Anda di halaman 1dari 9

SWABANTU KELOMPOK KERJA

Diajukan guna melengkapi tugas Kesehatan dan Keselamatan Kerja Wilayah Pertanian dan
Pekebunan

Oleh:
KELOMPOK 1
Raditya Putra Y NIM 122310101067
Fikri Nur Latifatul Q NIM 132310101011
Kurnia Juliarthi NIM 132310101012
Chairun Nisak NIM 132310101014
Novaria Dyah Ayu P NIM 132310101022
Rizky Bella Mulyaningsasi NIM 132310101043
Yeni Dwi Aryati NIM 132310101045
Saltish Aguinaga NIM 132310101046
Devi Maharani NIM 132310101056
Bagus Arditya Husada NIM 132310101060

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No.37 Kampus Bumi Tegal Boto Jember Telp/Fax (0331) 323450
SWABANTU KELOMPOK TANI

1. Pengertian Swabantu
Self Help Group atau sering disebut juga kelompok yang saling menolong, saling
membantu atau kelompok dukungan didefinisikan sebagai suatu kelompok yang
menyediakan dukungan bagi anggota setiap anggota kelompok. Anggota kelompok ini
berpegangan pada pandangan bahwa orang-orang yang mengalami masalah dapa saling
membantu satu sama lain dengan empati yang lebih besar dan lebih membuka diri (Keliat,
2008).
Self Help Group merupakan kelompok-kelompok termasuk orang dengan ikatan
bersama yang secara sukarela datang bersama-sama untuk berbagi, menjangkau dan belajar
satu sama lain dalam lingkungan yang terpercaya, mendukung dan terbuka (Knight, 2007).
Kelompok swabantu (Self help group) merupakan suatu kelompok, dimana tiap anggota
kelompok saling berbagi masalah fisik, emosional atau issue tertentu, dan bertujuan untuk
mengembangkan empathy diantara sesama anggota dan membantu keluarga mengatasi
permasalahannya yang diselesaikan bersama dalam kelompok. Beberapa penelitan telah
membuktikan manfaat yang dirasakan dengan adanya kelompok swabantu ini, diantaranya
84% masyarakat mengatakan dapat meningkatkan pengetahuan, 73% orang merasakan
berkurangnya permasalahan yang dirasakan, dan lain-lain.

2. Tujuan Swabantu
Tujuan Umum kegiatan ini adalah terbentuknya kelompok swabantu di kelompok tani
dalam membantu penanganan permasalahan kesehatan pada kelompok tani. Sedangkan
tujuan khususnya adalah :
1) Meningkatnya kemampuan keluarga dalam mendukung penyelesaian masalah kesehatan
yang dialami petani;
2) Mengatasi permasalahan kesehatan pada anggota kelompok pekerja tani.

3. Swasembada pada Kelompok Tani


Petani menghadapi berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi para petani,
yang mengakibatkan kurang sejahteranya petani di Indonesia, diantarnya:
1) Tingginya harga kebutuhan pokok pertanian dan sarana pendukung pertanian seperti:
bibit, pupuk, obat-obatan, alat-alat mesin pertanian, dan lain lain khususnya yang
dibutuhkan para petani.
2) Rendahnya harga jual produk dan hasil pertanian.
3) Transportasi dan distribusi hasil panen pertanian.
4) Rendah nya kualitas SDM para petani, yang diakibatkan karena kurangnya pendidikan,
pelatihan, dan pembinaan bagi para petani.
5) Kurangnya sarana tekhnologi yang dapat mempermudah, mempercepat, dan
meningkatkan hasil produk-produk pertanian yang digunakan para petani.
6) Kurangnya lahan garapan.
7) Kurangnya dan terbatasnya modal.
8) Faktor alam. seperti: wabah serangan hama penyakit, banjir, kekeringan dan lain-lain.
9) Monopoli kebutuhan pokok pertanian dan hasil produk produk pertanian.
10) Kurangnya perhatian baik pemerintah,instansi, maupun swasta dalam meningkatkan
pertanian dan kesejahteraan para petani.
Permasalahan yang dialami oleh petani dalam kelompok tani dapat meningkatkan
kecelakaan kerja pada petani dan menyebabkan suatu beban kerja yang besar. Resiko akibat
beban kerja mengancam kesehatan petani yang meliputi penyakit kardiovaskuler, keracunan
pestisida, dan gangguan mental stress (Siswanto, 2007).
Stress petani dipengaruhi oleh beban kerjanya. Stress ini diakibatkan oleh permasalahan
pertanian yang dapata menjadi tekanan yang besar bagi petani. Stres merupakan suatu respon
adaptif individu terhadap situasi yang diterima seseorang sebagai suatu tantangan atau
ancaman keberadaannya. Secara umum orang yang mengalami stres merasakan perasaan
khawatir, tekanan, letih, ketakutan, elated, depresi, cemas, dan marah. Terdapat tiga aspek
gangguan seseorang yang mengalami stres, yaitu gangguan aspek fisik, kognitif, dan emosi.
Gejala fisik yang dialami orang saat stres ditandai dengan denyut jantung meningkat, tangan
berkeringat, sakit kepala, sesak napas, mual-muntah, konstipasi, sakit punggung atau pundak,
gangguan tidur, dll. Secara kognitif ditandai dengan lupa akan sesuatu, sulit berkonentrasi,
cemas mengenai sesuatu hal, sulit untuk memproses informasi, dan mengemukakan
pernyataan pernyataan yang negatif terhadap diri sendiri. Dari aspek emosi, stres ditandai
dengan sikap mudah marah, cemas, dan cepat panik, ketakutan, sering menganis, dan
mengalami peningkatan konflik interpersonal. (Rasmun, 2004).
Dengan banyaknya kasus stress yang sering dialami oleh para petani, maka perlu
diadakan pembentukan kelompok swabantu. Sehingga melalui kelompok swabantu ini, para
anggota dapat melakukan sharing terkait pengalaman stress serta cara memanajemen stress
tersebut dari masing-masing petani. Dengan begitu, petani juga dapat mengenal beberapa
tanda dan gejala dari stress yaitu :
1) Jantung sering berdebar tanpa sebab pasti.
2) Sakit/ nyeri di perut.
3) Mudah lelah walaupun mengerjakan pekerjaan yang ringan.
4) Merasa sakit seluruh otot badan
5) Sakit kepala tanpa sebab dan terkadang migraine.
6) Mudah tersinggung.
7) Kurang selera terhadap makanan, kesenangan ataupun seks.
8) Merasa tidak mampu mengatasi permasalahan apapun.
9) Kurang tertarik berkomunikasi dengan orang lain, selalu menghindar..
10) Susah tidur, tidur tidak nyaman dan mudah terbangun, bangun merasa tidak segar.
Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk
pengurangan stres yang terjadi. Empat pendekatan yang paling sering digunakan adalah
relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan restrukturisasi kognitif yang semuanya membantu
para petani mengatasi stres yang berkaitan dengan pekerjaan.
a. Relaksasi Otot
Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot adalah pernafasan yang
lambat dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan ketegangan otot. Diantara
berbagai teknik yang tersedia, relaksasi progresif kontinjensi adalah yang paling sering
digunakan. Teknik ini terdiri atas menenangkan dan mengendurkan otot secara berulang-
ulang yang diawali dari kaki dan terus meningkat ke muka. Relaksasi dicapai dengan
berkonsentrasi pada kehangatan dan ketenangan yang berkaitan dengan otot yang
dirileksasikan.
b. Biofeedback
Dalam biofeedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh atau otak di deteksi, di
perkuat dan di tunjukkan kepada orang tersebut. Peran potensial dari biofeedback sebagai
teknik manajemen stress individu dapat di lihat dari fungsi tubuh hingga tekanan tertentu
yang di kendalikan secara sukarela atau sadar. Potensi biofeedback adalah kemampuannya
untuk membantu relaksasi dan mempertahankan fungsi tubuh pada keadaan nonstres. Salah
satu keunggulan tehnik biofeedback di bandingkan dengan tehnik nonbiofeedback adalah
bahwa tehnik ini memberikan data yang tepat mengenai fungsi tubuh. Pelatihan biofeedback
telah bermanfaat dalam mengurangi kegelisahan, menurunkan keasaman lambung,
mengendalikan tekanan dan migren, dan secara umum mengurangi manifestasi fisiologis
negative dari stress.
c. Meditasi
Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang pemikiran
seseorang jauh dari dirinya sendiri. Respon relaksasi adalah kebalikan fisiologis dan
psikologis dari respons stres berperang atau lari. Herbert benson menganalisis banyak
program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi empat langkah. Keempat langkah
tersebut adalah :
1) Menemukan suatu lingkungan yang tenang.
2) Menggunakan suatu perangkat mental seperti suatu kata tang penuh dengan kesan yang
menyenangkan untuk mengubah fikiran dari pikiran yang berorientasi secara eksternal.
3) Mengabaikan pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada suatu sikap yang
pasif.
4) Mengasumsikan suatu posisi yang nyaman
Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan meditasi transcendental sebagai mengalihkan
perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam hingga masuk ke tingkat pemikiran yang
paling dalam dan mencapai sumber dari pemikiran. Tidak semua orang yang bermeditasi
mengalami hasil yang positif, akan tetapi sejumlah besar orang melaporkan meditasi sebagai
hal yang efektif dalam mengelola stres.
d. Restrukturisasi kognitif
Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam manajemen stres di kenal
sebagai restrukturisasi kognitif, adalah respons seseorang terhadap stressor menggunakan
sarana proses kognitif, atau pemikiran. Asumsi dasar dari teknik ini adalah bahwa pikiran
orang dalam bentuk ekspektasi, keyakinan dan asumsi merupakan label yang mereka
terapkan pada situasi, dan label ini menimbulkan respons emosional terhadap situasi. Teknik
kognitif dari manajemen stress berfokus pada mengubah label atau kognisi sehingga orang
tersebut menilai situasi secara berbeda. Semua teknik kognitif memiliki tujuan yang serupa
yaitu untuk membantu orang memperoleh lebih banyak kendali atas reaksi mereka terhadap
stressor dengan memodifikasi rasionalisasi mereka.
Selain teknik pengurangan stres di atas ada beberapa kiat lagi yang dapat digunakan. Agar
stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat tersebut adalah:
1) Sediakan waktu rileks
Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan dimulai sejak pagi,
sebelum berangkat kerja. Daripada memikirkan beban pekerjaan (tapi tidak ada solusinya),
lebih baik waktu yang terbatas tersebut digunakan untuk melakukan relaksasi seperti meditasi
dan yoga. Teknik pernapasan adalah teknik relaksasi yang paling mudah untuk dilakukan.
Caranya dengan menarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan sampai tak ada lagi udara yang
tersisa di paru-paru. Lakukan minimal 3x sampai membayangkan beban telah berkurang.
2) Bersikap lebih asertif
Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya kesempatan untuk membuat
perubahan atau keputusan. Karenanya, bicarakan dengan atasan tentang tugas Anda dan
tanggungjawab tambahan yang ingin Anda pegang. Dengan demikian, Anda bisa menentukan
pekerjaan yang bisa Anda lakukan dengan cara kerja seperti yang diinginkan perusahaan.
3) Bekerja lebih efisien
Selalu kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas bisa jadi bukan disebabkan tugas
yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu dan cara mengerjakannya. Alex memberikan
contoh seorang wartawan yang produktif di waktu malam akan merasa tertekan jika
memaksakan diri menulis di waktu siang hari. Untuk mengatasinya, sebaiknya pekerjaan
dibagi. Siang hari membuat outline dan mencari bahan, malam hari menyelesaikan tulisan.
Untuk bekerja secara lebih efisien, dituntut juga harus trampil menentukan prioritas. Adanya
urutan prioritas dapat membantu Anda mengatur strategi.
4) Tingkatkan energi dengan tidur
Ketika lelah, lebih mudah merasa stres karena hal-hal yang sepele, demikian tulis
Camile Anthony dalam The Art of Napping at Work (1999). Kesalahan juga akan membuat
perhatian Anda menurun sehingga mudah melakukan kesalahan. Dalam keadaan demikian,
Alex menganjurkan agar tidur. Tidur 15 menit di tengah waktu kerja akan sama manfaatnya
dengan tidur malam 3 jam. Anda bisa memanfaatkan mushola kantor (tentu saja di luar waktu
shalat) atau mobil Anda untuk tidur.
Jangan lupa pasang alarm agar tidak tidur terlalu lama. Jika keduanya tidak tersedia,
meja kerja bisa jadi pilihan terakhir. Yang penting, tingkatkan energi segera jika sudah
merasa terlalu lelah. Tidur selama 30 menit atau kurang, dapat meningkatkan mood dan rasa
humor sehingga memperbaiki hubungan dengan rekan kerja. Dianjurkan agar membatasi
tidur selama 30 menit saja agar tidak sampai tertidur nyenyak, yang akan membuat lebih
lelah ketika bangun.
5) Atur lingkungan kerja
Perhatikan kondisi tempat kerja, karena hal-hal yang tampaknya sepele dapat
mempengaruhi performa kerja sekaligus kesehatan. Jika tidak memungkinkan mengubah
lingkungan kerja secara besar-besaran, ada baiknya memulainya dari meja kerja, karena
tempat kerja yang teratur menunjukkan pikiran yang teratur. Jaga lingkungan kerja, terutama
meja, dari tumpukan kertas atau file. Simpan kertas-kertas dalam map dan dalam kotak file
atau laci file. Juga bisa mencegah stres dengan mengubah posisi kursi dan meja.
Kembangkan pola hidup sehat.
Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Dengan pilihan makanan dan
minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak mengandung vitamin B
kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian. Mengurangi makanan berlemak dan
perbanyak makan buah dan sayur.
Berolah raga secara teratur. Olah raga yang cukup tidak saja menyehatkan badan tapi
juga memperbesar kapasitas badan tapi juga memperbesar kapasitas paru-paru sehingga
mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan kadar oksigen tinggal di dalam darah
yang kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh sehingga akan berpikir lebih jernih.
6) Tingkatkan ketrampilan
Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari ketrampilan baru, misal jika merasa
kurang mampu berkomunikasi, bisa mempelajarinya melalui buku-buku atau latihan
kepemimpinan yang sering diadakan atau jika mempunyai minat terhadap tersebut,
kembangkan minat Anda. Peningkatan ketrampilan akan membuat karyawan menjadi yang
lebih berharga.
7) Lupakan pekerjaan saat libur
Liburan sebaiknya benar-benar digunakan untuk istirahat. Berlibur atau santai bukan
berarti membuang waktu. Selain memberikan energi tambahan yang akan membuat Anda
lebih kreatif, berlibur bersama akan mempererat hubungan Anda dengan keluarga.

8) Pekerjaan bukan segalanya


Bekerja merupakan lahan untuk aktualisasi diri. Tapi di luar pekerjaan, masih banyak
kegiatan lain yang dapat menimbulkan perasaan berguna bagi pekerja. Dengan mengikuti
kegiatan di luar pekerjaan, stres di tempat pekerjaan akan berkurang, dengan menyakinkan
diri bahwa walaupun keadaan di tempat kerja tidak dapat diperbaiki, tetapi bisa
mengendalikan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan pekerja, karena perasaan mampu
mengendalikan kehidupan adalah harta tak ternilai.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi A, Utami, Tantri, W, Farida P, Akemat. 2008. Modul Kelompok Swabantu (Self
Help Group). Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Knight, E.L. 2007. Mediator of Effectiveness in Dual-Focus Self-Help Group. Diakses
melalui http://www.ncbi.nlm.gov/pmc/articles/PMC1828912/ pada tanggal 29
November 2016.
Rasmun. 2004. Stres, Koping, dan Adaptasi. Jakarta: Sagung Seto.
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangan. Yogyakarta:
ANDI.

Anda mungkin juga menyukai