Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar lahan pertanian di Indonesia telah berubah menjadi lahan kritis
akibat pencemaran dari limbah industri/pabrik dan pemakaian pupuk
anorganik/kimia yang terlampau banyak secara terus menerus sehingga membuat
unsur hara tanah semakin menurun . Lahan pertanian yang sudah masuk dalam
kondisi kritis mencapai 66% dari kurang lebih 7 juta lahan pertanian yang ada di
Indonesia. Jika hal ini dibiarkan, produktivitas lahan akan terus menurun dan
akhirnya lahan tersebut sendiri akan mati. Langkah yang bisa dilakukan untuk
mengatasi hal ini adalah dengan penggunaan pupuk organik untuk mengganti
penggunaan pupuk anorganik/kimia pada tanah pertanian. Penggunaan pupuk
organik bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia,
sehingga dosis pupuk & akibat pencemaran lingkungan yang disebabkan
penggunaan pupuk kimia bisa dikurangi. Oleh karena itu, dalam praktikum kali
ini kami mencoba untuk membuat pupuk organik dengan bahan dasar yang
berasal dari sisa-sisa panen yaitu sisa sayuran (kubis, brokoli, dan kembang kol).

1.2 Tujuan

Tujuan secara umum dalam praktikum pembuatan pupuk organik ini adalah
diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana proses dalam pembuatan pupuk
dimulai dari pemilihan bahan, pencarian bahan, pengumpulan bahan, pembuatan
kompos hingga pengemasan dan uji kadar unsur-unsur yang terkandung.
1.3 Manfaat

Manfaat secara umum dalam praktikum pembuatan pupuk organik ini adalah kita
dapat membuat pupuk organik secara benar dan dapat diaplikasikan untuk
mengurangi dampak dari penggunaan pupuk anorganik yang selama ini
digunakan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pupuk

Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang menyediakan unsure hara bagi
kebutuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung.

(Anonymous a, 2011)

Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi
tanaman.

(Anonymous b, 2011)
Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk
tanaman dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara.

(Novizan, 1999)

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik.

(Anonymous c, 2011)

2.2 Macam-Macam Pupuk

2.2.1 Berdasarkan Sumber Bahan

Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk yaitu
pupuk organik atau pupuk dan pupuk kimia atau pupuk buatan. Pupuk
organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau
organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia dibuat melalui proses
pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. Pupuk kimia biasanya
lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat
dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari
sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah
karena membantu pengikatan air secara efektif.

1. Pupuk organik

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik
daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk
hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas
tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan
bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).

a. Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan
yang kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan
yang bisa dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi,
domba, dan ayam. Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa
cair yang berasal dari air kencing (urine) hewan. Pupuk kandang
mengandung unsur hara makro dan mikro.Pupuk kandang padat (makro)
banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium. Unsur hara mikro
yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya kalsium, magnesium,
belerang, natrium, besi, tembaga, dan molibdenum. Kandungan nitrogen
dalam urine hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan
kandungan nitrogen dalam kotoran padat. Pupuk kandang terdiri dari dua
bagian, yaitu:

Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang
diuraikan secara perlahan oleh mikroorganime sehingga tidak
menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran sapi,
kerbau, dan babi.
Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang
diuraikan mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan panas,
contohnya pupuk yang berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam.
Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan
mikro dan mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga akan
mengefektifkan bahan - bahan anorganik di dalam tanah, termasuk
pupuk anorganik. Selain itu, pupuk kandang bisa memperbaiki struktur
tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bia optomal. Pupuk kandang
yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud
aslinya tidak tampak, dan baunya telah berkurang. Jika belum
memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan.
Penggunaan pupuk yang belum matang akan menghambat
pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman. Penggunaan
pupuk kandang yang baik adalah dengan cara dibenamkan, sehingga
penguapan unsur hara akibat prose kimia dalam tanah dapat dikurangi.
Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair paling bauk
dilakukan setelah tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang terdapat
dalam pupuk kandang cair ini akan cepat diserap oleh tanaman.
b. Pupuk Hijau

Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau berupa
sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau
atau setelah dikomposkan. Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa
tanaman (sisa panen) atau tanaman yang ditanam secara khusus sebagai
penghasil pupuk hijau, seperti sisasisa tanaman, kacang-kacangan, dan
tanaman paku air (Azolla). Jenis tanaman yang dijadikan sumber pupuk
hijau diutamakan dari jenis legume, karena tanaman ini mengandung hara
yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan dengan jenis tanaman
lainnya. Tanaman legume juga relatif mudah terdekomposisi sehingga
penyediaan haranya menjadi lebih cepat. Pupuk hijau bermanfaat untuk
meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah,
sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, yang
selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan
ketahanan tanah terhadap erosi. Pupuk hijau digunakan dalam:

Penggunaan tanaman pagar, yaitu dengan mengembangkan sistem


pertanaman lorong, dimana tanaman pupuk hijau ditanam sebagai
tanaman pagar berseling dengan tanaman utama.
Penggunaan tanaman penutup tanah, yaitu dengan mengembangkan
tanaman yang ditanam sendiri, pada saat tanah tidak ditanami tanaman
utama atau tanaman yang ditanam bersamaan dengan tanaman pokok
bila tanaman pokok berupa tanaman tahunan.
c. Kompos

Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan,
dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau
fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di
antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk,
sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering
digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak
yang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan
untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan
azola. Beberapa kegunaan kompos adalah:

Memperbaiki struktur tanah.


Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.
Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.
Memperbaiki drainase dan pori - pori dalam tanah.
Menambah dan mengaktifkan unsur hara.

Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman.


Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan
menurunnya temperatur kompos (di bawah 400 c).

d. Humus

Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun


pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk
(mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga
tanah), dan kemudian menjadi tanah. Bahan baku untuk humus adalah dari
daun ataupun ranting pohon yang berjatuhan, limbah pertanian dan
peternakan, industri makanan, agro industri, kulit kayu, serbuk gergaji (abu
kayu), kepingan kayu, endapan kotoran, sampah rumah tangga, dan
limbah-limbah padat perkotaan. Humus merupakan sumber makanan bagi
tanaman, serta berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur
tanah. Senyawa humus juga berperan dalam pengikatan bahan kimia toksik
dalam tanah dan air. Selain itu, humus dapat meningkatkan kapasitas
kandungan air tanah, membantu dalam menahan pupuk anorganik larut-air,
mencegah penggerusan tanah, menaikan aerasi tanah, dan juga dapat
menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik
toksik. Kandungan utama dari kompos adalah humus. Humus merupakan
penentu akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan humus sama
halnya dengan penggunaan kompos.

e. Pupuk Organik Buatan

Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang diproduksi di pabrik


dengan menggunakan peralatan yang modern. Beberapa manfaat pupuk
organik buatan, yaitu:

Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan


tanaman.
Meningkatkan produktivitas tanaman.
Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun.
Menggemburkan dan menyuburkan tanah.
Pada umumnya, pupuk organik buatan digunakan dengan cara
menyebarkannya di sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan
kandungan unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman yang diberi
pupuk organik tersebut.

(Anonymous d, 2011)

2. Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh
pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki
prosentase kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara yang
dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua yakni pupuk
tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang
dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer,
misalnya urea hanya mengandung unsur nitrogen.

(Novizan, 1999)

Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya


dapat terukur dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi
dengan perbandingan yang tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah
cukup, dan (4) Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif
sedikit dibandingkan dengan pupuk organik. Pupuk anorganik mempunyai
kelemahan, yaitu selain hanya mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini
sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung unsur hara mikro.

(Anonymous e, 2011)

2.2.2 Berdasarkan Bentuk Fisik


Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan
pupuk cair. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan,
remahan, butiran, atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk
konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media
tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh
tanaman.

1. Pupuk cair

Pupuk oganik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti
pupuk anorganik. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh
tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam
jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa.
Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan
perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan,
air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair. Penggunaan
pupuk cair dapat memudahkan dan menghemat tenaga. Keuntungan
pupuk cair antara lain :

pengerjaan pemupukan akan lebih cepat

penggunaanya sekaligus melakukan perlakuan penyiraman sehingga


dapat menjaga kelembaban tanah

aplikasinya bersama pestisida organik berfungsi sebagai pencegah dan


pemberantas penggangu tanaman.
Jenis tanaman pupuk hijau yang sering digunakan untuk pembuatan
pupuk cair misalnya daun johar, gamal, dan lamtorogung.

(Anonymous f, 2011)

2. Pupuk Padat

Pupuk Padat, yaitu pupuk yang berbentuk padat baik berupa butir
(granule) atau kristal. Pupuk padat ada yang diaplikasikan secara
langsung pada media tanam ada juga yang dicampur dengan air untuk
kemudian disemprotkan ke tanaman ataupun media tanam. Contoh Pupuk
Padat butir : Mutiara, Pusar, SP-36, dll. Contoh pupuk Padat kristal :
Growmore, Urea, Hiponex, dll.

(Anonymous g, 2011)

2.2.3 Berdasarkan Kandungannya

Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan: pupuk tunggal


dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur,
sedangkan pupuk majemuk paling tidak mengandung dua unsur yang
diperlukan. Terdapat pula pengelompokan yang disebut pupuk mikro,
karena mengandung hara mikro (micronutrients). Beberapa merk pupuk
majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur tumbuh
atau zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang
diberikan.

1. Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis
unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu
kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Namun, dari
sisi harga pupuk ini lebih mahal. Contoh pupuk majemuk antara lain
diamonium phospat yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor.
(Novizan, 1999)
Pupuk majemuk (compound fertilizer) mengandung dua atau lebih hara
tanaman (makro maupun mikro). Banyak sekali pupuk majemuk yang
beredar di masyarakat baik untuk pertanian, perkebunan, pertamanan,
hidrofonik atau khusus untuk tanaman anggrek. Pupuk tersebut
mempunyai nama dagang yang berbeda-beda tergantung pabrik
pembuatnya. Pupuk yang ditujukan untuk komoditas bernilai ekonomi
tinggi umumnya mengandung banyak hara tanaman terutama N, P dan K.
Untuk tanaman sayuran dan hidrofonik banyak menggunakan hara kedua
N, P, K, Ca, Mg dan S. Sedangkan untuk tanaman hias dan anggrek
disamping mengandung seluruh hara makro juga mengandung seluruh
hara mikro dengan grade fertilizer yang beraneka. Bahkan ditambah lagi
dengan zat pengatur pertumbuhan tanaman (hormon).
Nitrogen umumnya berasal dari nitrat (NO3-), amonium (NH4+), amida
(-NH2) dan protein, baik secara tunggal maupun gabungan. Umumnya
pupuk ini larut air. Sumber P berupa monohidrofosfat (HPO4=) dan
dihidrofosfat (H2PO4-). P ini tidak sempurna larut air, tetapi larut
seluruhnya dalam asam sitrat. K berasal dari garam nitrat, khlorida atau
sulfat kalium. Pupuk majemuk cair bersifat larut air, penggunaannya
disemprotkan pada organ tanaman.
Tersedianya beraneka pupuk majemuk tentu untuk memudahkan petani
tanpa harus membuat campuran sendiri. Pupuk majemuk dibuat
disesuaikan dengan jenis tanaman atau tujuan penggunaannya. Pupuk
yang digunakan untuk kedelai berbeda dengan untuk rumput atau padi.
Demikian juga untuk tanaman kapas atau tembakau. Untuk tanaman kopi
yang belum menghasilkan digunakan pupuk yang berbeda dengan
tanaman kopi yang sudah produksi.
Untuk tanaman hias yang bernilai tinggi (misalnya anggrek) digunakan
pupuk cair atau pupuk padat slow release. Kandungan haranya lengkap
berupa mineral yang air larut dan juga sering senyawa organik protein
dan hormon tumbuh serta unsur yang dapat berperanan untuk
mengintensifkan warna bunga.
Pemakaian pupuk majemuk saat ini sudah sangat luas. Berbagai merk,
kualitas dan analisis telah tersedia di pasaran.kendati harganya relatif
lebih mahal, pupuk majemuk tetap dipilih karena kandungan haranya
lebih lengkap. Pupuk majemuk berkualitas prima memiliki besaran
butiran yang seragam dan tidak terlalu higroskopis, sehingga tahan
disimpan dan tidak cepat menggumpal. Hampir semua pupuk majemuk
bereaksi asam, kecuali yang telah mendapatkan perlakuan khusus, seperti
penambahan Ca dan Mg.
Variasi analisis pupuk mejemuk sangat banyak. Meskipun demikian,
perbedaan variasinya bisa jadi sangat kecil, misalnya antara NPK
15.15.15 dan NPK 16.16.16. Variasi analisis pupuk, seperti 15.15.15,
16.16.16, dan 20.20.20 menunjukkan ketersediaaan unsur hara yang
seimbang. Fungsi pupuk majemuk dengan variasi analisis seperti ini
antara lain untuk mempercepat perkembangan bibit; sebagai pupuk pada
awal peneneman; dan sebagai puk susulan saat tanaman memasuki fase
generatif, seperti saat mulai berbunga.
Dalam memilih pupuk majemuk perlu dipertimbangkan beberapa faktor,
antara lain kandungan unsur hara yang tinggi, kandungan unsur hara
mikro dan harga perkilogramnya.contoh cara mempertimbangkan
pemilihan pupuk majemuk, variasi analisis pupuk NPK 20.20.20
memiliki kandungan hara yang lebih tinggi daripada NPK 15.15.15, tetapi
sifatnya sangat higroskopis sehingga mudah sekali menggumpal. Karena
itu, variasi analisis pupuk ini sebaiknya tidak dipilih karena bagian yang
menggumpal tidak dapat digunakan.
(Novizan, 1999)
2. Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal adalah jenis pupuk yang mengandung 1 macam unsur hara
saja didalam produknya. Biasanya berupa unsur hara makro primer,
misalnya:
Urea ( 46 % Nitrogen )
SP-18 ( 18 % P2O5 )
SP-36 ( 36 % P2O5 )
TSP ( 46 % P2O5 )
KCL ( 60 % K2O)
ZA ( 21 % Nitrogen ) 24 % Sulfur ( disini sulfur bukan hara primer )
(Anonymous h, 2011)

2.3 Manfaat Pupuk

Penggunaan pupuk organic bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi


penggunaaan pupuk kimia ,sehingga dosis pupuk dan dampak pencemaran
lingkungan akibat penggunaaan pupuk kimia dapat secara nyata dikurangi .
Kemampuan pupuk organic untuk menurunkan dosis penggunaan pupuk
konvensional sekaligus mengurangi biaya pemupukan telah dibuktikan oleh
beberapa hasil penelitian , baik untuk tanaman pangan ( kedelai, padi , jagung ,
dan kentang ) maupun tanaman perkebunan ( kelapa sawit, karet , kakao , the ,
tebu , dll.) yang diketahui selama ini sebagai pengguna utama pupuk
konvensional (pupuk kimia ). Lebih lanjut lagi, kemampuannya untuk
mengurangi dampak pencemaran lingkungan terbukti sejalan dengan
.kemampuannya menurunkan dosis penggunaan pupuk kimia

Aplikasi pupuk organic yang dikombinasikan dengan separuh takaran dosis


standar pupuk kimia ( anorganik ) dapat menghemat biaya pemupukan .
Pengujian lapangan terhadap tanaman pangan juga menunjukkan hasil yang
menggembirakan , karena dapat meningkatkan hasil produksi pertanian dan dapat
.menghemat biaya pemupukan lahan

Ini membuktikan bahwa untuk mengatasi pencemaran tanah yang disebabkan


oleh pupuk anorganik dapat digunakan pemakaian pupuk organic untuk
.(menyeimbangkan pemakaian pupuk kimia ( anorganik

(Novizan, 1999)

2.4 Definisi Kompos

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-


bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik
atau anaerobik.
(Anonymous i, 2011)

Kompos adalah produk akhir dari proses dekomposisi senyawa organik yang
diurai menggunakan bantuan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu,
kegiatannya dinamakan pengomposan.
(Sudrajat, 2007)

Kompos merupakan istilah untuk pupuk Organik buatan manusia yang dibuat
dari proses pembusukan sisa-sia buangan makhluk hidup (tanaman maupun
hewan) .
(Ryak,1992)

2.5 Manfaat Kompos


Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan
organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan
kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman
akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga d
iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman
yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada
tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan
disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak
manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:

1. Aspek Ekonomi :

Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah


Mengurangi volume/ukuran limbah
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya

2. Aspek Lingkungan :

Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan


gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri
metanogen di tempat pembuangan sampah
Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

3. Aspek bagi tanah/tanaman:

Meningkatkan kesuburan tanah


Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

(Anonymous j, 2011)

BAB III
METODELOGI

3.1. Tempat dan Waktu

Pembuatan Kompos

Waktu pemilihan bahan :

Hari : Rabu

Tanggal : 26 Oktober 2011

Pukul : 15.00 WIB

Waktu pengumpulan bahan :

Hari : Jumat

Tanggal : 28 Oktober 2011

Pukul : 13.00 WIB

Waktu pembuatan pupuk :

Hari : Jumat

Tanggal : 28 Oktober 2011

Pukul : 14.45 WIB

Tempat pemilihan bahan :

Pujon, pasar dinoyo, pasar belimbing

Tempat pengumpulan bahan dan pembuatan pupuk :

UPT Kompos Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.


Untuk waktu dan tempat pengujian kadar dan pengemasan masih belum
dilakukan karena komposnya belum jadi.

Pengamatan C-Organik, N Total, dan pH meter

Pengamatan C - Organik dilakukan pada tanggal..... Desember 2011 jam ....


hingga selesai di Laboratorium....... Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya.

3.2 Alat dan Bahan

Pembuatan Kompos

Bahan

Bahan yang digunakan adalah sisa panen (daun) :

Kubis

Kembang Kol

Brokoli

Dengan perbandingan 1:1:1 , jumlah bahan organik yang harus dikumpulkan minimal
50 kg.

- Air : sebagai pelarut dan


campuran EM4 dan Molase

- EM4 : bioaktivatir yang


membantu proses pengomposan
pada bahan utama kompos
- Molase : merangsang
aktivitas bioaktivator dan
membantu fermentasi

Alat dan Fungsi

- Grinder : untuk menghaluskan


atau mengahancrukan bahan menjadi
lebih halus

- Gembor : untuk tempat air sebagai


campuran EM4 dan Molase

- Timbangan : untuk mengetahui berat bahan dan


berat kompos

- Gelas ukur : untuk mengukur volume EM4 dan


molase

- Sekop & garpu : untuk


pemindahan dan membantu proses
pembalikan tumpukan bahan dan
pemilahan bahan.

Pengukuran C-Organik

Alat + Fungsi :

- Tabung Erlenmeyer : sebagai tempat larutan


- Buret : untuk penitrasi
- Stirer : menghomogenkan larutan
- Gelas ukur : untuk mengukur campuran larutan
- Pipet : untuk mengambil larutan
- Tabung reaksi : untuk meraksikan larutan
- Timbangan : untuk menimbang sampel

Bahan + Fungsi :

- Sampel kompos : Sebagai Bahan Uji


- K2Cr2O7 : untuk mengikat rantai karbon
- H2SO4 : untuk memisahkan rantai karbon dengan pupuk
- Aquades : untuk menghentikan reaksi H2SO4
- H3PO4 : untuk menghilangkan pengaruh Fe 3+
- Fenilamina : sebagai indicator dalam titrasi
- FeSO4 : sebagai penitrasi larutan

Pengukuran N Total

Alat + Fungsi :
o Timbangan : untu mengukur berat sampel
o Ayakan : untuk mengayak sampel
o Pipet : untuk mengambil larutan ataupun
cairan
o tabung Erlenmeyer : untuk mencampurkan larutan
o buret : sebagai alat titrasi
o destilator : Sebagai alat destruksi

Bahan + Fungsi :

o sampel kompos : Sebagai bahan uji


o larutan Sellent :
o H2SO4 : untuk memisahkan rantai karbon dengan pupuk
o NaOH :
o Asam Borat :

Pengukuran pH

Alat + Fungsi :

- Fial Film : tempat sampel


- Timbangan : mengukur berat sampel
- Pipet : mengambil larutan
- pH meter : untuk mengukur pH sampel

Bahan + Fungsi :

- Sampel Kompos : bahan uji

- Aquades : untuk menetralkan sampel

3.3 Cara Kerja

Bahan Kompos

Ditimbang
Digiling menggunakan grinder 2 kali

Ditimbang

ukur suhu

Mempersiapkan larutan bioaktivator: air 500 ml + EM4 (10 ml) + molase (10 ml)

Bahan kompos yang sudah digiling disiram dengan larutan bioaktivator dan dicampur
merata

Dimasukkan ke dalam ember besar dan ditutup untuk proses pengomposan

Amati suhu dari proses pengomposan tersebut

Lakukan pembalikan pada kompos

Amati sampai kompos matang

Catat hasil

3.3.2 Pengukuran kadar C-organik,N Total dan pH kompos.

Pengukuran Kadar C-organik

Ambil sampel 0.1 gram + K2Cr2O7 ( 10 ml)

Ditambah H2SO4 ( 20 ml)

Diamkan selama 30 menit ( goyang-goyang sebentar)

Diencerkan aquades 280 ml


Ditambah H3PO4 85% (10 ml)

Difenilamina 30 tetes

Titrasi FeSO4 sampai hijau terang atau bening

Hasil (ml)

Pengukuran N total

Timbang sample 0.5 gram ( lolos ayakan 50 mikron)

Tambah 1 gram larutan sallent + 5 ml H2SO4 + KJEDLDHAL

Destruksi pada temperatur 300 0C ( Dibakar sampai asap hilang)

Dinginkan + encerkan kurang lebih 60 ml H2O murni ( Aquades)

tambahkan 20 ml NaOH 40 %
Disulingkan dengan asam Borat 20 ml sampai warna hijau dengan
Volume 50 ml

Titrati H2SO4 0.01 n sampai warna berubah ungu

Hasil

Pengukuran pH kompos

Ambel sample 5 gram

masukkan kedalam fial film

Tambah aquades 12.5 ml

Dihomogenkan selama 1 jam

Setelah itu diukur pHnya denga alat pH meter

hasil

3.3.3 Pembuatan Pupuk Granul dan Pupuk Cair


Pembuatan Granul
Pembuatan Pupuk cair

Bahan pupuk yang sudah jadi direndam dengan air

Perbandingan 2 kg pupuk dan 1 liter air

Tunggu sampai 24 jam

Saring

Hasil ( Air saringna yang merupakan Pupuk Organik Cair)


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hasil Data Pengomposan

Pengamatan ke- Tanggal Pengamatan SUHU


1. ( 28 Oktober 2011) 28 0C
2. ( 2 November 2011) 25 0C
3. ( 9 November 2011) 25.5 0C
4. ( 11 November 2011) 24.5 0C
5. ( 22 November 2011) 24 0C
6. ( 6 Desember 2011) 26 0C
7. ( 13 Desember 2011) 35 0C

Hasil Data Pengamatan C-Organik

Sampel yang digunakan sampel pupuk milik MT:

- (ml) Blanko = 10 ml
- Hasil Titrasi C-Organik = 5.7 ml ( belum hasil kadar C-Organik)

Maka perhitungan % C-Organik:

C-Org = (ml Blanko ml sampel) x 3 X 100 % + % KA

ml blangko x 0.5 100

BO = 100 x % C-Org

58
KA = BB - BK x 100%

BK

KA = 5,3390-2,3472 x 100%

2,3472

KA = 2,9918 x 100%

2,3472

KA = 1,27 x 100%

KA = 127%

C-Org = (ml Blanko ml sampel) x 3 X 100% + % KA

ml blangko x 0.5 100

C-Org = (10 - 5,7) x 3 X 100% + 127%

10 x 0,5 100

C-Org = 12,9 x 227%

5 100

C-Org = 2,58 x 2,27 %

C-Org = 5,85 %

BO = 100 x % C-Org

58

BO = 100 x 5,85%
58

BO=10,08%

Hasil Data Pengamatan N total

- Hasil titrasi N-total = 14,53 ml (belum kadar N)

Hasil Data Pengamatn Pengukuran pH

- pH = 6.79 dengan suhu: 26,70C


- Berat basah sampel (buat kadar air & pengukuran pH) = 5,3390 gr

FK=100%+%KA/100

= 100%+127%/100

=2.27%

Kadar N = (Vc-Vb) x N x 14 x fk x 100%

gr

= (14,53-10) x 0,009395 x 14 x 2,27% x 100%

0,1

= 4,53 x 0,009395 x 14 x 0,0227 x 100%

0,1

= 0,0135 x 100%
0,1

=13,5%

4.2 Pembahasan

Pembahasan Suhu

Dari data pengamatan suhu yang didapat dari setiap pengukuran


bahwa rata-rata suhu pada kompos daun kacang-kacangan menunjukan suatu
gejala ketidakberhasilan dikarenakan bahwa suhu pada setiap pengamatan
menunjukan suatu penurunan dan suhu tersebut tidak mencapai suhu optimum
kompos yaitu pada suhu 400-600C dan suhu optimum pada 750C, dari
pengamatan didapat bahwa suhu hingga minggu kelima menunjukan suatu
penurunan jika suhu tersebut selalu rendah maka akan berakibat pada kegiatan
mikroorganisme perombak bahan organik menjadi kompos yang baik. Karena
pada suhu yang optimum yaitu 400-600C diindikasi bahwa kegiatan mikroba
yang mendekomposisi bahan bekerja dengan baik, lain halnya jika suhu
menunjukan suatu yang menurun ini akan berakibat pada kegiatan mikroba
perombak. Untuk menghasilkan suatu kompos yang baik maka pengaturan suhu
sangat diperhatikan jika suhu pada kompos mencapai 400 C maka
mikroorganisme mesofil akan di gantikan dengan mikroorganisme thermofil, jika
suhu mencapai 600 C maka fungi akan berhenti bekerja dan akan digantikan
dengan aktinomisetes serta strain bakteri pembentuk spora. Lalu panas yang
dihasilkan pada awal proses pengomposan , panas ini disebabkan oleh kegiatan
mikroorganisme yang sedang merombak bahan organik. Pada tahap ini,
mikrorganisme memperbanyak diri secara cepat, namun setelah itu, suhu
pengomposan akan turun kembali hingga 250-300 C yang menandakan kompos
matang. Lalu, tindakan pembalikan pupuk berfungsi untuk menurunkan suhu
pupuk yang tinggi selain itu juga untuk meratakan pupuk yang sedang dibuat
dengan cara membalikkan bagian bawah ke atas, dan mencampurkan bahan
dengan sempurna.

Pembahasan Kadar Nitrogen


Pembahasan Kadar Air

Kadar air yang didapat menunjukan suatu nilai yang tinggi yaitu 127
%, sedangkan kadar air sangat berpengaruh terhadap kelembaban kompos yang
dibuat. Kelembaban berperan penting terhadap proses dekomposis bahan baku,
karena berhubungan dengan aktivitas organisme. Kelembaban optimum untuk
proses pengomposan aerobik berkisar 50 60 % setelah bahan dicampur.
Kelembaban campuran bahan kompos yang rendah akan menghambat proses
pengomposan dana kan menguapkan nitrogen ke udara. Namun, jika kelembaban
tinggi proses pertukaran udara dalam campuran bahan kompos akan terganggu.
Pori pori udara yang ada dalam tumpukan bahan kompos akan diisi oleh air
dan cenderung menimbulkan kondisi anaerobik.

Pembahasan C/N Rasio

C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30 : 1


hingga 40 : 1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan
menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N diantara 30 hingga 40
mikroba mendapat cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Rasio
C/N yang terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein
sehingga dekomposisi berjalan lambat.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Daftar Pustaka

Anonymousa. 2011. Google.co.id/pencemaran tanah oleh pupuk.ilmuan muda

Anonymousb. 2011. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php. Pengertian Pupuk _


Kesuburan Tanah.htm

Anonymousc. 2011. Wikipedia.pupuk

Anonymousd. 2011. wikipediaPupuk_organik.htm

Anonymouse. 2011. PUPUK ANORGANIK TANI MUDA.htm

Anonymousf. 2011. Pupuk Cair.htm

Anonymousg. 2011. http://elangrock.wordpress.com/2008/09/26/contoh-contoh-


pupuk-tanaman/

Anonymoush. 2011. http://ceritanurmanadi.wordpress.com/2011/08/04/macam-


macam-pupuk-tunggal-dan-majemuk/

Anonymousi. 2011. Wikipedia. Kompos.htm

Anonymousj. 2011. Wikipedia. Kompos.htm

Novizan. 1999. Pemupukan Yang Efektif. Makalah Pada Kursus Singkat Pertanian. PT
Mitratani Mandiri Perdana. Jakarta.

Ryak. 1992. Pengaruh Kompos Terhadap Ketersediaan Hara Dan Produksi


Tanaman Caisin Pada Tanah Latosol Dari Gunung Sindur, sebuah
skripsi. Dalam IPB Repository

Sudrajat, R. 2007 . mengelola sampah kota. Niaga swadaya : bandung

Anda mungkin juga menyukai