Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN STATUS GIZI BALITA

1. Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun
(Muaris.H, 2006). Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita
adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-
5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua
untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan
makan.Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik.
Namunkemampuan lain masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi
penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak diperiode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang
berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut
golden age atau masa keemasan.

2. Karateristik Balita
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak
usia 1 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia 1-3
tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa
yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa
usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar.
Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang
mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya
lebih besar. Oleh karena itu,pola makan yang diberikan adalah porsi kecil
dengan frekuensi sering.
Pada usia prasekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah
dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul
dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami
beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase
gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan tidak terhadap setiap
ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan,
akibat dari aktivitas yang mulai banyak danpemilihan maupun penolakan
terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih
banyak mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-
laki (BPS, 1999).

3. Tumbuh Kembang Balita


Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun
prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni:
a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah
(sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung
kaki, anak akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjut kan belajar
menggunakan kakinya.
b. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah
anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk
menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan jemarinya.
c. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi
keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar,menendang, berlari
dan lain-lain. Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala
kuantitatif. Padakonteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah
sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain,
berlangsung proses multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan
ukuran-ukurantubuhnya.
Hal ini ditandai oleh:
a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.
b. Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
c. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.
d. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.
e. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan
sebagainya.
Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis.
Sebaliknya, berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara proporsional
pada tiap bulannya. Ketika didapati penambahan ukuran tubuhnya, artinya
proses pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya jika yang terlihat gejala
penurunan ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan atau hambatan proses
pertumbuhan.
Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita
adalah dengan mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi terdapat pada
Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia anak, harusnya
bertambah pula berat dan tinggi badannya. Cara lainnya yaitu dengan
pemantauan status gizi. Pemantauan status gizi pada bayi dan balita telah
dibuatkan standarisasinya oleh Harvard Universitydan Wolanski. Penggunaan
standar tersebut di Indonesia telah dimodifikasi agar sesuai untuk kasus anak
Indonesia. Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif,
artinya pada diri balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan
(maturasi) kemampuan personal dan kemampuan sosial.
1. Kemampuan personal ditandai pendayagunaan segenap fungsi alat-alat
pengindraan dan sistem organ tubuh lain yang dimilikinya.Kemampuan
fungsi pengindraan meliputi ;
a. Penglihatan, misalnya melihat, melirik, menonton, membaca dan lain-lain.
b. Pendengaran, misalnya reaksi mendengarkan bunyi, menyimak
pembicaraan dan lain-lain.
c. Penciuman, misalnya mencium dan membau sesuatu.
d. Peraba, misalnya reaksi saat menyentuh atau disentuh, merababenda, dan
lain-lain.
e. Pengecap, misalnya menghisap ASI, mengetahui rasa makanandan
minuman.
2. Pada sistem tubuh lainnya di antaranya meliputi :
a. Tangan, misalnya menggenggam, mengangkat, melempar, mencoret-coret,
menulis dan lain-lain.
b. Kaki, misalnya menendang, berdiri, berjalan, berlari dan lain-lain.
c. Gigi, misalnya menggigit, mengunyah dan lain-lain.
d. Mulut, misalnya mengoceh, melafal, teriak, bicara,menyannyi dan lain-
lain.
e. Emosi, misalnya menangis, senyum, tertawa, gembira, bahagia, percaya
diri, empati, rasa iba dan lain-lain.
f. Kognisi, misalnya mengenal objek, mengingat, memahami, mengerti,
membandingkan dan lain-lain.
g. Kreativitas, misalnya kemampuan imajinasi dalam membuat, merangkai,
menciptakan objek dan lain-lain.
3. Kemampuan sosial.
Kemampuan sosial (sosialisasi), sebenarnya efek dari kemampuan
personal yang makin meningkat. Dari situ lalu dihadapkan dengan beragam
aspek lingkungan sekitar, yang membuatnya secara sadar berinterkasi dengan
lingkungan itu. Sebagai contoh pada anak yang telah berusia satu tahun dan
mampu berjalan, dia akan senang jikadiajak bermain dengan anak-anak
lainnya, meskipun ia belum pandaidalam berbicara, ia akan merasa senang
berkumpul dengan anak-anak tersebut. Dari sinilah dunia sosialisasi pada
ligkungan yang lebih luas sedang dipupuk, dengan berusaha mengenal teman-
temannya.
4. Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang.
Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang harus
terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni:
a. Kebutuhan akan gizi (asuh);
b. Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih);
c. Kebutuhan stimulasi dini (asah) (PN.Evelin dan Djamaludin. N. 2010).

A. Pemenuhan kebutuhan gizi (asuh).


Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh kembang anak yang
merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini,perkembangan kemampuan
berbahasa, berkreativitas, kesadaransocial, emosional dan inteligensi anak berjalan
sangat cepat. Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh kembang
fisik dan biologis balita perlu diberikan secara tepat danberimbang.
Tepat berarti makanan yang diberikan mengandung zat gizi yang sesuai
kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia. Berimbang berarti komposisi zat-zat gizinya
menunjang proses tumbuh kembang sesuai usianya. Dengan terpenuhinya
kebutuhangizi secara baik, perkembangan otaknya akan berlangsung optimal.
Keterampilan fisiknya pun akan berkembang sebagai dampak perkembangan bagian
otak yang mengatur sistem sensorik dan motoriknya.
1. Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis yang baik, akan berdampak pada system
imunitas tubuhnya sehingga daya tahan tubuhnya akan terjaga dengan baik dan
tidak mudah terserang penyakit.
2. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih)
Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua mengekspresikan perhatian dan kasih
sayang, serta perlindungan yang aman dan nyaman kepada si anak. Orang tua
perlu menghargai segala keunikan dan potensi yang ada pada anak. Pemenuhan
yang tepat atas kebutuhan emosiatau kasih sayang akan menjadikan anak tumbuh
cerdas secaraemosi, terutama dalam kemampuannya membina hubungan yang
hangat dengan orang lain. Orang tua harus menempatkan diri sebagai teladan
yang baik bagi anak anaknya. Melalui keteladanan tersebutanak lebih mudah
meniru unsur-unsur positif, jauhi kebiasaanmemberi hukuman pada anak
sepanjang hal tersebut dapat diarahkan melalui metode pendekatan berlandaskan
kasih sayang.
3. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah).
Stimulasi dini merupakan kegiatan orangtua memberikan rangsangan tertentu
pada anak sedini mungkin. Bahkan hal ini dianjurkan ketika anak masih dalam
kandungan dengan tujuan agar tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan
optimal. Stimulasi dini meliputi kegiatan merangsang melalui sentuhan sentuhan
lembut secara bervariasi dan berkelanjutan, kegiatan mengajari anak
berkomunikasi, mengenal objek warna, mengenal huruf dan angka. Selain itu,
stimulasi dini dapat mendorong munculnya pikiran dan emosi positif,
kemandirian, kreativitas danlain-lain. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini secara
baik dan benar dapat merangsang kecerdasan majemuk (multiple intelligences)
anak. Kecerdasan majemuk ini meliputi, kecerdasan linguistic, kecerdasanlogis-
matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik-kecerdasan musical,
kecerdasan intrapribadi (intrapersonal), kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan
naturalis.
2. Status Gizi
a. Definisi Status Gizi
Menurut Soekirman (2000) status gizi adalah keadaan kesehatan
akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup
manusia. Selanjutnya, Suhardjo, (2003) menyatakan bahwa status gizi adalah
keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan danpenggunaan
makanan.
Sedangkan menurut Supariasa, IDN. Bakri, B. & Fajar, I. (2002),
status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu, atau perwujudan dari status tubuh yang berhubungan dengan
gizi dalam bentuk variable tertentu. Jadi intinya terdapat suatu variable yang
diukur (misalnya berat badan dan tinggi badan) yang dapat digolongkan ke
dalam kategori gizi tertentu (misalnya ; baik, kurang, danburuk).
Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran ukuran
tubuh, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan
antara asupan dan kebutuhan gizi (status gizi). Oleh karena itu pertumbuhan
merupakan indikator yang baik dari perkembangan status gizi anak (Depkes
RI, 2002). Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat
kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan
dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Gizi yang
baik juga dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh
akan bebas dari segala penyakit. Status gizi ini dapat membantu untuk
mendeteksi lebih dini risiko terjadinya masalah kesehatan. Pemantauan status
gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi dalam merencanakan
perbaikan status kesehatan anak.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF
dan telah digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan
penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik penyebab langsung,
tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah. Berdasarkan Soekirman
dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional (Depkes RI,2000), penyebab
kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang
mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanyadisebabkan
makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anakyang mendapat
makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare
b. atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak
yangmakannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemahdan
mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik makanan maupunpenyakit
secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.
c. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola
pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.
Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan
baik mutunya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk
menyediakan waktunya, perhatian dandukungan terhadap anak agar dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, dan sosial.
Pelayanan kesehatan dansanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih
dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh
keluarga. Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan,
pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan,
pengetahuan dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat
ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan
keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan
pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan,
dan daya beli keluarga, sertapengetahuan tentang gizi dan kesehatan.

C. Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan
menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu
yang berisiko atau dengan status gizi buruk (Hartriyanti danTriyanti, 2007).
Tujuan penilaian status gizi menurut Hammond (2004) antara lain:
1. Mengidentifikasi individu yang membutuhkan dukungan nutrisicukup;
2. Mempertahankan status gizi seseorang;
3. Mengidentifikasipenatalaksanaan medis yang sesuai;
4. memonitor efektivitas intervensiyang telah dilakukan.
Menurut Supariasa,et all (2002), penilaian status gizi dapat dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung.
1. Penilaian secara langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaianyaitu
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaiandari masing-
masing adalah sebagai berikut (Supariasa, et all, 2002).
2. Antropometri
Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Parameter yang
diukur antara lain BB, TB, LLA, Lingkar kepala, Lingkar dada, Lemak
subkutan. Indeks antropometri bias merupakan rasio dari satu pengukuran
terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur
(Hartriyanti,Yayuk dan Triyanti, 2007).
3. Klinis
Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal tersebutdapat dilihat pada
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-
organ yang dekat dengan permukaantubuh seperti kelenjar tiroid.
4. Biokimia
Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain: urine, tinja, darah, beberapajaringan tubuh lain seperti
hati dan otot.
5. Biofisik
6. Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuanstatus gizi
dengan melihat kemampuan fungsi, khususnyajaringan, dan melihat
perubahan struktur jaringan.
Penilaian secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu:survey
konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, et all 2002).
Adapun uraian dari ketiga hal tersebutadalah:
1. Survey konsumsi makanan
Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsungdengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2. Statistik vital
Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistic kesehatan seperti
angka kematian berdasarkan umur, angkakesakitan dan kematian akibat
penyebab tertentu dan data lainnyayang berhubungan dengan gizi.
3. Faktor ekologi
Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisimerupakan
masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapafaktor fisik, biologis, dan
lingkungan budaya. Jumlah makananyang tersedia sangat tergantung dari
keadaan ekologi sepertiiklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
D. Jenis dan Parameter Status Gizi
Dalam menentukan status gizi harus ada ukuran baku (reference). Baku
antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah bakuWorld Health
Organization National Centre for Health Stastics (WHONCHS) sesuai
rekomendasi pakar gizi dalam pertemuannya di Bogortahun 2000. Selain itu juga
dapat digunakan baku rujukan yang dibuatoleh Departeman Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI membuat baku rujukan penilaian status gizi anak balita
yang terpisah antara anaklaki-laki dan perempuan. Kriteria jenis kelamin inilah yang
membedakan baku WHO-NCHS dengan baku Harvard. Baku rujukan penilaian status
gizi menurut Depkes RI terlampir dalam lampiran. Parameter antropometri untuk
penilaian status gizi berdasarkan parameter :
a. Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan
berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai
dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun;1,5 tahun; 2 tahun.
Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya
adalah 1 tahun adalah 12bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah
dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Depkes,
2004).
Rumus antropometri anak (Soetjiningsih. 1998) yang berhubungandengan
umur :
1. Berat Badan
Umur 1 6 bulan = BBL (gr) + (usia x 600 gr)
Usia 7 12 bulan = BBL (gr) + (usia x 500 gr) atau (usia / 2) +3
Umur 1- 6 tahun = 2n + 8
2. Tinggi badan
Umur 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir
Umur 2 12 tahun = umur (tahun) x 6 + 77
Kriteria status gizi berdasarkan pengukuran tersebut dibandingkandengan NCHS
adalah:
1. Gizi baik, jika BB menurut umur > 80% standart WHO NCHS.
2. Gizi kurang, jika BB menurut umur 61% - 80% standart WHO NCHS.
3. Gizi buruk jika BB menurut umur = 60% standart WHO NCHS

B. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikangambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badanmerupakan pengukuran yang
terpenting pada bayi baru lahir. Dan hal ini digunakan untuk menentukan apakah
bayi termasuk normalatau tidak (Supariasa,et all, 2001).Berat badan merupakan
hasil peningkatan /penurunan semuajaringan yang ada pada tubuh antara tulang,
otot, lemak, cairantubuh. Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan
yang terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan
kondisikesehatan (Soetjiningsih 1998).
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang
digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain,
2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya,
3. Ketelitianpenimbangan maksimum 0,1 kg,
4. Skalanya mudah dibaca,
Aman untuk menimbang balita. Sedangkan jenis timbangan sebaiknya yang
memenuhi persyaratan tersebut, timbangan yang dianjurkan untuk anak balita
adalah dacin dengan kapasitas minimum 20 kg dan maksimum 25 kg. jenis
timbangan lain yang dapat digunakan adalah detecto, sedangkan timbangan injak
(bathroom scale) akurasinya kurang karena menggunakan per, sehingga hasilnya
dapat berubah-ubah. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U
(Berat Badanmenurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat
perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam
penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung
pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan
perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990) dalam
Atmarita,Soendoro, T. Jahari, AB. Trihono dan Tilden, R. (2009). Pengukuran
berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatanatau penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang otot, lemak, organ tubuh, dan
cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang
anak. Selainmenilai berdasarkan status gizi dan tumbuh kembang anak, berat
badan juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang
diperlukan dalam tindakan pengobatan.
Interpretasi :
1. BB/U < dipetakan pada kurva berat badan :
2. BB< sentil ke-10 : disebut deficit
3. BB>sentil ke-90 : disebut kelebihan
4. BB/U dibandingkan acuan standar, dinyatakan dalam
presentase:
1. >120% : disebut gizi lebih
2. 80-120% : disebut gizi baik
3. 60-80%: - tanpa edema : gizi kurang
4. dengan edema : gizi buruk (kwashiorkor)
5. < 60% : - tanpa edema : marasmus
dengan edema : marasmus- kwashiorkor
Perubahan berat badan (berkurang atau bertambah) perlu mendapatperhatian karena
merupakan petunjuk adanya masalah nutrisi akut.Kehilangan BB dihitung sebagai
berikut (BB saat ini/BB semula)x100%.
1. 85-95% : kehilangan BB ringan (5-15%)
2. 75-84% : kehilangan BB sedang (16-25%
3. <75% : kehilangan BB berat (>25%
c. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup
penting. Keistemewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan meningkat terus
pada waktu pertumbuhan sampai mencapai tinggi yang optimal. Di samping
itu tinggi badan dapat dihitung dengan dibandingkan berat badan dan dapat
mengesampingkan umur. Tinggi badan memberikan gambaran fungsi
pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi
badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang
berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada
masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi
badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi
Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan
biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya
memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan
akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004). Pengukuran tinggi
badan untuk anak yang sudah bisa berdiri dilakukan dengan alat
pengukurtinggi mikrotoa (microtoise) yang memiliki ketelitian 0,1 cm.
Sedangkan pada anak yang belum bisa berdiri digunakan alatpengukur
panjang badan dengan posisi anak berbaring di tempat datar. Pengukuran
tinggi badan maupun panjang badan dapat dilakukan dengan menggunakan
pita ukur.
Cara mengukur panjang badan usia 0-24 bulan yaitu:
1. alatpengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang datar,
2. bayiditidurkan lurus di dalam alat pengukur,
3. bagian bawah alatpengukur sebelah kaki digeser sehingga tepat
menyinggung telapakkaki bayi dan skala pada sisi alat ukur dapat dibaca.
Interpretasi :
1. TB/U pada kurva:
< sentil 5 : defisit berat
Sentil 5 : perlu evaluasi untuk membedakan apakah perawakan pendek akibat
defisiensi nutrisikronik atau konstitusional.
2) TB/U dibandingkan standar baku (%) :
90-110% : baik/normal
70-89% : tinggi kurang
< 70% : tinggi sangat kurang
3) BB/TB
Rasio BB/TB bila dikombinasi dengan berat badan menurutumur dan tinggi badan
menurut umur sangat penting dan lebihakurat dalam penilaian status nutrisi karena ia
mencerminkanproporsi tubuh serta dapat membedakan antara wasting danstunting
atau perawakan pendek. Indeks ini digunakan padaanak perempuan hanya sampai
tinggi badan 138cm, dan padaanak lelaki sampai tinggi badan 145cm. Setelah itu
rasio BB/TBtidak begitu banyak artinya, karena adanya percepatan tumbuh
(growth spurt). Keuntungan indeks ini adalah tidakdiperlukannya faktor umur, yang
sering kali tidak diketahuisecara tepat.BB/TB dinyatakan dalam persentasi dari BB
standaryang sesuai dengan TB terukur individu tersebut. Caraperhitungannya adalah
sebagai berikut : BB/TB (%) = (BB terukur saat itu)/(BB standar sesuai untuk
TBterukur) x 100%
Interpretasi:
a) Penilaian status gizi berdasarkan presentase TB/BB
o > 120% : obesitas
o 110-120% : overweight
o 90-110% : normal
o 70-90% : gizi kurang
o < 70% : gizi buruk
b) Nilai BB/TB di sekitar sentil ke-50 menunjukkankesesuaian atau normal. Makin
jauh deviasi, makin besarpula kelebihan atau kekurangan gizi pada individu tersebut.
d. Lingkar Kepala
Lingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intrakranial dandipakai untuk
menaksir pertumbuhan otak. Apabila kepala tumbuhtidak normal maka kepala akan
mengecil dan menunjukkan retardasimental sebaliknya bila kepala membesar
kemungkinan ada penyumbatan aliran serebrospinal seperti pada hidrosefalus yang
akan meningkatkan volume kepala.
Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiberglass)dengan lebar kurang
dari 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patahpengukuran sebaiknya mendekati 1
desimal. Caranya denganmelingkarkan pita pada kepala.
Interpretasi:
1) Lingkaran kepala < sentil ke-5 atau < -2 SB menunjukan adanya mikrosefali dan
kemungkinan malnutrisi kronik pada masaintrauterin atau masa bayi/ anak dini.
2) Lingkaran kepala > sentil ke-95 atau >+2 SB menunjukanadanya makrosefali.
e. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Pengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak
terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuhdibandingkan berat badanPada anak
umur 1-5 tahun, LILA saja sudah dapat menunjukanstatus gizi. Alat yang digunakan
adalah pita ukur yang terbuat darifiberglass, atau jenis kertas tertentu berlapis plastik.
Pengukurandilakukan pada lengan yang tidak aktif pada pertengahan bahu dansiku.
Pada orang normal (tidak kidal) dilakukan pada tangan kiri,sedangkan pada anak
yang kidal dilakukan pengukuran pada lengankanan.
Interpretasi :
1) <12,5cm : gizi buruk
2) 12,5-13,5cm : gizi kurang
3) >13,5cm : gizi baik
Bila dikaitkan dengan umur, nilai LILA dibanding dengan bakustandar dan
dinyatakan dalam persen. Nilai 100% adalah persentilke-50 nilai baku.
Interpretasi :
1) 85-100% : gizi baik (normal)
2) 75-85% : gizi kurang
3) <75% : gizi buruk
Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan indeksLILA/TB. Interpretasi:
1) >85% : gizi baik (normal)
2) 80-85% : borderline/kurang kalori protein (KKP) I
3) 75-80% : gizi kurang/ KKP II
4) <75% : gizi buruk/ KKP III
f. Lipatan Kulit
Tebalnya lipatan kulit bagian triseps dan subskapularmenggambarkan refleksi
tubuh kembang jaringan lemak di bawahkulit, yang mencerminkan kecukupan energi
(Soetjiningsih, 1998).
Hampir 50% lemak tubuh berada di jaringan subkutis hingga denganmengukur
lapisan lemak dengan pemeriksaan TLK (total lemakkulit) dapat diperkirakan jumlah
lemak total dalam tubuh. Hasilnyadibandingkan dengan standar dan dapat
menunjukan status gizi dankomposisi tubuh, serta cadangan energi. Bila dikaitkan
denganindeks BB/TB, ia dapat menentukan malnutrisi kronik. LILA yangdikaitkan
dengan nilai (TLK)- triseps, dapat dipakai menghitungmassa otot.
Alat yang digunakan adalah Skin-Fold Calipers dengan ketelitian 0,1mm, tekanan
konstan 10 gram / mm, dan jangkauan jepitan 20-40mm. Jenis alat yang sering
digunakan adalah Harpenden Calipers.

5. Masalah Gizi Balita


Balita termasuk ke dalam kelompok usia berisiko tinggi terhadappenyakit.
Kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi pada balitadapat memengaruhi status
gizi dan status kesehatannya. Gangguan gizipada anak usia balita merupakan dampak
kumulatif dari berbagai factor baik yang berpengaruh langsung ataupun tidak
langsung terhadap gizianak. Konperensi Internasional tentang At Risk Factors and
The Healthand Nutrition of Young Children di Kairo tahun 1975 mengelompokkan
faktor-faktor itu menjadi tiga kelompok (Moehji. S. 2009), yaitu :
a. At risk factors yang bersumber dari masyarakat yaitu: struktur politik, kebijakan
pemerintah, ketersediaan pangan, prevalensiberbagai penyakit, pelayanan kesehatan,
tingkat sosial ekonomi,pendidikan dan iklim.
b. At risk factors yang bersumber pada keluarga yaitu: tingkatpendidikan, status
pekerjaan, penghasilan, keadaan perumahan,besarnya keluarga dan karakteristik
khusus setiap keluarga.
c. At risk factors yang bersumber pada individu anak yaitu: usia ibu,jarak lahir
terhadap kakaknya, berat lahir, laju pertumbuhan,pemanfaatan ASI, imunisasi dan
penyakit infeksi.Ketiga kelompok faktor tersebut secara bersama-sama menciptakan
suatu kondisi yang membawa dampak tidak terpenuhinya kebutuhan gizianak akibat
makanan yang tidak akurat. Oleh karena itu upayapemeliharaan gizi anak haruslah
paripurna (comprehensive care) yangmencakup berbagai aspek yang terdiri dari:
a. Pemeliharaan gizi pada masa prenatal
b. Pengawasan tumbuh kembang anak sejak lahir
c. Pencegahan dan penanggulangan dini penyakit infeksi melalui imunisasi dan
pemeliharaan sanitasi
d. Pengaturan makanan yang tepat dan benar
e. Pengaturan jarak kelahiran
Kelima upaya tersebut harus merupakan suatu kesatuan sebagaistrategi dasar
pemeliharaan gizi anak.Ada beberapa masalah gizi, (KD.Ayu Bulan Febry dan
Marendra. Z, 2008) yang biasa diderita balitasebagai berikut:

a. KEP (Kurang Energi Protein)


KEP adalah suatu keadaan dimana rendahnya konsumsi energy danprotein dalam
makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Ada
tiga tipe KEP sebagai berikut:
1) Tipe Kwashiorkor
Kwashiorkor terjadi akibat kekurangan protein. Penyakitgangguan gizi ini banyak
ditemukan pada anak usia 1 3 tahun.Orangtua biasanya tidak menyadari bahwa
anaknya sakit. Halini disebabkan kebutuhan energinya tercukupi sehingga beratbadan
menjadi normal. Apalagi ditambah dengan adanya edemapada badan anak karena
kekurangan protein. Gejala padakwashiorkor antara lain:
a) Edema pada kaki dan muka (moon face)
b) Rambut berwarna jagung dan tumbuh jarang
c) Perubahan kejiwaan seperti apatis, cengeng, wajah memelas dan nafsu makan
berkurang
d) Muncul kelainan kulit mulai dari bintik-bintik merah yang kemudian berpadu
menjadi bercak hitam
2) Tipe Marasmus
Marasmus terjadi akibat kekurangan energy. Gangguan gizi inibiasanya terjadi pada
usia tahun pertama yang tidak mendapatcukup ASI (Air Susu Ibu). Gejala pada
marasmus antara lain:
a) Berat badan sangat rendah
b) Kemunduran pertumbuhan otot (atrophi)
c) Wajah anak seperti orang tua (old face)
d) Ukuran kepala tak sebanding dengan ukuran tubuh
e) Cengeng dan apatis (kesadaran menurun)
f) Mudah terkena penyakit infeksi
g) Kulit kering dan berlipat-lipat karena tidak ada jaringan lemak di bawah kulit
h) Sering diare
i) Rambut tipis dan mudah rontok
3) Tipe Kwashiorkor Marasmus
Keadaan ini timbul jika makanan sehari-hari anak tidak cukup mengandung energy
dan protein untuk pertumbuhan normal.
b. Obesitas
Anak akan mengalami berat badan berlebih (overweight) danberlebihan lemak dalam
tubuh (obesitas) apabila selalu makan dalamporsi besar dan tidak diimbangi dengan
aktivitas yang seimbang.Dampak obesitas pada anak dapat menyebabkan
hiperlipidemia(tinggi kadar kolesterol dan lemak dalam darah), gangguanpernafasan,
dan komplikasi ortopedik (tulang).Upaya agar anak terhindar dari obesitas yakni
orangtua perlumelakukan pencegahan seperti mengendalikan pola makan anak
agartetap seimbang. Selain itu, memberikan camilan yang sehat seperti
buah dan melibatkan anak pada aktivitas yang bias mengeluarkanenerginya juga
harus dilakukan.
c. Kekurangan Vitamin A
Penyakit mata yang diakibatkan oleh kurangnya vitamin A disebutxerophtalmia.
Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan yangpaling sering terjadi pada anak-anak
usia 2 3 tahun. Hal ini karenasetelah disapih, anak tidak diberi makanan yang
memenuhi syaratgizi. Sementara anak belum bisa mengambil makanan sendiri.
d. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
Kekurangan mineral iodium pada anak dapat menyebabkanpembesaran kelenjar
gondok, gangguan fungsi mental, danperkembangan fisik. Zat iodium penting untuk
kecerdasan anak.
e. Anemia Zat Besi (Fe)
Anemia adalah keadaan di mana kadar hemoglobin darah kurangdari normal. Hal ini
disebabkan kurangnya mineral Fe sebagai bahanyang diperlukan untuk pematangan
eritrosit (sel darah merah).
Anemia pada anak disebabkan kebutuhan Fe yang meningkat akibatpertumbuhan
anak yang pesat dan infeksi akut berulang.Gejala yang Nampak adalah, anak tampak
lemas, mudah lelah, danpucat. Selain itu, anak dengan defisiensi (kekurangan) zat
besiternyata memiliki kemampuan mengingat dan memusatkan perhatianlebih rendah
dibandingkan dengan anak yang cukup asupan zatbesinya.
5. Penanggulangan Kekurangan Gizi Balita
Program penanggulangan gizi dapat dibedakan antara program langsung yaitu
pemberian makanan tambahan, vitamin dan mineral.Sedangkan program tidak
langsung yaitu peningkatan pendapatankeluarga, pengendalian harga pangan,
peningkatan program kesehatan.
Kedua program ini harus dilaksanakan secara simultan apabila kitamenginginkan
berhasilnya usaha peningkatan status gizi (Suhardjo,1996). Beberapa program
intervensi gizi yang dapat dilakukan untukmenanggulangi kurang gizi secara
langsung:
a. Fortifikasi
Fortifikasi adalah proses dimana zat gizi ditambahkan kedalammakanan untuk
menjaga atau meningkatkan kualitas diet suatukelompok, komunitas atau populasi,
contohnya adalah fortifikasiyodium dalam garam, vitamin A dalam tepung dan mie.
b. Makanan formula
Makanan formula merupakan suatu proses untuk mengembangkanmakanan yang
bernilai gizi tinggi untuk golongan rawan (balita,bumil dan ibu menyusui) yang
kekurangan gizi, contoh MP-ASIuntuk balita.
c. Makanan tambahan
Makanan tambahan adalah salah satu bentuk intervensi langsunguntuk menyediakan
jenis makanan yang penting tetapi kurang dalamdiet normal pada golongan rawan
(balita, bumil dan ibu menyusui) contohnya makanan tambahan pemulihan untuk
balita gizi buruk dangizi kurang (Setiarini, A. 2008).
d. Suplementasi zat gizi mikro
Kekurangan zat gizi mikro merupakan penyebab timbulnya masalahgizi dan
kesehatan disebagian besar wilayah Indonesia. Prevalensianemia pada ibu keluarga
miskin masih tinggi yaitu 20-30%, disertaiasupan vitamin A yang sangat rendah.
Kekurangan vitamin A,yodium, Zn dan zat besi mengakibatkan angka kesakitan,
angkakematian, hambatan pertumbuhan, kerusakan sel otak dan rendahnyatingkat
intelegensia dan kinerja pada anak-anak maupun dewasa(Sutrisno, 2006). Untuk
mengatasi hal ini perlu dilakukan suplemenzat gizi mikro seperti vitamin dan mineral,
contohnya pemberiankapsul vitamin A untuk balita, pemberian Fe untuk bumil,
pemberiankapsul yodium untuk wanita usia subur (WUS), anak sekolah(Arisman,
2004).Sedangkan usaha secara tidak langsung untuk penanggulangan
masalah gizi dapat dilakukan beberapa hal, yaitu:
a. Peningkatan program kesehatan
Salah satu program kesehatan adalah pendidikan gizi. Pendidikangizi merupakan
suatu usaha mengarahkan beberapa systemkomunikasi yang mengajari masyarakat
untuk menggunakansumber-sumber makanan yang lebih baik (Setiarini, A. 2008).
b. Peningkatan pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga sangat mempengaruhi kemampuan untukmemenuhi kebutuhan
konsumsi makanan dalam keluarga danpenganekaragaman sumber bahan makanan.
Usaha yang dapatdilakukan untuk meningkatkan pendapatan keluarga
adalahmembuka kesempatan kerja yang bisa menghasilkan uang olehpemerintah
ataupun pihak swasta.
c. Pengendalian harga pangan
Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan sangatdipengaruhi oleh harga
bahan makanan di pasaran (Apriadji, 1986).Pada saat ini harga kebutuhan pokok terus
bergejolak sehinggapemerintah harus melakukan intervensi pasar untuk menekan
harga.Ini bisa dilakukan melalui pengendalian terarah dengan caramelakukan subsidi
pangan yang harus ditingkatkan agar bahanpangan terjangkau oleh daya beli
masyarakat sehingga rakyat miskindan petani bisa memenuhi kebutuhan pokok.
Beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh beberapapeneliti
diantaranya Sihadi, Sudjasmin, Suhartato dan Latifah (2000), yangmelakukan
penelitian pada anak gizi buruk yang diberikan PMT selama 6bulan di Klinik Gizi
Bogor. Hasil yang didapatkan adalah sebanyak 33,1 %tetap menjadi status gizi buruk,
63,9 % berstatus gizi kurang dan 3 % menjadigizi baik. Sedangkan Linda (2000) di
dalam Sihadi dkk (2000), meneliti anakkurang energy protein (KEP) kurang dari 2
tahun yang diberikan PMT selama90 hari di Puskesmas Samalanga, Aceh Utara,
hasilnya 41 % anak KEPmenjadi gizi baik. Penelitian lain seperti yang telah
dilakukan oleh Mualim,K, (2001) di Temanggung terhadap balita KEP berat, setelah
diberikan PMTPterjadi peningkatan ke KEP sedang 59.5%, tepat KEP berat 13.5%,
danmenjadi status gizi baik 27%.
C. Evaluasi
1. Ruang Lingkup Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan lebih lanjut dari kegiatan pengukuran dan
pengembangan indikator, oleh karena itu dalam melakukan evaluasiharus
berpedoman pada ukuran-ukuran dan indikator yang telah disepakati dan telah
ditetapkan. Evaluasi juga merupakan suatu prosesumpan balik atas kinerja masa lalu
yang berguna untuk meningkatkanproduktivitas dimasa datang, sebagai suatu proses
yang berkelanjutan, evaluasi menyediakan informasi mengenai kinerja dalam
hubungannyaterhadap tujuan dan sasaran (Notoatmodjo, 2003).
2. Tujuan Evaluasi
Menurut Mubarak dkk (2009), Evaluasi memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Membantu perencanaan dimasa yang akan datang.
b. Mengetahui apakah sarana yang tersedia dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
c. Menentukan kelemahan dan kekuatan program, baik dari segi teknis maupun
administrative yang selanjutnya diadakan perbaikanperbaikan.
d. Membantu menentukan strategi, artinya mengevaluasi apakah carayang telah
dilaksanakan dapat dilanjutkan atau perlu adanyaperubahan.
e. Mendapat dukungan dari sponsor berupa dukungan moral maupunmaterial.
f. Motivator, keberhasilan program akan memberikan kepuasan danmendorong
kinerja.
3. Dinamika Evaluasi
Salah satu cirri evaluasi adalah sebagai suatu proses yang berkesinambungan, maka
dengan sendirinya disamping mempunyai cirriciriyang khas juga mencerminkan sifat
kedinamisan dengan caramembedakan : input, proses dan output. Pada sisi input,
evaluasipengembangan personil sangat penting untuk melihat kebutuhan
sesuaidengan keterampilan yang diharapkan, sehingga dapat
dikembangkanpengawasan yang mendukung pada organisasi logistik serta
mekanismependukung lainnya. Sebagai suatu langkah awal yang penting dalam
sisiinput adalah evaluasi terhadap penetapan tujuan, dikaitkan dengan visidan misi
program atau organisasi, serta penetapan sasaran program itusendiri (Azwar, A.
1996).
Pada sisi proses adalah untuk mengarahkan sumberdaya agarmenghasilkan pelayanan
yang diinginkan yang juga harus dievaluasi.Aspek proses evaluasi dapat
diikutsertakan sebagai input sumberdaya,atau dipandang sebagai proses output, akan
tetapi harus diidentifikasisecara terpisah untuk membedakan kapasitas tindakan dari
penggunaannyata dari kapasitas tersebut. Output merupakan hasil pelayanan yang
memberi dampak yang berbeda-beda terhadap status kesehatan (Mubarakdkk. 2009).
4. Metode Evaluasi
Berdasarkan waktunya menurut Mubarak dkk, (2009), evaluasi dapat dilakukan :
a. Evaluasi rutin (Concurrent Evaluation). Evaluasi dilakukan sejak awal bersaman
dengan pelaksanaan program itu sendiri, meliputisemua aspek program, termasuk
reaksi masyarakat terhadap programtersebut.
b. Evaluasi berkala (Periodical evaluation) yaitu evaluasi yangdilakukan pada setiap
akhir dari suatu bagian tertentu dari program,seperti setiap enem bulan, satu tahun
dan lain-lain.
c. Evaluasi akhir (Terminal evaluation) yaitu penilaian yang dilakukanpada akhir
suatu program atau beberapa waktu setelah akhir suatuprogram. Jadi ini merupakan
penilaian atau evaluasi terhadappencapaian tujuan akhir.
5. Ukuran Evaluasi
Kegiatan dalam evaluasi, dimensi pengukuran kinerjanya harus ditentukan dengan
jelas, yaitu meliputi ketepatan dan kesesuaian,efektifitas dan efisiensi, serta
pertimbangan keadilan. Ketepatan dankesesuaian memandang kinerja dengan apakah
tindakan-tindakan yangdiambil sudah sesuai dengan permasalahan yang ada,
sehingga tidakterjadi pemborosan sumber daya yang terbatas tersebut. Dengan
menggunakan asumsikan ketepatan, maka program yangdipertimbangkan ukurannya
dan cakupannya cukup untuk membuatsuatu perbedaan yang berarti. Ukuran-ukuran
efektifitas dan efisiensi merupakan alat utama dasarevaluasi program. Efektifitas
diartikan sebagai penyelesaian suatuprogram dalam kaitannya dengan kebutuhan atau
perhatian. Sedangkanefisiensi dan efektifitas biaya adalah sering kali berhubungan
denganhasil terhadap input (rasio output terhadap input). Ukuran keadilan, akan
merupakan tambahan kepentingan dalam
evaluasi program kesehatan. Pendapat ini telah berkembang secarasejajar dengan
ukuran efektifitas dan efisiensi. Secara operasional ukurankeadilan menciptakan
pertimbangan dalam efisiensi biaya dengandemikian program kesehatan sedapat
mungkin melakukan keadilanterhadap pelayanan bagi populasi yang mampu secara
ekonomi denganpopulasi yang kurang mampu secara ekonomi (Mubarak dkk, 2009).
6. Evaluasi status gizi
Evaluasi status gizi, dilakukan setelah suatu program intervensi gizi secara langsung
telah dilaksanakan. Evaluasi ini dapat dilaksanakandengan cara penilaian status gizi
secara langsung maupun secara tidaklangsung seperti saat penilaian awal status gizi.
Namun dalam halpenelitian ini, tidak semua metode penilaian status gizi
dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai