Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam pengobatan
modern. Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan
bakteri. Sebelum penemuan antibiotik yang pertama, penisilin, pada tahun 1928,
jutaan orang di seluruh dunia tak terselamatkan jiwanya karena infeksi-infeksi
yang saat ini mudah diobati. Ketika influenza mewabah pada tahun 1918,
diperkirakan 30 juta orang meninggal, lebih banyak daripada yang terbunuh pada
Perang Dunia I.
Antibakteri Permulaan
Salah satu penelusuran awal penelitian antibakteri adalah apakah bakteri yang
tidak berbahaya (non-patogen) dapat mengobati penyakit yang disebabkan oleh
bakteri penyebab penyakit (bakteri patogen). Pada tahun 1877 Louis Pasteur
menunjukkan bahwa penyakit antrak pada hewan dapat dijinakkan dengan
menyuntikkan cemaran bakteri. Dan masih pada tahun yang sama, Rudolf von
Emmerich membuktikan bahwa dengan menyuntikkan streptokokus, dapat mencegah
kolera pada hewan.
Penemuan Penisilin
Pada permulaan tahun 1920, ilmuwan Inggris Alexander Fleming melaporkan bahwa
suatu produk dalam airmata manusia dapat melisiskan (menghancurkan) sel
bakteri. Zat ini disebut lysozyme, yang merupakan contoh pertama antibakteri
yang ditemukan pada manusia. Seperti pyocyanase, lysozyme juga menemukan jalan
buntu dalam usaha pencarian antibiotik yang efektif, karena sifatnya yang
merusak sel-sel bakteri non-patogen.
Namun pada tahun 1928 Fleming secara kebetulan menemukan antibakteri lain.
Sekembali liburan akhir pekan, Fleming memperhatikan satu set cawan petri lama
yang ia tinggalkan. Ia menemukan bahwa koloni Staphylococcus aureus yang ia
goreskan pada cawan petri tersebut telah lisis. Lisis sel bakteri terjadi pada
daerah yang berdekatan dengan cendawan pencemar yang tumbuh pada cawan petri.
Ia menghipotesa bahwa suatu produk dari cendawan tersebut menyebabkan lisis sel
stafilokokus. Produk tersebut kemudian dinamai penisilin karena cendawan
pencemar tersebut dikenali sebagai Penicillium notatum.
Walaupun secara umum Fleming menerima pujian karena menemukan penisilin, namun
pada kenyataannya secara tehnik Fleming menemukan kembali zat tersebut.
Semula Ernest Duchesne, seorang mahasiswa kedokteran Perancis, yang menemukan
sifat-sifat penisilium pada tahun 1896, namun gagal dalam melaporkan hubungan
antara cendawan dan zat yang memiliki sifat-sifat antibakteri, sehingga
Penisilium dilupakan dalam komunitas ilmiah sampai penemuan kembali oleh
Fleming.
Tidak sampai sepuluh tahun setelah penemuan kembali penisilin, pada tahun 1939,
Howard Florey, Ernst Chain, and Norman Heatley mengangkat kembali proyek ini.
Mereka bertiga mendapatkan cendawan Penicillium dari Fleming dan dapat
mengatasi kesulitan-kesulitan tehnik yang dialami Fleming. Mereka juga dapat
menunjukan efektifitas penisilin pada percobaan klinik. Hewan dan manusia yang
mendekati kematian karena infeksi bakteri dapat sembuh ajaib dengan sejumlah
kecil penisilin.
Jenis Antibiotik
Meskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal dari
beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Ada banyak
cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya berdasarkan struktur
kimianya. Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Golongan Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin,
paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
b. Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan
sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim),
golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin,
amoksisilin).
c. Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
d. Golongan Poliketida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin,
roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin
(doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
e. Golongan Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
g. Golongan Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan
kinupristin-dalfopristin.
h. Golongan Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
i. Golongan Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis
infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat
dibedakan antibiotik yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja,
dan antibiotik yang berspektrum luas, yaitu yang dapat membidik bakteri gram
positif dan negatif.
Sebagian besar antibiotik mempunyai dua nama, nama dagang yang diciptakan oleh
pabrik obat, dan nama generik yang berdasarkan struktur kimia antibiotik atau
golongan kimianya. Contoh nama dagang dari amoksilin, sefaleksin,
siprofloksasin, kotrimoksazol, tetrasiklin dan doksisiklin, berturut-turut
adalah Amoxan, Keflex, Cipro, Bactrim, Sumycin, dan Vibramycin.
Setiap antibiotik hanya efektif untuk jenis infeksi tertentu. Misalnya untuk
pasien yang didiagnosa menderita radang paru-paru, maka dipilih antibiotik yang
dapat membunuh bakteri penyebab radang paru-paru ini. Keefektifan masing-masing
antibiotik bervariasi tergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik
mencapai lokasi tersebut.
Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan dengan
antibiotik intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan
untuk kasus yang lebih serius. Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal
seperti dalam bentuk salep, krim, tetes mata, dan tetes telinga.
Bila pemakaian antibiotik dibarengi dengan obat lain, yang perlu diperhatikan
adalah interaksi obat, baik dengan obat bebas maupun obat yang diresepkan
dokter. Sebagai contoh, Biaxin (klaritromisin, antibiotik) seharusnya tidak
dipakai bersama-sama dengan Theo-Dur (teofilin, obat asma). Berikan informasi
kepada dokter dan apoteker tentang semua obat-obatan yang sedang dipakai
sewaktu menerima pengobatan dengan antibiotik.
Jangka waktu pemakaian antibiotik adalah satu periode yang ditetapkan dokter.
Sekalipun sudah merasa sembuh sebelum antibiotik yang diberikan habis,
pemakaian antibiotik seharusnya dituntaskan dalam satu periode pengobatan. Bila
pemakaian antibiotik terhenti di tengah jalan, maka mungkin tidak seluruh
bakteri mati, sehingga menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik
tersebut. Hal ini dapat menimbulkan masalah serius bila bakteri yang resisten
berkembang sehingga menyebabkan infeksi ulang.
Efek Samping
Resistensi Antibiotik
Evolusi vertikal didorong oleh prinsip seleksi alam. Mutasi spontan pada
kromosom bakteri memberikan resistensi terhadap satu populasi bakteri. Pada
lingkungan tertentu antibiotika yang tidak termutasi (non-mutan) mati,
sedangkan antibiotika yang termutasi (mutan) menjadi resisten yang kemudian
tumbuh dan berkembang biak.
Dr. Silvia Surini, Staf Pengajar Departemen Farmasi FMIPA-UI dan Anggota ISTECS
chapter Jepang
2. Metronidazol
Metronidazol efektif untuk bakteri anaerob dan protozoa yang sensitif karena beberapa
organisme memiliki kemampuan untuk mengurangi bentuk aktif metronidazol di dalam selnya.
Secara sistemik metronidazol digunakan untuk infeksi anaerobik, trikomonasis, amubiasis,
lambiasis dan amubiasis hati.
3. Colistin
Colistin digunakan dalam bentuk sulfat atau kompleks sulfomethyl, colistimetate. Tablet Colistin
sulfat digunakan untuk mengobati infeksi usus atau untuk menekan flora di kolon. Colistin sulfat
juga digunakan dalam bentuk krim kulit, bubuk dan tetes mata. Colistimethat digunakan untuk
sedian parenteral dan dalam bentuk aerosol untuk pengobatan infeksi paru-paru.
4. Tinidazol
Tinidazol merupakan kelompok antibiotika azol. Mekanisme kerjanya dengan cara masuk ke
dalam sel mikroba dan berikatan dengan DNA.Dengan cara ini mikroba tidak dapat berkembang
biak. Tinidazol adalah antibiotika khusus yang digunakan untuk menghentikan penyebaran
bakteri anaerob. Bakteri ini biasanya menginfeksi lambung, tulang, otak dan paru-paru.
Sumber :
http://www.tiscali.co.uk/lifestyle/healthfitness/health_advice/netdoctor/
archive/100003949.html
5. Teicoplanin
Teicoplanin merupakan kelompok antibiotika dari glikopeptida. Bakteri memiliki dinding sel
luar yang dipertahankan oleh molekul peptidoglikan. Dinding sel sangat vital untuk
mempertahankan pada lingkungan normal di dalam tubuh di mana bakteri hidup.Teicoplanin
bekerja dengan mengunci formasi dari peptidoglikan. Dengan cara tersebut dinding bakteri
menjadi lemah sehingga bakteri mati. Teicoplanin digunakan untuk infeksi serius pada hati dan
darah. Teicoplanin tidak dapat diserap di lambung sehingga hanya diberikan dengan cara infus
atau injeksi.
Sumber :
http://www.tiscali.co.uk/lifestyle/healthfitness/health_advice/netdoctor/
archive/100003919.html
6. Vancomycin
Vancomycin bekerja dengan membunuh atau menghentikan perkembangan bakteri.
Vancomycin digunakan untuk mengobati infeksi pada beberapa bagian tubuh. Kadangkala
digabung dengan antibiotika lain.Vancomycin juga digunakan untuk penderita dengan gangguan
hati (mis demam rematik) atau prosthetic (artificial) hati yang alergi dengan penisilin.Dengan
kondisi khusus, antibiotika ini juga dapat digunakan untuk mencegah endocarditis pada pasien
yang telah melakukan operasi gigi atau operasi saluran nafas atas (hidung atau tenggorokan).
Vancomycin diberikan dalam bentuk injeksi untuk infeksi serius kalau obat lain tidak berguna.
Walaupun demikian, obat ini dapat menimbulkan beberapa efek samping yang serius, termasuk
merusak pendengaran dan ginjal. Efek samping ini akan sering terjadi pada pasien yang berumur
lanjut.
Sumber : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/uspdi/202590.html
7. Linezolid
Linezolid digunakan untuk mengobati infeksi termasuk pneumonia,infeksi saluran kemih dan
infeksi pada kulit dan darah. Linezolid termasuk golongan antibiotika oxazolidinon.Cara kerja
dengan menghentikan perkembang biakan bakteri.
Linezolid dapat berupa tablet atau suspensi oral. Biasanya diminum sesudah atau sebelum makan
dua kali sehari (setiap 12 jam) untuk 10 sampai 28 hari. Jangan minum kurang atau lebih dari
yang diresepkan dokter anda.