Pada tahun 1970 ketika dilangsungkan rakerkesnas dirasakan pembagian puskesmas didasarkan
kategori tenaga ini kurang sesuai karena puskasmas tipe B dan tipe C tidak dipimpin dokter
secara penuh atau sama sekali tidak ada tenaga dokternya, sehingga Dirasakan sulit untuk
mengembangkannya. Sehingga mulai tahun 1970 ditetapkan hanya satu macam puskesmas
dengan wilayah kerja tingkat kecamatan dengan jumlah penduduk 30 000 sampai 50 000 jiwa
orang penduduk. Konsep wilayah kerja puskasmas ini dipertahankan sampai akhir Pelita tahap
II tahun 1979. dan ini lebih dikenal dengan nama KONSEP WILAYAH
Sejak tahun 1979 mulai dirintis pembangunan puskesmas di daerah-daerah tingkat kelurahan
atau desa yang memiliki jumalah penduduk 30.000 jiwa. Dan untuk mengkoordinasi kegiatan
kegiatan yang berada di suatu kecamatan maka salah satu puskesmas tersebut ditunjuk sebagai
penanggungjawab yang selanjutnya disebut sebagai puskesmas induk sedang yang lain disebut
puskesmas pembantu yang dikenal sampai sekarang.
Puskesmas harus bertanggung jawab untuk setiap masalah kesehatan diwilayah kerjanya
walaupun wilayah kerjanya itu mempunyai lokasi yang berkilo-kilo meter dari puskesmas.
Dengan azas inilah puskesmas dituntut untuk mengutamakan pencegahan penyakit. Dengan
demikian puskesmas dituntut secara aktif terjun kemasyarakat dan bukan puskesmas menunggu
kunjungan masyarakat saja.
Wilayah kerja puskesmas bisa didasarkan dari : area kecamatan, faktor kepadatan penduduk, luas
wilayah, keadaan goegrafi dan keadaan infra struktur lainnya yang bisa untuk pertimbangan
untuk pembagian wilayah kerja puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagiaan wilayah
puskesmas ditetapkan oleh BUPATI KEPALA DAERAH.
Untuk kota besar wilayah kerja puskesmas bisa hanya satu kelurahan, sedangkan puskesmas di
ibu kota kecamatan bisa sebagai tempat pelayanan rujukan dari puskesmas kelurahan yang juga
mempunyai fungsi koordinasi. Luas wilayah yang masih dianggap efektif mempunyai ratio 5 km
sedangkan luas wilayah yang dipandang optimal mempunyai ratio / jari wilayah 3 km
Dimana program kerjanya telah terlihat dan mencapai hasil yang cukup baik, antara lain :
1. Angka Kematian Ibu(AKI) menurut SKRT tahun 1995 mencapai 373 turun menjadi
334/100.000 kelahiran hidup(SDKI97)
2. Angka Kematian Bayi(AKB) mencapai 60 menurut susenas tahun 1995 turun menjadi
51/1000 kelahiran hidup(susenas01)
3. Usia Harapan Hidup(UHH) rata-rata 40 tahun (1970) menjadi 65 tahun(2000).
Sebagai sarana pelayanan dan penyelenggaraan program kesehatan sampai saat ini telah tercatat
jumlah puskesmas yang ada di indonesia,yaitu :