Anda di halaman 1dari 5

5.1.

5 Makrolida
Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang mirip dengan penisilin, sehingga obat ini
digunakan sebagai alternatif pada pasien yang alergi terhadap penisilin. Indikasi eritromisin
mencakup infeksi saluran napas, whooping cough, penyakit legionnaire dan enteritis karena
kampilobakter. Meskipun antibiotik ini aktif terhadap banyak stafilokokus yang resisten
terhadap penisilin, namun akhir-akhir ini resistensi juga ditemukan terhadap eritromisin;
Eritromisin memiliki aktivitas yang lemah terhadap Hemophilus influenzae. Eritromisin juga
aktif terhadap klamidia dan mikoplasma.

Eritromisin menyebabkan mual, muntah dan diare pada beberapa pasien. Untuk infeksi
ringan hingga sedang, efek samping ini dapat dihindarkan dengan pemberian dosis rendah
(250 mg 4 kali sehari), tapi untuk infeksi yang lebih serius seperti Legionella pneumonia
dibutuhkan dosis yang tinggi.

Azitromisin adalah makrolida yang aktivitas nya terhadap bakteri Gram positif sedikit lebih
lemah dibanding eritromisin, tetapi lebih aktif terhadap bakteri Gram negatif seperti
Hemophilus influenzae. Kadar plasma azitromisin sangat rendah, tapi kadarnya dalam
jaringan jauh lebih tinggi. Waktu paruh azitromisin yang panjang dalam jaringan
memungkinkan obat ini diberikan dalam dosis satu kali sehari. Azitromisin dapat digunakan
untuk Lyme disease.

Klaritromisin merupakan derivat eritromisin dengan aktivitas yang lebih kuat dibandingkan
dengan senyawa induknya. Kadar dalam jaringan lebih tinggi daripada kadar eritromisin.
Obat ini diberikan dua kali sehari.

Efek samping azitromisin dan klaritromisin pada saluran cerna lebih sedikit dibandingkan
dengan eritromisin.

Spiramisin juga termasuk makrolida.

Infeksi rongga mulut. Eritromisin merupakan antibiotik pilihan untuk infeksi rongga mulut
pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau infeksi yang penyebabnya adalah bakteri
penghasil beta-laktamase. Namun, sekarang banyak organisme telah resisten atau segera
terbentuk resistensi terhadap eritromisin, sehingga penggunaannya dibatasi hanya dalam
jangka pendek. Metronidazol mungkin lebih dipilih sebagai alternatif untuk penisilin.

Untuk profilaksis infeksi endokarditis pada pasien yang alergi terhadap penisilin, digunakan
klindamisin oral dosis tunggal.

Monografi:

AZITROMISIN
Indikasi:
infeksi-infeksi yang disebabkan oleh organisme yang peka, infeksi saluran nafas atas
(tonsillitis, pharingitis), infeksi saluran nafas bawah (bronchitis, pneumonia), infeksi kulit &
jaringan lunak, penyakit hubungan seksual (Sexually Transmitted Disease), urethritis,
cervicitis yang berkaitan dengan Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum dan
Neisseria gonorrhoea.

Peringatan:

lihat di eritromisin; kehamilan (Lampiran 4) atau menyusui (Lampiran 5).

Interaksi:

lihat lampiran 1 (Makrolida).

Kontraindikasi:

gangguan fungsi hati.

Efek Samping:

lihat eritromisin; juga anoreksia, dyspepsia, flatulens, konstipasi, pankreatitis, hepatitis,


syncope, pusing, sakit kepala, mengantuk, agitasi, ansietas, hiperaktivitas, asthenia,
paraesthesia, konvulsi, neutropenia ringan, trombositopenia, interstisial nephritis, gagal ginjal
akut, arthralgia, fotosensitivitas, jarang: gangguan pengecap, lidah berwarna pucat, dan gagal
hati.

Dosis:

500 mg sekali sehari selama 3 hari. ANAK di atas 6 bulan, 10 mg/kg bb sekali sehari selama
3 hari; berat badan 15-25kg, 200mg sekali sehari selama 3 hari; berat badan 26-35 kg, 300
mg sekali sehari selama 3 hari; berat badan 36-45 kg, 400 mg sekali sehari selam 3 hari.

Infeksi klamidia genital tanpa komplikasi dan urethritis non-gonococcal, 1 g sebagai dosis
tunggal.

ERITROMISIN
Indikasi:

sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis
kampilobakter, pneumonia, penyakit Legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatitis
kronik, akne vulgaris, dan profilaksis difetri dan pertusis.

Peringatan:

gangguan fungsi hati dan porfiria ginjal, perpanjangan interval QT (pernah dilaporkan
takikardi ventrikuler); porfiria; kehamilan (tidak diketahui efek buruknya) dan menyusui
(sejumlah kecil masuk ke ASI).
Interaksi:

lampiran 1 (eritromisin dan makrolida lain).Aritmia: hindari penggunaan bersama astemizol


atau terfenadin, hindari juga kombinasi dengan cisaprid.

Kontraindikasi:

penyakit hati (garam estolat)

Efek Samping:

mual, muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya; gangguan
pendengaran yang reversibel pernah dilaporkan setelah pemberian dosis besar; ikterus
kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada).

Dosis:

oral: DEWASA dan ANAK di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-1 g tiap 12 jam
(lihat keterangan di atas); pada infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4 g/hari. ANAK sampai
2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat dosis dapat
digandakan.Akne: 250 mg dua kali sehari, kemudian satu kali sehari setelah 1 bulan.Sifilis
stadium awal, 500 mg 4 kali sehari selama 14 hari.Infus intravena: infeksi berat pada dewasa
dan anak, 50 mg/kg bb/hari secara infus kontinu atau dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi ringan
25 mg/kg bb/hari bila pemberian per oral tidak memungkinkan.

KLARITROMISIN
Indikasi:

infeksi saluran napas bagian atas (seperti: faringitis/tonsillitis yang disebabkan


Staphylococcus pyogenes dan sinusitis maxillary akut yang disebabkan oleh Streptococcus
pneumoniae), infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak, otitis media; terapi
tambahan untuk eradikasi Helicobacter pylori pada tukak duodenum (lihat bagian 1.3).

Peringatan:

lihat pada eritromisin; gangguan fungsi ginjal (Lampiran 3); kehamilan (Lampiran 4); wanita
menyusui (Lampiran 5).

Interaksi:

lihat Lampiran 1 (makrolida); Aritmia: hindarkan pengunaan bersama pimozide, terfenadin.

Efek Samping:

lihat juga eritromisin; dispepsia, sakit kepala, gangguan indra perasa dan penciuman,
hilangnya warna gigi dan lidah, stomatitis, glossitis, dan sakit kepala; lebih jarang: hepatitis,
arthralgia, dan myalgia; jarang: tinnitus; sangat jarang: pankreatitis, pusing, insomnia, mimpi
buruk, ansietas, bingung, psikosis, paraesthesia, konvulsi, hipoglikemia, gagal ginjal,
leucopenia, dan trombositopenia; pada pemberian infus intravena: kelunakan local, flebitis.

Dosis:

oral: 250 mg tiap 12 jam selama 7 hari, pada infeksi berat dapat ditingkatkan sampai 500 mg
tiap 12 jam selama 14 hari. ANAK dengan berat badan kurang dari 8 kg, 7,5 mg/kg bb dua
kali sehari; 8-11 kg (1-2 tahun), 62,5 mg dua kali sehari; 12-19 kg (3-6 tahun), 125 mg dua
kali sehari; 20-29 kg (7-9 tahun), 187,5 mg dua kali sehari; 30-40 kg (10-12 tahun), 250 mg
dua kali sehari.Infus intravena: 500 mg dua kali sehari pada vena besar; tidak dianjurkan
untuk anak-anak.

ROKSITROMISIN
Indikasi:

infeksi THT, bronkopulmonal, genital (kecuali infeksi gonokokal), dan kulit yang disebabkan
oleh organisme yang sensitif terhadap roksitromisin.

Peringatan:

insufisiensi hati, miastenia gravis, pasien dengan kelainan perpanjangan interval QT bawaan,
pasien yang mengonsumsi antiaritmia kelas IA dan III, kehamilan, menyusui.

Interaksi:

derivat ergot, terfenadin, digoksin, antiaritmia Kelas IA dan III, midazolam.

Kontraindikasi:

hipersensitivitas, terapi kombinasi dengan ergotamin dan preparat sejenis lainnya.

Efek Samping:

mual, muntah, nyeri epigastrik (dispepsia), diare (terkadang berdarah), gejala pankreatitis,
reaksi hipersensitivitas seperti eritema multiform, urtikaria, ruam kulit, pruritus, purpura,
angioedema, jarang terjadi reaksi sistemik seperti bronkospasme, reaksi seperti anafilaksis,
pusing, sakit kepala, paraestesia, gangguan pengecapan (termasuk ageusia), gangguan
penciuman (termasuk anosmia), telah dilaporkan: udema seluruh tubuh, asma, udema glottic,
exoliative dermatitis, sindrom Steven-Johnson, peningkatan sementara kadar enzim
transaminase dan/atau fosfatase alkali, terutama kolestatis atau hepatitis akut hepatoselular
(terkadang bersamaan dengan jaundice), eosinofilia, superinfeksi, halusinani.

Dosis:

dewasa: 300 mg 1 kali sehari atau 2 x 150 mg 1 kali sehari atau 150 mg 2 kali sehari, pada
pagi dan malam hari, anak: 24-40 kg, 100 mg 2 kali sehari pada pagi dan malam hari, dosis
yang digunakan 5-8 mg/kg bb/hari dalam 2 dosis terpisah selama tidak lebih dari 10 hari,
sebaiknya diberikan sebelum makan.
SPIRAMISIN

Anda mungkin juga menyukai