Anda di halaman 1dari 25

rta masyarakat sangat menentukan keberhasilan, kemandirian dan kesinambungan

pembangunan kesehatan itu sendiri.

Salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah Pos

Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang dibentuk oleh dan untuk masyarakat itu sendiri.

Posyandu merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang dikelola oleh

masyarakat dengan dukungan tekhnis petugas Puskesmas. Kegiatan Posyandu meliputi 5

program pelayanan kesehatan dasar, yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Imunisasi,

Keluarga Berencana (KB), Perbaikan Gizi dan Penanggulangan Diare.

Keberadaan Posyandu beserta kader sebagai penggeraknya telah memberikan

dampak positif terhadap pembangunan khususnya di bidang kesehatan, sebagaimana

yang ditemukan oleh Perdana (1980) dalam Pramudho (1997) di Kabupaten Maros

Sulawesi Selatan bahwa peranan kader telah memperlihatkan adanya peningkatan

terhadap upaya Puskesmas dalam memperkecil masalah penyakit menular melalui

pengobatan penderita, pembangunan jamban serta imunisasi bagi bayi dan ibu hamil.

Adanya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 berdampak

terhadap berkurangnya kegiatan di Posyandu. Jumlah kunjungan balita di Posyandu yang

semula mencapai 6070 % menurun menjadi 30 40 % , akibat menurunnya partisipasi

masyarakat untuk membawa balitanya ke Posyandu. Soekirman (2000) menyatakan

bahwa salah satu penyebab terjadinya kasus kurang gizi pada masyarakat karena tidak

berfungsinya lembagalembaga sosial dalam masyarakat seperti Posyandu. Penurunan

aktivitas Posyandu tersebut berakibat pemantauan gizi pada anak dan ibu hamil

terabaikan. Namun meskipun demikian dari hasil penelitian Satoto dkk (2002)

menunjukkan bahwa sekitar 35% desa di Indonesia masih melaksanakan Posyandu

sampai sekarang dan sebagian masyarakat miskin masih menggunakan Posyandu sebagai
tempat pelayanan kesehatan. Hal ini membuktikan bahwa posyandu masih mempunyai

peran penting sebagai forum kegiatan masyarakat. Seperti dikemukakan diatas bahwa

operasional posyandu tidak lepas dari adanya kader posyandu yang telah banyak

membantu pelaksanaan kegiatan posyandu di 5 (lima) meja yang ada telah ditetapkan.

Menurut Satoto dkk (2002) bahwa tingkat presisi dan akurasi para kader

posyandu masih rendah. Hal tersebut berdasarkan penelitian di 72 posyandu di Jawa

Barat dan Jawa Tengah menunjukkan bahwa hanya 30% kegiatan posyandu dilaksanakan

dengan benar, 90% kader membuat kesalahan dalam penimbangan dan pencatatan

sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan, presisi dan akurasi data

penimbangan masih rendah. Selain itu, berdasarkan penelitian UNICEF (2002) bahwa

tingkat presisi kader dalam menimbang hanya 39% dan tingkat akurasinya hanya 3 %.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 20 posyandu

dari 27 posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Batu 10 pada awal bulan Juni

2006, terutama di posyandu yang sudah pernah mengikuti program pelatihan kader

posyandu yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota Tanjung Pinang dimana ditemukan

beberapa fakta sebagai berikut:

1. Cara penimbangan balita di posyandu tidak dilakukan sesuai petunjuk mengenai cara

penimbangan yang benar, dimana hampir semua Posyandu melakukan kesalahan

dalam penimbangan (misalnya, angka timbangan tidak di nolkan terlebih dahulu).

2. Buku-buku laporan posyandu tidak diisi dengan benar (lebih dari separuh posyandu).

3. Balok (SKDN), S : Jumlah balita di wilayah posyandu, K : Jumlah balita yang

mempunyai Kartu Menuju Sehat, D : Jumlah balita yang datang dan ditimbang di
posyandu, N : Jumlah balita yang ditimbang dan naik berat badannya, di Posyandu

lebih dari 60% tidak dibuat.

4. Strata Posyandu masih ada yang berstrata pratama (2 posyandu) dan madya (11

posyandu).

Untuk itulah penulis merasa tertarik melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Program

Pelatihan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Batu 10 Kota Tanjung Pinang.

B. Perumusan Masalah

Gejala-gejala yang ditemukan pada saat pelatihan kader posyandu dilakukan yang menjadi

penyebab penulis mencoba untuk melakukan penelitian ini adalah: cara penimbangan balita

di posyandu tidak dilakukan sesuai petunjuk mengenai cara penimbangan yang benar, dimana

hampir semua kader posyandu melakukan kesalahan dalam penimbangan misalnya, angka

timbangan tidak di nolkan terlebih dahulu sebelum melakukan penimbangan dan buku-buku

laporan posyandu tidak diisi dengan benar hal ini terjadi pada lebih dari separuh posyandu

serta balok SKDN di posyandu lebih dari 60% posyandu tidak dibuat.

Berdasarkan latar belakang dan gejala-gejala diatas, dapat dirumuskan permasalahan

penelitian yaitu Bagaimana gambaran hasil pelaksanaan program pelatihan kader posyandu

yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Batu 10 Kota Tanjung Pinang?.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

a. Umum:
Untuk mengetahui gambaran hasil pelaksanaan program pelatihan kader posyandu

di wilayah kerja Puskesmas Batu 10 Kota Tanjung Pinang.

b. Khusus:

1) Untuk mengetahui pengetahuan kader tentang cara penimbangan balita di

posyandu wilayah kerja Puskesmas Batu 10 Kota Tanjung Pinang

2) Untuk mengetahui pengetahuan kader tentang cara pembuatan balok SKDN di

posyandu wilayah kerja Puskesmas Batu 10 Kota Tanjung Pinang.

3) Untuk mengetahui pengetahuan kader tentang cara pengisian kartu menuju sehat

(KMS) di posyandu wilayah kerja Puskesmas Batu 10 Kota Tanjung Pinang.

4) Untuk mengetahui pengetahuan kader tentang penentuan strata posyandu di

wilayah kerja Puskesmas Batu 10 Kota Tanjung Pinang.

5) Untuk mengetahui pengetahuan kader tentang pengisian laporan kegiatan

bulanan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Batu 10 Kota Tanjung Pinang.

6) Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung program pelatihan kader posyandu

di wilayah kerja Puskesmas Batu 10 Kota Tanjung Pinang.

7) Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat program pelatihan kader posyandu

di wilayah kerja Puskesmas Batu 10 Kota Tanjung Pinang.

2. Manfaat

a. Sebagai informasi dan masukan dalam pengambilan keputusan untuk merumuskan

kebijakan program.
b. Sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti lain yang dapat digunakan sebagai bahan

masukan atau perbandingan untuk penelitian serupa.

D. Kerangka/Landasan Teoritis

1. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menilai hasil dari

program yang dilaksanakan, karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik (feed

back) terhadap program atau pelaksanaan kegiatan. Tanpa adanya evaluasi sulit

rasanya untuk mengetahui sejauh mana tujuan tujuan yang direncanakan itu telah

mencapai tujuan atau belum (Notoatmojo, 2003). Untuk mendapatkan evaluasi yang

tepat, adekuat dan sesuai dengan tujuan evaluasi, dapat digunakan beberapa

pendekatan, salah satunya adalah dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem dapat

dilakukan untuk suatu program kesehatan dimana penilaian secara komprehensif

dapat dilakukan dengan menilai input, proses, dan output.

Menurut Donabedian (cit. Khotimah, 2002) evaluasi dikelompokkan menjadi

3 kategori yaitu : 1) Evaluasi input adalah : evaluasi yang dilakukan pada atribut atau

ciri ciri tempat pemberian pelayanan, yang meliputi sumber daya sebagai berikut :

personil, peralatan, keuangan, dan fasilitas 2) Evaluasi proses adalah : evaluasi yang

dilakukan terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang

berkaitan dengan penyediaan dan penerimaan pelayanan. 3) Evaluasi output adalah

evaluasi yang dilakukan terhadap hasil pelayanan, berkaitan dengan hasil yang

dicapai dalam pelaksanaan pelayanan tersebut.

Menurut Zulfendri (2005) ketiga komponen input, proses dan output tersebut

juga dapat menilai suatu kinerja dari progam yang dilaksanakan.


Disamping teori tersebut diatas masih terdapat beberapa teori tentang evaluasi

yang dapat digunakan sebagai bahan referensi misalnya menurut Lembaga

Administrasi Negara (2004), evaluasi didefenisikan sebagai penaksiran (appraisal),

pemberian angka (rating) dan penilaian (assesment), yang mempunyai karakteristik

tertentu yang membedakannya dari analisis yaitu: a). Fokus nilai dimana evaluasi

ditujukan kepada pemberian nilai dari sesuatu kebijakan, program maupun kegiatan.

Evaluasi terutama untuk menujukan manfaat atau kegunaan dari suatu kebijakan,

program maupun kegiatan bukan sekedar usaha untuk mengumpulkan informasi

mengenai suatu hal, b). Interpendensi fakta nilai; suatu hasil evaluasi tidak hanya

tergantung fakta semata namun juga terhadap nilai, c). Orientasi masa kini dan masa

lampau; evaluasi diarahkan pada hasil yang sekarang ada dan hasil yang diperoleh

masa lalu, d). Dualitas nilai; nilai yang ada dari sutua evaluasi mempunyai kualitas

ganda karena evaluasi dipandang sebagai tujuan dan sekaligus cara.

Pentingnya evaluasi kegiatan karena evaluasi merupakan kegiatan lebih lanjut

dari pembahasan yang telah diungkapkam sebelumnya yaitu pengukuran keberhasilan

statu kegiatan. Tujuan evaluasi secara umum untuk mengetahui dengan pasti apakah

pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan

program/kegiatan dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan

program/kegiatan di masa yang akan datang.

Evaluasi mempunyai beberapa fungs antara lain: a). Memberikan informasi

yang valid mengenai program dan kegiatan yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan

desempatan telah dicapai. Dengan evaluasi dapat diungkapkan mengenai pencapaian

statu tujuan, sasaran dan target tertentu, b). Memberi sumbangan pada klarifikasi dan

kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari tujuan dan target, c). Memberi sumbangan
pada aplikasi metode analisis kebijakan termasuk perumusan masalah yang

direkomendasikan, d). Evaluasi memiliki tujuan pokok melihat seberapa besar

kesenjangan antara pencapaian hasil kegiatan dan program dengan harapan atau

renacana yang sudah ditetapkan. Fokus evaluasi dapat dikelompokkan menjadi: a).

Input evaluation, b). Proces evaluation, c). Output evaluation, d). Outcome evaluation

dan, e). Impact evaluation

Evaluasi juga merupakan proses penetapan sesuatu yang berguna. Menurut

pendapat yang berkembang, berguna berarti bernilai, bermanfaat atau mempunyai

keunggulan, Agus (2004 : 11). Pendapat ini umumnya berdasarkan pada informasi

perbandingan dan pengalaman dan seseorang mungkin mengharapkan beberapa

konsensus dari orang yang memiliki informasi tersebut. Terkadang tidak ada

kesamaan tentang makna tersebut karena tiap orang memiliki kriteria yang berbeda

dalam membuat evaluasi.

Evaluasi pelatihan adalah proses mengumpulkan informasi untuk membuat

keputusan tentang aktivitas pelatihan. Penting sekali bahwa evaluasi ini dilakukan

secara hati-hati sehingga keputusan akan didasarkan pada bukti-bukti yang akurat.

Keputusan yang baik akan memberikan kontribusi yang berarti bagi kebaikan

organisasi, sedangkan keputusan yang buruk sebaliknya akan menghabiskan biaya

tinggi. Keputusan yang dibuat harus memperhatikan aspek kontek organisasi dan

rencana organisasi dimasa depan. Proses evaluasi ini merupakan lebih sebagai

penyediaan informasi oleh pengambil keputusan dibanding dengan membuat

keputusan itu sendiri.

Informasi yang dikumpulkan bisa memenuhi sejumlah tujuan. Ini mungkin

mengenai proses pelatihan, perubahan yang bisa dipertalikan dengan pelatihan atau
peningkatan efektivitas bagi mereka yang telah mengikuti pelatihan. Informasi ini

juga bisa membantu memutuskan apakah pelatihan adalah cara yang paling efektif

untuk mencapai bentuk perubahan organisasi. Karena itu penting sekali untuk

mengidentifikasi tujuan evaluasi sebelum memutuskan informasi apa yang harus

dikumpulkan. Jika ini tidak dilakukan, maka proses evaluasi akan kehilangan fokus

dan menjadi suatu pemborosan dana saja. Tujuan evaluator adalah harus melakukan

sesuatu dengan sumber daya yang tersedia. Sangat mustahil untuk mengumpulkan

informasi untuk menjawab semua pertanyaan yang ada.

Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah salah satu bentuk pemecahan

masalah kesehatan masyarakat dengan menggunakan pendekatan pendidikan

(edukatif). Pendidikan adalah suatu proses yang unsur-unsurnya terdiri dari masukan

(input) yaitu sasaran pendidikan dan keluaran (out put) yakni suatu bentuk perilaku

baru / kemampuan baru dari sasaran pendidikan. Masukan dalam pendidikan

kesehatan adalah perilaku masyarakat, baik masyarakat pemberi pelayanan kesehatan

(provider) maupun masyarakat penerima pelayanan (consumer), FKM UNDIP (2006

: 1).

Seperti halnya kegiatan-kegiatan lain Pendidikan Kesehatan Masyarakat

(PKM) perlu untuk dilakukan suatu perencanaan dan evaluasi supaya mempunyai

hasil yang optimal. Disamping itu dalam kegiatan PKM dapat diartikan sebagai

kegiatan : pemberian informasi, pemberian pengetahuan, peningkatan keterampilan

dan perubahan perilaku. Bahkan menurut pengertian WHO Philosophy, perlu

ditambahkan adanya kegiatan: Educating Policy Makers dan perlunya memelihara

kesehatan secara mandiri oleh masyarakat, perlu adanya partisipasi dari masyarakat

dan untuk itu perlu perencanaan yang baik.


Lawrence Green dalam bukunya yang berjudul Health Education Planning

a Diagnostic Approach mengajak kita untuk membuat perencanaan PKM mulai dari

outcome (dalam hal ini adalah kualitas hidup) dan kemudian menelusur dengan

mencari / mendiagnosa faktor-faktor yang penting untuk terjadinya masalah tersebut

sebelum kita menetapkan cara / intervensi yang akan dilakukan. Hal ini sangat

penting untuk diperhatikan karena kalau tidak intervensi hanya berdasar pada kira-

kira saja dan akan menyebabkan kegiatan intervensi ini salah arah atau tidak efektif.

Kegiatan pendidikan kesehatan terhadap Kader Posyandu sudah pernah

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Tanjung Pinang. Adapun tujuan dari pelatihan

tersebut adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Kader Posyandu

dalam melakukan kegiatan-kegiatan di Posyandu. Namun sayang sekali hasil dari

pelatihan tersebut masih dirasakan belum optimal seperti apa yang diinginkan.

Secara singkat evaluasi dapat diartikan sebagai perbandingan antara hasil yang

dicapai dengan hasil yang diharapkan (yang direncanakan). Namun sebenarnya kalau

kita lihat, evaluasi mempunyai bermacam-macam manfaat antara lain :

a. Memberi masukan kepada para perencana dalam membuat re-planning karena

dalam melaksanakan evaluasi dapat pula diketahui adanya faktor pendorong dan

penghambat terlaksananya kegiatan.

b. Memperbaiki metode monitoring.

c. Share of Experience kepada para pengelola program serupa yang lain.

Ada 3 (tiga) tingkat evaluasi yaitu :

a. Evaluasi Proses ialah evaluasi kegiatan intervensi PKM yang dilaksanakan.


b. Evaluasi Impak ialah evaluasi untuk tercapainya Objective Goal yang telah dibuat

baik pada phase pendidikan maupun phase perilaku. Dalam evaluasi ini perlu

ditetapkan kapan dan bagaimana (metode) evaluasi tersebut akan dilaksanakan.

c. Evaluasi Out Come ialah evaluasi terhadap masalah pokok yang pada awal

perencanaan akan diperbaiki dan dirasakan baik oleh masyarakat maupun petugas

kesehatan, yaitu :

- Masalah kesehatan hidup

- Masalah kualitas hidup, FKM UNDIP (2006 : 9).

Farida (2000 : 3) dalam Ralph Tyler, mendefinisikan evaluasi sebagai proses yang

menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Selain itu juga

Cronbach, Stufflebeam dan Alkin mengartikan evaluasi sebagai penyediaan

informasi untuk pembuat keputusan. Sedangkan Maclcolm, Provus, pencetus

Discrepancy Evaluation, mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada

dengan suatu standard untuk mengetahui apakah ada selisih.

FKM UNDIP (2006 : 9) dalam (Dignan & Carr, 1992), menyatakan bahwa

evaluasi didefinisikan sebagai proses pemeriksaan terhadap ketercapaian suatu

program. Defenisi ini meliputi 3 konsep dasar dalam memahami evaluasi.

Pertama, evaluasi adalah pemeriksaan; ini bukanlah ucapan, yang

dikendalikan oleh aturan yang tidak fleksibel. Ketika para profesional kesehatan

mengumpulkan pengalaman dalam perencanaan dan melaksanakan evaluasi,

terlihat jelas bahwa fleksibilitas itu adalah suatu unsur kunci untuk menghasilkan
evaluasi yang merujuk pada pertanyaan-pertanyaan penting mengenai program.

Prinsip dasar dengan menunjukkan pengembangan rencana untuk evaluasi.

Kedua, evaluasi dipusatkan pada memprediksi pencapaian suatu program.

Pencapaian mungkin digambarkan dalam berbagai cara, tergantung pada program

itu dan motivasi untuk evaluasi. Evaluasi adalah perputaran, dimana informasi

yang disajikan tidak hanya memenuhi kebutuhan tetapi membantu ke arah

peningkatan program itu juga.

Ketiga, Evaluasi pada umumnya didasarkan pada suatu standard

perbandingan. Untuk bisa efektif, evaluasi harus memusatkan pada suatu indikator

kegagalan atau kesuksesan program dengan jelas. Indikator tersebut

dikembangkan sebagai suatu jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan evaluasi

yang paling mendasar : apa yang kita harapkan jika program berfungsi seperti

yang diharapkan ?. Jawabannya mungkin memusatkan pada hasil seperti

meningkatnya pengetahuan, akses pelayanan kesehatan yang lebih baik, gaya

hidup yang lebih sehat, atau banyak perubahan-perubahan yang lain, tergantung

pada tujuan umum dan tujuan khusus program

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat ditarik pengertian evaluasi adalah

suatu proses pembandingan hasil kegiatan dengan standar yang telah ditetapkan yang

meliputi evaluasi input, proses, dan output.

2. Program

Program pada dasarnya merupakan kumpulan kegiatan yang dihimpun dalam

statu kelompok yang sama secara sendiri-sendiri atau bersama-sama untuk mencapai

tujuan dan sasaran. Program yang baik akan menuntun pada hasil-hasil yang
diinginkan. Oleh karena itu, penetapan program dilakukan dengan melihat kebijakan

yang telah ditetapkan, tujuan dan sasaran serta visi dan misi.

Perumusan program dapat dilakukan melalui proses sebagai berikut:

a. Program merupakan alat untuk pencapaian tujuandan sasaran, oleh serena itu dalam

menetapkan program, tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan

menjadi informasi utama untuk menetapkan program.

b. Atas dasar hal tersebut diatas, selanjutnya dilakukan klarifikasi-klarifikasi sasaran

yang dilakukan atas dasar berbagai pertimbangan baik dilihat dari sisi aspek-

aspek tertentu.

c. Program dapat dilengkapi dengan fase-fase pelaksanaan yang akan menuntun para

pelaksana pada alur yang sistematik sehingga tujuan dan sasaran dapat dicapai

sesuai harapan.

d. Mengkaji ulang, program yang telah berhasil dirumuskan dan mengkaji ulang serta

disosialisasikan ke tingkat yang lebih tinggi.

3. Posyandu

Posyandu merupakan kependekan dari pos pelayanan terpadu adalah pusat

kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan.

Tujuan dari adanya posyandu adalah untuk mempercepat penurunan angka kematian

bayi, balita dan angka kelahiran. Selain itu juga agar masyarakat dapat

mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang.


Posyandu adalah unit pelayanan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan

untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis petugas Puskesmas (Depkes

RI,1990). Pada dasarnya kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu memadukan antara

kegiatan pelayanan oleh masyarakat dan oleh petugas khususnya petugas kesehatan.

Namun dalam kegiatan tersebut masyarakat yang mempunyai peranan pokok dalam

upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan sedangkan petugas kesehatan hanya

membantu upaya yang pada dasarnya merupakan kegiatan masyarakat sendiri.

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya

masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan untuk

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan

masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh

pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan

bayi, Dirjen Binkesmas Depkes RI (2005 : 8).

Posyandu meliputi 5 program prioritas yakni : Keluarga Berencana (KB),

Kesehatan ibu dan Anak (KIA), Gizi, Imunisasi, dan Penanggulangan Diare . Kelima

program tersebut dilaksanakan secara terpadu melalui mekanisme 5 meja yang ada

di Posyandu, yang terdiri dari :

a. Meja 1, pendaftaran (bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur)

b. Meja 2, penimbangan (khusus bayi dan balita)

c. Meja 3, pengisian Kartu menuju Sehat (KMS)

d. Meja 4, penyuluhan (gizi, KB, Lingkungan, dan lain lain)

e. Meja 5 , imunisasi dan pengobatan sederhana


(Notoatmodjo, 2005)

Kegiatan kegiatan di Posyandu dilaksanakan serta dikelola oleh kader yang

telah dipilih oleh masyarakat, namun tidak berarti seluruh pelayanan yang ada di

Posyandu tersebut dilakukan kader. Petugas kesehatan memberikan pelayanan yang

tidak mungkin dilakukan oleh kader, seperti memberikan suntikan vaksin, suntikan KB

dan lain sebagainya yang hanya boleh dilakukan oleh petugas kesehatan khusus yang

sudah dilatih.

Atas dasar 8 indikator , Posyandu dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan yang

secara ringkas kriteria kategorisasi Posyandu tampak pada tabel berikut ini .

TABEL I.1

INDIKATOR DAN TINGKAT KEBERHASILAN POSYANDU

Indikator

Frekwensi timbang

Rata rata kader tugas

Rata rata cakupan D/S

Cakupan kumulatif KB

Cakupan kumulatif KIA

Cakupan kum. Imunisasi

Program tambahan

Cakupan dana Sehat

Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2001


a. Posyandu Pratama ( warna merah )

Posyandu tingkat pratama adalah Posyandu yang masih belum mantap,

kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.

b. Posyandu Madya ( warna kuning )

Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali

pertahun, dengan rata rata jumlah kader yang hadir sebanyak 5 orang atau lebih.

c. Posyandu Purnama ( warna hijau )

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang kegiatannya lebih dari 8 x

pertahun, rata rata jumlah kader yang bertugas sebanyak 5 orang atau lebih,

cakupan 5 program utamanya (KIA,KB,Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%.

Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih

sederhana.

d. Posyandu Mandiri ( warna biru )

Posyandu ini berarti sudah dapat melaksanakan kegiatan secara teratur, cakupan 5

program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah

menjangkau lebih dari 50% kepala keluarga.

Sistem adalah suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain

dan mempunyai satu tujuan yang jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari input,

proses, output, effect, out-come dan mekanisme umpan baliknya (Muninjaya, 1999).

Di dalam sistem pelayanan terpadu (Posyandu) komponen input yaitu sumber

daya atau masukan dari suatu sistem yang terdiri dari tenaga, sarana dan dana. Proses
yaitu semua kegiatan sistem yang mengubah input menjadi output, dalam pelayanan

Posyandu, proses adalah semua kegiatan dari mulai persiapan bahan, tempat dan

kelompok sasaran , dilaksanakannya program pelayanan dilapangan sampai kegiatan

evaluasi. Sedangkan menjadi output dalam program pelayanan terpadu ini adalah

produk program sebagai kinerja dari hasil pelayanan terpadu (Muninjaya, 1999).

Untuk lebih jelasnya mengenai komponen input, proses dan output pada pelayanan di

Posyandu akan diuraikan secara lebih terinci berikut ini:

a. Komponen Input

1) Tenaga

Jumlah tenaga yang sangat dibutuhkan dalam pelayanan Posyandu ini ,

minimal sebanyak 4 5 orang. Bahkan untuk Posyandu tingkat Paripurna

diperlukan kader kesehatan, minimal sebanyak 6-10 orang, sehingga

pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik dan pengunjung

mendapatkan pelayanan tanpa harus menunggu berlama lama (Depkes RI,

1990). Kader kesehatan masyarakat adalah seorang laki laki atau

perempuan yang dipilih oleh masyarakat dan telah dilatih untuk menangani

masalah masalah kesehatan perorangan atau masalah kesehatan masyarakat

serta mau bekerja sama untuk daerah tempat tinggalnya .

2). Kelengkapan Sarana Posyandu

Lengkapnya sarana / peralatan di Posyandu dapat menunjang kelancaran

kegiatan baik dari kadernya sendiri maupun pengguna Posyandu. Untuk

melaksanakan kegiatannya, Posyandu harus memiliki sarana sarana/


perlengkapan yang dapat memperlancar pelaksanaan pelayanannya.

Perlengkapan Posyandu tersebut adalah sebagai berikut:

a) Alat timbangan / dacin, KMS.

b) Alat bantu penyuluhan seperti : buku pegangan kader, lembar balik,

leaflet, poster.

c) Meja dan Kursi.

d) Alat memasak.

3). Pendanaan

Dalam pelaksanaan kegiatannya, posyandu memerlukan dana operasional

guna menunjang kelancaran kegiatan yang dilakukan. Besar dana tersebut

pada umumnya tergantung dari jumlah kegiatan dan jumlah pasien yang

dilayani. Dana operasional untuk membiayai seluruh kegiatan Posyandu

biasanya bersumber dari masyarakat, sebab berdiri tidaknya Posyandu di

suatu lingkungan Rukun Warga, tergantung dari partisipasi masyarakat

setempat. Bantuan dari pihak Puskesmas hanya terbatas pada bidang

bidang tertentu seperti tenaga Bidan untuk melakukan vaksinasi, pelayanan

KB dan pelatihan tenaga yang dapat hanya dikatakan sebagai faktor

penunjang kegiatan Posyandu. Sumber dana operasional posyandu ini,

biasanya berasal dari :

a). Swadaya masyarakat, yaitu dana yang bersumber langsung dari

masyarakat, misalnya : donatur tetap atau tidak tetap, kelompok arisan

usaha.
b). Pihak pemerintah, yaitu dana yang bersumber dari bantuan pemeritah

setempat atau Puskesmas.

c). Bantuan tertentu yaitu dana yang didapat dari bantuan pihak pihak

tertentu misalnya simpatisan posyandu,organisasii kemasyarakatan dan

lain lain.

b). Komponen Proses

1). Perencanaan

Rencana kerja pada kegiatan Posyandu ini dilakukan melalui rapat PKK /

LKMD dengan para pengurus posyandu di tingkat desa. Permasalahan yang

dibahas dalam rapat tersebut antara lain adalah:

a) Pembahasan tentang kesiapan tenaga kader untuk menyelenggarakan

kegiatan Posyandu.

b) Pembahasan tentang tata cara serta tujuan pelaksanaan Posyandu.

c) Pembahasan tentang langkah langkah persiapan pelaksanaan Posyandu.

d) Pembahasan tentang permasalahan yang sedang dihadapi untuk melihat

rencana kerja kader ini, akan terlihat pada pembuatan jadwal yang

seharusnya oleh kader bekerjasama dengan petugas kesehatan.

2) Pengorganisasian

Suatu organisasi yang baik, mempunyai struktur organisasi (susunan

kepengurusan) yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan seksi


seksi. Pada masing masing jabatan yang ada pada struktur organisasi

tersebut, mempunyai rencana kerja tersendiri dan mengadakan pembagian

tugas serta berusaha agar konsisten dalam melaksanakan kegiatan Posyandu.

3) Pelaksanaan kegiatan

a). Penimbangan

Pelaksanaan penimbangan yang dilakukan bertujuan untuk memonitoring balita dengan

melihat naik atau tidak naik berat badan anak, yang dilakukan sebulan

sekali dengan menggunakan KMS. Atas dasar penimbangan bulanan ini,

ditentukan tindak lanjutnya manakala dibutuhkan (Depkes RI, 2000).

b). Pemberian paket pertolongan Gizi

Pelaksanaan pemberian paket pertolongan gizi ini terdiri dari

- Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada semua anak balita usia 1

5 tahun setiap 6 bulan yang merupakan salah satu upaya

pencegahan kurang vitamin A.

- Pemberian tablet tambah darah (Fe) setiap hari pada semua ibu hamil,

terutama pada usia kehamilan 7 9 bulan. Kegiatan ini dimaksudkan

sebagai salah satu usaha pencegahan kurang darah pada ibu hamil.

- Pemberian oralit atau larutan gula garam (LGG) pada semua anak yang

mencret, dan ini merupakan salah satu dari usaha penanggulangan

diare.

c). Kegiatan penyuluhan


Pada kegiatan penyuluhan ini sangat penting. Ada 2 jenis penyuluhan

yang biasa diberikan pada pelaksanaan di Posyandu ini, yaitu:

- Penyuluhan kelompok, yang dilakukan sebelum pelaksanaan

penimbangan (awal pelaksanaan penimbangan)

- Penyuluhan individu dilakukan pada meja 4. Materi yang diberikan

disesuaikan dengan kondisi balita. Biasanya kader yang menempati

meja 4 sebelum memberikan penyuluhan langkah awal yang harus

dilakukannya adalah memperhatikan KMS Balita, lalu

memberitahukan pada ibu tentang keadaan anak berdasarkan

perubahan berat badan anak yang tertera pada KMS. Langkah

selanjutnya barulah kader memberikan peyuluhan berdasarkan hasil

timbangan balita, dalam pemberian penyuluhan ini kader berpedoman

pada buku pegangan kader (Depkes RI, 2000).

d). Evaluasi kegiatan

Menurut The World Health Organization, Evaluasi merupakan suatu

cara belajar yang sistematis dari pengalaman yang dimiliki untuk

meningkatkan pencapaian, pelaksanaan dan perencanaan suatu program

melalui pemilihan secara seksama berbagai kemungkinan yang tersedia

guna penerapan selanjutnya.

Menurut The American Public Association, Evaluasi adalah suatu proses

untuk menentukan keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam

mencapai tujuan yang telah ditentukan, sedangkan menurut The

International Clearing House on Adolescent Fertility Control for


Population Options, evaluasi merupakan suatu proses yang teratur dan

sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur

atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan

kesimpulan serta penyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan pada

setiap tahap dari pelaksanaan program, sedangkan menurut Riecken,

evaluasi adalah pengukuran terhadap akibat yang ditimbulkan dari

dilaksanakannya suatu program dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Evaluasi merupakan bagian integral dari fungsi manajemen, evaluasi

juga termasuk fungsi penilaian yang didalamnya termasuk pencatatan

dan penyusunan laporan. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan ini

merupakan kegiatan yang sangat dibutuhkan, karena dari hasil

pencatatan dan pelaporan ini dapat diketahui hasil yang telah dicapai

dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu ini.

Pada umumnya setiap Posyandu melakukan pencatatan terhadap

kegiatan yang dilakukan, catatan kegiatan tersebut selanjutnya

dirangkum oleh pengurus sehingga menjadi laporan kegiatan Posyandu.

Laporan ini kemudian dikirim kepada instansi yang mempunyai

hubungan dengan pembinaan Posyandu misalnya : Puskesmas, Lurah

dan Camat. Data ini sangat berguna untuk mengetahui perkembangan

Posyandu tersebut (Sitohang dan Adi, 1989). Pelaksanaan kegiatan

dalam rangka untuk perbaikan gizi akan lebih berdaya guna dan berhasil

guna apabila ditunjang dengan adanya suatu sistem pencatatan dan

pelaporan yang dapat diandalkan dalam menyediakan data dan


informasi, baik data yang bersifat kumulatif ataupun data yang kualitatif

(Depkes RI, 1999).

c). Komponen Output

Menurut Azrul Azwar, DR,dr, MPH, output merupakan hasil dari statu pekerjaan

administrasi, dalam ilmu kesehatan dikenal dengan nama pelayanan kesehatan

(health service). Kinerja output disini meliputi cakupan hasil program gizi di

Posyandu yang dapat dilihat dalam bentuk persentase cakupan yang berhasil

dicapai oleh suatu Posyandu. Adapun cakupan hasil program gizi di Posyandu

tersebut adalah sebagai berikut :

1). Cakupan Program (K/S)

Cakupan program (K/S) adalah : Jumlah Balita yang memiliki Kartu Menuju

Sehat (KMS) dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu

kemudian dikali 100%. Persentase K/S disini, menggambarkan berapa

jumlah balita diwilayah tersebut yang telah memiliki KMS atau berapa besar

cakupan program di daerah tersebut telah tercapai.

2). Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S)

Cakupan partisipasi masyarakat (D/S) adalah : Jumlah Balita yang ditimbang

di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja Posyandu

kemudian dikali 100 %. Persentase D/S disini, menggambarkan berapa besar

jumlah partisipasi masyarakat di dareah tersebut yang telah tercapai.

3). Cakupan Kelangsungan Penimbangan (D/K)


Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K) adalah : Jumlah Balita yang

ditimbang di Posyandu dalam dibagi dengan jumlah balita yang telah

memiliki KMS kemudian dikali 100%. Persentase D/K disini,

menggambarkan berapa besar kelangsungan penimbangan di daerah tersebut

yang telah tercapai.

4). Cakupan Hasil Penimbangan (N/D)

Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) adalah : Rata rata jumlah Balita yang

naik berat badan (BB) nya dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang di

Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase N/D disini, menggambarkan

berapa besar hasil penimbangan didaerah tersebut yang telah tercapai.

5). Cakupan Distribusi Vitamin A

Cakupan Distribusi Vitamin A adalah : Jumlah balita yang mendapatkan

vitamin A (Februari dan Agustus) dibagi dengan dua kali jumlah balita yang

ada didaerah tersebut kemudian dikali 100% . Persentase distribusi vitamin A

disini, menggambarkan berapa besar distribusi vitamin A di daerah tersebut

yang telah tercapai.

6). Cakupan Distribusi Fe

Cakupan distribusi tablet tambah darah (Fe) adalah : Jumlah ibu hamil yang

mendapatkan Fe (90 tablet) dibagi dengan jumlah ibu hamil yang ada

didaerah tersebut kemudian dikali 100%. Persentase distribusi Fe disini,

menggambarkan berapa besar distribusi Fe didaerah tersebut yang telah

tercapai.
Pelatihan adalah suatu proses belajar mengajar terhadap pengetahuan, sikap

dan keterampilan sehingga ada peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta

pelatihan, serta peserta pelatihanpun mampu melaksanakan tanggungjawabnya

semakin baik sesuai dengan standar (Nur, 2003).

Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan sumber daya manusia tenaga

kesehatan termasuk kader posyandu, peningkatan yang diharapkan berupa

peningkatan pengetahuan dan keterampilan sedangkan metode yang sering digunakan

ceramah, tanya jawab, curah pendapat, simulasi atau praktek (Depkes, 2000).

Kader Posyandu dipilih oleh pengurus Posyandu dari anggota masyarakat

yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan

Posyandu. Kader Posyandu menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela.

Kriteria kader Posyandu adalah sebagai berikut :

1) Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat.

2) Dapat membaca dan menulis.

3) Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat.

4) Bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang.

Dalam keadaan tertentu, terutama di daerah perkotan, karena kesibukan

yang dimiliki, tidak mudah mencari anggota masyarakat yang bersedia aktif secara

sukarela sebagai kader Posyandu. Untuk mengatasinya kedudukan dan peranan kader

Posyandu dapat digantikan oleh tenaga profesional terlatih yang bekerja secara purna

/ paruh waktu sebagai kader Posyandu dengan mendapat imbalan khusus dari dana
yang dikumpulkan oleh dan dari masyarakat. Kriteria tenaga profesional antara lain

sebagai berikut :

1) Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat.

2) Berpendidikan sekurang-kurangnya SMP.

3) Bersedia dan mau bekerja secara purna / paruh waktu untuk mengelola Posyandu.

E. Konsep Operasaional

- Tenaga

- Sarana

- Pendanaan
Input

Dari uraian beberapa teori tentang evaluasi, maka dapat digambarkan konsep operasional,
sebagai berikut:

Evaluasi
Proses

Anda mungkin juga menyukai