Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

PENYAKIT JANTUNG TIROID KARENA STRUMA DIFUSA TOKSIK

Disusun oleh:

MARCHA FERRA YULENDA

(011.06.0019)

Pembimbing :

dr. Zakiah, Sp.Pd

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. R. SOEDJONO SELONG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM

2016

KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN
Penyakit tiroid didapatkan pada sekitar 15% populasi, terutama pada perempuan dewasa.
Dalam kondisi normal, hormon tiroid memberikan efek terhadap kekuatan kontraktilitas
jantung; sel otot jantung atau kardiomiosit mengalami perubahan struktural dan fungsional
akibat efek hormon tiroid. Pada penyakit tiroid, baik hipertiroidisme maupun hipotiroidisme,
terjadi kelainan patologis pada jantung yang disebut penyakit jantung tiroid. Gangguan irama
jantung, hipertrofi ventrikel kiri, dan gagal jantung merupakan efek patologis hormon tiroid
pada jantung.

BAB II

PEMBAHASAN
1. Struma
1.1 Definisi Struma

Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan
fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. (K.Rismandi,2010)

Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang
dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior
medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke
dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi
kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan
pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka
akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai
kesulitan bernapas dan disfagia.

2.1 Anatomi Kelenjar Tirod

Kelenjar tiroid/gondok terletak di bagian bawah leher, kelenjar ini memiliki


dua bagian lobus yang dihubungkan oleh ismus yang masing-masing berbetuk
lonjong berukuran panjang 2,5-5 cm, lebar 1,5 cm, tebal 1-1,5 cm dan berkisar 10-20
gram. Kelenjar tiroid sangat penting untuk mengatur metabolisme dan bertanggung
jawab atas normalnya kerja setiap sel tubuh. Kelenjar ini memproduksi hormon
tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dan menyalurkan hormon tersebut ke dalam
aliran darah. Terdapat 4 atom yodium di setiap molekul T4 dan 3 atom yodium pada
setiap molekul T3. Hormon tersebut dikendalikan oleh kadar hormon perangsang
tiroid TSH (thyroid stimulating hormone) yang dihasilkan oleh lobus anterior
kelenjar hipofisis. Yodium adalah bahan dasar pembentukan hormon T3 dan T4
yang diperoleh dari makanan dan minuman yang mengandung yodium

3.1 Fisiologi Kelenjar Tiroid

Hormon tiroid memiliki efek pada


pertumbuhan sel, perkembangan dan metabolisme energi. Selain itu hormon tiroid
mempengaruhi pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan energi, mengatur kecepatan
metabolisme tubuh dan reaksi metabolik, menambah sintesis asam ribonukleat (RNA),
menambah produksi panas, absorpsi intestinal terhadap glukosa,merangsang pertumbuhan
somatis dan berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat. Tidak adanya hormon-
hormon ini, membuat retardasi mental dan kematangan neurologik timbul pada saat lahir dan
bayi. Secara fisiologis kelenjar tiroid ini berfungsi menghasilkan hormon tiroid yaitu
triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4), dimana kelenjar tiroid ini awalnya mendapatkan sinyal
dari Thyroid Stimulating Hormon (TSH) dari hipofisis, dimana hipofisis mendapatkan sinyal
dari hipotalamus melalui Thyroid Releasing Hormon (TRH).

Gambar 2. Fisologis kelenjar tiroid


Selanjutnya TSH ini disalurkan ke kelenjar tiroid melalui pembuluh darah, dan
kelenjar tiroid ini akan merespon sinyal dari TSH yang diterima dengan mengambil
yodium yang berasal dari makanan yang telah diserap oleh tubuh dan beredar di
dalam darah. T3 dan T4 yang disekresi dari kelenjar tiroid ini akan beredar didalam
darah yang terikat dengan protein Tiroksin Binding Globulin (TBG), dimana T3 ini
lebih aktif daripada T4 di level sel, sedangkan T4 akan diaktifkan menjadi T3
melalui proses pengeluaran di hati dan ginjal. T3 dan T4 yang beredar di dalam
darah tersebut akan memberikan efek terhadap tubuh antara lain : Meningkatkan
Cardiac Output (CO) jantung, meningkatkan inotropik dan kronotropik jantung
sehingga meningkatkan jumlah dan afinitas reseptor -adrenergik serta
meningkatkan kontraksi otot jantung, membantu pertumbuhan normal dan
perkembangan tulang, mempercepat regenerasi tulang, membantu perkembangan sel
saraf, meningkatkan metabolism dan konsumsi oksigen (O2) jaringan kecuali otak
orang dewasa, testis, limpa, uterus, kelenjar limfe, hipofisis anterior, meningkatkan
suhu tubuh, meningkatkan gerak peristaltik usus ; lambung, meningkatkan
penerimaan sel terhadap hormon katekolamin (epinefrin dan norepinefrin),
meningkatkan eritropoeisis serta produksi eritropoetin, meningkatkan Turn-over
pada neuromuscular sehingga terjadi hiperrefleksi dan miopati serta metabolisme
hormon dan farmakologik
4.1 Patogenesis Struma

Struma terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat


pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula penghambatan
dalam pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal tersebut memungkinkan
hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan. TSH kemudian
menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam jumlah yang besar
(kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama makin bertambah besar.
Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4 dan
T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat bertambah berat
sekitar 300-500 gram.

Selain itu struma dapat disebabkan kelainan metabolik kongenital yang


menghambat sintesa hormon tiroid, penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia
(goitrogenic agent), proses peradangan atau gangguan autoimun seperti penyakit
Graves. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasma dan
penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-obatan misalnya thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium, gangguan metabolik misalnya struma kolid dan struma non
toksik (struma endemik).

5.1 Klasifikasi Struma Berdasarkan Klinisnya

Secara klinis pemeriksaan klinis struma toksik dapat dibedakan menjadi


sebagai berikut :

a. Struma Toksik

Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan
struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan
bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain.
Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan
benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler
toksik).

Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena


jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmicgoiter),
bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara hipertiroidisme
lainnya. Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap
selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam
sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid
hiperaktif.

Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan


pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai
hasil pengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan
mencegah pembentukyna.
Apabila gejala gejala hipertiroidisme bertambah berat dan mengancam jiwa
penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik adanya rasa khawatir
yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit berbicara dan menelan, koma dan
dapat meninggal.

b. Struma Non Toksik

Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma
ini disebut sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering
ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan
goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.

Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka


pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda
hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya
tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadimultinodular
pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan karena tidak ada
hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat karena keluhan
kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh adanya
gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas),
biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul.

Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya
endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan
seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang
diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI
adalah endemis ringan prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemik sedang 20
% - 29 % dan endemik berat di atas 30 %

PENYAKIT JANTUNG TIROID

Definisi

Penyakit Jantung Tiroid adalah suatu keadaan kelainan pada jantung akibat pengaruh tiroid
atau terjadinya keadaan peningkatan kadar hormon tiroksin bebas dalam sirkulasi darah.

Patofisologi

Hormon tiroid sangat mempengaruhi sistem kardiovaskular dengan beberapa


mekanisme baik secara langsung maupun secara tak langsung. Hormon tiroid
meningkatkan metabolisme tubuh total dan konsumsi oksigen yang secara tidak
langsung meningkatkan beban kerja jantung. Mekanisme secara pasti belum
diketahui, hormon tiroid menyebabkan efek inotropik, kronotropik, dan dromotropik,
yang mirip dengan efek stimulasi adrenergic (takikardia, peningkatan cardiac output).
Hormone tiroid meningkatkan sintesis myosin dan Na+ , K +-ATPase, mirip seperti
pada reseptor beta-adrenergik miokard.
Tiroid mensekresi 2 macam hormon biologis aktif yaitu tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3). Jika terjadi kelebihan produksi hormon tiroid ini akan
mengakibatkan meningkatnya kegiatan metabolism rata-rata yang mengakibatkan
meningkatnya kebutuhan oksigen, meningkatnya termogenesis jaringan kemudian
terjadi peningkatan volume darah yang akan diikuti peningkatan inotropik dan
kronotropik kardiak dan akhirnya menimbulkan peningkatan cardiac output.

Tabel1. Efek hormon tiroid terhadap sistem kardiovaskular.

Pengaruh langsung Pengaruh tak langsung

Regulasi gen-gen spesifik jantung Aktivitas adrenergic meningkat

Regulasi ekspresi reseptor hormon tiroid Meningkatkan kerja jantung

Kontraktilitas otot jantung meningkat Hipertrofi jantung

Penurunan resistensi pembuluh darah perifer Curah jantung meningkat

Sumber: Thyroid Hormon and Cardiovascular Disease, URL address:


http://www.medscape.com/mosby/amheartj/1999/vl35 nO2/ahil352.02.gomb.html

MEKANISME PENYAKIT JANTUNG TIROID KARENA STRUMA DIFUSA TOKSIK

Graves disease adalah bentuk umum dari tirotoksikosis. Penyakit Graves terjadi akibat
antibodi reseptor TSH (Thyroid Stimulating Hormone) yang merangsangsang aktivitas tiroid
itu sendiri (Mansjoer, 2001).

Diagnosa Penyakit Hipertiroid


Manifestasi klinis
Penyakit hipertiroid dapat memberikan manifestasi klinis bermacam-macam yang tergantung
dari etiologi hipertiroid, yang mempengaruhi dari fungsikerja jantung, tekanan darah,
metabolisme tubuh, ekskresi melalui ginjal, sistem gastrointestinal serta otot dan lemak,
sistem hematopoetik 3,4,8,9,18:
Jantung dan vaskular
Manifestasi klinis yang terjadi akibat penyakit hipertiroid ini lebih banyak mempengaruhi
fungsi kerja jantung, dimana jantung dipacu untuk bekerja lebih cepat sehingga
mengakibatkan otot jantung berkontraksi lebih cepat karena efek ionotropik yang langsung
dari hormon tiroid yang keluar secara berlebihan sehingga meningkatkan rasio ekspesi rantai
panjang : , dengan otot jantung berkontraksi lebih cepat juga mengakibatkan cardiac
output yang dihasilkan menurun dan meningkatkan tekanan darah, iktus kordis terlihat jelas,
kardiomegali, bising sitolik serta denyut nadi. Pada hipertiroid dapat mennyebabkan kelainan
jantung seperti prolaps katup mitral yang sering terjadi pada penyakit Graves or Hashimoto,
dibandingkan populasi normal. Aritmia jantung hampir tanpa terkecuali supraventricular,
khusunya pada penderita muda. Antara 2 % dan 20% penderita dengan hipertiroid dengan
atrial fibrilasi, dan 15 % penderita dengan atrial fibrilasi tidak terjelaskan. Atrial fibrilasi
menurunkan effisiensi respon jantung untuk meningkatkan kebutuhan sirkulasi dan dapat
menyebabkan gagal jantung.
Tabel1. Efek hormon tiroid terhadap sistem kardiovaskular.

Pengaruh langsung Pengaruh tak langsung

Regulasi gen-gen spesifik jantung Aktivitas adrenergic meningkat

Regulasi ekspresi reseptor hormon tiroid Meningkatkan kerja jantung

Kontraktilitas otot jantung meningkat Hipertrofi jantung

Penurunan resistensi pembuluh darah perifer Curah jantung meningkat

Sumber: Thyroid Hormon and Cardiovascular Disease, URL address:


http://www.medscape.com/mosby/amheartj/1999/vl35 nO2/ahil352.02.gomb.html

Ginjal.
Hipertiroid tidak menimbulkan symptom yang dapat dijadikan acuan terhadap traktus urinaria
kecuali polyuria sedang. Meskipun aliran darah ginjal, filtrasi glomerulus, dan reabsorbsi
tubulus serta sekretori maxima meningkat. Total pertukaran potassium menurun karena
penurunan massa tubuh.
Metabolisme tubuh
Penyakit hipertiroid ini meningkatkan metabolisme jaringan, yang menyebabkan peningkatan
venous return akibat meningkatnya metabolisme jaringan yang kemudian mempengaruhi
vasodilatasi perifer dan arteriovenous shunt. Dengan terjadinya peningkatan vasodilatasi
perifer dan arteriovenous shunt maka darah yang terkumpul semakin bertambah sehingga
venous return ke jantung akan meningkat, disamping itu vasodilatasi perifer yang terjadi juga
meningkatkan penguapan sehingga pengeluaran keringat bertambah.
Sistem gastrointestinal
Hipertiroid juga meningkatkan absorbsi karbohidrat tetapi hal ini tidak sebanding dengan
penyimpanan karbohidrat karena metabolisme pada hipertiroid meningkat sehingga simpanan
karbohidrat berkurang dan lebih banyak dipakai dan juga meningkatkan motilitas usus, yang
kemudian mengakibatkan pasien hipertiroid mengalami hiperfagi dan hiperdefekasi.
Otot dan lemak
Pada pasien hipertiroid secara fisik mengalami penurunan berat badan dan tampak kurus
karena hal ini disebabkan peningkatan metabolisme jaringan dimana simpanan glukosa
beserta glukosa yang baru diabsorbsi digunakan untuk menghasilkan energi yang akibatnya
terjadi pengurangan massa otot. Hal ini juga terjadi pada jaringan adiposa/lemak yang juga
mengalami lipolisis dimana simpanan lemak juga akan dimetabolisme untuk menghasilkan
energi. Dan bila simpanan glukosa dan lemak ini berkurang maka tubuh akan memetabolisme
protein yang tersimpan di dalam otot sehingga massa otot akan semakin berkurang. Sehingga
pada otot akan terjadi kelemahan dan kelelahan yang tidak dapat dihubungkan dengan bukti
penyakit secara objektif.
Hemopoetik
Pada hipertiroid menyebabkan peningkatan eritropoiesis dan eritropoetin karena kebutuhan
akan oksigen meningkat. Hal ini disebabkan karena peningkatan metabolisme tubuh pada
hipertiroid.
Sistem Respirasi
Dyspnea biasanya terjadi pada hipertiroid berat dan faktor pemberat juga ikut dalam kondisi
ini. Kapasitas vital biasanya tereduksi kareana kelemahan otot respirasi. Selama aktivitas,
ventilasi meningkat untuk memenuhi pemenuhan oksigen yang meningkat, tapi kapasitas
difus paru normal.
PENGARUH LANGSUNG HORMON TIROID TERHADAP SISTEM
KARDIOVASKULAR

Pengaruh langsung hormon tiroid pada umumnya akibat pengaruh T3 yang berikatan
dengan reseptor pada inti sel yang mengatur ekspresi dari gen-gen yang responsive terhadap
hormon tiroid, dengan kata lain bahwa perubahan fungsi jantung dimediasi oleh regulasi T3
gen spesifik jantung. Terdapat dua jenis gen reseptor T3, yaitu alfa dan beta, dengan paling
sedikit dua mRNA untuk tiap gen, yaitu alfa-1 dan alfa-2, serta beta-1 dan beta-2. T3 juga
bekerja pada ekstranuklear melalui peningkatan sintesis protein.6 Berikut ini penjelasan
mengenai pengaruh langsung hormon tiroid terhadap system kardiovaskular.
1. T3 mengatur ge-gen spesifik jantung
Pemberian T3 pada hewan meningkatkan kontraktilitas otot jantung menalui stimulasi
sintesis fast myosin heavy chain dan menghambat penampakan slow beta
isoform.Pada ventrikel jantung manusia, sebagain besar terdiri dari myosin heavy
chain, sehingga T3 tidak mempengaruhi perubahan pada myosin.Peningkatan
kontraktilitas pada manusia sebagian besar merupakan hasil dari peningkatan ekspresi
retikulu sarkoplasma Ca2+ATPase, meskipun sebagian besar juga oleh beta isoform.

2. T3 mengatur ekspresi reseptor yang peka hormon tiroid (pada hewan percobaan)
T3 menyebabkan peningkatan retikulum sarkoplasma Ca2+ATPase dan penurunan
kerja Ca2+ATPase regulatory protein. T3 juga mengatur Na-K ATPasejantung, enzim
malat, faktor natriuretik atrial, Ca channels, dan reseptor beta-adrenergik.

3. Hormon tiroid meningkatkan kontraktilitas otot jantung


Hormon tiroid akan menstimulasi kerja jantung dengan mempengaruhi fungsi
ventrikel, melalui peningkatan sintesis protein kontraktil jantung atau peningkatan
fingsi dari reticulum sarkoplasma Ca-ATPase sehingga pada pasien hipertiroid akan
didapati jantung yang hipertrofi.8

4. Hormon tiroid menyebabkan penurunan resistensi pembuluh darah perifer


T3 mungkin mempengaruhi aliran natrium dan kalium pada sel otot polos sehingga
menyebabkan penurunan kontraktilitas otot polos dan tonus pembuluh darah
arteriole.6

PENGARUH TIDAK LANGSUNG HORMON TIROID TERHADAP SISTEM


KARDIOVASKULAR

Keadaan hipermetabolisme dan peningkatan produksi panas tubuh akibat pengaruh


hormon tiroid secara tidak langsung akan mempengaruhi system kardiovaskuler dengan
adanya suatu kompensasi, antara lain:

1. Hormon tiroid meningkatkan aktivitas sistem simpatoadrenal


Pasien hipertiroid memiliki gejala klinik yang mirip dengan keadaan hiperadrenergik,
sebaliknya hipotiroid menggambarkan keadaan berupa penurunan tonus simpatis. Pada
hipertiroid terjadi peningkatan kadar atau afinitas beta-reseptor, inotropik respon isoprotrenol
dan norepinefrin.8 Banyak penelitian menyimpulkan bahwa hormon tiroid berinteraksi
dengan katekolamin dimana pada pasien-pasien hipertiroid terdapat peningkatan sensitivitas
terhadap kerja katekolamin dan pada pasien yang hipotiroidterjadi penurunan sensitivitas
terhadap katekolamin.6 Hal ini terbukti dari kadar katekolamin pada pasien-pasien hipertiroid
justru menurun atau normal sedangkan pada pasien hipotiroid cenderung meningkat. Hormon
tiroid dapat meningkatkan jumlah reseptor beta adrenergik dan sensitivitasnya. Hormon tiroid
juga meningkatkan jumlah subunit stimulasi pada guanosin triphospate-binding protein
sehingga terjadi peningkatan respon adrenergic.9 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pada pasien hipotiroid, reseptor beta-adrenergik berkurang jumlah dan aktifitasnya, terlihat
dari respon yang melambat dari plasma cAMP terhadap epinefrin. Respon cAMP terhadap
glukagon dan hormon paratiroid juga menurun, dengan demikian tampak penurunan aktivitas
adrenergic pada pasien hipotiroid.Pada rat atria yang berasal dari hipotiroid binatang terjadi
peningkatan reseptor alfa dan penurunran reseptor beta. Tetapi sebenarnya pada manusia,
peningkatan respon simpatis akibat hormon tiroid masih sulit dibuktikan.4

2. Kerja jantung meningkat


Peningkatan isi sekuncup dan denyut jantung meningkatkan curah jantung.

3. Hipertrofi otot jantung akibat kerja jantung yang meningkat.


Pada model eksperimen pada hewan-hewan dengan hipertiroid dalam satu minggu pemberian
T4 terlihat pembesaran jantung pada ukuran ventrikel kiri lebih kurang 135% disbanding
control.Hal ini mungkin karena hormon tiroid meningkatkan protein sintesis.Untuk
membuktikan hal ini, Klein memberikan propanolol dengan T4 pada hewan percobaan,
dimana propanolol berperan mencegah peningkatan denyut jantung dan respon hipertrofi.Dari
hasil penelitian Klein dan Hong terlihat bahwa hewan percobaan tanpa peningkatan
hemodinamik, tidak didapat hipertrofi jantung.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
hormon tiroid tidak secara langsung menyebabkan penyatuan asam amino dan tidak ada efek
yang dapt diukur pada sintesis protein kontraktil otot jantung. Jadi, yang menyebabkan
hipertrofi adalah peningkatan kerja jantung itu sendiri.

4. Penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan peningkatan volume darah.


Hormon tiroid menyebabkan penurunan resistensi pembuluh darah perifer. Beberapa peneliti
mengatakan bahwa hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolisme dan konsumsi oksigen
sehingga menyebabkan rendahnya resistensi vascular sistemik sehingga menurunkan tekanan
diastolic darah yang mengakibatkan peningkatan curah jantung.
Kelainan Jantung Akibat Hipertiroid
Kelainan jantung yang dapat ditimbulkan oleh hipertiroid. Dan berikut jenis-jenis dari
kelainan jantung :
a. Regurgitasi Mitral (Mitral Regurgitation/MR)
Regurgitasi mitral ialah keadaan dimana aliran darah balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri
pada waktu sistolik jantung akibat tidak menutupnya katup mitral secara sempurna.
Regurgitasi mitral dibagi menjadi dua yaitu regurgitasi mitral akut dan kronik. Gambaran
ekokardiografi pada MR, dengan color flow Doppler menunjukkan adanya pembesaran
atrium kiri, dan ventrikel kiri biasanya hiperdinamik. Sedangkan dengan quided M-mode
dapat diukur besar ventrikel kiri, massa ventrikel kiri, tekanan dinding ventrikel, fraksi ejeksi
juga dapat diestimasi 15.
b. Regurgitasi Trikuspid (Tricuspid Regurgitation/TR)
Regurgitasi tricuspid adalah aliran darah balik dari ventrikel kanan ke atrium kanan akibat
adanya ketidaksempurnaan penutupan dari katup tricuspid. Regurgitasi tricuspid disebabkan
oleh penyakit jantung reumatik, bukan reumatik antara lain endocarditis, anomaly Ebstein,
trauma, arthritis rheumatoid, radiasi, kongenital, dan sebagainya, hipertiroidisme, aneurisma
sinus valsava, endocarditis Loeffler 16.
c. Kardiomiopati
Kelainan jantung ini merupakan kelainan jantung yang khusus karena langsung mengenai
otot jantung atau miokardium yang disebabkan bukan dari akibat penyakit pericardium,
hipertensi, koroner, kelainan kongenital, atau kelainan katup. Kardiomiopati dibagi menjadi
tiga macam yaitu kardiomiopati dilatasi, kardiomiopati hipertrofik, kardiomiopati restriktif.
Dan kardiomiopati dilatasi merupakan kardiomiopati yang banyak ditemukan, dan etiologi
kardiomiopati ini belum diketahui pasti dan adapun kardiomiopati yang disebabkan karena
alcohol, kehamilan, penyakit tiroid, kokain, takikardia kronik tidak terkontrol, dikatakan
kardiomiopati ini bersifat reversibel. 17
d. Gagal Jantung ( Heart Failure)
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan sesak nafas dan fatik (saat
istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal
jantung dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu 1). Gagal jantung sistolik dan gagal jantung
diastolik, gagal jantung jenis ini disebabkan oleh karena ketidakmampuan kontraksi jantung
untuk memompa sehingga curah jantung menurun dan menyebabkan kelemahan, fatik,
hipoperfusi dan aktivitas menurun (gagal jantung sistolik) dan gangguan relaksasi dan
gangguan pengisian ventrikel (gagal jantung diastolik). 2). Gagal jantung Low output
disebabkan oleh kardiomiopati dilatasi, kelainan katup dan pericardium dan gagal jantung
High output disebabkan hipertiroid, anemia, kehamilan, fistula A-V, beri-beri, dan penyakit
paget. 3). Gagal jantung akut disebabkan oleh kelainan katup secara tiba-tiba akibat
endocarditis, trauma, atau infark miokard luas, sedangkan gagal jantung kronik disebabkan
oleh kelainan multivalvular yang terjadi secara perlahan-lahan. 4). Gagal jantung kanan dan
kiri, bila gagal jantung kiri akibat kelemahan ventrikel kiri dan meningkatkan tekanan vena
pulmonalis dan paru menyebabkan pasien sesak nafas dan ortopneu. Sedangkan gagal jantung
kanan disebabkan oleh karena kelemahan ventrikel kanan sehingga terjadi kongesti vena
sistemik.14
e. Prolaps Katup Mitral (Mitral Valve Prolaps/MVP)
MVP dapat terjadi dalam kondisi primer tanpa ada kaitan dengan penyakit lain dan bisa
familial atau non familial. Tetapi MVP juga bisa disebabkan secara sekunder yang
berhubungan dengan penyakit lain, seperti Sindrom Ehlers-Danlos, osteogenesis imperfacta,
pseudoxanthoma elasticum, periarteritis nodosa, myotonic dystrophy, penyakit von
Wildebrand, hipertiroid, dan malformasi kongenital. Simptoms yang didapatkan pada MVP
yaitu kelelahan, palpitasi, postural orthostasis, dan kecemasan serta simptoms
neruropsikiatrik lainnya. Penderita bisa mengeluh sinkop, presinkop, palpitasi,
ketidaknyamanan dada, dan saat MR berat. Ketidaknyamanan dada mungkin karena angina
pectoris typical tapi kadang banyak atypical yang terjadi lama, tetapi tidak jelas hubungannya
dengan pengerahan tenaga. Pada penderita MVP dan MR berat dijumpai simptoms seperti
lelah, dyspnea, dan keterbatasan aktivitas. Dan MVP juga dapar menimbulkan gejala
arritmia.19
f. Atrial Fibrilasi
Atrial fibrilasi yaitu aritmia yang dikarakteristikan dengan gangguan depolarisasi atrial tanpa
kontraksi atrial yang efektif. Manifestasi tirotoksikosis bisa dipertimbangkan pada pasien
dengan onset atrial fibrilasi yang lama. Prevalensi atrial fibrilasi pada hipertiroid yaitu 13,8
persen. Simptom atrial fibrilasi ditentukan oleh multifaktor termasuk dibawah normal status
jantung, kecepatan ventrikel yang sangat cepat dan irregular, dan kehilangan kontraksi
atrial.12
g. Sinus Takikardi
Takikardi pada dewasa ditetapkan 100 kali/menit. Sinus takikardi umumnya onsetnya
berangsur-angsur dan berakhir. Sinus takikardi yaitu reaksi fisiologis atau patofisiologi stress,
seperti demam, hipotensi, tirotoksikosis, anemia, kecemasan, exersi, hipovolemia, emboli
pulmonal, iskemi miokardia, gagal jantung kongestif atau shock.12
Pengaruh Hipertiroid Terhadap Struktur dan Fungsi Jantung
Hasil analisis data pasien hipertiroid menunjukkan bahwa pasien hipertiroid yang mengalami
kelainan jantung sebanyak 14 pasien dari 136 pasien hipertiroid yang diambil datanya. Dari
uji hipotesis hipertiroid dapat menimbulkan kelainan jantung yang dianalisis dengan uji
hipotesis chi-square menghasilkan p=0,531 yang berarti ada perbedaan tapi tidak bermakna
dari hipertiroid graves dan hipertiroid non graves dalam menimbulkan kelainan jantung.
Menurut kepustakaan, hipertiroid disebabkan oleh pengeluaran berlebihan produksi T4 dan
T3, dimana T4 dan T3 ini memacu kerja saraf simpatis salah satunya meningkatkan kontraksi
otot jantung sehingga cardiac output, tekanan darah dan denyut nadi meningkat, selain efek
pada jantung juga berefek dengan menurunnya berat badan, hiperfagi, berkeringat berlebih
karena hipermetabolisme, dan lain-lain, sehingga dilakukan pemeriksaan fisik dan
laboratorium TSH, FT4, T4, dan T3 untuk mendiagnosis hipertiroid, dan keadaan hipertiroid
ini diberikan terapi obat anti tiroid sehingga hipertiroid tidak menyebabkan kelainan jantung,
karena untuk menimbulkan kelainan jantung dipengaruhi waktu menderita hipertiroid,
pemeriksaan fisik dan laboratorium, pengobatan.
Kelainan jantung yang didapatkan dari pasien hipertiroid menunjukkan bahwa kelainan katup
paling banyak terjadi yaitu regurgitasi mitral, regurgitasi trikuspid, regurgitasi aorta, prolapse
katup mitral. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kumei
Kage di Jepang yang menyatakan bahwa insidensi dan prevalensi regurgitasi mitral,
regurgitasi trikuspid, regurgitasi mitral + regurgitasi trikuspid, dan prolaps katup mitral lebih
tinggi pada kelompok pasien Graves Disesase (GD).

EFEK MOLEKULER HORMON TIROID


PADA JANTUNG

Pengaruh hormon tiroid pada fungsi fisiologis jantung sangat dipengaruhi oleh kadar serum
T3. Hal ini karena jantung tidak mempunyai aktivitas 5-monodeiodinase, sehingga ambilan
T3 dari peredaran darah merupakan sumber hormon tiroid utama pada kardiomiosit ; T3
bekerja pada kardiomiosit secara genomik dan non-genomik. T3 bekerja secara genomik
melalui ikatan dengan TR yang terletak dalam nukleus kardiomiosit. Aktivasi kompleks TR-
RXR-TRE oleh T3 meningkatkan proses transkripsi dan ekspresi gen-gen yang menyandi
proteinprotein struktural dan pengatur beserta enzim-enzim penting dalam kardiomiosit.

Gen-gen pada kardiomiosit yang ekspresinya dipengaruhi oleh kompleks T3-TR-RXR-TRE


dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis. Jenis pertama adalah gen yang diatur secara positif
yaitu gen-gen yang mengalami peningkatan aktivitas transkripsi akibat T3. Gen ini antara lain
gen alfa-miosin rantai berat, Ca2+-ATPase retikulum sarkoplasma, Na+-K+-ATPase,
reseptor adrenergik beta-1, atrial natriuretic hormone (ANP), dan voltage-gated potassium
channels. Gen alfa-miosin rantai berat menyandi protein kontraktil rantai berat alfamiosin
yang merupakan serabut otot tipe cepat dalam i lamen tebal pada kardiomiosit.1,5 Gen Ca
2+-ATPase retikulum sarkoplasma menjadi protein SERCa2 dalam membran retikulum
sarkoplasma, yang mengatur ambilan kalsium dari sitoplasma ke dalam retikulum
sarkoplasma selama fase diastolik jantung. Ambilan kalsium ini menurunkan kadar kalsium
dalam sitoplasma yang penting dalam memperlama fase diastolik. Kedua gen tersebut
berperan dalam pengaturan fungsi sistolik dan diastolik jantung. Gen Na+/K+-ATPase dan
voltage-gated potassium channels mengatur respons elektrik dan kimiawi kardiomiosit.

T3 meningkatkan ekspresi protein pengatur transportasi ion tersebut yang berperan dalam
menghantarkan aktivitas elektrik kardiomiosit. Gen reseptor adrenergik beta-1 menyandi
protein reseptor beta-1 pada membran plasma kardiomiosit, yang berfungsi sebagai
penghantar responsrespons jantung terhadap pacuan simpatis dan adrenergik.

Ekspresi reseptor beta-1 mengalami peningkatan akibat pengaruh T3. Jenis kedua adalah gen
yang diatur secara negatif, yaitu gen-gen yang mengalami penurunan aktivitas transkripsi
akibat T3. Gen ini antara lain gen beta-miosin rantai berat, fosfolamban, adenilil siklase tipe
V dan VI, thyroid hormone receptor-1, dan Na+/Ca2+exchanger.

Gen beta-miosin rantai berat menyandi protein miosin rantai berat tipe beta pada i lamen
tebal yang merupakan ATPase miosin tipe lambat. T3 menurunkan ekspresi gen beta-miosin
rantai berat sekaligus menaikkan ekspresi alfa-miosin rantai berat, menghasilkan efek
hipertroi dan peningkatan kontraktilitas kardiomiosit. Fosfolamban merupakan penghambat
Ca2+-ATPase retikulum endoplasma dalam memompa kalsium ke dalam retikulum
sarkoplasma. T3 menurunkan ekspresi gen fosfolamban dan sekaligus meningkatkan aktivitas
SERCa2. Pada hipotiroidisme, ekspresi fosfolamban pada kardiomiosit meningkat,
menyebabkan hambatan ambilan kalsium ke dalam retikulum sarkoplasma sehingga kalsium
sitoplasma meningkat dan mengganggu fase diastolik.
Tabel 2 menunjukkan gen yang dipengaruhi oleh hormon tiroid beserta efek-efek yang
ditimbulkan.

Hormon tiroid juga bekerja secara nongenomik, yaitu melalui efek ekstranuklear pada
kardiomiosit. Aksi ini tidak melibatkan TRE maupun transkripsi gen. Mekanisme efek non-
genomik ini terjadi melalui ikatan T3 atau T4 pada reseptor dalam membran plasma,
retikulum sarkoplasma, sitoskeleton, mitokondria atau elemenelemen kontraktil kardiomiosit,
dan ikatan T3 langsung pada protein spesifik dalam sitoplasma kardiomiosit.

Efek non-genomik ini muncul lebih cepat dibandingkan efek genomik hormon tiroid. Efek-
efek yang terjadi pada mekanisme non-genomik ini adalah perubahan polarisasi dan
permeabilitas saluran ion untuk Na+, K+, dan Ca2+ pada membran plasma, pacuan aktivitas
Ca2+-ATPase pada sarkolema dan retikulum sarkoplasma,aktivasi reseptor beta adrenergik,
polimerisasi aktin, dan modulasi fungsi adenine nucleotide translocator-1 pada membran
mitokondria.

Pada peningkatan T3 sirkulasi dalam jangka waktu pendek, efek non-genomik lebih berperan
dibanding efek genomik. Namun, pada hipotiroidisme atau hipertiroidisme jangka lama, efek
genomik lebih menonjol.

HORMON TIROID DAN ARITMIA

Hormon tiroid memengaruhi irama jantung melalui efeknya pada saluransaluran ion
kardiomiosit. Gambaran elektrokardiograi yang paling sering pada pasien hipertiroidisme
adalah sinus takikardia, flutter atrium, dan fibrilasi atrium. Gambaran elektrokardiografi
yang lain adalah blok A-V derajat I, pemendekan interval Q-T, takikardia supraventrikular,
dan abnormalitas gelombang T. Pasien hipotiroidisme menunjukkan gambaran
elektrokardiograi berupa sinus bradikardia, amplitudo kompleks QRS yang rendah (low
voltage complex), pemanjangan interval P-R, pemanjangan interval Q-T, dan inversi
gelombang T.

HORMON TIROID DAN HIPERTROFI JANTUNG

Hipertroi jantung akibat hormon tiroid menyerupai hipertrofi fisiologis akibat pembebanan
atau olahraga fisik (exercise) yang berkelanjutan. Hipertroi fisiologis ini ditandai dengan
peningkatan kadar SERCa2, peningkatan kadar protein alfa-miosin rantai berat pada i lamen
tebal dan penurunan kadar protein beta-miosin rantai berat pada i lamen tebal.

T3, melalui mekanisme kerja genomik, memacu transkripsi protein-protein struktural yang
menyebabkan proliferasi dan hipertroi kardiomiosit. Mekanisme nongenomik, melalui ikatan
T3 dengan ligannya dalam sitoplasma, turut berperan dalam hipertroi jantung melalui
aktivasi jalur PI3K yang meningkatkan sintesis protein-protein struktural pada kardiomiosit
sehingga terjadi hipertrofi fisiologis. T3 meningkatkan polimerisasi aktin menjadi protein-
protein kontraktil fungsional yang memperkuat kontraktilitas kardiomiosit.

HORMON TIROID DAN GAGAL JANTUNG


Pada gagal jantung, gangguan tiroid yang paling sering ditemukan adalah penurunan kadar
T3 dalam sirkulasi. Sekitar 10-30% pasien gagal jantung mempunyai kadar T3 rendah, yang
dikenal dengan low thyroid syndromeatau euthyroid sick syndrome.

Turunnya kadar T3 serum berhubungan dengan penurunan transkripsi gen alfa-miosin rantai
berat maupun gen SERCa2. Efek fenotipik yang ditemukan adalah penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri dan peningkatan waktu relaksasi ventrikel kiri, yang menyebabkan perburukan
fungsi sistolik dan diastolik jantung.

Penurunan kadar T3 juga menurunkan polimerisasi aktin pada sarkomer, menyebabkan


gangguan struktural dan susunan geometri kardiomiosit, yang memengaruhi kontraktilitas
jantung. Selain hipertroi i siologis, stimulasi hormon tiroid jangka lama dapat memacu
sinyal-sinyal intraseluler yang menyebabkan hipertrofi patologis. Hipertroi patologis akibat
T3 difasilitasi oleh protein sitoplasma, yaitu transforming growth factor -activated kinase 1
(TAK-1).

Baik hipotiroidisme maupun hipertiroidisme dalam jangka lama dapat menyebabkan gagal
jantung. Hipotiroidisme menyebabkan gangguan pertukaran kalsium kardiomiosit dan
perubahan susunan protein kontraktil kardiomiosit. Efeknya adalah penurunan relaksasi
kardiomiosit dan gangguan pengisian diastolik ventrikel kiri sehingga, secara klinis, terjadi
pengurangan kontraktilitas jantung dan curah jantung. Hipertiroidisme menyebabkan
kenaikan massa ventrikel kiri yang dapat menimbulkan efek berupa gangguan pengisian
diastolik ventrikel kiri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Klein I, Danzi S. Thyroid disease and the heart. Circulation. 2007;116:1725-35.

2. Brix K, Fuhre D, Biebermann H. Molecules important for thyroid hormone synthesis and
action - Known facts and future perspectives. Thyroid Research. 2011;4(Suppl 1):S9.
3. Cheng S-Y, Leonard JL, Davis PJ. Molecular aspects of thyroid hormone actions.
Endocrine Rev. 2010;31:139-70.

4. Weitzel JM, Iwen KA. Coordination of mitochondrial biogenesis by thyroid hormone. Mol
Cell Endocrin. 2011;342:1-7.

5. Dillmann W. Cardiac hypertrophy and thyroid hormone signaling. Heart Fail Rev. 2010;
15:125-32.

6. Dahl P, Danzi S, Klein I. Thyrotoxic cardiac disease. Curr Heart Fail Rep. 2008;5:170-6.

7. Tribulova N, Knezl V, Shainberg A, Seki S, Soukup T. Thyroid hormones and cardiac


arrhythmias. Vasc Pharm. 2010;52:102-12.

8. Ojama K. Signaling mechanisms in thyroid hormone-induced cardiac hypertrophy. Vasc


Pharm. 2010;52:113-9.

9. Galli E, Pingitore A, Iervasi G. The role of thyroid hormone in the pathophysiology of


heart failure: Clinical evidence. Heart Fail Rev. 2010;15:155-69.

10. Biondi B, Cooper DS. The clinical signii cance of subclinical thyroid dysfunction.
Endocrin Rev. 2008;29:76-131.

11. Rhee SS, Pearce EN. The endocrine system and the heart: A review. Rev Esp Cardiol.
2011;64:220-31.

12. Wang Y-Y, Morimoto S,Du C-K, Lu Q-W, Zhan D-Y, Tsutsumi T, et al. Up-regulation
of type 2 iodothyronine deiodinase in dilated cardiomyopathy. Cardiovasc Res. 2010;87:636
46.

13. Kahaly GJ, Dillmann WH. Thyroid hormone action in the heart. Endocrin Rev. 26;5:704-
28

Anda mungkin juga menyukai