Dokumen - Tips Dna-Fingerprinting
Dokumen - Tips Dna-Fingerprinting
1
diketahui bahwa pada ujung rambut terdapat DNA mitokondria sedangkan akar
rambut terdapat DNA inti sel.
Pada umunya bahan kimia yang digunakan untuk isolasi adalah
Phenolchloroform dan Chilex. Phenolchloroform berfungsi untuk mengisolasi darah
yang berbentuk cairan sedangkan Chilex digunakan untuk mengisolasi barang bukti
berupa rambut. Lama dari waktu proses tergantung pada kemudahan suatu sampel
di isolasi. Tahap isolasi bisa selesai hanya dalam beberapa hari atau bahkan
berbulan-bulan.
DNA fingerprinting bergantung pada sebagian kecil dari genom. Setiap DNA
tersusun dari ekson yang merupakan daerah yang mengkode protein dan intron
yang berupa daerah non-coding, biasanya disebut junk DNA. Dalam DNA kromosom
terdapat sekuens berukuran 20-100 bp yang berulang. Potongan pengulangan ini
dikenal sebagai VNTRs (Variable Number Tandem Repeats) yang dapat diisolasi dari
DNA seseorang. Setiap individu memiliki VNTRs yang diturunkan oleh ayah dan ibu
sehingga tidak ada individu yang memiliki VNTRs sama persis. Perbedaan VNTRs
dari setiap individu terletak dalam pada berapa kali sequence ini diulang dalam
daerah VNTRs. Perbedaan jumlah pengulangan ini akan menyebabkan setiap
individu memiliki panjang VNTRs yang berbeda sehingga memungkin untuk
mengetahui indentitas seseorang melalui profil DNAnya.
Ada 2 prinsip utama dalam menganalisa data VNTRs, yaitu:
Identity Matching.
Jika dua sample memiliki pola alel VNTRs yang sama, maka dapat
disimpulkan kedua sample tersebut berasal dari individu yang sama.
Inheritance Matching.
Alel VNTR harus mengikuti pola keturunan. Seorang anak harus memiliki
sebuah alel yang cocok dengan salah satu dari masing-masing orang tuanya.
Berikut ini adalah macam-macam metode untuk melakukan DNA fingerprint,
yaitu:
1. Analisa menggunakan PCR atau dot blot (slot blot)
DNA fingerprint dengan menggunakan PCR, kelebihannya yaitu kemampuan
untuk membedakannya lebih akurat dan dapat digunakan untuk menganalisa
sampel yang tersedia dalam jumlah kecil maupun yang telah terdegradasi oleh
cahaya matahari. PCR mampu mengamplifikasi sejumlah daerah spesifik yang
terdapat pada DNA menggunakan primer oligonukleotida dan DNA polimerase yang
termostabil. Salah satu contoh DNA profilling menggunakan PCR adalah dengan
HLA-DQ alpha reverse dot blot strips. Pada teknik ini digunakan strips yang
mengandung titik (dot) dimana setiap dot mengandun DNA probe yang berbeda dari
DNA manusia (HLA). Probe DNA berupa dot pada strip nitroselulosa ditempeli
dengan enzim yang dapat merubah substrat yang tidak berwarna menjadi berwarna
ketika probe berikatan dengan DNA. Jika DNA hasil PCR berikatan dengan probe
yang komplemen pada strip, maka titik (dot) pada strip akan berwarna.
2. Analisa STR (Short Tandem Repeats)
STR merupakan polimorfisme DNA yang terjadi karena adanya 2 atau lebih
nukleotida yang berulang. Pola pengulangannya adalah terdiri dari 2-10 bp dan
terjadi pada daerah intron dari DNA. Dengan menganalisa loci dari STR dan
menghitung berapa banyak perulangan dari sekuens STR yang terjadi di setiap
locus, maka dapat terbaca profil genetik yang unik dari setiap individu. Analisa
dengan STR memerlukan teknik PCR dan elektroforesis gel agarosa. Dengan PCR
daerah polimorfik dari DNA diamplifikasi dan kemudian fragmen STR dipisahkan
dengan elektroforesis agarosa sehingga jumlah perulangan yang terjadi dapat
dihitung dengan membandingkan perbedaan ukuran dengan alelic ladder. Analisa
dengan STR ini tidak dapat dilakukan apabila 2 individu merupakan kembar
monozigot.
3. AmpFLP (Amplified Fragment Length Polymorphism)
DNA profilling dengan menggunakan teknik AmpFLP memiliki beberapa
keunggulan, yaitu lebih cepat daripada analisa dengan RFLP dan biaya yang
dibutuhkan lebih murah. Teknik ini berdasarkan pada polimorfisme VNTR untuk
2
membedakan alel yang berbeda. Teknik ini menggunakan PCR untuk
mengamplifikasi daerah VNTR dan kemudian hasil amplifikasi dipisahkan dengan gel
poliakrilamid dan diwarnai dengan teknik silver stained. Salah satu locus yang
sering digunakan dlam teknik ini adalah locus D1S80.
4. Analisa kromosom Y
DNA profilling dengan teknik analisa kromosom Y menggunakan primer
spesifik yang akan mengamplifikasi daerah polimorfisme pada kromosom Y (Y-STR).
Pada kasus pemerkosaan, teknik ini menghasilkan resolusi yang lebih baik karena
biasanya DNA sampel yang didapat dalam keadaan tercampur dengan DNA korban
(wanita). Kromosom Y diturunkan oleh ayah sehingga analisa kromosom Y juga
dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan paternal seorang pria.
5. Analisa DNA mitokondria.
DNA mitokondria terdapat dalam jumlah banyak dalam sel, tidak seperti DNA
kromosom yang hanya terdapat 1 atau 2 dalam setiap sel. Hal ini memungkinkan
apabila sampel yang ada telah rusak DNA kromosomnya, maka dengan DNA
mitokondriapun DNA profilling tetap dapat dibuat. Dalam pembuatan DNA profilling
dengan DNA mitokondria, bagian yang diamplifikasi adalah daerah HV1 dan HV2
dari DNA mitokondria dimana sekuens hasil amplifikasi yang didapat dapat
dibandingkan dengan pola band referensi. DNA mitokondria ini diturunkan oleh ibu.
6. Analisa RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism)
RFLP adalah ukuran fragmen DNA yang diperoleh oleh pemotongan sequence
VNTRs sampai 30 urutan dengan enzim restriksi di situs spesifik. VNTRs bervariasi
antara spesies tanaman, seperti melakukan nomor dan lokasi antara enzim restriksi
dan situs pengenalan. Prinsip dasar dari analisa RFLP ini adalah enzim restriksi akan
memotong DNA pada sekuens yang spesifik dimana hasil pemotongan tersebut
kemudian dianalisa dengan elektoforesis gel agarosa. Sekuens RFLP ini berbeda
pada setiap individu sehingga enzim restriksi akan memotong pada daerah yang
berbeda untuk setiap individu. Ukuran fragmen yang dihasilkan bergantung pada
alel yang dimiliki individu tersebut dan panjang sekuens VNTR sehingga analisa
menggunakan RFLP ini dapat digunakan untuk analisa genetik. Pada sebuah gel
agarose, RFLPs dapat terlihat menggunakan radiolabel yang komplemen dengan
sequence DNA.
3
listrik bertegangan 90mV. Kemudian DNA tersebut akan membentuk band-band
yang dapat dilihat menggunakan alat berupa transiluminator UV. Kemudian akan
nampak band-band, dari band tersebut dapat dibuat peta restriksi DNA plasmid dari
ukuran fragmen-fragmen DNA yang dihasilkan pada pemotongan dengan enzim
restriksi dan jarak antara sisi pengenalan enzim.
Enzim restriksi yang digunakan terdiri dari campuran EcoRI dan PstI. Enzim
EcoRI berasal dari bakteri Eschericia coli, sedangkan enzim PstI berasal dari bakteri
Providencia stuartii. Enzim EcoRI akan memotong pada sekuens GAATTC .
Enzim EcoRI diisolasi pertama kali oleh Herbert Boyer pada tahun 1969
dari bakteri Escherichia coli. Enzim EcoRI memotong DNA pada bagian yang urutan
basanya adalah GAATTC ( sekuens pengenal bagi EcoRI adalah GAATTC ). Didalam
sekuens pengenal tersebut, Enzim EcoRI memotongnya tidak pada sembarang situs
tetapi hanya memotong pada bagian atau situs antara G dan A. Potongan-potongan
DNA untai ganda yang dihasilkan akan memliki ujung beruntai tunggal. Ujung
seperti ini yang dikenal dengan istilah sticky end. Sedangkan enzim PstI akan
memotong pada sekuens sebagai berikut :
5' - CTGCAG - 3' 3' - GACGTC - 5'
5' - CTGCA|G - 3' 3' - G|ACGTC - 5'
5' -CTGCAG- 3' 3' -GACGTC- 5'
Kerja dari enzim restriksi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
Komposisi Buffer
Enzim restriksi yang berbeda membutuhkan ionic strength (konsentrsi garam)
dan kation yang berbeda pula. Beberapa enzim tidak dapat bekerja bila komposisi
buffernya tidak sesuai. Penggunaan buffer yang berbeda akan menyebabkan kerja
enzim dalam memotong menjadi tidak optimal.
Adanya DNA yang termetilasi
Sebagian besar enzim restriksi tidak dapat memotong DNA yang termetilasi
karena enzim tersebut tidak mampu mengenali sisi pemotongannya, hal ini
disebabkan oleh adanya modifikasi atau metilasi.
Suhu inkubasi
Suhu inkubasi suatu enzim bergantung pada asal enzim restriksi tersebut
diambil. Suhu inkubasi enzim restriksi umumnya adalah 37oC. Namun apabila enzim
restriksi tersebut diperoleh dari bakteri termofil, suhu inkubasinya adalah sekitar 50
65oC.
Dalam pemotongan DNA dengan enzim restriksi sering terjadi kesalahan positif
yang disebut star activity. Star activity adalah suatu kondisi dimana enzim restriksi
kehilangan spesifisitasnya dalam memotong suatu rantai DNA pada sekuens
tertentu dimana sekuens yang dipotong menjadi berbeda dengan sekuens
canonicalnya sehingga enzim akan memotong DNA pada tempat yang salah dan
abnormal. Adanya star activity ditunjukkan oleh adanya smear ataupun jumlah
band yang terlalu berlebih pada visualisasi hasil elektroforesis. Star activity ini
dapat disebabkan oleh berbagai faktor sebagai berikut:
v Inkubasi yang terlalu lama
Bila inkubasinya terlalu lama, maka enzim akan memotong sisi lain selain sisi
spesifiknya, sehinga fragmen yang terbentuk menjadi kecil kecil. Sehingga ketika
divisualisasi menyebabkanband yang terlihat smear.
v Konsentrasi enzim yang terlalu tinggi
Konsentrasi enzim yang terlalu tinggi akan menyebabkan enzim memotong
secara berlebihan sehingga fragmen yang terbentuk menjadi sangat kecil dan ketika
divisualisasi akan terlihat bertumpuk dan banyak.
v Konsentrasi gliserol yang terlalu tinggi
Konsentrasi gliserol dalam buffer RE terlalu tinggi dapat menghambat kerja
enzim karena larutan menjadi sangat viscous sehingga enzim sulit untuk bekerja.
v Kekuatan ionik (ionic strength) pada buffer reaksi
4
Kekuatan ionik dari buffer dapat berubah ketika diinkubasi. Hal ini disebabkan
oleh adanya sebagian dari air yang menguap sehingga kekuatan ionik dari buffer
menjadi turun.
v pH buffer reaksi yang suboptimal
v Penggantian Mg2+ dengan ion divalen lain seperti Mn2+ atau Co2+.
v Adanya pelarut organik seperti etanol, DMSO, dll yang dapat menghambat kerja dari
enzim. (Kresna,2009).
a. Isolasi DNA
Isolasi DNA merupakan tahap pertama dari berbagai teknologi analisis DNA
DNA dapat ditemukan baik pada kromosom inti maupun pada organel yaitu pada
mitokondria dan kloroplas. Untuk mengekstrak DNA diperlukan langkah-langkah
laboratorium untuk memecahkan dinding sel dan membran inti, dan dilanjutkan
dengan pemisahan DNA dari berbagai komponen sel yang lain. Pada saat
melakukannya harus dijaga agar DNA tidak rusak dan didapatkan DNA dalam
bentuk rantai yang panjang.
Proses pengeluaran DNA dari tempatnya berada (ekstraksi atau lisis)
biasanya dilakukan dengan homogenasi dan penambahan buffer ekstraksi atau
buffer lisis untuk mencegah DNA rusak. Untuk membantu terjadinya lisis biasanya
dilakukan inkubasi pada suhu sekitar 60 oC. Dalam proses ini biasa digunakan
senyawa senyawa phenol, chloroform dan isoamyl alcohol untuk memaksimalkan
proses lisis.
Proses selanjutnya adalah pemisahan DNA dari komponen sel yang lain atau
kontaminan yang tidak diinginkan. Pemisahan DNA dari komponen sel yang lain,
termasuk debris sel, dilakukan dengan sentrifugasi.
Kontaminan yang umum ditemukan adalah polisakarida yang dapat
mengganggu proses PCR dengan cara menghambat aktivitas Taq polymerase, atau
poliphenol yang dalam bentuk teroksidasi akan mengikat DNA secara kovalen.
Untuk menghindarkan hal ini jaringan yang digunakan dijaga tetap dingin sebelum
dan selama proses ekstraksi. Selain itu dilakukan penambahan antioksidan seperti
PVP.
Setelah dilakukan ekstraksi dilakukan presipitasi DNA dengan menggunakan
ethanol atau isopropanol. Selain DNA semua bahan yang lain kan larut dalam
ethanol dingin. Sehingga saat dilakukan sentrifugasi DNA akan mengendap dan
terpisah dari senyawa-senyawa/bahan lain.
5
Sebagai bahan untuk RFLP harus digunakan DNA yang bersih dari
kontaminan (mempunyai kemurnian tinggi) dan dengan berat molekul yang tinggi.
Selama proses ekstraksi DNA beberapa hal yang dapat terjadi adalah :
- DNA patah-patah selama proses isolasi
- DNA terdegradasi oleh enzim nuclease
- Terjadi kontaminasi oleh polisakarida
- Metabolit sekunder ikut terisolasi
c. Transfer DNA
Proses hibridisasi dan visualisasi diawali dengan transfer DNA dari gel
agarose ke nilon berpori atau membrane nitroselulosa. Transfer DNA disebut
Southern blotting, mengacu kepada nama penemu teknik tersebut yaitu E.M.
Southern (1975). Pada metode ini mula-mula gel didenaturasi dengan larutan dasar
dan diletakkan pada suatu nampan. Selanjutnya di atas gel hasil elektroforesis
diletakkan nilon berpori atau membrane nitroselulosa, kemudian di atasnya diberi
pemberat. Semua fragment hasil pemotongan dengan enzim restriksi yang pada
awalnya berada pada gel akan ditransfer secara kapiler ke membrane tersebut
dalam bentuk untai tunggal. Pola fragmen akan sama dengan yang berada pada
gel.
Probe DNA umumnya berasal dari perpustakaan DNA (DNA library), baik dari genom
maupun cDNA, yang merupakan sekumpulan vector yang mengandung wakil dari
DNA original yang dipotong menjadi banyak potongan. Vektor tersebut dapat
ditransfer pada bakteri sehingga DNA yang dibawanya dapat dilipatgandakan.
Probe DNA juga dikonversi menjadi molekul untai tunggal dan dilabeli menggunakan
metode standar seperti radioisotope dan digoxygenin, dan selanjutnya digunakan
untuk hibridisasi.
Hasil visualisasi dari fragmen-fragmen RFLP dapat digambarkan sebagai
berikut :
Mutasi akan menghasilkan sisi pengenalan enzim restriksi yang baru pada suatu
sekuen DNA. Pada gambar di atas terlihat munculnya 2 pita baru yang lebih kecil
pada mutan. Teknologi RFLP secara ideal akan menghasilkan sutau seri pita pada
6
gel, yang dapat diskor berdasarkan ada atau tidaknya pita tertentu atau sebagai
marker kodominan. Perbedaan antar genotip biasanya divisualisasikan sebagai pola
fragmen restriksi yang berbeda.
Pada diagram di atas, adanya mutasi menghasilkan sisi pengenalan enzim
restriksi yang baru pada lokasi pengenalan probe. Sebagi konsekuensinya probe
akan berhibridisai dengan kedua fragmen baru tersebut, sementara pada segmen B,
dimana tidak terjadi mutasi, hanya satu segmen yang terhibridisasi oleh probe.
Pada saat dilakukan elektroforesis, kedua segmen dari A akan bermigrasi lebih jauh
sepanjang gel dibandingkan dengan segmen B yang berukuran lebih besar
menghasilkan polimorfisme seperti terlihat pada inset disebelah kanan.
Dengan teknologi DNA ini pula hukum dan keadilan akan lebih dipercaya.
Menurut Dr Bruce Weir, profesor ilmu statistik-genetik dari North Carolina State
University, DNA fingerprinting atau tes DNA adalah karakterisasi DNA untuk
mengidentifikasi susunan DNA seseorang. Barang bukti DNA dapat diambil dari
barang bukti biologis, baik dalam keadaan utuh maupun tidak utuh. Berbeda
dengan analisis sidik jari, yang mudah rusak atau hilang dan akurasinya sangat
tergantung dengan keutuhan Menurut Beverly Himick, seorang peneliti forensik dari
Washington State Patrol Crime Lab, tes DNA dapat dilakukan hanya dengan barang
bukti DNA yang jumlahnya sedikit (Kompas Cybermedia dan Berbagai Sumber,
2007).
Asam deoksiribonukleat (DNA) adalah salah satu jenis asam nukleat. Asam
nukleat merupakan senyawa-senyawa polimer yang menyimpan semua informasi
tentang genetika. Penemuan tehnik Polymerase Chain Reaction (PCR) menyebabkan
7
perubahan yang cukup revolusioner di berbagai bidang. Hasil aplikasi dari tehnik
PCR ini disebut dengan DNA fingerprint yang merupakan gambaran pola potongan
DNA dari setiap individu. Karena setiap individu mempunyai DNA fingerprint yang
berbeda maka dalam kasus forensik, informasi ini bisa digunakan sebagai bukti kuat
kejahatan di pengadilan (Putra, 2007).
DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah DNA mitokondria dan DNA inti
sel. DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti sel karena inti sel tidak bisa
berubah sedangkan DNA dalam mitokondria dapat berubah karena berasal dari
garis keturunan ibu, yang dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya.
Dalam kasus-kasus kriminal, penggunaan kedua tes DNA diatas, bergantung pada
barang bukti apa yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Seperti jika
ditemukan puntung rokok, maka yang diperiksa adalah DNA inti sel yang terdapat
dalam epitel bibir karena ketika rokok dihisap dalam mulut, epitel dalam bibir ada
yang tertinggal di puntung rokok. Epitel ini masih menggandung unsur DNA yang
dapat dilacak (Putra, 2007).
8
1 Pendahuluan DNA Fingerprinting dan Forensik
Ilmu forensik merupakan gabungan dari hukum dan ilmu pengetahuan. Banyak
kasus peradilan yang bergantung pada bukti ilmiah. Sains tidak hanya digunakan
untuk menghukum yang bersalah atau membebaskan orang yang tidak bersalah,
tetapi juga digunakan untuk mengungkap kasus kejahatan. Sepanjang tahun, sains
telah mengembangkan teknologi baru dan hukum dengan cepat menggunakan
informasi baru ini untuk membantu mengungkap kebenaran.
Kurang lebih 100 tahun yang lalu, ilmuwan menemukan bahwa tapak dan
lingkaran di kulit pada sidik jari dapat digunakan untuk menentukan identitas
seseorang. Setelah hasil tes darah yang ditemukan pada sebuah peti uang
membantu terungkapnya pembunuhan di Inggris, secara rutin dilakukan proses
stempel jari-jari tersangka dan pengumpulan sidik jari. FBI, CIA dan badan hukum
lainnya mengumpulkan hasil pencatatan tersebut.
Pada tahun 1985, telah terjadi revolusi teknologi sebagai suatu alat yang
sangat berperan dalam ferensik. Berdasar pada goresan sidik jari yang tertinggal di
lokasi kejahatan berlangsung, para penyelidik dapat melihat jenis baru sidik jari,
tanda unik yang ditemukan pada masing-masing susunan genetik manusia.
Setiap manusia membawa set gen khusus. Struktur kimia DNA selalu sama,
tetapi dengan urutan pasngan basa yanng berbeda. Setiap sel mengandung sebuah
salinan DNA yang mendefinisikan organisme sebagai keseluruhan sel-sel individu
yang memiliki fungsi berbeda-beda (sel otot jantung menjaga denyut jantung,
neuron mengirimkan sinyal ke pikiran kita, sel limfosit T mencegah infeksi). Tiap-tiap
sel dalam tubuh memberikan DNA yang sama, sel yang didapatkan dengan
menyapubagian dalam pipi seseorang akan menjadi pasangan yang sempurna
dengan sel yang ditemukan pada sel darah putih, sel kulit atau jaringan lainya.
9
terbentuk di banyak lokasi, digunakanlah probe untuk mengidentifikasi daerah
komplemen DNA yang mengelilingi mikrosatelit tertentu yang telah dianalisis.
Pengumpulan spesimen
Investigator peristiwa kriminal secara rutin mencari sumber DNA: binatu kotor,
jilatan amplop, puntung rokok, sebuah cangkir kopi, atau lainnya yang merupakan
sumber sel manusia. Bercak darah, noda air mani yang telah kering, atau bekas
ludah semua diambil untuk memcahkan sebuah kasus.
Setiap makhluk hidup memiliki DNA, jadi setiap lokasi kasus kejahatan pasti penuh
dengan sumber-sumber yang telah terkontaminasi. Dengan alasan tersebut,
perhatian yang cermat sangat dibutuhkan pada saat mengumpulkan bukti. Untuk
melindungi bukti-bukti tersebut, petugas pada lokasi kejahatan harus melakukan
tindakan pencegahan sebagai berikut:
Menggunakan peralatan yang disediakan (seperti penjepit atau kain lap). Bila alat-
alat yang diperlukan tidak tersedia, pastikan bahwa peralatan yang digunakan
bersih sepenuhnya baik sebelum maupun sesudah memegang masing-masing
sampel.
Tidak menyentuk barang apapun yang mengandung DNA (seperti wajah, hidung,
mulut sendiri) selama memegang barang bukti.
Sinar matahari dan suhu tinggi dapat merusak DNA. Bakteri sebagai
dekomposer dapat mengkontaminasi sebelum atau selama pemeliharaan sampel.
Jadi barang bukti tidak boleh disimpan dalam kantong plastik karena dapat merusak
kelembaban.
Analisis RFLP
Karena proses ini akan memakan banyak waktu untuk menganalisis tiga milyar
pasang basa, digunakan sebuah metode yang bergantung pada VNTRs. Konsentrasi
pada urutan yang berulang lebih bijaksana daripada menganalisis masing-masing
pasang basa. Untuk isolasi VNTRs, DNA diperlakukan dengan enzim restriksi
endonuklease, yang memotong heliks DNA dimanapun urutan spesifik muncul pada
10
rantai. Proses tersebut disebut Restriction Fragment Length Polymorfism (RFLP).
Restriksi endonuklease ditemukan pada bakteri E. coli.
Jefri dan rekan kerjanya membandingkan bukti DNA yang dikumpulkan dalam
kasus yang mereka tangani dengan contoh air mani dari pembunuhan yang mirip
yang terjadi sebelumnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa kedua kejahatan itu
dilakukan oleh orang yang sama. Dari sini, polisi memiliki satu tersangka utama.
Tetapi ketika bukti DNA yang ada dibandingkan dengan darah tersangka ternyata
sangat jelas perbedaanya. Kedua DNA tersebut sama sekali tidak cocok.
Setelah beberapa lama muncullah titik terang, seorang pria berkata bahwa ia
dapat memberikan sampel atas nama temannya, pria itu kemudian diperiksa,
ternyata serangkaian tes bisa dimengerti dan DNAnyapun dianalisis. Hasilnya
ternyata pola dari DNA pria itu cocok dengan DNA dalam semen tersangka. Pria
tersebut akhirmya mengaku telah melakukan dua kejahatan dan akhirnya harus
mendekam dalam penjara untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya itu.
Kasus ini digunakan sebagai salah satu dasar penting tentang keterbatasan
penggunaan DNA sebagai barang bukti. Dari kasus tersebut terlihat bahwa apabila
tidak ada sampel yang sudah terlebih dahulu diketahui untuk dibuat perbandingan
sangat sulit untuk menentukan identitas orang yang dicari. Contohnya, apabila
sampel darah dari korban dan tersangka sudah diketahui, penyelidik sangat
mungkin untuk menentukan tersangka tunggal lewat darah DNA yang ditemukan di
pakaian tersangka.
11
Pentingnya penggunaan bukti DNA lebih berguna ketika digunakan untuk
menunjukkan kesalahan pernyataan saksi mata. Pernyataan saksi yang mungkin
terlihat sebagai bukti standar pada umumnya dapat keliru. Pada tahun 1988 Victor
Lopez, dituduh melakukan penyerangan seksual terhadap tiga orang wanita. Ketiga
wanita itu melapor kepada polisi bahwa mereka diserang oleh lelaki berkulit hitam.
Pada kenyataannya Vicor Lopez tidak berkulit hitam, kejadian ini diangkat sebagai
kasus yang tidak jelas. Apakah Victor Lopez adalah seorang pria tidak bersalah yang
tertuduh oleh sebuah sistem? Darah Victor dianalisis dan dibandingkan dengan
sperma yang tertinggal di tempat kejadian, ternyata DNA itu cocok. Akhirnya Lopez
diketahui bersalah atas kasus penyerangan seksual.
Sebelum sidik jari dapat digunakan di dunia peradilan, sidik jari harus
memenuhi standar yang memperhatikan boleh atau tidaknya dalam pembuktian.
Pengadilan menggunakan standar yang ada untuk menentukan apakah cara-cara
ilmiah digunakan di dalam suatu kasus. Pengujian digunakan atas jurisdiksi itu.
Ketika suatu metode teknik baru digunakan untuk mengumpulkan, memproses, atau
menganalisis bukti harus memenuhi salah satu atau beberapa patokan ini.
Tes relevansi (aturan pembuktian aturan federal 401, 402, dan 403), intinya
memperbolehkan segala sesuatu yang relevan.
Standar Frye (1923), penelitian harus berdasarkan teori dan teknik, penelitian ini
harus cukup bisa digunakan dan diuji oleh masyarakat sains dan memiliki
penerimaan umum.
Standar Daubert (1993) mensyaratkan adanya dengar pendapat sebelum uji coba
secara khusus untuk pembuktian ilmiah.
Bukti ilmiah ini telah menjadi pembuktian yang lebih canggih yang
berkembang dalam dunia hukum. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa
metode ilmiah dan keahlian untuk memberikan bukti dapat dipercaya.
12
Untuk dapat menggunakan bukti DNA, hakim yang menilai harus
memahaminya. Hal ini dikarenakan bukti DNA merupakan statistik di alam, sehingga
hasilnya dapat membingungkan bagi beberapa orang, khususnya ketika sebagian
dari mereka dijadikan sebagai anggota dari juri panel untuk mendengarkan bahwa
di dalam DNA terdapat 50 milyar kasus dalam satu rangkaian. Hal ini
memungkinkan mereka untuk fokus pada satu hal dan menggambarkan keanehan
lain yang saling bertentangan. Jika bukti DNA tidak dapat dimengerti dengan tepat
maka buti tersebut dapat diabaikan.
DNA Mitrokondria
Terdapat beberapa teknik lainnya dalam tes DNA, di antaranya analisis DNA mitokondria. Mitokondria
adalah salah satu perangkat sel yang berfungsi dalam respirasi sel, disebut juga hidung sel. Uniknya, setiap anak
perempuan memiliki DNA mitokondria yang sama dengan DNA mitokondria ibunya. Karena itulah analisis DNA
mitokondria umumnya dilakukan untuk mengidentifikasi keturunan dari garis ibu, dan sering pula digunakan dalam
penelusuran orang hilang (Kompas Cybermedia dan Berbagai Sumber, 2007).
DNA analisis dapat digunakan DNA yang berada di mitokondria dari sel hewan. Tidak seperti gen inti, yang
terkombinasi dari kedua orang tua, mDNA di dapat dari keturunan ibu (didalam sitoplasma telur). mDNA selalu sama
dari generasi ke generasi, perubahan hanya terjadi pada beberapa waktu karena adanya mutasi yang acak.
Konsekuensinya hubungan bisa ditemukan melalui garis keibuan yang jelas.
7 Analisis DNA Selain ManusiaTidak hanya setiap kasus atau pertanyaan dari pengidentifikasian manusia. Banyak
pertanyaan seperti ilmu pengetahuan telah terjawab oleh profil genetik tanaman dan hewan.
13