PENDAHULUAN
5
propinsi. Papua memiliki luas 808.105 km2. Propinsi yang sering kali
dianggap sebelah mata ini oleh orang-orang diberi anggapan bahwa
masyarakat papua masih primitif, ketinggalan zaman, dan masih
mengalami keterbelakangan pendidikan. Namun dibalik anggapan
tersebut, masyarakat papua merupakan salah satu masyarakat yang masih
berpegang teguh dengan adat dan kebudayaannya.
6
a) Bagaimana lokasi keberadaan Suku Dani di Tanah Papua?
Letak Geografis
Demografis
Klimatologis
Flora dan Fauna
b) Bagaimana adat dan budaya Suku Dani di Tanah Papua?
Sejarah
Bahasa
Sistem Religi/Kepercayaan
Pandangan terhadap Alam Semesta dan Sesama
Sistem Pernikahan
Sistem Pengetahuan dan Pendidikan
Sistem Organisasi Sosial dan Politik
Sistem Kekerabatan
Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Sistem Perekonomian
Kesenian
1.3 Tujuan
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Salah satu kebiasaan unik lainnya dari Suku Dani yaitu kebiasaan
mendendangkan nyanyian-nyanyian heroisme dan atau kisah-kisah sedih
untuk menyemangati dan juga perintang waktu ketika mereka bekerja.
Alat musik yang mengiringi senandung atau dendang ini biasanya berupa
alat musik pikon, yakni satu alat yang diselipkan diantara lubang hidung
dan telinga mereka. Disamping sebagai pengiring, alat musik ini juga
8
berfungsi sebagai isyarat kepada teman atau lawan ketika sedang berburu
di hutan.
Nama Dani sebagai nama suku diberikan oleh orang luar pada
tahap-tahap awal suatu ekspedisi gabungan antara Amerika dengan
Belanda pada tahun 1926 oleh pimpinan bernama M.W. Striiling. Arti
nama itu dan asal-usul kata tersebut tidak memiliki kejelasan, namun
menurut Le Roux nama Dani berasal dari bahasa Moni yakni Ndani yang
berarti sebalah timur arah matahari terbit. Para penduduk asli sendiri
tidak tahu siapa yang memberikan nama suku mereka. Masyarakat di
sebelah lembah besar mengenali Ndani dalam pengertian perdamaian.
Akan tetapi karena adanya perubahan fenom N hilang dan menjadi Dani
saja. Sebagian besar masyarakat lebih senang disebut dengan Suku Parim.
Suku ini sangat menghormati nenek moyangnya dan mereka biasanya
melakukan upacara pesta babi sebagai penghormatan.
9
oleh orang-orang tua bahwa nenek moyang Suku Dani berasal dari orang
Yali.
10
memperpanjang kehidupannya. Sebaliknya jika burung yang
menang, maka manusia tidak abadi. Mereka yakin dan percaya
akan kebenaran legenda tersebut, tetapi mereka pun masih
berharap akan mendapatkan kehidupan yang abadi, tanpa
penderitaan, penuh dengan kegembiraan, keadilan dan
kemuliaan. Mereka percaya bahwa sakit dan kematian dapat
mereka hindari apabila terjalin hubungan yang baik antara
manusia dan nenek moyangnya.
11
dibuka, komunikasi cukup lancar, perumahan di kota Wamena
semakin bertambah, pos-pos di kabupaten dan jalan-jalan raya
dibangun, dan lain sebagainya.
5. Masa adaptasi pada tahun 1975-1981. Pada masa ini banyak
pendekatan pembangunan yang dilakukan sebagai adaptasi sosial-
budaya, Pemerintah Desa dibentuk menurut UU Mendagri No. 5
tahun 1974, kursus pelopor pembangunan desa dibuka (KPPD)
sebagai tempat pengkaderan dari wakil tiap desa yang dibentuk.
Proses pembangunan diterima baik dalam berbahasa Indonesia
yang baik dan banyak hal telah mengalami penyesuaian serta
perubahan; dan
6. Masa transisi pada tahun 1982-sekarang. Sebagaimana pada
umumnya daerah pegunungan tengah Papua dalam tahun 1980-
1990 awal, Suku Dani, banyak dijumpai kaum prianya mengenakan
koteka danrumbai bagi wanitanya. Dikota kini tidak banyak
dijumpai, namun daerah-daerah yang masih terisolasi dan jauh
dari pusat pemerintahan masih banyak terdapat penduduk yang
menggunakan koteka.
2.2 Lokasi
Letak Geografis
12
Mamberamo. Secara geografis Kabupaten Jayawijaya terletak antara 30.20
sampai 50.20 Lintang Selatan serta 1370.19 sampai 141 Bujur Timur.
Batas-batas daerah Kabupaten Jayawijaya adalah sebagai berikut: sebelah
utara dengan Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen, barat
dengan Kabupaten Paniai, selatan dengan Kabupaten Merauke dan timur
dengan perbatasan negara Papua Nugini.
Kondisi topografi tempat tinggal Suku Dani ini terdiri dari gunung-
gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang luas. Di antara pucak-
puncak gunung yang ada beberapa selalu tertutup salju misalnya Puncak
Trikora (4750 m), Puncak Yamin (4595 m) dan Puncak Mandala (4760 m).
Kontur tanahnya terdiri dari batu kapur atau gamping dan granit yang
terdapat di daerah pegunungan, sedangkan di sekeliling lembah
merupakan percampuran antara endapan lumpur, tanah liat dan
lempung.
Demografis
Klimatologis
13
kecepatan angin berhembus sepanjang tahun dengan rata-rata tertinggi 14
knot dan yang teredah 2,5 knot.
2.3 Bahasa
14
Ndani, sedangkan orang gunung menyebutnya Hubula/lembah yang
termasuk dalam rumpun bahasa non-Austroneisa.
15
6. Logat Dani Aikhe sekitar sungai Aikhe.
7. Logat Dani daerah Wamena dan sekitar sungai Uwe hingga
kira-kira sungai Mugi.
8. Logat Dani Jurang di daerah yang menyempit di lembah sungai
Baliem.
9. Logat Dani Hablifuri di daerah Hablifuri.
Orang Suku Dani juga percaya pada roh yaitu roh laki-laki (Suanggi
Ayoka) dan roh wanita (Suanggi Hosile). Roh-roh ini menitis pada
tumbuhan, hewan dan benda-benda. Roh orang mati, setelah
meninggalkan tubuhnya tinggal di hutan.
16
Konsep kepercayaan/keagamaan yang terpenting adalah Atou,
yaitu kekuatan sakti para nenek moyang yang diturunkan secara
patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki). Kekuasaan sakti ini antara
lain:
17
Meskipun Suku Dani tinggal di hutan-hutan dengan iklim tropis yang
sangat kaya akan flora dan fauna, mereka masih melakukan serangkaian
upacara adat, salah satunya adalah rekwasi. Rekwasi adalah sebuah upacara
adat yang dilakukan untuk menghormati para leluhur. Pada rekwasi,
biasanya para prajurit akan membuat tanfa dengan lemak babi, kerang,
bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah pohon mangga dan bunga-bungaan
di bagian tubuh mereka. Tangan mereka akan menenteng senjata-senjata
tradisional khas Suku Dani seperti tombak, kapak, parang dan busur
beserta anak panahnya.
Pemotongan jari ini pada umumnya dilakukan oleh kaum Ibu Suku
Dani, namun ada juga pemotongan jari yang dilakukan oleh anggota
keluarga dari pihak laki-laki. Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai
18
simbol kerukunan, kesatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun
keluarga, walaupun dalam penamaan jari yang ada di tangan manusia
hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga, yaitu ibu jari. Akan tetapi
jika dicermati perbedaan setiap bentuk dan panjang jari memiliki sebuah
kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban
pekerjaan manusia. Jari saling bekerjasama membangun sebuah kekuatan
sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan sempurna. Kehilangan salah
satu ruasnya saja bisa mengakibatkan tidak maksimalnya tangan kita
bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya menghilang, maka hilanglah
komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.
19
meninggal dunia telah kembali ke alam. Manusia berawal dari tanah
kembali ke tanah. Beberapa sumber ada yang mengatakan bahwa tradisi
potong jari saat ini mulai banyak ditinggalkan. Jarang orang
melakukannya belakangan ini karena adanya pengaruh agama yang
mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan tengah Papua. Namun
kita masih bisa menemui banyak sisa lelaki dan wanita tua dengan jari
yang telah terpotong karena tradisi ini.
20
namun dipandang juga sebagai perlengkapan perang bagi laki-laki.
Dikisahkan bahwa pada mulanya langit dan bumi terletak berdampingan,
namun manusia pertama yaitu Nakmaturi yang serakah menciptakan
guntur dan memisahkan langit dan bumi. Meski demikian, matahari
masih tetap bersama manusia. Semuanya menikmati perdamaian. Tetapi
suatu waktu manusia mulai saling berkelahi. Matahari pun menarik diri,
pergi ke langit dan tidak menghiraukan manusia lagi. Dia hanya
memandang manusia dari atas sana.
Menurut orang Suku Dani, tanah adalah milik bersama secara adat,
walaupun dalam sistem kepemilikan bersama itu masih ada tuan-tuan
tanah yang mempunyai wewenang khusus. Di dalam perang suku, tanah
harus dipertahankan mati-matian dan tidak jarang terjadi bahwa tanah
harus ditebus dengan darah. Jual beli tanah tidak dikenal Suku Dani.
Mereka menggunakan tanah secara bersama-sama.
21
sekalipun ada kematian. Surga digambarkan oleh Suku Dani sebagai
suatu keadaan yang penuh babi-babi besar dan petatas-petatas yang
subur.
22
Pembuatan silimo (kampung)
Orang-orang Suku Dani sudah mengetahui bagaimana cara
membuat rumah sebagai tempat hunian yang baik dan aman.
Hal ini dapat terlihat dari keahlian membuat silimo. Dengan
demikian maka kita dapat menyimpulkan bahwa Suku Dani
tidak mengalami kehidupan nomaden.
Pembuatan kebun
Hampir seluruh lembah dan lereng-lereng gunung digarap
secara intensif dan efektif. Kebun-kebun dikelilingi oleh suatu
jaringan drainase. Lereng-lereng gunung pun digarap dan
dilengkapi dengan teras-teras. Tanamannya tumbuh subur
dimana-mana. Hal yang amat mengherankan di lembah besar
itu sejak dulu ialah ketelitian dalam membuat parit-parit dan
kampung yang jarang dimiliki oleh orang-orang dari suku lain.
23
Kesuburan manusia, hewan, tanah dan sebagainya merupakan
hal yang amat diharapkan orang Baliem. Mereka akan berusaha
memperoleh kesuburan itu dengan mentaati peraturan hidup
yang diwariskan oleh para leluhur. Lemak babi merupakan
lambang kesuburan mereka.
Bekerja termasuk nilai yang baik bagi orang Baliem. Mereka
menyadari bahwa segala kebutuhan tersedia didalam tanah.
Mereka harus bekerja keras untuk mengolah tanah itu. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa orang Baliem sejati tidak
mengemis. Mereka bangga jika bisa mengurus dirinya sendiri
secara mandiri.
24
2.8 Sistem Organisasi Sosial dan Politik
25
tergabung dalam klan kecil. Klan kecil ini bisa diisi oleh beberapa
keluarga luas dari fam yang sama atau dari fam yang berbeda.
Indikatornya adalah kepala klan kecil ini menguasai satu wilayah tanah
tertentu dan biasanya tinggal dalam kesatuan pemukiman seperti
kampung, yang dalam bahasa setempat disebut yukmo. Sebuah klan kecil
merupakan kelompok kerja dalam bertani, khususnya pada pekerjaan-
pekerjaan yang membutuhkan gotong royong, seperti membersihkan dan
membuat pagar.
Lebih tinggi dari itu, ada klan besar yang merupakan gabungan
dari klan-klan kecil dalam aliansi teritorial yang jelas. Fungsi utama dari
organisasi sosial ini adalah sebagai aliansi untuk keperluan perang,
kesatuan adat yang besar seperti pesta babi. Setiap klan besar selalu
memiliki honai adat.
Suku Dani dipimpin oleh seorang kepala suku besar yang disebut
Ap Kain yang memimpin desa adat watlangka. Selain itu ada 3 kepala
suku yang posisinya berada dibawah Ap kain yang memerankan perannya
masing-masing & ndash; sendiri, mereka adalah:
26
terjadi perselisihan antar Suku Dani. Silimo biasa yang dihuni oleh
masyarakat biasa, dikepalai oleh Ap Waregma. Dalam masyarakat Suku
Dani tidak ada sistem pemimpin, kecuali istilah kain untuk pria yang
berarti kuat, pandai dan terhormat.
27
atau dua keluarga inti bersama-sama menghuni suatu
kompleks perumahan yang ditutup pagar (lima).
Paroh masyarakat yaitu struktur masyarakat Suku Dani yang
merupakan gabungan beberapa ukul (klan kecil) yang disebut
ukul oak (klan besar).
Kelompok teritorial. Kesatuan teritorial yang terkecil dalam
masyarakat Suku Dani adalah kompleks perumahan (uma)
yang dihuni untuk kelompok keluarga luas yang patrilineal
(diturunkan kepada anak laki-laki).
2.10 Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
28
Suku Dani panjangnya 1,5-2 meter dan tajam pada kedua ujungnya.
Tongkat ini digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas berat seperti
membalik tanah. Tongkat untuk perempuan panjangnya 2-3 meter dan
digunakan untuk penyiangan, penanaman dan pemanenan. Ada juga
pisau bambu yang terdiri dari empat bagian bambu muda kira-kira 6-8
inchi panjangnya dan cukup tajam untuk menyembelih daging,
memotong rambut, dan lain sebagainya. Selain itu, ada juga pisau yang
terbuat dari tulang rusuk babi.
29
Korok yaitu parang yang digunakan untuk membersihkan
ilalang;
Valuk yaitu sejenis sekop untuk mencangkul tanah;
Wim yaitu sebutan untuk busur; dan
Panah sege yaitu sebutan untuk berbagai benda yang ujungnya
runcing.
Alat lain yang biasa dibawa oleh para lelaki Suku Dani didalam
noken adlah kotak peralatan untuk membuat api yang terdiri dari kayu
kecil yang terbelah dibagian tengahnya, batu dan gulungan tumbuhan
merambat kering untuk menyulut api.
Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi nenek moyang orang Suku Dani tiba di Irian hasil
dari suatu proses perpindahan manusia yang sangat kuno dari daratan
Asia ke Kepulauan Pasifik Barat Irian Jaya.
1) Bercocok tanam ubi kayu dan ubi jalar yang disebut hipere.
Ubi jalar (hipere) adalah tanaman terpenting dan utama.
Mereka juga menanam keladi (hom), tebu (el), pisang (haki) dan
30
berbagai jenis sayur mayur secara tumpang sari, misalnya
jagung, kedelai, buncis, kol dan bayam, sebagai tanaman yang
baru diperkenalkan dari luar daerah. Kebun-kebun milik Suku
Dani dibagi atas 3 jenis yaitu:
a. Kebun-kebun di daerah rendah. Dan datar yang
diusahakan secara menatap.
b. Kebun-kebun di lereng gunung
c. Kebun-kebun yang berada di antara silimo.
2) Beternak babi
3) Berdagang
Suku Dani juga melakukan kontak dagang dengan
kelompok masyarakat terdekat di sekitarnya. Sistem
perdagangan mereka adalah sistem barter sedangkan
31
barang-barang yang dipertukarkan adalah kulit siput,
noken, kapak batu, pita-pita yang dihiasi dengan siput
kauri, batu untuk membuat kapak dan hasil hutan seperti
kayu, serat dan bulu burung. Perdagangan ini terbatas
antar klan dan dapat erkembang keluar apabila mereka
mau menukarkan benda-benda mereka dengan sejenis
kayu untuk dipakai untuk membuat busur dan anak panah.
Perdagangan ini juga hanya terbatas pada kebutuhan
mereka sehari-hari.
2.12 Kesenian
32
lingkungan silimo. Silimo sendiri berbentuk oval dan
dipagari oleh pagar kayu.
b. Kerajinan tangan berupa anyaman kantong jaring penutup
kepala, pengikat kepala dan pengikat kapak.
c. Seni tari Baliem, terdiri dari:
Hunike, salah satu tarian yang dimainkan oleh satu orang
secara bersama, berjejer dan terpisah dari kelompok
pengiring lagu. Tarian ini paling sering dilakukan saat
upacara perayaan kemenangan perang.
Hologotiik, salah satu gerak tari yang diperankan dalam
posisi berdiri atau melompat di tempat.
Dipik/walin, merupakan tarian rakyat yang dimainkan
dengan cara membuat lingkaran dengan sebuah regu atau
kelompok penyanyi berada di tengah. Tarian ini dilakukan
pada saat pesta pernikahan, inisiasi dan upacara lain yang
dilaksanakan bersamaan dengan pembunuhan babi.
Hulung, adalah tarian rakyat yang dimainkan secara
beramai-ramai ke sana ke mari dalam jarak yang dekat
sambil bernyanyi bersama. Tarian ini dilaksanakan pada
saat upacara inisiasi bagi anak laki-laki, upacara
pernikahan dan upacara mawe (pesta babi).
Tem/sekan, merupakan tarian pergaulan yang dilaksanakan
oleh muda mudi di dalam honai atau dapur. Tari ini
dimainkan dengan cara duduk berjejer saling berhadapan
muka antara putera dan puteri sambil menyanyikan lagu-
lagu rakyat.
Hisilum, merupakan tarian pergaulan muda mudi untuk
mendapatkan jodoh. Gerakan tari ini menggunakan bahasa
33
isyarat sambil menyanyi di tiap kelompok, baik kelompok
pria maupun wanita dengan melambai-lambaikan tangan.
d. Masyarakat Suku Dani memiliki tiga macam lagu tradisional
(etai), yaitu:
Etai ewa etai, merupakan jenis lagu-lagu utama yang
dinyanyikan baik pada acara-acara resmi maupun pada
acara-acara tidak resmi. Lagu yang dinyanyikan dalam
acara-acara resmi, misalnya: lagu kemenangan dalam
perang (ap wataresik), lagu pada saat inisiasi (ap wayama),
lagu saat pesta perkawinan (heugumo/heyokalma), lagu pada
saat mawe (wam eweakowa), dan lagu pada saat haid pertama
bagi anak gadis Baliem (he hotarlimo). Lagu yang tidak
resmi biasanya dinyanyikan secara spontan pada saat
membuat honai dan membuka kebun baru.
Etai wene pugut, merupakan salah satu bentuk lagu
tradisional Baliem yang dinyanyikan dengan berbalasan
pantun/syair. Isinya adalah ungkapan emosional, kritikan-
kritikan dalam kehidupan sehari-hari, pesan-pesan tertentu
dan sebagainya. Etai wene pugut dinyanyikan pada saat
pesta pernikahan (he yokal), pada saat pengusiran roh orang
mati dari tubuh seseorang (hat waganegma), saat atraksi
tukar gelang (sekan/tem kotilogolik) dan saat bersantai
(haselum hagatilogolik).
Etai lee wuni atau dee wuni. Lee berarti ratapan atau tangisan
dan wuni beratti lagu. Jadi lee wuni adalah lagu ratapan
yang isinya mengandung syair-syair tentang peristiwa-
peristiwa tertentu.
Wesa etai, yakni lagu yang berisikan doa-doa baik kepada
leluhur maupun Tuhan.
34
e. Jenis musik tradisional Jayawijaya dapat dibedakan atas
beberapa jenis musik yaitu:
Musik pikon, yaitu sejenis musik yang dihasilkan oleh alat
musik tiup sekaligus bertali yang kalau ditiup sambil
menarik tali tersebut akan menghasilkan tiga nada dasar
yaitu do, mi dan sol.
Musik witawo, yaitu sejenis musik yang dihasilkan dari
lokop (sejenis bambu muda yang beruas-ruas), dimainkan
dengan cara ditiup. Tinggi rendahnya bunyi sangat
ditentukan oleh ukuran dari lokop; yang panjang
menghasilkan bunyi rendah sedangkan yang pendek
menghasilkan bunyi yang tinggi.
Musik aneletang, yaitu musik yang dihasilkan dengan cara
dipukul untuk menarik perhatian orang dalam tarian. Jenis
musik ini dapat dihasilkan dari sejumlah anak panah yang
disatukan lalu dipukul (sike tok), sejumlah pion yang
dipotong-potong dan diikat lalu dipukul (pion tok) dan
batu-batu yang dipukul (helekit).
Musik ane tutum, yaitu jenis musik yang dihasilkan dari
kulit yang ditabuh seperti gendang, yakni tifa. Tifa terbuat
dari pohon weki dan kepi.
35
BAB III
PENUTUP
36
mempelajari Adat dan Budaya Suku Dani di Tanah Wamena sebagai salah
satu dari keanekaragaman budaya yang tersebar di seluruh belahan Bumi
Pertiwi kita. Sekali lagi penulis sebutkan, alternatif pemecahan masalah
yang harus dilakukan adalah: memperbanyak penelitian dari antropolog
Indonesia; serta menjaga dan melestarikan Adat dan Budaya Suku Dani
agar tidak punah dari negara Indonesia.
3.2 Saran
37