Anda di halaman 1dari 45

SISTEM KESEHATAN NASIONAL

Jika menyebut perkataan Sistem Kesehatan Nasional, terdapat dua pengertian yang
terkandung di dalamnya. Pertama pengertian Sistem dan yang kedua adalah Kesehatan.

SISTEM
Beberapa pengertian sistem yang dipandang cukup penting adalah:
1. Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau
struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang
telah ditetapkan (Ryans)
2. Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling
berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan
secara efektif dan efisien (John Mc Manama)
3. Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu kesatuan
yang majemuk, dimana masing-masing bagian bekerjasama secara bebas dan terkait untuk
mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula.
4. Sistem adalah suatu kesatuan yg utuh dan terpadu dari berbagai elemen yg berhubungan serta
saling mempengaruhi yg dengan sadar dipersiapkan utk mencapai tujuan yg telah ditetapkan.
5. Sistem adalah kesatuan (rangkaian/gabungan) dari berbagai bagian yang saling berkait, bertaut
satu sama lain, pengaruh mempengaruhi, yang diarahkan untuk mencapai atau menghasilkan
sesuatu.

Jika diperhatikan pengertian-pengertian sistem ini, nampak bahwa pengertian sistem


secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni:

1. Sistem sebagai suatu wujud


Suatu sistem disebut sebagai suatu wujud (entity), apabila bagian-bagian atau elemen-elemen
yang terhimpun dalam sistem tersebut membentuk suatu wujud yang ciri-cirinya dapat
dideskripsikan dengan jelas.
Tergantung dari sifat bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk sistem maka sistem
sebagai wujud dapat dibedakan atas dua macam:
Sistem sebagai suatu wujud yang konkrit
Pada bentuk ini, sifat dari bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk sistem adalah
konkrit dalam arti dapat ditangkap oleh panca indra. Contohnya adalah suatu mesin yang bagian-
bagian atau elemen-elemennya adalah berbagai unsur suku cadang.
Sistem sebagai suatu wujud yang abstrak
Pada bentuk ini, sifat dari bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk sistem adalah
abstrak dalam arti tidak dapat ditangkap oleh panca indra. Contohnya adalah sistem kebudayaan
yang bagian-bagian atau elemen-elemen-nya adalah berbagai unsur budaya

2. Sistem sebagai suatu metoda


Suatu sistem disebut sebagai suatu metoda (method), apabila bagian-bagian atau elemen-elemen
yang terhimpun dalam sistem tersebut membentuk suatu metoda yang dapat dipakai sebagai alat
dalam melakukan pekerjaan administrasi. Contohnya adalah sistem pengawasan yang bagian-
bagian atau elemen-elemen pembentuknya adalah berbagai peraturan.

Pemahaman sistem sebagai metoda berperanan besar dalam membantu menyelesaikan masalah-
masalah yang dihadapi oleh suatu sistem. Populer dengan sebutan pendekatan sistem (system
approach) yang akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan pada pekerjaan administrasi.

CIRI-CIRI SISTEM
Sesuatu disebut sebagai sistem apabila ia memiliki beberapa ciri pokok sistem, al:
Menurut Elias M. Awad (1979)
1. Sistem bukanlah sesuatu yang berada diruang hampa, melainkan selalu berinteraksi dengan
lingkungan.
Tergantung dari pengaruh interaksi dengan lingkungan tersebut, sistem dapat dibedakan atas 2
macam:
Bersifat terbuka : bila interaksi dengan lingkungan, mempengaruhi sistem
Bersifat tertutup : bila interaksi dengan lingkungan tidak mempengaruhi sistem
2. Sistem mempunyai kemampuan utk mengatur diri sendiri, yang antara lain juga disebabkan
karena di dalam sistem terdapat unsur umpan balik (feed back).
3. Sistem terbentuk dari 2 atau lebih subsistem, dan setiap subsistem terdiri dari 2 atau lebih
subsistem lain yang lebih kecil, demikian seterusnya.
4. Antara satu subsistem dengan subsistem lainnya terdapat hubungan yang saling tergantung
dan mempengaruhi. Keluaran suatu subsistem misalnya, menjadi masukan bagi subsistem lain
yang terdapat dalam sistem.
5. Sistem mempunyai tujuan atau sasaran yang ingin di capai. Pada dasarnya tercapainya
tujuan atau sasaran ini adalah sebagai hasil kerjasama dari berbagai subsistem yang terdapat
dalam sistem
- Menurut A Shode & Dan Voich Jr (1974)
Ciri sistem yakni:
1. Sistem mempunyai tujuan dan karena itu semua perilaku yang ada pada sistem pada dasarnya
bermaksud mencapai tujuan tersebut (purposive behavior)
2. Sistem sekalipun terdiri dari berbagai bagian atau elemen-elemen tetapi secara keseluruhan
merupakan suatu yang bulat & utuh (wholism) jauh melebihi kumpulan bagian atau elemen
tersebut
3. Berbagai bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem saling terkait, berhubungan serta
berinteraksi
4. Sistem bersifat terbuka & selalu berinteraksi dengan sistem lain yang lebih luas, yang biasanya
disebut dengan lingkungan
5. Sistem mempunyai kemampuan transformasi, artinya mampu mengubah sesuatu menjadi
sesuatu yang lain. Dengan perkataan lain sistem mampu mengubah masukan menjadi keluaran
6. Sistem mempunyai mekanisme pengendalian, baik dalam rangka menyatukan berbagai bagian
atau elemen, atau dalam rangka mengubah masukan menjadi keluaran

Jika diperhatikan ke dua pendapat tentang ciri-ciri sistem, maka bila di sederhanakan, ciri-ciri
sistem dapat dibedakan atas 4 macam :
1. Dalam sistem terdapat bagian atau elemen yang satu sama lain saling berhubungan &
mempengaruhi yang kesemuanya membentuk satu kesatuan, dalam arti semuanya berfungsi
untuk mencapai tujuan yang sama yang telah ditetapkan
2. Fungsi yang diperankan oleh masing-masing bagian atau elemen yang membentuk satu
kesatuan tersebut adalah dalam rangka mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan
3. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, semuanya bekerjasama secara bebas namun terkait,
dalam arti terdapat mekanisme pengendalian yang mengarahkannya agar tetap berfungsi
sebagaimana yang telah direncanakan
4. Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu, bukan berarti ia tertutup terhadap
lingkungan

UNSUR SISTEM
Telah disebutkan bahwa sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang saling berhubungan dan
mempengaruhi. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau elemen tersebut ialah sesuatu yang
mutlak harus ditemukan, yang jika tidak demikian maka tidak ada yang disebut sistem. Bagian
atau elemen tersebut banyak macamnya, yang jika disederhanakan dapat dikelompokkan
kedalam 6 unsur yakni:
Masukan
Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem & yang
diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut
Proses
Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem & yang
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan
Keluaran
Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya
proses dalam sistem
Umpan balik
Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari
sistem & sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut
Dampak
Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran sistem tersebut
Lingkungan
Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem

GAMBAR:
HUBUNGAN
UNSUR-UNSUR
SISTEM

JENJANG SISTEM
Untuk memudahkan pemahaman, peranan & kedudukan sistem terhadap lingkungan yang
beraneka ragam sering digambarkan dalam bentuk penjenjangan sistem.
Secara sederhana yang dimaksud dengan penjenjangan sistem ialah pembagian sistem
ditinjau dari sudut peranan dan kedudukannya terhadap lingkungan. Untuk itu, penjenjangan
sistem tersebut dpt dibedakan atas 3 macam yakni:

Suprasistem
Adalah lingkungan dimana sistem tersebut berada. Lingkungan yang dimaksud disini juga
berbentuk suatu sistem tersendiri, yang kedudukan dan peranannya lebih luas
Sistem
Adalah sesuatu yang sedang diamati yang menjadi objek dan subjek pengamatan
Subsistem
Adalah bagian dari sistem yang secara mandiri membentuk sistem pula. Subsistem yang mandiri,
kedudukan dan peranannya lebih kecil daripada sistem

Tergantung dari kedudukan dan peranan yang sedang diamati, maka sesuatu dapat berperan
sebagai suprasistem, sistem dan subsistem. Jika yang diamati adalah Dinas Kesehatan, maka
Dinas Kesehatan adalah sistem. Supra-sistemnya ialah Sistem Kesehatan Nasional sedangkan
sub-sistemnya ialah berbagai bidang/subdin yang terdapat di Dinas Kesehatan. Sebaliknya
kedudukan & peranan Dinas Kesehatan dapat menjadi Suprasistem, apabila yang diamati ialah
salah satu bidang/subdin Dinas Kesehatan (mis: Bidang/Subdin Pemberantasan dan Pencegahan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan), sedangkan subsistemnya adalah sub
bidang/seksi dari bidang/subdin yang dimaksud (mis: sub bidang/seksi pemberantasan dan
pencegahan penyakit).

PENDEKATAN SISTEM
Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai tujuan tertentu yang ditetapkan. Untuk
terbentuknya sistem tersebut perlu dirangkai berbagai unsur atau elemen sedemikian rupa
sehingga secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan & secara bersama-sama berfungsi untuk
mencapai tujuan kesatuan. Prinsip atau cara kerja tsb diatas dikenal dengan nama pendekatan
sistem (system approach).

Beberapa batasan pendekatan sistem yang terpenting adalah:


1. Pendekatan sistem adalah penerapan suatu prosedur yang logis dan rasional dalam merancang
suatu rangkaian komponen-komponen yang berhubungan sehingga dapat ber-fungsi sebagai satu
kesatuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan (L.James Harvey)
2. Pendekatan sistem adalah suatu strategi yang menggunakan metoda analisa, desain &
manejemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien
3. Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berfikir yang sistematis & logis dalam
membahas & mencari pemecahan dari suatu masalah atau keadaan yang dihadapi

Jika pendekatan sistem dapat dilaksanakan, akan diperoleh beberapa keuntungan, al:
1. Jenis & jumlah masukan dapat diatur & disesuaikan dengan kebutuhan (menghindari
penghamburan sumber, tata cara & kesanggupan yang sifatnya terbatas)
2. Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran sehingga dapat dihindari
pelaksanaan kegiatan yang tidak diperlukan
3. Keluaran yang dihasilkan dapat lebih optimal serta dapat diukur secara lebih tepat & objektif
4. Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan program

ANALISIS SISTEM
Karena sistem terdiri dari kumpulan elemen atau bagian yang mempunyai fungsi masing-masing,
maka untuk dapat menjamin baiknya sistem tersebut, harus dapat diupayakan agar fungsi yang
dimaksud tetap sesuai dengan yang direncanakan. Berarti harus ada penilaian berupa kajian
terhadap setiap kumpulan elemen atau bagian yang ada dalam sistem, maka kajian ini disebut
analisis sistem (system analysis). Batasan analisis sistem yang terpenting sebagai berikut:
1. Analisis sistem adalah pelukisan atau penguraian opera-sional suatu sistem yang meliputi
upaya pengidentifikasian tujuan, kegiatan, pelaksanaan kegiatan, situasi yang dihadapi serta
informasi yang dibutuhkan oleh sistem pada setiap tahap pelaksanaannya.
2. Analisis sistem adalah suatu cara kerja yang dengan mempergunakan fasilitas yang ada,
dilakukan pengumpulan berbagai masalah yang dihadapi untuk kemudian dicarikan berbagai
jalan keluarnya, lengkap dengan uraiannya, sehingga membantu administrator dalam mengambil
keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk dapat melakukan analisis sistem yang baik, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mula-mula lakukanlah penguraian sistem sehingga menjadi jelas bagian-bagian yang dimiliki
serta hubungannya satu dengan yang lain. Agar penguraian sistem ini dapat dilakukan dengan
baik, terapkan prinsip pokok pendekatan sistem
2. Lanjutkan dengan merumuskan masalah yang dihadapi oleh bagian-bagian tersebut atau
sistem secara keseluruhan. Masalah yang dimaksud dapat berupa ketidak jelasan fungsi, peranan,
hak & tanggung jawab & ataupun hubungan satu sama lain
3. Lakukan pengumpulan data atau informasi untuk lebih menjelaskan masalah yang ditemukan
serta untuk merumuskan kemungkinan jalan keluar yang dapat dilakukan
4. Berdasarkan data atau informasi yang dimiliki, kembangkan model-model sistem yang baru.
Model-model tersebut adalah yang dinilai dapat menyelesaikan masalah yang ditemukan
5. Lakukan uji coba, jika perlu lakukan perbaikan dan catatlah setiap hasil yang diperoleh. Atas
dasar catatan tersebut, pilihlah model yang paling menguntungkan
6. Terapkanlah model sistem yang terpilih & lakukanlah pemantauan dan penilaian berkala
sesuai dengan yang diperlukan

Sekalipun suatu model sistem telah terpilih, tetap diperlukan penyesuaian/penyempurnaan


tergantung hasil pemantauan secara berkala. Untuk ini diperlukan berbagai data dan informasi
agar dapat dilakukan berbagai persiapan yg dibutuhkan. Upaya untuk mendapatkan data atau
informasi hanya akan berhasil dengan memuaskan jika dapat dikembangkan suatu sistem
informasi (information system), yang saat ini telah diakui sebagai salah satu unsur penting dalam
menjamin keberhasilan administrasi system.

KESEHATAN
Beberapa pengertian tentang kesehatan sebagai berikut:
Perkin, 1938
Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan
berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.

WHO, 1947 & UU Pokok Kesehatan No.9 Tahun 1960


Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial yang tidak hanya terbatas
pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja.

WHO, 1957
Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan
segala faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya.

White, 1977
Sehat adalah keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai
keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda penyakit atau kelainan.

UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992


Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

SISTEM KESEHATAN
Pengertian Sistem Kesehatan menurut WHO, 2000 ialah semua kegiatan yang secara bersama-
sama diarahkan untuk mencapai tujuan utama berupa peningkatan & pemeliharaan kesehatan.
Adapun tujuan yang dimaksud adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
merespon harapan-harapan/ kebutuhan-kebutuhan masyarakat sesuai harga diri & hak azasi
manusia (kepedulian) serta memberikan perlindungan finansial bagi masyarakat terhadap
kemungkinan biaya
kesehatan (keadilan dalam
pembiayaan).

GAMBAR: SISTEM SEDERHANA

MAKSUD DAN KEGUNAAN


Penyusunan Sistem Kesehatan dimaksudkan untuk menyesuaikan berbagai perubahan dan
tantangan eksternal dan internal, agar dapat dipergunakan sebagai landasan, arah dan pedoman
penyelenggaraan pembangunan kesehatan baik oleh masyarakat, swasta maupun oleh pemerintah
(pusat, provinsi, kabupaten/kota) serta pihak-pihak terkait lainnya.

Sistem Kesehatan merupakan acuan dalam menerapkan pendekatan pelayanan kesehatan primer
(Primary Health Care) yang secara global telah diakui sebagai pendekatan yang tepat dalam
mencapai kesehatan bagi semua, yang untuk Indonesia diformulasikan sebagai visi Indonesia
Sehat.
ANALISIS SITUASI DAN KECENDERUNGAN

Kita sudah memiliki Sistem Kesehatan Nasional (SKN), yang telah ditetapkan pada tahun
1982. Esensi SKN 1982 telah dipergunakan dalam penyusunan GBHN Bidang Kesehatan,
utamanya GBHN 1988, 1993, dan 1998 dan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

Lebih operasional, SKN 1982 juga dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan
kebijakan dan program pembangunan kesehatan seperti RPJPK, Indonesia Sehat 2010, Repelita,
Propenas, dan Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan.

Sesuai dengan amanat TAP MPR-RI No. X tahun 1998, reformasi di bidang kesehatan
juga telah dilakukan dengan disusunnya Rencana Pembanguan Kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2010, memuat Visi, Misi, dan strategi Pembangunan Kesehatan dengan menerapkan
paradigma baru, yaitu Paradigma Sehat.

Paradigma Sehat menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia,


kesehatan sebagai investasi bangsa, dan kesehatan menjadi titik sentral pembangunan nasional.

Visi Pembangunan Kesehatan


Adalah Indonesia Sehat 2010 yaitu masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Misi Pembangunan Kesehatan adalah:


1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat beserta
lingkungannya

Strategi Pembangunan Kesehatan adalah:


1. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan;
2. Profesionalisme;
3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat;
4. Desentralisasi

SKN diharapkan dapat dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembangunan


kesehatan. Sistem Kesehatan Nasional 1982, khususnya pada bagian bentuk pokoknya yang
merupakan struktur dan wujud penyelenggaraan pembangunan kesehatan hanya diatur/diuraikan
secara ringkas (pokok-pokok) saja, kurang terinci.

Di samping itu, banyak kebijakan baru yang telah ditetapkan dan munculnya berbagai
tantangan atau perubahan lingkungan yang dihadapi, baik internal maupun eksternal, seperti:
globalisasi, demokratisasi, desentralisasi, kesehatan sebagai investasi, dan kesehatan sebagai hak
azasi manusia.

Oleh karena itu perlu disusun SKN yang baru. Kita telah berhasil menyusun SKN yang
baru. Sistem Kesehatan Nasional yang baru telah ditetapkan menggantikan Sistem Kesehatan
Nasional 1982 dengan Keputusan Menteri Kesehatan No:131/MENKES/SK/II/2004. Dengan
demikian penye-lenggaraan pembangunan kesehatan dilaksanakan tidak saja oleh Departemen
Kesehatan, namun oleh semua potensi bangsa termasuk Pemerintah Daerah, masyarakat, dan
swasta. Oleh karena itu SKN yang baru perlu dipahami oleh semua pihak.

PERKEMBANGAN POKOK-POKOK SUBSTANSI SKN & KAITANNYA DENGAN


PEMBANGUNAN KESEHATAN
SKN 1982 yan ditetapkan dengan SK Menkes No. 999/1982 berisikan lengkap tata nilai,
proses, dan struktur & wujud pembangunan kesehatan. Lengkapnya substansi SKN 1982 ini
telah dimanfaatkan dalam penyusunan UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan.
Sesuai amanat Tap MPR X/1998 tentang Reformasi, tata nilai pembangunan kesehatan ini
juga telah direformasi, yaitu dengan ditetapkannya Visi Indonesia sehat 2010 yang termuat dalam
Rencana Pembangunan Kesehatan menuju indonesia 2010. Dalam dokumen rencana kebijakan
ini memuat pula proses pembangunan kesehatan yang meliputi kebijakan dan program-program
pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2010.

Sesuai Tap MPR No. VII/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan, yang menetapkan
pula visi antaranya yaitu Indonesia 2020, maka proses pembangunan kesehatan juga sedang
diperbaharui, dimana dewasa ini kita sedang menyusun RPJPK 2005-2020.

SKN yang ditetapkan tahun 2004 ini menyampaikan secara rinci struktur dan wujud
pembangunan kesehatan. Bila RPJPK 2005-2020 telah selesai disusun, maka diharapkan materi
yang meliputi tata nilai, proses, dan struktur & wujud pembangunan kesehatan menjadi
lengkap guna merevisi UU No. 23/1992 tentang Kesehatan.
ANALISIS SKN

Seperti dalam penyusunan rencana pada umumnya, perlu dilakukan analisis, untuk
mengetahui sejauh mana berjalannya dan keberhasilan dari sistem kesehatan yang telah kita
miliki. Dari laporan WHO tahun 2000, dengan cara pengukuran keberhasilan sistem kesehatan di
suatu negara (meskipun sampai saat metode ini masih terus dibahas dan disempurnakan), yang
digunakan 2 (dua) indikator, yaitu indikator pencapaian dan indikator kinerja.

Dari hasil penilaian tersebut, dalam indikator pencapaian Sistem Kesehatan Indonesia
berada pada peringkat 106 dari 191 negara yang dinilai. Sedangkan dari sisi indikator kinerja,
berada pada peringkat 92 dari 191 negara yang dinilai.

Sudah barang tentu pencapaian dan kinerja sistem kesehatan tersebut, dipengaruhi oleh
sejauh mana berjalannya subsistem subsistemnya, yaitu: upaya kesehatan, pembiayaan
kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan
masyarakat dan manajemen kesehatan.
Up
ay
a
Kesehatan
Meskipun telah banyak hasil-hasil pembangunan kesehatan yang telah dicapai; antara lain
Puskesmas sudah terdapat di semua kecamatan yang ditunjang oleh 3-4 Puskesmas Pembantu,
Tenaga bidan di desa juga sudah ada di desa yang tidak memiliki fasilitas kesehatan, Rumah
Sakit Umum sudah dimiliki oleh semua kabupaten/kota (kecuali kab. baru/pemekaran); namun
masih dihadapi permasalahan pemerataan, mutu, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Sistem refferal juga belum menggembirakan.

Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah merupakan tantangan sekaligus peluang dalam
upaya meningkatkan pemerataan, mutu, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat seperti Posyandu berjumlah lebih dari 200.000
buah, disamping berkembangnya Polindes, Pos Obat Desa, dan sebagainya. Namun akhir-akhir
ini dilaporkan pendayagunaannya menurun, yang antara lain ditunjukkan dengan meningkatnya
angka drop-out kader dan menurunnya persentase kader Posyandu yang aktif.

Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, baru 2,2% dari PDB; masih jauh dari standard
atau anjuran WHO sebesar 5% PDB. Pembiayaan kesehatan dari masyarakat cukup besar (70%),
namun pengelolaan pendayagunaannya tidak efisien (antara lain out of pocket), dan
pembelanjaan belum mengedepankan keluarga miskin.

Sementara itu pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah yang terbatas, dialokasikan ke


semua lini; banyak dialokasikan kepada private goods, sehingga tidak efektif. Sejalan dengan
perkembangan iptek, biaya kesehatan juga meningkat. Sementara itu jumlah penduduk yang
memiliki jaminan kesehatan (Askes, Jamsostek, Asuransi Kesehatan Swasta, JPKM, dan lain-
lain), masih terbatas. Dapat dijelaskan secara singkat tentang jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat, antara lain dengan adanya penyebaran risiko, kendali biaya, dan kendali mutu
pelayanan kesehatan.

Sumber Daya Manusia Kesehatan


Masalah SDM kesehatan sangat kompleks, antara lain dapat dikemukakan: Jumlah, jenis, dan
mutu tenaga kesehatan belum memenuhi kebutuhan untuk pelayanan kesehatan. Ratio tenaga
terhadap penduduk masih rendah, dibandingkan dengan negara-negara tetangga (Singapore,
Malaysia, Thailand). Yang menarik ratio tenaga kesehatan terhadap penduduk di KTI lebih baik
dari KBI (att: luas wilayah, jumlah penduduk lebih kecil, letak geografi, dan sebagainya).
Namun bila dilihat ratio tenaga kesehatan terhadap fasilitas kesehatan keadaan di KTI jauh lebih
jelek dibandingkan dengan KBI. Dapat dikemukakan pula tentang tidak sinkronnya antara
perencanaan kebutuhan, pengadaan (pendidikan & latihan), dan pendayagunaan tenaga
kesehatan.

Obat dan Perbekalan Kesehatan


Industri farmasi, PBF dan jaringan distribusi obat telah berkembang, CPOB telah diterapkan dan
kebijakan obat generik telah dilaksanakan. Banyak kemajuan yang telah dicapai, namun
ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat masih merupakan masalah besar. Harga obat
yang mahal disebabkan karena sebagian besar (95%) bahan baku masih diimport; sementara itu
bea masuk juga tinggi.

Pemberdayaan Masyarakat
Berbagai bentuk pemberdayaan masyarakat telah dikenal seperti UKBM (Posyandu, Pos Obat
Desa, Polindes, Pos UKK), SDBM (Dana sehat, Dana Sosial Kemasyarakatan), Yayasan peduli
dan penyandang dana kesehatan (kanker, jantung, thalasemia, ginjal), Percepatan pencapaian IS-
2010 dan kesertaan serta kemitraan berbagai LSM/NGO dalam berbagai program
kesehatan (Koalisi IS, Gebrak malaria, Gerdunas TB, Gerakan Sayang Ibu, Gerakan Pita Putih,
Gerakan Pita Merah) tetapi masih terbatas pada mobilisasi masyarakat. Peranan to serve
(memberikan pelayanan), to advocate (advokasi) dan to watch (melakukan pengawasan) belum
dikembangkan secara optimal, sementara public-private mix masih dalam perintisan.

Manajemen Kesehatan
Masalah pokok dalam manajemen kesehatan dapat dikemukakan sebagai berikut:
Dalam era desentralisasi, pasokan data SIM kesehatan di berbagai jenjang administrasi
menjadi berkurang, sehingga kurang dapat menunjang Administrasi kesehatan (perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian).

Iptek kesehatan kurang dapat mengimbangi pesatnya kemajuan ilmu, teknologi, dan
globalisasi. Hasil-hasil penelitian kesehatan kurang dapat dimanfaatkan oleh Administrasi
kesehatan.

Perkembangan lingkungan strategis pembangunan kesehatan, baik internal maupun eksternal,


menuntut revisi dan penyesuaian dari berbagai peraturan perundang-undangan di bidang
kesehatan yang ada.
POKOK-POKOK SISTEM KESEHATAN NASIONAL

PENGERTIAN
Secara ringkas pengertian SISTEM; terdiri dari beberapa komponen/unsur yang saling
berinteraksi dan saling ketergantungan, dan mempunyai suatu tujuan yang sama. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) salah satu dari arti kata sistem adalah TATANAN.

Oleh karenanya pengertian SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya
bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti
dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.

LANDASAN
SKN merupakan wujud dan metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Sedangkan pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.
Oleh karenanya landasan SKN adalah sama dengan landasan pembangunan nasional yaitu :
Landasan idiil yaitu Pancasila
Landasan konstitusional yaitu Undang-undang Dasar 1945
Pasal 28 a
Pasal 28 b ayat (2)
Pasal 28 c ayat (1)
Pasal 28 h ayat (1) dan (3)
Pasal 34 ayat (2) dan (3)

Dua hal penting yang perlu ditekankan adalah: Kesehatan sebagai hak azasi manusia dan
negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan.

PRINSIP DASAR SKN


Prinsip dasar adalah norma, nilai, dan aturan pokok yang bermakna dari falsafah dan
budaya Bangsa Indonesia, yang dipergunakan sebagai acuan berfikir dan bertindak.

Terdapat 7 (tujuh) Prinsip Dasar SKN, dengan penekanan pada masing-masing uraian sebagai
berikut:
1. Perikemanusiaan;
Terabaikannya pemenuhan kebutuhan kesehatan adalah bertentangan dengan prinsip
kemanusiaan.
2. Hak Azasi Manusia;
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah hak azasi
manusia, tanpa membedakan antara golongan, suku, agama, dan status sosial ekonomi.
3. Adil dan merata;
Pelayanan kesehatan harus merata, bermutu, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
secara ekonomi dan geografi.
4. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat;
Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun masyarakat dan
perorangan (individu).
5. Kemitraan;
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan menggalang kemitran yang dinamis dan
harmonis antara pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.
6. Pengutamaan dan manfaat;
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan lebih mengutamakan kepentingan umum
daripada kepentingan golongan dan perorangan. Pemanfaatan iptek dalam pembangunan
kesehatan.
7. Tata kepemerintahan yang baik;
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum, terbuka,
rasional/profesional, bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
TUJUAN SKN
SKN merupakan pedoman dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. SKN bukan
pedoman penyelenggaraan kesehatan bagi Departemen Kesehatan saja, tapi bagi semua potensi
bangsa baik pemerintah (pusat, provinsi, kab/kota), masyarakat, maupun swasta.

Dengan demikian tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua
potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil-guna dan
berdaya-guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

KEDUDUKAN SKN
SKN merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan negara dan bersama subsistem
lainnya, (misal: pendidikan) diarahkan untuk mencapai tujuan Bangsa Indonesia.

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak hanya
tanggung jawab sektor kesehatan, tetapi tanggung jawab berbagai sektor terkait lainnya. Sebagai
subsistem-subsistem dari Sistem Penyelenggaran Negara, maka SKN berinteraksi dengan
berbagai sistem nasional lainnya (seperti: pendidikan, perekonomian, ketahanan pangan,
hankamnas, dan lain-lain). Di daerah perlu dikembangkan Sistem Kesehatan Daerah (SKD).
SKD merupakan subsistem dari SKN dalam wilayah NKRI.

SKN juga merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan, yang dipergunakan sebagai
acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta peran aktif masyarakat
dalam pembangunan kesehatan.

SUBSISTEM SKN
Banyak buku referensi maupun pengalaman di beberapa negara yang menguraikan
tentang subsistem subsistem dari suatu sistem kesehatan.

Ada yang mengemukakan bahwa dalam sistem kesehatan hanya ada 2 (dua) subsistem,
yaitu subsistem upaya/pelayanan kesehatan dan subsistem pembiayaan kesehatan. Dalam hal
ini sumberdaya kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan sudah termasuk
dalam subsistem upaya kesehatan.

Dengan memperhatikan kondisi dan situasi di Indonesia serta kebutuhan dewasa ini maka
diputuskan terdapat 6 (enam) subsistem dari SKN, yaitu:

1. Subsistem upaya kesehatan


2. Subsistem pembiayaan kesehatan
3. Subsistem sumberdaya manusia kesehatan
4. Subsistem obat dan perbekalan kesehatan
5. Subsistem pemberdayaan masyarakat
6. Subsistem manajemen kesehatan

POLA PIKIR SKN


Sebagai suatu sistem, maka SKN dengan 6 subsistemnya dapat digambarkan dalam input-proses-
output sebagai berikut:
Di

sini kelihatan upaya kesehatan merupakan subsistem yang sentral dalam proses pembangunan
kesehatan dalam rangka mencapai tujuannya (output). Dalam proses pembangunan kesehatan,
subsistem upaya kesehatan ditunjang dengan subsistem pemberdayaan masyarakat dan subsistem
manajemen kesehatan.

Sebagai input adalah sumberdaya kesehatan yang terdiri dari subsistem sumberdaya manusia
kesehatan, subsistem obat dan perbekalan kesehatan, dan subsistem pembiayaan kesehatan.
Namun perlu ditekankan bahwa antar ke-enam subsistem tersebut harus saling berinteraksi
secara harmonis dan dinamis dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.

SUBSISTEM UPAYA KESEHATAN

PENGERTIAN
Pada dasarnya upaya kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).

UKM adalah upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat. UKM merupakan public goods. UKP
adalah upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. UKP merupakan private
goods.

Oleh karenanya pengertian subsistem upaya kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) secara
terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

TUJUAN
Tujuan subsistem upaya kesehatan adalah terselenggaranya upaya kesehatan yg
tercapai(accessible), terjangkau (affordable) dan bermutu (quality) untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masy yg
setinggi-tingginya.

UNSUR-UNSUR UTAMA
1. UKM adalah public goods, oleh karenanya tanggung jawab dan penyelenggara utama adalah
pemerintah, namun tetap dengan mendorong peran aktif masyarakat.
2. UKP sebagai private goods dapat diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat dan
swasta, dengan tetap memperhatikan fungsi sosial.

PRINSIP
Adapun prinsip dari subsistem upaya kesehatan sebagai berikut:

1. UKM diselenggarakan oleh pemerintah dengan peran aktif masyarakat dan swasta.

2. UKP diselenggarakan oleh masyarakat, swasta dan pemerintah.

3. Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh swasta harus memperhatikan fungsi sosial.

4. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terpadu, berkelanjutan,


terjangkau, berjenjang, profesional dan bermutu.

5. Penyelenggaraan upaya kesehatan, termasuk pengobatan tradisional dan


alternatif, harus tidak bertentangan dg kaidah ilmiah.

6. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus sesuai dengan nilai dan norma sosial budaya
serta moral dan etika profesi

BENTUK POKOK

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) :


1. Penyelenggara UKM strata I adalah Puskesmas dgn tiga fungsi dan enam jenis pelayanan
tingkat dasar yang ditunjang oleh berbagai bentuk UKBM
2. Penanggung jawab UKM strata II adalah Dinkes kab/kota dgn fungsi manajerial dan teknis
fungsional kesehatan yg dilengkapi dengan pelbagai UPT dan sarana kesehatan masyarakat
lainnya
3. Penanggung jawab UKM strata III adalah Dinkes Provinsi dan Depkes
4. Untuk persaingan global perlu didirikan berbagai pusat unggulan nasional (National Institute)
Maksud dari bentuk pokok UKM tersebut adalah bahwa UKM diselenggarakan dalam 3 (tiga)
strata; penanggung jawab strata 1 adalah Puskesmas, strata 2 Dinas Kesehatan Kab/Kota, dan
strata 3 Dinkes Provinsi dan Departemen Kesehatan.

UKM strata I adalah UKM tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada masyarakat. UKM strata II adalah UKM
tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik yang ditujukan kepada masyarakat. UKM strata III adalah UKM tingkat unggulan,
yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang
ditujukan kepada masyarakat.

Tiga fungsi Puskesmas yang dimaksud adalah: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, (3) pusat pelayanan
kesehatan dasar.

Enam jenis pelayanan kesehatan dasar adalah: (1) promkes, (2) KIA & KB, (3) perbaikan gizi,
(4) kesehatan lingkungan, (5) P2M, dan (6) pengobatan dasar.

Fungsi manajerial Dinkes Kab/Kota yang dimaksud adalah Adminkes, mencakup perencanaan
dan pengendalian, serta pengawasan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan. Sedangkan
fungsi teknis fungsional Dinkes Kab/Kota yang dimaksud adalah penyediaan pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan dalam melayani rujukan dari Puskesmas.

Upaya Kesehatan Perorangan (UKP):


1. Penyelenggara UKP strata I adalah Puskesmas dgn peran serta masyarakat dan dunia usaha
(sarana kesehatan Swasta) serta berbagai pelayanan penunjang
2. Penyelenggara UKP strata II adalah RS kelas C dan B non pendidikan dgn peran serta
masyarakat dan dunia usaha (sarana kes/RS Swasta) serta berbagai pelayanan penunjang
3. Penyelenggara UKP strata III adalah RS kelas B pendidikan dan A serta RS khusus dgn peran
serta masyarakat dan dunia usaha (sarana kes/RS Swasta) serta berbagai pelayanan penunjang
4. Untuk persaingan global perlu didirikan berbagai pusat pelayanan unggulan nasional (National
Center)
5. Untuk meningkatkan mutu, dilakukan lisensi, sertifikasi dan akreditasi

Maksud dari bentuk UKP tersebut adalah bahwa UKP juga diselenggarakan dalam 3 (tiga) strata.
UKP strata I adalah UKP tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada perorangan. UKP strata II adalah UKP tingkat
lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik
yang ditujukan kepada perorangan. UKP strata III adalah UKP tingkat unggulan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan
kepada perorangan.

Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah berkembang,
pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP strata pertama melalui Puskesmas.
Penyelenggaraan UKP strata pertama akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan
menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang sangat terpencil masih dipadukan
dengan pelayanan Puskesmas.
Dalam gambar ini dapat dijelaskan bahwa: Unsur subsistem upaya kesehatan adalah UKM &
UKP. UKM dan UKP dapat diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat/swasta.
UKM maupun UKP diselenggarakan dalam 3 (tiga) strata, dengan masing-masing penanggung-
jawab/penyelenggaranya.

SUBSISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN

PENGERTIAN
Dalam subsistem pembiayaan kesehatan kita berbicara tentang penggalian dana, pengalokasian
dana, dan pembelanjaannya.

Penggalian dana adalah kegiatan menghimpun dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan
upaya kesehatan. Pengalokasian dana adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang telah
dihimpun, baik bersumber dari pemerintah maupun masyarakat dan swasta. Pembelanjaan adalah
pemakaian dana yang telah dialokasikan sesuai dengan peruntukannya atau dilakukan melalui
jaminan pemeliharaan kesehatan wajib atau sukarela.

Oleh karenanya pengertian subsistem pembiayaan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara
terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

TUJUAN
Tujuan subsistem pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan
jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan
berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
UNSUR-UNSUR UTAMA
Unsur-unsur utama dari subsistem pembiayaan kesehatan yakni:
1. Penggalian dana (sumber dana)
Adalah kegiatan menghimpun dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan dan
atau pemeliharaan kesehatan

2. Alokasi dana
Adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang telah berhasil dihimpun, baik yang
bersumber dari pemerintah, masyarakat maupun swasta.

3. Pembelanjaan dana
Adalah pemakaian dana yang telah dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja sesuai
dengan peruntukannyadan atau dilakukan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan wajib atau
sukarela.

PRINSIP
Standar WHO dan TAP MPR menekankan bahwa untuk pembiayaan kesehatan secara bertahap
5% PDB atau 15% APBN/APBD. Dana pemerintah diarahkan pada public goods sedangkan
dana masyarakat/swasta untuk private goods. Untuk UKP dana pemerintah untuk masyarakat
rentan dan keluarga miskin dikelola secara efektif dan efisien serta diarahkan dalam bentuk JPK
baik wajib maupun sukarela.

Adapun prinsip subsistem pembiayaan kesehatan ini sebagai berikut:


1. Jumlah dana kesehatan harus cukup dan dikelola secara berdaya-guna, adil dan berkelanjutan,
didukung oleh transparansi dan akuntabilitas.
2. Dana pemerintah untuk pembiayaan UKM dan UKP bagi masyarakat rentan dan keluarga
miskin.
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan UKP yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan
berdaya-guna melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan melalui penghimpunan dana sosial
atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun
5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan kesehatan di daerah
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.

BENTUK POKOK

Penggalian dana (sumber dana)


Sumber dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun daerah, melalui
pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman, serta berbagai sumber lainnya. Sumber dana
lain untuk upaya kesehatan masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber dari swasta
dihimpun dengan menerapkan prinsip public-private partnership yang didukung dengan
pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk setiap dana yang disumbangkan. Sumber
dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh masyarakat sendiri guna membiayai upaya
kesehatan masyarakat misalnya dalam bentuk dana sehat, atau dilakukan secara pasif, yakni
menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul di
masyarakat, misalnya dana sosial keagamaan.

Sumber dana untuk UKP berasal dari masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga.
Bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah melalui
mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.
Pengalokasian dana
Pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah, pengalokasiannya diarahkan untuk UKM sebagai
public goods dan UKP bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin. Secara bertahap
diharapkan pembiayaan dari pemerintah yang dialokasikan untuk kesehatan sebesar 15% dari
total APB (anggaran pendapatan dan belanja).

Pembiayaan kesehatan bersumber dari masyarakat, pengalokasiannya untuk UKP dikelola dalam
bentuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (wajib atau sukarela). Cara pengalokasian dana dengan
cara ini diharapkan dapat lebih efektif dan efisien, karena adanya kendali biaya sekaligus kendali
mutu pelayanan.

Pembelanjaan dana
Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-proivate partnership digunakan untuk
membiayai UKM. Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana sehat dan Dana Sosial
Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.

Pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan keluarga miskin


dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib. Sedangkan pembelanjaan untuk
pemeliharaan kesehatan keluarga mampu dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
wajib dan sukarela.

Di masa mendatang, biaya kesehatan dari pemerintah secara bertahap digunakan seluruhnya
untuk pembiayaan UKM dan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan keluarga
miskin.

Dalam gambar ini dapat dijelaskan dan ditekankan bahwa unsur-unsur subsistem pembiayaan
kesehatan adalah penggalian dana, pengalokasian dana, dan pembelanjaannya. Sumber
pembiayaan kesehatan dapat dari pemerintah dan masyarakat. UKP bagi penduduk miskin
dananya bersumber dari pemerintah, dan diarahkan pengelolaannya melalui Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan wajib. Di masa mendatang pembiayaan kesehatan utamanya untuk UKP
dapat dikelola dalam bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan (wajib dan sukarela).
SUBSISTEM SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

PENGERTIAN
SDM merupakan komponen input pada Sistem Kesehatan Nasional. Di era desentralisasi dan
globalisasi saat ini, permasalahan SDM kesehatan sangat pelik.

Pada dasarnya, SDM kesehatan terdiri dari komponen perencanaan, pendidikan, dan pelatihan,
serta pendayagunaan tenaga kesehatan. Komponen perencanaan menyangkut upaya penetapan
kebutuhan tenaga kesehatan basic jenis, jumlah, dan kualifikasinya. Komponen Diklat mencakup
upaya pengadaan tenaga kesehatan serta peningkatan kemampuan sesuai kebutuhan. Komponen
pendayagunaan mencakup upaya pemerataan, pemanfaatan, pembinaan, dan pengawasan tenaga
kesehatan.

Oleh karenanya, pengertian subsistem SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya perencanaan, pendidikan, dan pelatihan serta pendayagunaan tentang kesehatan
secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.

TUJUAN
Tujuan subsistem SDM kesehatan adalah tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secara
mencukupi, terdistribusi secara adil serta termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna,
untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yg setinggi-tingginya.

UNSUR-UNSUR UTAMA
Subsistem SDM Kesehatan terdiri dari tiga unsur utama yakni
1. Perencanaan tenaga kesehatan
Adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan

2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan


Adalah upaya pengadaan tenaga kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan kualifikasi yang telah
direncanakan serta peningkatan kemampuan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan

3. Pendayagunaan tenaga kesehatan


Adalah upaya pemerataan, pemanfaatan, pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan

PRINSIP
1. Pengadaan tenaga kesehatan mencakup jumlah, jenis dan kualifikasi Nakes disesuaikan
dengan kebutuhan dan dinamika pasar. Artinya Pengadaan tenaga kesehatan diupayakan tidak
menyebabkan suatu kondisi dimana supply jauh lebih besar dari demand. Sehingga ikut
mempunyai andil dalam memperbesar pengangguran.
2. Pendayagunaan Nakes memperhatikan asas pemerataan pelayanan kesehatan serta
kesejahteraan dan keadilan. Artinya Dalam pemerataan tenaga kesehatan guna memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di daerah terpencil dan daerah sulit lainnya harus pula
memperhatikan kesejahteraan dan keadilan bagi tenaga kesehatan.
3. Pembinaan Nakes diarahkan pada penguasaan IPTEK serta pembentukan moral dan akhlak
sesuai dengan ajaran agama dan etika profesi. Artinya Dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, kualitas tenaga kesehatan harus selalu dibina dan dikembangkan sejalan
dengan perkembangan iptek kesehatan.
4. Pengembangan karir dilaksanakan secara objektif, transparan, berdasarkan prestasi kerja dan
disesuaikan kebutuhan pembangunan kesehatan secara nasional. Artinya Pembinaan karir, yang
sesungguhnya sudah ada pedomannya, perlu ditegakkan.

BENTUK POKOK
Perencanaan Tenaga Kesehatan
1. Pembentukan Masjlis Tenaga Kesehatan Nasional dan Provinsi
2. Mencakup Penetapan Jenis Jumlah dan Kualifikasi Tenaga Kesehatan
Artinya Kebutuhan baik jenis, jumlah, dan kualifikasi Nakes ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
berdasarkan masukan dari Majelis Tenaga Kesehatan. Majelis Tenaga Kesehatan adalah badan
otonom yang dibentuk oleh Menteri Kesehatan di pusat serta oleh Gubernur di provinsi dengan
susunan keanggotaan terdiri dari wakil berbagai pihak terkait, termasuk wakil konsumen dan
tokoh masyarakat.

Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan


1. Diselenggarakan oleh institusi Pendidikan dan Pelatihan yang terakreditasi
2. Pendidikan
a. Standar
b. Penyelenggaraan
Standar pendidikan vokasi, sarjana dan profesi tingkat pertama ditetapkan oleh asosiasi institusi
pendidikan tenaga kesehatan yang bersangkutan. Penyelenggara pendidikan vokasi, sarjana dan
profesi tingkat pertama adalah institusi pendidikan tenaga kesehatan yang terakreditasi.
Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan harus memperhatikan
keseimbangan antara kebutuhan dan produksi.
Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan untuk tenaga kesehatan yang
dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan, tetapi belum diminati oleh swasta, menjadi tanggung
jawab pemerintah.
3. Pelatihan
a. Standar
b. Penyelenggaraan
Standar pelatihan Nakes ditetapkan oleh organisasi profesi yang bersangkutan. Sedangkan
penyelenggara pelatihan tenaga kesehatan termasuk yang bersifat berkelanjutan (continuing
education) adalah organisasi profesi serta institusi pendidikan, institusi pelatihan dan institusi
pelayanan kesehatan yang telah diakreditasi oleh organisasi profesi yang bersangkutan.

Pendayagunaan Tenaga Kesehatan


1. Pemerintah
a. Penempatan Nakes di sarana yankes pemerintah dilakukan dengan kontrak kerja sesuai dengan
kebutuhan. Penempatan Nakes dengan sistem kontrak atas dasar suka rela antara kedua belah
pihak.
b. Penempatan Nakes sebagai PNS diselenggarakan dalam rangka mengisi formasi pegawai
pusat dan pegawai daerah, serta formasi Nakes strategis pusat yang dipekerjakan di daerah.
2. Swasta
Penempatan Nakes di sarana swasta dalam negeri melalui koordinasi dengan pemerintah.
3. Luar Negeri
a. Penempatan Ke Luar Negeri; Penempatan Nakes di luar negeri diselenggarakan oleh lembaga
yang dibentuk khusus.
b. Penempatan Dokter Lulusan Luar Negeri; Pendayagunaan Nakes WNI lulusan luar negeri
didahului program adaptasi yang diselenggarakan lembaga pendidikan yang diakreditasi
organisasi profesi.
c. Penempatan Dokter Asing; Pendayagunaan Nakes asing di dalam negeri harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
4. Pembinaan dan Pengawasan
a. Pembinaan dan pengawasan praktik profesi melalui sertifikasi, registrasi, uji kompetensi dan
pemberian lisensi.
b. Pembinaan dan pengawasan Nakes dilakukan sesuai peraturan, hukum tidak tertulis serta etika
profesi.
Pendayagunaan tenaga masyarakat di bidang kesehatan dilakukan secara serasi dan terpadu oleh
pemerintah dan masyarakat.

Dalam gambar ini dapat sekali lagi secara ringkas dikemukakan bahwa unsur dalam subsistem
SDM kesehatan adalah: (1) perencanaan, (2) pendidikan dan pelatihan, dan (3)
pendayagunaannya; dengan memperhatikan jenis, jumlah, dan kualifikasi SDM kesehatan sesuai
kebutuhan upaya kesehatan (UKM & UKP) dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

SUBSISTEM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

PENGERTIAN
Subsistem obat dan perbekalan kesehatan terdiri dari tiga unsur utama yakni jaminan
ketersediaan, jaminan pemerataan serta jaminan mutu, obat dan perbekalan kesehatan.

Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemenuhan kebutuhan obat
dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis dan jumlah yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya penyebaran obat dan
perbekalan kesehatan secara merata dan berkesinambungan, sehingga mudah diperoleh dan
terjangkau oleh masyarakat. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya
menjamin khasiat, keamanan, serta keabsahan obat dan perbekalan kesehatan sejak dari produksi
hingga pemanfaatannya.

Oleh karenanya pengertian subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tatanan yg
menghimpun berbagai upaya yg menjamin ketersediaan, pemerataan serta mutu obat dan
perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung dalam rangka tercapainya derajat
kesehatan yg setinggi-tingginya.

TUJUAN
Tujuan subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat dan perbekalan
kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat, serta terjangkau oleh masyarakat untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya

UNSUR-UNSUR UTAMA
1. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemenuhan kebutuhan obat
dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis dan jumlah yang dibutuhkan oleh masyarakat.

2. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya penyebaran obat dan
perbekalan kesehatan secara merata dan berkesinambungan, sehingga mudah diperoleh dan
terjangkau oleh masyarakat.

3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya menjamin khasiat, keamanan, serta
keabsahan obat dan perbekalan kesehatan sejak dari produksi hingga pemanfaatannya.

PRINSIP
1. Obat dan perbekalan kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia dan berfungsi sosial,
sehingga tidak boleh diperlakukan sebagai komoditas ekonomi.
2. Obat dan perbekalan kesehatan harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya, sehingga
penetapan harganya dikendalikan oleh pemerintah.
3. Agar harga obat tidak terlampau mahal dan terjangkau oleh masyarakat, maka obat dan
perbekalan kesehatan tidak dipromosikan secara berlebihan dan menyesatkan.
4. Peredaran serta pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan tidak boleh bertentangan dengan
hukum, etika dan moral.
5. Penyediaan obat mengutamakan obat esensial generik bermutu yang didukung oleh
pengembangan industri bahan baku yang berbasis pada keanekaragaman sumberdaya alam.
6. Penyediaan perbekalan kesehatan diselenggarakan melalui optimalisasi industri
nasional dengan memperhatikan keragaman produk dan keunggulan daya saing.
7. Pengadaan dan pelayanan obat di RS disesuaikan dengan standar formularium obat rumah
sakit, sedangkan di sarana kesehatan lain mengacu DOEN
8. Pelayanan obat dan perbekalan kesehatan harus rasional memperhatikan aspek mutu, manfaat,
harga, mudah diakses serta aman.
9. Pengembangan dan peningkatan obat tradisional agar obat tradisional bermutu tinggi, aman,
memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk
pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal.
10. Pengamanan obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan mulai dari tahap produksi,
distribusi dan pemanfaatan yang mencakup mutu, manfaat, keamanan dan keterjangkauan.
11. Kebijaksanaan Obat Nasional ditetapkan oleh pemerintah bersama pihak terkait lainnya.

BENTUK POKOK

Jaminan Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan


1. Perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan secara nasional diselenggarakan
pemerintah bersama pihak terkait.
2. Perencanaan obat merujuk pada DOEN
3. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan diutamakan melalui optimalisasi industri nasional.
4. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan dan
secara ekonomis belum diminati swasta menjadi tanggung jawab pemerintah.
5. Pengadaan dan produksi bahan baku obat difasilitasi oleh pemerintah.
6. Pengadaan dan pelayanan obat di RS didasarkan pada formularium yang ditetapkan oleh
Komite Farmasi dan Terapi Rumah Sakit

Jaminan Pemerataan Obat dan Perbekalan Kesehatan


1. Pendistribusian obat diselenggarakan melalui pedagang besar farmasi.
2. Pelayanan dengan resep dokter diselenggarakan melalui apotek, sedangkan pelayanan obat
bebas diselenggarakan melalui apotek, toko obat dan tempat-tempat yang layak lainnya, dengan
memperhatikan fungsi sosial.
3. Dalam keadaan tertentu, dimana tidak terdapat pelayanan apotek, dokter dapat memberikan
pelayanan obat secara langsung kepada masyarakat.
4. Pelayanan obat di apotek harus diikuti dengan penyuluhan yang penyelenggaraannya menjadi
tanggung jawab apoteker.
5. Pendistribusian, pelayanan dan pemanfaatan perbekalan kesehatan harus memperhatikan
fungsi sosial.

Jaminan Pengawasan Obat dan Perbekalan Kesehatan


1. Pengawasan mutu dilakukan industri yang bersangkutan, pemerintah, organisasi profesi dan
masyarakat.
2. Pengawasan distribusi dilakukan pemerintah, kalangan pengusaha, organisasi profesi dan
masyarakat.
3. Pengamatan efek samping dilakukan pemerintah, bersama dengan kalangan pengusaha,
organisasi profesi dan masyarakat.
4. Pengawasan promosi dilakukan pemerintah bekerja sama dengan kalangan pengusaha,
organisasi profesi dan masyarakat.
5. Pengendalian harga dilakukan pemerintah bersama pihak terkait.
6. Pengawasan produksi, distribusi dan penggunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan
bahan berbahaya lainnya dilakukan oleh pemerintah secara lintas sektor, organisasi profesi dan
masyarakat.
7. Pengawasan produksi, distribusi dan pemanfaatan Batra dilakukan oleh pemerintah secara
lintas sektor, organisasi profesi dan masyarakat.

Dengan gambar ini dapat dikemukakan secara ringkas tentang unsur-unsur subsistem obat dan
perbekalan kesehatan, yaitu:
1. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang diarahkan untuk adanya jaminan
jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang memenuhi kebutuhan upaya kesehatan
(UKM & UKP).
2. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan yang diarahkan untuk adanya pemerataan
obat dan kesinambungan sesuai kebutuhan upaya kesehatan (UKM & UKP).
3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan yang diarahkan agar adanya jaminan khasiat,
keamanan, dan keabsahan obat dan perbekalan kesehatan, NAPZA, dan obat tradisional.

SUBSISTEM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PENGERTIAN
Subsistem pemberdayaan masyarakat terdiri dari tiga unsur utama, yakni pemberdayaan
perorangan, pemberdayaan kelompok, dan pemberdayaan masy. umum.

Pemberdayaan perorangan adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan


perorangan dalam membuat keputusan untuk memelihara kesehatan. Target minimal yang
diharapkan adalah untuk diri sendiri yakni mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) yang diteladani oleh keluarga dan masyarakat sekitar. Sedangkan target maksimal adalah
berperan aktif sebagai kader kesehatan dalam menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih & sehat.

Pemberdayaan kelompok adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan kelompok-
kelompok di masyarakat, termasuk swasta sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapi kelompok dan di pihak lain dapat berperan aktif dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa program
pengabdian (to serve), memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan (to
advocate), atau melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan kes. (to watch).

Pemberdayaan masyarakat umum adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan
masyarakat, termasuk swasta sedemikian rupa sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah
kesehatan yang ada di masyarakat dan di pihak lain dapat meningkatkan derajat kesehatan masy.
secara keseluruhan. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa program pengabdian,
memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan, atau melakukan pengawasan
sosial terhadap pembangunan kesehatan.

Oleh karenanya pengertian Subsistem pemberdayaan masyarakat adalah tatanan yang


menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok, dan masy. umum di bidang kesehatan
secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.

TUJUAN
Tujuan subsistem pemberdayaan masyarakat adalah terselenggaranya upaya pelayanan, advokasi
dan pengawasan sosial oleh perorangan, kelompok dan masyarakat di bidang kesehatan secara
berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan
guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

UNSUR-UNSUR UTAMA
1. Pemberdayaan Perorangan
Adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan perorangan dalam membuat
keputusan untuk memelihara kesehatan. Target minimal yang diharapkan adalah untuk diri
sendiri yakni mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang diteladani oleh
keluarga dan masyarakat sekitar. Sedangkan target maksimal adalah berperan aktif sebagai kader
kesehatan dalam menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih & sehat.

2. Pemberdayaan Kelompok
Adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan kelompok-kelompok di masyarakat,
termasuk swasta sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi
kelompok dan di pihak lain dapat berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa program pengabdian (to serve),
memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan (to advocate), atau melakukan
pengawasan sosial terhadap pembangunan kes. (to watch).

3. Pemberdayaan Masyarakat Umum


Adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan masyarakat, termasuk swasta
sedemikian rupa sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada di
masyarakat dan di pihak lain dapat meningkatkan derajat kesehatan masy. secara keseluruhan.
Kegiatan yang dilakukan dapat berupa program pengabdian, memperjuangkan kepentingan
masyarakat di bidang kesehatan, atau melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan
kesehatan.

PRINSIP
1. Pemberdayaan masyarakat berbasis pada tata nilai perorangan, keluarga, dan masyarakat,
sesuai dengan sosial budaya, kebutuhan, dan potensi setempat.
2. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan meningkatkan akses untuk memperoleh
informasi dan kesempatan untuk mengemukakan pendapat, serta keterlibatan dalam proses
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan kesehatan.
3. Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan serta kepedulian dan peran aktif dalam berbagai upaya
kesehatan.
4. Pemberdayaan masyarakat dilakuakan dengan menerapkan prinsip kemitraan yang didasari
semangat kebersamaan dan gotong-royong serta terorganisasikan dalam berbagai kelompok atau
kelembagaan masyarakat.
5. Pemerintah bersikap terbuka, bertanggung-jawab, dan bertanggung gugat dan tanggap
terhadap aspirasi masyarakat, serta berperan sebagi pendorong, pendamping, fasilitator, dan
pemberi bantuan (asistensi) dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang berbasis masyarakat.
BENTUK POKOK

Pemberdayaan Perorangan
1. Pemberdayaan perorangan dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-kelompok yang
ada di masyarakat termasuk swasta dan pemerintah.
2. Pemberdayaan perorangan terutama ditujukan kepada tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh
agama, tokoh politik, tokoh swasta dan tokoh populer (Sasaran utama pemberdayaan perorangan
adalah tokoh masyarakat)
3. Pemberdayaan perorangan dilakukan melalui pembentukan pribadi-pribadi dengan perilaku
hidup bersih dan sehat serta pembentukan kader-kader kesehatan (Target minimal adalah untuk
diri sendiri dan keluarga dlm menerapkan PHBS dan Target maksimal dapat sebagai teladan dan
aktif sebagai kader di masyarakat).

Pemberdayaan Kelompok
1. Pemberdayaan kelompok dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-kelompok yang
ada di masyarakat termasuk swasta.
2. Pemberdayaan kelompok terutama ditujukan kepada kelompok atau kelembagaan yang ada di
masyarakat seperti: RT/RW, kelurahan/ banjar/ nagari, kelompok pengajian, kelompok budaya,
kelompok adat, organisasi swasta, organisasi wanita, organisasi pemuda dan organisasi profesi
(Sasaran utama adalah kelompok/ kelembagaan masyarakat seperti: RT/RW, kelurahan/ banjar/
nagari, organisasi keagamaan, dan sebagainya).
3. Pemberdayaan kelompok dilakukan melalui pembentukan kelompok peduli kesehatan dan
atau peningkatan kepedulian kelompok/lembaga masyarakat terhadap kesehatan (Target minimal
adalah terbentuknya kelompok (LSM)/kelembagaan masyarakat yang peduli kesehatan dan
Target maksimal, kelompok kemasyarakatan aktif dalam To Serve, To Advocate, dan To Watch).

Pemberdayaan Masyarakat Umum


1. Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-
kelompok yang ada di masyarakat termasuk swasta.
2. Pemberdayaan masyarakat umum ditujukan kepada seluruh masyarakat dalam suatu wilayah
(Sasaran pemberdayaan masy umum adalah seluruh masyarakat dalam suatu wilayah).
3. Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan melalui pembentukan wadah perwakilan
masyarakat yang peduli kesehatan. Wadah perwakilan yang dimaksud antara lain adalah Badan
Penyantun Puskesmas (di kecamatan), Konsil/Komite Kesehatan Kabupaten/Kota (di
kabupaten/kota), atau Koalisi/Jaringan/Forum Peduli Kesehatan (di provinsi dan nasional)
denganTarget minimal adalah terbetuknya wadah perwakilan masyarakat dan Target maksimal
adalah ikut aktif dalam mengatsi masalah di masy, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
serta aktif dalam to Serve, to Advocate, dan to Watch.
Dalam gambar ini dapat dijelaskan kembali secara ringkas: Unsur-unsur utama pemberdayaan
masyarakat adalah pemberdayaan perorangan, pemberdayaan kelompok, dan pemberdayaan
masyarakat umum.

Sasaran pemberdayaan perorangan adalah individu dan tokoh masyarakat dengan target
maksimal yang bersangkutan dapat menjadi kader masyarakat yang ber-PHBS. Sasaran
pemberdayaan kelompok adalah kelompok atau lembaga kemasyarakatan dengan target
maksimal terwujudnya kelompok peduli kesehatan. Sasaran pemberdayaan masyarakat umum
adalah seluruh masyarakat dalam satu wilayah dengan target maksimal terwujudnya perwakilan
masyarakat yang peduli kesehatan.

Pada akhirnya diharapkan masyarakat dapat berperan dalam memberikan pelayanan (to serve),
advokasi, dan melakukan pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan/upaya kesehatan.

SUBSISTEM MANAJEMEN KESEHATAN

PENGERTIAN
Sebelumnya perlu dikemukakan bahwa pengertian manajemen di sini bukan seperti pada buku-
buku referensi (text book). Karena akan membingungkan bahwa dalam manajemen kesehatan
terdapat unsur Administrasi Kesehatan (Adminkes).

Adminkes mengacu kepada Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia


(SANKRI) meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, serta pengawasan dan
pertanggung jawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Oleh karenanya pengertian subsistem manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya Adminkes yang ditopang oleh pengelolaan data dan informasi, pengembangan
dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengaturan hukum kesehatan secara
terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

TUJUAN
Tujuan subsistem manajemen kesehatan adalah terselenggaranya fungsi-fungsi Adminkes yang
berhasil-guna dan berdaya-guna, didukung oleh sistem informasi, IPTEK dan hukum kesehatan,
untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya

UNSUR-UNSUR UTAMA
Subsistem manajemen kesehatan terdiri dari 4 unsur utama yakni :
1. Administrasi Kesehatan
Adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan
pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
2. Informasi Kesehatan
Adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan masukan bagi pengambilan
keputusan dibidang kesehatan.
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Adalah hasil penelitian dan pengembangan yang merupakan masukan bagi pengambilan
keputusan di bidang kesehatan.
4. Hukum Kesehatan
Adalah peraturan perundang-undangan kesehatan yang dipakai sebagai acuan bagi
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

PRINSIP
1. Administrasi Kesehatan
Administrasi diselenggarakan berpedoman pada asas dan kebijakan desentralisasi, dekonsentrasi,
dan tugas perbantuan dalam kerangka NKRI.
Administrasi diselenggarakan dengan dukungan kejelasan hubungan administrasi dengan
berbagai sektor pembangunan lain.
Administrasi kesehatan diselenggarakan melalui kesatuan koordinasi yang jelas dengan berbagai
sektor pembangunan lain serta antar unit kesehatan dalam satu jenjang administrasi
pemerintahan.
Adminkes diselenggarakan dengan mengupayakan kejelasan pembagian wewenang, tugas, dan
tanggung jawab antar unit kesehatan dalam jenjang yang sama dan di berbagai jenjang.

2. Informasi Kesehatan
Infokes mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan baik yang berasal dari sektor
kesehatan ataupun dari berbagai sektor pembangunan lain.
Infokes mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang Adminkes.
Infokes disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan keputusan.
Infokes yang disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu, dengan
mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.
Pengelolaan Infokes harus dapat memadukan pengumpulan data melalui cara-cara rutin (yaitu
pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara nonrutin (yaitu survai, dan lain-lain).
Akses terhadap Infokes harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang berlaku di bidang
kesehatan dan kedokteran.

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK kes adalah untuk kepentingan masyarakat yang sebesar-
besarnya.
Pengembangan dan pemanfaatan IKTEK kesehatan tidak boleh bertentangan dengan etika moral
dan nilai agama.

4. Hukum Kesehatan
Pengembangan hukum kesehatan diarahkan untuk terwujudnya sistem hukum kesehatan yang
mencakup pengembangan substansi hukum, pengembangan kultur dan budaya hukum serta
pengembangan aparatur hukum kesehatan.
Tujuan pengembangan hukum kesehatan adalah untuk menjamin terwujudnya kepastian hukum,
keadilan hukum dan manfaat hukum.
Pengembangan dan penerapan hukum kesehatan harus menjunjung tinggi etika moral dan agama.

BENTUK POKOK
1. Administrasi Kesehatan
a. Penanggung jawab Adminkes menurut jenjang administrasi pemerintahan adalah Departemen
Kesehatan di pusat, Dinas Kesehatan Provinsi di provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
di Kabupaten/Kota. Dinas kesehatan adalah instansi kesehatan tertinggi dalam satu wilayah
administrasi pemerintahan.
b. Depkes berhubungan secara teknis fungsional dengan Dinkes Provinsi dan Dinkkes
Kabupaten/Kota dan sebaliknya.
c. Fungsi Depkes adalah mengembangkan kebijakan nasional dalam bidang kesehatan,
pembinaan dan bantuan teknis serta pengendalian pelaksanaan pembangunan kesehatan.
d. Dinkes Provinsi melaksanakan kewenangan desentralisasi dan tugas dekonsentrasi bidang
kesehatan dengan fungsi perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan, pemberian perizinan dan
pelaksanaan pelayanan kesehatan serta pembinaan dan bantuan teknis terhadap Dinkes
Kab/Kota.
e. Dinkes Kab/Kota melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang kesehatan, dengan
fungsi perumusan kebijakan teknis kesehatan, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan serta pembinaan terhadap UPTD kesehatan.
f. Perencanaan nasional diselenggarakan dengan menetapkan kebijakan dan program
pembangunan kesehatan nasional yang menjadi acuan perencanaan daerah.
g. Pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan mengacu pada
pedoman dan standar nasional.
h. Perencanaan serta pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan di daerah
didasarkan atas kewenangan wajib dan standar pelayanan minimal bidang kesehatan.
i. Pengawasan dan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan
mengacu pada pedoman, standar dan indikator nasional.
j. Dinkes Kab/Kota wajib membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan dan hasil
pembangunan kesehatan kepada Departemen Kesehatan dan Dinkes Provinsi.
k. Dinkes Provinsi wajib membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan dan hasil
pembangunan kesehatan kepada Depkes.
l. Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan dengan prinsip desentralisasi dan otonomi
daerah, pemerintah pusat melakukan asistensi, advokasi dan fasilitasi.
m. Dalam keadaan tertentu untuk kepentingan nasional, misalnya dalam penanggulangan wabah
dan bencana, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban program
pembangunan kesehatan diselenggarakan langsung oleh pemerintah pusat.

2. Informasi Kesehatan
a. Sistem informasi kesehatan nasional dikembangkan dengan memadukan sistem informasi
kesehatan daerah dan sistem informasi lain yang terkait.
b. Sumber data sistem informasi kesehatan adalah dari sarana kesehatan melalui pencatatan dan
pelaporan yang teratur dan berjenjang serta dari masyarakat yang diperoleh dari survai,
survailans dan sensus.
c. Data pokok sistem informasi kesehatan mencakup derajat kesehatan, upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan,
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan serta manajemen kesehatan.

d. Pengolahan dan analisis data serta pengemasan informasi diselenggarakan secara berjenjang,
terpadu, multidisipliner dan komprehensif.
e. Penyajian data dan informasi dilakukan secara multimedia guna diketahui masyarakat secara
luas untuk pengambilan keputusan di bidang kesehatan.

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


a. IPTEK kesehatan dihasilkan dari penelitian dan pengembangan kesehatan yang
diselenggarakan oleh pusat-pusat penelitian dan pengembangan milik masyarakat, swasta dan
pemerintah.
b. Pemanfaatan IPTEK kesehatan didahului oleh penapisan yang diselenggarakan oleh lembaga
khusus yang berwenang.
c. Untuk kepentingan nasional dan global, dibentuk pusat-pusat penelitian dan pengembangan
unggulan.
d. Penyebarluasan dalam rangka pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan pengembangan
kesehatan dilakukan melalui pembentukan jaringan informasi dan dokumentasi IPTEK
kesehatan.

4. Hukum Kesehatan
a. Hukum kesehatan dikembangkan secara nasional dan dipakai sebagai acuan dalam
mengembangkan peraturan perundang-undangan kesehatan daerah.
b. Ruang lingkup hukum kesehatan mencakup penyusunan peraturan perundang-undangan,
pelayanan advokasi hukum dan peningkatan kesadaran hukum di kalangan masyarakat.
c. Penyelenggaraan hukum kesehatan didukung oleh pembentukan dan pengembangan jaringan
informasi dan dokumentasi hukum kesehatan serta pengembangan satuan unit organisasi hukum
kesehatan di Departemen Kesehatan.
Dalam gambar ini dapat kembali dijelaskan secara ringkas bahwa: Unsur-unsur subsistem
manajemen kesehatan adalah administrasi kesehatan, iptek, dan hukum kesehatan.

Administrasi kesehatan yang didukung infokes, iptek, dan hukum kesehatan menunjang
penyelenggaraan subsistem lainnya dari SKN (upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,
sumberdaya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, serta pemberdayaan
masyarakat).

PENYELENGGARAAN SKN

PELAKU SKN
Pembangunan kesehatan bukan saja tanggung jawab departemen atau sektor kesehatan saja,
namun merupakan tanggung jawab semua potensi bangsa.

Oleh karenanya pelaku SKN adalah masyarakat termasuk swasta dan penyelenggara negara yang
terdiri dari pemerintah, badan legislatif, dan badan yudikatif.

Peran masyarakat & swasta; advokasi, pengawasan sosial, dan pelaksanaan pembangunan
kesehatan sesuai keahlian dan kemampuannya.

Peran pemerintah; penanggung jawab, penggerak, pembina, dan pelaksana pembangunan


kesehatan. Dapat ditambahkan pembagian peran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Peran Badan legislatif; budget dan pengawasan.

Peran Badan yudikatif; penegakkan pelaksana hukum dan perundang-undangan kesehatan.

PROSES PENYELENGGARAAN SKN


Pendekatan kesisteman dapat diartikan sebagai cara berpikir dan bertindak yang logis, sistematis,
komprehensif, dan holistik.
Sebagai suatu sistem, maka SKN harus diselenggarakan dengan adanya interaksi yang harmonis
dan dinamis antara subsistem-subsistemnya. KISS harus diterapkan antar pelaku SKN, antar
subsistem-subsistem SKN dan antara SKN dengan sistem-sistem nasional lainnya.

PENTAHAPAN PENYELENGGARAAN SKN


Pada dasarnya pentahapan penyelenggaraan SKN adalah sebagaimana siklus perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan pada umumnya dan pembangunan kesehatan
khususnya, yaitu: perencanaan dan penetapannya, pelaksanaan dan pengendaliannya.

SKN telah ditetapkan dengan SK Menteri Kesehatan, yang oleh sementara pihak SK Menteri
dinilai kurang kuat. Dapat saja nanti dasar hukum ini ditingkatkan menjadi yang lebih tinggi,
misalnya PP atau bahkan Undang-undang. Yang penting adalah materi SKN dapat dimuat dalam
revisi atau perubahan Undang-undang Kesehatan yang baru nanti.

Pedoman penyusunan SKD sudah disusun, mudah-mudahan dapat dimanfaatkan oleh daerah
dalam penyusunan SKD.

Dewasa ini Depkes juga sedang melakukan pembahasan-pembahasan dalam menyepakati


metode atau cara untuk melakukan penilaian sistem kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. DR.Dr. Azrul Aswar, MPH, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Binarupa
Aksara, Jakarta, 1996.

2. Departemen Kesehatan RI, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta 2004

3. Departemen Kesehatan RI, Materi Sosialisasi SKN dan Kebijakan Depkes Tingkat Regional di
Makassar 30 31 Agustus 2004
/////

LOG IN

SIGN UP

DOCX

makalah Sistem Kesehatan Nasional

17 Pages

makalah Sistem Kesehatan Nasional

AUTHORS

Trian Christiawan + 1

VIEWS

6,234

PAGES
17

DOWNLOAD DOCX
READ PAPER

makalah Sistem Kesehatan Nasional


DOWNLOAD

1
SISTEM KESEHATAN NASIONALOleh
:Solihin Niar Ramadhan 110.110.110.195Bima Rizki Nurahman 110.110.110.237Trian Chris
tiawan 110.110.110.244Dosen :Dr. Hj. Efa Laela Fakhriah, S.H., M.H.FAKULTAS
HUKUMUNIVERSITAS PADJADJARANBANDUNG2014

2
BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia sekaligus investasidalam pembangunan bangsa.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatandilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan,
dengan tujuanguna meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehatbagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.Kesehatan mempunyai peranan
besar dalam meningkatkan derajat hidupmasyarakat, maka dari itu semua negara berupaya
menyelenggarakanpelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pelayanan kesehatan berartisetiap
upaya yang sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasiuntuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah danmengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, kelompokataupun masyarakat.Di Indonesia sendiri pembangunan kesehatan
secaraberkesinambungan telah dimulai sejak dicanangkannya RencanaPembangunan Lima
Tahun I pada tahun 1969 yang secara nyata
telahberhasil mengembangkan berbagai sumber daya kesehatan, sertamelaksanakan upaya
kesehatan yang berdampak pada peningkatanderajat kesehatan masyarakat.Sistem
adalah kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yangmemiliki unsur keterkaitan antara
satu dengan lainnya. Sistem Kesehatanadalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan
(supply side) danorang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) disetiap
wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber dayatersebut, dalam bentuk
manusia maupun dalam bentuk material. Dalamdefinisi yang lebih luas lagi, sistem kesehatan
mencakup sektor-sektorlain seperti pertanian dan lainnya.

3Sistem kesehatan di Indonesia telah mulai dikembangkan sejaktahun 1982 yaitu ketika
Departemen Kesehatan RI menyusun dokumensystem kesehatan di Indonesia yang disebut
Sistem Kesehatan Nasional(SKN). Penyusunan dokumen tersebut didasarkan pada tujuan
nasionalbangsa Indonesia sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungisegenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia danuntuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupanbangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapaitujuan tersebut,
maka dibentuklah program pembangunan nasional secaramenyeluruh dan berkesinambungan.
Pembangunan kesehatan adalahbagian dari pembangunan nasional yang bertujuan
meningkatkankesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agarterwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.Pembangunan kesehatan tersebut
merupakan upaya seluruh potensibangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah.Dewasa ini, pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakanmasih menghadapi
berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapatdiatasi. Sehingga diperlukan pemantapan dan
percepatan melalui SKNsebagai pengelolaan kesehatan yang disertai berbagai terobosan
penting,antara lain program pengembangan Desa Siaga, Jaminan KesehatanMasyarakat
(Jamkesmas), Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), ProgramPerencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) yang dapatdiwujudkan melalui Jampersal.Terjadinya perubahan
lingkungan strategis seperti adanya regulasipenyelenggaraan kepemerintahan dan di tingkat
global telah terjadiperubahan iklim serta dan upaya percepatan pencapaian
MilleniumDevelopment Goals (MDGs), sehingga diperlukan penyempurnaan dalampengelolaan
kesehatan.

4
B. Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan Sistem Kesehatan Nasional? Apa sajadasar hukum Sistem
Kesehatan Nasional agar dapat diterapkan diIndonesia?

Bagaimana perkembangan Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia?Siapa saja


pelaku penyelenggara Sistem Kesehatan Nasional?

5
BAB IIPEMBAHASANA. Sistem Kesehatan Nasional
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan,diperlukan dukungan Sistem
Kesehatan Nasional yang tangguh. SistemKesehatan Nasional adalah Pengelolaan kesehatan
yang diselenggarakanoleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan
salingmendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakatyang setinggi-
tingginya.Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan carapenyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagaiupaya bangsa Indonesia dalam satu derap
langkah guna menjamintercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka
mewujudkankesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undangDasar 1945.
Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapaitujuan pembangunan kesehatan melalui
pengelolaan upaya kesehatan,penelitian dan pengembangan kesehatan, pembiayaan
kesehatan,sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, danmakanan,
manajemen, informasi dan regulasi kesehatan sertapemberdayaan masyarakat. Pembangunan
kesehatan adalah upaya yangdilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang
bertujuanuntuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidupsehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yangsetinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber dayamanusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. SKN
perludilaksanakan dalam konteks pembangunan kesehatan secarakeseluruhan dengan
mempertimbangkan determinan sosial, antara lainkondisi kehidupan sehari-hari, tingkat
pendidikan, pendapatan keluarga,distribusi kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran
masyarakat,

Job Board

About

Press

Blog

People

Terms
Privacy

Copyright

We're Hiring!

Help Center

Find new research papers in:

Physics

Chemistry

Biology

Health Sciences

Ecology

Earth Sciences

Cognitive Science

Mathematics

Computer Science

Engineering

Academia 2015
///////////

Makalah-makalah Kesehatan
Minggu, 24 Juni 2012
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan SKP

SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN)


DAN SKP
Disusun Oleh :
ANIS KURNIAH
Kelas :
1A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, serta hidayah-NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata
kuliah Ilmu Keperawatan Dasar tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan SKP tepat
pada waktunya.
Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas saya dalam menempuh
pembelajaran di semester ini, saya mengucapkan terimah kasih kepada :
1. Direktur STIKES ICME Jombang Drs.M.Zainul Arifin,M.Kes;

2. Dosen pembimbing akademik STIKES ICME JOMBANG;

3. Dosen Ilmu Keperawatan Dasar Bambang Tutuko,SH.S.Kep.Ns;

4. Semua pihak yang ikut serta berpartipasi dalam pembuatan makalah ini.

Kiranya makalah ini bisa bermanfaat bagi pihak yang membaca. Meski begitu, sayasadar
bahwa makalah ini perlu perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang
membangun dari pembaca akan diterima dengan senang hati. Akhirnya, saya ucapkan terima
kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Jombang, 28 November 2011


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
11.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan mengacu pada Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 1945), Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,
Peraturan Pemerintah dan peraturan-perundangan lain yang berlaku.
Pelaksanaan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan secara menyeluruh,
terarah, merata, bermutu, terjangkau dan berkesinambungan melalui proses yang terintegrasi,
didasarkan pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
Untuk mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan, disusunlah Sistem Kesehatan
Propinsi (SKP) yang akan menjawab dan merespon berbagai tantangan pembangunan
kesehatan pada masing-masing provinsi di Indonesia, baik untuk masa kini maupun untuk masa
mendatang. Oleh karena itu, saya membuat makalah ini untuk menambah pengetahuan
Mahasiswa kesehatan mengenai SKN maupun SKP.

11.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang Masalah maka masalah yang ada adalah:
Apa pengertian SKN?
Apa tujuan SKN?
Apa landasan dari SKN?
Apa pengertian SKP?
Apa landasan dari SKP?
Bagaimana prinsip dasar SKP?
Apa tujuan dari SKP?
Bagaimana kedudukan SKP?
Apa saja yang termasuk dalam subsistem SKP?

11.3 Tujuan
Tujuan penulisan :
mengetahui apa itu SKN
mengetahui tujuan dari SKN
mengetahui landasan pembuatan SKN
mengetahui apa itu SKP
mengetahui landasan pembuatan SKP
mengetahui tujuan dari SKP
mengatahui kedudukan SKP
mengetahui apa saja yang termasuk dalam subsistem SKP
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Kesehatan Nasional (SKN)


a. Pengertian SKN
Sistem kesehatan menurut WHO adalah sebuah proses kumpulan berbagai faktor
kompleks yang berhubungan dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan dan
kebutuhan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Dalam sebuah sistem harus terdapat unsur-unsur input, proses, output, feedback, impact
dan lingkungan. Sistem kesehatan yang telah di sahkan sesuai SK Menkes bahwa tujuan yang
pasti adalah meningkatkan derajat yang optimal dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan yang
sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap
langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi
pelayanan kesehatan dasar yang meliputi:
1. cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata;
2. pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat;
3. kebijakan pembangunan kesehatan;
4. kepemimpinan. SKN juga disusun dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem rujukan.

b. Tujuan SKN
Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh
semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil
guna dan berdaya guna, hingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi
Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar pelaku maupun antar
subsistem SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sektor terkait, seperti
pembangunan prasarana, keuangan dan pendidikan perlu berperan bersama dengan sektor
kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.

c. Landasan SKN
Landasan Sistem Kesehatan Nasional meliputi:
1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila.
2. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A, 28 H ayat (1) dan ayat
(3), serta Pasal 34 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 28 B ayat (2), Pasal 28 C ayat (1),
3. Landasan Operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan
dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.

2.3 Sistem Kesehatan Provinsi (SKP)


a. Pengertian SKP
SKP adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya pemerintah, masyarakat, dan
swasta yang terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
SKP menguraikan secara spesifik unsur-unsur upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,
SDM Kesehatan, sumber daya obat, perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, serta
manajemen kesehatan sesuai dengan potensi dan kondisi daerah.

b. Landasan SKP
SKP merupakan bagian dari pembangunan nasional, dengan demikian landasan SKP adalah
sama dengan landasan pembangunan nasional. Secara lebih spesifik, landasan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Landasan idiil yaitu Pancasila
2. Landasan Konstitusional yaitu UUD 1945
a. Pasal 28 A ; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
b. Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang.
c. Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.
d. Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal , dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan dan ayat ( 3 ); setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
e. Pasal 34 ayat ( 2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan
dan ayat (3); negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak .
3. Landasan operasional :
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
c. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2005 tentang Praktik Kedokteran Dokter dan Dokter Gigi
d. Peraturan Daerah Nomor 37 Tahun 2000 tentang Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur
e. Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2002 tentang Rumah Sakit Propinsi
f. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik

c. Prinsip Dasar SKP


Prinsip dasar SKP adalah norma, nilai, dan aturan pokok yang bersumber pada falsafah dan
budaya bangsa Indonesia, yang digunakan sebagai acuan berpikir dan bertindak dalam
penyelenggaraan SKP. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi :
1. Perikemanusiaan
Penyelenggaraan SKP berdasarkan pada perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan, dan
dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Terabaikannya
pemenuhan kebutuhan kesehatan adalah bertentangan dengan prinsip kemanusiaan. Tenaga
kesehatan dituntut untuk tidak diskriminatif serta selalu menerapkan prinsip-prinsip
perikemanusiaan dan menyelenggarakan upaya kesehatan.
2. Hak Asasi Manusia
Penyelenggaraan SKP berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia. Diperolehnya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa
membedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi. Setiap anak berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
3. Adil dan Merata
Penyelenggaraan SKP berdasarkan pada prinsip adil dan merata. Dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, perlu diselenggarakan upaya kesehatan
yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata, baik
geografis maupun ekonomis.
4. Pemberdayaan dan Kemandirian Masyarakat
Penyelenggaraan SKP berdasarkan pada prinsip pemberdayaan dan kemandirian
masyarakat. Setiap orang dan masyarakat bersama dengan
pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya. Penyelenggaraan
pembangunan kesehatan harus berdasarkan pada kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan
sendiri, kepribadian bangsa, semangat solidaritas sosial, dan gotong royong.

5. Kemitraan
Penyelenggaraan SKP berdasarkan pada prinsip kemitraan. Pembangunan kesehatan harus
diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah
dan masyarakat termasuk swasta, dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki. Kemitraan
antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta serta kerja sama lintas sektor dalam
pembangunan kesehatan diwujudkan dalam suatu jaringan yang berhasil guna dan berdaya guna
agar diperoleh sinergi yang lebih mantap dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang se tinggi - tingginya.
6. Pengutamaan dan Manfaat
Penyelenggaraan SKP berdasarkan pada prinsip pengutamaan dan manfaat. Pembangunan
kesehatan diselenggarakan dengan lebih mengutamakan kepentingan umum daripada
kepentingan perorangan maupun golongan. Upaya kesehatan yang bermutu dilaksanakan dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta harus lebih mengutamakan pendekatan
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pembangunan kesehatan diselenggarakan
secara berhasil guna dan berdaya guna, dengan mengutamakan upaya kesehatan yang
mempunyai daya ungkit tinggi agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
peningkatan derajat kesehatan masyarakat beserta lingkungannya.
7. Tata Kepemerintahan yang Baik
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum,
transparan, rasional, profesional, serta bertanggung jawab.
d. Tujuan SKP
Tujuan SKP adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi, baik
masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna, sehingga tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

e. Kedudukan SKP
1. Sistem Kesehatan Propinsi (SKP) merupakan infrasistem dari SKN, bersama dengan
berbagai sistem lain yang ada di Jawa Timur, diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Jawa Timur.
2. SKP merupakan acuan Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota (SKK). SKK perlu
dikembangkan untuk menjamin keberhasilan pembangunan kesehatan di kabupaten/kota. Dalam
kaitan ini kedudukan SKP merupakan suprasistem dari SKK.

f. Subsistem SKP

Subsistem pertama SKP adalah upaya kesehatan yang terdiri dari berbagai upaya kesehatan
dengan menghimpun seluruh potensi yang ada untuk dapat mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan tersebut
memerlukan dukungan dana, SDM , sumber daya obat, dan perbekalan kesehatan.
Dukungan dana sangat berpengaruh terhadap pembiayaan kesehatan yang semakin penting
dalam menentukan kinerja SKP. Mengingat kompleksnya pembiayaan kesehatan, pembiayaan
kesehatan merupakan subsistem kedua SKP.
Sebagai upaya pelaksana kesehatan diperlukan sumber daya manusia yang mencukupi dalam
jumlah, jenis, dan kualitasnya sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan. Oleh
karena itu SDM Kesehatan juga sangat penting dalam meningkatkan kinerja SKP dan merupakan
subsistem ketiga SKP.
Sumber daya kesehatan lainnya yang penting dalam menentukan kinerja SKP adalah sumber
daya obat dan perbekalan kesehatan. Permasalahan obat dan perbekalan kesehatan sangat
kompleks karena menyangkut aspek mutu, harga, khasiat, keamanan, ketersediaan, dan
keterjangkauan bagi konsumen kesehatan. Oleh karena itu, obat dan perbekalan kesehatan
merupakan subsistem ke empat SKP.
Selanjutnya, SKP akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat.
Masyarakat termasuk swasta bukan sematamata sebagai objek pembangunan kesehatan. Oleh
karena itu, pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting agar masyarakat termasuk swasta
dapat mampu dan mau berperan sebagai perilaku pembangunan kesehatan. Sehubungan dengan
itu, pemberdayaan masyarakat merupakan subsistem kelima SKP.
Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna,
diperlukan manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah koordinasi, integrasi,
sinkronisasi serta penyerasian upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya kesehatan,
dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, manajemen kesehatan merupakan subsistem ke
enam SKP.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa SKP terdiri atas enam subsistem, yakni :
1. Subsistem Upaya Kesehatan
2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
3. Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
4. Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan
5. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
6. Subsistem Manajemen Kesehatan .

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap
langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
SKP adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya pemerintah, masyarakat, dan
swasta yang terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sistem kesehatan Propinsi (SKP) digunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan
berbagai kebijakan, pedoman, dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta
pembangunan berwawasan kesehatan.

3.2 SARAN
Perlu adanya peningkatan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS) baik
antar pelaku maupun subsistem SKN agar tercapainya tujuan SKN itu sendiri.
Kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan swasta perlu ditingkatkan agar derajat
kesehatan masyarakat semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sistemkesehatannasional.com/ 27 November 2011, 07:01 PM
http://www.1181615678_SKPFINAL(postkoreksi).com/sistemkesehatannasional-SKP/ 27
November 2011, 06:44 PM

Diposkan oleh Sina Riswa di 21.43


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:

1.

Chee Olhip18 September 2013 09.04

thank's ya mbak, postingannya udah ngebantu banget...


Balas
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
2012 (4)
o Juni (4)
Makalah-makalah Kesehatan: Sistem Kesehatan Nasion...
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan SKP
Organisasi Profesi Keperawatan
Model dan teori konseptual jean watson
Mengenai Saya

Sina Riswa
If someone
can do
something,
than it's
possible to
me to do
the
something
^_^
Lihat profil
lengkapku
Template Picture Window. Gambar template oleh davidf. Diberdayakan oleh Blogger.
////////////

Anda mungkin juga menyukai