Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DEWASA II
PADA KLIEN DENGAN OSTEOSARKOMA

Disusun oleh :
Eby Rahmadita (010109a030)
Eko supriyadi (010109a031)
Elly Syaftiana (010109a032)
Erina Oktavianingrum (010109a034)
Evi Fitriani (010109a035)
Felix Nudya Amburika (010109a036)
Fibriani Arianita (010109a037)
Hendra Wadi (010109a038)
Heni Kusumawati (010109a039)
Heru Prasetyo (010109a040)
I Gede Angga Wasistajaya (010109a041)

Program Studi Ilmu Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan NgudiWaluyo
Jl. Gedong Songo, Candirejo Ungaran
Tahun Ajaran 2011/2012
Kata Pengantar

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatnya kita dapat menyusun laporan pendahuluan tentang osteosarkoma.
Laporan pendahuluan ini adalah berisi mengenai teori Osteosarkoma yang
akan mempermudah dalam penyusunan laporan kasus sesuai dengan keadaan pasien.
Selain itu laporan ini juga digunakan sebagai acuan pencapaian target asuhan
keperawatan tentang Osteosarkoma. Ilmu keperawatan kini telah berkembang sangat
pesat, oleh karena itu pembaca atau pembimbimng dengan rendah hati diharapkan
dapat memberikan bimbingan untuk perbaikan.
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar belakang
Tumor muskuluskeletal maligna primer relative jarang dan tumbuh dari sel
jaringan ikat dan penyokong (sarkoma) atau dari elemen sumsum tulang
(mieloma).tumor muskuluskeletal primer maligna meliputi osteosarkoma,
kondrosarkoma, sorkoma Ewing, dan fibrosarkoma. Sarcoma jaringan linak
meliputi liposarkoma fibrosarkoma jaringan lunak, dan rabdomiosarkoma. Tumor
tulang biasanya bermetastasis ke tulang. Sarcoma osteogenik (osteosarkma)
merupakan tumor tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Di
tandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan
mortalitas tinggi karena sarcoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien
pertama kali berobat. Sarcoma osteogenik tampak lebih sering pada pria pada
kelompok umur 10-25 tahun (pada tulang yang sedang tumbuh cepat) dan pada
kelompok lebih tua yang menderita penyakit Paget atau akibat pajanan radiasi.
Bermanifestasi sebagai nyeri, pembekakan, keterbatasan gerak, dan kehilangan
berat badan (dianggap sebagai temuan yang mengerikan). Masa tulang dapat
teraba, nyeri tekan, dan tidak bisa di gerakan, dengan peningkatan suhu kulit
diatas masa dan ketegangan vena. Lesi primer dapat mengenai semua tulang;
namun tempat yang paling sering adalah distal femur, proksimal tibia, dan
proksimal humerus.
II. Tujuan

A. Tujuan umum
Setelah mempelajari laporan pendahuluan ini mahasiswa diharapkan mampu
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Osteosarkoma.

B. Tujuan khusus

a. Mahasiswa dapat mejelaskan definisi osteosarkoma.


b. Mahasiswa dapat memahami anatomi dan fisiologi tulang.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi osteosarkoma.
d. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi dan pathway osteosarkoma.
e. Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis osteosarkoma.
f. Mahasiswa dapat menjelaskan klasifikasi osteosarkoma.
g. Mahasiswa dapat menjelaskan komplikasi osteosarkoma.
h. Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan diagnostik osteosarkoma.
i. Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan osteosarkoma.
j. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
osteosarkoma.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Osteosarkoma adalah tumor tulang maligna yang tumbuh cepat tidak
diketahui penyebabnya, yang sering terjadi pada tulang panjang dan
menyebabkan destruksi dan erosi tulang. Sarcoma osteogenik atau osteosarkoma
merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor tumbuh dibagian
metafisis tulang.
(Price, Sylvia Anderson, 1995)

Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang


biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-
anak. rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun.
angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada
akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
(Smeltzer, Suzanne C,2001)

2. ANATOMI FISIOLOGI
System muskuluskeletalmerupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus
pergerakan. Komponen uatama dari system muskuluskeletal adalah jaringan ikat.
System ini terdiri dari tulang, semdi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan
jaringan-jarinagn khusus yang menghubungkan struktur ini.
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat
untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tulang. Ruang ditengah
tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk berbagai
sel darah. Tulamg juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur
kalsium dan fosfat.
Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral
dan jaringan organic (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat menbentuk
suatu kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan
proteoglikan. Matriks organic tulang disebut sebagai suatu osteoid. Sekitar 70%
dari osteoid adalah kolagen tipe 1 yang kaku dan memberikan ketegaran tinggi
pada tulang. Materi organic lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan
seperti asam hialuronat.
Hampir semua tulang berongga di bagian tengahnya. Struktur demikian
mamaksimalkan kekuatan structural tulang dengan baham yang relatif kecil atau
ringan. Kekuatan tambahan diperoleh dari sususnan kolagen mineral dalam
jaringan tulang. Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau lamellar. Tulang
yang berbentuk anyaman terlihat saat pertumbuhan cepat, seperti sewaktu
perkembangan janin atau sesudah terjadinya patah tulang, selanjutnya keadaan ini
akan diganti oleh tulang yang lebih dewasa yang berbentuk lamellar. Pada orang
dewasa, tulang anyaman ditemukan pada insersi ligametum atau tendon. Tumor
sarcoma osteogenik terdiri dari tulang anyaman. Tulang lamellar terdapat
diseluruh tubuh orang dewasa. Tulang lamellar tersusun dari lempengan-
lempengan yang sangat padat dan bukan merupakan suatu masa kristal yang
padat. Pola susunan ini melengkapi tulang dengan kekuatan yang besar.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari 3 jenis sel:
osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan
membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan
osteoit melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif
menghasilkan jaringan osteoit, osteoblas mesekresikan sejumlah besar
fosfatasealkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium
dan fosfat kedalam matriks tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang
bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang
padat. Osteoklas adalah sel-sel besar berintu banyak yang memungkinkan
mieniral dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit.
Osteoklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik
yamg memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang,
sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran darah.
(Price, Sylvia Anderson, 1995)

3. ETIOLOGI
a. Idiopatik.
b. Umur dan jenis kelamin.
Pria lebih sering, umur 10-25 tahun.
Pria mempuyai pertumbuhan tulang yang cepat. Sedangkan pada umur 10-
25 tahun merupakan tahap pertumbuhan yang cepat.
c. Terpapar radiasi sinar X.
d. Pertumbuhan sel tulang abnormal (displasia tulang).
e. Pernah terjadi trauma.
f. Banyak makan makanan mengandung karsinogen.
(Smeltzer, Suzanne C, 2001)

4. PATOFISIOLOGI
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang penyebab pastinya tidak
diketahui. Ada beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan osteosarkoma.
Sel berdiferensiasi dengan pertumbuhan yang abnormal dan cepat pada
tulang panjang akan menyebabkan munculnya neoplasma (osteosarkoma).
Penampakan luar dari osteosarkoma adalah bervariasi. Bisa berupa:
1. osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan lunak
diinvasi oleh tumor.
2. osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang baru.
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada hasil
pemeriksaan radigrafi menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk
segitiga. Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai bentuk
keganasan tulang yang lain, tetapi bersifat khas untuk osteosarkoma; tumor itu
sendiri dapat menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif.
Gambaran seperti ini pada radiogram akan terlihat sebagai suatu sunburst
(pancaran sinar matahari).
Reaksi tulang normal dengan respon osteolitik dapat bermetastase ke paru-
paru dan keadaan ini diketahui ketika pasien pertama kali berobat. Jika belum
terjadi penyebaran ke paru-paru, maka angka harapan hidup mencapai 60%.
Tetapi jika sudah terjadi penyebaran ke paru-paru merupakan angka mortalitas
tinggi.
Tumor bisa menyebabkan tulang menjadi lemah. Patah tulang di tempat
tumbuhnya tumor disebut fraktur patologis dan seringkali terjadi setelah suatu
gerakan rutin. Dapat juga terjadi pembengkakan, dimana pada tumor mungkin
teraba hangat dan agak memerah.
(Smeltzer, Suzanne C,2001)

5. PATHWAY
(terlampir)

6. MANIFESTASI KLINIS
Bermanifestasi sebagai nyeri, pembekakan, keterbatasan gerak, dan
kehilangan berat badan (dianggap sebagai temuan yang mengerikan). Masa tulang
dapat teraba, nyeri tekan, dan tidak bisa di gerakan, dengan peningkatan suhu
kulit diatas masa dan ketegangan vena. Kelelahan, anoreksi dan anemia. Lesi
primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang paling sering adalah
distal femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus.
(Smeltzer, Suzanne C, 2001)

7. KLASIFIKASI TUMOR TULANG MENURUT TNM:


a. T : Tumor Induk
b. To : Tidak ditemukan tumor primer
c. T1 : Tumor terbatas didalam periosteum
d. T2 : Tumor menembus periosteum
e. T3 : Tumor masuk organ/struktur sekitar tulang
f. N : Kelenjar limfe regional
g. No : Tidak ditemukan tumor dikelenjar limfe
h. N1 : Tumor ditemukan di kelenjar limfe
i. M : Metastase jauh
j. Mo : Tidak ditemukan metastase jauh
k. M1 : Metastase jauh

(Price, Sylvia Anderson, 1995)

8. KOMPLIKASI
a. Metastase hematogen ke paru-paru.
Metastase hematogen ke paru-paru karena paru-paru banyak mengandung O2.
b. Fraktur patologis.
Karena terjadinya destruksi dan erosi tulang sehingga terjadi fraktur.
c. Infeksi.
Jaringan lunak di invasi oleh tumor sehingga terdesak dan rusak atau terbuka.
(Smeltzer, Suzanne C, 2001)

9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Radiologi
Gambaran radiology memperlihatkan gambaran osteolitik dan osteoblastik.
Periosteum tulang baru dapat tertimbun dekat lesi dan pada radiograf
menunjukkan adanya bangunan segitiga codman yaitu gambaran elevasi
periosteum dan pancaran sinar matahari (sumburst).
Untuk mengetahui apakah tumor sudah metastase ke paru-paru biasanya
dilakukan foto thorak.
b. Laboratorium.
Biopsy meliputi tindakan insisi, exsisi, dan/jarum dari lesi-lesi yang dicurigai.
Criteria untuk diagnosis adalah didapatkannya stroma sarcoma dengan
pembentukan osteoid neoplastik dan tulang disertai gambaran anaplasia yang
menyolok.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
a) rontgen tulang yang terkena
b) ct scan tulang yang terkena
c) pemeriksaan darah (termasuk kimia serum)
d) ct scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru
e) biopsi terbuka
f) skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
(Smeltzer, Suzanne C, 2001)
10. PENATALAKSANAAN
a. Pembedahan secara menyeluruh atau amputasi. Amputasi dapat dilakukan
melalui tulang daerah proksimal tumor atau sendi proksimal dari pada tumor.
b. Kemoterapi.
Merupakan senyawa kimia untuk membunuh sel kanker. Efektif pada kanker
yang sudah metastase. Dapat merusak sel normal.
c. Radiasi.
Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis. Apabila fibrosis
ini timbul di sekitar pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di daerah yang
dipersarafinya. Nyeri di sini sering disertai parestesia. Kadang-kadang akibat
fibrosis ini terjadi pula limfedema di daerah distal dari proses fibrosis
tersebut. Misalnya fibrosis dari pleksus lumbosakral akan menghasilkan nyeri
disertai perubahan motorik dan sensorik serta limfedema di kedua tungkai.
d. Analgesik atau tranquiser.
Analgesik non narkotik, sedativa, psikoterapi serta bila perlu narkotika.
e. Diet tinggi protein tinggi kalori.
f. Donor tulang.
Berkat kemajuan teknologi, sebenarnya saat ini amputasi bisa dihindari
dengan cara tulang diberi protese atau donor tulang. Tumor diangkat dan
bagian tulang yang rusak diganti dengan protese dari baja atau dengan donor
tulang dari mayat. Cuma, di Indonesia cara ini masih kepentok masalah
ketiadaan donor tulang dan juga dibutuhkan keahlian khusus dari dokter yang
melakukannya.
Sebelum dilakukan pembedahan, diberikan kemoterapi yang biasanya
akan menyebabkan tumor mengecil. Kemoterapi juga penting karena akan
membunuh setiap sel tumor yang sudah mulai menyebar.
a. Kemoterapi yang biasa diberikan:
a) Metotreksat dosis tinggi dengan leukovorin
b) Doxorubicin (adriamisin)
c) Cisplatin
d) Cyclophosphamide (sitoksan)
e) Bleomycin.

b. Pengobatan sering kali merupakan kombinasi dari:


a) Kemoterapi (siklofosfamid, vinkristin, daktinomisin, doksorubisin,
ifosfamid, etoposid)
b) Terapi penyinaran tumor
c) Terapi pembedahan untuk mengangkat tumor.
Prognosis tergantung kepada lokasi dan penyebaran tumor.
(Smeltzer, Suzanne C, 2001)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian.
a. Identitas:
Nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, agama, alamat
b. Riwayat penyakit keluarga.
c. Riwayat penyakit dahulu.
d. Riwayat penyakit sekarang.
e. Pemeriksaan fisik.
a) Inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
b) P : Paliatif
c) Q : Qualitas
d) R : Regional
e) S : Skala nyeri
f) T : Time
f. Status neurovaskuler.
g. Rentang gerak ekstremitas.
h. Data psikologis.
i. Data spiritual.
j. Data social.

2. Diagnosa keperawatan.
a. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan pembengkakan
(inflamasi).
b. Nyeri berhububgan dengan proses patologik dan pembedahan.
c. Resti cidera fraktur patologik berhubungan dengan destruksi dan erosi
tulang dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi.
d. Ansietas behubungan dengan tindakan yang mengancam atau yang akan
dilakukan.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh behubungan dengan
anoreksia.
f. Resti infeksi berhubungan dengan penurunan system pertahanan tubuh.
g. Resti perdarahan berhubungan dengan penurunan trombin akibat
kemoterapi.
h. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh
dan perubahan kinerja peran.
PATHWAY

a. Idiopatik
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Terpapar radiasi sinar X
e. Pertumbuhan sel tulang abnormal (displasia tulang)
f. Pernah terjadi trauma
g. Banyak makan makanan mengandung karsinogen

Sel berdiferensiasi

Pertumbuhan abnormal sel

Neoplasma

Pertumbuhan cepat pada tulang panjang

Osteosarkoma
Osteolitik Osteoblastik

Perusakan tulang, dan jaringan lunak Inflamasi Pembentukan tulang sklerotik


diinvasi oleh tumor yang baru
Kelemahan
Pembengkakan
mobilitas fisik
Sel masuk pembuluh darah Sunburst
Nyeri

Metastase ke paru Destruksi dan erosi tulang

Infeksi pada paru Fraktur

Membangkitkan reaksi peradangan

Inflamasi parenkim paru

Nyeri
Tindakan Ansietas

Kemoterapi Radiasi Pembedahan Nyeri

Supresi sumsum tulang Resti cidera Dosis tinggi Membuang tumor


fraktur

Efek lanjut Amputasi


SDM SDP Trombosit
Timbulnya fibrosis
Produksi SDM Produksi leukosit Trombin Hilangnya bagian Perubahan kinerja
Di sekitar pleksus saraf tubuh peran
Anemia Sistem pertahanan tubuh Pembekuan darah
Nyeri
Anoreksia Resti infeksi Resti perdarahan Gangguan harga diri rendah

Perubahan nutrisi
kurang
1.
1.
1.
1.
1.

1.
1.
BAB IV
PENUTUP

A. SIMPULAN
Sarcoma osteogenik (osteosarkma) merupakan tumor tulang primer
maligna yang paling sering dan paling fatal. Di tandai dengan metastasis
hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena
sarcoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.
Bermanifestasi sebagai nyeri, pembekakan, keterbatasan gerak, dan
kehilangan berat badan (dianggap sebagai temuan yang mengerikan). Masa
tulang dapat teraba, nyeri tekan, dan tidak bisa di gerakan, dengan
peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena. Kelelahan, anoreksi
dan anemia. Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang
paling sering adalah distal femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus.
Penampakan luar dari osteosarkoma adalah bervariasi. Bisa berupa:
a. osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan lunak
diinvasi oleh tumor.
b. osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang baru.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
a. rontgen tulang yang terkena
b. ct scan tulang yang terkena
c. pemeriksaan darah (termasuk kimia serum)
d. ct scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru
e. biopsi terbuka
f. skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3.
Jakarta: EGC. 1999
Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Editor
4. Jakarta: EGC. 1995
Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC. 2001

Anda mungkin juga menyukai