Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang
Pengembangan SDM, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelatihan dan pengembangan sering kita dengar dalam dunia kerja di perusahaan,
organisasi, lembaga, atau bahkan dalam instansi pendidikan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa
pelatihan dan pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih menguasai dan
lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat atau akan dijabat kedepan. Tidak terlalu jauh dalam
instansi pendidikan, pelatihan dan pengembangan sering dilakukan sebagai upaya meningkatkan
kinerja para tenaga kerja pendidikan yang dianggap belum mampu untuk mengemban
pekerjaannya karena faktor perkembangan kebutuhan masyarakat dalarn pendidikan. Secara
deskripsi tertentu potensi para pekerja pendidikan mungkin sudah memenuhi syarat administarasi
pada pekerjaanya, tapi secara aktal para pekerja pendidikan harus mengikuti atau mengimbangi
perkembangan pendidikan sesuai dengan tugas yang dijabat atau yang akan dijabatnya. Hal ini
yang mendorong pihak instansi pendidikan untuk memfasilitasi atau memiasililatori pelatihan
dan pengembangan karir para tenaga kerja pendidikan guna mendapatkan hasil kinerja yang
balk, etktif dan efisien.
Salah satu fungsi manajemen surmberdaya manusia adalah training and development
artinya bahwa untuk mendapatkan tenaga kerja pendidikan yang bersumberdaya manusia yang
baik dan tepat sangat perlu pelatihan dan pengembangan. Hal ini sebagal upaya untuk
mempersiapkan para tenaga kerja pendidikan untuk menghadapi tugas pekerjaan jabatan yang
dianggap belum menguasainya. Management thought yang dikernukakan Taylor, bahwa tenaga
kerja membutuhkan latihan kerja yang tepat. Teori ini sangat tepat untuk rnenghindari
kemungkinan terburuk dalam kemampuan dan tanggungjawab bekerja, sehingga dalam
menyelesaikan tugas jabatan lebih efektif dan efIsien sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Dalam instansi pendidikan biasanya para tenaga kerja yang akan menduduki jabatan baru yang
tidak didukung dengan pendidikannya atau belum mampu melaksanakan tugasnya, biasanya
upaya yang ditempuh adalah dengan melakukan pelatihan dan pengembangan karir. Dengan
melalui pelatihan dan pengembangan, tenaga kerja akan mampu mengerjakan, meningkatkan,
mengembangkan pekerjaannya. Dalarn kaitannya dengan tema iin, pemakalah mencoba dengan
menyajiKan point-point penting yang ada kaitannya dengan pelatihan dai pengembangan sebagai
berikut: Pengertian, tujuan, jenis-jenisnya, tahapan-tahapannya, tekniknya, manfaat dan
kelemahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
9 Garry Desler upaya apa saja untuk memperbaiki kinerja manajerial dengan
(1997:297) menanamkan pengetahuan, menngubah sikap, atau
meningkatkan keterampilan. Dengan demikian upaya ini
mencakup program in-house seperti kursus, latihan, dan
penugasan yang bersifat rotasi, program-program profesional
seperti American Management Association Semeniars; dan
program-program profesional seperti program-program MBA
eksekutif.
10 Armstrong Pengembangan sumber daya manusia berkaitan dengan
(1997:507) tersedianya kesempatan dan pengembangan belajar, membuat
program-program training yang meliputi perencanaan,
penyelenggaraan, dan evaluasi atas program-program tersebut.
11 McLagan dan HRD is the integrated use of training and development, career
Suhadolnik (Wilson, development, and organisation development to improve
1999:10)
individual and organisational effectiveness. (Terjemahan bebas:
Pengembangan SDM adalah pemanfaatan pelatihan dan
pengembangan, pengembangan karir, dan pengembangan
organisasi, yang terintegrasi antara satu dengan yang lain, untuk
meningkatkan efektivitas individual dan organisasi).
12 Mondy and Noe Human resorce development is a planned, continuous effort by
(1990:270) management to improve employee competency levels and
organizational performance through training, education, and
development programs (Terjemahan bebas: Pengembangan
SDM adalah suatu usaha yang terencana dan berkelanjutan yang
dilakukan oleh organisasi dalam meningkatkan kompetensi
pegawai dan kinerja organisasi melalui program-program
pelatihan, pendidikan, dan pengembangan).
14 Harris and Human resource development can be defined as a set of
DeSimone (1999:2) systematic and planned activities designed by an organization to
provide its members with necessary skills to meet current and
future job demands. (Terjemahan bebas: Pengembangan SDM
dapat didefinisikan sebagai seperangkat aktivitas yang sistematis
dan terencana yang dirancang oleh organisasi dalam
memfasilitasi para pegawainya dengan kecakapan yang
dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, baik pada saat
ini maupun masa yang akan datang).
15 Stewart dan Human resource development encompasses activities and
McGoldrick processes which are intended to have impact on organisational
(1996:1)
and individual learning. (Terjemahan bebas: Pengembangan
SDM meliputi berbagai kegiatan dan proses yang diarahkan pada
terjadinya dampak pembelajaran, baik bagi organisasi maupun
bagi individu).
Pelatihan dan pengembangan (training dan development) memang memerlukan biaya yang
cukup besar, namun investasi di bidang manusia tersebut (human investment) akhirnya akan
menyumbangkan produktivitas yang sangat tinggi bagi organisasi atau perusahaan. Untuk
itu organisasi atau perusahaan tentunya akan memetik laba yang berlipat ganda di waktu
yang akan datang.
Program pengembangan karyawan hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada
metode-metode ilmiah serta berpedoman kepada keterampilan yang dibutuhkan perusahaan
saat ini maupun untuk masa depan. Pengembangan harus bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan supaya produktivitas kerjanya
baik dan mencapai hasil yang optimal.
a. Metode Studi Kasus, merpakan metode pengembangan yang menyajikan bagi para
manajer gambaran tertulis dari sebuah masalah organisasional untuk didiagnosis dan
dipecahkan.
Umpan balik survei, yaitu metode yang mencakup survei atau sikap karyawan
dan pemberian umpan balik kepada manajer departemen, sehingga masalah dapat
dipecahkan oleh para manajer dan karyawan.
Pelatihan kepekaan, yaitu metode untuk meningkatkan wawasan karyawan
kedalam perilaku mereka sendiri dengan pembahasan yang terus terang dalam
kelompok yang dipimpin oleh para pelatih khusus.
Pembangunan tim, yaitu peningkatan efektifitas tim seperti pejabat perusahaan
dan direktur divisi melalui penggunaan, pertemuan konsultan, wawancara, dan
pembangunan tim.
1) Pelatihan internal
Pelatihan internal adalah seseorang atau suatu tim pelatih yang ditugaskan dari
perusahaan memberikan latihan atau pendidikan kepada karyawan
2) Pelatihan eksternal
Pelatihan eksternal adalah seseorang atau suatu tim pelatih dari luar perusahaan diminta
untuk memberikan pengembangan kepada karyawan, baik pelatihannya didatangkan
atau karyawannya ditugaskan untuk mengikuti lembaga-lemabag pendidikan atau
pelatihan.
Adalah suatu tim gabungan pelatih internal dan eksternal yang memberikan
pengembangan kepada karyawan.
1) On the job
Para peserta latihan langsung bekerja di tempat untuk belajar dan meniru suatu
pekerjaan di bawah bimbingan seorang pengawas.
2) Vestibule
Vestibule adalah metode latihan yang dilakukan dalam kelas atau bengkel yang
biasanya diselenggarakan dalam suatu perusahaan industri untuk memperkenalkan
pekerjaan kepada karyawan baru dan melatih mereka mengerjakan pekerjaan tersebut.
Merupakan metode latihan yang dilakukan dengan cara peragaan dan penjelasan
bagaimana cara-cara mengerjakan suatu pekerjaan melalui contoh-contoh atau
percobaan yang didemonstrasikan.
4) Simulation
Merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin dengan situasi yang
sebenarnya tapi hanya merupakan tiruan saja.
5) Apprenticeship
Metode ini adalah suatu cara untuk mengembangkan keahlian pertukangan sehingga
para karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari segala aspek dari pekerjaannya.
6) Classroom methods
1. Sasaran
Setiap pengembangan harus terlebih dahulu ditetapkan secara jelas sasarannya. Penetapan
sasaran harus didasarkan kepada kebutuhan jabatan atau pekerjaan dari karyawan yang
bersangkutan.
2. Kurikulum
Kurikulum atau mata pelajaran yang akan diberikan harus mendukung tercapainya sasaran
dari pengembangan itu.
3. Sarana
4. Peserta
5. Pelatih
Menunjuk pelatih atau instruktur yang memenuhi persyaratan untuk mengajarkan setiap
mata pelajaran sehingga sasaran pengembangan tercapai.
6. Pelaksanaan
b) Kedisiplinan karyawan
c) Absensi karyawan
Strategi pengembangan SDM pada dasarnya tidak hanya melalui pendidikan dan
pengembangan keterampilan, namun ada banyak cara untuk mengembangkannya. Strategi
pengembangan SDM menurut Jons, 1928 dalam Sarwono, 1993, antara lain :
1. Melalui pelatihan.
Pelatihan bertujuan untuk mengembangkan individu dalam bentuk peningkatan
keterampilan, pengetahuan dan sikap.
2. Pendidikan.
Pengembangan SDM melalui pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja,
dalam arti pengembangan bersifat formal dan berkaitan dengan karir.
3. Pembinaan.
Pembinaan bertujuan untuk mengatur dan membina manusia sebagai sub sistem organisasi
melalui program-program perencana dan penilaian, seperti man power planning,
performance apparaisal, job analytic, job classification dan lain-lain.
4. Recruitment.
Recruitment ini bertujuan untuk memperoleh SDM sesuai klasifikasi kebutuhan organisasi
dan sebagai salah satu alat organisasi dalam pembaharuan dan pengembangan.
Dalam pengembangan SDM tidak boleh dilakukan secara sembarangan karena hal ini
menyangkut kualitas SDM untuk sebuah organisasi atau perusahaan. SDM yang
berkualitas akan membantu perusahaan untuk dapat lebih berkembang dan mencapai
tujuan perusahaan.
Hilangkan sikap otoriter yang tidak ingin mendengarkan ide, gagasan ataupun saran dari
karyawannya karena hal tersebut hanya akan membuat karyawan menjadi tidak
berkembang dan kurang produktif serta membentuk karyawan sebagai sebuah mesin untuk
bekerja.
2. Memberi penghargaan.
Memberi penghargaan kepada karyawan merupakan salah satu strategi pengembangan
SDM, mengapa?
Karena pemberian penghargaan merupakan satu bentuk apresiasi yang diberikan oleh
perusahaan kepada karyawannya. Dengan adanya pemberian penghargaan kepada
karyawan berprestasi, hal tersebut akan membuat karyawan lainnya termotivasi untuk
dapat menjadi lebih baik. Hal tersebut akan memberi kontribusi besar terhadap perusahaan
dalam mengembangkan perusahaannya.
3. Mengadakan pelatihan.
Pelatihan dilakukan bukan semata-mata untuk pribadi karyawannya saja, namun juga
perusahaannya. Perusahaan tidak akan berkembang tanpa karyawan yang memiliki
keterampilan dan minat kerja yang tinggi. Dengan adanya pelatihan, diharapkan mampu
menggali potensi para karyawan dan mengembangkan keterampilan yang mereka miliki.
Perbedaan antara kedua pengertian di atas terletak pada derajat kualitas manusia itu sendiri.
Pada pengertian pertama, manusia dipandang sebagai SDM bila memiliki kualitas yang
sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan usaha. Dalam konteks makro, ciri yang
menandainya adalah kualitas untuk melaksanakan perubahan dalam rangka meningkatkan
taraf hidup masyarakat, sedangkan dalam konteks mikro adalah kualitas untuk melakukan
proses produksi, misalnya dalam suatu organisasi bisnis atau industri. Jadi, manusia
menjadi SDM apabila dia terlibat dalam proses produksi dan kualitas kemampuan yang
dimilikinya sesuai untuk menghasilkan produksi itu. Pada pengertian kedua, aspek kualitas
tidak ditonjolkan. Karena pada dasarnya setiap individu manusia yang termasuk pada
kategori angkatan kerja itu terlibat atau dapat dilibatkan dalam proses pembangunan atau
proses produksi, maka dalam kondisi memiliki kemampuan apapun dia termasuk kategori
SDM, apabila dia terlibat dalam proses itu. Bila belum terlibat, dia masih dikategorikan
sebagai potensi. Oleh sebab ada persyaratan keterlibatan, baik pada pengertian pertama
maupun pada pengertian kedua, maka pemanfaatan kemampuan dalam proses
pembangunan nasional maupun dalam proses produksi merupakan indikator utama proses
pengembangan SDM. Artinya, upaya apapun yang diarahkan untuk meningkatkan
kompetensi, akan termasuk pada upaya pengembangan SDM apabila dikaitkan dengan
pemanfaatannya dalam pembangunan atau dalam proses produksi.
1) Peserta
Peserta pengembangan mempunyai latar belakang yang tidak sama atau heterogen,
seperti pendidikan dasarnya, pengalaman kerjanya, dan usianya. Hal ini akan
menyulitkan dan menghambat kelancaran pelaksanaan latihan dan pendidikan karena
daya tangkap, persepsi, dan daya nalar mereka terhadap pelajaran yang diberikan
berbeda.
3) Fasilitas Pengembangan
Fasilitas sarana dan prasaranaa pengembangan yang dibutuhkan untuk latihan dan
pendidikan sangat kurang atau tidak baik. Hal ini akan menyulitkan dan menghambat
lancarnya pengembangan.
4) Kurikulum
Kurikulum yang ditetapkan dan diajarkan kurang serasi atau menyimpang serrta tidak
sistematis untuk mendukung ssasaran yang diinginkan oleh pekerjaan atau jabatan peserta
yaang bersangkutaan. Untuk menetapkan kurikulum dan waktu mengajarkannya yang
tepat sangat sulit.
5) Dana Pengembangan
Dana yang tersedia untuk pengembangan sangat terbatas, sehingga sering dilakukan
secara terpaksa, bahakan pelatih maupun sarananya kurang memenuhi persyaratan yang
dibutuhkan.
1. Reaksi (Reaction)
Ukuran mengenai reaksi ini di desain untuk mengetahui opini dari para peserta mengenai
program pengembangan. Dengan menggunakan Questionaire pada akhir pengembangan,
para peserta ditanya tentang seberapa jauh mereka puas terhadap pengembangan itu serta
aspek aspek yang menjadikan pengembangan itu berlangsung. Hal ini beralasan untuk
dilakukan bertujuan agar : 1) untuk mengetahui sejauh mana peserta puas terhadap
program, 2 ) untuk maksud diadakannya beberapa revisi atas program pengembangan, 3 )
untuk menjamin agar para peserta yang lain bersikap reseptif untuk mengikuti program
pengembangan.
2. Belajar (Learning )
Seberapa jauh para peserta mempelajari fakta fakta dan prinsip prinsip, serta pendekatan
pendekatan yang terdapat dalam program pengembangan?
Informasi yang ingin diperoleh dari jenis evaluasi ini adalah mengetahui sebrapa jauh para
peserta menguasai konsep-konsep, pengetahuan, dan ketrampilan yang diberikan selama
pengembangan, biasa dilakukan dengan tes tulis, performansi, serta simulasi.
Perilaku dari peserta, sebelum dan sesudah pengembangan, dapat dibandingkan guna
mengetahui tingkat pengaruh pengembangan terhadap perubahan performansi mereka.
Langkah ini sangat penting karena sasaran dari pengembangan adalah untuk mengubah
perilaku atau performansi peserta. Dapat diukur menggunakan system evaluasi
performansi.
Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk menguji dampak
pengembangan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhandata bisa
dikumpulkan sebelum dan sesudah pengembangan atas dasar criteria produktivitas, serta
semua kegiatan yang dilakukan oleh karyawan yang berkenaan dengan aktivitas kantor.
Katakan bahwa pengembangan efektif, apakah itu merupakan metode yang paling murah
untuk menyelesaikan masalah?
Dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan, dan apakah
berbanding dengan hasil yang diperoleh organisasi. Kriteria ini diukur dengan
membandingkan biaya program dengan biaya permasalahan (Kerugian yang dialami
instansi dikarenakan menggunakan tanaga kerja kurang terlatih, meliputi : kerusakan
peralatan, downtime, serta perbaikan). Bila dijabarkan :
Garry Dessler mengatakan, ada lima langkah proses pengembangan tenaga kerja: analisis
kebutuhan, desaing intruksional, validasi, implementasi, dan evaluasi, serta tindak lanjut.
Analisis kebutuhan penting dibuat, karena jika perusahaan tidak tahu kebutuhan apa yang
dimiliki karyawannya, maka perusahaaan tidak akan dapat membuat jenis pendidikan dan
pelatihan yang efektif serta tepat sasaran. Analisis ini dapat bersumber dari data laporan tentang
kinerja karyawan maupun tentang pendapat para manajer tentang kekurangan anak buahnya.
Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan adalah upaya
untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan
intelektual dan kepribadian manusia. Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu
institusi atau organisasi biasanya disatukan menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan).
Perbedaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu instansi, secara konsep dapat
dikenal dari hal-hal sebagai berikut:
Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang diperlukan oleh
suatu instansi atau organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan
kemampuan atau keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas
tertentu. Dalam suatu pelatihan orientasi atau penekanannya pada tugas yang harus
dilaksanakannya (job orientation), sedangkan pendidikan lebih pada pengembangan kemampuan
umum. Pelatihan pada umumnya menekankan kepada kemampuan psikomotor, meskipun
didasari pengetahuan dan siakap, sedangkan pendidikan ketiga area kemampuan tersebut
(kognitif, afektif dan psikomotor) memperoleh perhatian yang seimbang, terutama pada
pendidikan yang masih bersifat umum. Namun pada pendidikan kejuruan atau pendidikan
khusus, maka yang diutamakan adalah keterampilan.
Oleh karena orinetasinya kepada pelaksanaan tugas serta keterampilan khusus pada sasaran yang
pada umumnya bagi mereka yang sudah bekerja, maka jangka waktu pelatihan pada umumnya
lebih pendek daripada pendidikan. Demikian pula metode belajar mengajar yang digunakan pada
pelatihan lebih interaktif dibandingkan dengan pendidikan. Pada akhir suatu proses pelatihan
biasanya peserta hanya memperoleh suatu sertifikat, sedangkan pada akhir pendidikan, peserta
pada umumnya memperoleh ijazah atau gelar.
Perbedaan-perbedaan tersebut tidaklah seperti hitam dan putih, praktiknya sangat fleksibel, di
mana batas antara pelaksanaan pendidikan dan pelatihan itu tidak ada garis yang tegas.
Pendidikan dan pelatihan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk investasi. Oleh karena itu
setiap organisasi atau instansi yang ingin berkembang, maka pendidikan dan pelatihan bagi
karyawannya harus memperoleh perhatian yang besar. Pentingnya program pendidikan dan
pelatihan bagi suatu organisasi antara lain sebagai berikut:
a. Sumber daya manusia atau karyawan yang menduduki suatu jabatan tertentu dalam
organisasi, belum tentu mempunyai kemampuan yang sesuai persyaratan yang diperlukan dalam
jabatan tersebut. Hal ini terjadi karena sering seseorang menduduki jabatan tertentu bukan karena
kemampuannya, melainkan karena tersedianya formasi. Oleh sebab itu karyawan atau staf baru
ini perlu penambahan kemampuan yang mereka perlukan.
b. Dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi, jelas akan mempengaruhi suatu
organisasi/instansi. Oleh sebab itu jabatan-jabatan yang dulu belum diperlukan, sekarang
diperlukan. Kemampuan orang yang ingin menempati jabatan tersebut kadang-kadang tidak ada.
Dengan demikian, maka diperlukan penambahan atau peningkatan kemampuan yang diperlukan
oleh jabatan tersebut.
c. Promosi dalam suatu organisasi/ institusi adalah suatu keharusan apabila organisasi itu mau
berkembang. Pentingnya promosi bagi seseorang adalah sebagai salah satu reword dan insentive
(ganjaran dan perangsang). Adanya ganjaran atau perangsang yang berupa promosi dapat
meningkatkan produktifitas kerja bagi seorang karyawan. Kadang-kadang kemampuan seorang
karyawan yang akan dipromosikan untuk menduduki jabatan tertentu ini masih belum cukup.
Untuk itulah maka diperlukan pendidikan atau pelatihan tambahan.
Perkembangan sumber daya manusia dalam suatu institusi pada umumnya hanya terkait dengan
pelatihan pegawai atau karyawan saja. Hal ini disebabkan karena karyawan tersebut biasanya
direkrut dari lulusan-lulusan lembaga pendidikan diluar institusi yang bersangkutan. Jarang
suatu institusi menyelenggarakan pendidikan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Walaupun
hanya pada institusi atau Departemen-Departemen pemerintah. Departemen
ini menyelenggarakan pendidikan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dalam bentuk institusi
atau lembaga pendidikan kedinasan.
Oleh sebab itu pusat pendidikan dan pelatihan disetiap institsi tugas pokoknya adalah
melaksanakan pendidikan dan pelatihan pegawai untuk lebih meningkatkan kemampuan
pegawai atau karyawan dilingkungan institusi tersebut dan akhirnya juga membawa dampak
terhadap pengembangan organisasi atau institusi yang bersangkutan.
Leonard Nadler (1970) secara terinci menguraikan area kegiatan Pengembangan Sumber Daya
Manusia itu dalam 4 bagian, yakni:
Kegiatan ketiga area yang pertama (pelatihan, pendidikan, pengembangan pegawai) adalah
merupakan kegiatan pokok untuk pengembangan sumber daya manusia (pegawai) dalam suatu
institusi atau departemen dalam kegiatannya untuk pengembangan organisasi institusi atau
deprtemen yang bersangkutan. Sedangkan area yang ke-4 (non-employee development) pada
hakikatnya adalah pelaksanaan fungsi social dari institusi tersebut. Di mana suatu institusi atau
departemen menurut Nadler juga mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pendidikan dan
pelatihan bagi anggota masyarakat yang bukan pegawai dan institusi.
Program pelatihan (training) bertujuan untk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan
tekhnik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan
bertujuan
untuk menyiapkan pegawainya siap memangku jabatan tertentu dimasa yg akan datang.
Pengembangan bersifat lebih luas karena menyangkut banyak aspek, sikap dan keperibadian.
Program pelatiahn dan pendidikan bertujuan anatara lain untuk menutupi gap antara kecakapan
karyawan dengan permintaan jabatan, selain itu juga untuk meningkatkan efesiensi dan
efektivitas
Pelatihan dapat terlaksana disebabkan oleh banyak hal yang menurut Barry (1994) karena
adanya: Perubahan staf, Perubahan teknologi, Perubahan pekerjaan, Perubahan peraturan hukum,
Perkembangan ekonomi, Pola baru pekerjaan, Tekanan pasar, Kebijakan sosial, Aspirasi
pegawai, Variasi kinerjadan Kesamaan dalam kesempatan.
Selanjutnya, pelatihan dapat dilaksanakan pada dua tempat. Yang pertama adalah pelatihan di
tempat kerja (on-the job training) dan yang kedua di luar tempat kejra (off-the job training).
Teknik utama pelatihan di tempat kerja antara lain adalah: demonstrasi (praktik menyelesaikan
sesuatu dalam rangka meningkatkan skill karyawan), melatih (lebih mengarah pada praktik
manajerial dan professional), melatih dengan cara mengerjakan sendiri, serta rotasi kerja.
Sedangkan pelatihan di luar tempat kerja, teknik pelatihannya antara lain: ceramah, studi khusus,
permainan peran, grup diskusi, pusat pengembangan, dinamika grup, belajar melalui tindakan,
proyek, permainan bisnis, dan pelatihan di tempat terbuka. Untuk mengevaluasi pelatihan dan
pengembangan, Barry (1994) menyarankan hal-hal berikut :
Tingkat reaksi peserta, yaitu melihat reaksi peserta terhadap pelatihan, pelatih dan lainnya.
Tingkat belajar, yaitu melihat perubahan pada pengetahuan, keahlian, dan sikap.
Tingkat tingkah laku kerja, yaitu melihat perubahan pada tingkah laku kerja.
Nilai akhir, yaitu bermanfaat tidak hanya untuk organisasi, tetapi juga untuk individu.
Institusi Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai) adalah sebagai institusi
pengembangan sumber daya manusia, maka staf Pusdiklat berperan sebagai pengembang sumber
daya manusia (human resources developer). Ada tiga macam pengembang sumber daya manusia,
yaitu :
1. Administrator
Adminstrator PSDM adalah staf Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai) yang
bertugas untuk mengelolah institusi Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai)
tersebut. Adapun tugas staf administrator PSDM adalah :
a. Perencanaan Fasilitas dan Biaya
Administrator PSDM yang diserahi tuagas untuk merencanakan fasilitas, biaya dan kegiatan-
kegiatan lain yang berkaitan dengan diklat harus gesit dan kreatif untuk menangkap persoalan-
persoalan dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan untuk mengembangkan individu-individu
dan organisasi di dalam lingkup kerjanya. Selanjutnya, berdasarkan analisis kebutuhan pelatihan
tersebut harus segera merencanakan bentu-bentuk dan jenis pelatihan yang relevan dengan
masing-masing kebutuhan untuk kerja.
Lebih dari itu, ia harus juga melakukan hubungan dan kerjasama dengan pihak-pihak lain,
sumber-sumber dana, dan fasilitas lain tanpa adanya dukungan dari pihak lain, unit PSDM
(Pusdiklat) niscaya tidak dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.
Kegiatan PSDM adalah suatu proses yang berjalan terus-menerus. Kegiatan supervisi disini
dimaksudkan agar kegiatan-kegiatan / program-program yang dilaksanakan oleh petugas
pengajaran berjalan dengan berhasil dan berdaya guna. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan supervisi adalah penugasan / penentuan staf, prajabatan, evaluasi penelitian
dan pengembangan kebijaksanaan. Unit kerja yang menangani supervisi di dalam institusi PSDM
dapat diartikan sebagai pusat informasi, penelitian dan pengembangan. Oleh sebab itu, staf di
unit ini harus orang yang mempunyai keahlian dalam bidan pendidikan.
Adminstrasi PSDM juga mempunyai fungsi untuk mengembangkan staf di dalam institusi
PSDM, baik staf dibidang administrasi dan pengelolaan pelatihan maupun pengajar spesialis
(learning specialist). Untuk itu administrativ yang bertanggungjawab personel developer ini
harus memberikan kesempatanbagi semua stafnya untuk mengembangkan dirinya, baik melalui
pendidikan lanjutan maupun pelatihan-pelatihan jangka pendek.
Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai) sebagai salah satu bentuk PSDM perlu
memiliki hubungan yang luas dan baik dengan masyarakat, baik hubungan di dalam lingkungan
institusi atau departemen maupun di luar institusi / departemen. Pusdiklat merupakan suatu unit
kerja yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas ketenagaan di lingkungan departemennya,
yaitu dari unit kerja-unit kerja yang lain (program-program). Oleh sebab itu, perlu komunikasi
dan hubungan yang baik dengan program-program yang tenaganya akan dididik dan dilatih
(dikembangkan). Hubungan dengan organisasi di luar departemen bukan saja untuk memperoleh
dukungan nada tetapi juga untuk menjadi masukan dan umpan balik terhadap penyelenggaraan
program pendidikan dan pelatihan.
2. Spesialis Pengajaran (Learning Specialist)
Spesialis pengajaran dalam suatu institusi PSDM, Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Pegawai) ini merupakan motor penggerak organisasi / institusi tersebut.
Pembagian learning specialist mencakup tiga hal pokok, yakni :
3. Konsultan
Fungsi pokok konsultan dalam institusi diklat adalah untuk menghasilkan pendapatan-
pendapatan atau jawaban-jawaban atas permasalahan di dalam lembaga tersebut. Untuk
memperoleh hasil yang optimum, maka menurut Nadler, ada dua peeranan pokok yang
harus dilakukan oleh seorang konsultan, yakni peranan sebagai narasumber dan sebagai
fasilitator.
Pada sisi peningkatan kualitas SDM, pembangunan diarahkan untuk menjadikan rakyat
negeri ini kreatif, menguasai serta mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni (IPTEKS), dan memiliki moralitas. Kreatifitas diperlukan untuk bisa bertahan hidup dan
tidak rentan dalam menghadapi berbagai kesulitan. Dengan kreatifitas, seseorang menjadi
dinamis dan bisa menemukan jalan keluar yang positif ketika menghadapi kesulitan atau
masalah.
Dari tujuan tersebut tercermin bahwa sebagai titik sentral pembangunan adalah
pemberdayaan sumber daya manusia termasuk tenaga kerja, baik sebagai sasaran pembangunan
maupun sebagai pelaku pembangunan. Dengan demikian, pembangunan ketenagakerjaan
merupakan salah satu aspek pendukung keberhasilan pembangunan nasional. Di sisi lain,
terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan nasional
tersebut, khususnya dibidang dibidang ketenagakerjaan, sehingga diperlukan kebijakan dan
upaya dalam mengatasinya.
Sehubungan hal tersebut di atas pengembangan SDM di Indonesia dilakukan melalui tiga
jalur utama, yaitu pendidikan, pelatihan dan pengembangan karir di tempat kerja.
Jalur pendidikan merupakan tulang punggung pengembangan SDM yang dimulai dari
tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Sementara itu, jalur pelatihan dan pengembangan karir di
tempat kerja merupakan jalur suplemen dan komplemen terhadap pendidikan.
Dalam rangka pengembangan SDM di indonesia, banyak tantangan yang harus dihadapi.
Tantangan pertama adalah jumlah penduduk yang besar, yaitu sekitar 216 juta jiwa. Tantangan
kedua adalah luasnya wilayah indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau dengan penyebaran
penduduk yang tidak merata. Tantangan ketiga adalah mobilitas penduduk yang arus besarnya
justru lebih banyak ke pulau Jawa dan ke kota-kota besar.
Berbagai tantangan seperti itu, memerlukan konsep, strategi dan kebijakan yang tepat
agar pengembangan SDM di Indonesia dapat mencapai sasaran yang tepat secara efektif dan
efisien. Hal ini penting dilakukan karena peningkatan kualitas SDM Indonesia tidak hanya untuk
meningkatkan produktivitas dan daya saing di dalam maupun diluar negeri, tetapi juga untuk
meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan penghasilan bagi masyarakat.
Pelatihan Iebih terarah pada peningkatan kemampuan dan keahlian SDM organisasi yang
berkaitan dengan jabtan atau fungsi yang menjadi tanggung jawab individu yang bersangkutan
saat ini ( current job oriented). Sasaran yang ingin dicapai dan suatu program pelatihan adalah
peningkatan kinerja individu dalam jabatan atau fungsi saat ini.
Pengembangan cenderung lebih bersifat formal, menyangkut antisipasi kemampuan dan
keahhan individu yang harus dipersiapkan bagi kepentingan jabatan yang akan datang. Sasaran
dan program pengembangan menyangkut aspek yang lebih luas yaitu peningkatan kemampuan
individu untuk mengantisipai perubahan yang mungkin terrjadi tanpa direncanakan(unplened
change) atau perubahan yang direncanakan (planed change). (Syafaruddin:200 1:2 17).
lstilah pelatihan dan pengembangan merujuk pada struktur total dan program di dalam
dan luar pekerjaan karvawan yang dimanfaatkan perusahaan dalam mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan, utamanya untuk kinerja pekerjaan dan promosi karir. Biasanya
pelatihan merujuk pada pengembangan ketrampilan bekerja (vocational) yang dapat digunakan
dengan segera. (Sjafri :2003: 135).
Terdapa banyak pendekatan untuk pelatihan. Menurut (Simamora:2006 :278) ada lima
jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan:
1. Pelatihan Keahlian
Pelatihan keahlian (skils training) merupakan pelatihan yang sering di jumpai dalam
organisasi. program pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau kekuragan diidentifikasi
rnelalui penilaian yang jeli. kriteria penilalan efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran
yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.
2. Pelatihan Ulang.
Pelatihan ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang berupaya
memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi
tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya
bekerja rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus dilatih dengan mesin computer atau
akses internet
4. Pelatihan Tim.
5. Pelatihan Kreatifitas.
a. Pelatihan.
b. Pengembangan.
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan yang akan datang.
Sebelum pelatihan dapat diselenggarakan, kabutuhan akan hal itu perlu dianalisis lebih
dahulu. Hal demikian disebut sebagai langkah/tahapan penilaian dari proses pelatihan. Menurul
(Sjafri:2003:140). setelah tahap analisis kebutuhan dilakukan, maka harus melakukan beberapa
tahapan berikutnya:
Perumusan tujuan pelatihan harus ada keterkaitan antara input, output, outcome, dan
impact dan pelatihan itu sendiri.
3. Prinsip-prinsf p pelatihan.
a. partisipasi
b. pendalaman
c. relevansi
d. pengalihan
e. umpan balik
f. suasana nyaman
g. memiliki criteria
b. Perputaran pekerjaan
f. Studi kasus
g. Simulasi
i. Pelatihan laboratorium
j. Pembelajaran aksi
Dalam tahapan ini menurut (Gomes:2003:204) terdapat paling kurang tiga tahapan utama
dalam pelatihan dan pengembangan, yakni: penentuan kebutuhan pelatihan, desain program
pelatihan, evaluasi program pelatihan.
Adalah lebih sulit untuk menilai kebutuhan-kebutuhan pelatihan bagi para pekerja yang
ada daripada mengorientasikan para pegawai yang baru. Dari satu segi kedua-duanya sama.
Tujuan penentuan kebutuhan pelatihan ini adalah untuk mengumpulkan sebanyak mungkin
informasi yang relevan guna mengetahui dan atau/menentukan apakah perlu atau tidaknya
pelatihan dalam organisasi tersebut.
Dalam tahapan ini terdapat tiga macam kebutuhan akan pelatihan yaitu:
a). General treatment need, yaitu penilaian kebutuhan pelatihan bagi semua pegawai dalam suatu
klasifikasi pekerjaan tanpa memperhatikan data mengenai kinerja dari seseorang pegawai
tertentu.
b). Oversable performance discrepancies, yaitu jenis penilaian kebutuhan pelatihan yang didasarkan
pada hasil pengamatan terhadap berbagai permasalahan, wawancara, daftar pertanyaan, dan
evaluasi/penilaian kinerja, dan dengan cara meminta para pekerja untuk mengawasi sendiri hasil
kerjanya sendiri.
c). Future human resources neeeds, yaitu jenis keperluan pelatihan ini tidak berkaitan dengan ketidak
sesuaian kinerja, tetapi Iebih berkaitan dengan sumberdaya manusia untuk waktu yang akan
datang.
Jika pelatihan merupakan Solusi terbaik maka para manajer atau supervisor harus
memutuskan program pelatihan yang tepat yang bagaimana yang harus dijalankan. Ada dua
metode dan pririsip bagi pelatihan:
a. Metode pelatihan.
Metode peIathan yang tepat tergantung kepada tujuannya. Tujuan atau sasaran pelatihan
yang berbeda akan berakibat pemakaian metode yang berheda pula.
b. Prinsip umum bagi metode pelatihan
Terlepas dari berhagai metode yang ada, apapun bentuk metode yang dipilh, metode
tersebut harus rnemenuhi prinsipprinsip seperti:
2. Memperlihatkan ketrampilan-ketrampilan.
6. Memberikan feedback.
Supaya efektif, pelatihan haru merupakan suatu solusi yang tepat bagi permasalahan
organisasi, yakni bahwa pelatihan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan
keterampilan. Untuk meningkatkan usaha belajarnya,para pekerja harus menyadari perlunya
perolheanb informasi baru atau mempelajari keterampilan-keterampilan baru, dan keinginan
untuk belajar harus dipertahankan. Apa saja standar kinerja yang telah ditetapkan, sang pegawai
tidak harus dikecewakan oleh pelatih yang menuntut terlalu banyak atau terlalau sedikit.
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menguji apakah pelatihan tersebut efektif di dalam
mencapai sasaran-sasarannya yang telah ditetapkan. Ini menghendaki identifikasi dan
pengembangan criteria tertentu.
Program pelatihan bisa dievaluasi berdasarkan informasi yang bisa diperoleh pada lima
tingkatan:
1. reaction,
2. learning,
3. behaviors,
4. organizational result,
5. cost efectivity.
Belajar : Seberapa jauh para peserta mempelajari fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan pendekatan-
pendekatan yang terdapat didalam pelatihan?
Behavior : Seberapa jauh perilaku kerja para pekerja berubah karena pelatihan?
Efektivitas biaya : Katakan bahawa pelatihan efektif, apakah itu merupakan metode yang paling
murah dan menyelesaikan masalah?
1. Reactions : Ukuran mengenai reaksi ini didesain untuk mengetahui opini dari para peserta
mengenai program pelatihan. Usaha untuk mendapatkan opini para peserta tentang pelatihan ini,
terutama didasarkan pada beberapa alasan utama, seperti: untuk mengetahui sejauh mana para
peserta merasa puas dengan program untuk maksud diadakannya bebrapa revisi atas program
pelatihan, untuk menjamin agar para peserta yang lain bersikap represif untuk mengikuti
program pelatihan.
2. Learning : Informasi yang ingin diperoleh melalui jenis evaluasi ini adalah mengetahi seberapa
jauh para peserta menguasai konsep-konsep, pengetahuan, keterampilan-keterampilan yang
diberikan selama pelatihan.
3. Behaviors: Perilaku dari para peserta, sebelum dan sesudah pelatihan, dapat dibandingkan guna
mengetahui tingkat pengaruh pelatihan terhadap perubahan performansi mereka. Langkah ini
penting karena sasaran dari pelatihan adalah untuk mengubah perilaku atau performansi para
peseerta pelatihan setelah diadakan program pelatihan.
4. Organizational result: tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk menguji
dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan.
5. Cost effectivity: ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang dihabiskan bagi
program pelatihan, dan apakah besarnya biaya untuk pelatihan tersebut terhitung kecil atau besar
dibandingkan biaya yang timbul dari permasalah yang dialami oleh organisasi.
Proses evaluasi itu sendiri bisa mendorong para pegawai untuk meningkatkan
produktifitasnya. Untuk mengetahui dampak dari pelatihan itu secara keseluruhan terhadap hasil
atau performansi seseorang atau suatu kelompok tertentu, umumnya terdapat dua pilihan model
penilaian yaitu: 1. Uncontrolled model. 2. Controlled model.
Model pertama ini bisanya tidak memakai kelompok pembanding dalam melakukan
penilaian damapak pelatihan terhadap hasil dan/atau performansi kerjanya.
Sedangkan model kedua adalah model yang dalam melakukan penilaian efektivitas
program pelatihan menggunakan sestem membanding yaitu membandingkan hasil dari orang
atau kelompok yang tidak mengikuti pelatihan.
Pertama : Langkah analisis kebutuhan, yaitu mengetahui keterampilan kerja spesifik yang
dibutuhkan, menganalisa keterampilan dan kebutuhan calon yang akan dilatih, dan
mengembangkan pengetahuan khusus yang terukur serta tujuan perestasi.
Ketiga : lagkah validasi, yaitu program pelatihan dengan menyajiakn kepada beberapa
orang yang bisa mewakili.
Kelima : Langkah evaluasi dan tindak lanjut, dimana manejemen menilai keberhasilan
atau kegagalan program ini:
Terdapat tiga tahapan yang harus tercakup dalam proses pelatihan (Simamora:2006:285)
yaitu:
1. Tahapan penilaian
3. Tahapan evaluasi
XXII. Tujuan pelatihan dan pengembangan
2. Memuktahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi. Melalui pelatihan,
pelatih memastikan bahwa karyawan dapat megaplikasikan teknologi baru secara efektif.
Perubahan teknologi pada gilirannya, berarti bahwa pekerjaan senantiasa berubah dan keahlian
serta kemampuan karyawan haruslah dimuktahirkan melalui pelatihan, sehingga kemajuan
teknologi dapat diintgrasikan dalam organisasi secara sukses.
3. Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar kompoten dalam pekerjaan. Seorang
karywan baru acap kali tidak menguasai keahlian dan kemampuan yang dibutukan untuk menjadi
job comotent yaitu mencapai output dan standar mutu yang diharapkan.
4. Membantu memecahkan msalah orperasional. Para manejer harus mencapai tujuan mereka dengan
kelangkaan dan kelimpahan suber daya: kelangkaan sumberdaya finansial dan sumberdaya
teknologis manusia (human tecnilogical resourse), dan kelimpahan masalah keuangan, manusia
dan teknologis.
5. Mempersiapkan karyawan untuk promosi satu cara untuk menarik, menahan, dan memotivasi
karyawan adalah melalui program pengembangan karir yang sistematis. Pengembangan
kemampuan promosional karyawan konsisten dengan kebijakan sumberdaya manusia untuk
promosi dari dalam: pelatihan adalah unsur kunci dalam sistem pengembangan karir. Dengan
secara berkesinambungan mengembangkan dan mempromosikan semberdaya manusianya
melalui pelatihan, manejer dapat menikmati karyawan yang berbobot, termotivasi dan
memuaskan.
Manfaat di atas membantu baik individu maupun organisasi. Program pelatihan yang
efektif adalah bantuan yang berharga dalam perencanaan karir dan sering dianggap sebagai
penyembuh penyakit organisasional. Apabila produktivitas tenaga kerja menurun banyak
manejer berfikir bahwa solusinya adalah pelatihan. Program pelatihan tidak mengobati semua
masalah organisasional, meskipun tentu saja program itu berpotensi untuk memperbaiki situasi
tertentu sekiranya program dijalankan secara benar.
8. Pelatihan bakal tidak akan pernah cukup kuat untuk menghasilkan perbaikan
The most popular training and development methods used by organization can be
classified as either on-the-job training. In the following pages, we will briefly introsce the better
know techniques of each category.
training)
1. Efektivitas biaya.
3. Kelayakan fasilitas-fasilitas
6. Prinsip-prinsip belajar
Teknik-teknik on the job merupakan metode latihan yang paling banyak digunakan.
Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan sepervise langsung seorang pelatih yang
berpengalaman (biasanya karyawan lain). Berbagai macam teknik ini yang bisa digunakan dalam
praktek adalah sebagai berikut:
1. Rotasi jabatan
3. Magang (apprenticeships)
4. Coaching
5. Penugasan sementara
Teknik-teknik off the job, dengan pendekatan ini karyawan peserta latihan menerima
representasi tiruan (articial) suatu aspek organisasi dan diminta untuk menanggapinya seperti
dalam keadaan sebenarnya. Dan tujuan utama teknik presentrasi (penyajian) informasi adalah
untuk mengajarkan berbagai sikap, konsep atau keterampilan kepada para peserta. Metode yang
bisa digunakan adalah:
2. Kuliah
3. Studi sendiri
4. Program computer
5. Komperensi
6. Presentasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber daya manusia sebagai pemilik, pengolah, pengelola, dan pengguna pengetahuan
memerlukan sarana yang menunjang tercapainya informasi yang mendukung dan menambah
pengetahuan serta keterampilannya. Oleh karena itu diperlukan pengembangan sumber daya
manusia dalam organisasi, baik untuk manajer maupun karyawan.
Untuk mengembangkan sumber daya manusia diperlukan metode yang berbeda untuk
mengembangkan manajer dan karyawan. Untuk manajer metode pengembangannya
menggunakan metode pendidikan yang berupa rotasi jabatan, coaching, dewan yunior, belajar
bertindak, metode studi kasus, permainan manajemen, dan seminar diluar. Sedangkan, untuk
para karyawan menggunakan metode pengembangan pelatihan on the job, vestibule,
demonstration and example, simulation, apprenticheship, dan classrom methods. Tujuan dari
pengembangan SDM adalah untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi kecelakaan kerja,
meningkatkan karir dan mengurangi kerusakan selama melakukan kegiatan operasional
organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://pakarkinerja.com/cara-membuat-strategi-pengembangan-sdm/
https://tiarawahyurahmawati.wordpress.com/2013/01/07/pentingnya-dan-tujuan-pengembangan-
sumber-daya-manusia/
https://www.google.co.id/search?q=pakarkinerja.com%2Fcara-membuat-strategi-
pengembangan-sdm%2F&oq=pakarkinerja.com%2Fcara-membuat-strategi-pengembangan-
sdm%2F&aq
.Dessler, Gary. (2004). Sumber Daya Manusia, Penerjemah Eli Tanya Jakarta: PT. Indeks. Judul
asli Human Resource Managemen .(2003) pretince-Hall, inc, Upper Saddle River. New Jersey
Gomes, Faustinc C. (2003). Manajemen Suber Daya Manusia. Yogyakarta: CV. Andi Offsetl
Handoko, T. Hani. (2001). Manajemen personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
BPFE
Mangkuprawira. Sjafri. (2003). Mananjemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Nawawi, Hadari (2005). Manajemen Sumber Dava Manusia: Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Sirnamora, Henry. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia: Yogyakarta: STIE YKPN