Laporan Antiinflamasi
Laporan Antiinflamasi
BAB I
PENDAHULUAN
Apabila jaringan dalam tubuh mengalami cedera misalnya karena terbakar, teriris
atau karena infeksi kuman, maka pada jaringan tersebut akan terjadi rangkaian reaksi yang
memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar
lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki
atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini disebut radang.
Banyaknya kasus peradangan yang terjadi memacu para ahli farmasi untuk
memformulasikan suatu obat anti inflamasi yang kerjanya dapat meringankan atau
Oleh karena itu, untuk mengerahui bagaimana cara kerja atau efek obat obat
antiinflamasi tersebut pada manusia, maka perlu dilakukan suatu uji praklinik terhadap
hewan coba mencit, Untuk membuktikan apakah obat antiiflamasi yang digunakan benar-
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami obat obat
prednisolon, diklofenak, ibuprofen dan kontrol Na CMC terhadap hewan coba mencit (Mus
musculus ) yang sebelumnya diinduksi dengan albumin (putih telur ) 0,5 ml dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat- zat mikrobiologik. Inflamasi
adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang,
menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan ( Mycek, 2001 ).
Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksi kuman,
maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan agen yang
membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini
kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan
Agen yang dapat menyebabkan cedera pada jaringan, yang kemudian diikuti oleh
radang adalah kuman (mikroorganisme), benda (pisau, peluru, dsb.), suhu (panas atau
dingin), berbagai jenis sinar (sinar X atau sinar ultraviolet), listrik, zat-zat kimia, dan lain-
lain. Cedera radang yang ditimbulkan oleh berbagai agen ini menunjukkan proses yang
mempunyai pokok-pokok yang sama, yaitu terjadi cedera jaringan berupa degenerasi
(kemunduran) atau nekrosis (kematian) jaringan, pelebaran kapiler yang disertai oleh
cedera dinding kapiler, terkumpulnya cairan dan sel (cairan plasma, sel darah, dan sel
jaringan) pada tempat radang yang disertai oleh proliferasi sel jaringan makrofag dan
(Rukmono, 2000).
Secara garis besar, peradangan ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal
permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran cairan dalam jumlah besar ke dalam ruang
interstisial, pembekuan cairan dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh fibrinogen dan
protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah berlebihan, migrasi sejumlah besar
granulosit dan monosit ke dalam jaringan, dan pembengkakan sel jaringan. Beberapa
produk jaringan yang menimbulkan reaksi ini adalah histamin, bradikinin, serotonin,
prostaglandin, beberapa macam produk reaksi sistem komplemen, produk reaksi sistem
pembekuan darah, dan berbagai substansi hormonal yang disebut limfokin yang dilepaskan
amina vasoaktif: histamin & 5-hidroksi tritophan (5-HT/serotonin). Keduanya terjadi melalui
plasma protease: kinin, sistem komplemen & sistem koagulasi fibrinolitik, plasmin,
(asam 5-hidroksi-eikosatetraenoat)
Banyak obat obat antiinflamasi yang bekerja dengan jalan menghambat sintesis
salah satu mediator kimiawi yaitu prostaglandin. Sintesis prostaglandin yaitu (Mycek, 2001 )
Asam arakidonat , suatu asam lemak 20 karbon adalah prekursor utama prostaglandin dan
senyawa yang berkaitan. Asam arakidonat terdapat dalam komponen fosfolipid membran
sel, terutama fosfotidil inositol dan kompleks lipid lainnya. Asam arakidonat bebas
dilepaskan dari jaringan fosfolipid oleh kerja fosfolipase A 2 dan asil hidrolase lainnya.
Melalui suatu proses yang dikontrol oleh hormon dan rangsangan lainnya. Ada 2 jalan
1. Jalan siklo-oksigenase
disintesis melalui jalan siklo oksigenase. Telah diketahui dua siklo-oksigenase : COX-1
dan COX-2 Yang pertama bersifat ada dimana mana dan pembentuk, sedangkan yang
2. Jalan lipoksigenase
Jalan lain, beberapa lipoksigenase dapat bekerja pada asam arakidonat untuk membentuk
HPETE, 12-HPETE dan 15-HPETE yang merupakan turunan peroksidasi tidak stabil yang
dikorvensi menjadi turunan hidroksilasi yang sesuai (HETES) atau menjadi leukotrien atau
Tanda-tanda radang ini oleh Celsus, seorang sarjana Roma yang hidup pada abad pertama
sesudah Masehi, sudah dikenal dan disebut tanda-tanda radang utama. Tanda-tanda
radang ini masih digunakan hingga saat ini. Tanda-tanda radang mencakup rubor
(kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit), dan tumor (pembengkakan). Tanda pokok
yang kelima ditambahkan pada abad terakhir yaitu functio laesa (perubahan fungsi)
( Mitchell, 2003).
Umumnya, rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah
yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola
yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke
mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah.
Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor
disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu
37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-
ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang
saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan
pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran
dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang
(Rukmono, 2000).
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).
Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum
diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang
(Abrams, 2005).
Obat obat yang digunakan untuk sebagai anti inflamasi non steroid antara lain
( Mycek, 2001 ):
Mekanisme kerjanya : efek antipiretik dan anti inflamasi salisilat terjadi karena
penghambatan sintesis prostaglandindi pusat pengatur panas dan hipotalamus dan perifer
di daerah target. Lebih lanjut, dengan menurunkan sintesis prostaglandin, salisilat juga
mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsangan mekanis dan kimiawi.
Obat obat ini menghambat reversible siklo-oksigenase dan karena itu, seperti aspirin
3. Asam Indolasetat
Yang termasuk dalam grup obat - obat ini adalah indometasin, sulindak dan etolondak.
Semua mempunyai aktivitas antiinflamasi , analgetik dan antipiretik. Bekerja dengan cara
menurunkan demam.
4. Derivat oksikam
Pada waktu ini, hanya piroksikam yang tersedia di amerika serikat. Anggota lain dalam grup
ini sedang diselidiki dan mungkin akan disediakan juga. Mekanisme kerjanya belum jelas,
tetapi piroksikam digunakan untuk pengobatan artritis rematoid, spondilitis ankilosa, dan
osteoartritis.
5. Fenamat
Asam mefenamat dan meklofenamat tidak mempunyai anti inflamasi dibandingkan obat
AINS yang lain. Efek samping seperti diare dapat berat dan berhubungan dengan
peradangan abdomen.
6. Fenilbutazon
Fenilbutazon mempunyai efek anti inflamasi kuat tetapi tetapi aktivitas analgetik dan
b. Ketorolak : Obat ini bekerja sama seperti obat AINS yang lain
c. Tolmetin dan nabumeton : Tolmetin dan nabumeton sama kuatnya dengan aspirin dalam
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Jantan 20 40 gr
Betina 15 35 gr
- Mulai dikawinkan :
Jantan 50 hari
Betina 50 60 hari
: Sebagai pelarut.
Sinonim : Albumin
: Cairan jernih warna coklat merah sampai coklat jingga tua tergantung dari kadar protein.
: Dalam wadah tertutup kedap, pada suhu antara 2 o dan 25o , terlindung dari cahaya
Sinonim : Deksametason
Rumus bangun :
: Hablur atau serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau, rasa agak pahit.
: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 42 bagian etanol dan dalam 165 kloroform P.
: Dellamethasone
: Anti inflamasi, rematik dan alergi, cerebral adema yang disebabkan oleh karena anoksia
: Hipersensitif terhadap deksametason ,infeksi jamur sistemik, cerebral malaria, jamur, atau
penggunaan pada mata dengan infeksi virus (active ocular herpes simplex).
k : Absorpsi cepat, efek puncak tercapai dalam 1-2 jam. Onset dan durasi bentuk injeksi
berkisar 2 hari-3 minggu, tergantung cara pemberian (IA atau IM dan tergantung luasnya
suplai darah pada tempat tersebut. Mengalami metabolisme di hati menjadi bentuk inaktif.
Waktu paruh eliminasi pada fungsi ginjal normal adalah 1,8-3,5 jam. Ekskresi: dikeluarkan
mik : Mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi mediator
inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang semula tinggi dan menekan respon
imun.
Susunan saraf pusat : Depresi, instabilitas emosional, euforia, sakit kepala, peningkatan
kejang, vertigo.
: Sehari 1 - 3 kaplet
mikrosomal.
Sinonim : Ibuprofen
RM / BM : C13H18O6 / 206,28
Rumus struktur :
: Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalam
: Ibuprofen
: Nyeri dan peradangan pada penyakit reumatik dan gangguan muskuloskeletal lainnya
termasuk arthritis juvenilis; nyeri ringan sampai sedang termasuk dismenorrhea, sakit
k : Diabsorpsi dngan baik melalui saluran gastrointestinal. Obat-obatan ini mempunyai waktu
paruh singkat tetapi tinggi berikatan dengan protein. Jika dipakai bersama-sama obat lain
yang tinggi juga berikatan dengan protein, dapat terjadi efek samping berat. Obat ini
mik : Menghambat sintesis prostaglandin sehingga efektif dalam meredakan inflamasi dan nyeri.
Perlu waktu beberapa hari agar efek antiinflamasinya terlihat. Juga dapat menambah efek
koumarin, sulfonamid, banyak dari falosporin, dan fenitoin. Dapat terjadi hipoglikemia jika
ibuprofen dipakai bersama insulin atau obat hipoglikemik oral. Juga berisiko terjadi
: Walaupun jarang terjadi, tapi timbul efek samping sebagai berikut : gangguan saluran
pencernaan termasuk mual, muntah, gangguan pencernaan, diare, konstipasi dan nyeri
lambung.
: 3 4 x 400 mg
t : ACE Inhibitor : Meningkatkan risiko gangguan ginjal saat NSAID diberikan bersamaan
Pabrik : Galphram.
Sinonim : Meloksikam
Rumus struktur :
: Sangat sukar larut dalam air, dalam asam asam encer dan sebagian besar pelarut
organik. Sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali yang mengandung air.
: Artrilox
meloxicam Adanya riwayat gatal-gatal, angioedem, bronchospasm, rhinitis berat, atau syok
oleh Aspirin atau golongan AINS lain. Pasien hamil trimester ke-3 Pasien menyusui (atau
hentikan menyusui)
k : Resorbsinya dari usus cepat dan lengkap. Mulai kerjanya setelah 1 jam dan bertahan 7
jam. PP nya lebih dari 99%, plasma t1/2 nya panjang . eksresi terutama melalui kemih.
mik : Menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja isoenzim COX-1 & COX-2
: Dispepsi, sakit kepala, mual, diare, infeksi saluran cerna atas, sakit abdomen, pusing,
perforasi yang serius Efek pada hati : SGOT, SGPT meningkat Adanya anemia pada
: Dosis awal & pemeliharaan Pasien dewasa adalah dosis tunggal 7,5mg/hari. Dosis
RM / BM : C24H32O6 / 416,51
Rumus struktur :
: Serbuk hablur, putih atau praktis putih, tidak berbau, melebur pada suhu lebih kurang 225 o
disertai peruraian.
: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam dioksan, agak sukar larut dalam aseton, dalam
etanol, dalam kloroform dan dalam metanol, sukar larut dalam eter.
: Depo-medrol
obat lainnya.
k : Resorbsinya dari usus setelah 1 jam dan bertahan 7 jam. PP nya lebih dari 99%, plasma
mik : Menghambat akumulasi sel inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada lokasi
sintesis dan atau pelepasan beberapa mediator kimia inflamasi. Meskipun mekanisme yang
pasti belum diketahui secara lengkap, kemungkinan efeknya melalui blokade faktor
permeabilitas kapiler yang terinflamasi dan mengurangi lekatan leukosit pada endotelium
: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : Retensi cairan tubuh Retensi natrium
Muskuloskeletal : Lemah otot Mipati steroid Hilangnya masa otot Osteoporosis Putus
tendon, terutama tendon Achilles Fraktur vertebral Nekrosis aseptik pada ujung tulang paha
Sinonim : Diklofenak
RM / BM : C14H10CI2N2O2 / 318,3
Rumus struktur :
: Aclonak
: Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala reumatoid artritis, osteoartritis dan ankilosing
spondilitis.
: Penderita yang hipersensitif terhadap diklofenak atau yang menderita asma, urtikaria atau
k : Absorbsi dengan cepat dan lengkap dan jumlah yang diabsorbsi tidak berkurang jika
diberikan bersama dengan makanan. Kadar puncak obat dicapai dalam -1 jam. Ikatan
protein 99,7%, waktu paruh 1-2 jam. Pemberian dosis berulang tiidak menyebabkan
: Nyeri/keram perut, sakit kepala, retensi cairan, diare, nausea, konstipasi, flatulen, kelainan
pada hasil uji hati, indigesti, tukak lambung, pusing, ruam, pruritus dan tinitus.
: -Penggunaan bersama aspirin akan menurunkan konsentrasi plasma dan AUC diklofenak.
Pabrik : Pharos.
Na CMC (Ditjen POM, 1979 )
: Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau hampir tidak
berbau,higroskopik.
Kelompok 1
1. Hewan 1, diberi suspensi natrium CMC, kemudian kakinya diberi tanda dengan spidol, lalu
kaki tersebut dimasukan ke dalam air raksa dari pletysmometer, catat volumenya. Setelah
itu telapak kaki mencit disuntik dengan karagen 1%, lalu ukur lagi pada 15,30 dan 60 menit.
Hitung % Inflamasi.
2. Hewan 2, diberi suspensi natrium CMC, kemudian kakinya diberi tanda dengan spidol, lalu
kaki tersebut dimasukan ke dalam air raksa dari pletysmometer, setelah hewan diberi
suspensi tablet deksametason per oral lalu telapak kaki mencit disuntik dengan karagen
1%, lalu ukur lagi pada 15, 30 dan 60 menit. Hitung % Inflamasi.
Kelompok II
a. Hewan 1, diberi suspensi natrium CMC, kemudian kakinya diberi tanda dengan spidol, lalu
kaki tersebut dimasukan ke dalam air raksa dari pletysmometer, catat volumenya. Setelah
itu telapak kaki mencit disuntik dengan karagen 1%, lalu ukur lagi pada 15,30 dan 60 menit.
Hitung % Inflamasi.
b. Hewan 2, diberi suspensi natrium CMC, kemudian kakinya diberi tanda dengan spidol, lalu
kaki tersebut dimasukan ke dalam air raksa dari pletysmometer, setelah hewan diberi
suspensi tablet voltaren per oral lalu telapak kaki mencit disuntik dengan karagen 1%, lalu
METODE KERJA
III.1 Alat
Alat alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Benang godam
2. Erlenmeyer
3. Gelas kimia
4. Kanula
5. Penggaris
6. Spoit 1 ml
7. Stopwatch
8. Timbangan analitik
III.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Aquadest
3. Deksametason
4. Ibuprofen
5. Kertas timbang
6. Meloksikam
7. Metil prednisolon
8. Na CMC
9. Natrium diklofenak
10. Tissue
III.3 Cara kerja
Ditimbang
embuatan Na CMC
d. Diberi label
d. Diberi label
d. Diberi label
d. Diberi label
d. Diberi label
an hewan coba
5. Selanjutnya diberikan larutan obat meloksikam sebanyak 0,83 ml pada mencit kedua.
6. Diukur kembali kaki mencit yang telah di induksi pada menit ke 30, 60, 90 dan 120.
7. Dilakukan hal yang sama untuk mencit ketiga sampai keenam dengan obat masing
PEMBAHASAN
Inflamasi diartikan sebagai suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang
disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat- zat mikrobiologik. Inflamasi
adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang,
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efek obat obat antiinflamasi terhadap
hewan coba Mencit (Mus musculus ). Alasan pemilihan mencit sebagai hewan coba adalah
agar pengamatan terhadap pembengkakan kaki mencit mudah diamati dan diukur.
Dalam percobaan ini digunakan 5 jenis obat obat anti inflamasi yaitu Meloksikam,
obat ini belum pasti, tetapi diperkirakan obat ini bekerja dengan cara menghambat COX-1
dan COX-2.
Deksametason dan metil prednisolon merupakan obat antiinflamasi golongan
kortikosteroid. Obat golongan kortikosteroid sebenarnya memiliki efek yang sama dengan
hormon cortisone dan hydrocortisone yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, kelenjar ini
berada tepat diatas ginjal kita. Dengan efek yang sama bahkan berlipat ganda maka
kortikosteroid sanggup mereduksi sistem imun (kekebalan tubuh) dan inflamasi, makanya
kalo orang dengan penyakit-penyakit yang terjadi karena proses dasar inflamasi seperti
rheumatoid arthritis, gout arthritis (asam urat) danalergi gejalanya bisa lebih ringan setelah
pemberian kortikosteroid.
fenilasetat. Mekanisme kerja obat ini adalah menghambat jalan enzim siklo-oksigenase
dari golongan ini adalah menghambat siklo-oksigenase yang reversibel. Obat ini memiliki
Untuk percobaan kali ini, pertama disediakan 6 ekor mencit yang sudah di ukur berat
badannya. Kemudian di puasakan terlebih dahulu selama 8 jam. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi variasi biologis yang mungkin dapat terjadi sehingga efek obat yang diinginkan
dapat cepat diamati. Selanjutnya mencit di induksi dengan putih telur ( albumin ) pada
menggunakan benang godam dan penggaris. Tujuan dilakukannya pengukuran awal ini
adalah agar nantinya dapat diketahui seberapa besar efek obat obat anti inflamasi
tersebut dalam mengurangi bengkak / peradangan pada kaki mencit yang telah diinduksi.
Setelah pengukuran awal tadi, mencit kemudian diberi minum obat. Mencit pertama
dijadikan sebagai kontrol, tanpa diberikan larutan obat sama sekali. Mencit kedua dengan
berat 25 gram diberikan obat meloksikam sebanyak 0,83 ml, mencit ketiga dengan berat 27
gram diberikan obat deksametason sebanyak 0,9 ml, mencit ke empat dengan berat 30
gram diberikan obat metil prednisolon sebanyak 1 ml, mencit ke lima dengan berat 27 gram
diberikan obat diklofenak sebanyak 0,9 ml dan yang terakhir mencit dengan berat 29 gram
diberikan obat ibuprofen sebanyak 0,96 ml. Pemberian obat obat tersebut dilakukan
secara per oral dengan menggunakan spoit dan kanula. Mencit yang telah diberikan obat
kemudian dibiarkan. 30 menit kemudian, pengukuran pada kaki mencit kembali dilakukan.
- Untuk perlakuan obat meloksikam diperoleh data pada pengukuran awal sebesar 2,3 cm.
Setelah diinduksi inflamasi sebesar 2,5 cm. Setelah pemberian pada menit ke 30 sebesar
2,5 cm, menit ke 60 2,4 cm, menit ke 90 2,3 cm dan menit ke 120 sebesar 2,3 cm.
- Untuk perlakuan obat deksametason diperoleh data pada pengukuran awal sebesar 1,9 cm.
Setelah diinduksi inflamasi sebesar 2,6 cm. Setelah pemberian pada menit ke 30 sebesar
2,5 cm, menit ke 60 2,1 cm, menit ke 90 1,9 cm dan menit ke 120 sebesar 1,9 cm.
- Untuk perlakuan obat metil prednisolon diperoleh data pada pengukuran awal sebesar 2
cm. Setelah diinduksi inflamasi sebesar 2,1 cm. Setelah pemberian pada menit ke 30
sebesar 2,1 cm, menit ke 60 2,0 cm, menit ke 90 2,0 cm dan menit ke 120 sebesar 2,0 cm.
- Untuk perlakuan obat diklofenak diperoleh data pada pengukuran awal sebesar 2 cm.
Setelah diinduksi inflamasi sebesar 2,2 cm. Setelah pemberian pada menit ke 30 sebesar
2,2 cm, menit ke 60 2,0 cm, menit ke 90 2,0 cm dan menit ke 120 sebesar 2,0 cm.
- Untuk perlakuan obat Ibuprofen diperoleh data pada pengukuran awal sebesar 1,6 cm.
Setelah diinduksi inflamasi sebesar 1,9 cm. Setelah pemberian pada menit ke 30 sebesar
1,7 cm, menit ke 60 1,7 cm, menit ke 90 1,6 cm dan menit ke 120 sebesar 1,6 cm.
Dari hasil pengamatan di peroleh bahwa obat yang paling cepat berefek sebagai
prednisolon 188 menit, diklofenak 1,5 jam dan ibuprofen 2 jam. Jadi, berdasarkan literatur
obat antiiflamasi yang paling baik adalah diklofenak dengan t1/2 90 menit atau 1,5 jam. Jadi
hasil yang diperoleh tidak sama dengan literatur. Kesalahan hasil ini dapat disebabkan oleh
uran
ak dipuasakan
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa obat yang paling
VI.2. Saran
Sebaiknya asisten selalu mendampingi praktikannya selama kegiatan praktikum
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Penuntun praktikum Farmakologi dan Toksikologi II. Universitas Muslim
Indonesia, Makassar.
Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, DEPKES RI, Jakarta.
Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, DEPKES RI, Jakarta.
Dorland, W.A.N. ,2002, Kamus Kedokteran Dorland ,Setiawan, A., Banni, A.P., Widjaja, A.C.,
Adji, A.S., Soegiarto, B., Kurniawan, D., dkk , penerjemah. Jakarta: EGC.
Guyton, A.C. & Hall, J.E.. Buku ajar fisiologi kedokteran , 1997, EGC; Jakarta.
Mitchell, R.N. & Cotran, R.S.2003. Inflamasi akut dan kronik. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Rukmono, 2000, Kumpulan kuliah patologi. Jakarta: Bagian patologi anatomik FK UI.
PERHITUNGAN DOSIS
Deksametason
Dosis obat = 0,5 mg
Berat etiket = 0,5 mg
Berat rata rata = 129,26
Dosis untuk mencit 20 gram = 0,5 mg x 0,0026
= 0,0013 mg
Dosis untuk Mencit 30 gram = 30 gram x 0,0013 = 0,00195 mg
20 gram
Larutan stok : 100 ml
100 ml x 0,00195 = 0,195
1 ml
Berat yang ditimbang = 0,195 x 129,26
0,5
= 50,41 mg
Meloksikam
Dosis obat = 15 mg
Berat rata rata = 219,6 mg
Dosis untuk mencit 20 gram = 15 x 0,0026
= 0,039 mg
Dosis untuk Mencit 30 gram = 30 gram x 0,039 = 0,0585 mg
20 gram