya ditayangkan lewat pesawat televisi, tetapi juga lewat media lain seperti telepon genggam,
laptop, komputer, bioskop, anjungan tunai mandiri, layar LCD raksasa, dan sebagainya (Millerson dan Owens, 2008:
1-2). Baca juga Reardon, N. (2006).

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 192 10/30/2013 7:37:39 AM


Videografi sebagai Sarana Pembelajaran oscar jayanagara 193

komputer, bioskop, kita disuguhi tayang Termehek-mehek Trans TV, dan seterusnya),
an video terus menerus. Tayangan video Komedi (Stand Up Comedy Kompas TV, Op-
tersebut bisa berupa tayangan edukasi, era Van Java Trans 7, dan seterusnya), Talent
tayangan tutorial, tayangan dokumentasi, Scot (Indonesia Mencari Bakat Trans TV, Indo-
tayangan berita, tayangan porno, tayangan nesian Idol RCTI, dan seterusnya), Program
hiburan, dan sebagainya. Entah tayangan Musik (K 20 Kompas TV, Dahsyat RCTI, dan
visual tersebut memiliki kandungan yang seterusnya), program religi (Solusi SCTV,
tersurat ataupun tersirat, yang pasti pe- Tukang Bubur Naik Haji RCTI, dan seterus-
san yang terkandung akan membentuk nya), program anak (Spongebob, Nickolode-
persepsi audiens. on, Doraemon RCTI, Bolang: Bocah petualang
Video sebagai hasil akhir program tele- Trans TV, dan seterusnya), program remaja
visi tidak bisa dipisahkan dari sistem pe- (Dahsyat RCTI, Putih Abu-Abu SCTV, dan
nyiaran dunia (World Broadcasting System).2 seterusnya), program dewasa (Obat Malam
Saat menyaksikan acara televisi di kanal RCTI, Para Pencari Tuhan SCTV, dan seter-
televisi daerah, kanal televisi nasional, usnya), dan berbagai program lainnya.
kanal televisi internasional, kanal televisi Di luar penyiaran radio, sistem penyi-
berbayar, seseorang akan melihat sebuah aran di seluruh dunia sekarang ini tidak
karya audio visual dalam bentuk video. bisa lepas dari tayangan video. McKernan
Program acara yang ingin ditonton bisa menyebutnya sebagai sebuah Era Vid-
berupa program News (Dunia Dalam Berita eografi, The Age of Videography (McKernan,
TVRI, Halo Bandung Pagi PJTV Bandung, Sep- 1996). Video tidak hanya mendominasi
utar Indonesia RCTI, Reportase Pagi Trans TV, dunia penyiaran, tetapi juga sudah meram-
dan seterusnya), program Documentary (Nat bah dunia teknologi informasi.3 Seseorang
Geo Wild National Geographic, Storm Chasers yang tidak punya televisi di rumahnya dan
Discovery Channel, Call of The Wild Man Ani- ingin menyaksikan program televisi kesu-
mal Planet, The Life of Andy Murray BBC, dan kaannya, dapat pergi ke warung internet
seterusnya), program Feature (Hidden Story dan menyewa komputer untuk menyak-
BBC, Maestro Metro TV, Jejak Nusantara Kom- sikan tayangan tunda (Extended version),
pas TV, dan seterusnya), Talkshow (Kampus tayangan regular (Series or Single Regular
100 Kompas TV, Kick Andi Metro TV, Bukan Show), tayangan berbayar (Video on De-
Empat Mata Trans 7, dan seterusnya), Game mand), maupun tayangan langsung (Live
Show (Temukan Kata Kompas TV, Ranking Show), sebuah acara televisi melalui stream-
Satu Trans TV, dan seterusnya), Film (FTV ing internet. Stasiun-stasiun televisi daerah
Pagi Indosiar, Big Movies Global TV, dan set- nasional, maupun internasional meman-
erusnya), Reality show (Minta Tolong RCTI, faatkan betul VideoBlog, Website, YouTube,

2
World Broadcasting System Television / Video Formats: NTSC (National Television System Committee)
PAL (Phase Alternate Line) PAL / SECAM, and SECAM (Sequential and Memory) http://www.dcamediasolutions.com/
video-conversions/web-world-broadcasting-system.pdf
3
Teknologi Informasi berkorelasi erat dengan internet. Dibawah ini ada beberapa contoh berita (tayangan video) yang
dimuat oleh CNN melalui Internet: Googles Android operating system will face its first big court challenge on Monday as a
trial gets under way in California to consider a claim from software group Oracle that could top $1bn (April 16, 2012). A cloud-
computing company is building what it calls the worlds first zero-emission data center in Iceland (September 28, 2011).
http://topics.cnn.com/topics/information_technology. Lihat juga berita atau dokumentari di BBC: http://uit.co.nz/
news/bbc-technology

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 193 10/30/2013 7:37:39 AM


194 Videografi sebagai Sarana Pembelajaran Vol I, 2013

Cloud Computing System, dalam menyim- Video juga telah merambah perempa-
pan dan menayangkan program-program tan-perempatan jalan besar, serta dinding
acara televisi mereka. kaca atau atap mal-mal besar5. Di kota-ko-
Video kini telah merambah wilayah ta metropolitan di seluruh dunia, seperti
telekomunikasi (Telecommunication System).4 Kuala Lumpur, Beijing, Tokyo, Manila,
Antara tahun 19902000, orang mengenal Bangkok, New York, London, Sydney,
telepon genggam sebagai alat komunikasi Paris, Milan, Jakarta, dan lainnya, di se
jarak jauh nirkabel. Tetapi kemudian, me- tiap perempatan jalan besarnya terdapat
masuki abad ke-21 terjadi penemuan yang pariwara berbentuk layar besar berisi Video
fenomenal, telepon genggam tidak hanya Commercials. Pariwara berbentuk Billboard
berfungsi sebagai alat komunikasi jarak (Still Image) telah berganti menjadi Motion
jauh, melainkan juga dapat berfungsi se- Picture Commercial. Bahkan di perempatan-
bagai televisi mini (Small TV Device) yang perempatan jalan utama kota-kota satelit/
dapat menerima/menangkap siaran tele- kota-kota penyangga (Sub-Urban City),
visi secara regular maupun live-streaming. layar super besar yang menayangkan Video
Seseorang yang ingin menyaksikan acara Commercials tersebut dapat dengan mu-
televisi kesukaannya tidak lagi dibatasi dah kita jumpai. Industri pariwara telah
oleh ruang, tetapi juga dapat menonton di memanfaatkan tayangan-tayangan video
luar ruangan seperti di taman, di parkiran sedemikian rupa, yang tentu saja pada
motor, sedang menunggu antrian panjang, akhirnya melahirkan banyak pekerja seni
dan sebagainya. Selain itu fasilitas kam- kreatif dan memajukan industri itu sendiri.
era perekam video pada beberapa telepon Singkat kata, video tanpa disadari maupun
genggam juga memudahkan seseorang disadari telah menjadi bagian tak terpisah-
melakukan tatap muka jarak jauh (Long kan dari kehidupan manusia.
Distance Video Conference), pembelajaran ja- Di Amerika Serikat,sebuah karya vid-
rak jauh melalui audio visual (Long Distance eo bernama Sesame Street6 dipakai sebagai
Learning through Audio Visual). Dalam kapa- sarana untuk pembelajaran, sarana untuk
sitas terbatas, beberapa telepon genggam mengedukasi masyarakat.7 Program video
bahkan dapat mengunduh dan mengung- serial dengan target audiens anak-anak
gah tayangan-tayangan video dengan mu- (usia 3 6 tahun) yang diciptakan Joan
dah. Ganz Cooney dan Lloyd Morrisett tahun

4
Sistem telekomunikasi disetiap negara atau regional berbeda perusahaan penyedia jasanya. Di Indonesia telepon
pintar (Smart Phone) BlackBerry (BB) memakai jasa perusahaan RIM (Research In Motion) dalam menjalankan sistem
operasi (Operating system) telekomunikasi-penyiarannya, termasuk mengunggah dan mengunduh video, menonton
siaran langsung TV (Life Streaming TV), berselancar (Browsing) di Internet, dan sebagainya. Di Eropa memakai jasa
ESTEC (European Space Agencys Testing Center) SmallGEO dari Belanda: Untuk lebih jelasnya, bisa dikunjungi laman
berikut http://www.esa.int/esaTE/SEM1HGKTYRF_index_0.html
5
Allan M Brandt baru berusia tujuh tahun ketika orang tuanya mengajaknya ke New York pada tahun 1961, dan se-
bagai anak kecil, ia terkagum-kagum menyaksikan baliho raksasa Camel Man, ikon rokok Camel, berada di atas Times
Square sambil tak henti mengepulkan cincin-cincin asap (Lih. Brandt.(2007). The Cigarrete Century: The Rise and Fall,
and Deadly Persistence of the Product that Defined America.Harvard Publisher).
6
Sesame Street was conceived in 1966 during discussions between television producer Joan Ganz Cooney and Carnegie Founda-
tion vice president Lloyd Morrisett. Their goal was to create a childrens television show that would master the addictive quali-
ties of television and do something good with them (Davis, 2008: 8)
7
Menurut Michael Davis, di pertengahan tahun 1970-an, the show had become an American institution (Davis, 2008:
220).

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 194 10/30/2013 7:37:39 AM


Videografi sebagai Sarana Pembelajaran oscar jayanagara 195

1966 dan ditayangkan perdana pada 10 dan disaksikan lebih dari satu milyar au-
November 1969 ini dikenal dengan konten diens di seluruh dunia (Gikow, 2009). Data
pembelajaran, kreatifitas komunikasinya ini menunjukkan bahwa tayangan video
yang unik menggunakan boneka muppet Sesame Street merupakan tayangan yang
Jim Henson, animasi, film pendek, humor, terbanyak yang pernah disaksikan audiens.
dan memakai pendekatan kajian budaya. Video Sesame Street bisa dikatakan sebagai
Lewat tayangan video, anak-anak video yang persepsi atau komunikasinya di-
Amerika diajak bermain sambil belajar lihat dan dimengerti, dan pada akhirnya sa
tentang angka, huruf, warna, bentuk, gam- ngat memengaruhi kehidupan audiensnya.
bar, waktu, ruang, kehidupan sehari-hari, Di Indonesia, pada 2006, lewat rumah
dan sebagainya. Video dengan pendekatan produksi Indigo, Sesame Street diadaptasi
pembelajaran yang unik ini sangat disukai dan diproduksi ulang dengan pendekatan
audiens Amerika, sampai-sampai pemerin- budaya Indonesia, dan diberi nama Jalan
tah federal Amerika Serikat turut mendanai Sesama (Jakarta Post, 24 Maret 2006). Jalan
pembuatannya bersama dengan Yayasan Sesama berarti Jalan Untuk Semua, ter-
Carnegie dan Yayasan Ford, dan program inspirasi oleh konsep Kebersamaan dan
TV ini terus berkembang ke seluruh dunia Keberagaman (Togetherness and Diversity)
(Finch, 1993: 53). di Indonesia (Jakarta Post, 13 Januari 2007).
Tayangan video ini kemudian berkem- Sebagai tambahan dari konsep pembelaja-
bang menjadi model Pembelajaran Pro- ran dasar huruf dan angka, Jalan Sesama
gram Televisi Anak (Childrens Television juga mengedukasi konsep kebersamaan
Workshop - CTW) (Cooney dalam Fisch & dan keberagaman, kepedulian alam dan
Truglio, 2001: xi), yaitu sebuah sistem acara lingkungan8, dan pembangunan karakter
televisi yang mana perencanaan, produksi, yang positif. Dengan melibatkan beberapa
dan evaluasididasarkan pada kolaborasi artis sebagai bintang tamu, video ini mem-
antara para produser, para penulis, para bantu anak-anak Indonesia belajar kognitif
pendidik, dan para peneliti. Cooney dalam dasar dan keterampilan pergaulan sosial,
bukunyaG is for Growing: Thirty Years juga mempresentasikan kekayaan dan ke-
of Research on Children and Sesame Street beragaman budaya Indonesia. Tema-tema
(Cooney dalam Fisch & Truglio, 2001: xii) sehari-hari seperti Kebiasaan Yang Se-
menemukan lebih dari seribu kajian peneli- hat sampai Bersih-bersih Sehabis Banjir,
tian yang berhubungan dengan pengaruh, menjadikan tayangan video ini9 berpenga
dampak, efek dari tayangan Sesame Street ruh besar kepada audiens anak-anak Indo-
pada kajian budaya Amerika. Pada ulang nesia (Sinar Harapan, 24 Maret 2007).
tahunnya yang ke-40 tahun 2009, karya vi- Pencetus ide dan pembuat (Creator)
sual ini (International Version of Sesame Street) Jalan Sesama, Muhammad Zuhdi, ber-
sudah disiarkan di lebih dari 140 negara, hasil meraih penghargaan dari Pemerintah

8
Tayangan video Jalan Sesama selain memakai karakter utama Sesame Street seperti Big Bird, Ernie, Elmo, juga memakai
beberapa karakter boneka Hand Puppet dan Live Size Puppet berkarakteristik nama anak atau satwa Indonesia, seperti
karakter Momon (berkarakter anak Indonesia berumur 5 tahun yang suka menggambar dan berhitung), karakter
Putri (berkarakter anak perempuan Indonesia yang aktif, tetapi sering minta tolong pada Momon), karakter Tantan
(berkarakter Orang Utan wanita yang bijak), karakter Jabrik (berkarakter anak Badak bercula satu yang sering men-
geluh, tapi juga sering tertawa).
9
Tayangan Jalan Sesama ditayangkan harian (Daily Show) di stasiun televisi Trans7 dari 18 Februari 2008 sampai 2010.
Setelah itu mulai 9 September 2011 di tayangkan di Kompas TV (Kompas, 9 September 2011).

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 195 10/30/2013 7:37:40 AM


196 Videografi sebagai Sarana Pembelajaran Vol I, 2013

Australia dalam Australian Alumni Award signifikan (Borzekowsky, 2011). Ini hanya
for Excellence in Education 2011. (Kompas. lah salah satu uraian contoh bagaimana
com, 12 Juni 2011). Ia telah bertahun-tahun video sebagai hasil karya bisa mempengar-
menceburkan diri di dunia pendidikan, baik uhi kehidupan audiensnya secara positif.
sebagai dosen di Fakultas Ilmu Tarbiyah Masih banyak hasil karya video lain yang
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatul- mempengaruhi audiensnya secara positif,
lah maaupun sebagai praktisi pendidikan seperti, Laskar Pelangi (Mira Lesmana), Kick
anak usia dini dengan memproduksi video Andi (Andi F Noya), Solusi dan Jalan Kasih
Jalan Sesama. Sebagai seorang creator, tu- (Oscar Jayanagara), The Oprah Winfrey Show
gas Zuhdi dan timnya adalah meramu dan (Oprah Winfrey), The Little House on The
merumuskan pesan pendidikan yang akan Prairie (Michael Landon), dan lain-lain.
dimasukkan ke dalam video tersebut. Jadi Beberapa karya video penulis yang di-
desain produksinya selain menghibur, ada tayangkan stasiun televisi seperti Solusi11,
pesan pendidikannya juga, tutur Zuhdi, Jalan Kasih12, PSA Pancasila13 sering penulis
sesaat setelah menerima Australian Alumni pakai untuk menstimulasi pencarian ide
Award. Atas segala upaya kerasnya, tayang dalam proses pembelajaran mahasiswa.
an Jalan Sesama berhasil meraih beber- Karya video penulis yang non-tayang di sta-
apa penghargaan. Penghargaan tersebut siun televisi juga penulis tunjukkan dalam
antara lain Golden Award dari World Media proses pembelajaran mahasiswa.
Festival di Jerman pada tahun 2009 dan Pengalaman berikut adalah salah satu
penghargaan dari Kementerian Pendidik contoh pembuatan tayangan video ciptaan
an Nasional tahun 2010 dalam kategori penulis yang non-tayang di stasiun televisi.
Program yang Peduli terhadap Pendidik Penulis menggunakan tayangan video ini
an Anak-anak (Indra, 2011). untuk menjelaskan proses-proses dalam
Yang menarik adalah kemudian mun- produksi. Tahun 2009, penulis pernah dim-
cul penelitian atas tayangan Jalan Sesama inta oleh asosiasi produsen otomotif Jepang
yang dilakukan oleh Dr. Dina Borzekowsky melakukan riset menggunakan video men-
dari John Hopkins University, Amerika genai perbandingan kualitas mobil-mobil
Serikat. Ia melakukan penelitian di bebe truk buatan Jepang keluaran tahun 2001
rapa daerah di Banten. Borzekowsky me- 2009 berpenggerak (wheel drive) 4x2, 4x4,
lihat impact10 dari tayangan Jalan Sesama ini 4x6, dan 6x8, di Indonesia. Riset ini dibuat
terhadap anak-anak dan terbukti cukup untuk mengetahui bebarapa hal berikut ini:

10
The impact of Jalan Sesama on the educational and healthy development of Indonesian preschool children: An experimental
study:Jalan Sesama was developed to address the developmental needs of Indonesian children ages 3 to 6 years This paper
describes how an educational media intervention can have great benefits, even in locales where the children face difficult hard-
ships and lack basic resources (Borzekowski, 2011: 169 - 170).
11
Solusi adalah sebuah tayangan video hasil ciptaan penulis dengan format docudrama, ditayangkan mingguan (weekly
show) di SCTV dari tahun 1999 sampai sekarang (2013), yang berisi kisah nyata kisah nyata berbagai ragam orang,
di mana penulis mencoba mengkonstruksikan kisah nyata mereka yang sangat unik dan menginspirasikan dalam
sebuah videografi. Berdasarkan hasil survey AC Nielsen Indonesia dari tahun ke tahun, tayangan Solusi telah men-
ginspirasi banyak audiens Indonesia, yang pada tahap berikutnya format dan gaya pembuatannya banyak diikuti
tayangan videografi lain di stasiun TV yang berbeda.
12
Jalan Kasih adalah sebuah tayangan videografi ciptaan penulis dengan format Realiti Dokumentari ditayangkan
mingguan di SCTV dari tahun 2005 2007, dan di TVRI (bernama Kasih) dari tahun 1999 sampai sekarang (2013).
13
PSA (Public Service Announcement) Pancasila adalah tayangan Iklan Layanan Masyarakat Pancasila ciptaan penulis,
bekerjasama dengan Mahkamah Konstitusi Indonesia, ditayangkan di Metro TV (setiap hari Selasa selama bulan
November 2012), dan di Kompas TV pada hari lahir Pancasila yang ke-68 (1 Juni 2013).

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 196 10/30/2013 7:37:40 AM


Videografi sebagai Sarana Pembelajaran oscar jayanagara 197

mengapa memakai/memilih merk terse- Penulis tidak perlu lagi harus keluar
but (The Purpose Driven Brand), ada berapa kota, atau keluar negeri hanya untuk me-
merk dan jenis armada truk yang dimiliki nyerahkan materi rough atau materi utama
(how many trucks), berapa kali perjalanan (Master Program). Penulis juga tidak perlu
bolak-balik dalam seminggu (Weekly Quan- lagi mengirim karya video tersebut mela-
tity Travelling), bagaimana daya tahan me lui pos atau ekspedisi, kecuali di awal mula
sin dan roda (Mechanical and Tires Indur- pemesanan (First Contract Agreement) yang
ances), seberapa sering mengganti sparepart memerlukan tatap muka, selebihnya se-
(Spareparts Changing), berapa perbandingan jak awal fase pra-produksi, fase produksi,
konsumsi bahan bakar dengan jarak tem- hingga fase pasca produksi dilakukan tan-
puh (Fuel Consumption), seberapa buruk/ pa dibatasi ruang dan waktu. Penulis dapat
baik kondisi jalan lintas Sumatra dan Jawa mengirim Cerita Gambar (Story Board), De-
(Highway Condition), ketersediaan alat dan sain Produksi (Production Design) maupun
servis purna jual (After Sales Services and Hasil Sementara (Rough Cut) videografi
Spareparts), berapa tahun pergantian arma- pada pagi, siang maupun malam hari. Pro
da lama dengan armada baru (Re-Purchase), ses pengiriman dilangsungkan ketika penu-
dan sebagainya. lis berada di rumah, di perjalanan dengan
Untuk mendapatkan kebenaran yang mobil, ataupun di kantor. Kurang lebih dua
dapat dipertanggungjawabkan, penulis bulan proyek riset videografi ini selesai.
menggunakan metode kualitatif. Pertama, Melalui pembuatan videografi ini, penulis
dengan terjun ke lapangan mengikuti per- mendapatkan pengetahuan baru tentang in-
jalanan lintas Jawa Sumatra Jawa su- dustri ekspedisi berbasis angkutan darat,
pir-supir truk yang menggunakan berba- dan Asosiasi industri otomotif Jepang juga
gai merk dan tipe truk keluaran Jepang, di mengetahui kebenaran yang dapat dipertang-
antaranya: Mitsubishi Canter dan Fuso, Hino gungjawabkan tentang kualitas truk-truk
Dutro, Toyota Dyna, Isuzu Elf, Nissan DAT. buatan Jepang keluaran 2001-2009.
Penulis merekam suara dan gambar de Ketika penulis membagikan pengalam
ngan menggunakan telepon genggam serta an ini dalam proses pembelajaran di kelas
kamera prosumer DSLR, dan melakukan maupun pembelajaran di lapangan, maha
interaksi percakapan dengan para supir siswa mendapatkan gairah, dorongan, stim-
maupun asistennya (kenek). Kedua, penulis ulus untuk belajar membuat video yang
melakukan wawancara mendalam terhadap baik. Setiap mahasiswa yang mengambil
pemimpin usaha atau pemilik usaha. Se mata kuliah videografi selalu bermimpi
tiap selesai satu rekaman percakapan (fase ingin menjadi subyek atau pelaku dalam
produksi), malamnya penulis mengedit- industri media kreatif, ketika sudah lulus
nya dengan memakai laptop, memberi teks sarjana. Penulis selalu memulai awal per-
terjemahan ke dalam Bahasa Inggris (fase temuan kelas dengan perkenalan. Salah
pasca produksi), dan mengirimnya lewat satu acara perkenalan itu adalah maha-
internet. Penulis memanfaatkan teknologi siswa bercerita latar belakang sekolahnya,
informasi dengan cara mengunggah mela- mengapa mengambil fakultas seni rupa
lui internet hasil rekaman video tersebut. dan desain, dan apa cita-citanya. Dari ke
Kemudian pihak peminta jasa mengun- sempatan ini sedikit banyak penulis ter-
duh rekaman video tersebut. Evaluasi hasil bantu untuk mengetahui karakteristik ma
video pun oleh pihak peminta jasa kepada hasiswa dan harapan-harapannya. Ada
penulis dilakukan via Skype. sejumlah mahasiswa yang ingin memiliki

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 197 10/30/2013 7:37:40 AM


198 Videografi sebagai Sarana Pembelajaran Vol I, 2013

rumah produksi, ingin menjadi produser, yang melibatkan metode pengembangan


sutradara, kameraman, editor, animator, cre-gradual penulisan menjadi pertanyaan-per-
ator special effect, dan sebagainya. Oleh kar-
tanyaan untuk mengetahui atau mengerti,
ena itu penulis melihat betapa pentingnya menciptakan interaksi antara persepsi dan
mahasiswa mengerti esensi dari videografi, komunikasi (Kiger, 1972). Menurut Ameri-
bagaimana proses mengkonstruksikan se can Cinematographer, videografi itu berasal
buah realita ke dalam sebuah videografi, dari bahasa Latin, yaitu vid (mengetahui),
bagaimana desain produksinya, dan lain- vide(re) yang artinya melihat, vide + o vid-
lain. eo memiliki arti saya melihatatau saya
mengerti, dan graphia yang artinya menu-
lis (American Cinematographer, 1972).
Videografi sebagai Teori Dengan demikian, videografi menurut
Karya video yang kita lihat ada di mana- asal katanya bisa dikatakan sebagai tulisan
mana tentunya dibuat dengan konsep dan (atau rekaman gambar bergerak) yang
desain yang jelas (memiliki pemaknaan membuat audiens melihat atau mengerti.
atau simbol tertentu), kualitas yang baik Ada penyampaian persepsi atau komu-
(memenuhi pengukuran tertentu), dan te- nikasi lewat gambar bergerak untuk mem-
lah memenuhi spesifikasi industri penyiar- buat audiens mengerti; minimal persepsi
an yang telah ditentukan14 para pelaku in- yang dimengerti audiens hampir sama
dustri ini (Zettl, 2009: 57). Untuk membuat atau tidak berbeda jauh dengan maksud
tayangan video yang berkualitas tersebut atau persepsi si pembuat video.
diperlukan sebuah pendekatan yang ber- Secara obyektif, videografi dapat dipa-
nama Videografi (Videography). hami sebagai sebuah ilmu (seperti matema-
Menurut Knoblauch dan Tuma, vid- tika, fisika, geografi, dan sebagainya).
eografi adalah sebuah pendekatan inter- Dengan memandang videografi sebagai
pretatif15 terhadap rekaman video mela- sebuah ilmu, terdapat jarak antara vid-
lui interaksi sosial mikro (Knoblauch dan eografi (sebagai obyek) dan manusia (seba-
Tuma dalam Margolis dan Pauwels, 2011: gai subyek). Memahami videografi sebagai
414 - 430). Jadi menurut Knoblauch dan obyek berarti juga memahaminya secara
Tuma, videografi (baca rekaman video teknis.
interpretatif) merupakan suatu pendeka- Secara teknis videografi itu sendiri
tan yang menimbulkan kesan, pendapat, mengacu kepada 3 fase proses produksi
tafsiran, atau pandangan teoritis terhadap (Zettl, 2009: 4 - 41) yaitu: (1) fase pra produk-
sesuatu melalui rekaman video. Sedang- si (proses menemukan ide, mengevaluasi
kan menurut Kiger, seorang sineas dari ide), sasaran acara, tujuan acara, target pe-
Amerika Serikat, videografi adalah sebuah nonton/audiens, format acara, perlakuan
inter disiplin ilmu seni dan pengetahuan acara, metode produksi, bujet, sketsa ceri-

14
The digital broadcast system now is using the High Definition Television (HDTV), and the HDTV has at least twice the picture
detail of standard television. HDTV requires 720p, 1080p, 1420p, 1920p (P for Progressive), instead of below 480p for standard
television. The 720p uses 720 visible or active, lines that normally scanned progressively each 1/60 second. The HDTV width-
to-height aspec ratio is 16 x 9, and the Standard Television is 4 x 3. The small portable media (cell phone) screens have various
aspect ratios (Zettl, 2009: 57).
15
Interpretatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: bersifat adanya kesan, pendapat, dan pandangan; berhubung
an dengan adanya tafsiran (KBBI, 2007: 439).

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 198 10/30/2013 7:37:40 AM


Videografi sebagai Sarana Pembelajaran oscar jayanagara 199

ta, desain produksi, jadwal produksi, pen- suara, mengedit suara dan gambar, mem-
carian pemain, fasilitas dan alat produksi beri transisi dan efek, memberi efek suara
yang dipakai, penunjukan staf produksi, dan efek gambar, menggabungkan, serta
penulisan naskah, pengurusan ijin dan hak mengatur kualitas produksi. Di bawah ini
cipta atau hak siar, pembuatan promosi penulis akan memberikan penjelasan dari
dan publisitas; (2) fase produksi (proses fase-fase produksi, dan penjabaran ruang
pengambilan gambar bergerak dengan lingkup kerjanya.
menggunakan media elektronik, dan (3)
fase pasca produksi (pendataan gambar), Tabel 1. Proses Pembuatan Video/Sine-
mengambil gambar, melakukan transkrip ma (Video / Film Making)16

Fase Penjabaran Kerja

Pra Produksi Proses menemukan ide (Generating Idea) Mengevaluasi ide (Is the idea worth and doable?) Pro-
posal acara (Program Proposal) Tujuan acara (Program Objective) Target penonton/audiens (Target
Audience) Format acara (Show Format) Perlakuan acara (Show Treatment) Metode produksi (Pro-
duction Method) Budget (Tentative and Actual budget) Sketsa cerita (Story Board) Desain produksi
(Production Design) Jadwal produksi (Production Schedule), pencarian pemain (Talent Casting)
Fasilitas dan alat produksi yang dipakai (Equipment and Facilities Requirement) Penunjukkan staf
produksi (Crew Hiring) Penulisan naskah (Script Writing, termasuk Screenplay) Pengurusan ijin dan
hak cipta / hak siar (Permit and Clearance) Pembuatan promosi dan publisitas (Publicity and Promo-
tion) Persetujuan (Green Light).

Produksi Latihan pengarahan (Directing Rehearsal) Latihan pemosisian (Blocking Rehearsal) Latihan shoot-
ing seluruh naskah dengan memakai kostum (Run Through) Proses pengambilan gambar bergerak
(Video Recording) dengan menggunakan media elektronik (Video Tape, Direct Disk Recording, Memory
Card) Analisis naskah (Script Analysis) Visualisasi (Visualization).

Pasca Produksi Pendataan gambar (Time Coding) Mengambil gambar (Capturing) Melakukan transkrip suara (Au-
dio Transcription) Mengedit suara dan gambar (Audio Video Editing: Shorten, Combine, Correct, Build)
Memberi transisi dan efek (Transitions and Effect) Memberi efek suara dan efek gambar (Sound
Effectand Special Effect) Memberi latar suara (Sound Track) Menggabungkan (Mixing) Mengatur
kualitas produksi (Controlling Quality) Pembuatan hasil akhir (Master Program).

Videografi sebagai Pembelajaran nya, si pembelajarnya, maka videografi bisa


Pembelajaran adalah proses yang kom- dipandang secara subyektif. Yang menjadi
pleks dan beragam (Gagne, 1985). Kar- penekanan dari cara pandang ini adalah
ena kompleks dan beragam itulah, untuk manusianya, si pembelajar. Videografi di-
menghasilkan kapabilitas yang mumpuni, pandang sebagai media untuk mengeks
diperlukan instruksi yang berbeda, ber- presikan diri. Hal-hal teknis seperti fram-
bagai pra kondisi, dan tindakan-tindakan ing, angle, komposisi, pencahayaan, dan
oleh pembelajar. Jika dilihat dari manusia lainnya akan dipandang menjadi sekunder,

16
Sistem produksi dan fase-fase produksi antara videografi dan sinematografi pada hakekatnya adalah sama. Yang
membedakan adalah media perekamannya. Pada videografi proses perekaman menggunakan media elektronik,
seperti kaset dvd digital, memory card, hard disk external, computer, laptop, dan sebagainya. Sedangkan pada sinematografi
proses perekaman menggunakan pita seluloid.

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 199 10/30/2013 7:37:40 AM


200 Videografi sebagai Sarana Pembelajaran Vol I, 2013

apabila itu dapat membebaskan ekspresi stimulus dari lingkungan, dan proses kog-
si pembelajar. Yang terjadi atau dialami nitif yang dilakukan si pembelajar.
si pembelajar dari proses pembelajaran- Untuk lebih spesifik, penulis memba-
nya akan membentuk atau mengkondisi- gi teori pembelajaran ke dalam lima jenis
kan sistem pembelajarannya (Conditions of teori-teori pembelajaran berikut ini:
Learning). Tahapan-tahapan belajar di da- 1. Taksonomi Edukasi (The Classification
lam diri pembelajar hingga menemukan of Educational Goals: Taxonomy of Edu-
skill baru atau pengetahuan adalah Internal cational Objectives). Benjamin S. Bloom
Conditions of Learning. Sementara stimulus memformulasikan klasifikasi tujuan
dari lingkungan yang diperlukan untuk pendidikan ke dalam tiga aspek, yaitu
mendukung tahapan belajar di dalam diri aspek kognitif, aspek afektif, dan as-
pembelajar disebut External Conditions of pek psikomotor (Bloom, 1956). Mas-
Learning. Jadi ada kondisi internal dan eks ing-masing aspek memiliki tahapan
ternal untuk mendukung proses pembela- perubahan dan tingkatan kesulitan
jaran (Gagne, 1985). yang berbeda. Aspek kognitif berori-
Videografi dalam sebuah karya meru- entasi pada kemampuan berpikir se-
pakan suatu bentuk konkret dari penge- cara intelektual, dari yang sederhana
jawantahan serangkaian proses berpikir sampai yang kompleks. Aspek afektif
yang didasari oleh kemampuan kognitif, adalah lima tahapan yang berorientasi
kemampuan afektif, kemampuan psiko- pada perasaan, emosi, sistem, nilai, dan
motor, seperti pra-produksi, yang terdiri sikap. Aspek psikomotor berorientasi
dari pengumpulan ide dan konseptual- kepada berbagai kegiatan yang dapat
isasi, produksi, dan pasca produksi. Se- dilakukan secara fisik, yang berhubun-
rangkaian proses berpikir diatas hingga gan dengan penggunaan anggota tu-
menjadi sebuah karya (Videografi) meru- buh, didukung oleh mental dan emosi.
pakan sebuah kumulatif dari proses belajar Bagi penulis sebagai dosen pengampu
atau disebut pembelajaran (Gagne, 1965). mata kuliah videografi17 pada Fakul-
Menurut Gagne, pertama pembelajaran tas Desain Komunikasi Visual dan
(Learning) adalah kumulatif. Pembentukan Fakultas Ilmu Komunikasi, Universi-
intelektual manusia adalah sebuah pem- tas Multimedia Nusantara, hasil karya
bangunan dari pertumbuhan struktur yang videografi adalah bentuk konkret dari
kompleks dari kapabilitas atau kemam- pembelajaran yang menggunakan:
puan manusia. Yang kedua, pembelajaran a. Aspek kognitif dan aspek afek-
adalah sebuah mekanisme, yang olehnya tif berupa kegiatan pra-produksi
seseorang menjadi berfungsi sesuai kom- yang meliputi: proses mencari dan
petensinya dalam masyarakat. Yang ketiga, menemukan ide/gagasan, proses
pembelajaran menghasilkan berbagai rag- mengevaluasi ide, proses mem-
am perilaku manusia, berbagai ragam ka- buat desain acara, proses membuat
pabilitas manusia, yang mana untuk meng- tujuan acara, proses menentukan
hasilkan berbagai ragam di atas diperlukan target penonton/audiens, proses

17
Videografi sekarang ini telah menjadi interdisiplin ilmu, baik ilmu seni rupa dan desain, ilmu komunikasi, psikolo-
gi, sosiologi, dan lain-lain (Kiger, 1972)

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 200 10/30/2013 7:37:40 AM


Videografi sebagai Sarana Pembelajaran oscar jayanagara 201

menyusun format acara, proses me- b. Aspek psikomotor dan aspek afek-
nyusun strategi perlakuan acara, tif berupa kegiatan produksi, yaitu
proses menyusun metode produksi, proses pengambilan gambar ber
proses menyusun anggaran, proses gerak dengan menggunakan media
membuat sketsa cerita, proses men- elektronik.
desain produksi, proses menyusun c. Aspek kognitif dan aspek afektif
jadwal produksi, proses pencarian berupa kegiatan pasca produksi
pemain, proses menyiapkan fasili- yang meliputi: pendataan gam-
tas dan alat produksi yang dipakai, bar, mengambil dan memindahkan
proses melakukan penunjukkan gambar, melakukan transkrip su-
staf produksi, proses penulisan ara, mengedit suara dan gambar,
naskah, proses pengurusan ijin dan memberi transisi dan efek, memberi
hak cipta atau hak siar, proses per- efek suara dan efek gambar, meng-
encanaan pembuatan promosi dan gabungkan, dan mengatur kualitas
publisitas. produksi.

Tabel 2.Videografi sebagai sarana pembelajaran

Penerapan dalam
Domain Taksonomi Deskripsi Kegiatan
videografi

Kognitif Evaluasi Membuat konsep ber- Dapat memproduksi Menkonseptualisasi


dasarkan kriteria dan konsep ke dalam Mengevaluasi
parameter kelompok. tahap produksi video Merevisi
dan audio dengan Mempertimbangkan
Memahami proses kualitas hasil, proses, Mengkonsep ulang
evaluasi (Doable? or dan kinerja yang
worth doing?) terukur

Mempertimbangkan
kemungkinan konsep
lain

Afektif Pembentukan kara- Pelibatan diri dalam Menemukan karak- Mengikuti proses
kter team work / kelom- teristik nilai individu, Melakukan proses
(Characterization) pok, menemukan baik perorangan Membuktikan proses
nilai-nilai, dan men- maupun dalam kel- Memperlihatkan kerja
jadikan pola kerja ompok kerja Mempraktikkan kerja
Memadukan kerja
Mengerjakan proses
produksi (pra, Prod,
dan pasca) sesuai
dengan tenggat
waktu, baik peroran-
gan maupun dalam
kelompok kerja

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 201 10/30/2013 7:37:40 AM


202 Videografi sebagai Sarana Pembelajaran Vol I, 2013

Psikomotor Kreativitas Membuat inisiatif Melakukan inovasi Merancang konsep


baru baru terhadap proses Mengombinasikan
perancangan atau Menciptakan karya
Merancang sesuatu produksi Mendesain karya
yang baru Mengadaptasi proses
Mengubah pola pikir Mengatur produksi
Membuat inovasi dan konsep untuk Mengubah produksi
dan perkembangan menghasilkan bentuk Mengoptimalkan prod
terhadap konsep dan produksi yang baru Menginovasi produksi
proses sebelumnya
Mengembangkan
proses yang sama
terhadap ide atau
aplikasi pada jenis
produksi yang baru

Tabel 3. Ciri-ciri yang terlihat pada Videografi

Ciri yang terlihat pada hasil vid-


Unsur Audio Unsur Visual
eografi

Teknik Teknik Penguasaan materi dan teori vid-


(Audio recording, correctness, synchro- (Lighting, angle, framing, shooting, eografi (pencahayaan 3D, bentuk,
nization, audio compositing, editing) camera visualization) estetika, symbol): Praproduksi

Peran yang terlihat dari aspek kognitif Penerapan prinsip dan elemen audio
Peran yang terlihat dari aspek kognitif visual: produksi * Kesatuan (harmoni
dan keutuhan gambar)
*) Irama point of Interest
*) Balancing (Selective focus)
*) Proporsional (frame composition)
*) angle dan perspective
*) kesan 3D (Lighting & shadowing)
*) Cahaya dan bentuk (Light and
shape)

Ekspresi (audio style, characteristic, Ekspresi *) Gaya dan desain produksi


sound desain, sound track, scoring (Composition style, special effect, *) Perwujudan ekspresif dalam audio
music, sound effect) graphic design, tilting) visual (ekspresi wajah, gesture, karakter
(Fitness) pemeran, suasana)
*) Proporsional
Peran yang terlihat dari aspek afektif Peran yang terlihat dari aspek afektif

Kreativitas (sound effect creation, scor- Kreativitas *) kontekstual (sesuai aturan, memiliki
ing music creation, sound design) (light effect, camera effect, etc) tujuan yang jelas/purpose)
(Goodness) *) optimalisasi dan eksplorasi terhadap
konteks
Peran yang terlihat dari aspek motorik Peran yang terlihat dari aspek motorik *) original (inovatif, berbeda dengan
kategori pada umumnya)
*) wawasan (aplikasi kedalaman re-
search dalam proses perancangan)
*) keberanian (braveness to execute)

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 202 10/30/2013 7:37:40 AM


Videografi sebagai Sarana Pembelajaran oscar jayanagara 203

2. Teori Evaluasi Edukasi. Teori ini me tian, bahasa, pesan, dan pengalaman, serta
ngatakan evaluasi menghasilkan per- kebutuhan hidup manusia, mahasiswa di-
paduan dari tantangan-tantangan ima- harapkan dapat menemukan kebenaran
jinatif yang mana melihat pendidikan atau pengetahuan.
sebagai sebuah pengetahuan, dan pen- Kandungan kebenaran atau pengeta-
didikan sebagai sebuah usaha manusia huan dalam hasil karya videografi dapat
(Eisner, 1985). Dalam bukunya The Art penulis kategorisasikan menjadi dua yaitu
of Education Evaluation: A Personal View,
Struktur dan Makna. Struktur dalam sebuah
Eisner menjelaskan pentingnya evalu- karya lebih banyak berbicara mengenai au-
asi dalam proses pembelajaran untuk dio visual yang memunculkan persepsi,
mengukur tingkat konsep, represen- di mana dalam struktur tersebut terdapat
tasi, dan perkembangan aspek kognitif, elemen dan prinsipal dari seni rupa dan
afektif serta psikomotor dari individu desain, yaitu bentuk, warna, kesatuan,
pembelajar (Eisner, 1985). Bentuk akhir irama, komposisi, dan sistem. Permainan
videografi dalam pembelajaran maha- pengelompokan, kesatuan, dan sistem
siswa tersebut, yang berupa tayangan yang terdapat dalam struktur inilah yang
audio visual, tentunya harus diter- mendasari atau memunculkan persepsi
jemahkan penulis dalam sebuah pe- audiens terhadap tingkatan keterbacaan
nilaian yang outputnya berupa angka. (video = melihat dan mengerti), proporsi,
Proses yang didasarkan pada rumusan keseimbangan, point of interest, point of view,
penilaian ini bisa jadi didasarkan pada dan keindahan terhadap visual desain.
kriteria kualitas ketiga aspek (Kognitif,
Makna dalam sebuah visual desain adalah
Afektif, dan Psikomotor) dalam pro bagaimana keseluruhan struktur tersebut
ses kegiatan produksi (Pra produksi, berbicara kepada audiens. Ini merupakan
produksi, dan pasca produksi), bisa pesan yang terkandung dalam keseluruh
jadi didasarkan pada dampak atau an maupun pada masing-masing bagian
pengaruh (besar/kecil pengaruhnya, dari elemen seni rupa dan desain, yang
atau positif/ negatif pengaruhnya) ke- juga mampu berbicara melalui penataan
pada audiens, atau bisa jadi didasarkan dan sistem yang terbangun dalam desain
pada kriteria lainnya. videografi tersebut. Efektifitas pesan dan
jenis pesan yang terkandung di dalamnya
Dalam evaluasi videografi sebagai ditentukan oleh persamaan pengetahuan
karya audio visual, penulis membagi krite- (epistemologi) antara pembuat videografi
ria penilaian menjadi dua yaitu Pengujian dan audiens.
dan Pengukuran. Pengujian adalah esensi Kriteria penilaian yang kedua ada-
utama penulis untuk melihat apakah pem- lah pengukuran. Berdasarkan barometer
belajar (mahasiswa) dalam membuat vid- pengukuran, penulis menyatakan apakah
eografi menemukan atau memungkinkan sebuah karya videografi disebut layak atau
adanya pengetahuan. Lewat pengujian ini tidak layak memasuki kriteria penilaian,
dinilai apakah videografi mahasiswa ber- bukan berdasarkan baik atau buruk, bagus
bicara kepada audiensnya. Pengukuran atau jelek gambarnya. Ketika videografi
adalah alat ukur objektif penulis. Setelah tersebut lahir karena adanya kebutuhan,
menjalani proses atau tahapan produksi, yang menjadi barometer pengukuran bu-
lewat rasa ingin tahu, minat, kesaksian, in- kan baik atau buruk, bagus atau jelek, ka
gatan, pikiran, penalaran, logika, penger- rena baik dan buruk lebih mengutamakan

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 203 10/30/2013 7:37:40 AM


204 Videografi sebagai Sarana Pembelajaran Vol I, 2013

faktor estetik daripada fungsinya, namun memakai pendekatan ini biasanya learning
korelasi tingkat pemenuhan detail terhadap by doing. Mahasiswa atau tim mahasiswa
tujuanlah yang menjadi parameter detail terjun belajar langsung di lapangan.
penilaian sehingga kriteria pengukur Rasionalisme. Menurut Descartes, budi
an penulis menjadi tingkatan layak, atau atau rasiolah yang menjadi sumber dan
tidak layak Layak di sini berarti semakin pangkal segala pengertian dan budilah
mendekati purpose videografi dibuat, dan yang memegang pimpinan dalam segala
tidak layak berarti semakin menjauh pengertian. Itulah sebabnya aliran ini di
dari yang diminta (Audienss Demand) atau sebut rasionalisme (Poedjawijatna, 1970:
menjauhi tujuan videografi dibuat (Videos 237). Kedaulatan rasio diakui sepenuhnya
Purpose/Objective). Dalam membuat barom- bahkan dilebih-lebihkan oleh Descartes
eter pengukuran ini penulis merujuk pada dengan mengabaikan nilai pengetahuan
Taksonomi Bloom (Bloom, 1956). indra, yang menurut dia kerap kali menye-
Dalam proses pembelajaran di kelas satkan manusia. Secara terminologi rasio
videografi, mahasiswa sering mengguna- nalisme berasal dari bahasa Inggris ratio-
kan pendekatan-pendekatan di bawah ini nalism. Kata ini berakar dari bahasa Latin
ketika meneliti permasalahan yang ingin ratio yang berarti akal (Lacey, 1996).
diangkatnya, atau ketika mengonstruksi- Lacey menambahkan bahwa berdasarkan
kan sebuah realita ke dalam videografi: akar katanya, rasionalisme adalah sebuah
Empirisme. Empirisme adalah suatu pandangan yang berpegangan bahwa akal
cara/metode dalam filsafat yang mendasar- merupakan sumber bagi pengetahuan
kan cara memperoleh pengetahuan de dan pembenaran. Sementara itu, aliran
ngan melalui pengalaman (Locke, 1690). ini dipandang sebagai aliran yang ber-
Kata empirisme berasal dari bahasa Yunani pegang pada prinsip bahwa akal harus
emperia yang berarti pengalaman. Jadi em- diberi peranan utama dalam penjelasan.
pirisme merupakan sebuah paham yang Ia menekankan akal budi (rasio) sebagai
menganggap bahwa pengalaman adalah sumber utama pengetahuan, mendahu-
sumber pengetahuan. Empirisme juga be- lui atau unggul atas, dan bebas (terlepas)
rarti sebuah paham yang menganggap dari pengamatan inderawi. Rasionalisme
bahwa pengalaman manusia didapat dari berpendirian bahwa sumber pengetahuan
pengalaman-pengalaman yang nyata dan terletak pada akal. Bukan karena rasio
faktual. Pengalaman yang nyata tersebut nalisme mengingkari nilai pengalaman,
didapatkan dari tangkapan pancaindra ma- melainkan pengalaman paling-paling di-
nusia sehingga pengetahuan yang didapat pandang sebagai sejenis perangsang bagi
melalui pengalaman merupakan sebuah pikiran. Para penganut rasionalisme yakin
kumpulan fakta-fakta. Doktrin empirisme bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di
tersebut adalah lawan dari rasionalisme. dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri
Empirisme berpendapat bahwa pengeta- atau suatu barang. Jika kebenaran mengan
huan tentang kebenaran yang sempurna dung makna mempunyai ide yang sesuai
tidak diperoleh melalui akal, melainkan dengan atau menunjuk kepada kenyataan,
diperoleh atau bersumber dari panca in- maka kebenaran hanya dapat ada di dalam
dera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, pikiran kita dan hanya dapat diperoleh
kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebe- dengan akal budi saja (Tafsir, 2006: 129).
naran adalah sesuatu yang sesuai dengan Mahasiswa yang menggunakan pendekat
pengalaman manusia. Mahasiswa yang an ini harus kuat di fase pra-produksinya,

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 204 10/30/2013 7:37:40 AM


Videografi sebagai Sarana Pembelajaran oscar jayanagara 205

karena banyak menggunakan data yang bentuk pengalaman di samping pengalam


akurat. Penulis menganjurkan kepada ma- an yang dihayati oleh indera. Dengan de-
hasiswa yang memakai pendekatan ini un- mikian data yang dihasilkannya dapat mer-
tuk mencari referensi-referensi tepercaya upakan bahan tambahan bagi pengetahuan
sebagai dasar tema yang mau dikonstruk- di samping pengetahuan yang dihasilkan
sikan ke dalam videografi. oleh penginderaan. Penganut intusionis
Fenomenalisme. Fenomenologi atau feno me tidak mengingkari nilai pengalaman
menalisme adalah aliran atau faham yang inderawi yang biasa dan pengetahuan
menganggap bahwa gejala adalah sumber yang disimpulkan darinya. Intuisionisme
pengetahuan dan kebenaran (Sudarsono, setidak-tidaknya dalam beberapa bentuk---
1993). Fenomenalisme bergerak di bidang hanya mengatakan bahwa pengetahuan
yang pasti. Hal yang menampakkan diri yang lengkap diperoleh melalui intuisi, se-
nya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang bagai lawan dari pengetahuan yang nisbi,
evidensi yang langsung. Barang sesuatu se- yang meliputi sebagian saja yang diberikan
bagaimana terdapat dalam dirinya sendiri oleh analisis. Ada yang berpendirian bahwa
merangsang alat inderawi kita dan dite apa yang diberikan oleh indera hanyalah
rima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk
apa yang menampak belaka, sebagai lawan
pengalaman dan disusun secara sistematis
dari apa yang diberikan oleh intuisi, yaitu
dengan jalan penalaran. Karena itu kita
kenyataan. Mereka mengatakan, barang
tidak pernah mempunyai pengetahuan
sesuatu tidak pernah merupakan sesuatu
tentang barang sesuatu seperti keadaannya
seperti yang menampak kepada kita, dan
sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu
hanya intuisilah yang dapat menyingkap-
seperti yang menampak kepada kita, arti-
kan kepada kita keadaannya yang nyata
nya, pengetahuan tentang gejala atau phe-
(Mustansyir dan Munir, 2004). Mahasiswa
nomenon (Yunani: o) (Maksum,
2008). Melalui metodologi ini, peneliti ingin yang melakukan pendekatan ini biasanya
melihat apakah ada mahasiswa yang da- suka akan hal-hal yang bersifat pengeta-
lam proses penelitian/menciptakan karya huan metafisik.
videografinya itu, melihat atau mengamati Dialektis. Kata dialektis atau dialektika
gejala-gejala yang timbul atau yang ter- berasal dari kata Yunani dialegesthai yang
jadi di masyarakat. Dari pengamatan ter- berarti komunikasi dua arah. Istilah ini
hadap subyek tersebut, tahap selanjutnya telah ada sejak masa Yunani kuno ketika
tim mahasiswa akan mengkonstruksikan filsuf Herakleitos (535 475 SM) mengata-
pengamatannya dalam tahapan-tahapan kan panta rhei kai uden menei yang berarti,
produksi videografi. semuanya mengalir dan tidak ada se
Intuisionisme. Menurut Bergson ([1896] suatupun yang tinggal tetap. Hal ini men-
2004), intuisi adalah suatu sarana untuk egaskan karakter pemahaman manusia se-
mengetahui secara langsung dan seketika. bagai sesuatu yang dialektis (Poedjawijatna,
Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh 2005). Kemudian Hegel menyempurnakan
dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat konsep dialektika dan menyederhanakan-
menggantikan hasil pengenalan secara nya dengan memaknai dialektika ke dalam
langsung dari pengetahuan intuitif. Salah trilogi tesis, anti-tesis dan sintesis (Suseno,
satu di antara unsur-unsur yang berharga 1999). Menurut Hegel tidak ada satu kebe-
dalam intuisionisme Bergson ialah bahwa naran yang absolut karena berlaku hukum
paham ini memungkinkan adanya suatu dialektik. Yang absolut hanyalah semangat

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 205 10/30/2013 7:37:41 AM


206 Videografi sebagai Sarana Pembelajaran Vol I, 2013

revolusionernya (perubahan/pertentangan puasan atau ketidaksenangan melihat karya


atas tesis oleh anti-tesis menjadi sintesis). orang lain atau pendapat yang sudah ada.
Pengandaian dasar dialektika Hegel ada-
Dari ketidaksukaan tadi, mahasiswa lalu
lah relasionalisme internal, yakni pengertian melakukan penelitian untuk membuat kar
bahwa keseluruhan kenyataan, dipahami ya kebalikan atau karya parodinya. Karya
sebagai manifestasi-diri roh, senantiasa ter- akhir videografinya biasanya berupa film
hubung satu sama lain dalam jejalin yang parodi, dokumenter kritis, dan sebagai
tak putus. Secara logis, teks A hanya bisa
nya.
dimengerti sejauh ada juga teks non-A yang
darinya A ditentukan sifatnya. Secara ontol- Etnografi. Etnografi merupakan pen
ogis, Ada dapat dimengerti sejauh ia koek- dekatan empiris dan teoritis yang bertu-
sis dengan Ketiadaan: Ketiadaan internal juan mendapatkan deskripsi dan analisis
dalam definisi Ada dan Ada internal dalam mendalam tentang kebudayaan atau ke-
definisi Ketiadaan. Relasionalisme internal biasaan-kebiasaan berdasarkan penelitian
segala hal-ihwal inilah yang memungkin
lapangan (fieldwork) yang intensif. Menu-
kan terwujudnya determinasi resiprokal
antar elemen dari realitas. Dengan berlan- rut Geertz dalam The Interpretation of Cul-
daskan pengertian Spinoza bahwa omnis tures (1973), tugas seorang etnograf adalah
determinatio est negatio (semua determinasi membuat suatu gambaran tebal dan men-
adalah negasi), bagi Hegel, relasi determi- dalam (thick descriptions) mengenai keja-
nasi resiprokal ini adalah pula relasi negasi makan struktur-struktur konseptual yang
resiprokal: afirmasi (A), negasi (non-A) dan
kompleks, termasuk asumsi-asumsi yang
afirmasi pada tataran yang lebih tinggi atau
negasi atas negasi (non-non-A yang men- tak terucap dan taken-for-granted tentang
cakup intisari A dan non-A). Inilah yang bi- kehidupan sosial budaya masyarakat. Le-
asanya kita kenal sebagai dialektika antara wat pendekatan ini, penulis dituntut un-
tesis-antitesis-sintesis. Dialektika inilah tuk memaparkan asumsi, pandangan dan
yang dimengerti Hegel sebagai dinamika posisi-posisi mahasiswa yang akan diteliti.
internal dari realitas dan pikiran (Surya-
Dalam model penulisan etnografi, konsul-
jaya, 2010).
tasi dengan para subyek etnografi perlu
dilakukan agar etnografi bukan sekedar ek-
Mahasiswa yang memakai pendeka- spedisi pencarian fakta-fakta (Arifiannto,
tan ini, biasanya berangkat dari ketidak- tanpa tahun).

Bagan Videografi sebagai Teori dalam pembelajaran mahasiswa (pandangan objektif)

Sistem Pembelajaran Mahasiswa Videografi sebagai Teori

Gambar 2.

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 206 10/30/2013 7:37:41 AM


Videografi sebagai Sarana Pembelajaran oscar jayanagara 207

3. Teori Instruksional (Instructor Led). nyampaian informasi (Roblyer, 2006).


Gagn, seorang ahli perilaku kognitif Teori konstruktivisme di sisi yang lain
menyatakan bahwa perilaku dan prin- percaya bahwa pengetahuan dihasil-
sip-prinsip penyampaian informasi da- kan oleh pembelajar melalui aktivitas
pat diaplikasikan secara teknis untuk berdasarkan pengalaman (experienced-
pengarahan (instruction) dan pelati- based activities) daripada melalui in-
han (training) (Gagn, dkk., 2005). Ia struksi langsung pengajar. Dengan
percaya bahwa sebuah sistem instruk- kata lain, pembelajar sebagai pencipta
sional untuk membangun kemampuan kreatif pengetahuan, dapat belajar
intelektual harus dibangun secara ter- dengan cara mengobservasi, mereka-
struktur, linear, dan dalam tahapan- yasa, menginterpretasi, dunia sekeli
tahapan yang teratur. Penguasaan ke- ling mereka sebagaimana pembelajar
mampuan dasar yang baik merupakan merasakan pengalaman pembelajaran
prasyarat untuk meraih kemampuan mereka (Trollip dan Alessi, 2001). Para
yang lebih tinggi. Tugas pembelajaran penganut pandangan konstruktivisme
dapat diatur melalui: pengenalan stim- seperti Vlotsky dan Bruner menyata-
kan bahwa pembelajaran adalah proses
ulus, generalisasi respons, mengikuti
kolaboratif dalam interaksi sosial, se-
prosedur, mengaplikasikan terminolo-
hingga lewat interaksi sosial tersebut
gi, rekayasa, memformulasi konsep,
pembelajar mengalami pengalaman
menerapkan aturan, dan penyelesaian
pembelajaran (Driscoll, 2000). Bruner
masalah. Hasil pembelajaran dapat
menyatakan bahwa pembelajaran ada-
diidentifikasi sebagai: a) kemampuan
lah proses interaksi sosial untuk mene-
intelektual seperti kemampuan me-
mukan (discovery), di mana pembelaja-
mecahkan masalah sebagai pembela-
ran itu dipengaruhi oleh latar belakang
jaran yang lebih tinggi, mampu mem- dan pengalaman budaya seseorang (Sc-
bedakan obyek dan mengerti definisi hunk, 2004).
konsep, b) strategi kognitif, c) informasi 5. Teori Elaborasi (Instructor & Learner
verbal atau kemampuan mengingat, d) Centered). Tujuan dan pengembangan
kemampuan motorik, dan e) sikap. teori elaborasi memastikan bahwa
4. Teori Konstruktivisional (Learner-Cen- proses pembelajaran adalah untuk
tered). Teori ini merupakan perpaduan memotivasi dan memberi pengertian
dari dua pendekatan atau kepercayaan. penuh. Pembelajar memiliki pilihan
Pendekatan pertama menyatakan bah- dari keputusan pembuatan tahapan-
wa pengetahuan manusia dibangun tahapan selama proses pembelajaran
dari hasil pengaturan atau pengelolaan tersebut (Reigeluth, 1999a). Teori elab-
yang alamiah. Pendekatan kedua me- orasi menyatakan bahwa strukturisasi
nyatakan bahwa objektivitas dibangun ide selama proses penyusunan dan pe-
di atas dasar sejumlah asumsi bahwa nyatuannya dapat dibagi ke dalam tiga
pengetahuan hadir terpisah di luar presentasi: a) elaborasi konsep (what
persepsi-persepsi manusia dan harus is), b) elaborasi teoritis (how and why it
dikomunikasikan melalui metode in- works), dan 3) penyederhanaan (how it
struksional langsung berdasarkan pe- works) (Beissner dkk, 1993; Reigeluth,
rilaku, perilaku-kognitif, dan teori pe- 1999b; Roblyer, 2006).

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 207 10/30/2013 7:37:41 AM


208 Videografi sebagai Sarana Pembelajaran Vol I, 2013

Perhatikan bagan di bawah ini untuk lebih jelasnya.

Bagaimana mahasiswa mendapatkan Ilmu Pengetahuan ketika mengkonstruksikan videografi


(sebagai ekspresi) dalam pembelajarannya (pandangan subjektif)

Metodologi yang
kemungkinan digunakan
mahasiswa Penilaian dari dosen

Penilaian dari dosen

Gambar 3

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 208 10/30/2013 7:37:41 AM


Videografi sebagai Sarana Pembelajaran oscar jayanagara 209

Penutup Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of Educational


Objectives: The Classification of Educa-
Videografi sebagai sarana pembelajaran
tional Goals. New York, USA: Longman
sangat efektif diterapkan pada sistem pen-
Publishers.
didikan di tingkat apapun. Jalan Sesama
Borzekowski, D. L. dan Henry, H. K.(2011).
dan Sesame Street telah menjadi bukti nyata
The Impact of Jalan Sesama on The
bagaimana videografi mampu meraih tar-
Educational and Healthy Development
get audiensnya secara signifikan. Anak-
of Indonesian Preschool Children: An
anak dan orang tua yang merupakan target
Experimental Study dalam Interna-
utama dari program ini merasakan manfaat
tional Journal of Behavioral Development,
dari ide dan inspirasi si pembuat videografi
Maret 2011, vol. 35 (2), hlm. 169-179
tersebut. Orang tua merasa terbantu da-
Brandt, A. M. (2007). The Rise, Fall, and
lam mengenalkan dan mengajarkan anak-
Deadly Persistence of the Product that De-
anaknya tentang angka, huruf, warna, ben-
fined America. Boston, USA: Harvard
tuk, flora, fauna, dan budaya global.
Publishers.
Penulis sebagai seorang pelaku indus-
Davis, M. (2008). Street Gang: The Complete
tri multimedia dan pendidik menemukan
History of Sesame Street. New York, USA:
betapa efektifnya penggunaan karya vid- Viking Penguin.
eografi dalam bentuk audio visual ini se- Driscoll, M. (2000). Psychology of Learning
bagai sarana pembelajaran mahasiswa di for Instruction (2nd ed.). Boston, USA:
kelas. Videografi sebagai teori akan mem- Allyn & Bacon.
berikan ilmu baru kepada mahasiswa Eisner, E. W. (1985). The Art of Educational
dalam mengkonstruksi sebuah ide atau Evaluation: A Personal View. London
realita. Konsekuensinya, mahasiswa seba- (UK): Falmer Press.
gai subyek pembelajar dapat menemukan Finch, C. (1993). Jim Henson: The Work: The
suatu kebenaran ketika mengkonstruksi Art, The Magic, The Imagination. New
sebuah ide atau realita dalam wujud vi York, USA: Random House.
deografi. Gagn, R. M. (1965). The conditions of learn-
ing and theory of instruction (1st ed.). New
York, NY: Holt, Rinehart & Winston
Daftar Pustaka
_____. (1985). The conditions of learning and
Arifiannto, S. (tanpa tahun). Konstruksi theory of instruction (4th ed.). New York,
Teori-teori dalam Perspektif Kajian NY: Holt, Rinehart & Winston
Budaya dan Media yang bisa di- _____., Walter W. Wager, Katharine Golas,
akses di http://balitbang.kominfo.go.id/ dan John M. Keller. (2005). Principles of
balitb ang/aptika-ikp/files/2013/02/ Instructional Design (5th ed.). California,
KONTRUKSI-TEORI-TEORI-DALAM- USA: Wadsworth/ Thompson Learn-
P E R S P E K T I F - K A J I A N - B U D AYA - ing.
DAN-MEDIA-.pdf Geertz, Clifford. (1973). The Interpretation of
Beissner, D. J., dkk. (1993). Structural Knowl- Cultures. NY, USA: Basic Books.
edge: Techniques for Representing, Convey- Gikow, L. A. (2009). Sesame Street: A Celebra-
ing, and Acquiring Structural knowledge. tion Forty Years of Life on the Street. New
New Jersey, USA: Lawrence Erlbaum York, USA: Black Dog & Leventhal.
Associates. Greg, James.(2011). Jalan Sesama adalah
Bergson, H. ([1896] 2004). Matter and Memo- Sesame Street Versi Indonesia, dalam
ry. London, UK: Forgotten Books. Kompas, 9 September 2011.

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 209 10/30/2013 7:37:41 AM


210 Videografi sebagai Sarana Pembelajaran Vol I, 2013

_____. Jalan Sesama is the Indonesian ver- _____. (2005). Pembimbing Ke Arah Alam Fil-
sion of Sesame Street dalam The Jakarta safat (4th ed.). Jakarta: Rineke Cipta.
Post 24 Maret 2006. Reardon, N. (2006). On Camera, How To Re-
Indra. (2011). Penghargaan buat Pencetus port, Anchor & Interview. Burlington,
Jalan Sesama dalam Kompas, 12 Juni USA, MA: Focal Press.
2011, diakses hari Selasa, 23 Juli 2013, Reigeluth, C.M. (1999a). What is instruc-
jam 13.58 WIB. tional-design theory and how is it
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Na- changing? dalam C.M. Reigeluth (Ed.).
sional. (2007). Kamus Besar Bahasa Indo- Instructional-Design Theories and Models:
nesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pus- A New Paradigm of Instructional Theory.
taka. (Volume II). Hillsdale, NJ: Lawrence Erl-
Kiger, B. (1972). VideographyWhat Does baum Assoc., hlm. 5 - 29.
It All Mean? dalam American Cinema- _____. (1999b). The Elaboration Theory:
tographer, 10. Guidance for Scope and Sequence De-
Lacey, A. (1996). A Dictionary of Philosophy cisions, dalam C.M. Reigeluth (Ed.),
(3rd ed.). London, UK: Routledge. Instructional-Design Theories and Models:
Locke, J. (1690). An Essay Concerning Hu- A New Paradigm of Instructional Theory.
man Understanding. Oxford, UK, Christ
(Volume II). Hillsdale, NJ: Lawrence Erl-
Church: Oxford University.
baum Assoc., hlm. 425 - 454.
_____. (1689). Two Treatises of Government.
Roblyer, M. (2006). Integrating Educational
Oxford, UK, Christ Church: Oxford
Technology into Teaching (4th ed.). New
University.
Jersey, USA: Pearson Prentice Hall.
Maksum, A. (2008). Pengantar Filsafat dari
Schunk, D. H. (2004). Learning Theories: An
Masa Klasik hingga Postmodernisme. Yo-
Educational Perspective (4th ed.). New
gyakarta: Ar-Pcazz Media.
Jersey, USA: Merril & Prentice Hall.
Margolis, E.dan Pauwels, L. (2011). The Sage
Handbook of Visual Methods. California, Sudarsono. (1993). Ilmu Filsafat Suatu Pen-
USA, Thousand Oaks: SAGE. gantar. Jakarta: Rineka Cipta.
McKernan, B. (1996). The Age of Videography. Suryajaya, Martin. (2010). Berpikir dengan
California, USA: Miller Freeman Pub- Pendekatan Materialisme Dialektis dan
lishing. Historis dalam http://problemfilsafat.
Millerson, Gerald dan Owens, Jim. (2008). wordpress.com/2010/10/26/berpikir-
Video Production Handbook, Fourth Ed., dengan-pendekatan-materialisme-di-
MA, USA: Focal Press. alektis-dan-historis/
Moynihan, Jason. (2007). Indonesia: Ses- Suseno, F. M. (1999). Pemikiran Karl Marx:
ame Streets Coming to Town! dalam Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Re-
The Jakarta Post, 13 Januari 2007. visionisme. Jakarta: Gramedia Pustaka
Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir. (2004). Utama.
Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pela- Tafsir, A. (2006). Filsafat Umum: Akal dan
jar. Hati sejak Thales sampai Capra. Yogya-
Njoto. (1962). Marxisme: Ilmu dan Amalnya karta: Rosda.
(paparan populer). Jakarta: Harian Rajat. Trollip, S. R. dan Alessi, S. M. (2001). Mul-
Poedjawijatna. (1970). Pembimbing ke Arah timedia for Learning: Methods and Devel-
Alam Filsafat (1st ed.). Jakarta: Pustaka opment (3rd ed.). Boston, USA: Allyn &
Sarjana. Bacon.

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 210 10/30/2013 7:37:41 AM


Videografi sebagai Sarana Pembelajaran oscar jayanagara 211

Truglio, R. T. dan Fisch, S. F. (2001). G is index_O.html (n.d.), diakses hari Selasa,


for Growing: Thirty Years of Research on 23 Juli 2013, jam 12.35 WIB.
Children and Sesame Street. New Jersey, http://www.dcamediasolutions.com/videocon-
USA: Lawrence Erlbaum . versions/web-world-broadcasting-system.
Zettl, H. (2009). Television Production Hand- pdf. (n.d.), diakses hari Senin, 22 Juli
book (10 ed). California, USA: Wads-
th
2013, jam 13.50 WIB.
worth Cengage Learning. http://topics.cnn.com/topics/information_tech-
http://uit.co.nz/news/bbc-technology (n.d.). nology (n.d.). Retrieved from cnn.com,
Retrieved from bbc-technology, diakses diakses hari Selasa, 23 Juli 2013, jam
hari Selasa, 23 Juli 2013, jam 12.30 WIB 13.55 WIB.
http://www.esa.int/esaTE/SEM1HGKTYRF_

08-OSCAR JAYANAGARA.indd 211 10/30/2013 7:37:41 AM


Jurnal Ultima Humaniora, September 2013, hal 103-108 Vol. I, Nomor 2
ISSN 2302-5719

Does Education Empower the Indonesian Women?

ARIF ROHMAN
PhD Student in Social Work

School of Humanities and Social Sciences, Charles Sturt University


Locked Bag 678, Wagga Wagga, NSW, 2678, Australia
Telepon: +61 2 693 32552
Surel: arohman@csu.edu.au

Diterima: 28 Agustus 2013


Disetujui: 11 September 2013

ABSTRAK

Gelombang feminisme II pada tahun 1960-an memengaruhi aktivis gender dalam meningkatkan
kampanye mereka melawan budaya patriarki di hamper semua bidang. Kampanye ini bertujuan
untuk mencapai pemenuhan hak-hak perempuan dalam aspek hukum, politik dan sosial. Dalam
konteks ini, mereka melihat pendidikan sebagai kendaraan untuk memberdayakan perempuan di
masyarakat. Menggunakan budaya Jawa sebagai kasus, artikel ini akan mendiskusikan apakah
pendidikan memiliki dampak terhadap pemberdayaan perempuan dan mengidentifikasi faktor-fak-
tor yang menghambat pendidikan dalam pemberdayaan perempuan di Indonesia. Dari hasil anali-
sis, terlihat bahwa perempuan yang berpendidikan masih menemui kendala dalam berpartisipasi
di bidang ekonomi, politik dan sosial.

Keywords: pendidikan, perempuan, budaya Jawa, gender

Introduction will examine whether education has much


The aims of liberal feminism are to achieve impact on it or not, and to identify factors
the equality of legal, political and social which might prevent education from em-
rights for women. Liberal feminists believe powering women in Indonesia. From my
that womens movements should put wom- observation, it seems that education has
en equally into all public institutions and only a small effect in enhancing women
to extend the production of knowledge so participation.
that womens issues could not be ignored
(Humm, 1992: 181).
Women in Javanese Culture
Based on this idea, they view educa-
tion as a vehicle to empower women in In discussion about women and education
societies. However, some scholars doubt in Indonesia we need to consider the Java-
that education could automatically guar- nese culture. This is because it has a strong
antee womens empowerment. This article patriarchal culture and it also has the high-

09-ARIF ROHMAN.indd 212 10/30/2013 7:38:06 AM


Does Education Empower the Indonesian Women? arif rohman 213

est number of illiterate women. For exam- should not go to school because it would
ple, in East Java 14.41% women are illiter-
violate her kodrat (nature) as wives, moth-
ate, following by Central java (12.07%) and
ers and daughters (Pakpahan, 1996: 10). As
Yogyakarta (11.81%). From this number, a result, Javanese culture pushes women
most illiterate women live in rural areas into a marginal position viz., a good moth-
er who looks after the family sincerely (Dja-
(65.48%) (Central Bureau Statistics, 2011).
The high percentage of illiterate women injadiningrat-Niewenhuis, 1992: 43-44.). As a
Java is caused by some beliefs which stillconsequence, she has a limited access (very
exist in Java nowadays. Javanese people little) to education because most parents in
believe that God created women to do spe- rural Java do not conceive education as the
social investment.
cific roles which are macak, masak, manak
(dress up, cooking, and delivering babies). Moreover, LeVine believes that women
From a Javanese cultural perspective, a
find more difficulties to access education
when they come from poor families, their
woman has to be attractive for her husband,
homes are far from schools and their com-
be able to cook her husbands favorite foods,
and delivering babies for her husband munities have a strong patriarchal culture.
(Kuntjara, 1997: 78.). Some people in JavaAdditionally, she mentions that girls have
also still consider women as kanca wing- to drop out from school because the early
king which means a partner who has to marriages arranged by parents; or because
follow her husband. Swarga nunut neraka the financial issues (LeVine, 2006: 21-41).
katut (a woman has to follow her husband However, the Javanese cultural norms
which prevent women going to school are
either to heaven or to hell) (Kuntjara, 1997:
79). A good woman stays at home without challenged by Raden Ajeng Kartini (1879-
complaining. This is different from men as1904), the first Indonesian woman who
pencari nafkah (breadwinners) who have established emansipasiwanita (womens
authority and power in their households. emancipation) and taught the egalitarian
People in Java sometimes call women as spirit between men and women) in Jepara,
wanita which means wani ditata (will- Jawa Tengah, during the Dutch colonial
ing to be governed by men). Javanese men government era. In her books Habis Gelap
treat women as klangenan (entertain- Terbitlah Terang (After Darkness, Light
ment), kukila (a beautiful bird in a cage) or
Arises) which contains the collection of her
turangga (a mounted horse). Women seem letters to her friends in Holland, she said
to be treated as valuable goods and they are
that many Javanese women suffer for their
lack of education (Kuntjara, 1997: 79).
objects for men. The Ulema (Islamic lead-
ers) often cites a fatwa (a binding ruling Be inspired by Kartinis ideas, the wom-
in religious matter in Islam) which refers to
ens movement to promote education for
women as penggoda (tempters) for men. women issuccessful. This could be seen in
This belief shows how women in Java are the increasing number of women who en-
the subordinate of men. joyed education in Indonesia from 1971 to
1995. In 1971 the gap between the number
of men and women in accessing educa-
Women, Education and Access tion was very high, men were 43.1% while
The gender-biased perspectives about wo women were only 24.3%. However, this gap
men bar them to access education in Indo- was reduced dramatically in 1995 as the
nesia. Javanese people believe that women number of men who participated in educa-

09-ARIF ROHMAN.indd 213 10/30/2013 7:38:06 AM


214 Does Education Empower the Indonesian Women? Vol I, 2013

tion increased slightly to 59.7% whiles the argues that women are not ready to adjust
number of women dramatically increased with their new surroundings, nor are they
to 50.6% (Prasilowati, 2000: 42.). protected from various types of abuses in
workplaces, as well as the outside world,
so they often end up as unskilled laborers
Womens Participation in the Economical with low wages. By contrast, men have easy
Sector access into the managerial works and com-
The first general assumption about the im- panies often deny womans rights as work-
pact of education on women is that it im- ers. They also face the risk of unwanted
proves the womens participation in the pregnancy, which often implies the loss of
economical sector. Most people in Indo- their jobs or reducing compensation when
nesia believe that the higher education the they take the pregnancy leave. Even though
women have, the better opportunity they the law guarantees women a three-month
get to enter various jobs, increasing their maternity leave, some companies require
occupational mobility, earning better wages them to sign a contract which obliges that
and thereby contributing to their familys they would not be pregnant during their
expenses. Unfortunately, this assumption contract or otherwise they have to resign
might be unrealistic. Even though women (Prasilowati, 2000: 49.).
work, they are still powerless and face the Related to this Amano believes that the
gender-based discrimination in their work education in schools has been influenced by
place. a gender discrimination both in curriculum
Grijns describes that women who need and teaching methods. As a consequence,
to work outside in order to support their women who graduate from schools still
family, would end up with the low-income have no confidence to compete with men
jobs. Competition in the market labour is (Amano, 1997: 224-232).
very fiendish. Based on her study about Sadli argues that the economical struc-
tea-pickers in West Java (Jawa Barat), she tural policy position women into jobs which
discovers that the distribution of workers require some limited skills, such as a clerk
tasks is fully allocated based on gender. or other similar types of job. This implies a
Men occupy all management positions higher risk of being replaced by others and
(100%), while most women (61.68%) oc- being unemployed when the company re-
cupy the casual jobs, with no allowance duces its workers. Indeed, the Indonesian
or benefit. The women are paid based on government supports some labor organi-
the number of days they worked during zations which are dominated by men. This
the previous month but sometimes they reflects the womans minimal bargaining
are paid by the quantity of leaves they had powers in their work place (Sadli, 1995:
collected. Grijns also mentions that those 112).
women should also do all domestic work Moreover, Jayaweera believes that in
at home. For instance, they have to lend a the case of women from the same degree
hand in looking for fire woods and other of education, those from middle and up-
daily chores (Grijns, 1992: 106-108). per classes have more occupational mobil-
The educated Indonesian women who ity than poor women who are trapped by
work in industrial areas face similar prob- the ill-paid and low skill jobs. Additionally,
lems with those educated women who women and men with the same education-
work in an agricultural setting. Prasilowati al qualification reach a higher level in oc-

09-ARIF ROHMAN.indd 214 10/30/2013 7:38:06 AM


Does Education Empower the Indonesian Women? arif rohman 215

cupational status. Men have easier access Commission (20.8%) meanwhile those who
to a formal sector employment, manage- joined the masculine commission, such as
rial and technical jobs or entrepreneurship the Energy, Mineral Resources, Research
(Jayaweera, 1997: 411-424). Based on this and Technology, and Environment Com-
evidence, the education that women have, mission were only 3.9% (Parawansa, 2005:
did not guarantee a better participation in 87).
the economic sector due to the structure of The womans participation in the deci-
labour market policy and the gender-biased sion-making positions also seems to be low.
ideology in the work place. Parawansa indeed notes that in 2002 there
was no woman in the Governor (provin-
cial level) position in 2002, while women
Womans Participation in Political Areas in the Mayor/Regent (metropolitan district/
The second assumption related to the role regency level) positions were only 1.5%
of education in empowering women is that (Parawansa, 2005: 85).
education could support womans partici- In other words, regarding this she be-
pation in political areas. With her higher lieves that cultural context in Indonesia is
education, a woman could easily access still determined by the patriarch. The com-
the political parties and might influence mon perception that women active in polit-
the decision-making process. However, ical arenas are inappropriate to be active in
Parawansa conceives that the high educa- politics is caused by mens political interests
tional women do not change the womans to ease the latters efforts because it is only
political map in Indonesia. Participation of for men affects women less preferable to
women in politics in Indonesia began when struggle to become the members of parlia-
the first Kongres Perempuan Indonesia ment. Moreover, the selection of candidate
(Indonesian Womans Congress) held in selections are s by political parties in which
1928. This congress recommended women usually done by a small committee or some
to take a part in political arenas (Parawan- party leaders (most of them are men). Con-
sa, 2005: 82). sequently, it leads to diminish the number
In the 1955 public election, women ob- of women candidates. As a result, women
tained 6.3% of chairs in Indonesian Parlia- do not obtain some adequate receive sup-
ment. The increasing number of educated ports from political parties in order to par-
women in Indonesia implies the more in- ticipate in political activities (Parawansa,
tensive involvement of women in politics. 2005: 87).
Nevertheless, the female members of par-
liament were far below their involvement
in politics. This could be seen from the Womens Status in the Family
number of women in parliament in 2004 The last assumption about the benefit of
that was only 11.3%, in which still far away education for women is that it could im-
from 30% as Indonesian feminists expected prove the womens status in the family.
(Parawansa, 2005: 86). Ironically, the wom- This is because by their education, women
en in parliament in 2005 were concentrated could work outside their home so that they
in feminine commission such as the Re- have a greater access to income. As a con-
ligion, Social and Women Empowerment sequence, they would improve their status
Commission (31.1%) or the Education, and increase their bargaining power with-
Youth, Sports, Tourism, Arts and Culture in their family. However, Bilgi argues that

09-ARIF ROHMAN.indd 215 10/30/2013 7:38:06 AM


216 Does Education Empower the Indonesian Women? Vol I, 2013

education does not always guarantee that many obstacles to participate in the eco-
women could obtain a higher status in their nomical, political and social activities. In
family. This is because the common belief other words, education does not guarantee
in Indonesia that some married women that it could empower women. This is be-
should be subordinated by men. cause education is not designed to resist the
This leads to an expectational reality economic, cultural and social constraints
that women also should have a lower edu- that perpetuate poverty and the social
cation compared to men. In many Indone- stratifications differentiation or the social
sian villages, husbands who mostly gradu- construction of gender that reinforces the
ated from elementary schools do not allow gender inequality in the family, the labour
their wives to pursue a higher education. market and society as well. As a conse-
This is because they would feel inferior as quence, education implies a little impact in
their wives seem smarter than them. The empowering women. It is obviously clear
superiority of their wives would endanger that the factors, which prevent education
their authorities and positions before the in empowering women, are the structure of
eyes of their neighbours. This is supported
education and the content of education (ac-
by a common assumption that their wives
cess and process), the social structure, the
independence would break their dignity
economic structure and the family forms.
as the leaders of household in their family.
In addition, thegender-biased ideology-
As a consequence, women have only a little
implies a great impact to prevent the edu-
chance to improve their status in household
cated women in order to participate in the
(Bilgi, 1998: 93).
economical and political activities.
For those who have a better education,
they have to spend twice as much time and
energy for the family (doing the domestic References:
works) as well as their non-domestic works.
They have to finish all their jobs as wives Amano, M. (1997).Women in higher edu-
and as labours. This situation becomes cation. Higher Education, 34(2), pp.
worst when they received a tight authori- 215-235.
tarian control from their spouses, the do- Bilgi, M. (1998). Entering womens world
mestic violence, at home, the social expec- through mens eyes. In Gajit I. & Meera
tations of motherhood, and the dangerous K. Shah (Eds.). The Myth of Community:
community environment. Often for women Gender Issues in Participatory Develop-
who work outside home and do not have ment. London: Intermediate Technol-
children, are usually judged by their moth- ogy, pp. 93-99.
ers-in-law as the bad wives. Consequently, Central Bureau Statistics. (2011). So-
women often resign from their jobs and cial and Population. Central Bu-
prefer to be the good wives. This explains reau Statistics. Retrieved 22 June 2013,
why the higher educated women still face from http://www.bps.go.id/tab_sub/
some difficulties to improve their status in v i e w. p h p ? t a b e l = 1 & d a f t a r = 1 & i d _
their families. subyek=40&notab=16
Djajadiningrat-Niewenhuis, M. (1992). Ibu
ism and priyayization: Path to power?
Conclusion
In Elsbeth Locher-Scholten & Anke
This article has explores that in Indonesia, Niehof (eds.). Indonesian Women in Fo-
the educated Indonesian women still face cus. Leiden: KITLV Press, pp. 43-51.

09-ARIF ROHMAN.indd 216 10/30/2013 7:38:07 AM


Does Education Empower the Indonesian Women? arif rohman 217

Grijns, M. (1992). Tea-pickers in West Java tion of Javanese women, Asian Journal
as mothers and workers: Female work of Women Studies, 3(3), pp. 77-100.
and womens Job. In Elsbeth Locher- Locher-Scholten, E. (1992). Introduction.
Scholten & Anke Niehof (Eds.). Indo- In Elsbeth Locher-Scholten & Anke
nesian Women in Focus. Leiden: KITLV Niehof (Eds.). Indonesian Women in Fo-
Press, pp. 104-119. cus. Leiden: KITLV Press, pp. 1-11.
Hill, M.A. & King, E.M. (1993). Womens Pakpahan, D. (1996). Women and culture
education in developing countries: An in Indonesia: Images in religion, cus-
overview, In M. Anne Hill & Elizabeth tomary law in the state. Lila-Asia Pa-
M. King (Eds.) Womens Education in De- cific Women Studies Journal, 6, pp. 7-11.
veloping Countries: Barriers, Benefits, and Parawansa, K.I. (2005). Enhancing wom-
Policies. London: The Johns Hopkins ens political participation in Indone-
University Press, pp. 1-50. sia. In Julie Ballington & Azza Karam
Humm, M. (1992). Feminism. New York: (Eds.) Women in Parliament: Beyond
Harvester Wheatsheaf. Numbers. Stockholm: International
Joseph, M. (1997). Women, Participation, and IDEA, pp. 82-90.
Development Strategies. New Delhi: Kan- Prasilowati, S.L. (2000). An analysis of wom-
hiska Publisher. en education in Indonesia. Halifax: Saint
Karl, M. (1995). Women and Empowerment: Marys University.
Participation and Decision Making. Lon- Sadli, S. (1995). Indonesian girls and
don: Zed Books. young women amidst change. Cana-
Kuntjara, E. (1997). Challenging the tradi- dian Women Studies, 15, pp. 110-113.

09-ARIF ROHMAN.indd 217 10/30/2013 7:38:07 AM


Jurnal Ultima Humaniora, September 2013, hal 109-113 Vol. I, Nomor 2
ISSN 2302-5719

Resensi Buku
Ketika Pasar Mencampakkan Moral

ARIF SUSANTO

Tenaga pengajar di beberapa kampus di Jakarta. Penulis lepas di koran nasional,


majalah, dan jurnal ilmiah. Aktif di Indonesian Institute for Development and Democracy.
Surel: arif_with@yahoo.com

Diterima: 5 September 2013


Disetujui: 19 September 2013

Judul Buku : What Money Cant Buy (The Moral Limits of Markets)
Penulis : Michael J Sandel
Penerbit : Farrar, Straus and Giroux/ New York
Jumlah Halaman : viii+244
ISBN : 978-0-374-20303-0

Apakah kita menghendaki suatu masya tuk memperdebatkan secara publik batas
rakat yang di dalamnya segala sesuatu moral bagi pasar.
diperjual-belikan? Atau adakah nilai moral Menolak totalisasi nalar pasar yang me-
dan kepublikan yang tidak dipertimbang- nempatkan segalanya sebagai komoditas,
kan oleh pasar dan tak mungkin dibeli den- Sandel mengajukan keberatannya dengan
gan uang? Pertanyaan-pertanyaan tersebut memasukkan pertimbangan moral pada
menggema di sepanjang tulisan Michael J apa yang diperjual-belikan. Sesungguhnya,
Sandel dalam What Money Cant Buy bah- transaksi bukan semata persoalan maksi-
kan meruncingkan keyakinan Sandel un- misasi kemanfatan, melainkan pula mesti

010-ARIF SUSANTO.indd 218 10/30/2013 7:38:30 AM


Resensi Buku: Ketika Pasar Mencampakkan Moral arif susanto 219

menimbang segi keadilan dan kepatutan Keberatan kedua disebut corruption


moral. Hanya dengan begitu kita mampu argument, yang menegaskan situasi hina
menghindar dari suatu masyarakat pasar, sebagai dampak valuasi pasar dan pertu-
yang berupaya untuk menelan seluruh karan tertentu. Alasan pokok dalam argu-
relasi sosial dalam kemasan pasar. mentasi ini bukanlah persoalan keadilan
dan persetujuan, melainkan makna moral
*** yang terkandung pada apa yang diperjual-
belikan. Pertanyaan kritis yang dapat di
Dalam suatu aksi untuk memprotes ma- ajukan terhadap transaksi ginjal, misalnya,
halnya biaya pendidikan, enam orang adalah apa signifikansi moral keberadaan
membisu sambil memegang kertas bertu- manusia bagi kehidupan dan tidakkah
lis Saya mahasiswa Universitas Brawi- pasar organ tubuh hanya akan mendegra-
jaya Malang menjual ginjal untuk bia- dasi makna penting manusia.
ya kuliah (http://www.tempo.co/read/ Nalar pasar berfokus semata pada per-
news/2013/08/20/079505824/Bingung- tanyaan apakah suatu pertukaran mem-
Uang-Kuliah-Mahasiswa-Unibraw-Jual- bawa manfaat bagi kedua pihak, tanpa
Ginjal). Beruntung kesulitan tersebut dapat membuat kondisi siapa pun menjadi lebih
diatasi sehingga para mahasiswa tidak per- buruk. Hal ini berangkat dari pengandaian
lu kehilangan ginjal mereka untuk membi- bahwa nilai atau signifikansi moral sesuatu
ayai pendidikan mereka. yang dipertukarkan tidaklah relevan bagi
Haruskah ginjal diperjual-belikan? relasi dan aksi pasar. Tetapi, ketika kini
Sandel menunjukkan dua alasan keberatan pasar melingkupi ruang-ruang kehidupan
yang dapat diajukan terhadap kemungki- yang awalnya dipandu oleh norma-norma
nan transaksi semacam itu (h. 110). Perta- non-pasar, sulit untuk menerima bahwa
ma bahwa pasar organ tubuh cenderung pasar tidak memiliki dampak terhadap
menjadikan kalangan miskin sebagai kor- nilai moral pada hal-hal yang dipertukar-
ban, sebab pilihan untuk menjual organ kan.
tubuh mereka bukanlah sungguh-sungguh
pilihan sukarela. Kedua, pasar organ tu- ***
buh hanya merendahkan dan mengobjek-
tifasi manusia sebagai sekadar kumpulan Jika para ekonom ditanya tentang apa yang
organ tubuh. mereka lakukan, salah satu jawaban yang
Keberatan pertama disebut fairness ar- mungkin muncul yaitu bahwa tugas mere-
gument, yang menegaskan adanya peluang ka adalah untuk menjelaskan perilaku ma-
ketidakadilan manakala orang memper- nusia, namun bukan untuk menilai kepatu-
jual-belikan sesuatu dalam kondisi ketidak- tannya. Gary Becker, seorang ekonom dari
setaraan atau kemendesakan ekonomi. Pi- Universitas Chicago, berpendapat bahwa
lihan pasar bukanlah suatu pilihan bebas sebagai suatu pendekatan yang kompre-
jika sebagian orang terimpit kepapaan atau hensif, ilmu ekonomi dapat diterapkan un-
lemah sekali posisi tawar mereka. Di sini tuk menjelaskan perilaku manusia, yang
kita mesti mempertanyakan sejauh mana selalu bertindak untuk memaksimalkan
ketimpangan, yang menunjukkan latarbe- kesejahteraan mereka.
lakang kondisi masyarakat, mungkin me- Setiap perilaku manusia, demikian cara
mengaruhi derajat kesetimbangan dalam pikir tersebut, dapat dijelaskan melalui
suatu kesepakatan transaksional. pengandaian bahwa orang memutuskan

010-ARIF SUSANTO.indd 219 10/30/2013 7:38:30 AM


220 Resensi Buku: Ketika Pasar Mencampakkan Moral Vol I, 2013

apa yang harus dilakukan dengan menim- Ketika nalar pasar digunakan untuk
bang biaya dan manfaat; orang memilih se- menimbang komoditas seperti televisi,
suatu yang kiranya memberi kemanfaatan telepon pintar, atau mobil, barangkali kita
terbesar bagi mereka. Jika gagasan ini be- dapat menerima pengandaian bahwa nilai
nar, setiap aktivitas dipandu oleh hukum komoditas adalah semata persoalan prefer-
penawaran dan permintaan; dan itu berarti ensi konsumen. Namun ketika nalar pasar
bahwa segala sesuatu memiliki harga ma diterapkan pada hal-hal seperti pendidikan,
sing-masing. kesehatan, lingkungan hidup, atau bahkan
Mari menimbang salah satu kasus yang seks, kita sulit menerima pengandaian bah-
diajukan Sandel. Seorang pekerja yang wa segala preferensi sama patutnya secara
sibuk terburu memarkir kendaraannya di moral. Kenyataannya, satu hal memiliki
area parkir yang dikhususkan bagi para nilai kepatutan lebih tinggi dibandingkan
penyandang cacat, sementara dia bukan- hal lainnya.
lah penyandang cacat. Berhitung biaya, dia Dengan demikian, ketika nalar pasar
menimbang bahwa membayar denda un- bergerak melampaui domain komoditas
tuk kesalahan parkir adalah jauh lebih mu- (material goods), di situ pasti ada keterkaitan
rah ketimbang jika dia kehilangan banyak moral, kecuali jika kita menghendaki mak-
waktu karena harus menemukan tempat simisasi kemanfatan sosial sembari meng-
parkir yang tepat. abaikan kepatutan moral atas preferensi
Namun pertimbangan moral akan me- yang diambil.
lihat persoalan tersebut secara berbeda.
Menempatkan denda parkir sebagai se-
***
mata ongkos bisnis sesungguhnya menun-
jukkan kegagalan pekerja tersebut untuk
menghargai kebutuhan para penyandang
cacat dan kehendak komunitas untuk men-
gakomodasinya, dengan menyediakan area
parkir khusus bagi mereka. Ketika orang
menganggap denda sebagai sekadar biaya,
mereka mencampakkan norma yang ter-
kandung dalam aturan pengenaan denda
tersebut.
Sandel mengkritisi pandangan sebagian
ekonom yang berkeras memisahkan antara
ilmu ekonomi dan etika; antara nalar pasar
dan nalar moral (h. 88). Mereka berpenda-
pat bahwa moralitas merepresentasikan
bagaimana kita menghendaki dunia sehar- Michael J Sandel adalah Anne T and Robert
usnya berjalan, sementara ilmu ekonomi M Brass Professor of Government di Univer-
merepresentasikan bagaimana dunia se- sitas Harvard, tempat dia mengajar filsafat
nyatanya berjalan. Bagi Sandel, sebaliknya, politik sejak 1980. Kuliah Sandel tentang
semakin pasar memperluas jangkauannya keadilan telah diikuti oleh puluhan ribu
meliputi ruang-ruang kehidupan non- mahasiswa, yang membuatnya menjadi
ekonomi, sesungguhnya semakin menda- salah satu kelas dengan peserta terbanyak
lam keterkaitannya dengan urusan-urusan dalam sejarah Universitas Harvard. San-
moral. del juga menjadi dosen tamu di Sorbonne,

010-ARIF SUSANTO.indd 220 10/30/2013 7:38:30 AM


Resensi Buku: Ketika Pasar Mencampakkan Moral arif susanto 221

Paris, dan pernah menyampaikan ceramah What Money Cant Buy merupakan karya
tentang nilai-nilai kemanusiaan di Univer- yang diterbitkan pada 2012 dan memper-
sitas Oxford. Antara lain di bawah bim oleh sambutan luas. Sandel mengeksplor-
bingan Charles Taylor, Sandel memperoleh asi kerumitan dalam berbagai kasus konk-
gelar doktornya dari Universitas Oxford ret lewat argumentasi-argumentasi yang
pada 1981. dapat dicerna jelas. Hal ini mengingatkan
Karya-karyanya telah diterjemahkan pada gaya serupa yang ditunjukkannya
dalam sekitar dua puluh tiga bahasa di dalam Justice, karyanya terdahulu. John
dunia. Publikasi Liberalism and the Limits of Lanchester, dalam reviewnya di The Guard-
Justice (Cambridge, UK New York: Cam- ian 17 Mei 2012, menyebut ini sebagai suatu
bridge University Press) mengentak pada karya filosofis dengan kejelasan argumen-
1982, membuat karya ini banyak disebut tasi, lebih daripada sekadar membahas
sebagai kritik tajam dan mengena terhadap berbagai polemik, tentang dampak moral
salah satu tulisan paling berpengaruh pada yang dihasilkan pasar terhadap suatu per-
abad terakhir, A Theory of Justice oleh John tukaran.
Rawls. Pada 1996 dia menulis Democracys
Discontent: America in Search of a Public Phi- ***
losophy (Cambridge, Mass: Belknap Press of
Harvard University Press). Melalui What Money Cant Buy, Sandel
Public Philosophy: Essays on Morality in mengkhawatirkan bahwa pasar telah di
Politics (Cambridge, Mass: Harvard Univer- lepaskan keterkaitannya dengan moral,
sity Press) adalah karyanya yang lain dan dan terdapat kebutuhan untuk memper-
terbit pada 2005. Berbasiskan tulisan-tu- tautkan kembali keduanya. Apa yang dike-
lisannya untuk audiens yang lebih umum, hendaki Sandel dengan hal itu ialah suatu
karya ini merupakan tinjauan moral dan perdebatan tentang bagaimana memuli-
filosofis atas berbagai persoalan kontem- hkan kembali posisi pasar, dan untuk itu
porer, terutama yang mengundang perde- pertama-tama kita harus memikirkan batas
batan publik. Tidak mengherankan, dalam moral bagi pasar. Sederhananya, kita perlu
karya ini Sandel bergerak di antara komen- bertanya adakah hal-hal yang memang se-
tar politik dan filsafat politik. patutnya tidak dibeli dengan uang.
Pada 2007, Sandel menerbitkan The Case Manakala uang kini mampu membeli
Against Perfection: Ethics in the Age of Genet- banyak hal bukan hanya telepon pintar
ic Engineering (Cambridge, Mass: Belknap atau mobil, tetapi juga pengaruh politik,
Press of Harvard University Press). Tetapi, layanan kesehatan, maupun pendidikan
karyanya yang lebih popular adalah Justice: bermutu distribusi pendapatan juga se-
Whats the Right Thing to Do (New York: makin senjang. Ketika segalanya diperjual-
Farrar, Straus and Giroux) yang terbit pada belikan, kemakmuran menjadi hal menen-
2010. Pengaruh karya ini, terutama, yang tukan. Kini kita memiliki masalah bukan
membuat E J Dionne Jr.---seorang jurnalis hanya ketimpangan pendapatan, melaink-
kawakan, komentator politik dan penulis an pula komodifikasi segala hal yang mem-
buku Our Divided Political Heart: The Battle pertajam kesenjangan.
for the American Idea in an Age of Discontent Selain ketimpangan, masalah kedua
(2012)---memuji Sandel sebagai salah satu muncul karena penetapan harga atas ber
filsuf paling penting pada generasi seka- bagai hal baik di dunia ini hanya akan men-
rang. degradasi makna penting hal tersebut. Bagi

010-ARIF SUSANTO.indd 221 10/30/2013 7:38:30 AM


222 Resensi Buku: Ketika Pasar Mencampakkan Moral Vol I, 2013

Sandel, sesungguhnya pasar bukan hanya jual-belikan manusia hanya merendahkan


mengalokasikan berbagai hal, melainkan makna penting manusia bagi kehidupan.
bahwa pasar juga mengekspresikan dan Di tengah keringnya diskursus pub-
mengunjukkan ekspresi tertentu terhadap lik tentang moral dan melemahnya ener
apa yang dipertukarkan (h.9). gi kewargaan, Sandel mengajak kita men
Ketika kita menetapkan bahwa ada hal diskusikan batas-batas moral tentang
tertentu yang dapat diperjual-belikan, kita pasar. Diskusi tersebut diyakini membuat
memutuskan, setidaknya secara implisit, masyarakat mampu menegaskan pada ba-
bahwa kita dapat memperlakukan hal-hal tas mana pasar mesti mengabdi pada ke-
tersebut sebagai komoditas, yaitu instru- baikan publik. Lebih daripada itu, membi-
men untuk mendapatkan keuntungan arkan berbagai pandangan tentang hidup
dan kemanfaatan.Namun, sesungguhnya, yang baik dalam suatu perdebatan publik
tidak semua hal layak dinilai dengan cara kiranya juga akan menghidupkan politik,
itu. Manusia, misalnya, tidak patut secara yang selama ini cenderung menjauhi muat
moral untuk diperjual-belikan; memper- an moral dan spiritual.

010-ARIF SUSANTO.indd 222 10/30/2013 7:38:31 AM


PEDOMAN PENULISAN JURNAL ULTIMA HUMANIORA

1. Artikel berupa hasil penelitian, baik penelitian lapangan maupun kajian pustaka
atau yang setara dengan hasil penelitian, serta kajian konseptual di bidang rumpun
ilmu humaniora, yaitu: Teologi, Filsafat, Hukum, Sejarah, Filologi, Bahasa, Budaya &
Linguistik (Kajian bahasa), Kesusastraan, Kesenian, dan Psikologi.
2. Jurnal Ultima Humaniora memberikan perhatian dan porsi yang lebih khusus pada
artikel, hasil penelitian, serta kajian konseptual seputar Pancasila dan Kewarganega-
raan, Agama dan Religiositas, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris sebagai Bahasa As-
ing, Metode Belajar dan Mengajar yang efektif di Perguruan Tinggi, Kepemimpinan
dan Kewirausahaan.
3. Jurnal Ultima Humaniora terbit secara berkala, dua kali dalam setahun (Maret dan
September).
4. Artikel ditulis dengan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Bila artikel menggu-
nakan bahasa Indonesia abstraknya menggunakan bahasa Inggris, sedangkan bila
artikel menggunakan bahasa Inggris, abstraknya berbahasa Indonesia
5. Panjang abstrak 150-200 kata, spasi 1, jenis huruf Times New Roman 10pt, ditulis de
ngan huruf miring serta dilengkapi dengan tiga sampai lima kata kunci.
6. Untuk artikel hasil penelitian lapangan, abstrak harus memuat latar belakang dan
perumusan masalah,tujuan,metode,hasil atau kesimpulan penelitian
7. Panjang naskah antara 15-25 halaman, ukuran kertas Kwarto (A4), di luar bagan,
gambar/foto dan daftar rujukan atau daftar pustaka (referensi)
8. Pengetikan naskah menggunakan program Microsoft Word, spasi 1.5, jenis huruf
Times News Roman, 12pt. Marjin kanan-kiri, atas bawah 2.5 cm.
9. Gambar dan Tabel
a) Gambar yang akan ditampilkan dalam jurnal adalah gambar hitam-putih.
b) Bila menginginkan, penulis dapat menyertakan gambar berwarna, namun penu-
lis akan dikenai biaya tambahan untuk pencetakan gambar berwarna tersebut.
c) Gambar dan tabel diberi nomor sebagai berikut: Gambar 1, Gambar 2, dst. Tabel
1, Tabel 2, dst.
d) Gambar dan tabel yang substansinya sama, ditampilkan salah satu.
e) Tabel berbentuk pivot table.
10. Komposisi artikel hasil penelitian : (1) Judul dan sub-judul, (2) Nama Penulis (tan-
pa gelar), di bawah nama penulis dicantumkan nama institusi/afiliasi/alumni, (3)
abstrak, (4) kata kunci, (5) Pendahuluan (tanpa sub judul), (6) Tinjauan Pustaka/
Kerangka Teori , (7) Metodologi Penelitian, (8) Hasil dan Pembahasan (9) Simpulan
dan Saran, (10) Daftar Pustaka (hanya memuat kepustakaan yang dirujuk dalam ar-
tikel)
11. Komposisi artikel konseptual: (1) Judul dan sub-judul, (2) Nama Penulis (tanpa ge-
lar), (3) abstrak, (4) Kata kunci, (5) Pendahuluan (tanpa sub judul), (6) Sub judul- sub
judul sesuai kebutuhan, (7) Penutup, (8) Daftar Pustaka (hanya memuat kepustakaan
yang dirujuk dalam artikel).

011-pedoman.indd 223 10/30/2013 7:38:56 AM


12. Ucapan terima kasih: Penulis dapat menuliskan ucapan terima kasih kepada indi-
vidu, lembaga pemberi dana penelitian, dan sebagainya. Ucapan terima kasih ditu-
liskan sebelum Daftar Pustaka.
13. Penulisan sitasi dibuat dengan catatan perut (in-text references, APA style) yang me-
muat nama belakang pengarang,tahun penulisan, dan halaman penulisan.
Contoh:
Satu penulis : (Siapera,2010:49)
Dua penulis : (Kanpol dan McLaren, 1995:118)
Lebih dari dua penulis : (Lister,dkk,2009:239)

14. Penulisan dalam Daftar Pustaka dapat dilakukan sebagai berikut:

Sumber buku:
Kearney, R. (1999). Poetics of Modernity: Toward a Hermeneutic Imagination. New York:
Humanity Books.
Killen, M. dan Smetana, J. G. (Tim Editor). (2006). Handbook of Moral Development.
Mahwah, New Jersey (USA) dan London (UK): Lawrence Erlbaum Associates,
Inc.
Semi, G., Colombo, E., Camozzi, I. & Frisina, A. (2009). Practices of Difference:
Analysing Multiculturalism in Everyday Life. Dalam Amanda Wise dan Selvaraj
Velayutham. (Tim Editor). Everyday Multiculturalism (hlm. 66 84). Hampshire
RG21 6XS (UK) dan New York (USA): Palgrave Macmillan.

Sumber jurnal:
Mancini, S. (2009). Imaginaries of Cultural Diversity and the Permanence of the Reli-
gious. Diogenes 56 (4), 3 16.

Sumber prosiding seminar:


Akbar, A. 2012. Adam, Atlantis, dan Piramida di Indonesia: Antara Fakta Arkeologi
dan Gegar Jati Diri. Artikel dipresentasikan dalam Konferensi Internasional Kajian
Indonesia (ICSSIS) ke-4 yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia di Bali, 9 10 Februari. Dimuat dalam Prosiding The 4th Interna-
tional Conference on Indonesian Studies (hlm. 96 107). ISSN 2087-0019.

Sumber internet:
Harrington, A. M. (2010). Problematizing the Hybrid Classroom for ESL/EFL Stu-
dents. TESL-EJ, The Electronic Journal for English as a Second Language, Desember 2010,
Volume 14 (3). Bisa diakses di http://www.tesl-ej.org/wordpress/issues/volume14/
ej55/ej55a3/

Sumber disertasi/tesis:
Sayles-Hannon, S. (2008). In search of multiculturalism: Uprooting whiteness in curricu-
lum design and pedagogical strategies. Texas Womans University. ProQuest Disserta-
tions dan Theses, n/a. Diakses dari http://search.proquest.com/docview/304326219?a
ccountid=17242

011-pedoman.indd 224 10/30/2013 7:38:56 AM


15. Setiap naskah diserahkan dalam bentuk hard copy atau soft copy, dengan format .rtf
atau .doc/.docx. Naskah dapat dikirimkan melalui pos surat biasa atau lewat surel
(e-mail).
16. Hard copy artikel (dalam format RTF/doc/docx) bisa dikirimkan paling lambat satu
bulan sebelum periode penerbitan kepada :

Redaksi Jurnal Ultima Humaniora


Gedung Rektorat Lantai 2
UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA (UMN)
Jalan Boulevard Gading Serpong, Desa Curug Sangereng,
Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten 15333
Telp + 6221 5422 0808 ext. 2510

Atau format soft copy bisa dikirimkan lewat surel ke:


Redaktur Pelaksana Jurnal Ultima Humaniora, Hendar Putranto, dengan alamat
surel: hendar2001@yahoo.com sertakan juga carbon copy ke alamat surel kantor, hen-
dar2007@umn.ac.id
17. Redaksi berhak memperbaiki gramatika (mistyping, misspelling, inaccuracy) penu-
lisan naskah tanpa mengubah isi naskah tersebut. Semua pandangan, pendapat atau
pernyataan (klaim) yang terdapat dalam naskah merupakan tanggungjawab penulis.
Naskah yang tidak dimuat pada edisi Mei dapat dipertimbangkan untuk dimuat pada
edisi November tahun yang sama (atau yang tidak dimuat di edisi November dapat
dipertimbangkan untuk dimuat pada edisi Mei tahun berikutnya), dengan catatan
bahwa penulis akan merevisi naskah tersebut sesuai saran dan rekomendasi Redaksi.
Naskah yang tidak memenuhi ketentuan dan kebijakan Redaksi akan dikembalikan
dengan catatan, lewat surel.
18. Penulis yang naskahnya diterima dan dipublikasikan dalam jurnal akan menda-
patkan honorarium, setelah dipotong pajak 2.5% (dengan NPWP) atau 3% (tanpa
NPWP). Honorarium akan ditransfer ke rekening dengan nama penulis (tidak boleh
diwakilkan) paling lambat dua minggu setelah jurnal naik cetak dan siap didistri-
busikan.

011-pedoman.indd 225 10/30/2013 7:38:56 AM


011-pedoman.indd 226 10/30/2013 7:38:56 AM

Anda mungkin juga menyukai