Draft BBLR + Hipoglikemia
Draft BBLR + Hipoglikemia
PENDAHULUAN
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
<2500 gram tanpa memandang masa gestasi. BBLR dapat disebabkan oleh
beberapa hal misalnya, kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan
atau kombinasi keduanya.
Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : prematuritas murni dan
dismaturitas. Berdasarkan berat badan lahir, bayi berat lahir rendah dibedakan
dalam beberapa kelompok, yaitu :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
Bayi BBLR memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan bayi berat badan
lahir normal untuk mengalami gangguan setelah kelahiran. Beberapa gangguan
yang sering terjadi pada bayi BBLR adalah asfiksia, gangguan nafas dan ikterus
neonatorum.
Hipoglikemia pada neonatus didefinisikan sebagai kondisi dimana glukosa
plasma di bawah 30 mg/dL (1.65 mmol/L) dalam 24 jam pertama kehidupan dan
kurang dari 45 mg/dL (2.5 mmol/L) setelahnya. Kadar glukosa darah yang normal
terjadi karena adanya keseimbangan antara penyediaan glukosa dalam darah
dengan pemakaiannya oleh tubuh. Bila terjadi gangguan pada keseimbangan ini,
maka dapat terjadi penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia).
Insidens hipoglikemia simptomatik pada bayi baru lahir di Amerika bervariasi
dari 1,3 - 3 per 1000 kelahiran hidup. Insidens meningkat pada bayi risiko tinggi.
Keterlambatan terapi dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap khususnya
pada bayi kecil dan prematur. Hipoglikemia yang berlangsung lama atau berulang
dapat berpengaruh besar terhadap perkembangan dan fungsi otak. Apabila disertai
hipoksemia dan iskemia, hipoglikemia dapat menyebabkan kerusakan otak yang
menetap.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : By. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 13 juni 2017
Nama ibu : Ny. Sulastri Umur : 40 tahun
Nama ayah : Tn. Erwin Umur : 52 tahun
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Pendidikan ibu : SMP
Pendidikan ayah : SMP
Alamat : Jln. Pattimura
ANAMNESIS
Bayi baru lahir dengan Sectio Cesaria di RS Anutapura atas indikasi
Cephalopelvic Disporpotion (CPD) + Ketuban Pecah Dini (KPD), HPHT 02
Oktober 2016, saat lahir bayi langsung menangis, ketuban putih jernih, tonus otot
aktif pada ekstremitas, tidak ditemukan kelainan kongenital, Apgar Score 7-9, anus
dan palatum (+)
Riwayat maternal ibu, ibu merupakan multigravida, usia saat hamil adalah 40
tahun, selama kehamilan ibu melakukan ANC rutin setiap bulan di puskesmas.
Riwayat preeklamsia tidak ada, anemia berat tidak ada, tidak ada konsumsi obat-
obatan tertentu selama kehamilan. Ibu tidak mengkonsumsi alkohol ataupun
merokok selama hamil. Selama hamil ibu juga tidak pernah sakit, aktivitas ibu juga
kurang selama hamil. Dirumah ibu tidak memelihara hewan peliharaan, Nafsu
makan selama kehamilan dan gizi ibu selama hamil tidak dikatahui, riwayat
kehamilan sebelumnya dengan BBLR 2400 gram.
2
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 132x/m
Suhu : 36,8 C
Respirasi : 55 x/m
CRT : < 2 detik
Berat Badan : 2400 gram
Panjang Badan : 44 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 31 cm
Lingkar perut : 29 cm
Sistem neurologi :
Aktivitas : aktif
Kesadaran : kompos mentis
Fontanela : datar
Sutura : memisah
Refleks cahaya : ada
Kejang : tidak ada
Tonus otot : normal
Sistem pernapasan
Sianosis : tidak ada sianosis
Merintih : tidak ada
Apnea : tidak ada
Retraksi dinding dada : tidak ada
Pergerakan dinding dada : simetris
Cuping hidung : tidak ditemukan
Bunyi pernapasan : bronchovesicular
Bunyi tambahan : wheezing -/-, rhonchi -/-.
Sistem hematologi :
Pucat : tidak ada
Ikterus : tidak ada
3
Sistem kardiovaskuler
Bunyi Jantung : SI dan SII murni reguler
Murmur : tidak ada
Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen: tidak ada
Muntah : tidak ada
Diare : tidak ada
Residu lambung : tidak ada
Organomegali : tidak ada
Peristaltik : positif, kesan normal
Umbilikus
Pus : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Edema : tidak ada
Sistem Genitalia
Keluaran : tidak ada
Anus imperforata : tidak ada
Skor Ballard
Maturitas neuromuskuler Maturitas fisik
Sikap tubuh :2 kulit :2
Persegi jendela :1 lanugo :2
Recoil lengan :1 payudara :2
Sudut poplitea :3 Mata/telinga :2
Tanda selempang : 2 genital :1
Tumit ke kuping :1 permukaan plantar : 1
Skor : 10 Skor : 10
Total skor : 20
Minggu : 32 minggu
4
Menurut kurva diatas, didapatkan bahwa bayi tergolong bayi kurang bulan sesuai
masa, besar masa kehamilan (KB/BMK)
RESUME :
Bayi baru lahir dengan Sectio Cesaria di RS Anutapura atas indikasi
Cephalopelvic Disporpotion (CPD) + Ketuban Pecah Dini (KPD), HPHT 02
Oktober 2016, saat lahir bayi langsung menangis, ketuban putih jernih, tonus otot
aktif pada ekstremitas, tidak ditemukan kelainan kongenital, Apgar Score 7-9, anus
dan palatum (+)
Riwayat maternal ibu, ibu merupakan multigravida, usia saat hamil adalah 40
tahun, selama kehamilan ibu melakukan ANC rutin setiap bulan di puskesmas.
Riwayat preeklamsia tidak ada, anemia berat tidak ada, tidak ada konsumsi obat-
obatan tertentu selama kehamilan. Ibu tidak mengkonsumsi alkohol ataupun
merokok selama hamil. Selama hamil ibu juga tidak pernah sakit, aktivitas ibu juga
kurang selama hamil. Dirumah ibu tidak memelihara hewan peliharaan, Nafsu
makan selama kehamilan dan gizi ibu selama hamil tidak dikatahui.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Denyut jantung 132 x/menit, suhu 36,80C,
respirasi 55 x/menit, berat badan 2400 gram, Skor ballard 20 dengan estimasi
kehamilan (32 minggu) bayi tergolong (KB/BMK) berdasarkan kurva Lubchenco.
5
DIAGNOSIS : BBLR
TERAPI :
- Jaga Kehangatan
- Rawat Tali pusat
- Diet ASI / ASB
- Injeksi Vit. K 1 mg / IM di paha kiri anterolateral
- Gentamicin tetes mata 1 tetes (pencegahan infeksi pada mata)
- Imunisasi Hep B0 / IM di paha kanan anterolateral
- Observasi HCU
- Cek GDS
Setelah dilakukan pemeriksaan GDS dengan hasil 19 mg/dl bayi Dirawat di HCU
bayi dengan diagnosa BBLR + Hipoglikemia. Dan mendapatkan terapi
1. IVFD dextrose 10% 6 tpm
2. Bolus dextrose 10% 5cc
3. Pasang Sonde
Setelah dilakukan terapi di lanjutkan pemeriksaan GDS 1 jam Kemudian dan
mendapatkan hasil 33 mg/dl . intervensi dilanjutkan. Setelah diberikan intervensi
dilakukan lagi pemeriksaan GDS dengan hasil 67 mg/dl.
FOLLOW UP
6
- Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding
dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+),
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
- Sistem Saraf : aktifitas kurang aktif, tingkat kesadaran compos mentis,
fontanela datar, kejang (-).
- Nama : By. S Tgl Pemeriksaan : 14 juni 2017
- Usia : 1 HR Jenis Spesimen : Darah
A: BBLR + Hipoglikemia.
P: Diet ASI / ASB on demand
- IVFD Dextrose 10% 6 tpm
- Injeksi Cefotaxime 100 mg/12 jam/iv (II)
- Injeksi Gentamicin 2 mg/12 jam/iv (II)
- Rawat tali pusat
- Jaga kehangatan
Anjuran pemeriksaan :
- GDS
15 juni 2017 (perawatan hari ke-2)
S: Panas (-) sesak (-) retraksi (-) sianosis (-) muntah (-), Refleks isap (+) BAB (+)
BAK (+)
O: - Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 132x/menit Suhu : 36,6 C
Pernapasan : 50x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 2275 gr
- Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+),
7
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela
datar, kejang (-).
8
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
- Sistem Saraf : aktifitas kurang aktif, tingkat kesadaran compos mentis,
fontanela datar, kejang (-).
9
- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela
datar, kejang (-).
Nama : By. S Tgl Pemeriksaan : 17 juni 2017
Usia : 4 HR Jenis Spesimen : Darah (Kimia Darah)
10
BAB III
DISKUSI KASUS
11
Pada kasus ini berat badan bayi adalah 2400 gram, bayi ini termasuk dalam
kelompok bayi berat lahir rendah (BBLR). Estimasi usia kehamilan setelah
dilakukan Score ballard pada pasien ini adalah 32 minggu dan termasuk dalam
kelompok Prematuritas murni.
Penyebab BBLR pada kasus ini di dapatkan dari anamnesis dari kehamilan
sebelumnya yaitu bayi berat lahir rendah (BBLR) dimana berat bayi 2400 gram
merupakan faktor ibu.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan retardasi pertumbuhan intrauterin adalah
sebagai berikut (2):
a. Janin
- Gangguan kromosom (misalnya trisomi autosom)
- Infeksi janin yang kronis
- Anomali kongenital
- Jejas radiasi
- Kehamilan multiple
- Aplasia pancreas
b. Plasenta
- Berat plasenta atau selularitas kurang
- Infark
- Tumor (korioangioma)
- Sindrom transfuse kembar (sindrom parabiotik)
c. Ibu
- Toksemia
- Penyakit hipertensi dan ginjal
- Malnutrisi
- Anemia
- Obat-obatan (narkotik, alkohol, rokok, kokain, antimetabolit)
- Riwayat BBLR sebelumnya
- Usia ibu saat hamil <20 tahun atau >35 tahun
Stres dapat mempengaruhi bayi lewat perubahan fisik yang terjadi akibat
stres, seperti peningkatan detak jantung, dan peningkatan hormon adrenalin. Pada
12
penelitian lain didapatkan bahwa ibu hamil yang mempunyai stres yang tinggi dapat
meningkatkan resiko kelahiran bayi prematur.
Pada saat observasi di ruangan HCU RSU Anutapura Palu dan dilakukan
pemeriksaan GDS di dapatkan hasil GDS 19 mg/dl yang menandakan adanya
kejadian Hipoglikemi pada kasus.
Hipoglikemia pada neonatus didefinisikan sebagai kondisi dimana glukosa
plasma di bawah 30 mg/dL (1.65 mmol/L) dalam 24 jam pertama kehidupan dan
kurang dari 45 mg/dL (2.5 mmol/L) setelahnya .
13
- Malas minum
- Kejang mioklonik
- Wilting spells atau myoclonic jerks
- Jitteriness
- Kejang
- Somnolen, letargi, apatis
- Temperatur subnormal
- Berkeringat
- Hipotonia
c.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: Skrining hipoglikemia direkomendasikan pada
bayi berat lahir sangat rendah, bayi prematur, bayi kecil masa kehamilan dengan
berat badan lahir kurang dari persentil 10, bayi dengan ibu diabetes (tipe I atau II),
bayi besar masa kehamilan dengan berat badan lahir lebih dari persentil 90, bayi
dengan penyakit inkompatibilitas rhesus-hemolitik, bayi yang lahir dari ibu yang
mendapat terapi terbutaline/propoanolol/agen hipoglikemik oral, neonatus dengan
asfiksia perinatal, polisitemia, sepsis, syok, distress pernapasan, hipotermia, bayi
dengan retardasi pertumbuhan. Termasuk juga ke dalamnya bayi dengan berat lahir
di antara persentil 10-90 dengan manifestasi klinis janin kurang asupan nutrisi
dalam bentuk kulit yang terkelupas, tidak punya lipatan kulit, dan defisiensi lemak
subkutan pada regio buccalis, dan pada bayi dengan pemberian nutrisi parenteral
total dan cairan intravena3.
Skrining hipoglikemia tidak direkomendasikan pada bayi aterm yang sesuai
dengan masa kehamilan dan sedang menyusu ASI. Namun, bayi aterm dengan
intake sulit, terdapat tanda-tanda laktasi yang inadekuat atau tanda-tanda
hipotermia harus dilakukan pemeriksaan hipoglikemia3.
Metode pengukuran glukosa dapat melalui 2 cara antara lain pengukuran
glukosa oksidase (strip reagen) dan pemeriksaan laboratorium. Pengukuran
glukosa dengan cara strip reagen walaupun digunakan secara umum, akan tetapi
tidak akurat khususnya pada saat level glukosa darah kurang dari 40-50 mg/dL.
Pengukuran dengan cara ini berguna untuk tujuan skrining, namun jika nilainya
rendah harus selalu dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium sebelum
diagnosis hipoglikemia ditegakkan3.
14
Metode lainnya yaitu dengan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan ini
merupakan metode yang paling akurat. Dalam pemeriksaan laboratorium, glukosa
darah diukur dengan cara kalorimetrik atau dengan cara elektroda (glucose
electrode method)3.
Pemeriksaan laboratorium yang dikombinasi dengan riwayat klinis sangat
penting untuk menegakkan diagnosis hipoglikemia. Pemeriksaan kadar gula darah
pertama yang diambil pada saat ada gejala atau kecurigaan hipoglikemia.
Apabila ada pemeriksaan awal tidak terdiagnosis atau pasien asimtomatik,
maka dilakukan pemeriksaan lanjutan.
Pemeriksaan Pencitraan
- CT Scan kepala, bila dicurigai hipopituitarisme
- USG abdomen, bila dicurigai adanya insulinoma
Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah secepat mungkin
mengembalikan kadar gula darah kembali normal, menghindari hipoglikemia
berulang sampai homeostasis glukosa normal dan mengkoreksi penyakit yang
mendasari terjadinya hipoglikemia. Sehingga harus diketahui status klinis dan
penyebab hipoglikemia.
Medikamentosa
Tata laksana bayi hipoglikemia 7:
A. Asimtomatik (tanpa manifestasi klinis)
1. Pemberian ASI sedini mungkin dan sering akan menstabilkan kadar glukosa
darah. Teruskan menyusui bayi (kira-kira setiap 1-2 jam) atau beri 3-10 ml
ASI perah tiap kg berat badan bayi, atau berikan suplementasi (ASI donor
atau susu formula)
2. Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian minum berikutnya
sampai kadarnya normal dan stabil
3. Jika bayi tidak bisa menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya,
hindari pemaksaan pemberian minum, dan mulailah pemberian glukosa
intra vena. Pada beberapa bayi yang tidak normal, diperlukan pemeriksaan
yang seksama dan lakukan evaluasi untuk mendapatkan terapi yang intensif
15
4. Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah diberi minum, mulailah
terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa darah
5. ASI diteruskan selama terapi glukosa intra vena. Turunkan jumlah dan
konsentrasi glukosa intra vena sesuai dengan kadar glukosa darah
6. Catat manifestasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining glukosa darah,
konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik bayi
(misalnya respon dari terapi yang diberikan).
B. Simtomatik dengan manifestasi klinis atau kadar glukosa plasma < 20-25
mg/dL atau < 1,1 1,4 mmol/L.
1. Berikan glukosa 200 mg tiap kilogram berat badan atau 2 mL tiap kilogram
berat badan cairan dekstrosa 10%. Lanjutkan terus pemberian glukosa 10%
intra vena dengan kecepatan (glucose infusion rate atau GIR) 6-8 mg tiap
kilogram berat badan tiap menit
2. Koreksi hipoglikemia yang ekstrim atau simtomatik, tidak boleh diberikan
melalui oral atau pipa orogastrik.
3. Pertahankan kadar glukosa bayi yang simtomatik pada >45 mg/dL atau >2.5
mmol/L
4. Sesuaikan pemberian glukosa intravena dengan kadar glukosa darah yang
didapat
5. Dukung pemberian ASI sesering mungkin setelah manifestasi hipoglikemia
menghilang
6. Pantau kadar glukosa darah sebelum pemberian minum dan saat penurunan
pemberian glukosa intra vena secara bertahap (weaning), sampai kadar
glukosa darah stabil pada saat tidak mendapat cairan glukosa intra vena.
Kadang diperlukan waktu 24-48 jam untuk mencegah hipoglikemia berulang.
16
7. Lakukan pencatatan manifestasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining
glukosa darah, konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik
(misal respon dari terapi yang diberikan). (5)
Prognosis
Prognosis tergantung penyebab yang mendasarinya. Untuk penyakit inborn
errors of metabolism dan defisiensi hormonal membutuhkan pengobatan seumur
hidup, sebaliknya pada hipoglikemia ketotik umumnya menghilang sekitar umur 5
tahun bila anak diberikan nutrisi yang adekuat untuk mencegah hipoglikemia.
17
Untuk hiperinsulinemia tergantung pada derajat penyakit, respon terhadap
pengobatan, dan lesinya fokal atau difus. Pada lesi fokal umumnya dapat diobati
dengan pembedahan. Hiperinsulinisme ringan yang memberikan respon dengan
diazoxide membutuhkan pengobatan jangka panjang tetapi anak dapat hidup
normal. Pada lesi difus yang tidak memberikan respon dengan pengobatan, tidak
sepenuhnya dapat diobati dengan pankreatektomi dan akan timbul problem
hipoglikemia dan gangguan perkembangan yang berkelanjutan.
Jika tidak segera diatasi hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat
menyebabkan kerusakan susunan saraf pusat bhakan kematian dalam setiap
golongan umur,. Pada neonatus bahkan hipoglikemia ringan dapat mengalami
sekuele akibat mengalami hipoglikemia, tetapi lebih banyak akibat kelainan
patologik yang menyertai.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
11. Syamhudi, Budi. Bayi dari Ibu dengan Diabetes Mellitus. Laboratorium
Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Sriwijaya Palembang. Diunduh pada
tanggal 10 Januari 2012.
12. Boedjang, Rahmat F. Bayi dari Ibu Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak Jilid I. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jakarta 2002; 365-67.
20