Anda di halaman 1dari 8

Golongan Antibiotik

November 13, 2012

Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam pengobatan
modern. Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan
bakteri. Sebelum penemuan antibiotik yang pertama, penisilin, pada tahun 1928,
jutaan orang di seluruh dunia tak terselamatkan jiwanya karena infeksi-infeksi
yang saat ini mudah diobati. Ketika influenza mewabah pada tahun 1918,
diperkirakan 30 juta orang meninggal, lebih banyak daripada yang terbunuh pada
Perang Dunia I.

Pencarian antibiotik telah dimulai sejak penghujung abad ke 18 seiring dengan


meningkatnya pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan
dengan bakteri dan mikroba yang menyebabkan penyakit. Saat itu para ilmuwan
mulai mencari obat yang dapat membunuh bakteri penyebab sakit. Tujuan dari
penelitian tersebut yaitu untuk menemukan apa yang disebut peluru ajaib,
yaitu obat yang dapat membidik/menghancurkan mikroba tanpa menimbulkan
keracunan.

Antibakteri Permulaan

Salah satu penelusuran awal penelitian antibakteri adalah apakah bakteri yang
tidak berbahaya (non-patogen) dapat mengobati penyakit yang disebabkan oleh
bakteri penyebab penyakit (bakteri patogen). Pada tahun 1877 Louis Pasteur
menunjukkan bahwa penyakit antrak pada hewan dapat dijinakkan dengan
menyuntikkan cemaran bakteri. Dan masih pada tahun yang sama, Rudolf von
Emmerich membuktikan bahwa dengan menyuntikkan streptokokus, dapat mencegah
kolera pada hewan.

Setahun kemudian, E. de Freudenreich menemukan bahwa pigmen biru yang


dilepaskan oleh bakteri Bacillus pyocyaneus menghambat pertumbuhan bakteri
lain. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa pyocyanase, produk yang diisolasi dari
Bacillus pyocyaneus, dapat membunuh banyak bakteri penyebab penyakit. Sayangnya
secara klinik pyocyanase terbukti toksik dan tidak stabil, sehingga penemuan
antibiotik alam pertama ini tidak dapat dikembangkan menjadi obat yang efektif.

Penemuan Penisilin

Pada permulaan tahun 1920, ilmuwan Inggris Alexander Fleming melaporkan bahwa
suatu produk dalam airmata manusia dapat melisiskan (menghancurkan) sel
bakteri. Zat ini disebut lysozyme, yang merupakan contoh pertama antibakteri
yang ditemukan pada manusia. Seperti pyocyanase, lysozyme juga menemukan jalan
buntu dalam usaha pencarian antibiotik yang efektif, karena sifatnya yang
merusak sel-sel bakteri non-patogen.

Namun pada tahun 1928 Fleming secara kebetulan menemukan antibakteri lain.
Sekembali liburan akhir pekan, Fleming memperhatikan satu set cawan petri lama
yang ia tinggalkan. Ia menemukan bahwa koloni Staphylococcus aureus yang ia
goreskan pada cawan petri tersebut telah lisis. Lisis sel bakteri terjadi pada
daerah yang berdekatan dengan cendawan pencemar yang tumbuh pada cawan petri.
Ia menghipotesa bahwa suatu produk dari cendawan tersebut menyebabkan lisis sel
stafilokokus. Produk tersebut kemudian dinamai penisilin karena cendawan
pencemar tersebut dikenali sebagai Penicillium notatum.

Walaupun secara umum Fleming menerima pujian karena menemukan penisilin, namun
pada kenyataannya secara tehnik Fleming menemukan kembali zat tersebut.
Semula Ernest Duchesne, seorang mahasiswa kedokteran Perancis, yang menemukan
sifat-sifat penisilium pada tahun 1896, namun gagal dalam melaporkan hubungan
antara cendawan dan zat yang memiliki sifat-sifat antibakteri, sehingga
Penisilium dilupakan dalam komunitas ilmiah sampai penemuan kembali oleh
Fleming.

Pengembangan Penisilin sebagai Antibakteri Umum

Walaupun Fleming menemukan penisilin, namun ia tidak dapat membawa


penelitiannya lebih jauh lagi. Karena selain gagal memurnikan penisilin dalam
jumlah yang berarti, ia juga belum dapat melakukan percobaan klinik pada hewan
dan manusia untuk menguji efektifitas penisilin. Penelitian terakhirnya tentang
penisilin terbit pada tahun 1931.

Tidak sampai sepuluh tahun setelah penemuan kembali penisilin, pada tahun 1939,
Howard Florey, Ernst Chain, and Norman Heatley mengangkat kembali proyek ini.
Mereka bertiga mendapatkan cendawan Penicillium dari Fleming dan dapat
mengatasi kesulitan-kesulitan tehnik yang dialami Fleming. Mereka juga dapat
menunjukan efektifitas penisilin pada percobaan klinik. Hewan dan manusia yang
mendekati kematian karena infeksi bakteri dapat sembuh ajaib dengan sejumlah
kecil penisilin.

Keberhasilan si peluru ajaib dalam menyembuhkan penyakit-penyakit infeksi,


diikuti dengan penemuan dan pengembangan antibiotik-antibiotik lainnya. Saat
ini lebih dari 100 jenis antibiotik tersedia untuk mengobati beragam jenis
infeksi, baik yangg ringan maupun yang mengancam jiwa. Walaupun antibiotik
bermanfaat luas dalam pengobatan infeksi, perlu disadari bahwa antibiotik hanya
efektif untuk mengobati infeksi akibat bakteri. Antibiotik tidak efektif
menangani infeksi akibat virus, jamur, atau non-bakteri lainnya.

Jenis Antibiotik
Meskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal dari
beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Ada banyak
cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya berdasarkan struktur
kimianya. Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai
berikut:

a. Golongan Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin,
paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.

b. Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan
sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim),
golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin,
amoksisilin).

c. Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

d. Golongan Poliketida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin,
roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin
(doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).

e. Golongan Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.

f. Golongan Kinolon (fluorokinolon)


Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin,
levofloksasin, dan trovafloksasin.

g. Golongan Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan
kinupristin-dalfopristin.

h. Golongan Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.

i. Golongan Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.

j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam


fusidat.

Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara


selektif meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
1. Mengganggu sintesa dinding sel, seperti penisilin, sefalosporin, imipenem,
vankomisin, basitrasin.
2. Mengganggu sintesa protein bakteri, seperti klindamisin, linkomisin,
kloramfenikol, makrolida, tetrasiklin, gentamisin.
3. Menghambat sintesa folat, seperti sulfonamida dan trimetoprim.
4. Mengganggu sintesa DNA, seperti metronidasol, kinolon, novobiosin.
5. Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.
6. Mengganggu fungsi membran sel, seperti polimiksin B, gramisidin

Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis
infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat
dibedakan antibiotik yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja,
dan antibiotik yang berspektrum luas, yaitu yang dapat membidik bakteri gram
positif dan negatif.

Sebagian besar antibiotik mempunyai dua nama, nama dagang yang diciptakan oleh
pabrik obat, dan nama generik yang berdasarkan struktur kimia antibiotik atau
golongan kimianya. Contoh nama dagang dari amoksilin, sefaleksin,
siprofloksasin, kotrimoksazol, tetrasiklin dan doksisiklin, berturut-turut
adalah Amoxan, Keflex, Cipro, Bactrim, Sumycin, dan Vibramycin.

Setiap antibiotik hanya efektif untuk jenis infeksi tertentu. Misalnya untuk
pasien yang didiagnosa menderita radang paru-paru, maka dipilih antibiotik yang
dapat membunuh bakteri penyebab radang paru-paru ini. Keefektifan masing-masing
antibiotik bervariasi tergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik
mencapai lokasi tersebut.

Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan dengan
antibiotik intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan
untuk kasus yang lebih serius. Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal
seperti dalam bentuk salep, krim, tetes mata, dan tetes telinga.

Penentuan jenis bakteri patogen ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium.


Tehnik khusus seperti pewarnaan gram cukup membantu mempersempit jenis bakteri
penyebab infeksi. Spesies bakteri tertentu akan berwarna dengan pewarnaan gram,
sementara bakteri lainnya tidak. Tehnik kultur bakteri juga dapat dilakukan,
dengan cara mengambil bakteri dari infeksi pasien dan kemudian dibiarkan
tumbuh. Dari cara bakteri ini tumbuh dan penampakannya dapat membantu
mengidentifikasi spesies bakteri. Dengan kultur bakteri, sensitivitas
antibiotik juga dapat diuji.

Penting bagi pasien atau keluarganya untuk mempelajari pemakaian antibiotik


yang benar, seperti aturan dan jangka waktu pemakaian. Aturan pakai mencakup
dosis obat, jarak waktu antar pemakaian, kondisi lambung (berisi atau kosong)
dan interaksi dengan makanan dan obat lain. Pemakaian yang kurang tepat akan
mempengaruhi penyerapannya, yang pada akhirnya akan mengurangi atau
menghilangkan keefektifannya.

Bila pemakaian antibiotik dibarengi dengan obat lain, yang perlu diperhatikan
adalah interaksi obat, baik dengan obat bebas maupun obat yang diresepkan
dokter. Sebagai contoh, Biaxin (klaritromisin, antibiotik) seharusnya tidak
dipakai bersama-sama dengan Theo-Dur (teofilin, obat asma). Berikan informasi
kepada dokter dan apoteker tentang semua obat-obatan yang sedang dipakai
sewaktu menerima pengobatan dengan antibiotik.

Jangka waktu pemakaian antibiotik adalah satu periode yang ditetapkan dokter.
Sekalipun sudah merasa sembuh sebelum antibiotik yang diberikan habis,
pemakaian antibiotik seharusnya dituntaskan dalam satu periode pengobatan. Bila
pemakaian antibiotik terhenti di tengah jalan, maka mungkin tidak seluruh
bakteri mati, sehingga menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik
tersebut. Hal ini dapat menimbulkan masalah serius bila bakteri yang resisten
berkembang sehingga menyebabkan infeksi ulang.

Efek Samping

Disamping banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dalam pengobatan infeksi,


antibiotik juga memiliki efek samping pemakaian, walaupun pasien tidak selalu
mengalami efek samping ini. Efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala
ringan, diare ringan, dan mual. Dokter perlu diberitahu bila terjadi efek
samping seperti muntah, diare hebat dan kejang perut, reaksi alergi (seperti
sesak nafas, gatal dan bilur merah pada kulit, pembengkakan pada bibir, muka
atau lidah, hilang kesadaran), bercak putih pada lidah, dan gatal dan bilur
merah pada vagina.

Resistensi Antibiotik

Salah satu perhatian terdepan dalam pengobatan modern adalah terjadinya


resistensi antibiotik. Bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap
antibiotik, misalnya bakteri yang awalnya sensitif terhadap antibiotik,
kemudian menjadi resisten. Resistensi ini menghasilkan perubahan bentuk pada
gen bakteri yang disebabkan oleh dua proses genetik dalam bakteri:

1. Mutasi dan seleksi (atau evolusi vertikal)

Evolusi vertikal didorong oleh prinsip seleksi alam. Mutasi spontan pada
kromosom bakteri memberikan resistensi terhadap satu populasi bakteri. Pada
lingkungan tertentu antibiotika yang tidak termutasi (non-mutan) mati,
sedangkan antibiotika yang termutasi (mutan) menjadi resisten yang kemudian
tumbuh dan berkembang biak.

2. Perubahan gen antar strain dan spesies (atau evolusi horisontal)


Evolusi horisontal yaitu pengambil-alihan gen resistensi dari organisme lain.
Contohnya, streptomises mempunyai gen resistensi terhadap streptomisin
(antibiotik yang dihasilkannya sendiri), tetapi kemudian gen ini lepas dan
masuk ke dalam E. coli atau Shigella sp. Beberapa bakteri mengembangkan
resistensi genetik melalui proses mutasi dan seleksi, kemudian memberikan gen
ini kepada beberapa bakteri lain melalui salah satu proses untuk perubahan
genetik yang ada pada bakteri.

Ketika bakteri yang menyebabkan infeksi menunjukkan resistensi terhadap


antibiotik yang sebelumnya sensitif, maka perlu ditemukan antibiotik lain
sebagai gantinya. Sekarang penisilin alami menjadi tidak efektif melawan
bakteri stafilokokus dan harus diganti dengan antibiotik lain. Tetrasiklin,
yang pernah dijuluki sebagai obat ajaib, kini menjadi kurang bermanfaat untuk
berbagai infeksi, mengingat penggunaannya yang luas dan kurang terkontrol
selama beberapa dasawarsa terakhir.

Keberadaan bakteri yang resisten antibiotik akan berbahaya bila antibiotik


menjadi tidak efektif lagi dalam melawan infeksi-infeksi yang mengancam jiwa.
Hal ini dapat menimbulkan masalah untuk segera menemukan antibiotik baru untuk
melawan penyakit-penyakit lama (karena strain resisten dari bakteri telah
muncul), bersamaan dengan usaha menemukan antibiotik baru untuk melawan
penyakit-penyakit baru.

Berkembangnya bakteri yang resisten antibiotik disebabkan oleh beberapa hal.


Salah satunya adalah penggunaan antibiotik yang berlebihan. Ini mencakup
seringnya antibiotik diresepkan untuk pasien demam biasa atau flu. Meskipun
antibiotik tidak efektif melawan virus, banyak pasien berharap mendapatkan
resep mengandung antibiotik ketika mengunjungi dokter. Setiap orang dapat
membantu mengurangi perkembangan bakteri yang resisten antibiotik dengan cara
tidak meminta antibiotik untuk demam biasa atau flu.

Dr. Silvia Surini, Staf Pengajar Departemen Farmasi FMIPA-UI dan Anggota ISTECS
chapter Jepang

ANTIBIOTIKA GOLONGAN LAIN


Antiobiotika golongan lain yang ada di Indonesia adalah : Klindamisin, metronidazol, colistin,
tinidazol, fosfomycin, teicoplanin, vancomycin dan linezolid. Berikut informasi detail dari
antibiotika golongan lain :
1. Klindamisin
Klindamisin digunakan untuk infeksi bakteri anaerob. Seperti infeksi pada saluran nafas,
septikemia, dan peritonitis. Untuk pasien yang sensitif terhadap penisilin Klindamisin juga dapat
digunkan untuk infeksi bakteri aerobik. Klindamisin juga dapat digunakan untuk infeks pada
tulang yang disebabkan staphylococcus aureus. Sediaan topikalnya dalam bentuk Klindamisin
posfat digunkan untuk jerawat yang parah.
Klindamisin efektif untuk infeksi yang disebabkan mikroba sebagai berikut :
o Bakteri aerobik gram positif seperti golongan Staphylococus dan Streptococus (pneumococcus)
o Bakteri anaerobik gram negatif termasuk golongan Batericoides dan Fusobacterium

2. Metronidazol
Metronidazol efektif untuk bakteri anaerob dan protozoa yang sensitif karena beberapa
organisme memiliki kemampuan untuk mengurangi bentuk aktif metronidazol di dalam selnya.
Secara sistemik metronidazol digunakan untuk infeksi anaerobik, trikomonasis, amubiasis,
lambiasis dan amubiasis hati.

3. Colistin
Colistin digunakan dalam bentuk sulfat atau kompleks sulfomethyl, colistimetate. Tablet Colistin
sulfat digunakan untuk mengobati infeksi usus atau untuk menekan flora di kolon. Colistin sulfat
juga digunakan dalam bentuk krim kulit, bubuk dan tetes mata. Colistimethat digunakan untuk
sedian parenteral dan dalam bentuk aerosol untuk pengobatan infeksi paru-paru.

4. Tinidazol
Tinidazol merupakan kelompok antibiotika azol. Mekanisme kerjanya dengan cara masuk ke
dalam sel mikroba dan berikatan dengan DNA.Dengan cara ini mikroba tidak dapat berkembang
biak. Tinidazol adalah antibiotika khusus yang digunakan untuk menghentikan penyebaran
bakteri anaerob. Bakteri ini biasanya menginfeksi lambung, tulang, otak dan paru-paru.
Sumber :

http://www.tiscali.co.uk/lifestyle/healthfitness/health_advice/netdoctor/

archive/100003949.html

5. Teicoplanin
Teicoplanin merupakan kelompok antibiotika dari glikopeptida. Bakteri memiliki dinding sel
luar yang dipertahankan oleh molekul peptidoglikan. Dinding sel sangat vital untuk
mempertahankan pada lingkungan normal di dalam tubuh di mana bakteri hidup.Teicoplanin
bekerja dengan mengunci formasi dari peptidoglikan. Dengan cara tersebut dinding bakteri
menjadi lemah sehingga bakteri mati. Teicoplanin digunakan untuk infeksi serius pada hati dan
darah. Teicoplanin tidak dapat diserap di lambung sehingga hanya diberikan dengan cara infus
atau injeksi.
Sumber :

http://www.tiscali.co.uk/lifestyle/healthfitness/health_advice/netdoctor/

archive/100003919.html

6. Vancomycin
Vancomycin bekerja dengan membunuh atau menghentikan perkembangan bakteri.
Vancomycin digunakan untuk mengobati infeksi pada beberapa bagian tubuh. Kadangkala
digabung dengan antibiotika lain.Vancomycin juga digunakan untuk penderita dengan gangguan
hati (mis demam rematik) atau prosthetic (artificial) hati yang alergi dengan penisilin.Dengan
kondisi khusus, antibiotika ini juga dapat digunakan untuk mencegah endocarditis pada pasien
yang telah melakukan operasi gigi atau operasi saluran nafas atas (hidung atau tenggorokan).
Vancomycin diberikan dalam bentuk injeksi untuk infeksi serius kalau obat lain tidak berguna.
Walaupun demikian, obat ini dapat menimbulkan beberapa efek samping yang serius, termasuk
merusak pendengaran dan ginjal. Efek samping ini akan sering terjadi pada pasien yang berumur
lanjut.
Sumber : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/uspdi/202590.html
7. Linezolid
Linezolid digunakan untuk mengobati infeksi termasuk pneumonia,infeksi saluran kemih dan
infeksi pada kulit dan darah. Linezolid termasuk golongan antibiotika oxazolidinon.Cara kerja
dengan menghentikan perkembang biakan bakteri.
Linezolid dapat berupa tablet atau suspensi oral. Biasanya diminum sesudah atau sebelum makan
dua kali sehari (setiap 12 jam) untuk 10 sampai 28 hari. Jangan minum kurang atau lebih dari
yang diresepkan dokter anda.

Anda mungkin juga menyukai