Dasar-Dasar Radioterapi PDF
Dasar-Dasar Radioterapi PDF
Penyaji
Dr. Irwan Kreshnamurti
Dr. Radumuli Ginting
Dr. Farah Dina
Pembimbing
Dr. H. Jasril Jahidin, Sp.Rad.Onk
I. PENDAHULUAN
Radioterapi adalah jenis terapi yang menggunakan radiasi tingkat tinggi untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Baik sel-sel normal maupun sel-sel kanker bisa dipengaruhi
oleh radiasi ini. Radiasi akan merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi ataupun
pembelahan sel-sel kanker akan terhambat.(1) Sekitar 50-60% penderita kanker memerlukan
radioterapi. Tujuan radioterapi adalah untuk pengobatan secara radikal, sebagai terapi
paliatif yaitu untuk mengurangi dan menghilangkan rasa sakit atau tidak nyaman akibat
kanker dan sebagai adjuvant yakni bertujuan untuk mengurangi risiko kekambuhan dari
kanker.(2) Dengan pemberian setiap terapi, maka akan semakin banyak sel-sel kanker yang
mati dan tumor akan mengecil. Sel-sel kanker yang mati akan hancur, dibawa oleh darah dan
diekskresi keluar dari tubuh. Sebagian besar sel-sel sehat akan bisa pulih kembali dari
pengaruh radiasi. Tetapi bagaimanapun juga, kerusakan yang terjadi pada sel-sel yang sehat
merupakan penyebab terjadinya efek samping radiasi. Radiasi mempunyai efek yang sangat
baik pada jaringan yang membelah dengan cepat. (1)
Dosis dari radiasi ditentukan dari ukuran, luasnya, tipe dan stadium tumor
bersamaan dengan responnya terhadap radioterapi. Perhitungan yang rumit telah dilakukan
untuk menentukan dosis dan jadwal radiasi pada rencana terapi. Seringkali pengobatan
diberikan dari berbagai sudut yang berbeda untuk mendapatkan efek radiasi yang maksimal
terhadap tumor dan efek yang minimal terhadap jaringan yang sehat.
Hal-hal yang harus diingat pada radioterapi adalah: efek samping yang terjadi
selama radioterapi bisa ditangani, radiasi yang diberikan melalui tubuh pasien dan tidak
tertinggal di dalam tubuh sehingga pasien tidak bersifat radioaktif, hanya bagian tubuh pada
area radiasi yang dipengaruhi dan sel-sel normal yang terpapar radiasi akan segera
memulihkan diri beberapa jam setelah terkena paparan. (1)
normal akan berintegrasi dengan kromosom yang ada di dalam nukleus lalu melakukan
transkripsi serta radiasi kronik yang terus menerus mengenai sel-sel normal. (1)
Bila sel sudah berubah menjadi sel tumor maligna, maka ia memiliki kemampuan
yang tidak dimiliki oleh sel-sel normal, seperti kemampuan mitosis yang sangat cepat,
kemampuan memproduksi enzim kolagenesis yang menyebabkan sel tumor maligna mampu
melakukan metastasis limfogen, hematogen ke jaringan sekitar, serta kemampuan sel tumor
untuk melakukan angiogenesis yakni membentuk neovaskularisasi yang menyebabkan tumor
dapat tumbuh besar. (1)
radikal oksigen. Radikal ini akan bereaksi dengan DNA dan menimbulkan kerusakan DNA
dan akhirnya menimbulkan kematian sel maligna.
Reaksi yang terjadi antara radiasi pengion dengan sel tumor maligna bisa berupa
reaksi direk dan reaksi indirek. Reaksi direk adalah interaksi yang terjadi antara radiasi
pengion dengan sel tumor maligna, dalam hal ini interaksi langsung antara radiasi pengion
dengan DNA didalam kromosom pada inti. Atom-atom yang menyusun molekul pada DNA,
mengalami ionisasi, akibatnya DNA kehilangan fungsi-fungsinya sehingga sel-sel tumor
mengalami kemandekan dalam proliferasinya. Reaksi indirek adalah reaksi terpenting dalam
proses interaksi radiasi pengion dengan sel tumor maligna. Molekul air dan molekul oksigen
yang terdapat intraseluller dan ekstraseluller akan terkena radiasi pengion. Akibatnya
elektron akan terlempar keluar orbit dan akan berubah menjadi ion H+ dan ion OH- serta ion
oksigen. Ion-ion ini bersifat tidak stabil dan akan berubah menjadi radikal H, radikal OH dan
radikal oksigen. Radikal-radikal tersebut secara kimiawi sangat berbeda dengan molekul
asalnya dan mempunyai kecenderungan besar untuk bereaksi dengan DNA. Akibat dari
reaksi tersebut maka akan terjadi kerusakan DNA yang dapat berupa putusnya kedua
backbone DNA (double strand break), satu backbone DNA putus (single strand break),
kerusakan base (base damage), kerusakan molekul gula (sugar damage), DNA-DNA
crosslink dan DNA protein cross link. Diantara reaksi yang terjadi didalam sel tumor
maligna, selain kerusakan DNA pada kromosom, akibat reaksi direk dan indirek dari radiasi
pengion, juga terjadi suatu efek sitologis yang disebut abrasi kromosom. Radiasi akan
menghambat proses pembelahan sel. Radiasi yang terjadi pada saat sel tumor dalam proses
interfase dan mulai membelah, beberapa sel akan mengalami aberasi kromosom. Akibat
aberasi kromosom ini dapat terjadi beberapa kemungkinan: (1) kematian sel yang segera
terjadi (early cell death), (2) aberasi terus menerus setelah beberapa kali sel membelah.
Terdapat beberapa jenis aberasi kromosom: (1) satu fragmen kromosom akan berpindah
tempat ke kromosom lain, (2) satu fragmen kromosom berpindah tempat pada lengan yang
lain pada kromosom yang sama (3) satu fragmen kromosom berpindah tempat pada lengan
yang sama pada kromosom yang sama. (1)
4
V. JENIS RADIOTERAPI
Dikenal beberapa jenis radioterapi, yaitu radioterapi eksternal dimana terdapat jarak antara
sumber radiasi dengan kulit penderita dengan Cobalt 60 atau linear accelerator. Lapangan
operasi digambar lebih dahulu sebelumnya atau pada hari radiasi dan penderita disuruh
datang pada jam yang telah ditentukan tanpa persiapan khusus. Brachiterapi yaitu sumber
radiasi ditempelkan pada tumor, contohnya brachiterapi intracavitair karsinoma serviks dan
5
radiasi internal dengan memasukkan cairan radioaktif secara oral ataupun intravena.
Misalnya dengan menggunakan Jodium 131 radioaktif untuk terapi adenokarsinoma
papiliferum dan folikular tiroid.
Bila pada akhir radiasi box system masih didapatkan residual disease pada punctum vagina,
yang dibuktikan dengan pemeriksaan pap smear, dapat dilakukan booster radiasi dengan
brakiterapi ovoid kembar, dengan dosis 500 cGy 2 cm dari source sebanyak 2 kali aplikasi.(1)
Radioterapi eksternal pada karsinoma serviks uteri stadium inoperable IIb, IIIA dan
I1Ib
Target volume adalah proksimal vagina, forniks vagina, portio uteri, serviks uteri, korpus
uteri, parametrium, salfing, tuba, ovarium, kelenjar limfe regional (Limfonodi paraservikal,
limfonodi parailiakal, limfonodi paraaortal) sebagian dinding lateral panggul keras, bagian
anterior rektum, bagian posterior vesika urinaria. Teknik radiasi whole pelvis menggunakan
sistem box 4 lapangan dengan batas lapangan seperti sudah disebutkan sebelumnya. (1)
Dosis yang digunakan adalah 46 Gy- 50 Gy dalam 23-25 fraksi radiasi, 2 Gy per
fraksi. Kontribusi dosis dari lapangan anterior 0,6 Gy, lapangan posterior 0,6 Gy, lapangan
lateral kanan 0,4 Gy, lapangan lateral kiri 0,4 Gy. Total dalam 1 hari mendapat dosis per
fraksi 2 Gy. Kontribusi dosis dapat berubah sesuai bentuk panggul, panggul semakin besar
dan pipih maka kontribusi dosis dari lapangan lateral makin kecil < 0,4 Gy, kontribusi dari
lapangan anterior dan posterior > 0,6 Gy. (1)
Kanker vagina
Ini merupakan kasus yang jarang dan manajemennya serupa dengan kanker serviks.
Kanker endometrium
Radioterapi ajuvan diberikan pada pasien dengan risiko tinggi pada stadium I (stadium Ic
dan semua stadium III). Idealnya radioterapi diberikan dalam konteks percobaan ASTEC.
Pengobatan terdiri dari radioterapi eksternal (20-25 pengobatan selama 3 hari). Radioterapi
ajuvan dan brachiterapi diberikan pada wanita dengan stadium II-III. Pada beberapa wanita
dengan stadium IIa dengan grade 1-2 pemberian brakiterapi saja bisa diterapkan (6 kali
pemberian). Sarkoma uteri jarang ditemukan dan radioterapi adjuvant bisa diberikan pada
kasus ini. (4)
diteruskan hingga usia 50 tahun. Terapi sulih hormon juga sebaiknya ditawarkan pada
wanita yang tidak memiliki gejala. (4)
X. RUJUKAN
1. Tjokronagoro, M.. Biologi Sel Tumor Maligna. Fakultas Kedokteran UGM, 2001.
2. Radiotherapy. http://www.cancerlinksusa.com/radiation/info.htm.
4. Azis F., Kampono N., Sjamsudin S., Djakarta M.. Manual Prekanker dan Kanker
Serviks uterus. Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. Edisi
pertama. 1985.
6. Safety Consideration for Health Care Workers Caring for Radiotherapy. Resource
Manual. Health care helath & safety association of ontario (HCHSA). Toronto, Ontario.
2003
7. Heintz AP. Principles Procedures for the Gynaecological Oncologist. Elsevier Science
B.V. 1998