Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi merupakan
sekolah tinggi ilmu kesehatan yang mengarah pada pendidikan profesional, yaitu
menghasilkan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan akademik dan
keterampilan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan masyarakat.
Saat ini tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
semakin tinggi, hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya pengetahuan, status
sosial dan ekonomi masyarakat. Suatu kewajiban bagi penyedia pelayanan kesehatan
untuk berupaya memenuhi tuntutan tersebut, sehingga masyarakat akan merasa puas
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Salah satu faktor yang sangat dominan
dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
adalah adanya sumber daya kesehatan yang profesional seperti Sarjana Kesehatan
Masyarakat.
Untuk menjadi lulusan Kesehatan Masyarakat yang profesional dalam
bidangnya maka Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Fort De Kock
berdasarkan kurikulum pada semester VII (Reguler) dan semester III (Non Reguler)
diarahkan pada keterampilan profesional melalui kegiatan Latihan Kerja Peminatan
(LKP) pada beberapa Instansi Kesehatan diantaranya Dinas Kesehatan dan Rumah
Sakit dalam rangka memberikan kesempatan mengaplikasikan teori dan praktek
dilapangan.
LKP adalah kegiatan intrakurikuler terstruktur yang merupakan wahana bagi
mahasiswa untuk mempelajari manajemen pelayanan kesehatan masyarakat di bidang
pelayanan kesehatan yang di dapatkan pada kuliah peminatan Administrasi Kebijakan
Kesehatan(AKK). LKP berupa kegiatan belajar di lapangan yang di harapkan dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan manajerial mahasiswa, berdasarkan teori
yang di dapatkan dengan pelaksanaan di Institusi Kesehatan.
Diharapkan melalui LKP ini akan membentuk kemitraan antara Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Fort De Kock Bukittinggi dengan Institusi
Kesehatan tempat LKP yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Agam. Sehingga kegiatan
ini dapat mewujudkan terciptanya suatu dialog antara pendekatan akademik dengan
pendekatan operasional. Proses dialog ini diyakini akan melahirkan persamaan
pemahaman yang lebih utuh dan akhirnya dapat meningkatkan pengetahuan serta
keterampilan yang lebih relevan dengan isu-isu perkembangan kesehatan masyarakat.
Beberapa mata kuliah yang didapatkan mahasiswa pada bangku perkuliahan
dengan peminatan AKK adalah manajemen Logistik, Manajemen Mutu, dan
Manajemen Sumber Daya Manusia. Melaui kegiatan LKP ini mahasiswa dituntut
untuk mampu menganalisis pelaksanaan manajemen pada bidang-bidang yang ada di
Institusi tempat LKP, termasuk Manajemen Logistik. Selain mengetahui dan
memahami pelaksanaan manajemen, mahasiswa juga dituntut untuk dapat
mengidentifikasi masalah sampai dengan kegiatan intervensi. Dalam
pengidentifikasian masalah, kelompok menemukan beberapa hal yang tidak sesuai
dengan yg diharapkan yakni : belum dilaksanakannya penghapusan obat kadaluarsa
di Dinas Kesehatan Kabupaten Agam tahun 2013, belum dilaksanakannya
pengkodean inventaris kantor di Dinas Kesehatan Kabupaten Agam tahun 2013 dan
belum tercapainya masyarakat yang mendapat jaminan kesehatan sebesar 3,3 % dari
target Renstra pada tahun 2012. Dari beberapa hal tersebut, kelompok mengambil
prioritas tentang Manajemen Logistik Obat yakni belum terlaksananya penghapusan
obat kadaluarsa di Dinas Kesehatan Kabupaten Agam tahun 2013.
Obat merupakan komponen esensial dari pelayanan kesehatan. Oleh sebab
itu diperlukan suatu sistem manajemen yang baik dan berkesinambungan. Dalam
pelayanan kesehatan obat merupakan salah satu alat yang tidak dapat tergantikan.
Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah
dan institusi pelayanan kesehatan publik maupun swasta, karena kekurangan obat di
sarana kesehatan dapat berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat
terhadap institusi kesehatan, serta dapat menurunkan semangat kerja staf pelayanan
kesehatan. Melihat betapa pentingnya peranan obat dalam pelayanan kesehatan, maka
perlu adanya fungsi manajemen yang baik yaitu Perencanaan, Penganggaran,
Pengadaan, Penyimpanan, Pendistribusian, Penghapusan dan Pengendalian. Apabila
fungsi manajemen itu tidak berjalan dengan baik maka pencapaian tujuan tidak
tercapai dengan optimal.
Berdasarkan latar belakang di atas, kelompok ingin mengetahui lebih dalam
tentang bagaimana pelaksanaan Manajemen Logistik Obat di Institusi tempat LKP
dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Agam dengan metode problem solving
cycle melalui pendekatan ilmu AKK.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Pada kegiatan LKP ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami
pelaksanaan administrasi kesehatan di Dinas Kesehatan dengan ilmu yang telah di
dapatkan.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang di harapkan pada kegiatan LKP ini adalah:
a. Mahasiswa memahami proses perencanaan pada sekretariat dan pada masing-
masing bidang di Dinas Kesehatan sebagai lokasi LKP.
b. Mahasiswa mampu memahami pelaksanaan administrasi pada institusi Dinas
Kesehatan tempat LKP.
c. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi masalah yang terdapat pada Dinas
Kesehatan sebagai lokasi LKP.
d. Mahasiswa mampu menetapkan prioritas masalah.
e. Mahasiswa mampu memberikan alternatif pemecahan masalah yang
ditemukan pada lokasi LKP.
C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa memahami proses perencanaan pada sekretariat pada masing-
masing bidang di Dinas Kesehatan sebagai lokasi LKP.
b. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi masalah yang terdapat pada
Dinas Kesehatan sebagai lokasi LKP.
c. Mahasiswa mampu menetapkan prioritas masalah.
d. Mahasiswa mampu memberikan alternatif pemecahan masalah yang di
temukan pada lokasi LKP.
2. Bagi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
a. Terjadinya kerja sama yang baik antara lembaga pendidikan dengan
Dinas Kesehatan.
b. Sebagai tempat praktek mahasiswa dalam bidang keilmuannya.
c. Membuka peluang kerja bagi lulusan untuk memasuki dunia kerja.
d. Sebagai salah satu upaya memperkenalkan program studi ilmu kesehatan
masyarakat STIKes Fort De Kock.

D. RUANG LINGKUP
Latihan Kerja Peminatan (LKP) dilakukan mahasiswa di Dinas Kesehatan
Kabupaten Agam dari tanggal 19 November sampai 14 Desember tahun 2013.
Kelompok ingin mengetahui pelaksanaan manajemen pada masing-masing bidang di
Dinas Kesehatan Kabupaten Agam. Bidang-bidang tersebut,antara lain :
1. Sekretariat
2. Bidang Pelayanan Kesehatan (yankes)
3. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (pemkes)
4. Bidang Informasi dan Promosi Kesehatan (inprokes)
5. Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan (jamsarkes)
Permasalahan yang dianalisis adalah pada Bidang Jaminan dan Sarana
Kesehatan yang difokuskan pada Seksi Kefarmasian dan POM tentang Manajemen
Logistik Obat.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DINAS KESEHATAN
1. URUSAN BIDANG KESEHATAN YANG DIMILIKI DAERAH
Merujuk pada UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 13 dan Pasal 14 penanganan
kesehatan merupakan urusan yang wajib dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah baik
Provinsi maupun Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun
Kabupaten/Kota harus dapat memenuhi hak-hak konstitusional bagi seluruh warga
masyarakatnya, dalam bentuk pelayanan langsung kepada masyarakat(Depkes
RI,2008). Sesuai dengan PP No 38 Tahun 2007 maka urusan bidang kesehatan yang
menjadi urusan daerah adalah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Urusan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, meliputi:
a. Penyelenggaraan, bimbingan dan pengendalian operasionalisasi bidang
kesehatan.
b. Penyelenggaraan survailans epidemiologi, penyelidikan kejadian luar
biasa/KLB dan gizi buruk.
c. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.
d. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan
skala Kabupaten/Kota.
e. Penyelenggaraan penanggulangan gizi buruk.
f. Pengendalian operasional penanggulangan bencana dan wabah skala
Kabupaten/Kota.
g. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji setempat.
h. Penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah perbatasan, terpencil, rawan
dan kepulauan skala Kabupaten/Kota.
i. Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Nasional.
j. Pengelolaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan sesuai kondisi lokal.
k. Penyediaan dan pengelolaan bufferstock obat Provinsi, alat kesehatan,
l. reagensia dan vaksin
m. Penempatan tenaga kesehatan strategis
n. Registrasi, akreditasi, sertifikasi tenaga kesehatan tertentu sesuai
o. peraturan perundang-undangan.
p. Registrasi, akreditasi, sertifikasi sarana kesehatan sesuai peraturan
q. perundangan-undangan.
r. Pengambilan sampling/contoh sediaan farmasi di lapangan
s. Pemeriksaan setempat sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi
t. Pengawasan dan registrasi makanan minuman produksi rumah tangga
u. Sertifikasi alat kesehatan dan PKRT klas I
v. Pemberian izin Praktik tenaga kesehatan tertentu
w. Pemberian rekomendasi izin sarana kesehatan tertentu yang diberikan
x. Oleh Pemerintah Pusat dan Provinsi
y. Pemberian izin sarana kesehatan meliputi RS Pemerintah klas C, klas D,
z. RS Swasta yang setara, praktik berkelompok, klinik umum/spesialis,
aa. Rumah Bersalin, Klinik Dokter Keluarga/Dokter Gigi Keluarga,
bb. Kedokteran komplementer, dan pengobatan tradisional serta sarana
cc. penunjang yang setara.
dd. Pemberian rekomendasi izin PBF Cabang, PBAK dan industri kecil obat
ee. tradisional.
ff. Pemberian izin apotik, toko obat.
gg. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kesehatan yang
hh. mendukung perumusan kebijakan Kabupaten/Kota.
ii. Pengelolaan survei kesehatan daerah skala Kabupaten/Kota.
jj. Implementasi penapisan IPTEK di bidang pelayanan kesehatan.
kk. Pengelolaan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sekunder.
ll. Penyelenggaraan promosi kesehatan.
mm. Perbaikan gizi keluarga dan masyarakat.
nn. Penyehatan lingkungan.
oo. Pengendalian penyakit.
pp. Penyelenggaraan kerjasama luar negeri skala Kabupaten/Kota.
qq. Pembinaan, monitoring, pengawasan dan evaluasi skala.
rr. Kabupaten/Kota.
ss. Pengelolaan sistem informasi kesehatan Kabupaten/Kota.

2. ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
267/Menkes/Sk/III/2008 Tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas
Kesehatan Daerah terdapat 2 pola organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yaitu :
a. Pola I ( Maksimal)
1) Bidang Pelayanan Kesehatan, mempunyai fungsi :
a) Penyelenggaraan upaya kesehatan dasar.
Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar termasuk
kesehatan komunitas.
b) Penyelenggaraan upaya kesehatan rujukan meliputi kesehatan rujukan/
spesialistik, dan sistem rujukan.
c) Penyelenggaraan upaya kesehatan khusus
Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan khusus meliputi :
kesehatan jiwa, kesehatan mata, kesehatan kerja, kesehatan haji,
kesehatan gigi dan mulut.
2) Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan
a) Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
Dalam penyelenggaraan pengendalian dan pemberantasan
peyakit meliputi surveilans epidemiologi, pengendalian penyakit
menular langsung, pengendalian penyakit bersumber binatang,
pengendalian penyakit tidak menular, imunisasi dan kesehatan matra.
b) Pengendalian Wabah dan Bencana
Dalam penyelenggaraan pengendalian wabah dan bencana
meliputi kesiap siagaan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat
dan pemulihan.
c) Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan.
Dalam penyelenggaraan penyehatan lingkungan meliputi :
penyehatan air, pengawasan kualitas lingkungan, penyehatan kawasan
dan sanitasi darurat, sanitasi makanan dan bahan pangan serta
pengamanan limbah.
3) Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
a) Perencanaan dan Pendayagunaan.
b) Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan.
c) Penyelenggaraan Registrasi dan Akreditasi
Dalam penyelenggaraan registrasi dan akreditasi meliputi
registrasi, perizinan dan akreditasi tenaga medis, tenaga para medis
dan tenaga non medis/tradisional terlatih.
4) Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan, mempunyai fungsi :
a) Penyelenggarakan Jaminan Kesehatan.
Dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan meliputi
kepesertaan, pemeliharaan kesehatan dan pembiayaan.
b) Pelayanan Sarana dan Peralatan Kesehatan
Dalam pelayanan sarana dan peralatan kesehatan meliputi :
monitoring dan evaluasi, registrasi, akreditasi dan sertifikasi sarana
dan peralatan kesehatan.
c) Penyelenggaraan kefarmasian.
Dalam penyelenggaraan kefarmasian meliputi obat, makanan
dan minuman, napza, kosmetika dan alat kesehatan.
5) Sekretariat, mempunyai fungsi:
a) Penyusunan Program
Dalam penyelenggaraan penyusunan program meliputi
penyusunan program dan anggaran.
b) Penyelenggaraan Ketatausahaan.
Dalam penyelenggaraan urusan ketatausahaan meliputi :
urusan rumah tangga, kepegawaian, hukum dan organisasi, hubungan
masyarakat.
c) Penyelenggaraan Urusan Keuangan dan Perlengkapan
Dalam penyelenggaraan urusan keuangan dan perlengkapan
meliputi urusan perbendaharaan, akuntansi, verifikasi, ganti rugi,
tindak lanjut LHP dan perlengkapan.

b. Pola II (Pola Minimal)


1) Bidang Pelayanan Kesehatan, mempunyai fungsi :
a) Penyelenggaraan upaya kesehatan dasar
Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar termasuk
kesehatan komunitas.
b) Penyelenggaraan upaya kesehatan rujukan meliputi kesehatan rujukan/
spesialistik, dan sistem rujukan.
c) Penyelenggaraan upaya kesehatan khusus
Dalam penyelenggraan upaya kesehatan khusus meliputi :
kesehatan jiwa, kesehatan mata, kesehatan kerja, kesehatan haji,
kesehatan gigi dan mulut.
2) Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan
a) Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
Dalam penyelenggaraan pengendalian dan pemberantasan
peyakit meliputi surveilans epidemiologi, pengendalian penyakit
menular langsung, pengendalian penyakit bersumber binatang,
pengendalian penyakit tidak menular, imunisasi dan kesehatan matra.
b) Pengendalian Wabah dan Bencana
Dalam penyelenggaraan pengendalian wabah dan bencana
meliputi kesiapsiagaan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat dan
pemulihan.
c) Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan.
Dalam penyelenggaraan penyehatan lingkungan meliputi :
penyehatan air, pengawasan kualitas lingkungan, penyehatan kawasan dan
sanitasi darurat, sanitasi makanan dan bahan pangan serta pengamanan
limbah.
3) Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan, mempunyai fungsi :
a) Penyelenggarakan Jaminan Kesehatan
Dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan meliputi
kepesertaan, pemeliharaan kesehatan dan pembiayaan.
b) Pengelolaan Ketenagaan
Dalam pengelolaan ketenagaan meliputi perencanaan,
pendayagunaan, pendidikan dan pelatihan; registrasi, perizinan dan
akreditasi tenaga dan sarana kesehatan medis, tenaga para medis dan
tenaga non medis/tradisional terlatih.
c) Penyelenggaraan Kefarmasian dan Sarana Kesehatan
Dalam penyelenggaraan kefarmasian meliputi obat, makanan
dan minuman, napza, kosmetika dan alat kesehatan; registrasi,
akreditasi dan sertifikasi sarana dan peralatan kesehatan.
4) Sekretariat
a) Penyusunan Program
Dalam penyelenggaraan penyusunan program meliputi
penyusunan program dan anggaran.
b) Penyelenggaraan Urusan Ketatausahaan.
Dalam penyelenggaraan urusan ketatausahaan meliputi :
urusan rumah tangga, kepegawaian, hukum dan organisasi, hubungan
masyarakat.
c) Penyelenggaraan Urusan Keuangan dan Perlengkapan
Dalam penyelenggaraan urusan keuangan dan perlengkapan
meliputi urusan perbendaharaan, akuntansi, verifikasi, ganti rugi,
tindak lanjut LHP, dan perlengkapan.
3. STRUKTUR ORGANISASI
Menurut DEpkes RI, 2008 Struktur organisasi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota terdiri dari pola minimal dan maksimal. Berikut gambar struktur
organsisai dengan polaminimal dan maksimal tersebut :

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinkes Kab./Kota dengan Pola Minimal


Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dinkes Kab./Kota dengan Pola Maksimal
B. MANAJEMEN LOGISTIK OBAT
1. Pengertian Manajemen Logistik
Manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh orang lain, sedangkan logistik adalah bahan untuk kegiatan
operasional yang sifatnya habis pakai. Manajemen logistik adalah suatu ilmu
pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan
kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan
material/alat-alat.
Sehingga manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara
mencapai tujuan dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan
dipergunakan secara efisien dan efektif (Subagya: 1994).
Menurut Subagya (1994), Manajemen Logistik merupakan suatu ilmu
pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan
kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta
penghapusan material atau alat-alat.
2. Fungsi Manajemen Logistik Obat
Dalam sistem administrasi manajemen logistik Subagya menyatakan sebagai
berikut: pelaksanaan manajemen yang baik, maka unsur-unsur manajemen diproses
melalui fungsi-fungsi manajemen dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum
untuk dapat terselenggaranya fungsi-fungsi logistik. Menurut Depkes RI, 2008 tahap-
tahap dalam Manajemen Logistik merupakan sebuah siklus yang saling berkaitan satu
dengan yang lain. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.3 Siklus Manajemen Logistik Obat

Berikut uraian tentang fungsi-fungsi manajemen logistic obat:


a. Perencanaan
Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat untuk
menetapkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan
pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah di
tetapkan(Depkes RI, 2002).
Pada tahap perencanaan kebutuhan obat, kegiatan yang dilakukan antara lain:
1) Tahap Pemilihan Obat.
Fungsi pemilihan obat adalah untuk menentukan obat yang benar-benar
diperlukan sesuai dengan populasi penduduk berdasarkan pola penyakit yang ada di
daerah (Depkes RI, 2008).
Seleksi/Pemilihan obat didasarkan pada Obat Generik terutama yang
tercantum dalam daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang masih berlaku dengan
patokan harga sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Daftar
Harga Patokan Tertinggi untuk Obat-obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) dan
obat Program Kesehatan.
2) Tahap Kompilasi Pemakainan Obat
Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian obat
perbulan masing-masing jenis obat di Unit Pelayanan Kesehatan/Puskesmas selama
setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum.(Depkes RI, 2008)
3) Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat
Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan yang berat yang harus
dihadapi oleh Apoteker yang bekerja di Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) ataupun
di Unit Pengelolaan Obat/Gudang FarmasiKabupaten/Kota.
Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat dapat terjadi apabila informasi semata-
mata hanya berdasarkan informasi yang teoritis kebutuhan pengobatan.
Dengan koordinasi dalam perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu
serta melalui tahapan di atas,maka diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat
jenis dan tepat jumlah serta tepat waktu(Depkes RI,2008).
Cara terbaik untuk menentukan kebutuhan obat adalah dengan
pendekatan,dapat dilakukan melalui metode Konsumsi dan Metde Morbiditas.
a) Metode Konsumsi
Metode yang didasarkan atas analisa pemakaian obat tahun
sebelumnya.(Depkes RI, 2008).Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan
berdasrakan metode konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
b) Metode Morbiditas
Metode Morbiditas adalah perhitungan kebutuhan bat berdasarkan pola
penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, stok pengaman dan waktu tunggu (Depkes
RI, 2008)
4) Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat
Pada tahap ini yang dilakukan adalah:
a) Menetapkan rancangan stok akhir priode yang akan datang.
b) Menghitung rancangan pengadaan obat periode tahun yang akan datang.
c) Menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan obat.
d) Pengalokasian kebutuhan obat persumber anggaran.
5) Penyesuaian Rencana Pengadaan Obat
Dengan menyesuaiakan rencana pengadaan obat dengan jumlah dana yang
tersedia,maka informasi yang didapat adalah jumlah rencana pengadaan, skala
prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan untuk rencana pengadaan
obat tahun yang akan datang.

b. Penganggaran
Penganggaran adalah semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan
perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu atau skala mata uang dan
jumlah biaya( Subagya :1994)
Dalam fungsi penganggaran semua rencana-rencana dari fungsi perencanaan
dan penentu kebutuhan di kaji lebih lanjut untuk di sesuaikan dengan besarnya biaya
dari dana-dana yang tersedia.Semua perencanaan dan penentuan kebutuhan dicek
berulang kali dan di ketahui untung ruginya serta telah diolah dalam rencana biaya
keseluruhan.
c. Pengadaan
Pengadaan merupakan proses untuk penyediaan obat yang dibutuhkan di
Unit Pelayanan Kesehatan. Pengadaan obat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam keputusan presiden nomor 18 tahun 2000 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/ jasa Instalasi Pemerintah dan Keputusan Presiden
nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara.
Dalam pelaksanaan proses pengadaan beberapa Unit Pengelola Obat/
Gudang Farmasi Kabupaten/ Kota mungkin terlibat dalam proses pengadaan,
walaupun beberapa diantaranyamungkin tidak terlibat langsung, namun demikian
seluruh proses pengadaan perlu diketahui agar Unit Pengelola Obat/ Gudang Farmasi
Kabupaten/ Kota dapat memantau status pengadaan.
Tujuan pengadaan obat adalah tersedianya obat dengan jenis dan jumlah
yang cukup sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin serta diperoleh pada saat
diperlukan(Depkes RI,2008)
Pengadaan merupaka suatu siklus yang memerlukan langkah- langkah antara
lain:
1) Pemilihan metoda pengadaan
Sesuai dengan keputusan presiden nomor 18 tahun 2000 tentang
pedoman pelaksanaan pengadaan barang/ jasa instansi pemerintah, terdapat
beberapa metode pengadaan barang/ jasa, yaitu:
a) Lelang
b) Pemilihan langsung
2) Kriteria/ persyaratan pemasok
Pemilihan pemasok seacar hati- hati adalah penting karena dapat
mempengaruhi baik kualitas maupun biaya obatyang dibutuhkan. Persyaratan
umum pemasok/ Supplier adalah:
a) Rekanan yang dapat ikut serta sebagai peserta lelang adalah:
Perusahaan bidang: Pengadaan Barang/ Jasa,
Spesialisasi : Obat Jadi, Bahan Kimia dan Alat Kesehatan.
Mempunyai izin: Pedagang Besar Farmasi/ Industri Farmasi.
b) Bagi pedagang besar farmasi ( PBF ) harus mendapat dukungan dari industry
farmasi yang memiliki Sertifikat CPOB ( Cara pembuat obat yang Baik ).
c) Bagi industri farmasi harus yang telah memiliki srtifikat CPOB, dan
mempunya pengalaman bekerja yang baik.
d) Pemilik dan atau Apoteker/ Asisten Apoteker penanggung jawab PBF,
Apoteker penanggung jawab produksi dan cuality control industry farmasi
tidak sedag dalam proses pengadilan atau tindakan yang berkaitan dengan
profesi kefarmasian.
3) Pemantauan Status Pesanan .
4) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat
Waktu pengadaan dan waktu kedatangan obat dari berbagai sumber
anggaran perlu ditetapkan atau di usulkan oleh Unit Pengelola obat/ Gudang
Farmasi Kabupaten/ Kota kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
berdasarkan hasil analisa data:
a) Sisa stok
b) Jmlah obat yang akan diterima sampaidengan akhir tahun anggaran
c) Frekuensi pemakaina/ indeks musiman
d) Waktu tunggu/ lead time
5) Penerimaan dan pemeriksaan obat
Penerimaan dan pemerikaan obat merupakan suatu rangkaian
kegiatan pada penerimaan obat baik dari pemasokmaupun dari unit Pengelola
Obat/ Gudang Farmasi Kabupaten/ Kota atau dari suatu unit pelayanan
kesehatan kepada unit kesehatan lainnya dalam rangka memenuhi permintaan
obat dari yang bersangkutan.

d. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat (Depkes RI,
2008).
Fungsi penyimpana ini dapat diibaratkan sebagai jantung manajemen
logistik, karena sangat menentukan kelancaran pendistribusian. Oleh karena itu maka
tekhnik-tekhnik pengendalian persediaan perlu diketahui dan dipahami secara baik.
Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah:
1) Memelihara mutu obat
2) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
3) Menjaga kelangsungan persediaan
4) Memudahkan pencarian dan pengawasan(Depkes RI, 2008).
Kegiatan penyimpanan obat:
1) Pengaturan tata ruang.
2) Penyusunan stok obat.
3) Pencatatan stok obat.
4) Pengamatan mutu obat(Depkes RI, 2008).
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan,
penyusunan.

e. Pendistribusian
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan
pengiriman obat- obatan yang bermutu, terjamin keabsahan serta tepat jenis dan
jumlah dari gudang obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit-
unit pelayanan kesehatan(Depkes RI, 2008).
Tujuan distribusi adalah :
1) Terlaksananya pengiriman obat secara merata dan teratur sehingga dapat
di peroleh pada saat di butuhkan.
2) Terjaminnya kecukupan dan terpeliharanya penggunaan obat di unit
pelayanan kesehatan.
3) Terlaksananya pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan
dan program kegiatan(Depkes RI, 2008).
Kegiatan distribusi obat di Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan (UPPPK) Kabupaten/kota terdiri dari :
1) Kegiatan Distribusi Rutin
Kegiatan Distribusi Rutin mencakup distribusi untuk kebutuhan
pelayanan umum di unit pelayanan kesehatan(Depkes RI, 2008). Unit
Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (UPOPPK)
merencanakan dan melaksanakan pendistribusian obat-obatan ke unit-unit
pelayana kesehatan di wilayah kerjanya. Untuk itu dilakukan kegitan-
kegiatan sebgai berikut:
a) Perumusan stok optimum
Perumusan stok optimum persediaan dilakukan dengan
memperhitungkan siklus distribusi ,rata-rata pemakaian,waktu tunggu
serta ketentuan mengenai stok pengamanan.
b) Penetapan frekwensi pengiriman obat- obatan ke unit pelayanan
Penyusunan peta likasi, jalur dan jumlah pengiriman.
c) Penyusunan peta lokasi, jalur dan jumlah pengiriman.
2) Kegiatan Distribusi Khusus
Tata cara pendistribusian Obat diantaranya:
a) Unit pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan kab/kota
melaksanakan distribusi obat ke puskesmas di wilayah kerjanya sesuai
kebutuhan masing-masing unit pelayanan kesehatan
b) Puskesmas induk mendistribusikan kebutuhan obat-obatan pustu,
puskeskel, dan unit-unit pelayanan kesehatan lain yang ada di wilayah
tersebut.
c) Obat-obat yang akan di kirim ke puskesmas harus di sertai dengan
dokumen penyerahan / pengiriman obat.
d) Tiap pengeluaran obat yang dilakukan harus di lakukan pencatatan
pada kartu stok obat dan stok induk obat(Depkes RI, 2008).

f. Penghapusan
1) Pengertian
Penghapusan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka pembebasan
obat- obatan milik/ kekayaan Negara dari tanggung jawab berdasarkan peraturan
perundang- undangan yang berlaku(Depkes RI, 2008).
2) Tujuan Penghapusan Obat
Tujuan penghapusan obat adalah sebagai berikut:
a) Penghapusan merupakan pertanggung jawaban petugas terhadap obat-
obatan yang di urusinya, yang sudah ditetapkan untuk dihapuskan sesuai
ketentuan yang berlaku.
b) Menghindarkan pembiayaan ( biaya penyimpanan, peeliharaan, penjagaan
dan lain- lain ) atau barang yang sudah tidak layak untuk dipelihara.
c) Menjaga keselamatan dan menghindarkan diri dari pengotoran lingkungan.
3) Kegiatan Penghapusan Obat
Adapun kegiatan dalam penghapusan obat, adalah sebagai berikut:
a) Menyusun daftar obat- obatan yang akan dihapuskan beserta alasan-
alasannya.
b) Melaporkan kepada atasan mengenai obat- obatan yang akan dihapuskan.
c) Membentuk Panitia Pemeriksaan Obat(Surat Keputusan Bupati/ Walikota).
d) Membuat Berita Acara Hasil Pemeriksaan Obat- obatan oleh Panitia
Pemeriksaan Obat.
e) Melaporkan hasil pemeriksaan kepada yang berwenang/ pemilik obat.
f) Melaksanakan penghapusan setelah ada keputusan dari yang berwenang.
4) Penghapusan Barang Milik Daerah
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota mengajukan usul
penghapusan obat- obatan kepada Bupati/ Walikota disertai Berita Acara Hasil
Pemeriksaan Obat- obatan.
5) Cara- cara Penghapusan Obat
Bupati/ Walikota mengeluarka surat keputusan obat. Dalam surat
keputusan ini ditentukan cara penghapusan yaitu dengan jalan Pemusnahan Obat.
a) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, membentuk Panitia
Pemusnahan, dengan tugas- tugas antara lain:
Menentukan cara- cara pemusnahan dengan memperhatikan
ketentuan yang berlaku dan berkonsultasi dengan BPOM
Menyiapkan obat- obatan yang akan dimusnahkan
Menyiapkan pelaksanaan pemusnahan, sesuai dengan tata cara yang
disetujui, misalnya obat dengan sediaan tablet dengan cara
direndam, ditanam atau dibakar dan larutan dengan cara dituang
isinya
Menetapkan lokasi pemusnahan yang jauh dari pemukiman dan
lokasi tersebut memang tempat pembuangan
Membuat Berita Acara Pemusnahan
Menyampaikan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada Bupati/
Walikota setempat
b) Berdasarkan laporan dari Panitia Pemusnahan, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota setempat melaporkan kepada Bupati/ Walikota, tentang
pelaksanaan Surat Keputusan Pemusnahan yaitu: Berita Acara
Pemusnahan.
g) Pengendalian
Fungsi ini merupakan fungsi inti dari pengelolaan perlengkapan yang
meliputi usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan logistik
(Subagya:1994).
Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian,
pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen logistic yang
sedang atau telah berlansung.

C. PROBLEM SOLVING
Menurut Djoko wijono problem solving cycle adalah teknik pemecahan
masalah melalui beberapa tahapan diantaranya:
1. Identifikasi masalah
Masalah adalah tidak sesuainya keinginan dengan yang diharapkan.
Identifikasi masalah dapat di lakukan dengan analisa situasi yang dapat dilakukan
dengan observasi atau wawancara (Bustami, 2011).
2. Prioritas masalah
Untuk menentukan prioritas masalah banyak cara yang dapat di gunakan
salah satunya dengan menggunakan metode USG.Tahapan penentuan prioritas
masalah dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Tim harus menetapkan beberapa masalah yang ada berdasarkan analisa
situasi,baik mengkaji data yang ada maupun dengan melakukan survey
langsung.
b. Tim menentukan kriteria untuk menyaring masalah yang telah di
identifikasi.
c. Tim menentukan kriteria masing-masing
d. Tahap berikutnya tim menentukan skor(Bustami, 2011)
3. Penentuan penyebab masalah
Untuk mencari akar-akar penyebab masalah dari masalah yang sudah di
tetapkan dan lokasi masalah yang sudah di ketahui,dapat di tetapkan dan lokasi
masalah yang sudah di ketahui, dapat di gunakan teknik salah satunya dengan
menggunakan Fish bone.
Langkah-langkah yang di lakukan meliputi:
a. Tulis masalah pada bagian kanan/ kepala ikan.
b. Tetapkan kategori untu tulang-tulang cabang.
c. Lakukak curah pendapat setiap tulang cabang untuk mengisi tulang sirip
yang ada(Bustami, 2011).
4. Penentuan alternatif pemecahan masalah
Penentuan alternatif pemecahan masalah adalah penentuan kegiatan-
kegiatan sebagai solusi dari masalah dari masalah yang ada.dapat di kemukakan
bahwa pemecahan masalah komplek hampir selalu memberi peluang untuk
mengembangkan solusi(Bustami, 2011).
BAB III
HASIL KEGIATAN LKP

A. GAMBARAN UMUM LOKASI LKP


1. KEADAAN GEOGRAFI,TOPOGRAFI,LUAS DAN BATAS WILAYAH
KABUPATEN AGAM
Kabupaten Agam memiliki luas wilayah yaitu 2.232,30 km2 atau 5,29% dari
luas wilayah Provinsi Sumatera Barat yang mencapai 42,297,30 km2.Topografi
daerah Kabupaten Agam bervariasi antara wilayah datar,datar berombak,berombak
begelombang serta wilayah berbukit bergunung.Ketinggian dari permukaan laut
berkisar antara 0-2.891 meter.
Ditinjau dari batas daerah,maka Kabupaten Agam mempunyai batas:
a. Sebelah utara dengan Kabupaten Pasaman Barat.
b. Sebelah selatan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Tanah Datar.
c. Sebelah timur dengan Kabupaten Lima Puluh Kota.
d. Sebelah barat dengan Samudera Hindia
Dilihat dari segi kondisi alamnya,Kabupaten Agam merupakan daerah yang
paling lengkap sumber daya alamnya,karena selain memiliki laut di Kecamatan
Tanjung Mutiara,juga memiliki dua gunung,yaitu Gunung Marapi di Kecamatan
Sungai Pua dengan ketinggian 2.891 meter dari permukaan laut dan Gunung
Singgalang di Kecamatan IV Koto dengan ketinggian 2.877 meter(dpl)serta terdapat
satu buah danau,yaitu Danau Maninjau di Kecamatan Tanjung Raya dengan luas
9.950 Ha dengan kedalaman mencapai 157 meter dan keliling danau sepanjang 66
km.Dengan demikian , Kabupaten Agam memiliki potensi yang sangat besar untuk
pengembangan usaha perikanan laut,perikanan darat/air tawar,pertanian,perkebunan
serta pengembanagan usaha pariwisata.
Wilayah administrasi Kabupaten Agam terdiri atas 16 kecamatan dengan 82
nagari.pusat pemerintahan berada di Kota Lubuk Basung,yang berjarak 114 km dari
Kota Padang atau 63 km dari Kota Bukittinggi.

2. KEDUDUKAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN AGAM


Dinas Kesehatan Kabupaten Agam adalah unsur pelaksana Pemerintah
Daerah Kabupaten Agam yang dipimpin oleh Seorang Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Agam yang berada dibawah dan bertaggung jawab Kepada Bupati Agam
melalui sekretaris daerah Kabupaten Agam.

3. KEWENANGAN KESEHATAN KABUPATEN AGAM


Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas, Dinas Kesehatan
Kabupaten Agam mempunyai kewenangan wajib dalam bidang pembangunan
kesehatan berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006, sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
b. Pemberian izin terhadap penyelenggaraan pelayanan dan sarana kesehatan;
c. Pencegahan dan Pengedalian Penyakit Menular;
d. Pencegahan dan penanggulanagan penyalahgunaan obat dan NAPZA;
e. Pengadaan dan pengelolaan obat esensial dan sangat esensial di Agam;
f. Penetapan rekruitman tenaga kesehatan Haji Indonesia dan tenaga kesehatan
lainnya;
g. Penyelenggaraan program keluarga berencana dan Kesehatan Ibu dan Anak;
h. Penyelenggaraan Jaminan social Kesehatan;
i. Penyelenggaraan system kewaspadaan dan investigasi gizi;
j. Penyelenggaran pembiayaan pelayanan kesehatan;
k. Penyelenggaraan akreditasi sarana dan prasarana keehatan;
l. Penyelenggaraan pendidikan dan penyalahgunaan tenaga kesehatan;
m. Penyelenggaraan penggunaan, konservasi, pengembangan dan pengawasan
obat;
n. Penyelenggaraan penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi
kesehatan dan standar etika penelitian kesehatan;
o. Penyelenggaraan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk
makanan dan penetapan pedoaman pengawasan peredaran makanan;
p. Penyelenggraraan system jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat;
q. Penetapan kebijakan untuk mendukung pembangunan bidang kesehatn di
Daerah;
r. Penyelenggraan dan pengawasan standar pelayanan minimal dalam bidang
kesehatan daerah yang wajib dilaksanakan oleh kabupaten;
s. Penyususnan rencna bdang kesehatan daerah;
t. Perizinan bidang kesehatan oleh daerah;
u. Penanggulangan wabah dan bencana yang berskala daerah kabupaten;
v. Penyelenggaraan sistim kesehatan daerah;
w. Pengawasan teknis terhadap pelaksanaan seluruh bidang kesehatan sesuai
peraturan perundang undangan yang berlaku;
x. Penyelenggraan dan pengawasan kerjasama kesehatan daerah;
y. Penyelenggaraan perjanjian atau persetujuan Internasional atas nama Daerah;
z. Penyelenggaraan pembinaan Sumber Daya Kesehatan;
aa. Penyuluhan kesehatan, Advokasi, Bina Suasana dan pemberdayaan
masyarakat;
bb. Pembinaan masyarakat seperti posyandu, Nagari Siaga, UKS, UKK,
Poskantren, Batra, dan PHBS.

4. VISI DAN MISI DINAS KESEHATAN KABUPATEN AGAM


a. Visi
Dinas Kesehatan Kabupaten Kabupaten Agam mempunyai visi yaitu
Agam Sehat Yang Alami (Agamis, Lestari, Adil, Mandiri, Indah)
b. Misi
Untuk mewujudkan visi Dinas Kesehatan Agam tersebut, maka
ditetapkan 3 misi, yaitu:
1) Menggerakkan Pembangunan Kabupaten Agam yang berwawasan kesehatan.
2) Menumbuhkan dan meningkatkan kemandirian masyarakatdalam
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan membedayakan pola hidup
bersih dan sehat.
3) Meningkatkan ketersediaan dan kelangsungan pelayanan kesehatan yang
bermutu, adil dan merata serta mudah dijangkau.
Pelaksanaan Visi dan Misi tersebut diatas berpodaman pada nilai-nilai:
1) Berpihak kepada rakyat.
2) Bertindak cepat dan tepat.
3) Kerjasama lintas sektoral.
4) Integritas tinggi.
5) Transparansi dan akuntabilitas.

5. KEPENDUDUKAN DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT


a. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data BPS Kabupaten Agam jumlah penduduk Kabupaten Agam
2012 adalah 463.819 jiwa,dimana jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak
227.414 jiwa(49,03%)dan penduduk perempuan berjumlah 236.405 (50,97%).jika di
bandingkan dengan tahun 2011 terjadi peningkatan dari 459.083 jiwa tahun 2011
menjadi 463.819 jiwa tahun 2012.
Adapun ratio jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah 96,20% dan ratio beban
tanggungan keluarga per rumah tangga adalah sebesar 67%.Sama halnya dengan
tahun 2011,Kecamatan Lubuk Basung merupakan kecamatan dengan penduduk
terbanyak yaitu sebanyak 9.065(1,95%).Jika di bandingkan dengan tahun
2011,jumlah penduduk di Kecamatan Lubuk Basung mengalami peningkatan sebesar
0,3%,sedangkan di Kecamatan Malalak mengalami penurunan sebesar 0,06%.
b. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kepadatan Penduduk
Kelahiran dan perpindahan penduduk di suatu wilayah menyebabkan
bertambahnya jumlah penduduk di suatu wilayah.jumlah penduduk kabupaten agam
tahun 2012 adalah sebanyak 463.819 jiwa dan tahun 2011 yaitu sebanyak 459.083
jiwa.Angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Agam tahun 2012 dibandingkan
tahun 2011 adalah sebesar 205,61/km2.Kecamatan IV Angkek merupakan kecamatan
yang terpadat jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 10,536 KK.Sedangkan
Kecamatan Malalak merupakan kecamatan yang terjarang penduduknya yaitu 52,32
jiwa/km2 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 2.380 KK.
c. Profil Penduduk Miskin
Jumlah rumah tangga (ruta) menurut klasifikasi kemiskinan dan kecamatan
di Kabupaten Agam tahun 2012 adalah sebanyak 37.894 ruta(33,87%)dengan rincian
3.557 kategori sangat miskin,3.680 ruta miskin,9.845 hampir miskin dan 20.812
rentan miskin.Jumlah ruta sangat miskin,miskin dan hampir miskin adalah 17082
ruta/KK.Dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi penurunan jumlah KK miskin yaitu
dari 18,34% menjadi 15,27 tahun 2012.
d. Kelahiran
Kelahitan (fertilitas) merupakan salah satu bagian dari parameter demografi
yang memberi salah satu bagian dari parameterdemografi yang memberi pengaruh
langsung terhadap pertumbuhan penduduk.jumlah kelahiran di Kabupaten Agam
selama tahun 2012 adalah sebanyak 8231 kelahiran,dengan perincian kelahiran laki-
laki sebanyak 4.353 orang (52,89%)dan kelahiran perempuan sebanyak 3.878
orang(47,11%).
Dari jumlah kelahiran tersebut,kelahiran hidup berjumlah 8.130 orang dan
kelahiran matisebanyak 110 orang(1,22%).Jumlah kelahiran hidup laki-laki yaitu
4.292 orang dan kelahiran mati laki-laki adalah sebanyak 61.angka lahir mati per
1.000 kelahitran 14,01 % .Sementara itu jumlah kelahiran hidup perempuan adalah
sebanyak 3.838 orang dan kelahiran mati sebanyak 40 orang,dengan angka lahir mati
bayi perempuan per 1.000 kelahitran yaitu 10,31%.hal ini menunjukan bahwa jumlah
lahir mati perempuan lebih sedikit di bandingkan jumlah lahir bayi laki-laki.
e. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Agam tercermin dari jenjang
pendidikan yang di tamatkan.Dimana berdasarkan data Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Agam selama tahun 2012 terdapat 99,8% penduduk yang
berumur di atas 10 tahun yang telah menamatkan pendidikannya,baik pada tingkat
SD,SLTP,SLTA,dan perguruan tinggi(PT).
Jumlah penduduk laki-laki usia 10 tahun ke atas yang telah menyeleseikan
pendidikan yaitu sebanyak 53.539 orang atau 49,5%,sedangkan penduduk perempuan
sebanyak 54.557 atau 50,5%.

B. PROFIL DINAS KESEHATAN KABUPATEN AGAM


Dinas Kesahatan Kabupaten Agam mempunyai tugas melaksanakan
urusan pemerintahan derah berdasarkan azaz otonomi dan tugas pembantuan dibidang
kesehatan. Dalam menyelenggarakan tugasnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Agam
mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang Kesehatan.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
kesehatan.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan.
d. Pelaksanaan tugas- tugas lain diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Pada struktur Dinas Kesehatan Kabupaten Agam terdapat 1 bagian
sekretariat dan 4 bidang. Masing-masing bidang memiliki 3 seksi, sedangkan pada
bagian sekretariat terdapat 3 sub bagian. Berikut uraian tentang bagian-bagian di
Dinas Kesehatan Kabupaten Agam berdasarkan hasil pengamatan lapangan oleh
kelompok:
1. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas melakukan pengelolaan aset, urusan rumah
tangga, perlengkapan, surat-menyurat, kepegawaian, kearsipan, keuangan,
penyusunan perencanaan dan pelaporan. Sekretariat terdiri dari 3 Sub Bagian yaitu :
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Subag Umum dan Kepegawaian bertugas menyelenggarakan program
administrasi umum dan kepegawaian dalam arti melaksanakan urusan surat menyurat,
kearsipan, ekspedisi, penggandaan, administrasi perjalanan dinas, kerumah tanggaan,
peralatan dan perlengkapan kantor, melaksanakan pengelolaan administrasi
kepegawaian, hukum, organisasi dan tatalaksana, kehumasan dan penilaian angka
kredit tenaga kesehatan.
b. Sub Bagian Keuangan
Tugas Subag Keuangan adalah menyelenggarakan pelayanan administrasi
keuangan, menyelenggarakan pembukuan, laporan keuangan dan memelihara
dokumen keuangan serta membuat laporan pertanggung jawaban keuangan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
c. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan
Tugas Subag Perencanaan dan Pelaporan adalah menyiapkan bahan
penyusunan rencana umum jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dan
proposal pengembangan kegiatan sesuai skala prioritas dan arahan pimpinan.

2. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan


Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan
dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pengendalian dan pemberantasan
penyakit, surveilans epidemiologi, imunisasi dan bencana serta kesehatan lingkungan.
Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan memiliki 3 seksi yaitu : Seksi Surveilens
Imunisasi dan Bencana, Seksi Pengendalian dan Penmberantasan Penyakit (P2P) dan
Seksi Kesehatan Lingkungan.
3. Bidang Pelayanan Kesehatan
Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan dan
mengkoordinasikan pelaksanaan tugas perencanaan, pelaksanaan, pembinaan,
pengawasan dan evaluasi kerja seksi kesehatan dasar, rujukan dan khusus, seksi
kesehatan ibu dan anak, dan seksi gizi.

4. Bidang Informasi dan Promosi Kesehatan


Bidang Informasi dan Promosi Kesehatn mempunyai tugas melaksanakan
dan mengkoordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi
kegiatan UKBM, data dan informasi serta promosi/ penyuluahan kesehatan.Bidang
Informasi dan Promosi Kesehatan memiliki 3 seksi yaitu : Seksi Promosi Kesehatan,
Seksi Data dan Informasi dan Seksi Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat.

5. Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan


Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan dan
mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi
kegiatan pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan, sarana, peralatan dan
perbekalan kesehatan serta kefarmasian dan pengawasan obat dan makanan. Bidang
Jaminan dan Sarana Kesehatan memiliki 3 seksi yaitu : Seksi Jaminan Kesehatan,
Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan dan Seksi Kefarmasian dan Pengendalian Obat
dan Makanan (POM).

C. GAMBARAN UMUM SEKSI KEFARMASIAN DAN POM


1. Tugas Pokok
Menyelenggarakan program pengadaan obat dan perbekalan kesehatan
dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar, serta melaksanakan
pengawasan dan pengendalian standar mutu obat dan makanan.
2. Fungsi
Seksi Kefarmasian dan Pengendalian Obat dan Makanan memiliki beberapa
fungsi, diantaranya :
a) Melaksanakan pengadaan obat-obatan, alat kesehatan, regensia, vaksin dan
perbekalan kesehatan lainnya;
b) Menyiapkan rencana anggaran, kebutuhan tahunan obat, alat-alat
kesehatan, regensia, vaksin sertta perbekalan kesehatan lainnya untuk
penunjang pelayanan kesehatan dasar;
c) Menyusun petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta petunjuk
operasional pelaksanaan pengadaan obat, alat kesehatan, regensia, vaksin
dan perbekalan kesehatan;
Adapun program-program seksi kefarmasian dan pengendalian obat dan
makanan sebagai berikut :
a. Pengadaan dan manajemen obat, adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
sebagai berikut :
1) Peningkatan sarana dan prasarana kefarnasian
2) Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan
b. Pengawasan obat dan makanan (POM), adapun kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan sebagai berikut :
1) Pelatihan keamanan pangan bagi masyarakat pengusaha Industri
Rumah Tangga Pangan di Kabupaten Agam.
2) Pemantauan tempat pengolahan pangan.
3) Pemantauan toko obat, apotik dan toko makanan.
4) Lomba / penilaian pasar pabukoan.
5) Pemeriksaan dan pengambilan sampel KLB keracunan pangan.
6) Melalui dana Balai POM Sumatera Barat.
Menurut Depkes RI, 2008 salah satu tugas Dinas Kesehatan Kabpuaten/Kota
adalah melakukan pengelolaan terhadap obat-obatan dalm skala Kabupaten/Kota.
Dalam menjalankan tugas tersebut Unstalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Agam melakukan beberapa tahap manajemen logistic obat, yaitu perencanaan,
penganggaran, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pengendalain.
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok di lapangan kelompok, tahap
penghapusan obat belum dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Agam pata tahun 2013. Berikut uraian tentang pelaksanaan tahap-tahap
Manajemen Logistik Obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Tahun 2013 :
1. Perencanaan obat
Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Agam proses perencanaan obat dilakukan
melaui beberapa tahap yaitu:
a. Tahap pemilihan obat.
b. Tahap kompilasi pemakaian obat.
c. Tahap perhitungan kebutuhan obat.
d. Tahap proyeksi kebutuhan obat.
e. Tahap penyesuaian rencana kebutuhan obat.
Berdasarkan hasil wawancara kelompok dengan Kepala Seksi Kefarmasian
Dinas Kesehatan Kabupaten Agam diketahui bahwa perencanaan obat yang ada di
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Agam disusun berdasarkan kebutuhan
obat pada puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Agam yang mengacu pada
10 penyakit terbanyak dari data puskesmas

2. Penganggaran
Penganggaran pada Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Agam
dilakukan dengan cara melakukan evaluasi terhadap perencanaan yang telah disusun
untuk di sesuaikan dengan besarnya biaya dari dana-dana yang tersedia. Semua
perencanaan kebutuhan obat dicek dan disesuaikan dengan biaya yang ada.
3. Pengadaan Obat
Pengadaan obat yang ada di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Agam dilakukan 3 kali dalam setahun serta lansung diterima dari produsen obat yang
telah bekerjasama dengan Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Agam.
Pengadaan obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Agam
berdasarkan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan harga obat dengan
berpedoman pada aturan menurut Menkes RI.

4. Peyimpanan
Penyimpanan pada gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Agam
menggunakan sistem satu lantai dengan arus U . Obat disusun berdasarkan bentuk
sediaan dan secara alfabet. Penyusunan obat di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Agam menggunakan prinsip kombinasi First In First Out (FIFO) dan First
Expire First Out (FEFO).
Pada Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Agam terdapat kartu stok
oabat yang digunakan untuk penerimaan obat, pengeluaran, obat rusak, atau
kadaluarsa. Tiap lembar kartu stok digunakan untuk data1 jenis obat yang berasal dari
1 (sumber anggaran. Kartu stok diletakan bersamaan/ berdekatan dengan obat yang
bersangkutan.

5. Pendistribusian
Pendistribusian obat yang ada di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Agam terdiri dari 2 tahapan yaitu:
a. Distribusi rutin dilakukan 3 kali dalam satu tahun
b. Distribusi berdasarkan LPLPO(Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat) dari puskesmas.
6. Penghapusan obat
Penghapusan obat yang ada di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Agam tahun 2013 belum dilaksankan karena obat yang sudah kadaluarsa atau expire
date hanya di simpan di gudang farmasi dan berdampingan dengan obat lain yang
masih dipakai.

7. Pengendalian
Pengendalian yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Agam melalui pengendalian terhadap setiap tahap pengelolaan logistic
obat pada Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan dan setiap tahap pengelolaan logistic
obat pada 22 puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan
KabupaetenAgam.

D. PELAKSANAAN ADMINISTRASI DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN


AGAM
Pelaksanaan administrasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Agam
dilakukan melalui 3 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Berikut
uraian tentang tahap-tahap pelaksanaan administasi di Dinas Kesehatan Kabupaten
Agam :
1. Perencanaan
Perencanaan program untuk masing-masing seksi di Dinas Kesehatan
Kabupaten Agam disusun berdasarkan Rencana Strategis(renstra), Standar Pelayanan
Minimasl (SPM) dan target MDGs. Penyusunan perencanaan progam juga dilakukan
berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Rencana program yang telah disusun
diserahkan kepada bagian perencanaan. Selanjutnya rencana kegiatan tersebut
dipresentasikan di depan Kepala Dinas dan Kepala Puskesmas. Untuk kegiatan
mingguan, masing-masing seksi menyerahkan rencana kegiatan kepada bagian
perencanaan pada hari kamis minggu sebelumnya.
Pada perencanaan anggaran di Dinas Kesehatan Kabupaten Agam dilakukan
melalui penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) oleh masing-masing seksi
berdasarkan Renja dan renstra, selanjutnya RKA tersebut diserahkan kepada bagian
perencanaann. Kemudian bagian perencanaan akan merekap semua RKA dari
masing-masing dalam bentuk RKA Dinas Kesehatan Kabupaten Agam. RKA Dinas
Kesehatan Kabupaten Agam dikirim oleh bagian perencanaan kepada Tim Anggaran
Pemerintah Daerah (TAPD).

2. Pelaksanaan
Kegiatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Agam dilaksanakan sesuai
perencanaan yang telah disusun. Masing-masing seksi melaksanakan kegiatan sesuai
dengan apa yang tertulis dalam rencana kegiatan. Kegiatan yang dilaksanakan oleh
masing-masing seksi selama 1 minggu diserahkan kepada bagian perencanaan dalam
bentuk Laporan Kegiatan mingguan.
3. Evaluasi
Evaluasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Agam untuk kegiatan mingguan
dilaksanakan pada hari senin melalui rapat yang dipimpin Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Agam, Kepala Bidang, dan Kepala Seksi. Pada rapat mingguan tersebut
disampaikan kegiatan yang telah dilaksanakan pada minggu yang lalu dan kegiatan
yang akan dilakukan pada minggu selanjutnya. Hasil rapat mingguan tersebut akan
dicatat oleh bagian perencanaan dan diserahkan pada masing-masing seksi.
BAB IV
PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH

A. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok di lapangan dipilih 3 masalah
untuk dijadikan identifikasi, masalah tersebut antara lain :
a. Penghapusan obat kadaluarsa di Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Tahun 2013
belum dilaksanakan.
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggung jawab bendahara barang
atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang
berlaku penghapusan barang diperlukan karena :
1) Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali.
2) Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk diatur
ulang.
3) Bahan/barang sudah melewati masa kadalursa (expire date)
4) Bahan/ barang hilang karena pencurian atau sebab lain.(Depkes RI,2008)
Dalam kondisi nyata obat yang expire date pada tahun 2013 di Dinkes Agam
belum dilakukan kegiatan penghapusan.

b. Pengkodean inventaris kantor di Dinas Kesehatan Kabupaten Agam tahun 2013


belum dilaksanakan.
Inventaris kantor sangatlah penting bagi kelangsungan sebuah Instansi.
Apabila salah satu atau beberapa perlengkapan mengalami gangguan, maka pasti
akan menghambat jalannya roda perekonomian Perusahaan yang biasanya berupa
tidak teraturnya keorganisasian sebuah inventaris kantor atau kurangnya sebuah
sistem dalam menginventaris perlengkapan kantor (kerjasama penerbit Andi dan
Wahana Komputer, 2007: 37).
Dalam kondisi nyata di Dinas Kesehatan Kabupaten Agam tahun 2013
belum dilaksanakan pengkidean terhadap inventaris kantor.
c. Belum tercapainya masyarakat yang mendapat jaminan kesehatan sebesar 3,3 %
dari target RPJM tahun 2012.
Masalah adalah tidak sesuainya keinginan dengan yang
diharapkan.(Bustami, 2011). Pencapaian masyarakat yang mendapat Jaminan
Kesehatan tahun 2012 di Kabupaten Agam adalah 56,70 %, sedangkan target di
renstra adalah 60 %.

B. PRIORITAS MASALAH
Dalam menetapkan prioritas masalah kelompok menggunakan Metode USG.
Menurut Djoko Wiyono Metode USG adalah cara semi kuantitatif dalam menetapkan
urutan prioritas masalah dengan memperhatikan urgensinya,keseriusannya dan
adanya kemungkinan berkembang.
1. Urgensi(urgency)
Dilihat tersedianya waktu, mendesak/tidak masalah itu di seleseikan.
2. Keseriusan(seriousness)
Melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh
terhadap keberhasilan, membahayakan sistem yang ada atau tidak.
3. Berkembangnya masalah(growth)
Apakah masalah berkembang sedemikian rupa sehingga sulit/ tidak bisa
dicegah.
Kelompok mengemukakan tiga persoalan yaitu:
A. Penghapusan obat kadaluarsa di Di Dinkes Agam tahun 2013 belum di
laksanakan
B. Pengkodean inventaris kantor di Dinkes Agam tahun 2013 belum di
laksanakan
C. Belum tercapainya masyarakat yang mendapatkan jaminan kesehatan sebesar
3,3% dari target RPJM tahun 2012
Masalah-masalah di atas masing masing diperbandingkan, seperti pada table
di bawah ini :

Tabel 4.1 Perbandingan Masing-Masing Identifikasi Masalah di Dinkes Agam


Tahun 2013 Berdasarkan Aspek USG
AS pek Urgency Aspek Seriousness Aspek Growth
A:B A A:B A A:B A
A:C A A:C C A:C A
B:C C B:C B B:C C

A=2 A=1 A=2


B=0 B=1 B=0
C=1 C=1 C=1
Setelah ketiga masalah tersebut diperbandingkan dan di dapatkan poin untuk
masing masing masalah pada setiap aspek, selanjutnya kelompok menghitung poin
masing-masing masalah untuk menetapkan prioritas masalah. Seperti yang terlihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.2 Penetapan Prioritas Masalah di Dinkes Agam Tahun 2013 dengan
Metode USG
Masalah Urgency Seriousness Growth Total
A 2 1 2 5
B 0 1 0 1
C 1 1 1 3

Dari penilaian terhadap masalah A, B, dan C tersebut setelah di susun dan di


sepakati akhirnya kelompok menetapkan, bahwa urutan proiritas masalahnya adalah
A, C, dan B untuk di pecahkan persoalannya.
C. ANALISIS MASALAH
Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Agam tahun 2013 telah dilaksanakan
tahapan perencanaan, penganggaran, Pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan
pengendalian. Sedangkan tahap penghapusan belum dilaksanakan. Berdasarkan
analisa situasi kelompok di lapangan diketahui bahwa penghapusan obat Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Agam tahun 2013 belum dilaksankan karena
keterbatsan dana dan tidak adanya lat pemusnah obat yaitu incinerator.
Obat yang sudah kadaluarsa atau expire date hanya di simpan di gudang
farmasi dan berdampingan dengan obat lain yang masih dipakai. Diantara obat
kadaluarsa yang tidak dihapuskan untuk tahun 2013 adalah IV Cateter No.18,
Bilirubin, Ripampicin 600 mg, Anti.D, CP2 100 mg.
Sedangkan Menurut Subagya (1996) barang/bahan yang telah melewati
masa kadaluarsa (expire date) perlu diberlakukan penghapusan guna pembebasan
barang dari pertanggungjawaban sesuai peraturan atau perundang-undangan yang
berlaku. Menurut Depkes RI,2008 kegiatan penghapusan obat bertujuan
menghindarkan pembiayaan (biaya pemeliharaan, penjagaan, penyimpanan) dan
menjaga keselamatan serta menghindarkan diri dari pengotoran lingkungan.
Jadi Penghapusan obat yang ada di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Agam Belum sesuai dengan yang di harapkan karena kegiatan
penghapusan terhadap obat kadaluarsa belum dilaksanakan.
D. ANALISIS PENYEBAB MASALAH

MAN Ekonomi MONEY


METODE
Pengetahuan masyarakat
umumnya
Masyarakat Kurangnya
menengah ke
penyuluhan
bawah
tentang penyakit
pada lansia
Perilaku

Masyarakat
Kejadian
Hipertensi
dan Rematik
Pada Lansia
di Nagari Aia Tidak adanya peralatan Tidak adanya
Manggih
(khusunya untuk posyandu
tahun 2014
sebesar 25 % fisioterapi lansia Lansia
dan 24,8 % rematik )

MACHINE MATERIAL

Gambar 4.1 Penentuan Penyebab Masalah Menggunakan Fish Bone

Keterangan ;
1. Man

a. Kurangnya Pengetahuan Lansia Tentang Hipertensi dan Rematik.

b. Perilaku Masyarakat Tentang Pola Hidup Sehat Lansia Kurang.

2. Money
Mayoritas Masyarakat Nagari Aia Manggih bermata pencarian bertani dengan

tingkat ekonomi 61,14 % berstatus ekonomi rendah.

3. Material

Tidak Adanya Posyandu Lansia Karena posyandu lansia belum dibentuk.

4. Methode

Kurangnya Penyuluhan petugas kesehatan tentang kesehatan lansia dibuktikan

tidak terlaksananya posyandu lansia.

5. Machine

Tidak Adanya Peralatan Khusus Fisioterapi ntuk penderita rematik


E. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Penentuan alternatif pemecahan masalah adalah penentuan kegiatan-kegiatan
sebagai solusi dari masalah.Dari masalah yang ada dapat di kemukakan bahwa
pemecahan masalah komplek hampir selalu memberi peluang untuk mengembangkan
solusi(Bustami, 2011).Berikut kegiatan-kegiatan yang dipilih kelompok dalam
pemecahan masalah :
a. Pemusnahan obat kadaluarsa
b. Pemberian label antara obat yang sudah kadaluarsa dengan obat yang masih
dipakai.
c. Membuat alur manajemen logistik obat.

F. PELAKSANAAN(INTERVENSI)
a. Membuat alur manajemen logistik obat.
b. Menyarankan kepada Seksi Kefarmasian dan POM Dinas Kesehatan Kabupaten
Agam untuk memasukkan kegiatan penghapusan obat dalam penyusunan RKA
tahun 2014.
c. Menyarankan kepada Seksi Kefarmasian dan POM Dinas Kesehatan Kabupaten
Agam untuk bekerjasama dengan RSUD Lubuk Basung dalam pemusnahan obat
kadaluarsa menggunakan incenerator.
G. PLAN OF ACTION (RENCANA KEGIATAN)
Kegiatan intervensi yang dilakukan kelompok dijabarkan dalam
bentuk tabel Rencana Kegiatan (Plan Of Action) seperti yang terlihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.3 Plan Of Action (POA)
N Masalah Nama Kegiatan Tujuan Sasaran Tar Indikator Pelaksana Tempat Dana Waktu
o get Pencapaian
1 Belum Membuar alur Memberita Seluruh 85% Terlaksana Mahasiswa Dinkes Rp Rabu,
terlaksananya manajemen hukan staf Seksi nya Stikes Fort Agam 50.000 11 Des
penghapusan logistic obat kembali Kefarma kegiatan De Kock 2013
obat tentang sian dan penghapus
kadaluarsa di siklus POM an obat
Dinkes Agam manajemen kadaluarsa
Tahun 2013 logistic obat
Menyarankan Agar Kepala 80% Terlaksana Mahasiswa Dinkes - Rabu,
kepada Seksi kegiatan Seksi nya Stikes Fort Agam 11 Des
Kefarmasian dan penghapusan Kefarma kegiatan De Kock 2013
POM agar obat di sian dan penghapus
memasukkan daftarkan POM an obat
kegiatan dalam kadaluarsa
penghapusan obat penyusunan
kadaluarsa dalam RKA 2014
RKA tahun 2014
Menyarakan Untuk Kepala 80% Terlaksana Mahasiswa Dinkes Rabu,
Kerjasama Seksi melaksanaka Seksi nya Stikes Fort Agam 11 Des
Kefarmasian dan n kegiatan Kefarma kegiatan De Kock 2013
POM dengan penghapusan sian dan penghapus
RSUD Lubuk obat POM an obat
Basung kadaluarsa
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Proses penyusunan perencanaan kegiatan pada masing-masing bidang di
Dinas Kesehatan Kabupaten Agam bersifat partisipatif serta berdasarkan
target yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis (Renstra) Dinas
Kesehatan Kabupaten Agam, Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan target
Millenium Development Goals(MDGs).
2. Dalam penyusunan perencanaan anggaran,masing-masing bidang di Dinas
Kesehatan Kabupaten Agam membuat Rencana Kerja Anggaran (RKA) yang
memuat rencana kegiatan untuk tahun depan serta anggaran yang dibutuhkan
untuk kegiatan tersebut.RKA tersebut diserahkan pada bagian perencanaan
dan akan dikirim ke Badan Perencanaan Daerah.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Agam melaksanakan evaluasi kegiatan mingguan
setiap hari senin melalui kegiatan rapat bersama Ka.Dinas, Kepala Bidang,
Kepala Seksi, dan sekretaris.
4. Identifikasi masalah yang ditemukan kelompok di Dinas Kesehatan
Kabupaten Agam antara lain : penghapusan obat kadaluarsa di Dinas
Kesehatan Kabupaten Agam Tahun 2013 belum dilaksanakan, pengkodean
inventaris kantor di Dinas Kesehatan Kabupaten Agam tahun 2013 belum
dilaksanakan, dan belum tercapainya masyarakat yang mendapat jaminan
kesehatan sebesar 3,3 % dari target RPJM tahun 2012.
5. Prioritas masalah yang dipilih kelompok adalah penghapusan obat kadaluarsa
di Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Tahun 2013 belum dilaksanakan.
6. Alternatif pemecahan masalah yang dipilih kelmpok antara lain : Pemusnahan
obat kadaluarsa, pemberian label antara obat yang sudah kadaluarsa dengan
obat yang masih dipakai, membuat alur manajemen logistik obat.
DAFTAR PUSTAKA

Bustami.2011.Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya. Padang


:Erlangga
Depkes RI.Materi Pelatihan Pengelolaan Obat di Kabupaten/Kota.Jakarta : Depkes
RI,2008
http://dinkes.ntbprov.go.id/sistem/data-dinkes/uploads/2013/10/Keputusan-
Menteri-Kesehatan-No.-267.pdf http://www.depkes.go.id/downloads/p.pdf
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/609/jbptunikompp-gdl-akrianhayy-30439-
8-unikom_-i.pdf
http://gamouchihablog.blogspot.com/2011/02/blog-komputer.html
Wijono,djoko.2004.Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan.Airlangga University
Press

Anda mungkin juga menyukai