Anda di halaman 1dari 16

asuhan keperawatan gastritis

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas berjudul Asuhan Keperawatan pada Grastristis dengan
baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penyusunan tugas ini adalah untuk memenuhi
tugas kelompk KK 3B.
Dengan segala kerendahan hati Penulis selaku penyusun tugas ini menyadari bahwa tugas ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas yang serupa dimasa yang
akan datang.
Demikian, Semoga segala yang tertulis di dalam tugas ini bermanfaat, selebihnya mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Jember, 25 Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL . i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang .. 1
1.2 Tujuan .. 2
1.3 Implikasi Keperawatan . 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI ... 3
2.1 Pengertian Grastritis .............................. 3
2.2 Epidemiologi Grastritis 4
2.3 Etiologi ... 4
2.4Tanda dan Gejala .. 5
2.5 Patofisiologi 5
2.6 Komplikasi dan Prognosis . 6
2.7 Pengobatan Grastritis 7
2.8 Pencegahan Grastritis 8
BAB 3. PATHWAYS .. 9
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN 10
4.1 Pengkajian .. 10
4.2 Diagnosa .. 16
4.3 Perencanaan 17
4.4 Evaluasi 22
BAB
5. PENUTUP
25
5.1 Kesimpulan . 25
5.2 Saran . 25
DAFTAR
PUSTAKA
. 26
LAMPIRAN

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Gastritis yang dikenal dengan penyakit saluran pencernaan bagian atas yang
banyak dikeluhkan masyarakat dan paling banyak dibagian gastroenterologi (Mustakim,
2009). Menurut Herlan (2001), menyatakan Gastritis bukanlah penyakit tunggal, tetapi
beberapa kondisi yang mengacu pada peradangan lambung.
Gastritis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok kondisi
dengan satu hal yaitu radang selaput perut.Gastritis sering kali adalah hasil dari infeksi
bakteri Helicobacter Pylori yang menyebabkan radang perut yang paling sering ditemukan.Di
negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter Pylori pada orang dewasa mendekati
angka 90%.Sedangkan pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi. Di Indonesia,
prevalensi kuman ini menggunakan urea breath test. Penelitian serologis yang dilakukan
secara cross sectional bertambahnya prevelansi penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia.
Penyebab penyakit ini adalah gram negative, basil yang berbentuk kurva dan batang.Namun,
banyak faktor lain seperti cedera traumatis, penggunaan obat penghilang rasa sakit
tertentu atau minum alkohol terlalu banyak juga dapat berkontribusi untuk terjadinya
gastritis.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan
dari waktu ke waktu (gastritis kronis).Dalam beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan
bisul (ulkus)pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut.Bagi kebanyakan orang,
gastritis tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh dengan pengobatan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada Gastritis.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memperoleh gambaran tentang :
1. Definis dari Gastritis.
2. Epidemiologi dariGrastritis.
3. Etiologi
4. Tanda dan Gejala dari Grastritis
5. Patofisiologi dari Gastritis.
6. Komplikasi dan Prognosis pada Gastritis.
7. Pengobatan pada Grastritis
8. Pencegahan Gastritis.
1.3 Implikasi Keperawatan
Dengan adanya makalah ini diharapkan perawat mampu memahami konsep dan
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan Gastritis.

BAB 2. TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian
Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus, atau lokal (Price 2005).Gastritis daalah peradangan lokal atau
penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri (Charlene,
2001).Gastritis akut adalah inflamasi mukosa lambung, sering diakibatkan dari pola diet yang
tidak baik.Sedangkan gastritis kronik adalah inflamasi mukosa lambung yang berkepanjangan
yang disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh
bakteri helicobacter pylori (Brunner dan Suddart, 2002). Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu penyakit yang terjadi di lambung disebabkan
terjadinya peradangan pada mukosa lambung.
Gastritis dapat dibedakan menjadi.
1. Gastritis akut
Gastritis akut disebabkan stress, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang
pedas, panas maupun asam. Pada individu yang mengalami stres akan terjadi perangsangan
saraf simpatis NV (Nervus Vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl)
dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual,
muntah dan anoreksia.
2. Gatriris kronik
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel
permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncul respon radang kronis
pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme
pertahanan tubuh terhadap iritasi, metapalasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa
pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan
mukosa.Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan (Price, 1999)

2.2 Epidemiologi
Berdasarkan badan penelitian kesehatan dunia WHO persentase angka kejadian gastritis di
dunia antaralain Inggris 22%, Cina 31%,Jepang 14,5%, Kanada 35%,dan Prancis 29,5 %. Di
dunia insiden gastritis terjadi sekitar 1,8- 2,1 juta dari jumlah penduduk setiap
tahunnya.Insiden terjadinya gastritis di Asia tenggara sektar 583. 635 dari jumlah penduduk
setiap tahunnya. Angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka
kejadian gastritiss disetiah wilayah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396
kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan di Indonesia tahun 2011
gastritis merupakan salah satu penyakit dalam dalam 10 penyakit terbayak pada pasien yang
di rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%)

2.3 Etiologi

Pada anak gastrititis biasanya disebabkan oleh bakteri helicobacter. Bakteri ini bisa masuk ke
tubuh anak dengan berbagai cara. Bisa masuk melalui makanan yang terkontaminasi atau bisa
juga karena adanya sentuhan fisik dari orang yang menderita infeksi bakteri helicobacter.
Secara umum penyebab dari gastritis dapat dikarenakan.
a. Pola makan yang tidak teratur: tidak tepat waktu.
b. Iritasi yang disebabkan oleh rangsangan makanan, seperti makanan pedas, terlalu asam,
dan alkohol.
c. Perokok: kandungan dari rokok seperti fenol, metanol, kadmiun, aseton, dan lain-lain
yang dapat berdampak terhadap erosi dan mukosa lambung.
d. Infeksi oleh bakteri (toksin) atau infeksi virus.
e. Obat-obatan seperti aspirin, obat anti inflamasi non steroid yang dapat berdampak
terhadap erosi pada mukosa lambung.
f. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung: trauma, luka bakar, sepsis.
(Arif, 1999)

2.4 Tanda dan Gejala


Manifestasi klinik gastritis secara umum antaralain :
a. Nyeri ulu hati,
Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu proses peradangan yang terjadi akibat dari
adanya iritasi pada mukosa lambung.
b. Anoreksia, Nausea dan Vomitus
Ketiga tanda ini sangat umum ditemukan. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan kadar
asam lambung didalam tubuh khususnya pada organ lambung.
c. Melena dan Hematemesis
Melena dan hematemesis disebabkan karena adanya suatun proses perdarahanyang berawal
dari adanya iritasi dan erosi pada mukosa lambung.
Manifestasi klinik yang biasa muncul pada Gastritis Akut lainnya, yaitu Anorexia, mual,
muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada Hematemesis melena, tanda lebih
lanjut yaitu anemia. Sedangkan untuk gastritis kronik kebanyakan klien tidak mempunyai
keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anorexia, nausea, dan keluhan anemia
dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan.
Sedangkan pada anak-anak gejalan umum yang muncul antaralain.
a. Sebah
b. Rasa sakit pada bagian perut baik sebelum atau sesudah makan
c. rasa penuh atau kenyang
d. mual dan muntah
e. gangguan pencernaan setelah mengkonsumsi makanan
f. kehilangan nafsu makan
g. susah tidur
h. tidur malam yang terganggu secara tiba-tiba disebabkan pert yang sakit
i. diare
j. sering cegukan
k. feses pada saat BAB berwarna hitam

Beberapa faktor penyebab gastritis pada anak secara umum, adalah:


Asam lambung yang sangat berlebihan.
Pepsin yang tinggi.
Obat analgetik dan inflamasi.
Asam Empedu yang berlebihan.
Infesi virus.
Infeksi bakteri Helicobacter Pylori
Bahan korosif asam dan basa kuat.

2.5 Patofisiologi
Terjadinya gastritis disebabkan karena produksi asam lambung yang berlebih sehingga asam
lambung yang semula membantu lambung menjadi merugikan lambung. Dalam keadaaan
normal lambung akan memproduksi asam sesuai dengan jumlah makanan yang masuk. Tetapi
bila pola makan kita tidak teratur, lambung sulit beradaptasi dan lama kelamaan
mengakibatkan produksi asam lambung yang berlebih (Uripi,2002). Penyebab asam lambung
tinggi adalah aktivitas padat sehingga telat untuk makan, Stress yang tinggi, yang berimbas
pada produksi asam lambung berlebih, Makanan dan minuman yang memicu tingginya
sekresi asam lambung, seperti makanan dan minuman dengan rasa asam, pedas, kecut,
berkafein tinggi, mengandung vitamin C dosis tinggi, termasuk buahbuahan (Hipni Rohman,
2011).
Peradangan pada mukosa lambung yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang pada
epigastirum bagian atas.Reflek-reflek pada mukosa lambung menyebabkan kalenjer saliva
mengeluarkan saliva dalam jumlah besar.Dan sering menelan saliva menyebabkan banyak
udara yang berkumpul di lambung. Penggunaan aspirin, alkohol, memakan makanan yang
berbumbu secara berlebihan atau dalam jumlah yang besar dapat mengurangi daya tahan
mukosa, ditambah dengan keadaan stres yang dapat menyebabkan sekresi asam lambung
berlebihan dan ini akan menimbulkan komplikasi yaitu tukak lambung. (Guyton, 1998)

2.6 Komplikasi dan Prognosis


Komplikasi
a. Gastritis Akut
Kompilkasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCABA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock
hemorogik
b. Gastritis Kronis
Pada gastritis kronis komplikasi yang dapat muncul yaitu gangguan penyerapan vitamin B12,
akibat kurangnya penyerapan B13 menyebabakan anemia pernesiosa, penyerapan besi
terganggu, dan penyempitan daerah antrum pylorus.Gastritis kronis yang tidak dirawat dapat
menyebabkan ulkus peptic dan pendarahan pada lambung.Beberapa gastritis kronis dapat
meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus
pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.

Prognosis
a. Apabila penyebab yang mendasari penyakit gastritis diatasi, maka akan memberikan
prognosis yang baik
b. Gastritis akut umumnya sembuh dalam waktu beberapa hari
c. Insidensi ulkus lambung dan kanker lambung meningkat pada gastritis kronis tipe A
d. Gastritis dapat menimbulkan komplikasi pedarahan salurana cerna dan gejala klinis
yang berulang
e. Kebanyakan penderita sembuh dengan terapi infeksi H.pylori, mengindari OAINS dan
meminum obat anti sekretorus pada lambung
f. Terapi dengan infeksi H.pylori akan mengubah secara ilmiah riwayat penyakit dengan
menurunkan angka kejadian penyakit ini.

2.7 Pengobatan
a. Terapi :
Berkonsultasi ke dokter, dokter akan memberi obat sesuai keluhan dan penyebab. Umumnya
gastritis yang disebabkan oleh infeksi diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam
mengatasi gastritis.
b. Tindakan Medis yang bertujuan untuk Pengobatan :
1) Pemeriksaan darah, tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.
Pyloridalam darah. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi
akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
2) Pemeriksaan feces, tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak.
3) Endoskopi saluran cerna bagian atas, dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar X.
Rontgen saluran cerna bagian atas, tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau
penyakit pencernaan lainnya.

2.8 Pencegahan
Pencegahan pada penyakit gastritis dapat dilakukan secara primer, sekunder dan tersier.
a. Pencegahan Primer
1) Mengenali penyakit gastritis dengan berbagai factor resikonya
2) Mengatur jadwal makan yang teratur
3) Olahraga teratur
4) Heindari minum berkafein, alcohol,dan kurangi rokok
5) Hindari makanan berlemak tinggi

b. Pencegahan Sekunder
1) Mengkonsultasikan berbagai keluhan dengan dokter
2) Melakukan diet lambung
3) Pengaturan pola hidup
4) Mengkonsumsi obat yang menekan dan menetralkan asam lambung
c. Pencegahan tersier
1) Mengikuti diet khusus untuk penderita penyakit gastritis
2) Mengurangi porsi makan, makan dengan porsi kecil tetapi teratur
3) Istirahat yang cukup dan tetap melakukan olahraga teratur sesuai kemampuannya.

Bab 3. Pathway
Bab 4. Asuhan Keperawatan
4.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An. X
Usia : Lebih banyak pada anak-anak
Jenis kelamin : Lebih banyak laki-laki
Jenis pekerjaan : Tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
Alamat :-
Suku/bangsa : Indonesia
Agama :-
Tanggal MRS :-
No. Registrasi :-
Tingkat pendidikan : Bagi orang/keluarga yang tingkat pendidikannya rendah/minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini,
bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan
yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
2. Keluhan utama
Keluhan utama pasien dengan penyakit gastritis biasanya nyeri di ulu hati atau nyeri
didaerah Epigastrium dan perut sebelah kanan bawah.Nyeri yang dialami dipengaruhi oleh
pengalaman, persepsi, toleransi dan reaksi orang terhadap nyeri itu sendiri. Individu memberi
respon yang berbeda terhadap nyeri, ada yang disertai rasa takut, gelisah, dan cemas
sedangkan yang lain penuh dengan toleransi dan optimis.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan gastritis biasanya mengeluh nyeri.Nyeri yang dialami dipengaruhi oleh
pengalaman, persepsi, toleransi dan reaksi orang terhadap nyeri itu sendiri. Individu memberi
respon yang berbeda terhadap nyeri, ada yang disertai rasa takut, gelisah, dan cemas
sedangkan yang lain penuh dengan toleransi dan optimis. Pasien gastritis biasanya juga
mengalami mual dan muntah.Mual dan muntah dikendalikan oleh pusat muntah pada dasar
ventrikel otak keempat.Pusat muntah dibagian dorsal lateral dari formasio retikularis medula
oblongata, yaitu pada tingkat nukleus motorik dorsal lateral dari syaraf vagus.Pusat ini
terletak dekat dengan pusat salivasi, vasomotor dan pernafasan. Alat keseimbangan dapat
terserang akibat proses proses sentral atau perifer. Peranan dari pusat muntah adalah
mengkoordinir semua komponen komplek yang terlibat dalam proses muntah.
Terjadinya muntah didahului oleh salivasi dan inspirasi dalam sfinter esophagus akan
relaksasi, laring dan palatum mole tingkat dan glotis menutup. Selanjutnya diafragma akan
berkontraksi dan menurun serta dinding perut juga berkontraksi mengakibatkan suatu tekanan
pada lambung dan sebagian isinya dimuntahkan. Peristiwa ini didahului oleh statis lambung,
kontraksi duodenum, dan antrum lambung.Mual dirasakan sebagai sensasi tidak enak
diepigastrium, dibelakang tenggorokan dan perut.Sensasi mual biasanya disertai dengan
berkurangnya motilitas lambung dan meningkatnya kontraksi duodenum.
Terdapat lima penyebab muntah yang utama diantaranya adalah penyakit psikogenik, proses
proses sentral, proses sentral tidak langsung, penyakit perifer dan iritasi lambung atau usus.
Konsekuensi dari muntah yang berat dan lama akan meningkatkan dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit serta gangguan asam basa.
b. Riwayat penyakit dahulu
Perawat menanyakan kepada pasien tentang masalah masa lalu pada sistem
Gastrointestinal.Pernahkan pasien dirawat dirumah sakit?Untuk melanjutkan pengkajian
keperawatan riwayat pasien, perawat mencatat status kesehatan umum pasien serta gangguan
dan perbedaan gastrointestinal sebelumnya.Obat obatan, dapatkan informasi lengkap
tentang obat yang diresepkan dan yang dijual bebas, baik saat ini dan yang digunakan
sebelumnya.Tanyakan tentang penggunaan Aspirin, dan obat antiinflamasi nonsteroid
(NSAID) yang dapat memperberat gastritis.
c. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga tentang penyakit Gastrointestinal yang dapat
mempengaruhi masalah kesehatan saat ini dan masa lalu pasien.
4. Pemeriksaan Fisik Review of system (ROS)
Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di kwadran
epigastrik.
B1(breath) : takhipnea
B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat,
warna kulit pucat.
B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi,
nyeri epigastrum.
B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap
makanan pedas.
B6 (bone) : kelelahan, kelemahan
5. Fokus Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala :kelemahan, kelelahan
Tanda :takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda : hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia (hipovolemia /
hipoksemia), nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi), warna
kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelemahan kulit / membran
mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak
berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,
gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya luka peptik atau
gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik
feses.
Tanda :
a) nyeri tekan abdomen, distensi
b) bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
c) karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah
cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan
antasida).
d) haluaran urine : menurun, pekat.
5. Makanan / Cairan
Gejala :
a) anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar
sehubungan dengan luka duodenal).
b) masalah menelan : cegukan
c) nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk
(perdarahan kronis).

6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi /
oksigenasi).
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
a) nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat
disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak dan
hilang dengan makan (gastritis akut)
b) nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah
makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster)
c) nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam
setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus
duodenal)
d) tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis)
e) faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat,
reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
8. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis /
hipertensi portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol,
steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal :
anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal: trauma kepala), flu usus, atau episode
muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan
makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah.Hasil tes
yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu
dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi.Tes darah
dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung
karena gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H.
Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2).CO2 cepat diabsorbsi
melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak.Hasil yang
positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya
darah dalam feses.Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung
dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan
dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit
sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit.Pasien biasanya
tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam.Hampir tidak ada resioko akibat tes
ini.Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat
menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini
akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung.Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam
lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur
BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan
diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam
jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum
acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau
pentagastrin.Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Gastritis yaitu:
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress psikologi
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan
c. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas menurun dan proses penyakit
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
f. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada mukosa lambung
4.3 Perencanaan
DIAGNOSA
No. INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan 1. Selidiki keluhan nyeri,
1. Untuk mengetahui
dengan iritasi mukosa perhatikan lokasi, letak nyeri dan
lambung sekunder itensitas nyeri, dan memudahkan intervensi
karena stress psikologi skala nyeri yang akan dilakukan
2. Anjurkan pasien untuk
2. Intervensi dini pada
Tujuan: melaporkan nyeri kontrol nyeri
Setelah dilakukan segera saat mulai memudahkan
tindakan keperawatan pemulihan otot dengan
selama 2 x 24 jam nyeri menurunkan tegangan
dapat berkurang, pasien 3. Pantau tanda-tanda otot
dapat tenang dan vital 3. Respon autonomik
keadaan umum cukup meliputi, perubahan
baik pada TD, nadi, RR,
4. Jelaskan sebab dan yang berhubungan
Kriteria Hasil: akibat nyeri pada dengan penghilangan
1. Klien mengungkapakan klien serta keluarganya nyeri
nyeri yang dirasakan 4. Dengan sebab dan
berkurang atau hilang akibat nyeri diharapkan
2. Klien tidak
5. Anjurkan istirahat klien berpartisipasi
menyeringai kesakitan selama fase akut dalam perawatan untuk
3. TTV dalam batasan 6. Anjurkan teknik mengurangi nyeri
normal distruksi dan relaksasi 5. Mengurangi nyeri yang
4. Intensitas nyeri diperberat oleh gerakan
berkurang (skala nyeri 6. Menurunkan tegangan
berkurang 1-10) 7. Berikan situasi otot, meningkatkan
5. Menunjukkan rileks, lingkungan yang relaksasi, dan
istirahat tidur, kondusi meningkatkan rasa
peningkatan aktivitas kontrol dan kemampuan
dengan cepat koping
8. Kolaborasi dengan tim
7. Memberikan dukungan
medis dalam pemberian (fisik, emosional,
tindakan meningkatkan rasa
kontrol, dan
kemampuan koping)
8. Menghilangkan atau
mengurangi keluhan
nyeri klien
2. Nutrisi kurang dari 1. Anjurkan pasien untuk 1. Menjaga nutrisi pasien
kebutuhan tubuh makan dengan porsi tetap stabil dan
berhubungan dengan yang sedikit tapi sering mencegah rasa mual
kurangnya intake
2. Berikan makanan yang muntah
makanan lunak 2. Untuk mempermudah
pasien menelan
Tujuan: 3. Lakukan oralhygiene 3. Kebersihan mulut dapat
Setelah dilakukan merangsang nafsu
tindakan keperawatan makan pasien
selama 3x24 jam4. Timbang BB dengan
kebutuhan nutrisi teratur 4. Mengetahui
pasien terpenuhi perkembangan status
5. Observasi tekstur, nutrisi pasien
Kriteria hasil: turgor kulit pasien 5. Mengetahui status
1. Keadaan umum cukup6. Observasi intake dan nutrisi pasien
2. Turgor kulit baik output nutrisi 6. Mengetahui
3. BB meningkat keseimbangan nutrisi
4. Kesulitan menelan pasien
berkurang
3. Kekurangan volume 1. Penuhi kebutuhan1. Intake cairan yang
cairan kurang dari individual. Anjurkan adekuat akan
kebutuhan tubuh klien untuk mengurangi resiko
berhubungan dengan minum (dewasa : 40-60 dehidrasi pasien.
intake yang tidak cc/kg/jam).
adekuat dan output cair
2. Berikan cairan
2. Mengganti kehilangan
yang berlebih (mual tambahan IV sesuai cairan dan memperbaiki
dan muntah) indikasi. keseimbangan cairan
dalam fase segera.
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3. Awasi tanda-tanda
3. Menunjukkan status
selama 1x24 jam intake vital, evaluasi turgor dehidrasi atau
cairan adekuat. kulit, pengisian kapiler kemungkinan
dan membran mukosa. kebutuhan untuk
Kriteria Hasil: peningkatan
1. Mukosa bibir lembab 4. Kolaborasi pemberian penggantian cairan.
2. Turgor kulit baik cimetidine dan
3. Pengisian kapiler baik ranitidine 4. Cimetidine dan
4. Input dan output ranitidine berfungsi
seimbang untuk menghambat
sekresi asam lambung
4. Resiko tinggi infeksi1. Monitor tanda dan 1. Mengetahui adanya
berhubungan dengan gejala infeksi sistemik infeksi pada pasien
imunitas menurun dan dan lokal 2. Pasien tidak semakin
proses penyakit 2. Monitor terhadap stres dengan
kerentanan infeksi keadaannya
Tujuan: 3. Batasi pengunjung 3. Mengetahui turgor kulit
Setelah dilakukan pasien
tindakan keperawatan, 4. Inspeksi kulit dan
4. Mencegah kekurangan
pasien tidak mengalami membran mukosa nutrisi pada tubuh
infeksi lebih lanjut terhadap kemerahan, pasien
panas dan drainase
Kriteria hasil: 5. Dorong masukan5. Mencegah dehidrasi
1. Pasien bebas dari tanda nutrisi yang cukup
dan gejala infeksi 6. Dorong masukan cairan
Tidak ada rubor, color, yang cukup 6. Mempercepat proses
dolor, tumor dan penyembuhan
fungsiolesa. 7. Dorong pasien untuk
2. Menunjukan istirahat 7. Keluarga mengetahui
kemampuan untuk kapan diadakannya
mencegah timbulnya
8. Informasikan kepada imunisasi
infeksi keluarga kapan jadwal 8. Keluarga mengetahui
3. Menunjukan perilaku imunisasi (DPT, Polio, manfaat imunisasi
hidup sehat Campak, Rubella)
4. Personal hygiene
9. Jelaskan keuntungan 9. Menjaga dan mencegah
pasien terpenuhi baik imunisasi dari bakteri dan
sacara mandiri maupun mikroorganisme yang
dibantu keluarga. 10. Ajarkan kepada dapat memperburuk
pengunjung untuk penyakit
mencuci tangan setiap 10. Mengurangi inflamasi
kali masuk dan keluar
dari ruangan klien.
11. Kolaborasi : Berikan
antibiotik jika
diperlukan
5. Kurang pengetahuan1. Beri pendidikan 1. Memberikan
berhubungan dengan kesehatan (penyuluhan) pengetahuan dasar
kurangnya informasi. tentang penyakit dimana klien dapat
membuat pilihan
Tujuan: 2. Beri kesempatan klien informasi tentang
Setelah dilakukan atau keluarga untuk kontrol masalah
tindakan keperawatan bertanya kesehatan.
pasien mendapatkan 3. Beritahu tentang 2. Pengkajian / evaluasi
informasi yang tepat pentingnya obat-obatan secara periodik
dan efektif. untuk kesembuhan meningkatkan
klien. pengenalan /
Kriteria hasil: 4. Evaluasi tingkat pencegahan dini
1. Klien dapat pengetahuan klien terhadap komplikasi
menyebutkan seperti ulkus peptik dan
pengertian pendarahan pada
2. Penyebab lambung.
3. Tanda dan gejala
4. Perawatan dan
pengobatan.
6. Hipertermi 1. Observasi tanda tanda 1. Mengetahui tanda-
berhubungan dengan vital tanda vital pasien
proses infeksi pada 2. Berikan minuman per 2. Menurunkan suhu
mukosa lambung oral tubuh pasien
3. Kompres dengan air 3. Mengetahui adanya
Tujuan: hangat dehidrasi pada pasien
Setelah dilakukan
4. Kolaborasi pemberian
tindakan keperawatan, Antipiretik
pasien tidak mengalami 5. Monitor masukan dan
peningkatan suhu tubuh keluaran cairan dalam
24 jam
Kriteria hasil:
1. Suhu tubuh dalam batas
normal
Suhu tubuh normal
berkisar antara 36 37
derajat celsius
2. Menjelaskan tindakan
untuk mengurangi
peningkatan suhu tubuh
Tindakan untuk
mengurangi
peningkatan suhu
tubuh.
3. Tidak ada perubahan
warna kulit.
Warna kulit tidak
sianosis, turgor kulit
baik.
4. Denyut nadi normal
5. Respirasi normal
6. Cairan seimbang
(intake dan out put)
dalam 24 jam
7. Tekanan darah dalam
batas normal

4.4 Evaluasi
No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi
S : anak mengatakan nyeri yang
dirasakan mulai berkurang
Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa
1. O : pasien terlihat lebih rileks
lambung sekunder karena stress psikologi
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
S : keluarga pasien mengatakan
nafsu makan pasien berkurang dan
sering kali mengeluh mual dan
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh muntah
berhubungan dengan kurangnya intake makanan O : pasien sering terlihat muntah
beberapa kali dalam sehari
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Kekurangan volume cairan kurang dari S : Anak mengatakan bahwa dirinya
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake sudah tidak merasa mual
3.
yang tidak adekuat dan output cair yang O : kondisi umum pasien baik,
berlebih (mual dan muntah) turgor kulit baik, tidak tampak
lemah
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
S : Keluarga pasien mengatakan
bahwa pasien mengeluh perih pada
bagian perut
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
4 O : pasien terlihat memegang perut,
imunitas menurun dan proses penyakit
wajah terlihat pucat dan gelisah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

S : keluarga pasien mengatakan


cukup paham dengan kondisi pasien
dan mengerti apa yang harus
dilakukan saat pasien merasa
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
5 kesakitan
kurangnya informasi.
O : keluarga pasien terlihat tanggap
saat pasien mengeluh kesakitan
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
S : keluarga pasien mengatakan
bahwa pasien tidak demam
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
6. O : suhu 37 C
pada mukosa lambung
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
gastritis adalah suatu penyakit yang terjadi di lambung disebabkan terjadinya
peradangan pada mukosa lambung, Grastritis dibagi menjadi Grastritis akut dan kronik.
Gastritis akut disebabkan stress dan zat kimia, sedangkan Grastritis Kronik disebabkan oleh
bakteri Helicobacter pylori.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat, hendaknya lebih banyak lagi mempelajari bagaimana cara
memberi asuhan keperawatan terutama pada pasien dengan penyakit saluran cerna, karena
saat ini perlu sekali tenaga kesehatan dengan keterampilan pengobatan pada pasien yang
mendapat penyakit saluran cerna, karena saat ini penyakit saluran cerna sedang menjadi tren
dikalangan masyarakat di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Dermawan, Deden, Tutik Rahayuningsih. Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan). 2010.
Penerbit Gosyen Publishing. Yogyakarta.
Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Anda mungkin juga menyukai