Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN ANTIINFLAMASI

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang


Inflamasi adalah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau

kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung

(sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu .

Apabila jaringan dalam tubuh mengalami cedera misalnya karena terbakar, teriris

atau karena infeksi kuman, maka pada jaringan tersebut akan terjadi rangkaian reaksi yang

memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar

lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki

atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini disebut radang.

Banyaknya kasus peradangan yang terjadi memacu para ahli farmasi untuk

memformulasikan suatu obat anti inflamasi yang kerjanya dapat meringankan atau

mengurangi gejala peradangan pada jaringan yang terluka.

Oleh karena itu, untuk mengerahui bagaimana cara kerja atau efek obat obat

antiinflamasi tersebut pada manusia, maka perlu dilakukan suatu uji praklinik terhadap

hewan coba mencit, Untuk membuktikan apakah obat antiiflamasi yang digunakan benar-

benar efektif dalam mengurangi peradangan yang terjadi.

I.2 Maksud percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami obat obat

antiinflamasi golongan AINS.

I.3 Tujuan percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan menentukan efek obat obat

antiinflamasi yaitu meloxicam, dexametasone, metil prednisolon, diklofenak, ibuprofen, dan

kontrol Na CMC terhadap hewan coba mencit (Mus musculus ).

I.4 Prinsip percobaan


Penentuan efek obat obat antiinflamasi yaitu meloxicam, dexametasone, metil

prednisolon, diklofenak, ibuprofen dan kontrol Na CMC terhadap hewan coba mencit (Mus

musculus ) yang sebelumnya diinduksi dengan albumin (putih telur ) 0,5 ml dan

pengukuran inflamasi serta penurunan inflamasi pada kaki mencit.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori umum


Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang

disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat- zat mikrobiologik. Inflamasi

adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang,

menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan ( Mycek, 2001 ).

Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksi kuman,

maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan agen yang

membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini

kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan

baru. Rangkaian reaksi ini disebut radang (Rukmono, 2000).

Agen yang dapat menyebabkan cedera pada jaringan, yang kemudian diikuti oleh

radang adalah kuman (mikroorganisme), benda (pisau, peluru, dsb.), suhu (panas atau
dingin), berbagai jenis sinar (sinar X atau sinar ultraviolet), listrik, zat-zat kimia, dan lain-

lain. Cedera radang yang ditimbulkan oleh berbagai agen ini menunjukkan proses yang

mempunyai pokok-pokok yang sama, yaitu terjadi cedera jaringan berupa degenerasi

(kemunduran) atau nekrosis (kematian) jaringan, pelebaran kapiler yang disertai oleh

cedera dinding kapiler, terkumpulnya cairan dan sel (cairan plasma, sel darah, dan sel

jaringan) pada tempat radang yang disertai oleh proliferasi sel jaringan makrofag dan

fibroblas, terjadinya proses fagositosis, dan terjadinya perubahan-perubahan imunologik

(Rukmono, 2000).

Secara garis besar, peradangan ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal

yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang berlebihan, kenaikan

permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran cairan dalam jumlah besar ke dalam ruang

interstisial, pembekuan cairan dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh fibrinogen dan

protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah berlebihan, migrasi sejumlah besar

granulosit dan monosit ke dalam jaringan, dan pembengkakan sel jaringan. Beberapa

produk jaringan yang menimbulkan reaksi ini adalah histamin, bradikinin, serotonin,

prostaglandin, beberapa macam produk reaksi sistem komplemen, produk reaksi sistem

pembekuan darah, dan berbagai substansi hormonal yang disebut limfokin yang dilepaskan

oleh sel T yang tersensitisasi (Guyton, 1997).

Proses inflamasi ini juga dipengaruhi dengan adanya mediator-mediator yang

berperan, di antaranya adalah sebagai berikut (Abrams, 2005) :

amina vasoaktif: histamin & 5-hidroksi tritophan (5-HT/serotonin). Keduanya terjadi melalui

inaktivasi epinefrin dan norepinefrin secara bersama-sama

plasma protease: kinin, sistem komplemen & sistem koagulasi fibrinolitik, plasmin,

lisosomalesterase, kinin, dan fraksi komplemen


metabolik asam arakidonat: prostaglandin, leukotrien (LTB4 LTC4, LTD4, LTE4 , 5-HETE

(asam 5-hidroksi-eikosatetraenoat)

produk leukosit enzim lisosomal dan limfokin

activating factor dan radikal bebas

Banyak obat obat antiinflamasi yang bekerja dengan jalan menghambat sintesis

salah satu mediator kimiawi yaitu prostaglandin. Sintesis prostaglandin yaitu (Mycek, 2001 )

Asam arakidonat , suatu asam lemak 20 karbon adalah prekursor utama prostaglandin dan

senyawa yang berkaitan. Asam arakidonat terdapat dalam komponen fosfolipid membran

sel, terutama fosfotidil inositol dan kompleks lipid lainnya. Asam arakidonat bebas

dilepaskan dari jaringan fosfolipid oleh kerja fosfolipase A 2 dan asil hidrolase lainnya.

Melalui suatu proses yang dikontrol oleh hormon dan rangsangan lainnya. Ada 2 jalan

utama sintesis eukosanoid dari asam arakidonat

1. Jalan siklo-oksigenase

Semua eikosanoid berstruktur cincin sehingga prostaglandin, tromboksan, dan prostasiklin

disintesis melalui jalan siklo oksigenase. Telah diketahui dua siklo-oksigenase : COX-1

dan COX-2 Yang pertama bersifat ada dimana mana dan pembentuk, sedangkan yang

kedua diinduksi dalam respon terhadap rangsangan inflamasi.

2. Jalan lipoksigenase

Jalan lain, beberapa lipoksigenase dapat bekerja pada asam arakidonat untuk membentuk

HPETE, 12-HPETE dan 15-HPETE yang merupakan turunan peroksidasi tidak stabil yang

dikorvensi menjadi turunan hidroksilasi yang sesuai (HETES) atau menjadi leukotrien atau

lipoksin, tergantung pada jaringan.

Gambaran makroskopik peradangan sudah diuraikan 2000 tahun yang lampau.

Tanda-tanda radang ini oleh Celsus, seorang sarjana Roma yang hidup pada abad pertama
sesudah Masehi, sudah dikenal dan disebut tanda-tanda radang utama. Tanda-tanda

radang ini masih digunakan hingga saat ini. Tanda-tanda radang mencakup rubor

(kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit), dan tumor (pembengkakan). Tanda pokok

yang kelima ditambahkan pada abad terakhir yaitu functio laesa (perubahan fungsi)

( Mitchell, 2003).

Umumnya, rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah

yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola

yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke

mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah.

Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena

peradangan akut (Abrams, 2005).

Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor

disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu

37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke

daerah normal (Rukmono, 2000).

Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-

ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang

saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan

jaringan yang meradang (Rukmono, 2000).

Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh

pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran

dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang

(Rukmono, 2000).

Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).

Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum
diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang

(Abrams, 2005).

Obat obat yang digunakan untuk sebagai anti inflamasi non steroid antara lain

( Mycek, 2001 ):

1. Aspirin dan salisilat lain

Mekanisme kerjanya : efek antipiretik dan anti inflamasi salisilat terjadi karena

penghambatan sintesis prostaglandindi pusat pengatur panas dan hipotalamus dan perifer

di daerah target. Lebih lanjut, dengan menurunkan sintesis prostaglandin, salisilat juga

mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsangan mekanis dan kimiawi.

2. Derivat asam propionat

Obat obat ini menghambat reversible siklo-oksigenase dan karena itu, seperti aspirin

menghambat sintesis prostaglandin tetapi tidak menghambat leukotrien.

3. Asam Indolasetat

Yang termasuk dalam grup obat - obat ini adalah indometasin, sulindak dan etolondak.

Semua mempunyai aktivitas antiinflamasi , analgetik dan antipiretik. Bekerja dengan cara

menghambat siklo-oksigenase secara reversible. Umumnya tidak digunakan untuk

menurunkan demam.

4. Derivat oksikam

Pada waktu ini, hanya piroksikam yang tersedia di amerika serikat. Anggota lain dalam grup

ini sedang diselidiki dan mungkin akan disediakan juga. Mekanisme kerjanya belum jelas,

tetapi piroksikam digunakan untuk pengobatan artritis rematoid, spondilitis ankilosa, dan

osteoartritis.

5. Fenamat
Asam mefenamat dan meklofenamat tidak mempunyai anti inflamasi dibandingkan obat

AINS yang lain. Efek samping seperti diare dapat berat dan berhubungan dengan

peradangan abdomen.

6. Fenilbutazon

Fenilbutazon mempunyai efek anti inflamasi kuat tetapi tetapi aktivitas analgetik dan

antipiretiknya lemah. Obat ini bukan merupakan obat first line.

7. Obat obat lain

a. Diklofenak : Penghambat siklo oksigenase. Diklofenak digunakan untuk pengobatan

jangka lama arthritis rematoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa.

b. Ketorolak : Obat ini bekerja sama seperti obat AINS yang lain

c. Tolmetin dan nabumeton : Tolmetin dan nabumeton sama kuatnya dengan aspirin dalam

mengobati artritis rematoid atau osteoartritis dewasa.

II.2 Uraian hewan coba

A. Klasifikasi hewan coba


Mencit ( Mus musculus ) (Sulaksono,1987 )

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

B. Karakteristik hewan coba (Malole, 1989 )

erat badan dewasa

Jantan 20 40 gr

Betina 15 35 gr

- Mulai dikawinkan :

Jantan 50 hari

Betina 50 60 hari

- Siklus birahi 4 5 hari

- Produksi anak 8/ bulan

- Lama kehamilan 10 21 hari

- Volume tidal 0,09 0,23.menit

- Detak jantung 325 780/ menit

- Volume darah 76 80 mg/kg

- Tekanan darah 113 147/81- 106

- Glukosa dalam darah 62- 80 mg/dl

- Kolesterol 26- 82 mg/ dl

- Kalsium dalam serum 3,2 9,2 mg/dl


- Fosfat dalam serum 2,3 9,2 mg/dl

- Hemoglobin 10,2 16,6 mg/dl

II.3. Uraian bahan

1. Aquadest (Ditjen POM, 1979 )

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

RM/ BM : H2O / 18,02

: Cairan jernih,tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.

: Dalam wadah tertutup baik

: Sebagai pelarut.

2. Albumin ( Ditjen POM, 1979 )

Nama resmi : ALBUMINUM

Sinonim : Albumin

: Cairan jernih warna coklat merah sampai coklat jingga tua tergantung dari kadar protein.

: Dalam wadah tertutup kedap, pada suhu antara 2 o dan 25o , terlindung dari cahaya

Kegunaan : Sebagai penginduksi

3. Deksametason ( Ditjen POM, 1979 )

Nama resmi : DEXAMETHASONUM

Sinonim : Deksametason

RM/ BM : C22H29FO5 / 392, 47

Rumus bangun :

: Hablur atau serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau, rasa agak pahit.

: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 42 bagian etanol dan dalam 165 kloroform P.

: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya


: Sebagai obat Antiinflamasi (kortikosteroid)

: Dellamethasone

: Anti inflamasi, rematik dan alergi, cerebral adema yang disebabkan oleh karena anoksia

atau malignansi, asma bronkial

: Hipersensitif terhadap deksametason ,infeksi jamur sistemik, cerebral malaria, jamur, atau

penggunaan pada mata dengan infeksi virus (active ocular herpes simplex).

k : Absorpsi cepat, efek puncak tercapai dalam 1-2 jam. Onset dan durasi bentuk injeksi

berkisar 2 hari-3 minggu, tergantung cara pemberian (IA atau IM dan tergantung luasnya

suplai darah pada tempat tersebut. Mengalami metabolisme di hati menjadi bentuk inaktif.

Waktu paruh eliminasi pada fungsi ginjal normal adalah 1,8-3,5 jam. Ekskresi: dikeluarkan

melalui urin dan feses.

mik : Mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi mediator

inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang semula tinggi dan menekan respon

imun.

: Kardiovaskuler : Aritmia, bradikardia, henti jantung, kardiomiopati, CHF, kolaps sirkulasi,

edema, hipertens, ruptur miokardial (post-MI), syncope, tromboembolisme, vasculitis.

Susunan saraf pusat : Depresi, instabilitas emosional, euforia, sakit kepala, peningkatan

tekanan intracranial, insomnia, malaise, neuritis, pseudotumor cerebri, perubahan psikis,

kejang, vertigo.

: Sehari 1 - 3 kaplet

t : Aminoglutethimide : Dapat menurunkan kadar/efek deksametason, melalui induksi enzim

mikrosomal.

Antasida : Meningkatkan absorpsi kortikosteroid, selang waktu pemberian 2 jam.

Pabrik : PT Pertiwi Agung.


buprofen (Ditjen POM, 1995 )
Nama resmi : IBUPROFENUM

Sinonim : Ibuprofen

RM / BM : C13H18O6 / 206,28

Rumus struktur :

: Serbuk hablur, putih, hingga hampir putih, berbau khas lemah.

: Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalam

aseton dan dalam kloroform, sukar larut dalam etil asetat.

: Dalam wadah tertutup rapat

: Sebagai obat antiinflamasi ( Asam propionat)

: Ibuprofen

: Nyeri dan peradangan pada penyakit reumatik dan gangguan muskuloskeletal lainnya

termasuk arthritis juvenilis; nyeri ringan sampai sedang termasuk dismenorrhea, sakit

kepala; nyeri pada anak; serangan migren akut

: Hipersensitifitas (termasuk asma, angioedema, urtikaria atau rhinitis) terhadap asam

asetilsalisilat atau NSAID lainnya; ulkus peptikum aktif.

k : Diabsorpsi dngan baik melalui saluran gastrointestinal. Obat-obatan ini mempunyai waktu

paruh singkat tetapi tinggi berikatan dengan protein. Jika dipakai bersama-sama obat lain

yang tinggi juga berikatan dengan protein, dapat terjadi efek samping berat. Obat ini

dimetabolisme dan dieksresi sebagai metabolit inaktif di urin.

mik : Menghambat sintesis prostaglandin sehingga efektif dalam meredakan inflamasi dan nyeri.

Perlu waktu beberapa hari agar efek antiinflamasinya terlihat. Juga dapat menambah efek

koumarin, sulfonamid, banyak dari falosporin, dan fenitoin. Dapat terjadi hipoglikemia jika
ibuprofen dipakai bersama insulin atau obat hipoglikemik oral. Juga berisiko terjadi

toksisitas jika dipakai bersama-sama penghambat kalsium.

: Walaupun jarang terjadi, tapi timbul efek samping sebagai berikut : gangguan saluran

pencernaan termasuk mual, muntah, gangguan pencernaan, diare, konstipasi dan nyeri

lambung.

: 3 4 x 400 mg

t : ACE Inhibitor : Meningkatkan risiko gangguan ginjal saat NSAID diberikan bersamaan

dengan ACE inhibitor, juga melawan efek hipotensif.

Pabrik : Galphram.

Meloksikam (Ditjen POM, 1995 )

Nama resmi : MELOXICAMUM

Sinonim : Meloksikam

RM/ BM : C15H13N3O4S/ 331,35

Rumus struktur :

: Serbuk, hampir putih, tidak berbau.

: Sangat sukar larut dalam air, dalam asam asam encer dan sebagian besar pelarut

organik. Sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali yang mengandung air.

: Dalam wadah tertutup rapat

: Sebagai obat antiinflamasi (Oksikam )

: Artrilox

: Osteoarthritis, ankylosing spondilitis & Artritis Reumatoid


: Hipersensitif terhadap Meloxicam, atau komponen lain dalam formulasi sediaan

meloxicam Adanya riwayat gatal-gatal, angioedem, bronchospasm, rhinitis berat, atau syok

oleh Aspirin atau golongan AINS lain. Pasien hamil trimester ke-3 Pasien menyusui (atau

hentikan menyusui)

k : Resorbsinya dari usus cepat dan lengkap. Mulai kerjanya setelah 1 jam dan bertahan 7

jam. PP nya lebih dari 99%, plasma t1/2 nya panjang . eksresi terutama melalui kemih.

mik : Menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja isoenzim COX-1 & COX-2

(lebih banyak ke arah COX-2).

: Dispepsi, sakit kepala, mual, diare, infeksi saluran cerna atas, sakit abdomen, pusing,

bengkak, kembung, kemerahan. Efek pada saluran pencernaan : Pendarahan, tukak,

perforasi yang serius Efek pada hati : SGOT, SGPT meningkat Adanya anemia pada

penggunaan jangka panjang.

: Dosis awal & pemeliharaan Pasien dewasa adalah dosis tunggal 7,5mg/hari. Dosis

tertinggi adalah 15mg sekali sehari.

at : ACE inhibitor : Menurunkan efek antihipertensi (antagonis) Bile acid sequestrants

(cholestyramine) Meningkatkan eliminasi/ clearence meloxicam.

AINS : Meningkatkan efek samping.

Pabrik : PT Dexa Medica.


Metil prednisolon (Ditjen POM, 1995 )

Nama resmi : METHYLPREDNISOLONI ACETAS

Sinonim : Metil prednisolon asetat

RM / BM : C24H32O6 / 416,51

Rumus struktur :
: Serbuk hablur, putih atau praktis putih, tidak berbau, melebur pada suhu lebih kurang 225 o

disertai peruraian.

: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam dioksan, agak sukar larut dalam aseton, dalam

etanol, dalam kloroform dan dalam metanol, sukar larut dalam eter.

: Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

: Sebagai obat antiinflamasi (Kortikosteroid )

: Depo-medrol

: Gangguan endokrin, rematik dan hematologi.

: Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau komponen-komponen

obat lainnya.

k : Resorbsinya dari usus setelah 1 jam dan bertahan 7 jam. PP nya lebih dari 99%, plasma

t1/2 nya panjang . eksresi terutama melalui urin.

mik : Menghambat akumulasi sel inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada lokasi

inflamasi. Metilprednisolon juga menghambat fagositosis, pelepasan enzim lisosomal,

sintesis dan atau pelepasan beberapa mediator kimia inflamasi. Meskipun mekanisme yang

pasti belum diketahui secara lengkap, kemungkinan efeknya melalui blokade faktor

penghambat makrofag (MIF), menghambat lokalisasi makrofag: reduksi atau dilatasi

permeabilitas kapiler yang terinflamasi dan mengurangi lekatan leukosit pada endotelium

kapiler, menghambat pembentukan edema dan migrasi leukosit.

: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : Retensi cairan tubuh Retensi natrium

Kehilangan kalium Alkalosis hipokalemia Gangguan jantung kongestif Hipertensi Gangguan

Muskuloskeletal : Lemah otot Mipati steroid Hilangnya masa otot Osteoporosis Putus
tendon, terutama tendon Achilles Fraktur vertebral Nekrosis aseptik pada ujung tulang paha

dan tungkai Fraktur patologis dari tulang panjang Gangguan Pencernaan.

: Dosis awal dari metilprednisolon dapat bermacam-macam dari 4 mg 48 mg per hari,

dosis tunggal atau terbagi, tergantung keadaan penyakit.

: -Berikan dengan makanan untuk meminumkan iritasi gastrointestinal.

-Penggunaan bersama-sama dengan antiinflamasi non-steroid atau antirematik lain dapat

mengakibatkan risiko gastrointestinal, perdarahan gastrointestinal.

-Penggunaan bersama-sama dengan anti-diabetes harus dilakukan penyesuaian dosis.

Pabrik : PT Dexa Medica.

Natrium diklofenak (Ditjen POM, 1995 )

Nama resmi : DICLOFENAC SODIUM

Sinonim : Diklofenak

RM / BM : C14H10CI2N2O2 / 318,3

Rumus struktur :

: Kristal putih, tidak berbau

: Larut dalam air, tidak larut dalam pelarut organik.

: Dalam wadah tertutup rapat

: Sebagai obat antiinflamasi (Asam karboksilat )

: Aclonak
: Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala reumatoid artritis, osteoartritis dan ankilosing

spondilitis.

: Penderita yang hipersensitif terhadap diklofenak atau yang menderita asma, urtikaria atau

alergi pada pemberian aspirin atau NSAIA lain.

Penderita tukak lambung.

k : Absorbsi dengan cepat dan lengkap dan jumlah yang diabsorbsi tidak berkurang jika

diberikan bersama dengan makanan. Kadar puncak obat dicapai dalam -1 jam. Ikatan

protein 99,7%, waktu paruh 1-2 jam. Pemberian dosis berulang tiidak menyebabkan

akumulasi . eliminasi terutama melalui urin.

mik : Menghambat enzim siklo-oksigenase sehingga pembentukan prostaglandin terhambat.

: Nyeri/keram perut, sakit kepala, retensi cairan, diare, nausea, konstipasi, flatulen, kelainan

pada hasil uji hati, indigesti, tukak lambung, pusing, ruam, pruritus dan tinitus.

: 2 - 3 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mg.

: -Penggunaan bersama aspirin akan menurunkan konsentrasi plasma dan AUC diklofenak.

- Diklofenak meningkatkan konsentrasi plasma digoksin, metotreksat, siklosporin dan litium

sehingga meningkatkan toksisitasnya.

- Diklofenak menurunkan aktivitas obat-obatan diuretik.

Pabrik : Pharos.
Na CMC (Ditjen POM, 1979 )

Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM

Sinonim : Natrium karboksimetilselulosa

: Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau hampir tidak

berbau,higroskopik.

: Mudah terdispersi dalam air.

: Dalam wadah tertutup rapat

: Sebagai larutan kontrol dan sebagai pelarut obat.


II.4 Prosedur percobaan (Anonim,2010 )
Percobaan obat anti inflamasi

Kelompok 1

1. Hewan 1, diberi suspensi natrium CMC, kemudian kakinya diberi tanda dengan spidol, lalu

kaki tersebut dimasukan ke dalam air raksa dari pletysmometer, catat volumenya. Setelah

itu telapak kaki mencit disuntik dengan karagen 1%, lalu ukur lagi pada 15,30 dan 60 menit.

Hitung % Inflamasi.

2. Hewan 2, diberi suspensi natrium CMC, kemudian kakinya diberi tanda dengan spidol, lalu

kaki tersebut dimasukan ke dalam air raksa dari pletysmometer, setelah hewan diberi

suspensi tablet deksametason per oral lalu telapak kaki mencit disuntik dengan karagen

1%, lalu ukur lagi pada 15, 30 dan 60 menit. Hitung % Inflamasi.

Kelompok II

a. Hewan 1, diberi suspensi natrium CMC, kemudian kakinya diberi tanda dengan spidol, lalu

kaki tersebut dimasukan ke dalam air raksa dari pletysmometer, catat volumenya. Setelah

itu telapak kaki mencit disuntik dengan karagen 1%, lalu ukur lagi pada 15,30 dan 60 menit.

Hitung % Inflamasi.

b. Hewan 2, diberi suspensi natrium CMC, kemudian kakinya diberi tanda dengan spidol, lalu

kaki tersebut dimasukan ke dalam air raksa dari pletysmometer, setelah hewan diberi

suspensi tablet voltaren per oral lalu telapak kaki mencit disuntik dengan karagen 1%, lalu

ukur lagi pada 15, 30 dan 60 menit. Hitung % Inflamasi.


BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat
Alat alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1. Benang godam

2. Erlenmeyer

3. Gelas kimia

4. Kanula

5. Penggaris

6. Spoit 1 ml

7. Stopwatch

8. Timbangan analitik

III.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Aquadest

2. Albumin ( Putih telur )

3. Deksametason

4. Ibuprofen

5. Kertas timbang

6. Meloksikam

7. Metil prednisolon

8. Na CMC

9. Natrium diklofenak

10. Tissue
III.3 Cara kerja

Disiapkan 6 ekor mencit

Ditimbang

Diberi tanda pada ekornya

tan bahan dan obat

embuatan larutan albumin

ian kuning telur dan putih telur

mpung pada gelas kimia

embuatan Na CMC

ang Na CMC sebanyak 5 gram

ukan di dalam erlenmeyer 1000 ml

upkan volumenya hingga 500 ml dengan air panas.

embuatan larutan obat deksametason

a. Ditimbang deksametason sebanyak 50,41 gram

b. Dimasukan di dalam erlenmeyer

c. Di addkan hingga 100 ml dengan larutan Na CMC

d. Diberi label

embuatan larutan obat meloksikam

a. Ditimbang meloksikam sebanyak 85,644 mg

b. Dimasukkan di dalam erlenmeyer

c. Di add kan hingga 100 ml dengan larutan Na CMC

d. Diberi label

embuatan larutan obat metil prednisolon


a. Ditimbang metil prednisolon sebanyak 79,95 mg

b. Dimasukkan di dalam erlenmeyer

c. Di addkan hingga 100 ml dengan larutan Na CMC

d. Diberi label

embuatan larutan obat diklofenak

a. Ditimbang diklofenak sebanyak 50, 87 mg

b. Dimasukkan di dalam erlenmeyer

c. Di addkan hingga 100 ml dengan larutan Na CMC

d. Diberi label

embuatan larutan obat ibuprofen

a. Ditimbang ibuprofen sebanyak 224,6 mg

b. Dimasukkan di dalam erlenmeyer

c. Di addkan hingga 100 ml dengan larutan Na CMC

d. Diberi label

an hewan coba

1. Disiapkan 6 ekor mencit yang telah ditimbang dan dipuasakan

2. Di induksi dengan putih telur, hingga kakinya membengkak

3. Di ukur seberapa besar pembengkakan pada kaki mencit

4. Diberikan larutan Na CMC sebanyak 1 ml pada mencit pertama sebagai kontrol .

5. Selanjutnya diberikan larutan obat meloksikam sebanyak 0,83 ml pada mencit kedua.

6. Diukur kembali kaki mencit yang telah di induksi pada menit ke 30, 60, 90 dan 120.

7. Dilakukan hal yang sama untuk mencit ketiga sampai keenam dengan obat masing

masing deksametason, metil prednisolon, diklofenak, dan ibuprofen.

8. Dicatat hasil pengamatan.


BAB V

PEMBAHASAN

Inflamasi diartikan sebagai suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang

disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat- zat mikrobiologik. Inflamasi

adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang,

menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan.

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efek obat obat antiinflamasi terhadap

hewan coba Mencit (Mus musculus ). Alasan pemilihan mencit sebagai hewan coba adalah

agar pengamatan terhadap pembengkakan kaki mencit mudah diamati dan diukur.

Dalam percobaan ini digunakan 5 jenis obat obat anti inflamasi yaitu Meloksikam,

deksametason, M-prednisolon, diklofenak dan Ibuprofen.

Meloksikam merupakan obat antiinflamasi golongan oksikam. Mekanisme kerja dari

obat ini belum pasti, tetapi diperkirakan obat ini bekerja dengan cara menghambat COX-1

dan COX-2.
Deksametason dan metil prednisolon merupakan obat antiinflamasi golongan

kortikosteroid. Obat golongan kortikosteroid sebenarnya memiliki efek yang sama dengan

hormon cortisone dan hydrocortisone yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, kelenjar ini

berada tepat diatas ginjal kita. Dengan efek yang sama bahkan berlipat ganda maka

kortikosteroid sanggup mereduksi sistem imun (kekebalan tubuh) dan inflamasi, makanya

kalo orang dengan penyakit-penyakit yang terjadi karena proses dasar inflamasi seperti

rheumatoid arthritis, gout arthritis (asam urat) danalergi gejalanya bisa lebih ringan setelah

pemberian kortikosteroid.

Diklofenak merupakan obat antiinflamasi golongan asam karboksilat derivat asam

fenilasetat. Mekanisme kerja obat ini adalah menghambat jalan enzim siklo-oksigenase

sehingga pembentukan prostaglandin terhambat.

Ibuprofen merupakan obat antiinflamasi golongan asam propionat. Mekanisme kerja

dari golongan ini adalah menghambat siklo-oksigenase yang reversibel. Obat ini memiliki

daya inflamasi yang lemah dibandingkan dengan obat-obat AINS lainnya.

Untuk percobaan kali ini, pertama disediakan 6 ekor mencit yang sudah di ukur berat

badannya. Kemudian di puasakan terlebih dahulu selama 8 jam. Hal ini bertujuan untuk

mengurangi variasi biologis yang mungkin dapat terjadi sehingga efek obat yang diinginkan

dapat cepat diamati. Selanjutnya mencit di induksi dengan putih telur ( albumin ) pada

kakinya hingga kelihatan membengkak. Kemudian diukur pembengkakan tersebut dengan

menggunakan benang godam dan penggaris. Tujuan dilakukannya pengukuran awal ini

adalah agar nantinya dapat diketahui seberapa besar efek obat obat anti inflamasi

tersebut dalam mengurangi bengkak / peradangan pada kaki mencit yang telah diinduksi.

Setelah pengukuran awal tadi, mencit kemudian diberi minum obat. Mencit pertama

dijadikan sebagai kontrol, tanpa diberikan larutan obat sama sekali. Mencit kedua dengan

berat 25 gram diberikan obat meloksikam sebanyak 0,83 ml, mencit ketiga dengan berat 27
gram diberikan obat deksametason sebanyak 0,9 ml, mencit ke empat dengan berat 30

gram diberikan obat metil prednisolon sebanyak 1 ml, mencit ke lima dengan berat 27 gram

diberikan obat diklofenak sebanyak 0,9 ml dan yang terakhir mencit dengan berat 29 gram

diberikan obat ibuprofen sebanyak 0,96 ml. Pemberian obat obat tersebut dilakukan

secara per oral dengan menggunakan spoit dan kanula. Mencit yang telah diberikan obat

kemudian dibiarkan. 30 menit kemudian, pengukuran pada kaki mencit kembali dilakukan.

Begitu pula pada menit ke 60, 90 dan 120.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :

- Untuk perlakuan obat meloksikam diperoleh data pada pengukuran awal sebesar 2,3 cm.

Setelah diinduksi inflamasi sebesar 2,5 cm. Setelah pemberian pada menit ke 30 sebesar

2,5 cm, menit ke 60 2,4 cm, menit ke 90 2,3 cm dan menit ke 120 sebesar 2,3 cm.

- Untuk perlakuan obat deksametason diperoleh data pada pengukuran awal sebesar 1,9 cm.

Setelah diinduksi inflamasi sebesar 2,6 cm. Setelah pemberian pada menit ke 30 sebesar

2,5 cm, menit ke 60 2,1 cm, menit ke 90 1,9 cm dan menit ke 120 sebesar 1,9 cm.

- Untuk perlakuan obat metil prednisolon diperoleh data pada pengukuran awal sebesar 2

cm. Setelah diinduksi inflamasi sebesar 2,1 cm. Setelah pemberian pada menit ke 30

sebesar 2,1 cm, menit ke 60 2,0 cm, menit ke 90 2,0 cm dan menit ke 120 sebesar 2,0 cm.

- Untuk perlakuan obat diklofenak diperoleh data pada pengukuran awal sebesar 2 cm.

Setelah diinduksi inflamasi sebesar 2,2 cm. Setelah pemberian pada menit ke 30 sebesar

2,2 cm, menit ke 60 2,0 cm, menit ke 90 2,0 cm dan menit ke 120 sebesar 2,0 cm.

- Untuk perlakuan obat Ibuprofen diperoleh data pada pengukuran awal sebesar 1,6 cm.

Setelah diinduksi inflamasi sebesar 1,9 cm. Setelah pemberian pada menit ke 30 sebesar

1,7 cm, menit ke 60 1,7 cm, menit ke 90 1,6 cm dan menit ke 120 sebesar 1,6 cm.

Dari hasil pengamatan di peroleh bahwa obat yang paling cepat berefek sebagai

antiinflamasi adalah deksametason. Berdasarkan literatur, t1/2 dari obat obat


antiinflamasi tersebut adalah meloksikam 20 jam, deksametason 190 menit, metil

prednisolon 188 menit, diklofenak 1,5 jam dan ibuprofen 2 jam. Jadi, berdasarkan literatur

obat antiiflamasi yang paling baik adalah diklofenak dengan t1/2 90 menit atau 1,5 jam. Jadi

hasil yang diperoleh tidak sama dengan literatur. Kesalahan hasil ini dapat disebabkan oleh

berbagai faktor kesalahan seperti :

i tidak terlalu bengkak

uran

an dosis obat pada mencit.

ak dipuasakan

BAB VI

PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa obat yang paling

cepat berefek sebagai antiinflamasi yaitu deksametason, ibuprofen, diklofenak,

meloksikam, dan terakhir metil prednisolon.

VI.2. Saran
Sebaiknya asisten selalu mendampingi praktikannya selama kegiatan praktikum

berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Penuntun praktikum Farmakologi dan Toksikologi II. Universitas Muslim
Indonesia, Makassar.

Abrams, 2005. Respon tubuh terhadap cedera. EGC : Jakarta.

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, DEPKES RI, Jakarta.

Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, DEPKES RI, Jakarta.

Dorland, W.A.N. ,2002, Kamus Kedokteran Dorland ,Setiawan, A., Banni, A.P., Widjaja, A.C.,
Adji, A.S., Soegiarto, B., Kurniawan, D., dkk , penerjemah. Jakarta: EGC.

Guyton, A.C. & Hall, J.E.. Buku ajar fisiologi kedokteran , 1997, EGC; Jakarta.

Mitchell, R.N. & Cotran, R.S.2003. Inflamasi akut dan kronik. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Mycek,j mary, 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar.Widya Medika, Jakarta.

Rukmono, 2000, Kumpulan kuliah patologi. Jakarta: Bagian patologi anatomik FK UI.

Sulaksono, M.E., 1987. Peranan, Pengelolaan dan Pengemb angan


Hewan Percob aan . Jakarta.

PERHITUNGAN DOSIS
Deksametason
Dosis obat = 0,5 mg
Berat etiket = 0,5 mg
Berat rata rata = 129,26
Dosis untuk mencit 20 gram = 0,5 mg x 0,0026
= 0,0013 mg
Dosis untuk Mencit 30 gram = 30 gram x 0,0013 = 0,00195 mg
20 gram
Larutan stok : 100 ml
100 ml x 0,00195 = 0,195
1 ml
Berat yang ditimbang = 0,195 x 129,26
0,5
= 50,41 mg
Meloksikam
Dosis obat = 15 mg
Berat rata rata = 219,6 mg
Dosis untuk mencit 20 gram = 15 x 0,0026
= 0,039 mg
Dosis untuk Mencit 30 gram = 30 gram x 0,039 = 0,0585 mg
20 gram

Larutan stok : 100 ml


100 ml x 0,0585 = 5,85 mg/100 ml
1 ml
Berat yang ditimbang = 5,85 x 219,6
15
= 85,644 mg
Metil prednisolon
Dosis obat = 8 mg
Berat rata rata = 106,6 mg
Dosis untuk mencit 20 gram = 8 x 0,0026
= 0,02 mg
Dosis untuk Mencit 30 gram = 30 gram x 0,02 = 0,03 mg
20 gram
Larutan stok : 100 ml
100 ml x 0,03 = 3 mg/100 ml
1 ml
Berat yang ditimbang = 3 x 106,6
4
= 79,95 mg
Diklofenak
Dosis obat = 25 mg
Berat etiket = 50 mg
Berat rata rata = 260,91 mg

Dosis untuk mencit 20 gram = 25 x 0,0026


= 0,065 mg
Dosis untuk Mencit 30 gram = 30 gram x 0,065 = 0,0975 mg
20 gram

Larutan stok : 100 ml


100 ml x 0,0975 = 9,75 mg/100 ml
1 ml
Berat yang ditimbang = 9,75 x 260,91
50
= 50,87 mg
Ibuprofen
Dosis obat = 400 mg
Berat etiket = 400 mg
Berat rata rata = 576,07 mg

Dosis untuk mencit 20 gram = 400 x 0,0026


= 1,04 mg
Dosis untuk Mencit 30 gram = 30 gram x 1,04 = 1,56 mg
20 gram
Larutan stok : 100 ml
100 ml x 1,56 = 156 mg/100 ml
1 ml

Berat yang ditimbang = 156 x 576,07


400
= 224,6 mg

Anda mungkin juga menyukai