Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Salah satu ciri kependudukan abad 21 adalah meningkatnya pertumbuhan penduduk


lansia yang sangat cepat. Pada tahun 2000 jumlah penduduk lansia di seluruh dunia mencapai
426 juta atau sekitar 6,8 % total populasi. Jumlah ini diperkirakan akan mencapai
peningkatan lipat dua pada tahun 2025 dimana terdapat 828 lansia yang menempati 9,7 %
populasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2007, jumlah lansia di
Indonesia mencapai 18,96 juta orang. Dari jumlah tersebut 11,16% di antaranya berada di
Provinsi Jawa tengah atau peringkat nomor dua daerah paling tinggi jumlah lansianya setelah
Yogyakarta.
Penduduk lansia merupakan salah satu kelompok penduduk yang potensial menjadi
masyarakat rentan, sehingga perlu diciptakan suatu kondisi fisik maupun nonfisik yang
kondusif untuk pembinaan kesejahteraannya. Pada hakikatnya, kaum lansia di berbagai
negara termasuk Indonesia tidak hanya diharapkan berumur panjang, namun juga dapat
menikmati masa tuanya dengan sehat, bahkan berdayaguna bagi pembangunan. Oleh sebab
itu, perlu suatu strategi khusus untuk menangani mereka sejak dini. Salah satu masalah fisik
sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia adalah nyeri punggung bawah atau LBP.
Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan
patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang atau
yang ada di dekat pinggang.
LBP merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan usia. Biasanya nyeri ini mulai
dirasakan pada mereka pada usia dekade kedua dan insiden tinggi dijumpai pada dekade
kelima. Penurunan progresif pada massa tulang total terjadi sesuai proses penuaan. Beberapa
kemungkinan penyebab dari penurunan ini meliputi ketidakaktifan fisik, perubahan
hormonal, dan resorpsi tulang aktual. Efek penurunan tulang adalah makin lemahnya tulang,
vertebra lebih lunak dan dapat tertekan. Jadi, mereka yang berusia 40 tahun ke atas
memerlukan informasi pengetahuan tentang kegiatan olahraga atau kesegaran jasmani.
Mereka yang berusia lebih dari 60 tahun perlu mempertahankan kebugaran jasmani untuk
memelihara dan mempertahankan kesehatan di hari tua. Salah satu komponen kebugaran

1
jasmani yang dapat dilatih adalah kelenturan (flexibility) yang merupakan kemampuan untuk
menggerakkan otot dan sendi pada seluruh daerah pergerakannya.

I.2.TUJUAN
I.2.1.TUJUAN UMUM
Setelah memberikan penyuluhan tentang Pencegahan Low Back Pain pada lansia di
Posyandu Lansia Krajan Tengah, Desa Punung, Kecamatan punung diharapkan ibu-ibu lansia
dapat mengetahui tentang pencegahan Low Back Pain.
I.2.2.TUJUAN KHUSUS
Setelah memberikan penyuluhan tentang Pencegahan Low Back Pain, diharapkan lansia di
Posyandu lansia Krajan Tengah Desa Punung, Kecamatan Punung dapat mengerti dan
memahami tentang :
1. Apa yang dimaksud dengan Low Back Pain
2. Mengetahui penyebab dari Low Back Pain
3. Kemungkinan terapi untuk Low Back Pain pada lansia
4. Mengatur posisi tubuh untuk aktivitas sehari-hari sehingga dapat mengurangi resiko
untuk terkena Low Back Pain

I.3.MANFAAT
I.3.1.Manfaat Bagi Masyarakat
Pengetahuan yang diberikan diharapkan dapat menambang pengetahuan masyarakat
tentang Low Back Pain. Sehingga lansia dapat mengetahui penyebab, terapi dan melakukan
tindakan pencegahan untuk terhindar atau mengurangi resiko terkena Low Back Pain,
sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup lansia.
I.3.2.Manfaat Bagi Dokter Internship
Dokter Internship mampu menjalankan fungsinya memberikan pengetahuan tentang
Pencegahan Low Back Pain kepada masyarakat. Selain itu, dapat melatih diri dalam
pelayanan kesehatan di masyarakat, bukan hanya dalam terapi penyakit tetapi dalam promosi
kesehatan dan preventif penyakit.
I.3.3.Manfaat Bagi Puskesmas Punung
Pengetahuan masyarakat mengenai Pencegahan Low Back Pain pada Lansia dapat
membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat terutama lansia, serta sebagai salah satu
upaya promosi kesehatan dari Puskesmas

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Lanjut Usia


II.1.1. Definisi
Batasan lansia (lanjut usia) menurut WHO meliputi, usia pertengahan (middle age) yaitu usia
antara 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (eldery) yaitu usia antara 60 sampai 74 tahun, lanjut
usia tua (old) yaitu usia antara 76 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu usia
diatas 90 tahun.

II.1.2. Perubahan yang dialami lansia


Perubahan pada lansia meliputi perubahan fisik-biologis/jasmani, mental-
emosional/jiwa, dan kehidupan seksual. Perubahan fisik biologis/jasmani meliputi:
a) kekuatan fisik secara menyeluruh dirasakan berkurang, merasa cepat capek dan
stamina menurun,
b) sikap badan yang semula tegap menjadi membongkok, otot-otot mengecil, hipotrofis,
terutama di bagian dada dan lengan,
c) kulit mengerut dan menjadi keriput, garis-garis pada wajah di kening dan sudut mata,
d) rambut memutih dan pertumbuhan berkurang,
e) gigi mulai rontok,
f) perubahan pada mata : pandangan dekat berkurang, adaptasi gelap melambat,
lingkaran putih pada kornea dan lensa menjadi keruh,
g) pendengaran, daya cium, dan perasa mulut menurun, dan
h) pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga rongga dada menjadi
kaku dan sulit bernafas
Sedangkan perubahan mental-emosional/jiwa meliputi:
a) daya ingat menurun, terutama peristiwa yang baru saja terjadi,
b) sering lupa/ pikun; sering sangat mengganggu dalam pergaulan dengan lupa nama
orang,
c) emosi berubah, sering marah-marah, rasa harga diri tinggi, dan mudah tersinggung.

3
II.1.3. Masalah pada lansia
Masalah-masalah pada lansia antara lain, mudah jatuh, mudahlelah, kekacauan mental akut,
nyeri dada, sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik, berdeba-debar, pembengkakan
kaki bagian bawah, nyeri punggung bawah atau pinggang, nyeri pada sendi pinggul, berat
badan menurun, mengompol, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan tidur,
keluhan pusing, keluhan dingin dan kesemutan, serta mudah gatal.

II.1.4. Penyakit yang menonjol pada lansia


Penyakit yang menonjol pada lansia yaitu:
a) gangguan pembuluh darah : dari hipertensi sampai stroke,
b) gangguan metabolik ; DM,
c) gangguan persendian: artrirtis, sakit punggung, dan terjatuh,
d) gangguan sosial : kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi lagi.

II.2. Low back pain


II.2.1. Definisi
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subyektif. Keluhan sensorik yang dinyatakan
seperti pegal, linu, ngilu, keju, kemeng, dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas
nyeri.
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain /LBP ) adalah sindroma klinik yang ditandai
dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung
bagian bawah.

II.2.2. Klasifikasi Low Back Pain (LBP)


II.2.2.1. Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan
rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampaibeberapa minggu. Rasa nyeri
ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back paindapat disebabkan karena luka traumatik
seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian
tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada
kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih

4
sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada
istirahat dan pemakaian analgesik.
II.2.2.2.Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa nyeri
ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang
berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena
osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

II.2.3. Penyebab Low Back Pain (LBP)


II.2.3.1.Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir
Kelainan kongenital pada tulang belakang yang dimaksud adalah spondilolistesis,
spondilolisis, spina bifida dan stenosis kanalis vertebralis lumbal.

II.2.3.2.Low Back Pain karena Trauma


Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP. Pada orang-orang yang
tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat
dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan
spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung
sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya
dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan
medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.

II.2.3.3. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan


Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada tempat yang
mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah punggung bagian
bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain. Beberapa
jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan jaringan antara lain:
a. Proses degeneratif, yaitu spondilosis, HNP, stenosis spinalis, dan osteoporosis.
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan ototototnya juga menjadi
berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi. Selain
itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang menyebabkan tulang

5
belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri
pada tulang belakang hingga ke pinggang
Spondilosis, spondilo artrosis deformans merupakan salah satu sebab umum dari LBP,
terutama pada lansia. Nyeri tersebut bertambah pada gerakan pinggang , terutama pada
saat melakukan gerakan pinggang setelah berdiam dalam sikap duduk atau baring.
HNP, penyebabnya adalah degenerasi diskus dan ligamentum longitudinal akibat stress
setiap kali seseorang mengangkat benda berat,dan menegakkan badan secara bertenaga
sehingga anunulus fibrosus dapat sobek.
LBP pada osteoporosis biasanya diakibatkan kompresi fraktur. Tetapi adakalanya
osteoporosis tanpa fraktur ditemukan pada kasus LBP umum. Fraktur kompresi sering
timbul karena trauma yang tidak berarti dan tanpa disadari. Batuk, bersin, atau duduk
terguncang-guncang sudah dapat menimbulkan fraktur kompresi pada tulang belakang
yang osteoporotik. Karena fraktur tersebut biasanya medula spinalis tidak mengalami
gangguan apapun, tetapi radiks dapat terjepit sehingga menimbulkan nyeri radikular.
Osteoporosis juga sering dijumpai pada wanita tua yang dikenal dengan osteoporosis post
menopause
b. Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai dengan
nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri memberat saat
beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan.
c. Penyakit Infeksi
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh
bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai
dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.
d. Psikoneurotik
Beban psikis yang dirasakan berat oleh penderita dapat pula bermanifestasi sebagai
LBP karena menegangnya otot - otot.

II.2.3.4. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat


Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian
tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya.

6
Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama
juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP.
Obesitas merupakan salah satu faktor yangmenyebabkan terjadinya LBP akibat
pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat
penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.

II.3.Penatalaksanaan LBP
a. Bedrest/ tirah baring
Pada saat LBP menyerang, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi
tekanan apapun pada tulang belakang. Apabila memungkinkan membaringkan pasien di
tempat tidur. Atur posisi yang nyaman.
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap
tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per, dengan demikian tempat tidur
harus dari papan lurus, dan kemudian ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring ini
sangat bermanfaat untuk LBP mekanik akut, fraktur dan HNP. Pada HNP sikap berbaring
paling baik ialah dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi
panggul dan lutut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang
dirasakan penderita. Trauma mekanik akut tidak perlu lama berbaring, HNP lebih lama, dan
kasus fraktur paling lama.
b. Kompres hangat atau dingin
Penggunaan kompres hangat meningkatkan aliran darah ke suatu area dan
kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri. Kompres es dapat menurunkan prostaglandin,
yang memperkuat sensivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cidera dengan
menghambat proses inflamasi.
c. Medikamentosa
Obat-obatan mungkin perlu diberikan ntuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik
digunakan untuk memutus lingkaran nyeri; relaksan otot dan penenang digunakan untuk
membuat relaksasi pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapatmengurangi
nyeri. Obat anti inflamasi seperti aspirin dan NSAID berguna untuk mengurangi nyeri.
Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan mencegah timbulnya
neurofibrosis, yang terjadi akibat gangguan iskemia. Dokter dapat memberikan injeksi

7
kortikosteroid epidural, suntikan infiltrasi otot paraspinalis dengan anestesi local, atau
menyuntik sendi faset dengan steroid untuk menghilangkan nyeri.
d. Relaksasi otot
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas
abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan
bernafas dengan perlahan dan nyaman.
e. Traksi
Untuk kasus seperti HNP dapat dilakukan pelvic traction. Alat- alat untuk itu di
rumah sakis sudah bekerja secara otomatis. Berat anak timbangan yang diperlukan adalah 10-
15 kg. Dengan traksi tersebut kedua tungkai bebas bergerak, jadi tidak menjemukan penderita
sehingga bisa dilakukan pada masa yang cukup lama bahkan terus-menerus.
f. Korset lumbosakral
Korset digunakan sebagai tindakan jangka pendek. Korset membantu otot relaks, dan
mencegah pasien melakukan gerakan yang bisa memperburuk LBP.
g. Latihan kekuatan dan kelentukan otot punggung/ senam
Latihan fisik mencegah kontraktur dan atrofi tak terpakai (disused atrophy) serta
untuk melancarkan sirkulasi darah. Untuk golongan orang tua anjuran untuk senam diberikan
sebagai terapi pelengkap.
Latihan peregangan punggung bawah secara ringan bisa membantu meredakan nyeri
dan meningkatkan mobilitas. Anjurkan penderita melakukannya dengan perlahan dan lembut,
serta bernafas teratur selama latihan.

8
II.4.Pencegahan Low Back Pain
1. Posisi tubuh ketika duduk dan menyetir
Bagi pelajar dan orang kantoran hal ini sering diabaikan. Hal yang sederhana ini jika
berlangsung lama juga akan menyebabkan ketegangan pada otot dan sendi punggung
bawah.Akibatnya akan timbul nyeri dan ketidaknyamanan.

2. Posisi tubuh ketika mengangkat barang dan tidur


Dua hal ini dapat menyebabkan cedera pada sendi tulang dan otot sekitar pinggang. Ketika
mengangkat barang, usahakan tulang belakang tetap lurus dan ketika membawa barang,
dekatkan dengan tubuh. Hal ini untuk menhindari pembebanan berlebihan di sendi dan otot
sekitar tulang belakang. Ketika tidur selalu gunakan bantal yang disisipkan dibawah lutut
atau leher.

a. Posisi Terlentang
Selipkan bantal di bawah lutut ketika tidur posisi terlentang. Hal ini untuk pertahankan kontur
tulang belakang dan agar otot di punggung lebih rileks,
b. Posisi Miring
Selipkan bantal di antara kedua tungkai dan dikepala ketika tidur dengan posisi miring
dengan lutut ditekuk. Tujuannya sama, agar otot-otot daerah pinggang tidak tegang.

9
3.Ketika Beranjak Bangun dari Posisi Tidur
Jangan beranjak bangun langsung dari posisi terlentang karena akan memperberat atau
mencetuskan nyeri. Sebaiknya miring dahulu, kemudian dengan tangan menyangga berubah
posisi jadi duduk. Setelah duduk beberapa waktu untuk memantapkan posisi pinggang
kemudian baru berdiri. Hindari gerakan yang tiba-tiba dan memutar pinggang (bending).

4.Ketika melakukan aktivtas sehari-hari


Saat melakukan aktivitas sehari-hari selalu mengusahakan punggung tetap lurus untuk
mengurangi resiko terjadinya low back pain

10
BAB III

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

III.1.Perencanaan

III.1.1. Sasaran

Kegiatan penyuluhan tentang Pencegahan Low Back Pain pada Lansia di Posyandu Lansia
Krajan Tengah, Desa Punung, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan.

III.1.2. Waktu Kegiatan

Kegiatan ini dilakukan di Posyandu Lansia Krajan Tengah tanggal 17 April 2013

III.1.3. Lokasi Kegiatan

Kegiatan Penyuluhan Pencegahan Low Back Pain pada Lansia ini dilakukan di Posyandu
Lansia Krajan Tengah, Desa Punung, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan.

III.2. Pemilihan Intervensi

Pemilihan intervensi adalah berupa pemberian penyuluhan tentang Pencegahan Low Back
Pain pada lansia kepada lansia di posyandu Krajan Tengah, Desa Punung, Kecamatan
Punung, Kabupaten Pacitan

11
BAB IV

PELAKSANAAN DAN INTERVENSI

Pada tanggal 17 April 2013 dilakukan Penyuluhan tentang Pencegahan Low Back
Pain pada Lansia di Posyandu Lansia Krajan Tengah, Desa Punung, Kecamatan Punung yang
dihadiri sekitar 20 lansia, 3 kader posyandu, dan 1 staff perawat Puskesmas Punung.

Materi yang diberikan berupa

1. Pengertian tentang Low Back Pain


2. Gejala Low Back Pain
3. Penyebab Low Back Pain pada Lansia
4. Penatalaksanaan Low Back Pain
5. Pencegahan Low Pain yang dapat dilakukan di rumah dengan mengatur posisi tubuh
dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Setelah dilakukan pemberian materi, para peserta dapat melakukan tanya jawab dengan
narasumber. Agar peserta dan kader desa dapat lebih mudah dan lebih mengerti tentang
Pencegahan Low Back Pain pada lansia sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
2. Bimariotejo. (2009). Low Back Pain (LBP). Diambil 20 Februari 2010 dari
www.backpainforum.com.
3. Cadwell, E & Hegner, B R. (2003). Asisten Keperawatan: Suatu Pendekatan
Proses Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC.
4. Daniel. (2006). OAINS Konvensional Masih Jadi Pilihan. Diambil 23 Februari
2010i http://www.majalah.farmacia.com/default.asp.
5. Ester, M. (2005). Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
6. Guyton, A C & Hall, J E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor Bahasa
Indonesia : Irawati Setiawan Edisi 9.Jakarta: EGC.
7. Hakim. (1990). Nyeri Pinggang Bawah. Diambil 24 Februari 2010 dari
www.emidicine.com.
8. Hidayat, A A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
9. Ismiyati, S W & Cit, C R. (1997). Latihan Dengan Metode William Dan Mc
Kenzie Pada Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta: TITAFI XIII.
10. Idyan, Z. (2008). Hubungan Lama duduk Saat Perkuliahan dengan Keluhan Low
Back Pain. Diambil 23 Februari 2010 dari http://inna-ppni.or.id.
11. Kenworthy, Snowley, Gilling. (2002). Common Foundation Studies in Nursing,
Third Edition. USA: Churchill Livingstone.

13

Anda mungkin juga menyukai