Makalah Ekstraksi
Makalah Ekstraksi
Disusun Oleh:
Kelompok 5
SEMARANG
2017
DAFTAR ISI
HALAMAN AWAL .........................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................2
KATA PENGANTAR..........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................6
2.1 Pelarut yang Dapat Digunakan Untuk Skstraksi simplisia.6
2.2 Dampak Negatif Penggunaan Pelarut Organik10
2.3 Pelarut Ramah Lingkungan11
2.4
KATA PENGANTAR
2
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya,
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Berdasarkan informasi yang
penulis peroleh dari berbagai sumber dan literatur, penulis berhasil menyelesaikan
pembuatan makalah yang bejudul MACAM-MACAM DESTILASI. Makalah
ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Pemisahan.
Melalui makalah ini diharapkan pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan
berkenaan dengan proses pemisahan campuran dalam kimia.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Meskipun
banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya,
tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca dan dosen pengampu agar ke depan kami dapat membuat makalah yang
lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat sebagai penambah wawasan
pengetahuan kepada pembaca, khususnya bagi mahasiswa Univeritas Negeri
Semarang.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
3. Sokletasi
4
cara memanaskan pelarut hingga membentuk uap dan membasahi sampel.
Proses ini sangat baik untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas.
Kerugiann-ya adalah senyawa yang bersifat termolabil (Harbone, 1996).
BAB II
5
PEMBAHASAN
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair
atau gas, yang menghasilkan sebuah larutanPelarut (solvent) merupakan senyawa
kelas luas yang umum memajan kita ketika di stasuin pengisian bahan bakar,
mengganti oli mobil, mengecat rumah, merekatkan sesuatu menggunakan lem,
meminum alcohol, atau menggunakan anastesi saat melakukan pembedahan.
Produk rumahan yang mmungkin mengandung pelarut seperti cat, paint revomer,
pernis (vernish),perekat, agen pembersih, pewarna, tinta spidol, tinta mesin cetak,
pemoles sepatu, wax, pestisida, obat-obatan, kosmetik dan bahan bakar.
(Gilbert,2004)
6
polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak.
Contoh: heksana, eter.
1. Air Termasuk yang mudah dan murah dengan pemakaian yang luas, pada
suhu kamar adalah pelarut yang baik untuk bermacam-macam zat
misalnya : garam-garam alkaloida, glikosida, asam tumbuh-tumbuhan, zat
warna dan garam-garam mineral. Umumnya kenaikan suhu dapat
menaikkan kelarutan dengan pengecualian misalnya pada condurangin, Ca
hidrat, garam glauber dll. Keburukan dari air adalah banyak jenis zat-zat
yang tertarik dimana zat-zat tersebut meripakan makanan yang baik untuk
jamur atau bakteri dan dapat menyebabkan mengembangkan simplisia
sedemikian rupa, sehingga akan menyulitkan penarikan pada perkolasi.
2. Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu, umumnya pelarut yang
baik untuk alkaloida, glikosida, damar-damar, minyak atsiri tetapi bukan
untuk jenis-jenis gom, gula dan albumin. Etanol juga menyebabkan enzim-
enzim tidak bekerja termasuk peragian dan menghalangi perutumbuhan
jamur dan kebanyakan bakteri. Sehingga disamping sebagai cairan penyari
juga berguna sebagai pengawet. Campuran air-etanol (hidroalkoholic
menstrum) lebih baik dari pada air sendiri.
3. Gycerinum (Gliserin) terutama dipergunakan sebagai cairan penambah
pada cairan menstrum untuk penarikan simplisia yang mengandung zat
samak. Gliserin adalah pelarut yang baik untuk tanin-tanin dan hasil-hasil
oksidanya, jenis-jenis gom dan albumin juga larut dalam gliserin. Karena
cairan ini tidak atsiri, tidak sesuai untuk pembuatan ekstrak-ekstrak kering.
4. Eter sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat untuk
pembuatan sediaan untuk obat dalam atau sediaan yang nantinya disimpan
lama.
5. Solvent Hexane, cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak
tanah kasar. Pelarut yang baik untuk lemak-lemak dan minyak-minyak.
Biasanya dipergunakan untuk menghilangkan lemak dari simplisia yang
mengandung lemak-lemak yang tidak diperlukan, sebelum simplisia
tersebut dibuat sediaan galenik, misalnya strychni, secale cornutum.
6. Acetonum tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam, pelarut
yang baik untuk bermacam-macam lemak, minyak atsiri, damar. Baunya
kurang enak dan sukar hilang dari sediaan. Dipakai misalnya pada
pembuatan Capsicum oleoresin (N.F.XI)
7. Chloroform Tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena efek
farmakologinya. Bahan pelarut yang baik untuk basa alkaloida, damar,
minyak lemak dan minyak atsiri.
Selain itu pelarut juga diklasifikasikan dalam 2 tipe yaitu pelarut organik dan
pelarut anorganik. Pelarut anorganik (tidak mengandung karbon) yang paling
7
populer adalah air (H2O) dan larutan berair yang mengandung aditif khusus
(surfaser, deterjen, buffer PH, inhibitor). Solven pengion adalah solven atau
pelarut dimana spesies ionic menjadi stabil, yang mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Amonia (NH3)
Selain air, amonia juga sebagai pelarut yang digunakan untuk reaksi kimia,
dipastikan bahwa pengklasifikasi pada reaksi yang menggunakan pelarut
amonia memiliki kemiripan dengan air. Ada beberapa reaksi yang dapat
dilakukan dengan menggunakan amonia, yaitu dengan cara Reaksi asam dan
basa, Reaksi Pembentukan/mempercepat reaksi, dan Reaksi Penguraian.
8
Pelarut N2O4 adalah pelarut aprotik non-air yang memiliki titik lebur
-120C-210C dan permitivitas relatif hanya 2,4 (sehingga merupakan
pelarut yang buruk untuk sebagian besar senyawa anorganik). Reaksi
persamaan asam-basa dari pelarut N2O4 adalah :
(asam) (basa)
Hidrogen fluorida, HF, adalah gas tak bewarna, berasap, bertitik didih
rendah (mp -83o C dan bp 19.5o C), dengan bau yang mengiritasi. Gas ini
biasa digunakan untuk mempreparasi senyawa anorganik dan organik yang
mengandung fluor. Karena permitivitasnya yang tinggi, senyawa ini
dapat digunakan sebagai pelarut non-air yang khusus. Larutan dalam air
gas ini disebut asam fluorat dan disimpan dalam wadah polietilen karena
asam ini menyerang gelas.
5. Asam sulfat
Pelarut organik (organic solvent) terdiri dari berbagai jenis zat organic
seperti hidrokarbon aromatic (misalnya benzene, toluene, xylene), hidrokarbon
alifatik , alcohol atau glikol dan eternya. Zat-zat kimia ini digunakan secara luas
dalam cat, tinta, tiner, bahan perekat, farmasi, kosmetik, dan lain-lain (Lu,2006).
Pelarut organic dibagi lagi dalam kelas-kelas yang lebih spesifik seperti dibawah
ini :
1. Pelarut beroksigenasi
9
3. Pelarut alifatik Molekul pelarut alifatik memiliki struktur rantai lurus.
Hexane, bensin, minyak tanah adalah pelarut alifatik.
4. Pelarut terhalogenasi Halogenasi pelarut terhalogenasi adalah pelarut
organik, molekulnya mengandung atom halogen: klorin (Cl), fluorin (F),
bromin (Br) atau iodin (I). Sesuai dengan jenis pelarut halogenasi halogen
diklasifikasikan ke dalam kategori berikut:
a. Pelarut terklorinasi Pelarut terklorinasi umum adalah trikloretilena
(ClCH-CCl2), perchlorethylene (tetrachloroethylene, Cl2C-CCl2),
metilen klorida (CH2Cl2), karbon tetraklorida (CCl4) ), Kloroform
(CHCl3), 1,1,1- trikloretana (metil kloroform, CH3-CCl).
b. Pelarut fluorokarbon Contoh pelarut fluorokarbon:
diklorofluorometana (freon 21, CHCl2F), triklorofluorometana
(freon 11, CCl3F), tetrafluoromethane (freon 14, CF4),
difluorodichloromethane (freon 12, CHCl2F2),
hydrochlorofluorocarbon (freon 22, HCFC).
c. Pelarut Brominated Contoh pelarut brominated: etilena dibromida
(1,2-dibromoetana, BrCH2-CH2Br), metilen klorobromida
(bromoklorometana, CH2BrCl), metil bromin (bromometana,
CH2Br).
d. Pelarut berinodinat Contoh pelarut iodinat: n-butil iodida (1-
iodobutana, CH3CH2CH2CH2I), metil iodida.
10
4. Hidrokarbon terhalogenasi Efek bergantung pada Halogen yang
terikatnya. Yang paling toksik: CCl4 dengan efek terhadap ginjal, hati,
SSP, dan pencernaan. TLV: 10 ppm, Eksposur kronis CCl4
menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Trifluorotrikloro-etan di lain
pihak, toksisitasnya rendah (TLV: 1000 ppm). Karena sifatnya yang
tidak mudah terbakar dan toksisitas rendah, maka digunakan secara
umum sebagai substitute material yang lebih berbahaya. HC
terklorinasi umumnya lebih toksik daripada HC terfluorinasi. Taraf
toksisitas HC terklorinasi: menengah. Trikloro-etilen-> SSP,
dermatitis, kerusakan hati, perubahan kepribadian pernah dideteksi.
5. Alkohol : Sangat berpengaruh thd SSP dan hati. Methanol
menyebabkan gangguan ketajaman penglihatan, dimetabolisme secara
lambat, dan menghasilkan metabolity yang juga toksik. Oleh
karenanya, methanol >>toksik ethanol Ethanol: cepat diuraikan dan
diubah menjadi CO2, mrp alcohol yang paling tidak toksik. Propanol
lebih toksik, mudah termetabolisme menjadi metabolit yang >> toksik.
Homolog yang lebih tinggi akan lebih iritatif dan toksik dibanding
dengan homolog yang lebih rendah.
11
dapat diganti dengan halida atau anion (BF4 atau PF4) yang lebih stabil
terhadap kehadiran air dan udara (Gorke et al., 2010).
Campuran metabolit primer seperti gula, gula alkohol, poli-alkohol,
basa organik, asam organik, dan asam amino dapat membentuk DES dan
disebut sebagai Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) (Choi et al., 2011).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, NADES dibagi
dalam tipe-tipe sebagai berikut (Dai et al., 2013):
(1) Cairan ionik, terdiri dari asam-asam organik (asam sitrat, asam maleat,
asam laktat) dan senyawa-senyawa basa (choline chloride, dan betaine).
(2) NADES netral, tidak ada konstituen ionik, seperti campuran polyalcoho
(gliserol, glisin, 1-2-propandiol); (3) NADES yang bersifat asam, terdiri
dari senyawa-senyawa netral (glukosa, fruktosa, sukrosa,
maltosa, trehalose) dan senyawa-senyawa asam.
(3) NADES yang bersifat basa, yang terdiri dari senyawa-senyawa netral dan
senyawa-senyawa basa.
(4) NADES yang bersifat amfoter, kombinasi dari asam amino (a-Proline, b-
Alanine) dan gula, polyalcohol, atau senyawa- senyawa asam.
Meskipun memiliki viskositas tinggi, NADES masih berwujud cair
pada suhu kamar dan bahkan pada suhu rendah. Viskositas akan menurun
secara signifikan dengan penambahan sejumlah kecil air. Selain itu, NADES
memiliki cakupan polaritas dalam rentang yang lebar, mulai lebih polar
daripada air hingga polaritas sama dengan metanol. NADES terbukti menjadi
pelarut yang sangat baik untuk berbagai metabolit dengan polaritas rendah
sampai menengah yang tidak atau sukar larut dalam air. Makromolekul seperti
DNA, protein dan polisakarida juga larut dalam NADES. NADES yang tidak
beracun dan ramah lingkungan digunakan untuk berbagai aplikasi pada bidang
makanan, kosmetik, agrokimia dan industri farmasi sebagai media baru Green
Technology (Dai et al., 2013).
2. Kelebihan NADES
a) Campuran eutektik bertitik leleh lebih rendah dari masing-masing
komponen penyususnnya.
b) Campuran terbentuk dari senyawa metabolit primer yang ada di alam,
seperti gula, basa dan asam organik, asam amino, protein, alkohol,
polyalkohol, dll.
12
c) Aplikasi NADES untuk ekstraksi metabolit sekunder dilakukan pada
pengolahan biodesel (Huang et al., 2013)
d) NADES memberikan kelarutan lebih baik pada senyawa bioaktif seperti
rutin, quercetin, asam sinamat, taxol, carthamin, ginkgolide B serta
beberapa makromolekul seperti gluten, DNA, dan pati. Daripada
kelarutan senyawa tersebut dalam air.
e) NADES berbasis gula stabil untuk pigmen fenolik alami ketika terkena
cahaya, suhu yang lebih tinggi, dan waktu penyimpanan yang lama.
3. Penggunaan NADES dalam Ekstraksi senyawa bioaktif dari rimpang
Curcuma Mangga
A. Pembuatan Natural Deep Eutectic Solvents (NADES)
Metode yang digunakan berdasarkan Dai et al (2013). Metode
pemanasan kombinasi freeze-dry dipilih untuk pembuatan NADES.
a) Komponen-komponen penyusun (misal: fruktosa, glukosa, dan air
untuk FGH2O) dicampurkan sesuai dengan mol ratio yang telah
ditentukan pada botol tertutup.
b) Campuran tersebut diaduk pada suhu 70 oC menggunakan magnetic
stirrer dalam water bath hingga diperoleh campuran berbentuk liquida
yang bening.
c) Campuran liquid yang diperoleh dimasukkan ke dalam freeze-dry
hingga beratnya konstan (+- 3 hari).
d) Campuran liquida yang keluar dari freeze-dry diamati, jika tetap
berbentuk cairan liquida yang bening (tidak mengendap, tidak berubah
warna ataupun mengkristal), maka selanjutnya campuran liquida
tersebut disebut sebagai NADES.
13
Sumber: Nurhasanah, 2017
Gambar 2. Skema Pembuatan NADES dengan Metode Pemanasan Kombinasi
Freeze-dry pembentuk NADES, dapat
Perbedaan mol ratio dari komponen-komponen
mempengaruhi stabilitas NADES. Untuk memperoleh kestabilan dari NADES
maka dilakukan percobaan dengan mengubah rasio molar dari air, peningkatan
rasio molar air dilakukan dengan cara penambahan/pengenceran NADES dan jika
ingin mengurangi rasio molar air dilakukan freeze dry kembali hingga diperoleh
NADES yang stabil. NADES dapat diencerkan (dengan penambahan air dalam
molar tertentu) 25% hingga maksimum 50% tanpa kehilangan sifatnya sebagai
NADES. Pengenceran lebih lanjut (>50%) akan menyebabkan hilangnya sifat
NADES, akibat hilangnya ikatan hidrogen pada larutan (Choi et al., 2011; Dai et
al., 2013).
NADES dapat terbentuk karena adanya ikatan hidrogen antar molekul dari
komponen-komponen pembentuknya. Penambahan jumlah air ataupun
pengenceran terhadap NADES akan menimbulkan perubahan drastis dari stuktur
NADES, kemungkinan besar karena putusnya ikatan hidrogen yang terbentuk
(Choi et al., 2011; Dai et al., 2013, Dai et al., 2013a). NADES adalah suatu liquid
kristal yang mana semua molekulnya tersusun melalui ikatan hidrogen dan gaya
antar molekul lainnya (Dai et al., 2013)
B. Ekstraksi Senyawa Bioaktif Menggunakan Natural Deep Eutectic
Solvent (NADES)
a) Menambahkan serbuk Curcuma mangga sebanyak 2 mg kedalam
14
NADES 2 g. Diletakkan pada 5 ml botol sampel amberlite tertutup
b) Botol sampel dimasukkan dalam beaker glass besar yang dipanaskan
dengan hot plate pada suhu 400C dan diaduk menggunakan magnetic
stirer. Pengadukan 1x24 jam
c) Sampel diambil untuk diketahui kandungan curcuminoid yang telah
terekstrak
d) Simpan sampel pada suhu ruang dan tempat gelap
e) Analisa HPLC
15
Sumber: Nurhasanah, 2017
Gambar 4. Diagram Alir Analisa Kuantitatif
D. Analisis Kualitatif secara Thin layer Chromatography (TLC)
a) Potong lempeng KLT-silica ukuran (5 cm x 6 cm), tandai dengan pensil
pada 1 cm dari batas bawah dan 0,5 cm dari bagian atas lempeng
b) Pada lembeng silika diberi larutan sampel secukupnya (200 mg cride
extract yang dilarutkan dalam 1 ml diklorometan:metanol = 99:1dan
sertakan larutan standar curcuminoid sebagai pembanding bercak
(1mg/mL)
c) Dibiarkan 1 menit untuk pengeringan
16
Gambar 5. Preparasi Sampel untuk Analisis secara Thin Layer
Chromatography
d) Siapkan sekitar 20 mL 5% metanol dalam diklorometan (mobile phase).
e) Letakkan filter paper ke dalam KLT-chamber.
f) Tuangkan mobile phase secukupnya, pastikan KLT-chamber jenuh dengan
mobile phase dan ruang tertutup rapat.
g) Lempeng yang telah diberi sampel diletakkan dalam ruang kromatografi/
KLTchamber secara vertikal.
h) Pastikan lempeng diletakkan secara bersamaan dalam posisi vertikal dan
ruang chamber tertutup rapat.
i) Tunggu beberapa saat hingga mobile phase mencapai batas atas lempeng.
Ketika solvent mencapai tanda garis, keluarkan plat dan biarkan kering. T
j) erakhir, amati kromatogram (plat) dibawah cahaya putih kemudian pigmen
dipisahkan dengan mengekspos plate ke radiasi cahaya radiasi UV (365
nm dan 254 nm) atau setelah penyemprotan plat dengan 20% larutan
H2SO4 dalam etanol. Tandai bercak yang timbul dan hitunglah nilai Rf dari
tiap-tiap bercak.
17
E. Perbandingan hasil yield Curcuminoid (mg/g) yang diekstrak
menggunkan Metode Konvensional dengan menggunakan NADES
Tabel 1. Hasil Ekstraksi Curcuma Mangga (Nurhasanah, 2017)
18
30%, dan 2-6%-berat terhadap total curcuminoid di dalam rimpang Curcuma
longa.
Curcumin (C) bersifat ionik, yang mana bentuknya didalam suatu pelarut
tergantung pada pH lingkungannya (Salem et al., 2014) maka tingkat
keasaman/kebasaan (pH) NADES juga diukur. kelarutan curcumin akan
meningkat dengan meningkatnya pH larutan, sehingga pada pH asam dan netral
curcumin tidak larut dalam air (Salem et al., 2014) curcumin dapat larut dan
terektrak pada FS-H2O (2:1:32) yang memiliki pH = 6 (netral) dan benar
curcumin tidak didapatkan pada ekstrak NADES MAG-H2O, MAS-H2O, dan
CAS-H2O yang memiliki pH asam (pH = 2). Hal ini menunjukkan bahwa
NADES memiliki karakteristik lain yang tidak sama dengan komponen-
komponen pembentuknya.
2. Subcritical Water
Metode ekstraksi Subcritical water adalah pengunaan air sebagai pelarut
dengan temperatur diantara titik didih (10 oC) dan temperatur kritis air (37 oC)
dengan tekanan di atas 1 atm (Anonymous, 2009). Prinsip dasar ekstraksi dengan
teknik subcritical water adalah untuk menurunkan polaritas solvent air sehingga
mendekati polaritas solut antosianin, dilain fihak juga menyebabkan penurunan
tegangan permukaan air sehingga meningkatkan difusitasnya. Dalam kondisi
demikian sifat kelarutan solut oleh solvent menjadi meningkat disamping itu
molekul-molekul air akan bergerak bebas ke/dari jaringan tanaman yang
diekstrak.
A. Penggunaan Subcritical Water Pada Ekstraksi Antosianin dari Ubi
Jalar Ungu
Metode konvensional untuk ekstraksi antioksidan alami (antosianin) dari
tanaman umumnya dilakukan dengan pelarut organik (metanol, aseton, etanol).
Namun penggunaan pelarut ini kemungkinan akan menyebabkan masalah residu
dan mempunyai pengaruh yang merusak/buruk terhadap unsur pokok dalam
pangan dan lingkungan. Metode subcritical water dapat digunakan untuk
ekstraksi senyawa bioaktif (antosianin) dari bahan tanaman. Ekstraksi dilakukan
19
pada suhu 115oC, tekanan (Pabs) 24,7 Lb/in2, dan perbandingan pelarut dengan
sampel (S/F) 5:1. Dengan metode subcritical water terlihat viskositas larutan
mengalami penurunan dengan meningkatnya suhu. Hal ini disebabkan setelah
pembengkakan maksimum, dan granula pati pecah, kemudian pemanasan tetap
dilanjutkan, maka akan terjadi penurunan viskositas akibat proses degradasi
molekul pati (amilosa dan amilopektin) dalam kondisi demikian kemampuan
mengikat air juga melemah. Penggunakan suhu tinggi dalam proses ekstraksi
antosianin dimaksudkan untuk menurunkan polaritas air. Meningkatnya efisiensi
ekstraksi antosianin secara tajam terutama pada suhu 115oC disebabkan rendahnya
viskositas larutan. Viskositas berpengaruh negatif terhadap efisiensi ekstraksi
antosianin artinya menurunnya viskositas menyebabkan meningkatnya antosianin
terekstrak.
Menurut Chan et al., (2009) proses pengekstrasian komponen kimia dalam
sel tanaman yaitu, pelarut yang telah ditentukan akan menembus dinding sel dan
masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif (misal antosianin). Zat
aktif ini akan larut dalam pelarut karena kesamaan polaritas dan hal ini akan
menyebabkan larutannya menjadi pekat (konsentrasi meningkat). Namun pada
suhu yang terlalu tinggi (125oC) efisiensi ekstraksi antosianin menurun karena
pada suhu tersebut diduga kerusakan antosianin paling tinggi.
20
BAB 3
PENUTUP
3.1SIMPULAN
1. Ekstraksi adalah proses ekstraksi merupakan penarikan zat pokok yang
diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang
dipilih dengan zat yang diinginkan larut.
2. Pelarut yang memiliki sifat ramah lingkungan yang dapat digunakan
sebagai pelarut yaitu NADES dan Subcritical Water.
3. Pelarut organik yang biasa digunakan yaitu hidrokarbon alifatik , alcohol
atau glikol dan eternya.
4. Efek penggunaan pelarut organik secara terus menerus yaitu bias
berdamppak pada kesehatan kita juga.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2013). Materi Kimia Kelas X Asam Basa. Retrieved Oktober 14, 2014,
from http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/asam-
basa
22
Dai, Yuntao, Geert-Jan Witkamp, Robert Verpoorte, and Young Hae Choi.
2013a.'Natural Deep Eutectic Solvents as A New Extraction Media for
Phenolic Metabolites in Carthamus tinctorius L'. Analytical Chemistry,
6272-6278.
Deetlefs, Maggel, and Kenneth R Seddon. 2010. Assessing the Greenness of
Some Typical Laboratory Ionic Liquid Preparations. Green Chemistry
12:1730.doi:10.1039/b915049h.
Domnguez de Mara, Pablo, and Zaira Maugeri. 2011. Ionic Liquids in
Biotransformations: From Proof-of-Concept to Emerging Deep-
Eutectic-Solvents. Current Opinion in Chemical Biology,
Biocatalysis and Biotransformation/Bioinorganic Chemistry, 15 (2):
22025. doi:10.1016/j.cbpa.2010.11.008.
Gorke, Johnathan, Friedrich Srienc, and Romas Kazlauskas. 2010. Toward
Advanced Ionic Liquids. Polar, Enzyme-Friendly Solvents for
Biocatalysis. Biotechnology and Bioprocess Engineering 15: 4053.
Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia. Terbitan ke-II. a.b. Kosasih Padmawinata.
Penerbit ITB. Bandung.
Seidel V., 2006. Initial and bulk extrac-tion. In: Sarker SD, Latif Z, & Gray AI,
editors. Natural Products Isola-tion. 2nd ed. Totowa (New Jersey).
Humana Press Inc. hal. 31-5.
23
Wood, Nicola, and Gill Stephens. 2010. Accelerating the Discovery of
Biocompatible Ionic Liquids. Physical Chemistry Chemical Physics 12:
167074
24