Anda di halaman 1dari 8

M.

Kuliah : Sastra Kontemporer

Nama : Jonas Benni Gultom


Kelas : Reguler A

Ludwig dan Aku Membunuh Hitler Tanpa Alasan (Musim Semi di Berlin)

May 12, 2013 - Leave a Response

2 Votes

Cerpen Etgar Keret (Suara Merdeka, 12 Mei 2013)

TAMBAH lagi pepperoninya? usul Ludwig.

Terima kasih, aku sudah kenyang. Kutepuk-tepuk perutku.

Kenyang, seolah terpesona, Ludwig mengulang kata itu, Lama sekali aku baru dengar kata
itu lagi. Read the rest of this entry

Alasan :

Saya mengatakan ini adalah sebuah cerpen yang kontemporer, karena kita sesuaikan
dengan judul dan isi, tidak nyambung, artinya tidak ada keterkaitan antara keduanya,, dan
juga bersifat aneh bin ajaib,, ketika kita analisa judul cerpen tersebut bahwa judulnya itu
sangat temporer, kenapa kata adolf hitler smpai-sekarang pun masih terkenang dan masih
sebuu-sebut sebagai pemimpin yang bersifat otoriter dan penuh kekerasan,, adolft hitler
adalah salah seorang p[emimpin dunia pada saat terjadi perang dunia II, di mana dia berupaya
mengembangkan sayap kekuasaannya dengan cara opa, menjajah dan menguasai negara-
negara lain di dunia ini seperti negara-negara di eropa dn afrika.

Dan ketika saya menaatakan ini termasuk cerpen yang kontemporer itu juga di lihat
dari gambarnya yang begitu aneh, dan tidak ada hubungannya antara isi dan judul cerpen.
M. Kuliah : Sastra Kontemporer

Dan kalau di lihat dar segi isi juga, ceren ini terasuk kontemporer, artinya membingungkan,
sya juga kurang mengerti apa sbenarnya tema yang di ambil dari cerpen ini, kenapa karena
tidak ada kaitannya dengan judul cerpen. Sehingga kita saja sebagai pembaca bingung
apalagi orang lain.

Dan juga dalam gambar ceren tersebut sedikit terlihat aneh dimana seorang laki-laki
botak yang sedang sakit kepala sehiongga dia memegal-megal kepalanya untuk
menghilangkan rasa sakit itu, memang kalau kita lihat sejenak, dalam lukisan cerpen itu
memang ada sedikit daya tari tersendiri dan mempunyai sedikit keindahan makna. Dan
sebenarnya kalau kita kaitkan dengan isi sebenarnya memang tidak nyambuang ceritanya,
antara judul, gambar, dan juga isi sehingga dengan bentu seperti itulah bisa kita katakan
cerpen ini termasuk ceren kontemporer

Pelabuhan Matahari
May 5, 2013 - One Response

1 Vote
Cerpen Zelfeni Wimra (Media Indonesia, 5 Mei 2013)
M. Kuliah : Sastra Kontemporer

SEMUA orang tahu, ia yang pertama kali menamai garis langit barat dengan pelabuhan
matahari. Katanya, matahari akan menenggelamkan dirinya di sana bersama orang-orang
yang hidupnya bahagia. Matahari akan menyemburkan semburat warna saga. Sewarna
keriangan yang bersembunyi dalam setiap bahak tawanya. Read the rest of this entry

Categorized in Zelfeni Wimra


Tags: Media Indonesia

Alasan :

Kenapa saya memilih ini termasuk sebagai cerpen kontemporer, karena di lihat dari
segi gambar dn isi sngat unik artinya banyak kita jumpai makna-makna yang tersirat di
dalammya yaitu dengan memakai gaya bahasa yang indah dan mempesona. Seperti pada
judul pelabuan matahari apakah matahari memang mempunyai pelabuhan, kalau kita
analisa sendiri maknanya itu sangat lucu, tetapi sebenarnya di balik kelucuan itu ternyata
tersimpan makna yang tersembunyi, mungkin ada makna yang tersirat di dalamnya. Dn kalau
kita lihat dari segi gambar, juga unik artinya memakai makna tersendiri yang mengisaratkan
ada al-hal yang aneh dalam gambar ceren tersebut. Seperti gambar mata uang rupiah pada
jaman sebelumnya, itu di wan juga uang tersebut ktu jamannya mata uang tersebut masih di
pergunakan orang sebagai alat tukar, dan juga masih di miliki seseorang karena mungkin di
pergunakaknnya sebagai penghias dompet pribadinya karna gambar mata uangnya memang
juga agak sangat unik.

Dan kalau kita analisis dari segi isi memang termasuk unik, di mana dalam isi nya itu
banyak kita temukan makna-makna yang tersirat di dalamnnya, makna yang tersdembunyi,
sehinga kalau kita membacanya ada sedikit inspirasi keindahan di pikiran kita
M. Kuliah : Sastra Kontemporer

Lubang Dada Ibu


April 28, 2013 - Leave a Response

1 Votes
Cerpen Yetti A.KA (Media Indonesia, 28 April 2013)

OH, batu! Seorang ibu datang ke sana pada pagi dingin itu. Bukan untuk membuat sari daun
serai pembasuh rambut, melainkan demi mengakhiri jerit hati yang pilu.

Ia meminta batu menelan tubuhnya agar menjadi kenangan pahit yang terus menempel dalam
kehidupan anak-anaknyamereka yang telah melubangi dada seorang ibu sepanjang waktu.
Dada seorang ibu! Read the rest of this entry

Categorized in Yetti A. KA
Tags: Media Indonesia

Alasan :

Kenapa saya mengatakan ini sebagai cerp[en kontemporer, karena kalau kita lihat dari
segi isi, maknanya itu luar biasa, masih banyak kita jumpai kejadian-kejadian seperti itu,
bahkan di kalangan remaja yang sering durhaka terhadap kedua orang tuanya, jadi dengan
m,melalui ceren ini kita menjumpai kata-kata kiasan yang begitu luar biasa, dengan makna
yang sangat unik. Kalau kita kaitkan dri segi gambar sebenarnya sangat kontemporer, artinya
sangat aneh tak ada kaitannya sama sekali, tapi mungkin itulah yang membuat cerpenn ini
termasuk cerpen kontemporer.

Dimana ceren ini di samping ada makna didalamnya ad juga keindahan kata-kata
yang di ungkapkan si pengarang, dimana dalam cerpen ini memang melukiskan sebuah
gambaran seorang ibu yang memp[unyai anak, dimana anknya itu ingkar atau durhaka
kepadanya, dan anakanya itu selalu menentang ibunya bahkan merobek-robek hati ibunya,
cerpen ini saya katakan kontemporer karena pada zaman sekarang masalah seperti dalam
cerpen ini masih banyak kita jumpai sekarang, bahkan dilingkungan kita sendiri juga ada
orang yang menentang kedua orang tuanya dan tidak memperdulikannya. Kalau kita ambil
M. Kuliah : Sastra Kontemporer

sebuah novel yang berjudul Malin kundang dimana malin kundang juga seorang anak
durhaka yang menganiaya ibunya sendiri, sehingga pada akhirnya tuhan murka kepadanya.

Dan kalau kita kaitkan dari segi gambar, memang sedikit berkaitan dimana dalam
gambar itu ada sebatang pohon yang berdiri tegak, mempunyai batang, daun, ranting dan
akar. Begitu juga dengan kasih sayang oranglah tua kepada anaknya, dimana kasih
sayangnya lengkap sampaike akar-akarnya sama seperti gambar pohon itu. Tapi kenapa
anaknya melupakan kasih sayang yang tulus itu, itu adalah pertanda tanda ???? bagi anak
durhaka itu, maka dari segi gambar dan isi memang ada sling berkaitan dan cerita seperti ini
memang masih banyak kita jumpai di zaman sekarang ini, maka dari situ saya menganalisis
cerpen ini termasuk kontemporer.

Agama Apa yang Pantas bagi Pohon-pohon?


April 28, 2013 - One Response
2 Votes
Cerpen Eko Triono (Kompas, 28 April 2013)
M. Kuliah : Sastra Kontemporer

SEBELUM kau bertanya, Agama apa yang pantas bagi pohon-pohon? hujan lebih dahulu
berwarna tembaga.

Merkuri yang tinggi, tegak dan melengkung; berbaris menundukkan kepala di sisi jalan
provinsi J, dan kita mengira mereka sedang sibuk, atau mungkin berkabung, pada lalu lintas
yang senantiasa bergegas, seperti saat, seperti waktu (yang kerap terlepas dan bersambung).
Penerangan dalam bus dimatikan, sejak beberapa jam yang lalu. Read the rest of this entry

Categorized in Eko Triono


Tags: Kompas

Analisis saya :

Dimana ceren ini termasuk kontemporer karena dari segi judul saja agaknya sudh
aneh, gak nyambung apa lagi kita kaitkan dengan isi makin gak nyambung, di judul saja kita
sudah bingung mengarikan apa sebenarnya makna yang terkandung dalam cerpen itu, dimana
judulnya tadi agama apa yang pantas bagi pohon-pohon sebenarnya ari segi makna bahwa
ini merupakan suatu fenomena yang nyata dan akan sedikit sulit dipahami.

Apalagi kita kaitkan dengan segi isi makin tidak nyambung, aneh tapi nyata, isi nya
aja tidk nyambung bagaimana kita bisa mengartikan makna cderpen tersebut, menentukan
temanya juga agak susah harus perlu bantuan dari seorang ilmuan sastrawan mengenai gaya
bahasa, kalau tidak bagaimana kita bisa mengartyikannya sendiri, sebenarnya ini merupakan
sebuah fiktif belaka atinya suatu humor yang penuh keindahan makna bahasa, sebenarnya ada
makna bahasa tersendiri yang tersimpan di dalam isi cerpen tersebut, sehingga cerp[en itu
bisa kita katakan sebagai cerpen kontemporer artinya ceren aneh, gak nyambung di mulai dari
judul, gambar dan isi, makin membingungkan

Mariantje dan Pasangan Tua


M. Kuliah : Sastra Kontemporer

April 21, 2013 - 3 Responses


4 Votes
Cerpen Erni Aladjai (Media Indonesia, 21 April 2013)

RABU pagi yang bercahaya, mereka terbangun satu selimut. Laura dan Don masih bersama.
Tak ada yang pergi lebih dahulu. Tuhan masih ingin melihat mereka melewati hari-hari baru.

Setiap malam, menjelang kelopak mata mengatup, Laura akan memasukkan jemarinya ke
sela-sela jemari Don. Ritual rahasia mereka, yang hanya diketahui oleh Mariantje. Read the
rest of this entry

Categorized in Erni Aladjai


Tags: Media Indonesia

Analisis saya :

Cerpen tersebut juga termasuk kontemporer karena dalam gambar tersebut ada sedikit
yang aneh, dimana mariantje rambutnya keriting, mukanya sempoyongan,bajunya agak
sedikit kuno dan duduk sendiri di sebuah kursi, dan juga gambar yang di samping sedikit
aneh dimana keduanya kurus inggi langsing kaya penyakitan TBC, kurang vitamin dan
mungkin itu yang menyebabkan cerpen ini termasuk cerpen kontemporer. Dan juga pasangan
keduanya dilihat sangat akrab walaupun sudah tua berkeriput tetapi keduanya sangat cocok
dan serasi.

Dan kalau dilihat dari segi isi,memang sedikit kontemporer kenapa, dalam cerpen
tersebut menceritakan kedua pasangan yang begitu akrab dan serasi walaupun mereka sudah
tua, tapi kecintaan antara sesamanya masih terjalin dengan kuat kaya masih waktu muda aja,
ketika remaja masih selalu dibayangi oleh cinta hati, memang sebenarnya kata cinta cukup
mempesona dan ada daya tarik tersendiri bagi orang yang memaknainya, bahwa cinta adalah
hiasan hati yang harus dimiliki oleh seseorang seperti dalam cerpen tersebut, yaitu seorang
M. Kuliah : Sastra Kontemporer

nenek dan kakek dalam pasangan suami istri begitu indahnya keduanya menjalin cinta
sesama mereka, mereka sering canda dan tawa, mereka bersama-sama dalam kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai